• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN BOBOT BADAN UMUR 10 MINGGU KELINCI PEDAGING FZ-3 MELALUI SELEKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN BOBOT BADAN UMUR 10 MINGGU KELINCI PEDAGING FZ-3 MELALUI SELEKSI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN BOBOT BADAN UMUR 10 MINGGU

KELINCI PEDAGING FZ-3 MELALUI SELEKSI

(Increasing Body Weight at 10 Week of Age of FZ-3 Meat Rabbit by

Selection)

Bram Brahmantiyo, Raharjo YC, Prasetyo LH Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

brahmantiyo@gmail.com

ABSTRACT

FZ-3 rabbit is a hybrid of Flemish Giant (37.5%) by Reza (62.5%) developed as broiler rabbit. FZ-3 rabbit was selected with the criteria of 10 weeks of body weight because of high heritability value and positive correlation with adult weight. Litter size of more than 6 heads and body weight of more than 1300 g/heads at 10 weeks were used as selected criteria with independent culling level method for 280 heads of FZ-3 rabbit. 60 heads of bucks (selection intensity was 1.65) and 12 heads of dams (selection intensity was 0.88) were selected. Selected rabbits had selection differential 190.16 g/head from population rabbits (from 1 325.21 g/heads to 1 515.37g/heads) and decresed variation from 23.94% to 16.91%. Estimated response to selection were 39.93 g/head or 3.01%. Selected population (F1) obtained of 10 weeks body weight was 1 364.27 g/head, so the actual selection response was 39.09 g/head or 2.94% with actual heritability of 0.20. Key Words: FZ-3 Rabbit, Selection, Response, Body Weight

ABSTRAK

Kelinci FZ-3 merupakan hasil persilangan antara kelinci Flemish Giant (37,5%) dengan Reza (62,5%) yang dikembangkan sebagai penghasil daging. Kelinci FZ-3 selanjutnya diseleksi dengan kriteria bobot badan umur 10 minggu karena memiliki nilai dugaan heritabilitas dan berkorelasi dengan bobot dewasa yang tinggi. Sejumlah 280 ekor kelinci FZ-3 diseleksi dengan kriteria litter size lebih dari 6 ekor dan bobot badan umur 10 minggu lebih dari 1300 g/ekor menggunakan metoda independent culling level. Ternak terseleksi diperoleh 60 ekor induk betina (intensitas seleksi = 0,88/45%) dan 12 ekor induk pejantan (I = 1,65/8,9%). Ternak terseleksi memiliki bobot badan umur 10 minggu sebesar 1515,37 g/ekor dengan diferensial seleksi sebesar 190,16g/ekor dari bobot semula 1325,21 g/ekor dan terjadi penurunan keragaman dari 23,94% menjadi 16,91%. Respon seleksi dugaan diperoleh sebesar 39,93 g/ekor atau 3,01% (metode heritabilitas) dan sebesar 84,29 g/ekor atau 6,36% (metode intensitas seleksi). Turunan terseleksi (F1) memperoleh bobot 10 minggu sebesar 1364,27 g/ekor, sehingga respon seleksi aktual sebesar 39,06 g/ekor atau 2,94% dengan heritabilitas aktual 0,20.

Kata Kunci: Kelinci, Seleksi, Respon Seleksi, Bobot Badan

PENDAHULUAN

Perkembangan kelinci di Indonesia akhir-akhir ini meningkat cukup baik. Hal tersebut ditandai dengan munculnya peternak dan kelompok peternak serta asosiasi peternak kelinci. Ternak kelinci yang dikembangkan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan, ketersediaan pakan, kelembagaan pemasaran ternak dan produknya serta pengalaman dan kecintaan terhadap rumpun kelinci tertentu.

Pemerintah turut serta mendorong dengan meluncurkan program Sarjana Membangun Desa (SMD) untuk ternak kelinci yang cukup efektif meningkatkan pendapatan, memberikan kesempatan kerja dan berkembangnya sentra-sentra kelinci di masyarakat. Seiring dengan perkembangan tersebut, maka permintaan akan kelinci berkualitas terus meningkat, mengingat rendahnya ketersediaan dan mutu bibit dikarenakan belum berkembangnya pembibitan ternak kelinci.

