• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA PELAJARAN IPA KELAS IV SD SURYODININGRATAN 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA PELAJARAN IPA KELAS IV SD SURYODININGRATAN 1."

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MAKE A MATCH PADA PELAJARAN IPA KELAS IV SD NEGERI SURYODININGRATAN 1

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Elda Sanfitri Sakerebau NIM 12108249018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS

ILMU PENDIDIKAN

(2)

PERSETUJUAN

(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.

Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata

penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli.

Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 26 November 2016 Yang menyatakan

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul "PENINGKATAN MOTIYASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE MAKH A MATCH PADA

PEMBELAJARA.i'f IPA KELAS IV SD N SURYODTh.TJNGRAT AN 1 " yang disusun oleh Elda Sanfitri Sakerebau, N1M 12l08249018 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Skripsi pada tanggal 9 November 2016 dau dinyatakan lul us.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Dr. E. Kus Eddy Sartono, M. Si. Ketua Penguji

Tanggal

Ikhlasul Ardi Nugroho, M. Pd. Suyantiningsih, M. Ed.

Sekretaris Penguji Penguji Utama

iv

..2.5· ll - 20\11:,

(5)

MOTTO

Tidak banyak yang dapat kita lakukan sendirian, sangatlah banyak yang dapat kita

(6)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan rasa syukur atas segalah kebaikan yang telah diberikan oleh

Tuhan, karya ini penulisan persembahkan kepada:

1. Ayah, Ibu, kakak dan adek-adek tercinta yang senantiasa memberikan

doa, semangat yang tiada henti diberikan selama ini.

2. PEMDA Kabupaten Kepulauan Mentawai (Dinas Pendidikan)

(7)

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODELPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MAKE A MATCH PADA PELAJARAN IPA KELAS IV SD SURYODININGRATAN 1

Oleh

Elda Sanfitri Sakerebau Nim 12108249018

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan

mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada pelajaran

IPA kelas IV SD Negeri Suryodinigratan 1.

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Suryodinigratan 1 yang berjumlah 20 anak. Model penelitian ini mengunakan model penelitian Kemmis dan Mc Taggart. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket, observasi, dan dokumentasi. Instrument penelitian menggunakan pedoman angket, lembar observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan secara deskripsi kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa model kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan oleh perolehan hasil angket pra tindakan rata-rata persentase 56% kategori kurang, setelah melakukan tindakan pada siklus I rata-rata persentase menjadi 67% dalam kategori cukup, dan siklus II meningkat rata-rata persentase menjadi 87 dalam kategori sangat baik.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

melimpahkan rahmat, kasih, dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi

Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Make a Match pada Pelajaran IPA Kelas IV SD Suryodiningratan .

Pada kesempatan ini, penghargaan dan terima kasih yang sebesar-

besarnya ingin penulis berikan kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan berupa saran, dukungan dan semangat demi terselesaikannya

skripsi ini Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang

telah memberikan ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan PSD (Pendidikan Sekolah Dasar) yang telah membantu

dalam melancarkan penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Dr. Kus Eddy Sartono M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang telah memberikan waktunya untuk bimbingan dari awal hingga

terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

4. Dra. Ernawati Budi Listyani, selaku dosen akademik yang telah

membimbing dan memberi dorongan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(9)

memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis dalam menempuh dan

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Ibu Sri Wahyuni, S. Pd. SD selaku kepala sekolah SD Negeri

Suryodiningratan 1 yang telah memberi izin penelitian di sekolah.

7. Thu F<;. Sri Wantini Rahayu, S. Pd selaku guru kelas IV yang telah

meluangkan waktu untuk membantu penelitian skripsi.

8. Ayah Thu, kakak dan adek-adek yang telah memberi dukungan, motivasi

dan doa selama penulisan skripsi.

9. Julianto Siatateitei yang selalu mendukung dan memberi semangat selama

penulisan skripsi.

10. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu yangtelah

ikut berperan serta dalam penulisan skripsi.

