• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR FEASIBILITY STUDY (FS) DAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PLTS : DESA SUNGAI RAMBUT KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN AKHIR FEASIBILITY STUDY (FS) DAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) PLTS : DESA SUNGAI RAMBUT KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

FEASIBILITY STUDY (FS) DAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)

PLTS : DESA SUNGAI RAMBUT

KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI

DESEMBER, 2016

Lakpesdam PBNU

Jl. KH. Ramli Selatan 20A Menteng Dalam, Tebet, Jakarta 12870

Phone numbers: +62 8298855 / 8281641 Fax. : +62 8354925

Email:

lakpesdam@lakpesdam.or.id lkpesdam@cbn.net.id

PUSAT STUDI ENERGI Universitas Gadjah Mada

Sekip Blok K1.A Kampus Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta, Indonesia E-Mail pse@ugm.ac.id Phone +62-0274-549429 Fax +62-0274-549429

(2)

i

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 3

1.3. Ruang Lingkup Kegiatan ... 4

BAB 2 GAMBARAN UMUM ... 5

2.1. Gambaran Umum Lokasi ... 5

2.1.1. Akses ke Lokasi ... 5

2.1.2. Akses ke Jaringan PLN Terdekat ... 6

2.1.3. Kondisi Eksisting Penggunaan Energi Penerangan ... 6

2.1.4. Daya beli masyarakat ... 9

2.2. Komponen Instalasi ... 9

BAB 3. ASPEK KELAYAKAN ... 11

3.1. Aspek Legal ... 11

3.2. Aspek Ekonomi Sosial ... 11

3.3. Aspek Teknis ... 14

3.4. Aspek Kelembagaan dan Pengelolaan ... 14

3.4.1. Kelembagaan dan Pengelolaan ... 14

3.4.2. Delivery mechanism ... 17

3.5. Aspek Usulan Pembiayaan... 19

3.5.1. Usulan Biaya ... 19

3.5.2. Subsidi silang ... 20

3.5.3. Mekanisme Pembayaran dan Tabungan ... 20

3.6. Aspek Mitigasi Dampak Intervensi Teknologi ... 21

BAB 4. RANCANGAN TEKNIS ... 22

4.1. Parameter Rancangan ... 22

PLTS 100 WP ... 22

PLTS 600 WP ... 25

PLTS 1.000 WP ... 27

(3)

ii

PLTS 2.000 WP ... 30

PLTS 2.400 WP ... 32

4.2. Rancangan Sistem dan Konstruksi ... 35

4.3. Rancangan Anggaran Biaya Pembangunan ... 36

4.4. Gambar Teknik ... 43

BAB 5 KESIMPULAN ... 44

5.1. Kelayakan Pemanfaatan Energi Tenaga Surya ... 44

5.2. Kelayakan untuk Rumah Tangga ... 44

5.3. Kelayakan untuk Fasilitas Umum ... 44

5.4. Kelayakan untuk Usaha Produktif ... 44

5.5. Kelembagaan dan Pengelolaan ... 44

REFERENSI ... 46

LAMPIRAN ... 47

Lampiran A. Akses menuju lokasi ... 47

Lampiran B. Kondisi Rumah dan Fasilitas Umum ... 49

Lampiran C. Kondisi PLTD Desa Sungai Rambut ... 53

Lampiran D. Spesifikasi Komponen PLTS berdasarkan Permen ESDM RI Nomor 3 Tahun 2016 . 60 1. Modul Surya ... 60

2. Solar Charge Controller / Battery Control Unit ... 60

3. Inverter (untuk PLTS non rumah tangga/penerangan) ... 61

4. Baterai ... 61

5. Penyangga Modul Surya (Module Array Support) untuk PLTS non rumah tangga/ penerangan 62 6. Penyangga Modul Surya (Module Array Support) untuk rumah tangga/ penerangan ... 63

7. Panel Box ... 63

8. Instalasi Rumah ... 63

9. Sistem Pengaman ... 64

(4)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Energi merupakan hal yang penting bagi kehidupan masyarakat. Berbagai bentuk energi yang berkaitan langsung dengan masyarakat misalnya energi panas untuk memasak, serta energi listrik untuk penerangan dan peralatan listrik lainnya. Energi listrik bagi masyarakat modern telah menjadi kebutuhan primer yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Aktivitas di rumah, kantor hingga transportasi nyatanya membutuhkan pasokan listrik yang tidak sedikit.

Gambar 1. 1 Rasio elektrifikasi Indonesia 2015 [EBTKE,2016]

Gambar 1. 1 menunjukkan rasio elektrifikasi di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2015. Rasio elektrifikasi didefiniskan sebagai total jumlah penduduk yang dapat menikmati suplai listrik dari PLN dibandingkan dengan jumlah penduduk total. Sampai dengan tahun 2015, penduduk Indonesia yang telah mendapatkan akses listrik dari PLN mencapai 88,3%. Tiga provinsi dengan rasio elektrifikasi tertinggi adalah Bangka Belitung (99,97%) Jakarta (99,8%), dan Banten (95,64%), sementara tiga provinsi dengan rasio elektrifikasi terendah adalah Papua (45,93%), Nusa Tenggara Timur (58,64%) serta Sulawesi Tenggara (68,84%). Walaupun Provinsi Bangka Belitung merupakan provinsi dengan rasio elektrifikasi tertinggi di Indonesia, tetapi energi listrik yang terjual di Bangka Belitung hanya mencapai 602,58 GWh [Statistik PLN 2015, p7]. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan Jawa Barat yang mencapat 16.794,88 GWh [Statistik PLN 2015, p7]. Energi terjual ini khusus untuk listrik yang terjual pada rumah tangga di tahun 2015.

(5)

2 Sampai dengan tahun 2015, pembangkit listrik terpasang di Indonesia didominasi oleh bahan bakar fosil. Kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebesar 21,087 GW [Statistik PLN 2015, p71] dipasok oleh batu bara dengan kualitas menengah hingga rendah. Pemasok listrik terbesar kedua adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas-Uap (PLTGU) sebesar 8,894 GW [Statistik PLN 2015, p71] yang dipasok oleh batu bara, minyak dan gas. Total pembangkit listrik terpasang di Indonesia adalah 55,528 GW [EBTKE,2016].

Gambar 1. 2 Potensi energi baru dan terbarukan [EBTKE,2016]

Gambar 1. 2 menunjukkan potensi energi baru dan terbarukan yang dimiliki Indonesia. Potensi terbesar yang dimiliki adalah energi surya dengan perhitungan potensi mencapai 532,6 GWp.

Sementara saat ini baru 0,08 GWp panel surya yang telah terpasang di seluruh Indonesia. Sejatinya, pemanfaatan potensi energi surya cocok untuk daerah di Indonesia yang jauh dari jangkauan distribusi listrik PLN. Pulau-pulau kecil ataupun daerah dengan kondisi rumah yang tersebar akan lebih baik memanfaatkan energi surya off-grid sebagai pasokan listriknya. Adanya pembangkit listrik yang digunakan masyarakat secara langsung, akan menjadikan mereka mandiri dan tidak tergantung pasokan listrik dari luar. Ketersediaan energi listrik diharapkan dapat membuat masyarakat lebih produktif yang dalam jangka panjang mampu menaikkan kesejahteraan mereka.

Program Kemakmuran Hijau yang dikembangkan oleh MCC (Millenium Challenge Corporation) dan dipraktekkan di Indonesia melalui MCA Indonesia mencoba mempertegas dan memperkuat komitmen negara di dalam menata strategi pembangunan ke depan untuk lebih memperhatikan faktor lingkungan tanpa sedikitpun menghilangkan upaya penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rumah tangga miskin di perdesaan.

(6)

3 Proyek yang diusulkan oleh Konsorsium Kemala (selanjutnya disebut Konsorsium) ini terfokus pada dua hal yang saling berkaitan satu sama lainnya yakni: (1) peningkatan pendapatan masyarakat guna mengurangi kemiskinan dan (2) pemanfaatan energi dan mendorong perilaku berusaha ramah lingkungan melalui pengurangan emisi karbon sebagai penyelamatan lingkungan dan kepentingan generasi mendatang.

Proyek di dalam Jendela 2 ini merupakan proyek skala terbatas yang dimaksudkan untuk mempraktikkan berbagai model pembangunan berbasis komunitas dalam mewujudkan kedua tujuan di atas. Konsorsium meresponnya dengan memilih menggunakan energi terbarukan sebagai pendekatan utama –yang pada gilirannya mendorong pengurangan emisi karbon– guna memberi peluang peningkatan nilai tambah dari usaha sektor pertanian yang nantinya akan dapat memutus rantai kemiskinan yang selama ini menjerat rumah tangga miskin yang tinggal di desa yang belum mendapat akses terhadap listrik tersebut.

Salah satu daerah yang belum mendapatkan akses listrik dari PLN Desa Sungai Rambut yang terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Jambi. Salah satu alasan PLN belum sampai di desa ini kemungkinan karena letaknya yang berada di seberang Sungai Batanghari. Sungai Batanghari sendiri dilewati oleh kapal-kapal besar dnegn muatan berat, untuk memasang kabel bawah laut masih tidak memungkinkan untuk dilakukan. Pada studi kelayakan kali ini akan dijelaskan kondisi terkini serta rencana pemasangan beberapa sistem PLTS di Desa Sungai Rambut.

1.2.Maksud dan Tujuan

Studi kelayakan secara spesifik berkaitan erat dengan implementasi instalasi pembangkit listrik tenaga surya di lokasi proyek, yang akan mengidentifikasi calon penerima manfaat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), baik untuk rumah tangga, fasilitas publik, maupun pendukung usaha produktif di desa. Studi kelayakan juga akan mengidentifikasi secara teknis berbagai pilihan skenario dalam perencanaan instalasi PLTS, sejak tahap persiapan, tahap instalasi, hingga tahap pasca-instalasi.