(2)

Persilangan pada ternak kelinci umumnya ditujukan untuk meningkatkan produktivitas induk melalui peningkatan jumlah litter size, dan bobot litter pada saat lahir dan sapih sebagaimana yang telah banyak dilakukan pada industri ternak kelinci seperti di negara Itali, Mesir, Belgia, Meksiko dan Amerika. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa persilangan ternak kelinci berhasil menurunkan mortalitas prasapih, peningkatan bobot badan dan pertumbuhan pra/pascasapih (Afifi dan Khalil, 1992).

Pada tahun 2010, Balai Penelitian Ternak mengembangkan rumpun kelinci pedaging FZ-3, yang merupakan hasil persilangan kelinci Flemish Giant yang diimpor dari Belgia dengan kelinci Reza (Brahmantiyo et al. 2010). Kelinci FZ-3 memiliki proporsi darah kelinci Flemish Giant sebesar 37,5 dan Reza 62,5%. Produktivitas induk betina FZ-3 yang ditampilkan dengan litter size lahir, litter size sapih, dan bobot dewasa berturut-turut sebesar 6,90 ± 1,37 ekor, 5,40 ± 1,64 ekor, dan 3521,30 ± 344,77 g/ekor. Sifat–sifat pertumbuhan pada kelinci memiliki nilai heritabilitas yang tinggi, yaitu sebesar 0,928 ± 0,049 dan 0,899 ± 0,089 pada kelinci Rex pada bobot umur 6 minggu dan 12 minggu (Brahmantiyo dan Raharjo, 2011). Lukefahr (1996) melaporkan dugaan nilai heritabilitas kelinci komposit (1/2 Flemish Giant x ¼ Californian x ¼ Champagne d’Argent) yang diseleksi atas bobot potong (bobot umur 10 minggu) sebesar 0.12 namun memberikan peningkatan bobot potong yang baik selama 5 (lima) generasi. Iraqi (2008) melaporkan nilai heritabilitas kelinci Sinai Gabbali untuk bobot umur 4 minggu, 8 minggu dan 12 minggu berturut–turut sebesar 0,05 ± 0,59; 0,77 ± 0,034 dan 0,18 ± 0,037.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja bobot badan umur 10 minggu kelinci FZ-3 melalui seleksi. Diharapkan seleksi pada ternak kelinci dapat menghasilkan populasi ternak turunan hasil seleksi yang lebih tinggi dari populasi tetuanya.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini menggunakan Kelinci FZ-3 (37,5% Flemish Giant/FG dan 62,5% Reza/RZ) sejumlah 280 ekor yang selanjutnya diseleksi dengan metoda independent culling

level. Kriteria seleksi adalah litter size lebih

dari enam ekor, bobot badan umur 10 minggu lebih berat dari 1300 g/ekor. Kelinci terseleksi diperoleh 60 ekor betina dan 12 ekor jantan. Induk dikandangkan pada kandang yang terbuat dari kawat dengan lantai bambu berukuran lebar 60 cm, panjang 75 cm dan tinggi 40 cm. Kotak beranak terbuat dari kawat jadi bagian dalam dan pada luar dari bahan triplek berukuran panjang 40 cm, lebar 30 cm dan tinggi 25 cm. Kotak beranak diberi serbuk gergaji alas agar anak tidak tercekam udara dingin karena kelinci dilahirkan tanpa bulu. Setelah anak berumur 4-5 minggu, kotak beranak dibersihkan dan dipersiapkan untuk anak berikutnya. Anak kelinci disapih pada umur 6 minggu dan diletakkan pada kandang sapih terbuat dari kawat yang berukuran lebar 45 cm, panjang 75 cm dan tinggi 45 cm.

Kandang pejantan berukuran panjang 75 cm, lebar 45 cm dan tinggi 45 cm dengan ketinggian 100 cm dari lantai. Tempat pakan terbuat dari gerabah berukuran panjang 15 cm, lebar 12 cm dan tinggi 6 cm, dan tempat minum dari paralon yang diisi semen berukuran diameter luar 14 cm, diameter dalam 12 cm dan tinggi 10 cm. Pakan penelitian berbentuk pellet mengandung protein 17,1 persen dan energi metabolis 2600 kkal/kg, serat kasar 12,7%, kalsium (Ca) 0,9 g/kg dan fosfor (P) 0,8 g/kg. Pakan dan air minum diberikan setiap hari secara ad libitum.

