PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
MAKE A MATCH PADA PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI SURYODININGRATAN 1
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Elda Sanfitri Sakerebau NIM 12108249018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
PERSETUJUAN
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli.
Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.
Yogyakarta, 26 November 2016 Yang menyatakan
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul "PENINGKATAN MOTIYASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE MAKH A MATCH PADA
PEMBELAJARA.i'f IPA KELAS IV SD N SURYODTh.TJNGRAT AN 1 " yang disusun oleh Elda Sanfitri Sakerebau, N1M 12l08249018 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi pada tanggal 9 November 2016 dau dinyatakan lul us.
DEWAN PENGUJI
Nama Jabatan Dr. E. Kus Eddy Sartono, M. Si. Ketua Penguji
Tanggal
Ikhlasul Ardi Nugroho, M. Pd. Suyantiningsih, M. Ed.
Sekretaris Penguji Penguji Utama
iv
..2.5· ll - 20\11:,
MOTTO
Tidak banyak yang dapat kita lakukan sendirian, sangatlah banyak yang dapat kita
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa syukur atas segalah kebaikan yang telah diberikan oleh
Tuhan, karya ini penulisan persembahkan kepada:
1. Ayah, Ibu, kakak dan adek-adek tercinta yang senantiasa memberikan
doa, semangat yang tiada henti diberikan selama ini.
2. PEMDA Kabupaten Kepulauan Mentawai (Dinas Pendidikan)
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODELPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
MAKE A MATCH PADA PELAJARAN IPA KELAS IV SD SURYODININGRATAN 1
Oleh
Elda Sanfitri Sakerebau Nim 12108249018
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada pelajaran
IPA kelas IV SD Negeri Suryodinigratan 1.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Suryodinigratan 1 yang berjumlah 20 anak. Model penelitian ini mengunakan model penelitian Kemmis dan Mc Taggart. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, dan dokumentasi. Instrument penelitian menggunakan pedoman angket, lembar observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskripsi kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa model kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan hasil angket pra tindakan rata-rata persentase 56% kategori kurang, setelah melakukan tindakan pada siklus I rata-rata persentase menjadi 67% dalam kategori cukup, dan siklus II meningkat rata-rata persentase menjadi 87 dalam kategori sangat baik.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat, kasih, dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi
Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Make a Match pada Pelajaran IPA Kelas IV SD Suryodiningratan ”.
Pada kesempatan ini, penghargaan dan terima kasih yang sebesar-
besarnya ingin penulis berikan kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan berupa saran, dukungan dan semangat demi terselesaikannya
skripsi ini Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas
dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan ijin penelitian.
2. Ketua Jurusan PSD (Pendidikan Sekolah Dasar) yang telah membantu
dalam melancarkan penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Kus Eddy Sartono M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah memberikan waktunya untuk bimbingan dari awal hingga
terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Ernawati Budi Listyani, selaku dosen akademik yang telah
membimbing dan memberi dorongan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis dalam menempuh dan
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Ibu Sri Wahyuni, S. Pd. SD selaku kepala sekolah SD Negeri
Suryodiningratan 1 yang telah memberi izin penelitian di sekolah.
7. Thu F<;. Sri Wantini Rahayu, S. Pd selaku guru kelas IV yang telah
meluangkan waktu untuk membantu penelitian skripsi.
8. Ayah Thu, kakak dan adek-adek yang telah memberi dukungan, motivasi
dan doa selama penulisan skripsi.
9. Julianto Siatateitei yang selalu mendukung dan memberi semangat selama
penulisan skripsi.
10. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yangtelah
ikut berperan serta dalam penulisan skripsi.
Semoga amal kebaikan Saudara/ teman-teman mendapat balasan yang
setimpal dari tuhan yang Maha Kuasa
Yogyakarta, 26 November 2016 Penulis
DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL………..…i
PERSETUJUAN……….…..ii
SURAT PERNYATAAN………..……...iii SURAT PENGESAHAN……….……....iv
MOTTO……….…………v
PERSEMBAHAN……….………...vi
ABSTRAK……….……….vii
KATA PENGANTAR………..………..viii DAFTAR ISI……….………x
DAFTAR TABEL……….………..xii
DAFTAR GAMBAR……….……….…xiii
DAFTAR LAMPIRAN...xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….………...1
B. Identifikasi Masalah……….……….6
C. Pembatasan Masalah……….6
D. Rumusan Masalah………...7
E. Tujuan Penelitian………..7
F. Manfaat penelitian………....7
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar……….……..……...9
1. Pengertian Motivasi……….………..………..9
2. Pengertian Belajar……….……….10
3. Pengertian Motivasi Belajar………..………….11
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar……….…………...12
5. Fungsi Motivasi dalam Belajar……….………...13
6. Indikator Motivasi Belajar……….………16
7. Menumbuhkan Motivasi Belajar………..………..17
B. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif………..…..21
1. Pengertian Model Kooperatif………21
2. Model Pembelajaran Kooperatif………...22
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif………..23
4. Unsur Pembelajaran Kooperatif………....25
5. Prinsip Pembelajaran Kooperatif………..27
6. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif……….………29
C. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam……….………...33
1. Hakikat Tentang Ilmu Pengetahuan Alam……….………..33
2. Tujuan Pembelajaran……….………...36
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA………..………...38
D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar………..………...40
E. Penelitian yang Relevan………..…47
F. Kerangka Berpikir………...48
