• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas komunikasi antara dua orang atau lebih. Menurut Deddy Mulyana (2013),

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas komunikasi antara dua orang atau lebih. Menurut Deddy Mulyana (2013),"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjuan Tentang Komunikasi

2.1.1 Pengertian komunikasi secara umum

Komunikasi merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan masyarkat untuk menciptakan suatu hubungan antar sesama. Berkembangnya ilmu pengetahuan seseorang, pegalaman, dan wawasan seseorang didapatkan melalui aktifitas komunikasi antara dua orang atau lebih. Menurut Deddy Mulyana (2013),

“Komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain.”

“Paradigma Komunikasi menurut Harold Lasswell dalam Karyanya The Structure and Funtion of Communication in Society, yang dikutip Oleh Effendy (2016) dalam buku Ilmu Komunikasi teori dan Praktik, menyebutkan bahwa kemampuan yang baik untuk menjabarkan komunikasi ialah dengan menanggapi pertanyaan berikut: Who? Says What? in Which Channel? To Whom? What Effect?”

Berdasarkan pengertian komunikasi menurut paradigma yang dijelaskan oleh Harold Lasswel bahwa komunikasi memiliki lima unsur-unsur yaitu sumber atau yang bisa disebut sebagai komunikator, pesan, media atau saluran yang digunakan, penerima pesan atau yang bisa disebut komunikan, dan efek. Menurut Effendy (2016), “Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.” Proses

(2)

komunikasi adalah proses bagaimana komunikator menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, sehingga dapat membentuk suatu persamaan makna bersama.

2.1.2 Proses Komunikasi

Menurut Effendy (2016), Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

a. Proses Komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer ialah proses mengirimkan suatu pikiran atau perasaan terhadap seseorang dengan simbol yang digunakan sebagai alat. Simbol tersebut digunakan sebagai alat utama dalam suatu proses komunikasi seperti bahasa, gerakan, isyarat, gambar, warna, dan lain-lain yang secara langsung dapat mengartikan suatu pikiran atau perasaan komunikator terhadap komunikan. Bahasa merupakan unsur terpenting yang sering digunakan dalam berkomunikasi, sebab bahasa mampu mengartikan sebuah pikiran atau perasaan yang ingin diutarakan kepada orang lain. Apapun itu dalam bentuk suatu gagasan, informasi atau pendapat. Baik itu mengenai hal yang abstrak maupun nyata, tidak hanya tentang peristiwa atau keadaan yang sedang terjadi saat ini, melainkan pada waktu yang sudah terjadi dan masa yang akan datang. Dengan bahasa kita dapat mempelajari ilmu pengetahuan, wawasan, pengalaman, dan dapat menjadi manusia yang beradab dan berbudaya.

Proses komunikasi dikatakan berhasil, apabila komunikator dan

(3)

terpenting dalam komunikasi adalah pengalaman, bila pengalaman komunikator sama dengan pengalaman komunikan maka komunikasi dapat berlangsung dengan lancar. Sebaliknya, bila pengalaman komunikator tidak sama atau berlainan dengan komunikan maka akan timbul kesulitan untuk bisa saling mengerti satu sama lain.

b. Proses Komunikasi secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses menyampaikan pesan oleh seseorang kepada orang lain, penggunaan lambang sebagai media utama dan alat atau sarana digunakan sebagai media kedua. Sebab proses komunikasi tersebut ialah suatu rangkaian dari komuniaksi primer yang digunakan buat memasuki sudut pandang ruang dan waktu, bahwa saat merangkai sebuah lambang-lambang guna merumuskan inti dari komunikasi, dengan begitu seseorang yang menyampaikan pesan wajib untuk memperkirakan identitas atau sifat media yang hendak digunakan.

Media digunakan untuk penentuan seperti dampak pilihan dari sedemikian besar opsi, harus dilandasi peninjauan tentang siapa penerima pesan yang hendak dihadapi. Penerima pesan tersebut seperti media surat, poster, tempat pengumuman tentu bertentangan pada penerima pesan seperti surat kabar, televisi, dan radio. Setiap alat atau media mempunyai karakteristik tersendiri yang ampuh dan tepat untuk dipergunakan pada penyaijian sebuah pesan tersendiri. Oleh sebab itu, proses komunikasi secara sekunder itu memakai alat yang bisa dikategorikan sebagai media massa dan non-massa.