Kemajuan seleksi dapat diduga dengan menghitung respon seleksi yang merupakan hasil perkalian antara nilai dugaan heritabilitas dengan diferensial seleksi. Data nilai dugaan heritabilitas merujuk data heritabilitas bobot badan umur 10 minggu sebesar 0,21 (Lukefahr dan Cheeke, 1990 dan Elamin et al. 2011). Rumus respon seleksi merujuk pada Martojo (1992) dan Noor (2000):

R = h2 x S

Keterangan:

R = respon seleksi

h2 = nilai dugaan heritabilitas

S = diferensial seleksi

Pengamatan hasil seleksi selanjutnya dilakukan pada generasi pertama dari turunan terseleksi. Menggunakan persamaan yang sama (1) juga diperoleh kemajuan seleksi dan nilai heritabilitas yang sebenarnya. Pengamatan

(3)

dilakukan pada kinerja pertumbuhan anak, yaitu bobot badan mingguan sampai umur 20 minggu. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan prosedur Proc Mixed (SAS, 1985).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Seleksi diartikan sebagai suatu tindakan untuk membiarkan ternak-ternak tertentu bereproduksi sedangkan ternak lainnya tidak diberi kesempatan bereproduksi. Seleksi akan meningkatkan frekuensi gen-gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen-gen yang tidak diinginkan. Melalui seleksi diharapkan terjadi peningkatan produktivitas dan keseragaman yang tinggi (Noor, 2000). Perubahan frekuensi gen-gen ini tentunya akan mengakibatkan rataan fenotip dari populasi terseleksi meningkat jika dibandingkan dengan rataan fenotip populasi sebelumnya (Hardjosubroto 1994). Performa pertumbuhan anakan kelinci FZ-3 pada populasi dasar dan populasi terseleksi ditampilkan pada Tabel 1.

Performa pertumbuhan FZ-3 telah memiliki rataan bobot badan umur 10 minggu diatas dari kriteria seleksi, yaitu 1325,21+317,31 g/ekor dan seleksi masih dapat meningkat mencapai 1515,37+329,79 g/ekor. Seleksi meningkatkan bobot badan sebesar 190,16 g/ekor dan terjadi peningkatan keseragaraman dengan menurunkan koefisien keragaman dari 23,94% menjadi 16,91%. Menurut Martojo (1994) dan Noor (2000) seleksi akan meningkatkan frekuensi gen-gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen1-gen yang tidak diinginkan. Perbedaan antara rataan performan dari ternak yang terseleksi dengan rataan

performan populasi sebelum diadakan seleksi disebut diferensial seleksi yang nilainya sebesar 190,16 g.

Respon seleksi dugaan

Respon seleksi diperhitungkan dengan dua persamaan, pertama berdasarkan nilai diferensial seleksi dan dugaan nilai heritabilitas Tabel 2. Perbedaan performan tidak seluruhnya diturunkan ke generasi selanjutnya, proporsi diferensial seleksi yang dapat diwariskan hanya yang bersifat genetik, yaitu sebesar angka pewarisannya (heritabilitas). Besarnya diferensial seleksi yang diwariskan merupakan respon seleksi yang akan muncul pada generasi berikutnya. (Hardjosubroto 1994; Falconer dan Mackay 1996).

Respon seleksi dugaan pada karakteristik bobot badan lahir, BB 3 minggu, BB 6 minggu, BB 10 minggu, BB 16 minggu dan BB 20 minggu berturut-turut sebesar 1,10 g, 7,66 g, 23,96 g, 39,93 g, 45,96 g dan 25,13 g. Kelinci-kelinci hasil seleksi diharapkan menghasilkan keturunan dengan bobot badan pada setiap umur yang meningkat dibandingkan dengan tetuanya. Seleksi dengan kriteria bobot badan 10 minggu diharapkan memberikan respon peningkatan bobot badan sebesar 39,93 gram (3,01%), dari semula 1325,21 g/ekor menjadi 1365,14 g/ekor.