G. Hipotetis Tindakan………..…………49
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….………..50
B. Subjek Penelitian……….………...51
C. Setting Penelitian……….………...51
D. Desain Penelitian……….………...51
E. Teknik Pengumpulan Data………..…54
F. Instrumen Penelitian……….…..56
G. Teknik Analisis Data………..…….59
H. Indikator Keberhasilan………....62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian……….………63
B. Deskripsi Subjek Penelitian……….………..……….64
C. Deskripsi Hasil Penelitian………..………..…...65
D. Pembahasan ………..………..97
E. Keterbatasan Peneliti……….………...102
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….………..103
B. Saran……….………104
DAFTAR PUSTAKA………....106
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar………...….40
Tabel 2. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa pada pelajaran IPA…..……..……57
Tabel 3. Kisi-kisi lembar observasi aktifitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan model make a match………58
Tabel 4. Kisi- kisi lembar observasi aktifitas guru dalam proses pembelajaran…...…59
Tabel 5. Skor Variabel Motivasi………...………....60
Tabel 6. Kriteria Keberhasilan tindakan…..………...………..61
Tabel 7. Pedoman Skor Observasi Aktivitas Siswa…………...……...………..……61
Tabel 8. Jumlah siswa di SD Suryodiningratan 1 ajaran 2015/2016...………..……..64
Tabel 9. Angket Motivasi belajar IPA Per Indikator Pra tindakan…..……...…….66
Tabel 10. Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus I……...…..….…………...74
Tabel 11. Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus I…….………...………..76
Tabel 12. Hasil Angket Siklus I………… ……….………..…………...….77
Tabel 13. Perbandingan Persentase Motivasi Belajar I…………..………..79
Tabel 14. Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus II …………..…...……….…..89
Tabel 15. Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus II…...…...……….91
Tabel 16. Pencapaian Motivasi Belajar IPA Per Indikator pada Siklus II…... ..…...92
Tabel 17. Perbandingan Persentase Pencapaian Motivasi Belajar IPA Per Indikator antara Pra Tindakan, Siklus I, Siklus I………..………..…..94
DAFTAR GAMBAR
hal
Gambar 1. Model Penelitian Kemmis dan MC. Taggart……….…..…52
Gambar 2. Rumus persentase……….60
Gambar 3. Diagram Pencapaian Motivasi Belajar IPA Pra Tindakan………...67
Gambar 4. Diagram Pencapaian Motivasi Belajar IPA Per Indikator Siklus...78
Gambar 5. Diagram peningkatan motivasi belajar IPA pada pra tindakan dan siklus ...80
Gambar 6. Diagram Pencapaian Motivasi Belajar IPAPer Indikator Siklus II………..94
Gambar 7. Diagram Peningkatan Motivasi Belajar IPA dari Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II………...96
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...109
Lampiran 2. Instrument...133
Lampiran 3. Hasil Penelitian...139
Lampiran 4. Dokumentasi...154
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian...156
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional (sisdiknas) pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri,
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dengan
sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individual
maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan (Sugihartono, 2013: 5). Dengan demikian
pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya
dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri tidak dengan bantuan orang.
Pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru secara
terprogram melalui desain instruksional agar peserta didik dapat belajar
aktif dan lebih menekankan pada sumber belajar yang disediakan (Dimyati
dan Mudjiono, 2006:3) hal tersebut tidak lepas oleh faktor guru untuk
sehingga proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa ketujuan
pengajaran yang didapatkannya.
Belajar adalah kegiatan yang aktif dimana subjek belajar
membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri
makna dari suatu yang mereka pelajari, seseorang akan berhasil dalam
belajar, kalau dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau
dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari
kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai
(Sardirman A. M, 2007: 38).
Motivasi belajar pada siswa dapat menjadi lemah apabila siswa
kurang termotivasi atau tiadanya motivasi, oleh karena itu dalam proses
belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat
belajar dengan baik (Slameto, 2003:58). Memberikan motivasi kepada
siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin
melakukan sesuatu, sebab seseorang akan terdorong melakukan sesuatu
bila merasa ada suatu kebutuhan karena motivasi seseorang adalah bagian
dari internal manusia menetapkan alasan dan membuat keputusannya
tentang bagaimana guru mempengaruhi motivasi siswa dengan
menciptakan situasi ekternal sehingga siswa akan bertindak sesuai dengan
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk
membimbing, mendorong, mengubah sikap dan tingkah laku siswa, serta
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Guru juga mempunyai tanggung jawab untuk untuk melihat
segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses
perkembangan belajar siswa. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran di
sekolah pada umumnya muncul berbagai masalah yang mempengaruhi
para siswa, salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran
disekolah adalah rendahnya motivasi belajar siswa.
Selain itu, cara yang digunakan guru dalam memberikan pelajaran
masih menggunakan metode ceramah sebagai metode utama dalam proses
belajar mengajar, sehingga siswanya tidak aktif. Berdasarkan observasi
dan wawancara yang peneliti lakukan dikelas dengan guru kelas SD
Negeri Suryodiningratan I khususnya di kelas IV SD,masih banyak
permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran diantaranya, dalam
proses belajar mengajar terlihat ketika siswa mengikuti pelajaran kurang
serius, tidak memperhatikan saat guru menjelaskan, ribut sendiri,
cenderung main-main dikelas. Terutama dalam pelajaran IPA siswa
merasa bosan selama mengikuti pembelajaran.