Tujuan dari studi kelayakan ini adalah:

1. melakukan pengumpulan data dan analisis mengenai eksisting energi yang digunakan masyarakat dan analisis pengelolaan energi tersebut,

2. melakukan pengumpulan data dan informasi untuk mendapat gambaran kondisi desa yang menjadi lokasi proyek, dari sisi akses lokasi (orang maupun barang) dan kondisi wilayah, 3. melakukan analisis kelayakan instalasi pembangkit listrik tenaga surya di lokasi proyek dari

aspek teknis, legal, sosial, ekonomi, kelembagaan dan pengelolaan.

(7)

4 4. Merekomendasikan teknis pembangunan instalasi, kelembagaan dan model pengelolaan

PLTS.

1.3.Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan studi kelayakan terbatas pada pendataan energi eksisting (listrik dan panas), ketersediaan air bersih, calon penerima manfaat PLTS (rumah tangga dan fasilitas publik), dan deskripsi sumber daya alam yang berpeluang untuk ditingkatkan nilai tambahnya dengan memanfaatkan PLTS.

(8)

5

BAB 2 GAMBARAN UMUM

2.1. Gambaran Umum Lokasi 2.1.1. Akses ke Lokasi

 Akses ke Lokasi. Akses menuju Desa Sungai Rambut, ditempuh dengan rute:

1. Empat (4) jam perjalanan darat dari Bandara Sultan Thaha Jambi ke Desa Rantau Rasau I, Kecamatan Rantau Rasau, Kabupaten Tanjung Jabung Timur,

2. kemudian menyeberang dari Desa Rantau Rasau I ke Desa Sungai Rambut dengan kapal pompong sekitar 45-60 menit.

Koordinat lokasi (titik-titik terluar):

Utara 1,208422165 Timur 104,1732511 Selatan 1,249729274 Barat 104,1512988

Desa Sungai Rambut hanya dapat ditempuh dengan menggunakan perahu pompong dari beberapa penyeberangan, masyarakat biasa menyebut dengan SK. SK terdekat dengan Desa Sungai Rambut adalah SK 25 yang terletak di Desa Rantau Rasau. Selain itu, dari Desa Sungai Rambut dapat ditempuh dari SK 15, SK 16, dan SK 10. Jalan di Desa Sungai Rambut hampir semuanya telah dicor, sehingga dapat dilewati motor untuk simpangan. Jalan yang masih terjal hanya jalan yang menuju rumah terjauh yang berbatasan dengan Desa Rantau Rasau. Untuk menuju rumah, biasanya terdapat jalan setapak berupa kayu yang lebih tinggi dari dataran.

Hal ini bertujuan untuk meniti jalan keluar rumah saat banjir tiba. Dokumentasi akses menuju lokasi terdapat pada Lampiran A. Akses menuju lokasi.

 Gambaran Umum Wilayah. Kecamatan Berbak terdiri atas satu kelurahan dan lima desa yaitu Kelurahan Simpang, Desa Rawasari, Desa Rantau makmur, Desa Telago Limo, Desa Sungai Rambut dan Desa Rantau Rasau. Semua desa ini memiliki ketinggian 1-2 meter dari permukaan laut1. Jumlah penduduk Desa Sungai Rambut adalah 540 orang yang terdiri dari 155 KK2. Jumlah ini merupakan yang paling sedikit dibanding dengan desa dan kelurahan lain di Kecamatan Berbak. Terdapat 8 Rukun Tetangga (RT) di desa ini yang masing-masing terdiri dari sekitar 25 rumah. Delapan RT masuk dalam dua dusun yaitu Dusun Teluk Bahagia yang terdiri dari RT 1 – 4 serta Dusun Selat Jaya yang terdiri dari RT 5 – 8. Sebanyak 90%

masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan. Beberapa diantaranya bekerja sebagai petani untuk pekerjaan sampingan.

1 Berbak dalam angka 2015 p 13

2 Berbak dalam angka 2015 p 21 dan p 23

(9)

6 Rumah-rumah masyarakat di Desa Sungai Rambut umumnya berbentuk panggung dan berdinding kayu. Rumah panggung dibuat karena saat musim penghujan, Sungai Batanghari seringkali meluap. Sehingga diperlukan konstruksi rumah yang lebih tinggi dari jalan menuju ke pintu masuk rumah yang biasanya terdapat jalan atau jembatan kayu. Ketinggian dibangunnya jalan kayu ini memperlihatkan ketinggian banjir yang terjadi di rumah tersebut.

Setiap tahun banjir terjadi pada bulan Desember – Februari. Rumah-rumah di Desa Sungai Rambut terletak berdekatan dan berkelompok. Hanya satu atau dua rumah yang terletak jauh dari pemukiman, sekitar 300-500 meter dari kelompok pemukiman masyarakat. 150 rumah menggunakan PLTD dan 13 rumah belum mendapatkan listrik sama sekali. Kondisi rumah dan fasilitas umum di Desa Sungai Rambut terdapat pada Lampiran B. Kondisi Rumah dan Fasilitas Umum.

2.1.2. Akses ke Jaringan PLN Terdekat

Akses PLN terdekat dari Desa Sungai Rambut berada di Desa Rantau Makmur dan Kelurahan Simpang. Untuk menuju daerah tersebut, harus dilalui dengan kapal pompong karena tidak dapat ditempuh dengan jalur darat. Hal ini pula yang mungkin membuat akses PLN belum sampai di Desa Sungai Rambut.

2.1.3. Kondisi Eksisting Penggunaan Energi Penerangan

2.1.3.1. Sistem dan Jenis Energi yang digunakan saat ini

 Sistem. Saat ini masyarakat Desa Sungai Rambut menikmati listrik dari PLTD yang dimiliki oleh setiap Rukun TEtangga (RT). PLTD mulai digunakan masyarakat pada tahun 2010 dari hasil iuran. Sebelumnya, di tahun 2008 masyarakat Desa Sungai Rambut mendapat bantuan PLTS terpusat dari Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) dengan kapasitas 5 kWp. PLTS terpusat ini dipasang di lahan mantan kepala desa Desa Sungai Rambut (Beliau menjabat kepala desa saat pemasangan sistem PLTS terpusat). Sistem ini rusak setelah duatahun digunakan masyarakat karena beban berlebih di masyarakat.

 Rumah Tangga Penerima Manfaat. Desa Sungai Rambut memiliki 8 RT yang menggunakan 5 PLTD berbeda. Terdapat 3 RT yang bergabung dengan PLTD RT lainnya.

PLTD RT 1 memiliki jumlah pelanggan 19 rumah; PLTD RT 2 dan 3 memiliki pelanggan 49 rumah; RT 4 dan 5 memiliki pelanggan 33 rumah; PLTD RT 6 memiliki pelanggan 37 rumah dan PLTD RT 7 dan 8 memiliki pelanggan 12 rumah. Kapasitas terpasang PLTD berbeda- beda, secara berurutan dari RT 1 adalah 5 kVA, 15 kVA, 20 kVA, 3 kVA dan 10 kVA. PLTD rata-rata beroperasi mulai jam 18:00 – 23:00 setiap harinya. Untuk menikmati listrik PLTD masyarakat perlu membayar Rp 3.000,00 per hari.

(10)

7

 Pada sistem PLTS terpusat yang telah rusak, pada awalnya hanya untuk memberikan listrik kepada 42 rumah dengan tiga buah lampu LED dengan daya 3 watt di setiap rumahnya.

Setelah berjalan 3 bulan, masyarakat yang tidak mendapat listrik dari PLTS (sekitar 100 rumah), menginginkan agar listrik dari PLTS juga disalukan ke rumah mereka. Berdasarkan hasil musyawarah, diputuskan bahwa semua rumah (sekitar 150 rumah) berhak mendapat listrik dari PLTS. Hal ini mengakibatkan daya beban yang terlalu tinggi sehingga sistem tidak mampu lagi memberikan suplai listrik ke beban. Akibatnya, semua rumah tidak mendapatkan listrik yang optimal dari PLTS yang telah terpasang. PLTS terpusat ini hanya dapat beroperasi selama 1 tahun setelah dibangun. Selanjutnya, PLTS tidak lagi didistribusikan ke rumah- rumah warga.

 Fasilitas Umum/Publik. Ada beberapa fasilitas publik yang terdapat di Desa Sungai Rambut, yatu SD, PAUD, Kantor Desa lama dan baru, Kantor BPD, Gedung pertemuan, mushola dan masjid. Tetapi yang menggunakan listrik dari PLTD hanya mushola dan masjid untuk penerangan dan speaker.

2.1.3.2. Manajemen

 Kelembagaan Pengelolaan. Menurut penuturan masyarakat, pengelolaan PLTS awalnya bagus, mereka dipilih oleh aparat desa dan Dinas SDM Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Tetapi karena keinginan masyarakat yang tidak terkontrol sehingga mengakibatkan peralatan listrik mulai menurun performansinya karena kelebihan bebn, pengeola mulai disalahkan. Warga merasa tidak puas karena dijatah 1 lampu setiap rumah dengan kapasitas 8 W. Pengelola memberikan alternatif untuk memperbolehkan memasang 3 lampu dengan daya masing-masing 3 W. kemudian ada masyarakat yang memaksa menggunakan listrik untuk TV sehingga merusak sistem secara keseluruhan.

Sementara untuk PLTD, pengelola ada 2 orang, operator dan pengumpul iuran. Setiap hari masyarakat harus membayar iuran sebesar Rp 3.000,00 untuk menikmati listrik. Petugas pengumpul iuran ini digratiskan dari biaya pembayaran listrik sebagai kompensasi atau “gaji”.