Pendugaan respon seleksi menggunakan informasi beberapa nilai heritabiltas hasil penelitian terdahulu dikarenakan nilai heritabilitas suatu sifat akan bervariasi antar populasi. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan faktor genetik (ragam genetik),

Tabel 1. Performa pertumbuhan kelinci FZ-3 populasi dasar dan terseleksi

Karakteristik FZ-3 FZ-3 terseleksi Rataan STD CV Rataan STD CV BB Lahir 52,99 10,66 20,12 55,73 12,15 21,80 BB 3 minggu 292,01 75,59 25,89 313,28 76,62 24,46 BB 6 minggu 752,93 171,47 22,77 819,49 168,71 20,59 BB 10 Minggu 1,325.21 317,31 23,94 1,515.37 256,32 16,91 BB 16 minggu 2,082.26 427,62 20,54 2,209.94 386,40 17,48 BB 20 minggu 2,562.27 369,35 14,41 2,628.41 354,73 13,50

(4)

Tabel 2. Respon seleksi dugaan berdasarkan nilai diferensial seleksi dan dugaan nilai heritabilitas Karakteristik n Populasi awal (g) n Populasi terseleksi (g) Diferensial seleksi (g) Dugaan heritabilitas Respon seleksi (g) Respon seleksi (%) BB Lahir 280 52,99 72 55,73 2,74 0,40a,b 1,10 2,07 BB 3 minggu 280 292,01 72 313,28 21,27 0,36b 7,66 2,62 BB 6 minggu 280 752,93 72 819,49 66,56 0,36c 23,96 3,18 BB 10 minggu 280 1325,21 72 1515,37 190,16 0,21d,e 39,93 3,01 BB 16 minggu 280 2082,26 72 2209,94 127,68 0,36b 45,96 2,21 BB 20 minggu 280 2562,27 72 2,28.41 66,14 0,38d,e 25,13 0,98 BB = Bobot badan umur;

Superskrip a = Iraqi 2008; b = Brahmantiyo dan Raharjo 2011; c = Lukefahr 1996 d = Lukefahr dan Cheeke 1990, e = Elamin et al. 2011

perbedaan lingkungan (ragam lingkungan), metode yang digunakan dan jumlah cuplikan data yang digunakan (Falconer dan Mackay 1996). Ditambahkan oleh Khalil et al. (1986) dan Piles dan Blasco (2003), bahwa adanya perbedaan nilai dugaan heritabilitas disebabkan oleh: (a) metoda analisa yang digunakan untuk menduga; (b) ekspresi genetik setiap bangsa di dalam populasi yang berbeda; (c) jumlah data yang digunakan; dan (d) faktor koreksi untuk sifat non-genetik yang dibuat pada setiap data.

Seleksi terhadap pertumbuhan pada kelinci memperlihatkan keberhasilan yang nyata pada beberapa penelitian terdahulu. Pada konsepnya, respon seleksi langsung pada pertambahan bobot badan harian atau pada bobot potong memberikan hasil yang baik (Mgheni dan Christensen, 1985; Lukefahr et al. 1996; McNitt dan Lukefahr et al. 1996; Moura et al. 1991; Blasco et al. 2003; Piles dan Blasco, 2003; Nagy et al. 2006: Brahmantiyo dan Raharjo, 2011), tetapi pada beberapa penelitian menghasilkan respon yang lebih rendah dari perkiraan (de Rochambeau et al. 1989; Estany et al. 1992; Gondret et al. 2002; Sánchez et al. 2004). Adanya perbedaan antara respon seleksi dugaan dan aktualnya terjadi karena tumpang tindihnya generasi pada populasi terseleksi terutama jika tidak menggunakan populasi kontrol pada setiap tindakan seleksi, atau diakibatkan oleh timbulnya penyakit seperti

enterocilitis (Khalil dan Al Saef 2008).