Hasil wawancara guru kelas IV SD menyatakan bahwa
Pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang tidak disenangi siswa karena
mengoptimalkan penggunaan media atau model sehingga siswa malas
untuk belajar IPA. Pendidkan IPA di SD menjadi salah satu mata pelajaran
yang sangat penting untuk diberikan kepada siswa karena akan berguna
bagi kehidupan anak di kemudian hari, melatih anak berpikir kritis dan
mempunyai nilai-nilai yaitu mempunyai potensi dapat membentuk pribadi
anak secara keseluruhan. Siswa diharapkan dapat mengenal dan
mengetahui pengetahuan-pengetahuan alam tersebut dalam kehidupan
sehari-harinya
Selain itu banyak diantara siswa yang menganggap pelajaran IPA
sulit dan tidak memahami materi pelajaran yang disampaikan terutama
pelajaran IPA karena guru kurang melakukan diskusi kelompok pada saat
pembelajaran berlangsung, sehngga siswa kurang bekerjasama dalam
belajar. Oleh karena itu perlu dilaksanakan pembelajaran yang berpusat
pada siswa. Dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa diharapkan
dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas serta rasa keinginantahu siswa.
Salah satu upaya meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain
yang dapat dilakukan ialah menciptakan variasi dalam menggunakan
model pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa agar siswa lebih
aktif, kreatif, dan menyenangkan. Menurut Eysenck dkk (Slameto, 2003:
170) bahwa motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan
kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku
manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-
memberikan motivasi yang besar supaya siswa punya dorongan tinggi
untuk belajar. Dalam hal ini maka perlu memberikan hal baru dalam
pembelajaran agar bisa meningkatkan motivasi belajar siswa. salah satu
model pembelajaran yang aktif adalah model kooperatif yang dapat
dijadikan solusi pembaharuan agar lebih menarik dan menyenangkan.
Kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru (Agus Suprijono, 2009: 54) Model pembelajaran
kooperatif ini menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil. Model
pembelarajan kooperatif terdapat beberapa teknik salah satunya adalah
model kooperatif Make a Match, model Make a Match merupakan
pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan siswa SD.karena dengan
model pembelajaran ini siswa dapat lebih aktif dan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Make a Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu
tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan ini siswa merasa ada
tantangan untuk mendapatkan pasangan jawabannya lebih dulu dari teman
lain. Mencari kartu pasangan ini dapat membantu siswa lebih aktif serta
dapat bekerjasama dengan baik dan bertanggung jawab dalam kelompok
dengan waktu yang ditentukan. Aktivitas dalam pembelajaran make a
match dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan,
menumbuhkan keaktifan siswa, dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik mengadakan penelitian
dengan judul “Peningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Pada
Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Suryodiningratan
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat beberapa masalah
yang dapat diidentifikasi, antara lain:
1. Motivasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Suryodiningratan 1
pada pembelajaran IPA masih rendah
2. Dalam proses pembelajaran kurang melakukan melakukan tanya jawab
sehingga siswa kelas IV SD Negeri Suryodiningratan 1 masih pasif
3. Pelajaran IPA merupakan pelajaran yang tidak disukai siswa kelas IV
SD Negeri Suryodiningratan
4. Guru masih menggunakan metode ceramah sebagai metode utama
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa kelas IV SD Negeri
Suryodiningratan 1 kurang aktif.
5. Proses pembelajaran yang monoton dan membosankan
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perlu diadakan pembatasan
masalah. Hal ini dilaksanakan agar hasil penelitian mendapat temuan yang
lebih fokus dan mendalami permasalahan. Oleh karena itu penelitian ini
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Pada
Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Suryodiningratan 1.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
disebutkan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada
pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Suryodiningratan 1?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Pada Pelajaran IPA Kelas IV
SD Negeri Suryodiningratan 1.
F. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis,
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya yang lebih mendalam sehingga memperjelas
penyelesaian masalah yaitu rendahnya motivasi belajar IPA siswa
kelas IV SD Negeri Suryodiningratan 1.
2. Secara praktis penelitian ini juga memberikan manfaat bagi pihak
antara lain:
a. Bagi siswa, agar siswa dapat aktif mengikuti pembelajaran IPA
pembembelajaran yang menyenangkan siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran.
b. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan
dapat memberikan pengalaman menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Make a Match khususnya untuk meningkatkan
motivasi belajar IPA siswa dalam proses belajar mengajar.
c. Bagi peneliti, mendapat pengalaman langsung dari penerapan
penggunaan model pembelajaran make a match pada pembelajarn
IPA sebagai bekal untuk suatu saat ketika terjun kedunia
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Menurut Sardirman A. M (2007: 73) motivasi dapat diartikan
sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif pada saat-saat tertentu.
Sedangkan menurut Mc. Donald dalam Sardirman A. M,
(2007: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri sesorang yang
ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan
terhadap adanya tujuan. Pengertian tersebut mengandung elemen
penting yaitu, motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi
pada diri setiap individu manusia, motivasi ditandai dengan
munculnya, rasa”feeling, afeksi seseorang, motivasi akan dirangsang
karena adanya tujuan.