Pengelola PLTD ini belajar secara otodidak dan tidak pernah mendapat pelatihan terkait system PLTD. Mesin dioperasikan pada pukul 18:00 dan akan dibiarkan mati saat bahan bakar telah habis. Untuk satu malam, solar yang digunakan sebanyak 5 liter dengan harga solar di Desa Sungai Rambut sebesar Rp 7.500,00 per liter.

Secara hukum, kelembagaan di Desa Sungai Rambut tidak secara legal berada di bawah desa.

Pengelola PLTD bekerja atas dasar kepercayaan dari masyarakat. Secara pembiayaan, uang yang terkumpul setiap bulan akan digunakan untuk membeli bahan bakar solar. Setiap hari

(11)

8 masyarakat menghabiskan Rp 37.500,00 untuk bahan bakar. Sementara uang yang terkumpul dari iuran setiap hari dengan asumsi jumlah pelanggan 20 rumah, maka uang yang terkumpul setiap hari adalah Rp 60.000,00. Sisa dana Rp 22.500,00 digunakan untuk transportasi dari desa untuk membeli bahan bakar di luar desa. Bila masih ada dana tersisa, digunakan untuk tabungan jika mesin mengalami kerusakan.

 Pembiayaan untuk Fasilitas Publik/Umum Fasilitas publik yang mendapat listrik dari PLTD adalah mushola dan masjid. Akses listrik untuk mushola dan masjid selama ini digratiskan. Peraltan listrik yang terdapat di kedua fasilitas publkk ini hanya lampu dan speaker.

2.1.3.3. Isu yang Muncul

 Pengelolaan. Isu yang muncul terkait pengelola PLTS adalah kurang puasnya masyarakat dengan listrik yang dihasilkan. Sementara untuk pengelola PLTD, tidak ada isu pengelolaan yang dikeluhkan masyarakat. Selama ini yang menjadi pengelola tidak dipilih tetapi sukarela.

TIdak ada pergantian yang rutin untuk 2 pengelola di setiap PLTD. Pengelola diganti apabila mereka meninggalkan desa atau berniat untuk berhenti karena ada pekerjaan lain. Tetapi selama masih di desa dan bersedia untuk berkeliling atau menghidupkan mesin, pengelola tidak akan berganti. Kerelaan masyarakat untuk berpartisipasi sebagai pengelola ini dikarenakan mereka merasa dapat mengurangi pengeluaran untuk membayar listrik dengan menjadi pengelola karena pengelola digratiskan dari iuran listrik.

 Teknis. Secara teknis, untuk sistem PLTS isu yang muncul adalah kelebihan beban dari masyarakat. Sementara untuk PLTD, mesin yang digunakan perlu diperbaiki dan dikelola dengan baik agar lebih awet. Misalnya dilakukan pembersihan peralatan serta perawatan yang teratur dan terjadwal. Saat ini kondisi yang terjadi adalah mesin yang digunakan sudah berwarna hitam karena jelaga serta perkabelan yang tidak rapi. Dokumentasi PLTD terdapat di Lampiran C. Kondisi PLTD Desa Sungai Rambut.

 Sosial. Isu sosial yang muncul di masyarakat adalah keinginan masyarakat agar listrik yang diberikan dapat digunakan untuk banyak peraltan listrik, padahal listrik yang disuplai tidak cukup besar. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang sistem yang dipasang di desa mereka. Sosialisasi serta pemberian pengetahuan yang baik akan membuat masyarakat paham dan mengerti bagaimana menjaga sistemnya agar dapat bekerja dalam jangka waktu yang lama.

(12)

9 2.1.4. Daya beli masyarakat

 Rerata Pendapatan Masyarakat. Rata-rata pendapatan masyarakat di Desa Sungai Rambut kurang lebih Rp 2.000.000,00. Pengeluaran masyarakat di Desa Sungai Rambut kurang lebih sekitar Rp 1.718.000,00 dengan porsi pengeluaran terbesar masyarakat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan, misalnya untuk membeli beras, minyak goreng, teh, kopi, gula, serta kebutuhan sayur mayur dan lauk pauk. Selain makanan, pengeluaran terbesar selanjutnya adalah untuk rokok.

 Kesediaan membayar penggunaan energi. Saat ini masyarakat mengalokasikan dana pembayaran PLTD sebesar 4,5% dari total pendapatan. Besarnya harga Rp 3.000,00 telah dimusyawarahkan dan disepakati bersama. Listrik dair PLTD biasanya digunakan masyarakat untuk penerangan dan penggunaan TV. Rumah di Desa Sungai Rambut tidak memiliki saklar untuk peralatan listrik, artinya peralatan listrik akan menyala jika PLTD menyala dan begitupun saat PLTD tidak beroperasi. Hal ini yang menyebabkan kerusakan pada peralatan elektronik warga.

2.2. Komponen Instalasi

Gambar 2. 1 Peta lokasi Desa Sungai Rambut

(13)

10

 Pada peta tersebut terlihat bahwa lokasi rumah di Desa Sungai Rambut membentang sepanjang 3,3 km dengan lebar sekitar 200 meter. Lokasi desa yang berada di tepi Sungai Batanghari menyebabkan desa ini mengalami banjir tahuan. Jarak rumah terjauh adalah 6 km dan dapat ditempuh dengan sepeda motor.

 Instalasi PLTS di Desa Sungai Rambut terdiri atas beberapa hal, yaitu:

o Solar Home System (SHS) kapasitas 100 Wp untuk penerangan di rumah tangga o PLTS rooftop 600 Wp untuk masjid

o PLTS rooftop 1000 Wp untuk sekolah o PLTS rooftop 2000 Wp untuk usaha kecil

 Komponen instalasi PLTS tersebut akan mengacu pada Lampiran I Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Energi Skala Kecil Tahun Anggaran 2016, dengan beberapa perubahan teknis kaitannya dengan kondisi lapangan. Komponen tersebut dapat dilihat pada Lampiran D. Spesifikasi Komponen PLTS berdasarkan Permen ESDM RI Nomor 3 Tahun 2016.

(14)

11

BAB 3. ASPEK KELAYAKAN

3.1. Aspek Legal

 PLTS untuk rumah tangga akan ditempatkan di atap rumah masing-masing warga. Sehingga tidak ada isu lahan yang dijumpai untuk skema ini. Pada bulan September 2016 telah dilakukan focus group discussion (FGD) dengan masyarakat dan telah disampaikan skema SHS yang akan dilakukan. Masyarakat menanggapi dengan baik dan tidak ada masalah dari sisi mereka.

 Sementara pada PLTS rooftop untuk masjid akan diletakkan di atap masjid. Secara legal, kepemiikan PLT akan menjadi milik desa dan masjid diberikan hak pakai peralatan.

 PLTS rooftop untuk usaha akan ditempatkan di sekolah hijau untuk dikelola oleh kader hijau dengan skema usaha semacam koperasi. Penjelasan untuk sekolah hijau dan usaha yang dilakukan dijelaskan lebih jauh pada subbab 3.4.

 Izin Taman Nasional Berbak akan keluar pada sekitar minggu kedua Desember (6-9 Desember 2016), sedangkan SPPL dari BLH dan IMB untuk bangunan baru akan dikelola secara kolektif oleh GPM KEHATI.

3.2. Aspek Ekonomi Sosial

 Akseptabilitas Masyarakat terhadap PLTS. Saat dilakukan penjelasan terkait akan diimplementasikannya PLTS di Desa Sungai Rambut, secara umum masyarakat cukup antusias.

Salah satu hal yang membuat masyarakat antusias adalah keberhasilan SHS di Desa Rantau Makmur. Masyarakat melihat di desa tersebut PLTS dapat beroperasi selama kurang lebih 4 tahun tanpa pergantian peralatan yang mahal (baterai). Pada forum tersebut dijelaskan pula bahwa nantinya mereka harus menabung untuk membeli baterai setelah sekitar 3-4 tahun. Iuran SHS memang tidak lebih besar dari PLTD tetapi keuntungan PLTD bagi mereka adalah bisa digunakan untuk selain penerangan. Sehingga masyarakat berpikir bahwa kelak jika telah ada PLTS, listrik dari PLTD akan digunakan untuk peralatan listrik lainnya selain penerangan.

 Respon desa di sekitarnya. Menurut penuturan masyarakat masih ada satu desa yang lebih terpencil dan tidak memiliki akses terhadap listrik. Di desa ini terdapat sekitar 400 KK. Tetapi jaraknya cukup jauh dari Desa Sungai Rambut. Masyarakat Desa Sungai Rambut hanya mengusulkan PLTS untuk desa ini, tetapi dari desa tersebut tidak ada rasa iri ataupun kecemburuan social dengan program Konsorsium Kemala di Desa Sungai Rambut.

 Kemampuan Masyarakat untuk membayar. Pemasukan rata-rata tiap rumah tangga adalah Rp 2.000.000,00. Selama ini masyarakat membayar listrik secara merata sebesar Rp 90.000,00 per bulan. Masyarakat tidak merasa keberatan dengan harga ini karena telah didiskusikan dan diputuskan bersama. Pada PLTS, masyarakat harus membayar sekitar Rp 48.000,00 - Rp 70.000,00 untuk dapat menimkati listrik. Uang ini menjadi tabungan mereka jika terjadi kerusakan pada baterai dengan estimasi usia baterai 3-4 tahun. Bagi masyarakat yang betul-

(15)

12 betul tidak mampu (kriteria akan diputuskan berdasarkan pandangan atau usulan dari pengelola serta musyawarah dengan masyarakat), akan diberikan subsidi silang dari iuran pada unit usaha atau sekolah hijau. Subsidi silang dilakukan tidak 100% tetapi disesuaikan dengan kondisi pendapatan warga yang tidak mampu membayar. Dana subsidi silang akan diperoleh dari unit produksi sekolah hijau yang secara ekonomi akan dijelaskan pada bab Pembiayaan untuk Usaha Produktif.