Kemajuan genetik pada bobot potong umur 10 minggu per generasi diperoleh sebesar 29,4 g atau 1,3% (Lukefahr et al. 1996). Penggunaan metode galur kontrol atau model campuran,

respon seleksi secara langsung untuk laju pertumbuhan dari umur sapih sampai dengan umur potong berkisar antara 0,45 sampai dengan 1,73 g/ekor/hari per generasi untuk sifat pertambahan bobot badan hariannya, sedang respon seleksi untuk sifat bobot pada umur potong berkisar antara 18-68 g per generasi (de Rochambeau et al. 1989, 1994; Estany et al. 1992; Lukefahr et al. 1996; Khalil et al. 2002; Hernández et al. 2004). Untuk seleksi pada bobot potong umur 9 minggu, Blasco et al (2003) dan Piles dan Blasco (2003) memperoleh kelinci yang diseleksi memiliki laju pertumbuhan relatif sebesar 7% lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum seleksi dan memiliki bobot potong yang juga lebih tinggi pada kelompok terseleksi. Brahmantiyo dan Raharjo (2011) memperoleh peningkatan bobot sapih kelinci terseleksi pada kelinci Rex, Satin dan Persilangannya adalah 22,77 g (3,66%); 6,83 g (1,11%) dan 65,29 g (10,67%).

Respon seleksi aktual pada kelinci generasi pertama (F1)

Perbedaan performan tidak seluruhnya diturunkan ke generasi selanjutnya, proporsi diferensial seleksi yang dapat diwariskan hanya yang bersifat genetik, yaitu sebesar angka pewarisannya (heritabilitas). Besarnya diferensial seleksi yang diwariskan merupakan respon seleksi yang akan muncul pada generasi berikutnya. (Hardjosubroto 1994; Falconer dan Mackay 1996). Turunan pertama dari populasi terseleksi generasi dasar (F0) dari 12 ekor

(5)

pejantan dan 60 ekor induk betina telah dihasilkan generasi pertama (F1) sejumlah 426 ekor. Peningkatan bobot badan turunan terseleksi ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Respon seleksi aktual bobot badan umur 10 minggu pada kelinci FZ-3

Karakteristik Bobot badan umur 10 minggu F0 Rataan (g) 1,325.21 + 317,31 Koefisien keragaman 23,94 F1 Rataan (g) 1364,27 + 215,82 Koefisien keragaman 15,82 Respon seleksi aktual

g 39,06

% 2,72

Heritabilitas aktual (h2) 0,20

Pada tabel di atas tampak terjadi peningkatan atau respon seleksi bobot badan umur 10 minggu sebesar 39.06 g ekor pada populasi generasi pertama (F1) dibandingkan dengan populasi dasar (F0), yaitu semula 1325,21  317,31g/ekor menjadi 1364,27  215,82 g/ekor. Respon seleksi aktual ini sama dengan dugaan menggunakan metoda heritabilitas, yaitu 39,93 g berbanding 39,06 g dan lebih rendah dibandingkan dengan dugaan menggunakan metoda intensitas seleksi, yaitu 84,29 g berbanding 39,06 g. Piles dan Blasco (2003) melaporkan laju pertumbuhan meningkat sebesar 7% dari kelinci terseleksi dibandingkan dengan kontrol dengan rataan peningkatan sebesar 2% per tahun (interval generasi rataan selama enam bulan). Larzul et al. (2005) melakukan seleksi pada bobot umur 63 hari pada kelinci High line selama lima generasi memperoleh peningkatan bobot sapih umur 28 hari sebesar 68 g dan rataan pertumbuhan harian sampai umur 63 hari sebesar 12 g/hari. Nilai heritabilitas aktual bobot umur 63 hari diperoleh sebesar 0,32 pada kelinci High line dan 0,22 pada kelinci kontrol.

Brahmantiyo dan Raharjo (2011) melaporkan nilai dugaan heritabilitas bobot lahir, bobot sapih, bobot 12 minggu dan bobot 16 minggu hasil dari seleksi bobot sapih pada kelinci Rex, Satin dan Persilangannya menggunakan metode analisis tersarang

(nested) dan BLUP (best linier unbiased

prediction) untuk kelinci Rex berturut-turut

sebesar 0,74 ± 0,09; 0,93 ± 0,05; 0,81 ± 0,09 dan 0,89 ± 0,06. Pada kelinci Satin berturut-turut sebesar 0,96; 0,82 ± 0,22; 0,93 ± 0,40 dan 0,97, sedangkan pada kelinci persilangannya berturut-turut sebesar 0,96 ± 0,27; 0,98; 0,86 ± 0,40 dan 0,78. Peningkatan bobot sapih kelinci terseleksi pada kelinci Rex, Satin dan Persilangannya adalah 22,77 g (3,66%); 6,83 g (1,11%) dan 65,29 g (10,67%).