Begitu juga dengan Dimyati dan Mudjino (2006: 80) motivasi
dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan
mengarahkan, perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Motivasi
juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan
Berbeda dengan Eysenck dkk (Slameto, 2003: 170) motivasi
sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas,
konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan
konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti
minat, konsep diri, sikap.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, motivasi itu dapat
dirangsang oleh faktor dari luar dan tumbuh di dalam diri seseorang.
Dan dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya penggerak
didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh anak dalam belajar dapat tercapai.
2. Pengertian belajar
Sugihartono, ddk (2003: 74) menjelaskan bahwa belajar
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Sardirman A. M. (2007: 21) belajar dimaksudkan
sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya,
bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan. Dapat dikatakan
menuju keperkembangan pribadi manusia seutunya, yang berarti
menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Berdasarkan pendapat diatas, maka belajar merupakan
perubahan tingkah laku dan hasil interaksi dengan lingkungan untuk
mencapai tujuan tertentu. Kegiatan belajar dapat dilakukan karena
adanya motivasi dan dorongan.
3. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling
berpengaruh. Perbuatan belajar timbul karena adanya motivasi yang
mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar Sugihartono
dkk ( 2007: 74) menyatakan belajar adalah suatu proses memperoleh
pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku
dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena
adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Interaksi itu bisa timbul dari dalam diri subjek atau dari luar
sehingga subjek melakukan kegiatan belajar. motivasi belajar
merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya
yang khas adalah dalam hal penumbuhan semangat dan merasa senang
belajar siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak
energi untuk melakukan kegiatan belajar Sardirman A.M , (2007: 75).
mencapai cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan-kegiatan
yang menarik. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan eksternal
pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah
laku.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Hamzah B. Uno (2010: 23), motivasi belajar
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor instrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan faktor yang timbul dari
dalam diri siswa yang berupa hasrat dan keinginan berhasil,
dorongan kebutuhan belajar dan harapan akan cita-cita. Sedangkan
faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa
berupa penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan
kegiatan yang menarik.
Priyanto (Abdul Hadis, 2006: 33) berpendapat bahwa
motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai aspek atau faktor
yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas, diantaranya
sikap dan perilaku guru dalam mengajar, sikap guru terhadap
perilaku siswa, sikap guru terhadap karakteristik siswa, sikap guru
terhadap siswa yang berbeda jenis kelamin dan latar belakang
kebudayaan yang berbeda serta sikap siswa terhadap perbedaan
prestasi belajar yang diperoleh siswa yang lain. Faktor metode
lingkungan sekolah juga mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada
dua faktor utama yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu faktor
instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik yaitu yang berasal
dari diri siswa yang berupa hasrat, keinginan, dorongan untuk
belajar dan harapan akan cita-cita dari siswa tersebut. Sedangkan
faktor ekstrinsik yaitu berasal dari luar siswa yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar meliputi sikap guru di dalam mengajar,
sikap guru di dalam menghadapi perilaku siswa yang memiliki
karakteristik, jenis kelamin, latar belakang dan prestasi siswa yang
berbeda-beda.
Selain itu, pemilihan materi, metode, dan media
pembelajaran serta kondisi lingkungan sekolah juga mempengaruhi
motivasi belajar siswa. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
model make a match merupakan salah satu faktor ekstrinsik dalam
meningkatkan motivasi belajar IPA siswa.
5. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Motivasi memiliki fungsi bagi sesorang, karena motivasi
dapat mendorong seseorang untuk melakukan seseuatu dan
menjadikan orang tersebut mengalami perubahan kearah yang lebih
baik. Berikut tiga fungsi motivasi menurut Sardiman A. M (2007:
atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujan yang
hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan
arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Pendapat tersebut sejalan dengan dari Syaiful Bahri
Djamarah (2002:122) yang mengatakan bahwa:
“Baik motivasi intrinsik maupun eksrinsik sama berfungsi sebagai
pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya
menyatu dalam sikap, terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan
adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat
untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan.
Karena itulah dorongan atau penggerak maupun penyeleksi
merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam
berlajar”.
peranan motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut:
a. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar.
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila
seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang
memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat
bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.
b. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai. Anak akan
tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya
sudah dapat diketahui dan dinikmati manfaatnya bagi anak.
c. Menentukan ketekunan balajar.
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan
berusaha memperlajarinya dengan baik dan tekun, dengan
harapan memperoleh hasil yang baik.
Menurut Oemar Hamalik (2010: 108) menyebutkan fungsi
motivasi adalah:
a) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa
motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarakan
perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakan
tingkah laku seseorang. besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
fungsi motivasi belajar adalah untuk mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu, mengarahkan perbuatan yang sesuai dengan
tujuan yang hendak dicapai, menyeleksi perbuatan yang akan
dilakukan dan menjadikan seseorang tekun dalam belajar.
6. Indikator Motivasi Belajar
Hamzah B. Uno (2010: 23) menyebutkan motivasi belajar
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dengan
beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Adapun indikator
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil.
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.
d. Adanya penghargaan dalam belajar.
e. Adanya keinginan yang menarik dalam belajar.