 Pembiayaan untuk Fasilitas Publik. Saat ini fasilitas publik (mushola dan masjid) digratiskan dari dana iuran listrik. Sementara sekolah tidak membutuhkan listrik karena anak-anak belajra pada siang hari. Selain itu, tidak ada peralatan listrik yang digunakan di sekolah. Kantor desa memiliki generator sendiri yang akan digunakan jika ada acara yang membutuhkan speaker atau kipas angin untuk dioperasikan.

Tabel Analisis Kondisi Eksisting

Penerima Manfaat Aspek Sosial Aspek Ekonomi

Masyarakat (diesel, minyak)

(1) listrik diesel tergantung pasokan solar dari luar; (2) kerusakan diesel akan menyebabkan padamnya listrik lebih dari sehari; (3) resiko lampu minyak pada jelaga dan rentan terbakar

-

Masjid

(1) Ibadah siang tidak terakomodasi oleh listrik karena diesel menyala malam; (2) listrik diesel tergantung pasokan solar dari luar; (3) kerusakan diesel akan menyebabkan padamnya listrik lebih dari sehari

-

SD KBM terbatas (tanpa audio-visual) -

Kantor Desa Kegiatan administrasi tanpa listrik -

PAUD, Posyandu, Balai

Pertemuan Kegiatan harian tanpa listrik di siang hari -

 Pembiayaan untuk Usaha Produktif. Usaha produktif yang akan diintervensi oleh Konsorsium Kemala adalah pembuatan pisang sale serta pembuatan kerupuk ikan. Untuk penjualan pisang sale, pengeringan menggunakan panas matahari. Listrik dari PLTS digunakan untuk mesin spinner setelah sale pisang digoreng serta untuk mesin pengepakan pisang sale.

Begitupun dengan kerupuk ikan. Listrik dari PLTS digunakan untuk pencampuran bahan yang menggunakan mixer, mesin pemotong kerupuk ikan saat mentah serta mesin pengemasan seara vakum. Perhitungan untuk kedua bisnis ini terlihat pada Tabel 3. 1.

(16)

13

Tabel 3. 1 Perhitungan usaha produktif masyarakat

Usaha sale pisang

Target produksi 100 kg/hari

Kebutuhan energi listrik 350 W

Penyusutan sampai menjadi produk 30%

Harga bahan baku 2000 rupiah/kg

Harga jual produk 26,000 rupiah/kg

Biaya produksi 3,500 rupiah/kg

Biaya produksi total harian 550,000 rupiah/hari

Jual produk 780,000 rupiah/hari

Keuntungan 230,000 rupiah/hari

Peralatan yang dibutuhkan

Mesin spinner 2 buah mesin spinner @150 watt

Mesin pengemas 2 buah mesin pengemas @350 W

Usaha Kerupuk ikan

Target produksi 20 kg/hari

Bahan baku 1 kg/hari

Produk 15 bungkus

Harga produk 5,000 rupiah/bungkus

Biaya produksi 45,000 rupiah/kg

harga jual produk 75,000 rupiah/kg

Keuntungan 30,000 rupiah/kg

600,000 rupiah/hari

Peralatan yang dibutuhkan

Mixer 1 buah 600 W

Mesin pemotong kerupuk 1 buah 135 W

Mesin spinner 2 buah mesin spinner @150 watt

Mesin pengemas 1 buah mesin pengemas @350 W

Selama ini permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah kesulitan untuk memasarkan hasil produk di desa. Untuk itu, peran PCNU Tanjung Jabung Timur dan PWNU Jambi sangat diperlukan dalam hal pemasaran produk. Masyarakat dalam jangka waktu pendek (selama proyek) dan panjang (pasca proyek) akan dikader dan didampingi mulai dari pengelolaan hingga packaging yang layak untuk dijual di pasaran. Desa Sungai Rambut diharapakan menjadi desa binaan dari PCNU Tanung jabung Timur dan PWNU Jambi pada umumnya.

Komitmen ini harus dijaga kedua belah pihak sebagai bukti kebermanfaatan akan adanya Nahdatul Ulama dalam berkontribusi di daerah, terutama untuk perkembangan Desa Sungai Rambut.

(17)

14

3.3.Aspek Teknis

Indonesia yang merupakan negara tropis dan mendapat sinar matahari sepanjang tahun, merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan PLTS. Berdasarkan data dari NASA (lat: -1.214;

long:104,161) , rata-rata radiasi matahari selama 22 tahun sejak Juli 1983 sampai dengan Juni 2005 di Desa Sungai Rambut terlihat pada Gambar 3. 1.

Gambar 3. 1 Intensitas radiasi matahari di Desa Sungai Rambut3

Berdasarkan data tersebut, rata-rata sinar matahari di Desa Sungai Rambut adalah 4,48 kWh/m2/hari. Potensi radiasi matahari ini dinilai layak untuk dapat dikembangkan PLTS di wilayah tersebut. Secara teknis, pemasangan PLTS di Desa Sungai Rambut akan dipasang secara tersebar sesuai dengan kondisi rumah di desa tersebut.

3.4.Aspek Kelembagaan dan Pengelolaan 3.4.1. Kelembagaan dan Pengelolaan

3.4.1.1. Model Kelembagaan yang berkelanjutan

 Kepemilikan dan sistem pinjam pakai. Semua peralatan bantuan dari MCAI bersifat pinjam pakai oleh masyarakat. Kepemilikan sistem berada pada level desa. Sistem ini digunakan untuk mengantisipasi masyarakat menjual PLTS yang terpasang di rumah, fasilitas umum atau usaha produktif di Desa Sungai Rambut.

 Kelembagaan manajemen. Kelembagaan pengelola merupakan unit di bawah Pengelolaan Desa Sungai Rambut. Sebelum dilakukan assessment lapangan, telah dilakukan diskusi

3https://eosweb.larc.nasa.gov/cgi-bin/sse/grid.cgi?&num=285089&lat=-

1.214&submit=Submit&hgt=100&veg=17&sitelev=&email=skip@larc.nasa.gov&p=grid_id&p=swv_dwn&p=

avg_dnr&p=clr_sky&p=declinat&p=mx_horizon&p=ret_tlt0&p=mnavail1&p=no_sun1&p=day_cld&p=T10M

&p=DLYRANGE&p=wspd50m&p=RH10M&step=2&lon=104.161

(18)

15 dengan Kepala Desa Sungai Rambut terkait rencana pemasangan PLTS. Secara umum, Beliau mendukung adanya rencana ini. Gambar 3. 2 menunjukkan rencana keberlanjutan program.

Secara kelembagaan, Sekolah HIjau yang dikelola oleh para Kader Hijau akan berada di bawah koordinasi Desa Sungai Rambut. Pada saat running project, Konsorsium Kemala mengajak PCNU Tanjung Jabung Timur untuk bersama-sama terjun ke masyarakat. Setelah project selesai, pendampingan akan diteruskan oleh PCNU Tanjung Jabung Timur dengan didukung oleh PWNU Jambi serta kerjasama dengan BAPPEDA Tanjung Jabung Timur.

Gambar 3. 2 Koordinasi stakeholder terkait untuk pengelolaan keberlanjutan usaha produktif masyarakat

3.4.1.2. Mekanisme pembayaran dan pengelolaan dana operasional

 Pembayaran untuk tabungan baterai harus diserahkan kepada pengelola rutin setiap bulan.

Warga yang membayar serta pengelola masing-masing harus memiliki kartu bukti bayar dan dicap setelah warga membayar. Penulisan tanggal pembayaran san penerima uang juga harus tertulis dengan jelas.

 Sumber dana pengelolan akan didapat dari iuran baterai dari masyarakat dan sekolah hijau.

Persewaan usaha produktif juga kan menjadi pemasukan untuk pengelola sehingga dapat memberikan subsidi untuk masyarakat. Selain itu, nantinya setiap masyarakat yang mendapat bantuan PLTS harus menanam dua buah pohon di awal tahun implementasi SHS di rumah mereka. Setalah 3 tahun, pohon-pohon ini bisa ditebang untuk dijual dan pemasukannya digunakan untuk membeli baterai baru. Setelah ditebang, masyarakat harus menanam lagi dan ini harus menjadi kebiasaan warga agar kelak pembelian baterai dapat berlangsung terus menerus dan tidak ada alasan untuk tidak bisa membeli baterai karena tidak ada dana.

 Dana operasional pengelola diambil dari usaha pembuatan pisang sale serta pembuatan kerupuk ikan. Kader hijau akan diajarkan cara mengolah pisang sale serta kerupuk ikan

KONSORSIUM KEMALA

DESA SUNGAI RAMBUT

PCNU TANJUNG

JABUNG TIMUR

BAPPEDA TANJUNG JABUNG

TIMUR

PWNU JAMBI PASCA-PROJECT

RUNNING PROJECT

SEKOLAH HIJAU

(19)

16 dengan kualitas yang baik. Target pengembangan (pasar, harga, izin kesehatan) untuk usaha pisang sale adalah sebagai berikut:

 Jangka pendek (1-2 th) : produksi dijual di pasar desa dan 3 desa sekitar

 Jangka menengah (2-3 th) : mutu produk standar, mulai pengurusan ijin PIRT

 Jangka panjang : dijual di pasar kecamatan dan kabupaten, 300kg bahan/hr, sudah mendapatkan ijin PIRT

Sementara untuk target pembuatan kerupuk ikan adalah sebagai berikut:

 Jangka pendek (1-2 th) : produksi 3-5 kg ikan/hari, dijual di pasar desa dan desa sekitar

 Jangka menengah (2-3 th) : mutu produk standar, dikemas rapi, bersih, dengan alat pengemas vakum, mulai pengurusan ijin PIRT. Kapasitas menjadi 10-15 kg/hari

 Jangka panjang : dijual di pasar kecamatan dan kabupaten, sudah dengan ijin PIRT, Kapasitas menjadi 15-20 kg ikan/hari.