KESIMPULAN

Kelinci FZ-3 yang diseleksi dengan kriteria bobot badan umur 10 minggu meningkat sebesar 39,06 g/ekor dari semula 1325,21 ± 317,31 g/ekor pada populasi dasar menjadi 1364,27 ± 215,82 g/ekor pada generasi pertama dengan heritabilitas aktual sebesar 0,20. Seleksi lanjutan dapat dilakukan karena bobot badan umur 10 minggu pada generasi pertama masih memiliki keragaman sebesar 15,82%.

DAFTAR PUSTAKA

Afifi EA, Khalil MH. 1992. Crossbreeding experiments of rabbits in Egypt: Synthesis of results and overview. CIHEAM. Option Mediteranean. FAO.

Blasco A, Piles M, Varona L. 2003. A Bayesian analysis of the effect of selection for growth rate on growth curves in rabbits. Genet Sel Evol. 35:21-41.

Brahmantiyo B, Raharjo YC, Prasetyo LH. 2010. Pembentukan kelinci pedaging melalui persilangan. Laporan Penelitian T.A. 2010. Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor, Indonesia Brahmantiyo B, Raharjo YC. 2011. Peningkatan

produktivitas kelinci Rex, Satin dan Persilangannya melalui seleksi. JITV 16:243-252.

de Rochambeau H, Bolet G, Tudela F. 1994. Long-term selection. Comparison of two rabbit strains. In Proc. 5th World Congress Genetics Applied Livestock Production, Guelph, Ontario, Canada, 19:257-260.

de Rochambeau H, De La Fuente LF, Rouvier R. 1989. Sélection sur la vitesse de croissance post-sevrage chez le lapin.Genet Sel Evol. 21:527-546.

(6)

Elamin KM, Yousif IA, Elkhairey MA, Mekki DM. 2011. Heritability estimates and genetic correlations for post-weaning body weight traits in Sudanese rabbits. Livestock Research for Rural Development. Volume 23, Article #241. Retrieved June 8, 2012, from http://www.lrrd.org/lrrd23/11/elam23241.htm. Estany J, Camacho J, Baselga M, Blasco A. 1992. Selection response of growth rate in rabbit for meat production. Genet Sel Evol. 24:527-537. Falconer DS, Mackay TFC. 1996. Quantitative

Genetics. Fourth Ed. England: Longman Group Ltd.

Gondret F, Combes S, Larzul C, de Rochambeau H. 2002. Effects of divergent selection for body weight at a fixed age on histological, chemical and rheological characteristics of rabbit muscles. Livest Prod Sci. 76:81-89.

Hardjosubroto W. 1994. Aplikasi Pemulabiakan Ternak di Lapangan. Jakarta. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Hernández P, Aliaga S, Pla M, Blasco A. 2004. The effect of selection for growth rate and slaughter age on carcass composition and meat quality traits in rabbits. J Anim Sci. 2:3138-3143.

Iraqi MM. 2008: Estimation of Genetic parameters for post-weaning growth traits of Gabali rabbits in Egypt. Livestock Research for Rural Development. Volume 20, Article #69. Retrieved March 1, 2012, from http://www.lrrd.org/ lrrd20/5/iraq20069.htm (Diakses 12 Januari 2012).

Khalil MH, Al Saef AMM. 2008. Methods, criteria, techniques and genetic responses for rabbit selection: a review. 9th World Rabbit Congress-June 10-13, 2008-Verona-Italy. pp.1-22.

Khalil MH, Al-Sobayel K, Hermes IH, Al-Homidan AH. 2002. Crossbreeding effects for post-weaning growth, rectal and ears temperatures and respiration rates in crossing Saudi Gabali with Spanish V-Line rabbits. In Proc. 7th World Congress.

Khalil MH, Owen JB, Afifi EA. 1986. A review of phenotipic and genetic parameter associated with meath production trait in rabbit. Animal Breeding Abstracts. 5(9):725-749.