(4)

2.1.3 Unsur – unsur Dalam Proses Komunikasi

Sumber : (Effendy, 2016)

Lebih lanjut Effendy (2016) menjelaskan penegasan tentang unsur-unsur dalam proses komunikasi itu adalah sebagai berikut:

1. Sender: seseorang yang menyampaikan pesan kepada satu orang atau lebih.

2. Encoding: Proses penggantian dari suatu pikiran ke dalam bentuk simbol atau lambang.

3. Message: Pesan merupakan suatu perkataan atau pikiran yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan yang memiliki makna atau maksud tertentu.

4. Media: Alat atau sarana komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan.

Sender Encoding

Feedback

Noise

Response

Receiver Media

Decoding Message

(5)

5. Decoding: Proses memberikan makna pada sebuah lambang atau kode yang disampaikan oleh pemberi pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan).

6. Receiver: Seseorang yang menerima pesan dari orang yang menyampaikan pesan.

7. Response: Tanggapan, Sikap komunikan dalam proses komunikasi saat menerima suatu pesan.

8. Feedback: Umpan balik, yakni tanggapan atau respon komunikan terhadap suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator.

9. Noise: Suatu gangguan yang tidak direncanakan terjadi dalam proses komunikasi yang mengakibatkan komunikan menangkap pesan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Berdasarkan unsur-unsur dalam proses komunikasi di atas, menjelaskan bahwa seorang komunikator harus memahami siapa saja komunikan yang menjadi objek dan tanggapan apa yang ingin diraih dalam berkomunikasi. Komunikasi dapat berjalan dengan lancar apabila komunikator dan komunikan memiliki pemikiran dan pengalaman yang sama, sebaliknya komunikasi bisa saja tidak berjalan dengan baik apabila ada gangguan yang tidak direncanakan atau tidak sepemikiran antara komunikator dengan komunikan dalam proses komunikasi.

2.2 Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi dikehidupan masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Komunikasi antar

(6)

budaya menjadi kata kunci utama setelah komunikasi dalam penelitian ini, dimana konsep antar budaya ini akan dikaitkan dengan keberadaan etnis Jawa dan Madura di Situbondo sebagai objek penelitian, dengan demikian peneliti akan mengutip beberapa pengertian antar budaya dari para ahli sebagai berikut :

Menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat (2006), “Budaya dan komunikasi memiliki hubungan yang sangat erat. Orang berkomunikasi sesuai dengan budaya yang dimilikinya. Kapan, dan dengan siapa, berapa banyak hal yang dikomunikasikan sangat bergantung pada budaya dari orang-orang yang berinteraksi.” Pengaruh dari budaya dapat membuat masyarakat belajar untuk bisa saling berinteraksi satu sama lain. Efek yang ditimbulkan dari budaya dapat membentuk sebuah perilaku seseorang, karena perilaku tersebut saling berkaitan dengan kebudayaan. Perilaku seseorang memiliki makna tertentu yang dapat diketahui dan dipelajari oleh setiap individu, makna yang dihasilkan oleh tiap-tiap orang berbeda sesuai dengan budaya yang dimiliki satu sama lain. Budaya memiliki kesamaan dalam sebuah pengertian yang mengharuskan untuk memberikan makna yang mirip dengan sebuah objek atau suatu peristiwa, seperti cara berbicara, latar belakang komunikasi, penggunaan perkataan, dan gaya berbicara yang digunakan, termasuk perilaku non-verbal. Semua itu menggambarkan suatu jawaban mengenai fungsi budaya yang dimiliki oleh setiap orang. Dengan budaya yang berbeda satu sama lain, maka penerapan komunikasi dan perilaku komunikasi setiap individu akan berbeda sesuai dengan kebudayaan yang dimilikinya.