3.4.1.3. Tim Manajemen dan Peningkatan Kapasitas

 Kader Hijau menjadi bagian dari kelembagaan pengelola & dilatih untuk memelihara dan system pengelolaan. Kader hijau telah dipilih oleh asesor Kemala yang selama 2 minggu berinteraksi dengan masyarakat. Proses rekruitmen dijelaskan pada Gambar 3. 3.

Gambar 3. 3 Flowchart rekruitmen kader hijau

Berdasarkan proses rekruitmen tersebut, terpilihlah calon kader hijau di Desa Sungai Rambut.

Penlaian didasarkan atas beberapa pertimbangan:

1. Latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi

2. Kesediaan untuk menjalankan berbagai aktivitas baik di dalam maupun di luar desa terkait dengan kegiatan kader hijau

(20)

17 3. Kemampuan dalam membuat gagasan, menyampaikan pendapat danberargumentasi 4. Keaktifan daam forum bersama dan diskusi kelompon

5. Pemahaman tentang isu energi terbarukan dan pengembangan ekonomi warga

Selanjutnya, terpilihlah nama-nama dalam Tabel 3. 2 berikut berdasarkan ranking terbaik. Sebagai pengelola, kelak kader hijau akan digaji. Gaji dianggap penting karena pola voluntary tidak bisa diaplikasikan dalam jangka waktu yang lama. Masyarakat yang telah bekerja dan meluangkan waktu berhak untuk mendapatkan gaji. Sehingga adanya gaji ini penting untuk dianggarkan dalam pengelolaan sistem Sekolah Hijau dan usaha produktif yang dikelola oleh Kader Hijau.

Tabel 3. 2 Profil kader hijau di Desa Sungai Rambut

No Nama Usia Laki-laki/

Perempuan Pendidikan Pekerjaan Pengalaman Organisasi

1 Rafik 35 Laki-laki SMA Sekdes Karang taruna

2 Syamsiyah 26 Perempuan S1 Guru Pengurus BEM

3 Arifin 34 Laki-laki SMP Petani Kelompok tani

4 Syafrizal 34 Laki-laki SMP Petani Karang taruna

5 Al Amin 25 Laki-laki D3 Swasta Karang taruna

6 Maslina 32 Perempuan SD URT PKK

7 Irwansyah 22 Laki-laki SMA Swasta Karang taruna

8 Eva Salina 32 Perempuan SD URT PKK

9 Juhardi 30 Laki-laki MA BPD/Petani MP3KI

10 Maisaroh 32 Perempuan SD URT Kader Posyandu

11 Sapriyadi 36 Laki-laki SMP Guru/Petani Karang taruna

12 M. Isa 31 Laki-laki SMA Petani Karang taruna

13 Ermawati 32 Perempuan MTS URT PKK

14 Atdriansyah 22 Laki-laki SD Petani Karang taruna

15 Saprizal 34 Laki-laki SMP Petani Karang taruna

16 Miskiya 27 Perempuan SD URT Karang taruna

3.4.2. Delivery mechanism

3.4.2.1. Hak dan Kewajiban penerima manfaat

Hak dan kewajiban masyarakat terlihat pada Tabel 3. 3.

(21)

18

Tabel 3. 3 Hak dan kewajiban penerima manfaat PLTS

Pengguna Hak Kewajiban

Rumah tangga  Mendapat 1 buah panel surya kapasitas 100 Wp

 Mendapat 1 buah solar charge controller 20 A 12/24V

 Mendapat 1 buah baterai 12V-70 Ah

 Mendapat 4 buah lampu DC dengan daya masing- masing 3 W

 Peralatan perkabelan

 Merawat sistem dengan cara:

o Tidak mengubah instalasi listrik o Melakukan

pembersihan panel surya setiap 2 minggu

 Mengumpulkan iuran yang telah ditetapkan pengelola dengan tertib

 Tidak menjual barang-barang yang tercantum dalam kontrak Pos ronda /

Lapangan voli / musholla

 Mendapat 1 buah panel surya kapasitas 100 Wp

 Mendapat 1 buah solar charge controller 20 A 12/24V

 Mendapat 1 buah baterai 12V-70 Ah

 Mendapat 4 buah lampu DC dengan daya masing- masing 3 W

 Peralatan perkabelan

Masjid  Mendapat 6 buah panel surya kapasitas 100 Wp

 Mendapat 1 buah solar charge controller 60 A 48 V

 Mendapat 2 buah baterai 12V-100 Ah

 Mendapat 1 buah inverter min 800 W pure sine wave

 Mendapat 3 buah lampu LED dengan daya masing- masing 10 W

 Mendapat 2 electric socket

 Peralatan perkabelan

 Peralatan perawatan

Sekolah hijau  Mendapat 10 buah panel surya kapasitas 100 Wp

 Mendapat 1 buah solar charge controller 60 A 48 V

 Mendapat 4 buah baterai 12V-100 Ah

 Mendapat 1 buah inverter min 2000 W pure sine wave

 Mendapat 4 buah lampu LED dengan daya masing- masing 10 W

 Mendapat 2 electric socket

 Peralatan perkabelan

 Peralatan perawatan

Unit usaha  Mendapat 20 buah panel surya kapasitas 100 Wp

 Mendapat 2 buah solar charge controller 80A, 48V

 Mendapat 8 buah baterai 12V-100 Ah

 Mendapat 1 buah inverter min 3000 W pure sine wave

 Mendapat 6 buah lampu LED dengan daya masing- masing 10 W

 Mendapat 2 electric socket

 Peralatan perkabelan

 Peralatan perawatan

3.4.2.2. Keterlibatan masyarakat

Pada tahap assessment untuk menentukan rumah tangga, fasilitas umum serta usaha yang akan diberikan bantuan PLTS, masyarakat telah dilibatkan sebagai pemberi masukan ataupun usulan kepada asesor lapangan. Pada tahap pra-instalasi, disiapkan kader hijau yang telah terpilih untuk

(22)

19 menjadi pengelola PLTS nantinya. Pada saat tahap instalasi, masyarakat diminta aktif dan terlibat dalam pemasangan PLTS di rumah-rumah, fasilitas umum maupun usaha dengan cara gotong royong. Tahap terpenting adalah keterlibatan masyarakat dalam menjaga keberlangsungan PLTS pasca-instalasi. Pendampingan juga akan dilakukan oleh kader-kader Nahdatul Ulama di wilayah Tanjung JabungTimur dan Jambi pada umumnya seperti terlihat pada skema di Gambar 3. 2.

3.5. Aspek Usulan Pembiayaan 3.5.1. Usulan Biaya

 Biaya Operasional. Biaya operasional yang diperlukan setiap bulan adalah gaji pengelola dan tabungan untuk peralatan usaha jika terjadi kerusakan.

 Tabungan Baterai. Pada PLTS yang menggunakan sistem baterai, diperlukan biaya penggantian baterai kurang lebih setelah tiga – empat tahun masa pakai baterai. Untuk itu, diperlukan tabungan agar masyarakat bisa membeli baterai jika telah rusak.

 Perhitungan usulan biaya diperlihatkan sebagai berikut.

Tabel 3. 4 Skenario pembiayaan operasional dan pemeliharaan alat

Kebutuhan Pengeluaran Bulanan

Spesifikasi Unit Satuan Total

1. PLTS - Pembelian Baterai

Baterai 100 W 169 53,000 8,957,000

Baterai 600 W 1 150,000 150,000

Baterai 1.000 W 3 300,000 900,000

Baterai 2.000 W 2 600,000 1,200,000

Baterai Penjernih Air 1 150,000 150,000 2. PLTS - Perawatan

PLTS 100 W 169 5,000 845,000

PLTS 600 W 1 50,000 50,000

PLTS 1.000 W 3 50,000 150,000

PLTS 2.000 W 2 75,000 150,000

PLTS Penjernih Air 1 75,000 75,000

3. Operasional Usaha Produktif

Gaji "Sekolah Hijau" 10 300,000 3,000,000

Perawatan spinner 4 150,000 600,000

Perawatan pengemas 3 150,000 450,000

Perawatan mixer 1 150,000 150,000

Perawatan pemotong kerupuk 1 150,000 150,000

JUMLAH Pengeluaran Bulanan 16,977,000

Sumber Pembiayaan Bulanan

(23)

20

Spesifikasi Unit Satuan Total

1. Iuran Warga

Iuran masyarakat mampu 169 35,000 5,915,000

Sekolah Hijau 1 150,000 150,000

2. Usaha Produktif

Jasa spinner 30 24,000 720,000

Jasa pengemasan 30 42,000 1,260,000

Jasa mixer 30 24,000 720,000

Jasa pemotong kerupuk 30 6,000 180,000 3. Bagi Hasil Keuntungan

Sale Pisang - 20% 15 184,000 2,760,000

Kerupuk Ikan - 20% 15 120,000 1,800,000

Keuntungan Air Bersih 30 10,000 300,000 Penanaman Tanaman Khusus - 20% 338 10,000 3,380,000

JUMLAH Pemasukan Bulanan 17,185,000

3.5.2. Subsidi silang

Dana dari usaha produktif diharapkan dapat membantu biaya operasional untuk perawatan alat usaha dan gaji pengelola bulanan. Keuntungan usaha bisa digunakan untuk subsidi silang bagi fasilitas umum. Selain itu, sisa tabungan masih bisa digunakan untuk memberikan subsidi bagi rumah tangga masyarakat yang tidak mampu membayar iuran bulanan. Cara lain untuk menabung adalah dengan cara menanam pohon yang akan dipanen pada tahun dimana membutuhkan untuk membeli baterai pada sistem SHS maupun PLTS terpusat yang terpasang di desa.