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Orang yang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada
pada diri orang tersebut. Sardiman A. M. (2007: 83) berpendapat
bahwa motivasi yang ada pada setiap orang itu memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas
b. Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah
c. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Dapat mempertahankan pendapatnya.
f. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
g. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang yang memiliki ciri-ciri seperti yang
disebutkan di atas, berarti orang tersebut memiliki motivasi yang
cukup kuat. Ciri-ciri atau indikator motivasi tersebut sangatlah
penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. Kegiatan belajar
mengajar akan berhasil baik jika siswa tekun dan ulet dalam
menyelesaikan tugas, tidak mudah m enyerah sebelum mendapatkan
apa yang diinginkan, menunjukan minat dan senang memecahkan
masalah, serta mampu mempertahankan pendapatnya. Hal-hal itu
semua harus dipahami oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan
siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.
7. Menumbuhkan Motivasi Belajar
Beberapa cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan
belajar disekolah menurut Sardirman A.M. (2007: 92) yaitu:
a. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya. Angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi
yang kuat. Tetapi juga banyak siswa belajar hanya ingin mengejar
nilai ulangan atau nilai raport angkanya yang baik.namun demikian
belum merupakan hasil belajar yang sejati. Hasil belajar yang
bermakna.
b. Hadiah
Hadiah dapat dikatakan sbagai motivasi, tetapi tidak selalu
demikian.karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan
menarik bagi seseorangsiswa yang tidak memiliki bakat untuk
suatu pekejaan tersebut.
c. Saingan/ kompetensi.
Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat
motivasi untuk mendorong belajar siswa.persaingan individual
maupun persaingan kelompok sangat baik digunakan untuk
meningkatkan kegiatan belajar siswa.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan memertaruhkan harga diri, adalah sebagai
salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan
berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik
dengan menjaga harga dirinya.
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada
ulangan. oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan
sarana motivasi.
f. Mengetahui hasil.
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi
kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin
mengetahui grafik hasil belajar meningkat maka ada motivasi pada
diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus
meningkat.
g. Pujian
Apabila siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan
tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk
reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang
baik. oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi,
pemberiannya harus tepat.
h. Hukuman.
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh
karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian
i. Hasrat untuk belajar.
Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada
maksud untuk belajar. Hal ini akan baik, bila dibandingkan segala
sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti
pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar,
sehingg sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.
j. Minat
Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga
minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang
pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai minat.
k. Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa,
akan merupakan alat motivasi yang penting. Sebab dengan memahami
tujuan yang harus dicapai, karena dirasa angat beguna dan
menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
Menurut Hamzah B. Uno (2007: 34-37) Selain cara-cara
menumbuhkan motivasi yang disebutkan diatas ada juga teknik-
teknik yang dapat dilakukan dalm pembelajaran yaitu:
1) Pernyataan penghargaan secara verbal.
2) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.
3) Menumbuhkan rasa ingin tahu.
4) Dalam mengajar guru menggunakan model pembelajaran yang
5) Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa
6) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam
belajar
7) Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu
konsep dan prinsip yang sudah dipahami
8) Menuntun siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari
sebelumnya.
9) Menggunakan simulasi dan permainan. Baik simulasi maupunn
permain merupakan proses yang menarik bagi siswa.
B. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran
Mills (Agus Suprijono, 2009: 45) berpendapat bahwa model
adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu model merupakan interpetasi terhadap hasil
observasi dan pengukuran yang diperoleh beberapa sistem.
Pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru secara
terprogram melalui desain instruksional agar peserta didik dapat belajar
aktif dan lebih menekankan pada sumber belajar yang disediakan
Dimyati dan Mudjiono (2006: 3).Model pembelajaran ialah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas
Berbeda dengan Arend (Agus Suprijono, 2009: 46) model
pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolahan
kelas.
Berdasarkan uraian diatas, melalui model pembelajaran guru
dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model
pembelajaran berfungi pula sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru Agus Suprijono (2009: 54).
Menurut Slavin (Nur Asma, 2006: 11) bahwa dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama saling menyumbang pemikiran dan
bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu
maupun kelompok.
Sugiyanto (2010: 37) menjelaskan bahwa pembelajaraan kooperatif
adalah pendekataan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran
yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja
sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. belajar kooperatif
mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar
kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktifitas
belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat
menguasai materi pelajaran dengan baik.
Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antara siswa
dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa siswa lebih
mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka
mendiskusikan masaalah tersebut dengan temannya (Nur Asma 2006:12).
3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut (Nur Asma 2006: 12) tujuan pembelajaran kooperatif
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pencapaian Hasil Belajar.
Pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Meningkatkan penilaian
siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan
dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan
dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi
keuntungan pada siswa yang bekerja menyelesaikan tugas akademik,
Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa
kelompok bawah dalam proses tutorial ini siswa kelompok atas akan
meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan
sebagai tutor kepada teman sebaya yang membutuhkan pemikiran
lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat didalam
materi tertentu.
b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu.
Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut
ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.
peluang kepada sisswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk
bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas bersama, dan
melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif serta belajar
untuk menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan Keterampilan Sosial
Untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan
kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki didalam
masyarakat, model ini sangat berguna untuk membantu siswa
menumbuhkan kemampuan kerjasama.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kinerja siswa atau
hasil belajar sisiwa, menerima perbedaan dan menghargai satu sama
lain, serta mengembangkan keterampilan siswa dalam menumbuhkan
4. Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David (Agus Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa ada
lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan yaitu:
a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif). Unsur ini
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggung jawaban kelompok. Pertama mempelajari bahan yang
ditugaskan kepada kelompok. kedua menjamin semua anggota kelompok
secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). Pertanggung
jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan
kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua
anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat,Tanggung jawab
perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang
diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.
c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif). unsur ini penting
karena dapat menghasilkan ketergantungan positif.
d. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota). Keterampilan sosial.
Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapai tujuan
peserta didik harus saling mengenal dan memercayai, mampu
berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, mampu menyelesaikan
konflik secara konstruktif.
e. Group processing (pemprosesan kelompok). Pemprosesan mengandung
urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota
kelompok.
Sama halnya dengan pendapat Nur Asma, (2006: 16) terdapat
beberapa unsur2 yaitu:
a. Saling ketergantungan positif, kegagalan dalam kelompok merupakan
tanggung jawab setiap anggota kelompok oleh karena itu sesama
kelompok harus merasa terikat dan saling tergantung positif
b. Tanggung jawab perorangan, setiap anggota kelompok bertanggung
jawab untuk menguasai materi pelajaran karena keberhasilan belajar
kelompok ditentukan dari seberapa besar sumbangan hasil belajar secara
perorangan
c. Tatap muka, interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan
keuntungan bagi semua kelompok karena memanfaatkan kelebihan dan
mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok
d. Komunikasi antar anggota kelompok, karena dalam setiap tatap muka
terjadi diskusi, maka keterampilan berkomunikasi antar anggota
kelompok sangatlah penting.
e. Evaluasi proses kelompok, keberhasilan belajar dalam kelompok
ditentukan oleh proses kerja kelompok. Untuk mengetahui keberhasilan
proses kerja kelompok dilakukan melalui evaluasi proses kelompok.
Sedangkan Arends (Nur Asma 2006: 16) berpendapat bahwa
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup
sepenanggungan bersama.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya,
seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya
memiliki tujuan yang sama
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara
anggota kelompoknya
e. Siswa akan dikenalkan atau akan diberikan hadiah atau penghargaan
yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok
f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan
untuk belajar selama proses belajar
g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi
yang dipelajari dalam kelompoknya.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa unsur pembelajaran kooperatif
adalah solusi ideal yang dapat menumbuhkan perasaan peserta didik,
mengajarkan kepada siswa untuk bertanggung jawab, saling percaya, saling
menerima dan saling mendukung untuk meningkatkan hubungan antar
kelompok demi mencapai tujuan bersama.
5. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Nur Asma (2006: 14) mengatakan bahwa prinsip dasar model
Model pembelajaran kooperatif pada siswa, pengetahuan yang di bangun
dan ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota
kelompok sampai masing-masing siswa memahami materi pembelajaran
dan mengakhiri dengan membuat laporan kelompok dan individual. Siswa
menggali seluruh informasi yang berkaitan dengan topik yang menjadi
bahan kajian kelompok dan mendiskusikan pula dengan kelompok lainnya.
b. Belajar kerjasama
Untuk membangun pengetahuan yang tengah dipelajari. Seluruh siswa
terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi.
Pengetahuan yang diperoleh lebih bernilai permanen dalam pemahaman
masing-masing.
c. Pembelajaran Partisipatorik
Melakukan sesuatu secara bersama-sama untuk menemukan dan
membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran. Begitu juga
dalam mengemukakan hasil dari kerja kelompok setiap kelompok juga
diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan mengkritik dan
mengkritik kelompok lainnya.
d. Reactive Teaching
Guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa
mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi siswa dapat
dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan
e. Pembelajaran yang menyenangkan
Pembelajaran harus berjalan dalam suasana yang menyenangkan, tidak ada
lagi suasana yang menakutkan bagi siswa atau suasana belajar yang
tertekan. suasana belajar harus dimulai dari sikap dan perilaku diluar
maupun di dalam kelas. Guru harus memiliki sikap yang ramah dengan
bahasa yang menyayangi siswa-siswinya.
6. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa teknik yang
dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dikelas Sugiyanto, (2010:
49) yaitu:
a. Mencari Pasangan (Make a Match)
Teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make a Match) siswa
mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
dalam suasana yang menyenangkan.
b. Bertukar Pasangan
Bertukar pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama
dengan orang lain
c. Berkirim Salam dan Soal
Berkirim salam dan soal memberi siswa kesempatan untuk melatih
pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan
sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan
d. Bercerita Berpasangan
Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk mengembangkan
kemampuan berpikir dan berimajinatif. Buah pemikiran mereka akan
dihargai sehingga siswa merasa makin mendorong untuk belajar. selain
itu siswa bekerja sama dalam suasana gotong royong dan mempunyai
banyak kesempatan untuk mengelolah informasi dan meningkatkan
keterampilan bekomunikasi.
e. Dua Tinggal Dua Tamu
Dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk
membagkan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak
kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan
individu. padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan
kerja manusia saling bergantung dengan satu sama lainnya.
f. Keliling Kelompok
Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota
mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi pada mereka
dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain
g. Kancing Gemerincing
Kancing Gemerincing bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan
untuk berperan serta
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa model kooperatif
banyak macam dan teknik-teknik pembelajaran yang bisa dipakai salah
Match). Peneliti dalam penelitian ini mengambil teknik pembelajaran
kooperatif Make a Match (mencari pasangan) anak dapat belajar melalui
berbuat, anak belajar melalui pancaindra, anak belajar melalui bahas, anak
belajar melalui bergerak Karena tujuan dari pembelajaran model Make a
Match menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat
memotivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
7. Model Make A Match
a. Pengertian Make a Match
Menurut Sugiyanto, (2010 : 49) Make a Match merupakan
model belajar mengajar mencari pasangan salah satu keunggulan
model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. teknik ini
bisa digunakan dalam semua pelajaran dan untuk semua tingkat usia
anak didik.