(7)

“Adapun sebagian pengretian komunikasi antar budaya yang diambil dari Liliweri (2004), sebagai berikut:

1. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa dalam buku Larry A.

Samovar dan Richard E. Porter Intercultural Communication, A Reader bahwa komunikasi antar budaya merupakan komunikasi yang terjadi bila satu individu dengan individu lain yang memiliki kebudayaan berbeda, seperti antar etnik, antar suku bangsa, ras, dan antar-kelas sosial.

2. Samovar dan Porter juga menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi diantara komunikator dan komunikan yang memiliki kondisi kebudayaan yang berlainan.

3. Charley H. Dood menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya mencakupi komunikasi yang mengaitkan suatu kelompok komunikasi yang menggantikan tiap individu, antarpribadi dan kelompok dengan menekankan pada perbedaan kondisi kebudayaan yang mempengaruhi tingkah laku komunikasi ditiap-tiap anggota.

4. Guo-Ming Chen dan William J. Stratosta menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya ialah proses kesepakatan atau pergantian sistem pengetahuan yang menuntun karakter individu dan menentukan mereka dalam melaksanakan tugasnya sebagai kelompok.”

Menurut Rahardjo (2005) dalam bukunya menghargai perbedaan cultural

“Young Yun Kim menyatakan, tidak seperti kajian-kajian komunikasi lain, bahwa hal yang terpenting dari komunikasi antar budaya yang membedakannya dari tinjauan keilmuan lain ialah tingkat perbedaan yang relatif besar pada latar belakang dalam pengalaman mereka yang berkomunikasi karena adanya perbedaan budaya.”

Menurut Kim, dugaan yang mendasari batasan komunikasi antar budaya ialah bahwa setiap orang yang mempunyai budaya yang sama, pada dasarnya saling memberi kesamaan satu sama lain dalam totalitas latar belakang pengalaman dan bukan dari orang yang memiliki budaya yang berbeda.

Komunikasi antar budaya meneliti unsur-unsur budaya yang sangat mempengaruhi hubungan yang terjalin ketika masyarakat yang memiliki budaya

(8)

berbeda saling berkomunikasi. Komunikasi antar budaya terjadi ketika pesan yang diterima dan dipahami oleh masyarakat yang memiliki budaya yang sama lalu diproses dan digunakan oleh masyarakat yang berbeda budaya. Menurut Liliweri (2004), “komunikasi antar budaya dapat didefinisikan sebagai komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang berbeda latar belakang kebudayaan.”

Dari penjelasan itu, Liliweri (2004) memaparkan komunikasi antar budaya sebagai berikut:

1. Komunikasi antar budaya ialah penjelasan diri antarpribadi yang sangat efisien dilakukan terhadap dua orang dengan kondisi budaya yang berbeda.

2. Komunikasi antarbudaya adalah saling bertukarnya pesan yang dikomunikasikan secara verbal, maupun non-verbal dan bisa secara khayalan antara dua orang yang kondisi budayanya berbeda.

3. Komunikasi antarbudaya melambangkan pesan yang menyebar berupa berita atau pertunjukan yang ditransmisikan secara lisan maupun tulisan, atau bisa dengan cara lain yang dilakuakan oleh dua orang yang latar belakang budayanya berbeda.

4. Komunikasi antar budaya ialah informasi yang dialihkan pada seseorang dalam satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain.

5. Komunikasi antar budaya yakni pergantian maksud yang berupa simbol, yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.

(9)

6. Komunikasi antar budaya ialah proses bertukarnya pesan yang disampaikan dari satu orang melalui media tertentu ke orang lain yang keduanya memiliki kondisi budaya yang berbeda dan menimbulkan dampak tersendiri.

7. Komunikasi antar budaya ialah proses bertukarnya suatu informasi, ide, atau perasaan antara orang-orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Proses bertukarnya informasi dapat berupa lisan dan tulisan, gestur, penampilan pribadi, dan dalam bentuk apapun yang dapat membuat pesan menjadi jelas.