3.5.3. Mekanisme Pembayaran dan Tabungan

• Warga dikenakan kewajiban membayar dengan nilai tertentu sesuai keputusan pengelola yang diputuskan secara kekeluargaan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.

• Iuran dilakukan dengan pengumpulan di Gedung Sekolah Hijau dan dibayarkan setiap bulan kepada pengelola agar uangnya dapat ditabung. Untuk fasilitas umum, jika usaha telah mampu menghasilkan keuntungan, maka iuran dana pada fasilitas umum akan diambil dari dana keuntungan usaha. Selama usaha belum menghasilkan keuntungan, maka perlu dicatat berapa bulan fasilitas umum harus menabung agar kelak dapat diambil dari keuntungan usaha. Rencana lain jika usaha tidak menghasilkan keuntungan, dana fasilitas umum disalurkan oleh PCNU Tanjung Jabung Timur dari dana infak, shodaqoh masyarakat yang dikelola Nahdatul Ulama.

(24)

21

3.6. Aspek Mitigasi Dampak Intervensi Teknologi

 Pemilihan akses listrik dari PLTD atau PLTS. Masyarakat yang telah mendapat bantuan PLTS untuk penerangan rumah tangga, tidak diperkenankan untuk menggunakan penerangan dari PLTD. Tetapi mereka diperkenankan untuk menggunakan PLTD untuk peralatan selain penerangan. Metode ini dilakukan agar kedua teknologi (PLTD dan PLTS) dapat beroperasi dengan optimal. PLTS yang diberikan di rumah adalah jaringan DC sehingga tidak dapat digunakan untuk peraltan listrik yang membutuhkan listrik AC. Sementara PLTD yang masih digunakan saat ini masih dapat beroperasi dengan baik, sehingga diharapkan listrik yang ada dari PLTD dapat dimanfaatkan untuk peralatan listrik lain agar masyarakat lebih produktif.

 Biaya iuran listrik di rumah tangga. Pada rumah yang memiliki PLTD dan PLTS, tentu saja pembayarannya akan dobel yaitu iuran PLTS dan iuran PLTD. Untuk itu masyarakat harus bijak dalam menentukna prioritas. Selama ini listrik yang menyala pada sore hari hanya digunakan untuk menonton sinetron yang tidak mendidik. Dengan adanya PLTS diharapkan listrik dari PLTD dapat digunakan untuk waktu-waktu produktif. Misalnya listrik tersebut akan digunakan untuk menumbuhkan usaha baru di masyarakat, misalnya usaha ibu-ibu untuk membuat kue dan dijual di pasar. Proses pembuatan kue ini membutuhkan listrik untuk mixer atau blender. Untuk itu, pendekatan masyarakat yang tepat perlu dilakukan agar masyarakat dapat memilih dengan bijak teknologi yang digunakan di rumah mereka.

(25)

22

BAB 4. RANCANGAN TEKNIS

4.1. Parameter Rancangan PLTS 100 WP

Perhitungan Beban

Beban setiap rumah yang akan mendapatkan sambungan PLTS terdiri dari 4 lampu LED hemat energi 5 watt dan 1 stop kontak. Energi rata-rata yang diterima rumah mencapai lebih dari 240 watt jam per hari.

Kebutuhan energi per hari

Analisis beban berupa kebutuhan energi total setiap hari. Rumus perhitungan energi ditunjukkan pada persamaan berikut

𝑾 = 𝒌 × 𝑷 × 𝒕 dengan,

W = energi (Watt-jam/hari) k = konstanta (jumlah beban) P = daya (Watt)

t = lama waktu penggunaan (jam)

Tabel 6.1. memperlihatkan perhitungan kebutuhan energi per hari pada semua beban Tabel 6.1. Kebutuhan energi setiap rumah Opsi 1

No Jenis Beban Jumlah Peralatan

Tegangan (volt)

Daya Beban (Watt)

Pemakaian (jam/hari)

Energi (Watt-jam)

1 Lampu Penerangan

Rumah 4 12 5 12 240

Total 240

Tabel 6.2. Kebutuhan energi setiap rumah Opsi 2 dengan memanfaatkan inverter

No Jenis Beban Jumlah Peralatan

Tegangan (volt)

Daya Beban (Watt)

Pemakaian (jam/hari)

Energi (Watt-jam)

1 Lampu Penerangan

Rumah 2 12 5 12 120

2 Inverter 1 220 30 4 120

Total 240

Jumlah energi total yang dibutuhkan setiap hari adalah 240 Watt-jam.

(26)

23 Kebutuhan panel surya

Panel Surya digunakan untuk mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listik. Perhitungan kapasitas panel surya yang harus dipasang agar memenuhi kebutuhan energi yang diharapkan menggunakan persamaan berikut ini

𝑷𝑾𝑷= 𝑾

𝒕𝒊𝒏𝒔× 𝒌𝒆𝒇 dengan,

kef = koefisien efisiensi; tins = penyinaran puncak per hari (hour/day); W = energi per hari (kWh/day);

PWP = Daya puncak panel surya (Watt) ;

Kerugian total dalam sistem PLTS dihitung dari penjumlahan kerugian komponen sistem. Jumlah kerugian dalam sistem PLTS ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel 6.3. Rugi-rugi pada PLTS No Jenis Rugi-rugi

(Losses) Nilai Rugi-Rugi Efisiensi

1 PV temperature loss 5% 95%

2 PV dirt/shading loss 3% 97%

3 Solar Charge

controller (PWM) 30% 70%

4 Battery Losses 10% 90%

5 Cable Losses 3% 97%

Total Efisiensi (kef) 56%

Sehingga perhitungan jumlah panel surya adalah sebagai berikut Diketahui :

W = 240 Watt-jam tins = 4,5jam kef = 53% = 0,53

Total kebutuhan panel surya :

𝑷𝑾𝑷= 𝑾

𝒕𝒊𝒏𝒔× 𝒌𝒆𝒇 = 𝟐𝟒𝟎

𝟒, 𝟓 × 𝟎, 𝟓𝟑= 𝟏𝟎𝟎, 𝟔 𝑾𝒂𝒕𝒕

Maka panel surya yang dibutuhkan adalah 100 Watt - peak.

Kebutuhan Baterai

Diketahui

W = 240 Watt-jam DoD = 30%

V = 12 Volt

(27)

24 Total kebutuhan baterai dalam Ampere – jam (Ah):

𝑩𝒂𝒕𝒄𝒂𝒑= 𝑾

𝑫𝒐𝑫 × 𝑽= 𝟐𝟒𝟎

𝟎, 𝟑 × 𝟏𝟐= 𝟔𝟔, 𝟔 𝑨 𝒅𝒊𝒃𝒖𝒍𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒂𝒔𝒊 𝟕𝟎𝑨𝒉

Sehingga, kebutuhan baterai pada PLTS adalah 12 Volt, 70 Ah dengan energi tersimpan sebesar 840Wh.

Kebutuhan Pengendali Pengisian Baterai

Dasar penentuan spesifikasi SCC adalah kapasitas arus hubung singkat total dan dan tegangan buka dalam satu kelompok panel surya. Sesuai dengan panel surya yang digunakan memliki arus pengisian maksimum 5,33 A maka kapasitas SCC yang digunakan dapat dihitung sebagai berikut:

𝐓𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐒𝐂𝐂 = (tegangan tebuka panel surya x 1,5) Tegangan SCC = 𝑉𝑂𝐶× 1,5

Tegangan SCC = (22,54 × 1,5) 𝐓𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐒𝐂𝐂 = 𝟑𝟑, 𝟕𝟓 𝐕𝐨𝐥𝐭 (𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐮𝐦)

𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐒𝐂𝐂 = (Arus Hubung Singkat × 2) Arus SCC = (I𝑀𝑃× 2)

Arus SCC = (5,33 × 2) 𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐒𝐂𝐂 = 𝟏𝟎, 𝟔𝟔 𝐀𝐦𝐩𝐞𝐫𝐞

Jadi pengendali pengisian baterai atau solar charge controller (SCC) yang akan digunakan mempunyai spesifikasi tegangan lebih dari 33,75 volt dan arus lebih dari 10,66 Ampere. Sehinga SCC yang digunakan mempunyai tegangan masimum 50 Volt dan arus 20 Ampere.

(28)

25

PLTS 600 WP

Perhitungan Beban

PLTS dengan kapasitas 600 WP digunakan untuk mensuuplai fasilitas publik berupa tempat ibadah atau balai perkumpulan warga. PLTS ini digunakan untuk memasok energi untuk lampu, pengeras suara, dan kipas angin.

Kebutuhan energi per hari

Analisis beban berupa kebutuhan energi total setiap hari. Rumus perhitungan energi ditunjukkan pada persamaan berikut

𝑾 = 𝒌 × 𝑷 × 𝒕 dengan,

W = energi (Watt-jam/hari) k = konstanta (jumlah beban) P = daya (Watt)

t = lama waktu penggunaan (jam)

Tabel 6.1. memperlihatkan perhitungan kebutuhan energi per hari pada semua beban Tabel 6.1. Kebutuhan energi setiap rumah

No Jenis Beban Jumlah Peralatan

Tegangan (volt)

Daya Beban (Watt)

Pemakaian (jam/hari)

Energi (Watt-jam)

1 Lampu Penerangan

Rumah 3 220 10 12 360

2 Beban Alternating

Curent (AC)

1 220 350 4 1.400

Total 1.760

Jumlah energi total yang dibutuhkan setiap hari adalah 1.760 Watt-jam.