Sedangkan menurut Agus Suprijono, (2009: 94-95) Make a
Match adalah kartu-kartu. kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan-
pertanyaan dan kartu- kartu lainya berisi jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut. jika masing-masing kelompok sudah berada
diposisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit
sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling
bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban
b. Langkah - langkah Make a Match
Langkah-langkah penerapan model make and match adalah
sebagai berikut
a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal
dan bagian lainnya kartu jawaban.
b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan
soal/jawaban.
c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama
tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan
nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).
e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin.
f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu
temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban)
akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok. Guru bersama-sama dengan siswa
Model ini membutuhkan waktu lebih untuk permainan mencocokkan
kartu dan membahasnya satu persatu dan menarik kesimpulan. Persiapan
yang perlu dilaksanakan untuk pembelajaran make a match harus cukup
karena harus membuat soal atau jawaban yang berbeda dan ditempel di
kartu sebanyak jumlah siswa.
C. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam
1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam
a. Ilmu Pengetahuan Sebagai Poduk
Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan
Alam kata-kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan
dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering
disebut Science artinya Natural artinya alamiah, berhungan dengan
alam bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu
pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan alam (IPA) atau science itu
secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang
mempelajari peristiwa- peristiwa yang terjadi dialam Srini M.
Iskandar, (1997: 2).
Begitu juga dengan pendapat Sri Sulistryrini, (2007: 9)
tentang IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para
perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap
dan sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks IPA Body of
Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang
luas didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang
sitimatik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, serta
hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa-hipotesa.
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin juga sebagai produk IPA.
Ini merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan
analitik yang dilakukan oleh para ilmuan selama berabad-abad.
Bentuk ilmu pengetahuan alam sebagai produk adalah fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA. Srini M.
Iskandar, (1997: 2).
b. Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Proses
Yang dimaksud dengan poses adalah proses mendapatkan
IPA. IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan
pengetahuan tentang benda- benda atau makluk-makluk tetapi IPA
juga merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan
masalah. Memahami IPA berarti memahami proses IPA, yaitu
memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan
menginterpretasikan. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses
ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses IPA atau
keterampilan sains disebut juga keterampilan belajar seumur hidup,
sebab keterampilan keterampilan dapat juga dipakai untuk
Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang
dilakukan oleh ilmuan. Diantaranya adalah: mengamati, mengukur,
menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan
hipotesa, membuat grafik dan tabel data, membuat dedefinisi
operasional, dan melakukan eksperimen.
c. IPA Sebagai Pemupuk Sikap
Pada pengajaran IPA SD dibatasi pengertiannya pada
sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Menurut Wynne harlena dan
Hendro Darmodjo dalam Sri Sulityorini (2007: 10), ada sembilan
aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia anak
SD yaitu: 1) sikap ingin tahu, 2) sikap ingin mendapatkan sesuatu
yang baru, 3) sikap kerjasama, 4) sikap tidak putus asa, 5) sikap
tidak berprasangka, 6) sikap mawas diri, 7) sikap bertanggung
jawab, 8) sikap berpikir bebas, 9) sikap disiplin diri. Sikap ilmiah
ini bisa dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan,
simulasi, atau kegiatan dilapangan. Dalam hal ini, maksud dari
sikap ingin tahu sebagai bagian sikap ilmiah adalah suatu sikap
yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari obyek
yang diamati.
IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada
dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan diluar angkasa, baik
indera. Oleh karena itu ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu
yang mempelajari tentang alam dan gejala-gejalanya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA
adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara
umum terbatas pada gejal-gejala alam. Lahir dan berkembang
melalui metode ilmiah secara observasi, penerapannya serta
menurut sikap ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta
menurut sikap ilmiah yaitu rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan
sebagainya.
2. Tujuan Pembelajaran IPA
Tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kerikulum 2006 adalah agar
peserta didik mampu memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs mulyasa, (2010:
Lebih lanjut lagi Pusat kurikulum Depdiknas, (2006: 117)
menjelaskan tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) yaitu :
a. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positis terhadap sains,
teknologi dan masyarakat.
b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains
yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
d. Ikut serta memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
e. Menghargai alam sekiar dan segala keturunannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan.