Komunikasi antar budaya tidak lepas dari ciri-ciri budaya yang terikat pada diri seseorang. Budaya ialah suatu pola hidup yang meningkat dan dimiliki oleh masyarakat yang diturunkan dari setiap keturunan ke keturunan selanjutnya, budaya sendiri memiliki sifat yang kompleks, abstrak dan luas. Komunikasi antar budaya dalam situasi ini cenderung memperlihatkan komunikasi antar etnis, dengan bermacam-macam budayanya. Kelompok yang berperan dalam komunikasi ini berawal dari tiap-tiap golongan etnis yang berbeda. Macam-macam budaya ini menunjuk pada masyarakat atau komunitas sosial yang memperlihatkan model-model tingkah laku dengan ciri-ciri yang spesifik dan mencukupi untuk dapat dibedakan dari setiap kelompok masyarakat yang lain dalam satu kesatuan budaya atau masyarakat. Menurut Liliweri (2004), “Komunikasi antar budaya berkaitan dengan hubungan timbal balik antara sifat-sifat yang terkandung dalam komunikasi. Kebudayaan pada gilirannya menghasilkan sifat-sifat komunikasi antar budaya.”

(10)

2.3 Simbol-simbol Budaya

Penggunaan bahasa dari etnis jawa dan madura yang digunakan dalam aktivitas sehari hari di perumahan panji permai RT 002, RW 021 Situbondo merupakan bentuk atau simbol kebudayaan, Menurut Geertz dalam buku Sobur, (2006) “menyatakan bahwa kebudayaan yaitu sebuah pola dari makna yang mengacu dalam lambang-lambang yang diwariskan melalui sejarah.” Kebudayaan merupakan sesuatu yang kompleks, yang didalamnya terdapat kepercayaan, seni, pengetahuan, hukum, adat istiadat dan lain-lain kemudian diturunkan oleh masyarakat dari generasi ke generasi.

Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa orang yang berkomunikasi selaku manusia yang berbudaya dengan memaparkan dan menafsirkan lambang melewati hubungan interaksi sosial. Oleh karena itu lambang merupakan pedoman untuk memperluas wawasan dan pengetahuan masyaratakt terhadap budaya. Proses komunikasi yang terjadi merupakan proses pemberian sebuah makna terhadap simbol-simbol tersebut. Pengertian inilah kemudian orang mengalami dan saling berbagi pengalaman yang didapatkan dan dengan begitu masyarakat dapat mengambil peran dalam kebudayaan.

Menurut Syam (2013), “mengatakan bahwa simbol merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk melakukan komunikasi.” Pendapat tersebut dapat dipahami bahwa simbol sangat berperan saat terbentuknya proses komunikasi.

Menurut interaksionisme simbolik, simbol tersebut dibentuk dan diselewengkan

(11)

oleh setiap individu yang saling berkaitan untuk mendapatkan pengetahuan tentang diri sendiri atau mengenai masyarakat.

Pada hakikatnya lambang bisa diartikan dalam wujud perkataan secara lisan maupun dalam bentuk isyarat atau tulisan, dan bentuk nyata dari hubungan lambang-lambang terjadi dalam proses komunikasi. Ketika seseorang yang mengirimkan sebuah pesan, secara lisan atau tulisan, dan komunikan berupaya untuk menerima sebuah pesan yang kemudian memaknai rangsangan tersebut.

Terbentuklah sebuah proses sosial yang sedang berlangsung, seperti kedua belah pihak yang berusaha untuk mengambil sebuah peran dan berkontribusi dalam terjadinya proses komunikasi yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, komunikasi tak dapat diamati seperti sebuah proses yang sederhana dalam berhubungan antar-lambang, melainkan bisa makin dalam lagi. Tetapi komunikasi juga membentuk sebuah proses untuk menghubungkan suatu maksud yang tercantum dalam lambang yang dipakai.

Dengan begitu, proses komunikasi juga bisa sebagai suatu alat yang dipakai untuk memberitahukan sebuah objek pada kelompok yang berbeda melalui simbol yang digunakannya untuk memberikan sebuah pesan. Terdapat simbol-simbol yang merujuk pada simbol verbal yang disampaikan oleh suara, serta simbol-simbol atau lambang yang ditunjukkan oleh suatu benda, warna dan hal-hal pendukung lainnya.