Kebutuhan panel surya

Panel Surya digunakan untuk mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listik. Perhitungan kapasitas panel surya yang harus dipasang agar memenuhi kebutuhan energi yang diharapkan menggunakan persamaan berikut ini

𝑷𝑾𝑷= 𝑾

𝒕𝒊𝒏𝒔× 𝒌𝒆𝒇

(29)

26 dengan,

kef = koefisien efisiensi; tins = penyinaran puncak per hari (hour/day); W = energi per hari (kWh/day); PWP = Daya puncak panel surya (Watt) ;

Kerugian total dalam sistem PLTS dihitung dari penjumlahan kerugian komponen sistem. Jumlah kerugian dalam sistem PLTS ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel 6.2. Rugi-rugi pada PLTS No Jenis Rugi-rugi

(Losses) Nilai Rugi-Rugi Efisiensi

1 PV temperature loss 10% 90%

2 PV dirt/shading loss 3% 97%

3 PV Tolerance 5% 95%

4 Solar Charge

controller 5% 95%

5 Battery Losses 10% 90%

6 Inverter 8% 92%

7 Cable Losses 3% 97%

Total Efisiensi (kef) 63%

Sehingga perhitungan jumlah panel surya adalah sebagai berikut Diketahui :

W = 560 Watt-jam tins = 4,5 jam kef = 63% = 0,63

Total kebutuhan panel surya :

𝑷𝑾𝑷= 𝑾

𝒕𝒊𝒏𝒔× 𝒌𝒆𝒇

= 𝟏𝟕𝟔𝟎

𝟒, 𝟓 × 𝟎, 𝟔𝟑= 𝟔𝟐𝟎 𝑾𝒂𝒕𝒕

Maka jumlah panel surya yang dibutuhkan jika menggunakan panel surya berdaya 100 Watt / unit adalah

𝐶𝑃𝑉= 𝑃𝑊𝑃

𝑃𝑀𝐴𝑋=620

100= 6,2 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 ≈ 𝟔 𝒖𝒏𝒊𝒕 𝒑𝒂𝒏𝒆𝒍 𝒔𝒖𝒓𝒚𝒂 Kebutuhan Baterai

Diketahui

W = 1760 Watt-jam

kf-bat = 0,4 (40% energi malam hari)

DoD = 30%

V = 24 Volt

(30)

27 Total kebutuhan baterai dalam Ampere – jam (Ah):

𝑩𝒂𝒕𝒄𝒂𝒑=𝑾 × 𝒌𝒇−𝒃𝒂𝒕

𝑫𝒐𝑫 × 𝑽 =𝟏𝟕𝟔𝟎 × 𝟎, 𝟒

𝟎, 𝟑𝟎 × 𝟏𝟐 = 𝟗𝟕, 𝟕 𝑨𝒉 ≈ 𝟏𝟎𝟎 𝑨𝒉

Sehingga, kebutuhan baterai pada PLTS adalah 24 Volt, 100 Ah dengan energi tersimpan sebesar 2.400 Wh.

Kebutuhan Pengendali Pengisian Baterai

Dasar penentuan spesifikasi SCC adalah kapasitas arus hubung singkat total dan dan tegangan buka dalam satu kelompok panel surya. Sesuai dengan panel surya yang digunakan memliki arus pengisian maksimum 5,33 A maka kapasitas SCC yang digunakan dapat dihitung sebagai berikut:

𝐓𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐒𝐂𝐂 = (tegangan tebuka panel surya x seri x 1,5) Tegangan SCC = 𝑉𝑂𝐶× 2 𝑥 1,5

Tegangan SCC = (22,54 × 2 x 1,5) 𝐓𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐒𝐂𝐂 = 𝟔𝟕, 𝟔𝟐 𝐕𝐨𝐥𝐭 (𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐮𝐦)

𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐒𝐂𝐂 = (Arus Hubung Singkat × Jumlah Parallel × 1,5) Arus SCC = (I𝑀𝑃× 3 × 1,5)

Arus SCC = (5,33 × 3 × 1,5) 𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐒𝐂𝐂 = 𝟐𝟑, 𝟗 𝐀𝐦𝐩𝐞𝐫𝐞

Jadi pengendali pengisian baterai atau solar charge controller (SCC) yang akan digunakan mempunyai spesifikasi tegangan lebih dari 70 volt dan arus lebih dari 24 Ampere.

PLTS 1.000 WP

Perhitungan Beban

PLTS dengan kapasitas 1000 WP digunakan untuk mensuuplai fasilitas publik berupa sekolah. PLTS ini digunakan untuk memasok energi untuk lampu, computer dan projector.

Kebutuhan energi per hari

Analisis beban berupa kebutuhan energi total setiap hari. Rumus perhitungan energi ditunjukkan pada persamaan berikut

𝑾 = 𝒌 × 𝑷 × 𝒕 dengan,

W = energi (Watt-jam/hari)

k = konstanta (jumlah beban)

P = daya (Watt)

(31)

28

t = lama waktu penggunaan (jam)

Tabel 6.1. memperlihatkan perhitungan kebutuhan energi per hari pada semua beban

No Jenis Beban Jumlah Peralatan

Tegangan (volt)

Daya Beban (Watt)

Pemakaian (jam/hari)

Energi (Watt-jam)

1 Lampu Penerangan 4 220 9 12 432

2

Inverter untuk Beban

Alternating Curent

(AC)

1 300 8 8 2.400

Total 2.832

Jumlah energi total yang dibutuhkan setiap hari adalah 2.832 Watt-jam.

Kebutuhan panel surya

Panel Surya digunakan untuk mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listik. Perhitungan kapasitas panel surya yang harus dipasang agar memenuhi kebutuhan energi yang diharapkan menggunakan persamaan berikut ini

𝑷𝑾𝑷= 𝑾

𝒕𝒊𝒏𝒔× 𝒌𝒆𝒇 dengan,

kef = koefisien efisiensi; tins = penyinaran puncak per hari (hour/day); W = energi per hari (kWh/day);

PWP = Daya puncak panel surya (Watt) ;

Kerugian total dalam sistem PLTS dihitung dari penjumlahan kerugian komponen sistem. Jumlah kerugian dalam sistem PLTS ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel 6.2. Rugi-rugi pada PLTS No Jenis Rugi-rugi

(Losses) Nilai Rugi-Rugi Efisiensi 1 PV temperature

loss 10% 90%

2 PV dirt/shading

loss 3% 97%

3 PV Tolerance 5% 95%

4 Solar Charge

controller 5% 95%

5 Battery Losses 10% 90%

6 Inverter 8% 92%

7 Cable Losses 3% 97%

(32)

29 No Jenis Rugi-rugi

(Losses) Nilai Rugi-Rugi Efisiensi Total Efisiensi (kef) 63%

Sehingga perhitungan jumlah panel surya adalah sebagai berikut Diketahui :

W = 2.832 Watt-jam tins = 4,5 jam

kef = 63% = 0,63

Total kebutuhan panel surya :

𝑷𝑾𝑷= 𝑾

𝒕𝒊𝒏𝒔× 𝒌𝒆𝒇 = 𝟐𝟖𝟑𝟐

𝟒, 𝟓 × 𝟎, 𝟔𝟑= 𝟗𝟗𝟖, 𝟗𝑾𝒂𝒕𝒕

Maka jumlah panel surya yang dibutuhkan jika menggunakan panel surya berdaya 100 Watt / unit adalah

𝐶𝑃𝑉= 𝑃𝑊𝑃

𝑃𝑀𝐴𝑋 =998,9

100 = 9,9 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 ≈ 𝟏𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕 𝒑𝒂𝒏𝒆𝒍 𝒔𝒖𝒓𝒚𝒂 Kebutuhan Baterai

Diketahui

W = 2.832 Watt-jam

kf-bat = 0,5 (50% energi malam hari)

DoD = 35%

V = 12 Volt

Total kebutuhan baterai dalam Ampere – jam (Ah):

𝑩𝒂𝒕𝒄𝒂𝒑=𝑾 × 𝒌𝒇−𝒃𝒂𝒕

𝑫𝒐𝑫 × 𝑽 =𝟐𝟖𝟑𝟐 × 𝟎, 𝟓

𝟎, 𝟑𝟎 × 𝟏𝟐 = 𝟑𝟗𝟑, 𝟏 𝑨𝒉 ≈ 𝟒𝟎𝟎 𝑨𝒉

Sehingga, kebutuhan baterai pada PLTS adalah 12 Volt, 400 Ah atau dapat dikonfigurasi menjasi 24 Volt, 200 Ah dengan energi tersimpan sebesar 4.800Wh.

Kebutuhan Pengendali Pengisian Baterai

Dasar penentuan spesifikasi SCC adalah kapasitas arus hubung singkat total dan dan tegangan buka dalam satu kelompok panel surya. Sesuai dengan panel surya yang digunakan memliki arus pengisian maksimum 5,33 A maka kapasitas SCC yang digunakan dapat dihitung sebagai berikut:

𝐓𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐒𝐂𝐂 = (tegangan tebuka panel surya x jumlah seri x 1,5) Tegangan SCC = 𝑉𝑂𝐶× 2 𝑥 1,5

Tegangan SCC = (22,54 × 2 x 1,5)

(33)

30 𝐓𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐒𝐂𝐂 = 𝟔𝟕, 𝟔𝟐 𝐕𝐨𝐥𝐭 (𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐮𝐦)

𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐒𝐂𝐂 = (Arus Hubung Singkat × Jumlah Parallel × 1,5) Arus SCC = (I𝑀𝑃× 5 × 1,5)

Arus SCC = (5,33 × 5 × 1,5) 𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐒𝐂𝐂 = 𝟑𝟗, 𝟗 𝐀𝐦𝐩𝐞𝐫𝐞

Jadi pengendali pengisian baterai atau solar charge controller (SCC) yang akan digunakan mempunyai spesifikasi tegangan lebih dari 70 volt dan arus lebih dari 40 Ampere.