Larzul C, Gondret F, Combes S, de Rochambeau H. 2005. Divergent selection on 63-day body

weight in the rabbit: response on growth, carcass and muscle traits. Genet Sel Evol. 37:105-122.

Lukefahr SD, Odi HB, Atakora JKA. 1996. Mass selection for 70-day body weight in rabbits. J Anim Sci. 74:1481-1489.

Lukefahr, Cheeke. 1990. Rabbit project planning strategies for developing countries. (2) Research applications. Livestock Research for Rural Development. Vol.2(2). http://www.lrrd.org/lrrd2/3/cont23.htm (Diakses 12 Januari 2012).

Martojo H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas. Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

McNitt JI, Lukefahr SD. 1996. Genetic and environmental parameters for postweaning growth traits of rabbits using an animal model. In Proc. 6th World Rabbit Congress, 1996 July, Toulouse, France, 325-329.

Mgheni M, Christensen K. 1985. Selection experiment on growth and litter size in rabbits. II. Two-way selection response for body weight at 112 days. Acta Agric Scand. 35:287-294.

Moura ASAM, Polastre R, Carmelo MJ. 1991. Genetic study of individual performance from weaning to slaughter in Selecta rabbits. J Appl Rabbit Res., 14:228-234.

Nagy I, Ibañez N, Romvári R, Mekkawy W, Metzger SZ, Horn P, Szendrı ZS. 2006. Genetic parameters of growth and in vivo computerized tomography based carcass traits in Pannon White rabbits. Livest Sci. 104: 46-52. Noor RR. 2000. Genetika Ternak. Penebar Swadaya,

Jakarta.

Piles M, Blasco A. 2003. Response to selection for growth rate in rabbits estimated by using a control cryopreserved population. World Rabbit Sci. 11:53-62.

Sánchez JP, Baselga M, Silvestre MA, Sahuquillo J. 2004. Direct and correlated responses to selection for daily gain in rabbits. In Proc. 8th World Rabbit Congress, 2004 September, Puebla, Mexico. 169-174.

Statistics Analytical System (SAS). 1985. SAS User's Guide. SAS Inst. Inc. Cary. NC.

(7)

DISKUSI

Pertanyaan:

1. Meningkatkan penerimaan konsumen terhadap daging kelinci untuk melakukan uji palatabilitas diperoleh kesukaan konsumen?

2. Mengapa hasil seleksi menurunkan keragaman bobot badan umur 10 minggu?

3. Pengembangan kelinci selalu terkendala pasar yang tidak tersedia, bagaimana pemecahannya.

Jawaban:

1. Peubah uji palatabilitas dapat dilakukan sebagai pelengkap uji sifat fisik dan kimia daging kelinci penelitian.

2. Seleksi bertujuan untuk meningkatkan produktivitas ternak dengan menyeragamkan sifat yang diseleksi.

3. Produk kelinci dapat berupa kelinci hias/pet, kelinci potong/pedaging, kelinci sebagai hewan percobaan, bahkan untuk pakan reptil. Peternak harus dibantu dalam pemasaran kelinci dengan melihat kesesuaian pasar (demand) di daerah dimana kelinci akan dikembangkan, yaitu dengan membangun sistim pemasaran berikut kelembagaan/organisasinya sehingga pengembangan kelinci dapat berkelanjutan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka judul yang dipilih adalah “ Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kepercayaan Terhadap Loyalitas dengan Kepuasan Nasabah Sebagai Variabel

POKJA PELELANGAN KONSULTANSI PENGAWASAN PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH KAMPUS II STAIN JURAI SIWO METRO TAHUN

Cara penilaian ini dianggap lebih otentik dari pada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya (Asep Jihad dan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terdapat pengendalian sosial yang dilakukan oleh orang tua pada anak dalam menggunakan smartphone di rumah khususnya

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia dan penyertaan – Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas yang berjudul ” ANALISIS

Keunggulan konsep PT. Takaful dalam memberikan jaminan kepada kontraktor dengan memenuhi rasa keadilan juga menjadi peluang bagi berkembangnya PT. Takaful, seperti

plototan dan sapuan langsung dengan tangan. Affandi sebagai perintis seni rupa modern dan memiliki ciri khas tersendiri pada hasil lukisannya tersebut menjadikan lukisannya