Menurut Tubbs and Moss (2001), “bentuk komunikasi verbal dan non-verbal memiliki bentuk yang berbeda-beda dari setiap budaya-budaya yang lain. Pada sebagian negara, sebuah isyarat anggukan kepala memiliki makna tidak,

(12)

dan pada sebagian negara yang lain tanda anggukan kepala sekadar mengisyaratkan terhadap seseorang kalau mengerti akan persoalan yang ditanyakan.”

Isyarat-isyarat non-verbal ini menjadi semakin kalut ketika sebagian budaya menganggap bahwa elemen-elemen non-verbal ibarat pemakaian tempat dan waktu peristiwa yang berbeda.

Tanda-tanda vokal seperti penggunaan volume suara yang berbeda-beda di setiap budaya, sama halnya dengan ekspresi dan emosi. Contohnya seperti orang yang berkebudayaan Madura lebih cenderung mengutarakan rasa amarah atau emosi daripada orang berkebudayan Jawa, karena menurut orang Jawa lebih baik memendam rasa amarah dan lebih menunjukkan sikap ramah dan sabar. Menurut Gudykunst dan Ting Tommey (1988), “Dalam beberapa budaya penampilan emosi terbatas pada emosi-emosi yang positif dan tidak mengganggu harmoni kelompok.”

Menurut Liliweri (2004), “menyatakan bahwa ketika berhubungan antarpribadi maka ada beberapa faktor dari pesan non-verbal yang mempengaruhi komunikasi antarbudaya.” Terdapat beberapa bentuk tingkah laku nonverbal menurut Liliweri yaitu: kinesik, okulesik, haptiks, proksemik, dan kronemik.

a. Kinesik, ialah pembelajaran yang berhubungan dengan bahasa tubuh atau gestur, seperti mimik wajah, gerakan tubuh, posisi tubuh dan lain sebagainya. Terdapat perbedaan yang dimunculkan antara arti dan makna dari gestur tubuh maupun bagian tubuh tersebut.

(13)

b. Okulesik, yaitu pembelajaran yang membahas mengenai gerakan mata dan letak mata. Terdapat arti yang berbeda dimunculkan alis mata pada tiap individu. Tiap macam gerakan mata maupun letak mata mengilustrasikan sebuah arti tersendiri, semacam ekspresi marah, kecewa, kasih sayang dan lain sebagainya. Contohnya seperti orang Madura mereka akan tersinggung jika saat berbicara dengan mata melotot atau tersinggung ketika ada seseorang yang sedang menatap dengan tatapan tajam. Tidak seperti orang jawa yang cenderung lebih sabar.

c. Haptik, yakni pembelajaran tentang sentuhan atau membolehkan batas wajar seseorang dapat memegang dan memeluk orang lain. Tidak semua orang merasa nyaman dengan sentuhan yang dilakukan terhadap orang yang baru dikenal. Hal tersebut di anggap beberapa orang tidak sopan, walaupun sentuhan tersebut bermakna ramah tamah.

d. Proksemik, pembelajaran mengenai ikatan antar ruang, antar jarak, dan waktu berkomunikasi, keinginan individu membuktikan bahwa seseorang berkomunikasi itu terdapat jarak antar pribadi, dekat atau jauh, jika interaksinya terjadi semakin dekat maka hubungannya akan semakin akrab, sebaliknya jika interaksinya terjadi semakin menjauh maka hubungannya biasa saja.

e. Kronemik, ialah pembelajaran tentang penggunaan waktu dalam komunikasi non-verbal. Penggunaan waktu dianggap sebagai kebiasaan terhadap aktifitas dan pola pikir seseorang, ketika seseorang taat pada waktu maka seseorang tersebut memiliki kebiasaan yang disiplin atau rajin.