PLTS 2.000 WP

Perhitungan Beban

PLTS dengan kapasitas 2000 WP digunakan untuk mensuplai fasilitas produktif ekonomi. PLTS ini digunakan untuk memasok energi untuk lampu dan peralatan produksi.

Kebutuhan energi per hari

Analisis beban berupa kebutuhan energi total setiap hari. Rumus perhitungan energi ditunjukkan pada persamaan berikut

𝑾 = 𝒌 × 𝑷 × 𝒕 dengan,

W = energi (Watt-jam/hari) k = konstanta (jumlah beban) P = daya (Watt)

t = lama waktu penggunaan (jam)

Tabel 6.1. memperlihatkan perhitungan kebutuhan energi per hari pada semua beban Tabel 6.1. Kebutuhan energi setiap rumah

No Jenis Beban Jumlah Peralatan

Tegangan (volt)

Daya Beban (Watt)

Pemakaian (jam/hari)

Energi (Watt-jam)

1 Lampu Penerangan

Rumah 6 220 10 12 720

2

Inverter untuk Beban

Alternating Curent

(AC)

1 220 600 8 4.800

Total 5.520

Jumlah energi total yang dibutuhkan setiap hari adalah 5.520 Watt-jam.

(34)

31 Kebutuhan panel surya

Panel Surya digunakan untuk mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listik. Perhitungan kapasitas panel surya yang harus dipasang agar memenuhi kebutuhan energi yang diharapkan menggunakan persamaan berikut ini

𝑷𝑾𝑷= 𝑾

𝒕𝒊𝒏𝒔× 𝒌𝒆𝒇 dengan,

kef = koefisien efisiensi; tins = penyinaran puncak per hari (hour/day); W = energi per hari (kWh/day);

PWP = Daya puncak panel surya (Watt) ;

Kerugian total dalam sistem PLTS dihitung dari penjumlahan kerugian komponen sistem. Jumlah kerugian dalam sistem PLTS ditunjukkan pada tabel berikut

Tabel 6.2. Rugi-rugi pada PLTS No Jenis Rugi-rugi

(Losses) Nilai Rugi-Rugi Efisiensi

1 PV temperature loss 10% 90%

2 PV dirt/shading loss 3% 97%

3 PV Tolerance 5% 95%

4 Solar Charge

controller 5% 95%

5 Battery Losses 10% 90%

6 Inverter 8% 92%

7 Cable Losses 3% 97%

Total Efisiensi (kef) 63%

Sehingga perhitungan jumlah panel surya adalah sebagai berikut Diketahui :

W = 5.520 Watt-jam tins = 4,5 jam

kef = 63% = 0,63

Total kebutuhan panel surya :

𝑷𝑾𝑷= 𝑾

𝒕𝒊𝒏𝒔× 𝒌𝒆𝒇 = 𝟓𝟓𝟐𝟎

𝟒, 𝟓 × 𝟎, 𝟔𝟑= 𝟏. 𝟗𝟒𝟕, 𝟎𝟗 𝑾𝒂𝒕𝒕

Maka jumlah panel surya yang dibutuhkan jika menggunakan panel surya berdaya 100 Watt / unit adalah

(35)

32 𝐶𝑃𝑉= 𝑃𝑊𝑃

𝑃𝑀𝐴𝑋=1947,09

100 = 19,47 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑎𝑛𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑟𝑦𝑎 ≈ 𝟐𝟎 𝒖𝒏𝒊𝒕 𝒑𝒂𝒏𝒆𝒍 𝒔𝒖𝒓𝒚𝒂 Kebutuhan Baterai

Diketahui

W = 5.520 Watt-jam

kf-bat = 0,6 (60% energi malam hari)

DoD = 35%

V = 12 Volt

Total kebutuhan baterai dalam Ampere – jam (Ah):

𝑩𝒂𝒕𝒄𝒂𝒑=𝑾 × 𝒌𝒇−𝒃𝒂𝒕

𝑫𝒐𝑫 × 𝑽 =𝟓𝟓𝟐𝟎 × 𝟎, 𝟓

𝟎, 𝟑𝟓 × 𝟏𝟐 = 𝟕𝟖𝟖, 𝟔 𝑨𝒉 ≈ 𝟖𝟎𝟎𝑨𝒉

Sehingga, kebutuhan baterai pada PLTS adalah 12 Volt, 100 Ah sebanyak 8 unit dengan energi tersimpan sebesar 9.600 Wh.

Kebutuhan Pengendali Pengisian Baterai

Dasar penentuan spesifikasi SCC adalah kapasitas arus hubung singkat total dan dan tegangan buka dalam satu kelompok panel surya. Sesuai dengan panel surya yang digunakan memliki arus pengisian maksimum 5,33 A maka kapasitas SCC yang digunakan dapat dihitung sebagai berikut:

𝐓𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐒𝐂𝐂 = (tegangan tebuka panel surya x jumlah seri x 1,5) Tegangan SCC = 𝑉𝑂𝐶× 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑖 𝑥1,5

Tegangan SCC = (22,54 × 4 x 1,5) 𝐓𝐞𝐠𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐒𝐂𝐂 = 𝟏𝟑𝟓 𝐕𝐨𝐥𝐭 (𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐮𝐦)

𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐒𝐂𝐂 = (Arus Hubung Singkat × Jumlah Parallel × 1,5) Arus SCC = (I𝑀𝑃× 4 × 1,5)

Arus SCC = (5,33 × 4 × 1,5) 𝐀𝐫𝐮𝐬 𝐒𝐂𝐂 = 𝟑𝟏, 𝟗𝟖 𝐀𝐦𝐩𝐞𝐫𝐞

Jadi pengendali pengisian baterai atau solar charge controller (SCC) yang akan digunakan mempunyai spesifikasi tegangan lebih dari 135 volt dan arus lebih dari 32 Ampere.

PLTS 2.400 WP

Perhitungan Beban

PLTS dengan kapasitas 2000 WP digunakan untuk mensuplai fasilitas penjernihan air. PLTS ini digunakan untuk memasok energi untuk pompa dan peralatan penjernihan air berupa pompa mendorong dan sterilisasi menggunakan sinar UV.

(36)

33 Kebutuhan energi per hari

Analisis beban berupa kebutuhan energi total setiap hari. Rumus perhitungan energi ditunjukkan pada persamaan berikut

𝑾 = 𝒌 × 𝑷 × 𝒕 dengan,

W = energi (Watt-jam/hari) k = konstanta (jumlah beban) P = daya (Watt)

t = lama waktu penggunaan (jam)

Tabel 6.1. memperlihatkan perhitungan kebutuhan energi per hari pada semua beban

No Jenis Beban Jumlah Peralatan

Tegangan (volt)

Daya Beban (Watt)

Pemakaian (jam/hari)

Energi (Watt-jam)

1 Lampu Penerangan

Rumah 4 220 10 12 480

2

Inverter untuk Beban

Alternating Curent

(AC)

1 220 600 8 4.000

3 Pompa Sumbersible

Lorentz 1 24 300 6 1.800

Total 6.280

Jumlah energi total yang dibutuhkan setiap hari adalah 560 Watt-jam.

Kebutuhan panel surya

Panel Surya digunakan untuk mengubah energi cahaya matahari menjadi energi listik. Perhitungan kapasitas panel surya yang harus dipasang agar memenuhi kebutuhan energi yang diharapkan menggunakan persamaan berikut ini

𝑷𝑾𝑷= 𝑾

𝒕𝒊𝒏𝒔× 𝒌𝒆𝒇

dengan,

kef = koefisien efisiensi; tins = penyinaran puncak per hari (hour/day); W = energi per hari (kWh/day);

PWP = Daya puncak panel surya (Watt) ;

Kerugian total dalam sistem PLTS dihitung dari penjumlahan kerugian komponen sistem. Jumlah kerugian dalam sistem PLTS ditunjukkan pada tabel berikut

Gambar

Gambar 2. 1 Peta lokasi Desa Sungai Rambut
Tabel Analisis Kondisi Eksisting
Tabel 3. 1 Perhitungan usaha produktif masyarakat
Gambar 3. 1 Intensitas radiasi matahari di Desa Sungai Rambut 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis jalur antara variabel independen yaitu investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan investasi penanaman modal asing (PMA) dan variabel

“Sebab dalam proses kenaikan pangkat, seorang pegawai diharuskan menyertakan penilaian tentang kinerjanya yakni nilai Daftar Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (DP3)

Sesuai dengan judul Tugas Akhir, yaitu Sistem Informasi Pelanggan pada Distro, dan metode yang digunakan, maka dasar-dasar teori yang akan dijelaskan adalah sebagai berikut

Menyatakan bahwa “Skripsi” yang saya buat untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,

Dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini, maka peneliti akan mencari dan mendiskripsikan implementasi Culturally Responsive Teaching pada mata pelajaran

Volume 2 Issue 4, November 2019 654 Dualisme pembinaan terhadap Pengadilan Pajak di dalam Sistem Peradilan di Indonesia, merupakan suatu hal yang

Referensi yang digunakan mencakup materi turbin hidrokinetik vertical axis tipe Darrieus, memahami tentang karakteristik airfoil NACA 0018, pemahaman tentang aliran

batulempung pada lingkungan Neritik luar – Batial Atas dengan geometri cekungan. Deformasi Plio-Pleistosen diperkirakan terjadi di daerah penelitian yang mengakibatkan terbentuknya