Sedangkan menurut Usman Samatowa (2010: 6) menjelaskan
empat alasan tentang pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu, a) bahwa
IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan
panjang lebar, b) bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA
merupakan mata pelajaran yang melatih atau mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, c) bila IPA diajarkan melalui percobaan-
percoabaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah
merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, d) mata pelajaran
IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian
Berdasarkan jabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat melatih dan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk dapat berpikir serta
bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah
yang ada di lingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan
kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan
karakteristik siswa Sekolah Dasar. Sehingga siswa dapat memahami dan
menerapkannya dalam kehidupannya.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD Sri Sulistyorini, (2007:
40-41) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Makluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda atau materi, sifat- sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat
dan gas,
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
Berdasarkan ruang lingkup IPA di SD materi kelas 4 semester 2
dalam KTSP dijabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Standar kompetensi Kompetensi dasar
6. Memahami gaya
dapat mengubah
gerak dan bentuk
suatu benda.
6.1.Menyimpulkan hasil percobaan bahwa
gaya (dorongan dan tarikan) dapat
mengubah gerak suatu benda.
6.2.Menyimpulkan hasil percobaan bahwa
gaya dorongandan tarikan ) dapat
mengubah bentuk suatu benda.
7. Memahami berbagai
bentuk energi dan
cara penggunaannya
dalam kehidupan
sehari-hari
7.1. Mendeskripsikan energi panas dan
bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar
serta sifat-sifatnya.
7.2.Menjelaskan berbagai energi alternatif
dan cara pengguaannya.
7.3.Membuat suatu karya model untuk
menunjukkan perubahan energi gerak
akibat pengaruh udara, misalnya roket
dari kertas baling-baling pesawat kertas
parasut.
7.4.Menjelaskan perubahan energi bunyi
melalui penggunaan music
Bumi dan Alam Semesta
9. Memahami perubahan
kenampakan permukaan
bumi dan benda langit.
1.1.Mendeskripsikan perubahan
kenampakan bumi.
1.2.Mendeskripsikan posisi bulan dan
kenampakan bumi dari hari kehari
10. memahami perubahan
lingkungan fisik dan
pengaruhnya terhadap
daratan
10.1.Mendeskripsikan berbagai penyebab
perubahan lingkungan fisik ( angin,
hujan, cahaya matahari, dan gelombang
air laut,)
10.2.Menjelaskan pengaruh perubahan
lingkungan fisik terhadap daratan (erosi,
abrasi, banjir dan longsor)
10.3.Mendeskripsikan cara pencegahan
kerusakan lingkungan (erosi, abrasi,
banjir, dan longsor).
11. Memahami hubungan
antara sumber daya alam
dengan lingkungan,
teknologi, dan
masyarakat
11.1.Menjelaskan hubungan antara sumber
daya alam denganlngkungan.
11.2.Menjelaskan hubungan anara sumber
daya alam dengan teknologi yng
digunakan.
11.3.Menjelaskan dampak pengambilan
bahan alam terhadap pelestarian
lingkungan.
D. Karakteristik Siswa Sekolah dasar
Pada masa kanak-kanak awal terjadi pada rentang usia 2-6 tahun,
masuk kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Masa usia sekolah
dasar (sekitar 6-7) ini merupakan tahapan perkembangan penting dan
bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Usia
kronologis ini diikuti dengan gambaran perkembangan kongnitif, emosi,
sosial, moral dan kecakapan psikomotorik. Meski antara satu siswa dengan
siswa lain terdapat perbedaan individual, namun pada umumnya mereka
memiliki persamaan pula. Status perkembangan siswa kelas I sangat
berbeda dengan status perkembangan siswa kelasVI.
Menurut Hurlock dalam Rita Ekan Izzaty (2008: 87) menyatakan
tiga alasan awal masa kana-kanak merupakan masa yang paling baik untuk
mempelajari keterampilan tertentu yaitu:
1. Anak senang mengulang-ulang, sehingga dengan senang hati mau
mengulang suatu aktivitas sampai terampil.
2. Anak-anak bersifat pemberani, sehingga tidak terhambat rasa takut
kalau mengalami sakit atau diejek teman-teman sebagaimana ditakuti
oleh anak yang besar.
3. Anak mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih lentur dan
keterampilan yang dimikili baru sedikit.
Usia sekolah Dasar berkisar 6-12 tahun pada masa ini anak sudah
matang untuk belajar atau sekolah. Dalam proses belajar hendaknya
disesuaikan dengan tahapan perkembangan siswa. Antara usia 5 dan 6
tahun sebagian besar anak-anak sudah pandai melempar dan menangkap
Pada masa kanak-kanak awal, anak berpikir konvergen menuju
kesuatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu
persoalan. Menurut teori perkembangan kongnitif Piaget dalam Rita Eka
Izzaty (2008: 88) menyatakan anak pada masa kanak-kanak awal berda
pada tahap perkembangan praoperasional 2-7 tahun. Adapun ciri-cirinya
antara lain: semakin berkembangnya fungsi simbolis, tingkah laku imitasi
langsung maupun tertunda, cara berpikir masih egosentris, centralized atau
terpusat pada satu dimensi saja, serta cara berpikir yang tak dapat dibalik
dan terarah statis.
Menurut Piaget usia SD masuk pada tahap operasional konkret, anak
mampu berpikr logis, memahami konsep percakapan, mampu mengingat,
memahami dan memecahkan yang bersifat konkret. Piaget
mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak
yaitu: 1) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, 2) tahap operasional usia 2-6
tahun, 3) tahap operasional konkret usia 7-11 atau 12 tahun, 4) tahap
operasional formal unsia 11 atau 12 tahun
Jean Pi