(14)

Kebiasaan tersebut melambangkan sebuah kebudayaan yang dimiliki oleh setiap individu. Tingkatan tentang penggunaan waktu menciptakan pengertian terhadap seseorang yang tidak patuh pada waktu merupakan orang yang malas dan tidak memiliki rasa bertanggungjawab atas waktu.

2.4 Model Sosio Culture William B. Gudykunst

Menurut Deddy Mulyana (2013), “Model William B. Gudykunst dan Young Yun Kim sebenarnya merupakan model komunikasi antar budaya yakni komunikasi antara orang-orang yang berlainan budaya.” Bentuk tersebut memvisualkan bahwa terdapat dua pihak yaitu sebagai komunikan dan komunikator yang saling berkomunikasi secara timbal balik. Dari penjelasan pola Gudykunst dan Kim dapat dipahami bahwa setiap seseorang saling berkomunikasi, secara bersamaan mereka saling menyandi pesan satu sama lain. Oleh sebab itu, komunikasi tidak dapat berlangsung jika pengirim dan penerima pesannya diam, tetapi komunikasi berlangsung ketika setiap individu dengan individu lain saling berhubungan dan saling mempengaruhi sehingga terjadi adanya hubungan sebab dan akibat dari sebuah topik yang dibicarakan.

Gambar 2.1

Model Komunikasi Antarbudaya Gudykunst dan Young

(15)

Menurut Deddy Mulyana (2013), “Dari model komunikasi Gudykunst dan Kim, penyandian pesan dan penyandian balik pesan merupakan proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konseptual yang dikategorikan menjadi faktor faktor budaya sosiobudaya, psikobudaya dan faktor lingkungan.” Dari gambar tersebut terdapat lingkaran yang paling dalam, lingkaran itu mengandung adanya hubungan timbal balik penyandian pesan antara pengirim dan penerima pesan.

Lingkaran yang paling dalam memutari ketiga lingkaran yang lain, lingkaran tersebut menyajikan kebudayaan, sosiobudaya dan psikobudaya.

Dampak kebudayaan (cultural) mencakup aspek-aspek yang menjelaskan tentang kesamaan dan perbedaan budaya, seperti agama, norma, nilai-nilai yang mempengaruhi sikap individu terhadap individu lain, bahasa dan aturan. Dampak sosiobudaya merupakan pengaruh yang mengikat pada proses penyusunan sosial.

Sosiobudaya tersebut melekat pada pengertian tentang hubungan antarpribadi, fungsi seseorang dalam sebuah kelompok, dan konsep diri. Proses ini berkembang berdasarkan hubungan antara individu dengan individu lain. Dampak psikobudaya mencakup sudut pandang penyusunan pribadi. Aspek-aspek psikobudaya ini mencakup stereotip dan prasangka, seperti prasangka dan kecenderungan seseorang menganggap bahwa kebudayaan yang dimiliki lebih baik daripada kebudayaan yang lainnya. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi seseorang dalam timbal balik penyandian pesan yaitu lingkungan hidup yang letak daerah, gambaran situasi, dan tanggapan pada lingkungan tertentu yang mempengaruhi seseorang dalam mengartikan suatu keinginan dan memperkirakan untuk penyandian balik pesan.

(16)

Pilihan-pilihan tersebut mempengaruhi dugaan yang dibuat tentang bagaimana seseorang menanggapi komunikasi dengan orang lain, yang kemudian dapat mempengaruhi cara seseorang memaknai sebuah pesan, membatasi sudut pandang seseorang, dan bagaimana seseorang menafsirkan sebuah rangsangan atau sinyal saat menyandi balik pesan yang masuk.

2.5 Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini sudah disesuaikan dengan rumusan masalah yang sudah peneliti jelaskan pada Bab I. Dengan fokus penelitian tersebut, untuk memperoleh hasil dari sebuah penelitian yang mampu memberikan jawaban dari rumusan masalah pada rencana penelitian, yang akhirnya peneliti melakukan sebuah sesi tanya jawab pada subjek penelitian yang peneliti butuhkan dan cocok dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti, supaya penelitian dapat makin teruji dari segi subjek penelitian.

Menurut Moleong (2012), “Fokus dalam penelitian berfungsi untuk membatasi studi bagi seorang peneliti dan menentukan sasaran penelitian sehingga dapat mengklasifikasikan data yang akan dikumpulkan, diolah dan dianalisis dalam suatu penelitian.” Fokus penelitian ini terjadi sesuai dengan yang dialami oleh subjek penelitian dalam suatu kejadian, hal tersebut mengenai komunikasi antar budaya antara etnis jawa dan etnis madura di Perumahan Panji Permai RT 002/RW 021 Situbondo. Selain itu peneliti juga berfokus dengan cara apa subjek penelitian mengalami dan memaknai sebuah pengalaman yang dialaminya, hal tersebut

(17)

sebuah tanda saat kedua etnis tersebut saling berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.

2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul penelitian Tahun Metode Hasil penelitian 1 Turita Indah

Setyani

“Bahasa Jawa Sebagai Simbol Budaya

Masyarakatnya”

2008 Kualitatif Berdasarkan uraian di muka, dapat dijelaskan bahwa walaupun bahasa jawa akan terancam musnah, tetapi kenyatannya tidak. Apalagi para remaja pun malah ikut berjuang dalam menjaga dan mengabadikan dengan cukup paham tentang jati diri

masyarakatnya.

2 Gabriela Lordy Darmaputri

“Representasi Identitas Kultural Dalam

Simbol-Simbol Pada Batik Tradisional Dan Kontemporer”

2011 Semiotika Melewati penelitian ini peneliti membagi antara batik tradisional dengan batik kontemporer, dari segi

(18)

perbandingan motif. Pada motif batik tradisional dibuat selaras dengan ketentuan yang berperan saat zaman dulu, sebab latar belakang batik merupakan sebuah identitas diri sehingga tidak sembarangan dalam

menggunakan dan terpaut pada waktu penggunaannya, dilihat dari segi waktu, tempat dan status sosialnya.

3 Dominikus Isak Petrus Berek

“Fashion Sebagai Komunikasi Identitas Sub Budaya (Kajian Fenomenologis terhadap

Komunitas Street Punk Semarang)”

2014 Fenomenol ogi

Saat perseorangan dan gerombolan atau populasi street punk memiliki perspektif pada pengikutnya yang sebelumnya sudah dijelaskan beserta seluruh tandanya, apa itu lantaran pengaruh tempat

(19)

yang

menciptakannya ataupun

kebalikannya, atau street punk akan menjaga jati diri perkumpulannya sebagai kelompok satu-satunya atau kelompok selalu merasa aman terhadap

masyarakat seperti individu yang mandiri.

Referensi

Dokumen terkait

Proses diagenetik dasar pada lingkungan seperti ini meliputi bioturbasi sedimen, modifikasi kerang karbonat dan butiran lainnya oleh pemboran organisme,

60 tahun 2008 yang dimaksud dengan Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan

Bantuan Biaya Penyelenggaraan Pendidikan dan Biaya Hidup Bagi calon mahasiswa yang Memiliki Potensi Akademik Baik dan Tidak Mampu Secara Ekonomi2. Meningkatkan motivasi belajar

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan yuridis sosiologis, yaitu pendekatan terhadap masalah yang menitikberatkan pada penelitian yang dilakukan di

pemasungan pada klien gangguan jiwa di Desa Sungai Arpat Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar berdasarkan karakteristik pekerjaan pada masyarakat yang tidak bekerja

Pustakawan dan Guru Pustakawan Perpustakaan Sekolah harus dapat memahami secara baik apa yang menjadi tujuan umum dan tujuan khusus pendidikan pada Sekolah Dasar, Sekolah

(1) Yang  dimaksud  dengan  Surat  Perjanjian  Kerja  Sama  ini  adalah  perjanjian  dimana  PIHAK  KESATU  mengikat  PIHAK  KEDUA    sebagaimana  pula  PIHAK 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan program pengembangan diri pada SD Negeri di Kecamatan Sukasada. Studi evaluasi ini menggunakan