Semoga amal kebaikan Saudara/ teman-teman mendapat balasan yang

setimpal dari tuhan yang Maha Kuasa

Yogyakarta, 26 November 2016 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL………..…i

PERSETUJUAN……….…..ii

SURAT PERNYATAAN………..……...iii SURAT PENGESAHAN……….……....iv

MOTTO……….…………v

PERSEMBAHAN……….………...vi

ABSTRAK……….……….vii

KATA PENGANTAR………..………..viii DAFTAR ISI……….………x

DAFTAR TABEL……….………..xii

DAFTAR GAMBAR……….……….…xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……….………...1

B. Identifikasi Masalah……….……….6

C. Pembatasan Masalah……….6

D. Rumusan Masalah………...7

E. Tujuan Penelitian………..7

F. Manfaat penelitian………....7

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar……….……..……...9

1. Pengertian Motivasi……….………..………..9

2. Pengertian Belajar……….……….10

3. Pengertian Motivasi Belajar………..………….11

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar……….…………...12

5. Fungsi Motivasi dalam Belajar……….………...13

6. Indikator Motivasi Belajar……….………16

7. Menumbuhkan Motivasi Belajar………..………..17

B. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif………..…..21

1. Pengertian Model Kooperatif………21

2. Model Pembelajaran Kooperatif………...22

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif………..23

4. Unsur Pembelajaran Kooperatif………....25

5. Prinsip Pembelajaran Kooperatif………..27

6. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif……….………29

(11)

C. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam……….………...33

1. Hakikat Tentang Ilmu Pengetahuan Alam……….………..33

2. Tujuan Pembelajaran……….………...36

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA………..………...38

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar………..………...40

E. Penelitian yang Relevan………..…47

F. Kerangka Berpikir………...48

G. Hipotetis Tindakan………..…………49

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….………..50

B. Subjek Penelitian……….………...51

C. Setting Penelitian……….………...51

D. Desain Penelitian……….………...51

E. Teknik Pengumpulan Data………..…54

F. Instrumen Penelitian……….…..56

G. Teknik Analisis Data………..…….59

H. Indikator Keberhasilan………....62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian……….………63

B. Deskripsi Subjek Penelitian……….………..……….64

C. Deskripsi Hasil Penelitian………..………..…...65

D. Pembahasan ………..………..97

E. Keterbatasan Peneliti……….………...102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….………..103

B. Saran……….………104

DAFTAR PUSTAKA………....106

(12)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar………...….40

Tabel 2. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa pada pelajaran IPA…..……..……57

Tabel 3. Kisi-kisi lembar observasi aktifitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan model make a match………58

Tabel 4. Kisi- kisi lembar observasi aktifitas guru dalam proses pembelajaran…...…59

Tabel 5. Skor Variabel Motivasi………...………....60

Tabel 6. Kriteria Keberhasilan tindakan…..………...………..61

Tabel 7. Pedoman Skor Observasi Aktivitas Siswa…………...……...………..……61

Tabel 8. Jumlah siswa di SD Suryodiningratan 1 ajaran 2015/2016...………..……..64

Tabel 9. Angket Motivasi belajar IPA Per Indikator Pra tindakan…..……...…….66

Tabel 10. Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus I……...…..….…………...74

Tabel 11. Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus I…….………...………..76

Tabel 12. Hasil Angket Siklus I………… ……….………..…………...….77

Tabel 13. Perbandingan Persentase Motivasi Belajar I…………..………..79

Tabel 14. Hasil Observasi Aktifitas Siswa pada Siklus II …………..…...……….…..89

Tabel 15. Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus II…...…...……….91

Tabel 16. Pencapaian Motivasi Belajar IPA Per Indikator pada Siklus II…... ..…...92

Tabel 17. Perbandingan Persentase Pencapaian Motivasi Belajar IPA Per Indikator antara Pra Tindakan, Siklus I, Siklus I………..………..…..94

(13)

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Model Penelitian Kemmis dan MC. Taggart……….…..…52

Gambar 2. Rumus persentase……….60

Gambar 3. Diagram Pencapaian Motivasi Belajar IPA Pra Tindakan………...67

Gambar 4. Diagram Pencapaian Motivasi Belajar IPA Per Indikator Siklus...78

Gambar 5. Diagram peningkatan motivasi belajar IPA pada pra tindakan dan siklus ...80

Gambar 6. Diagram Pencapaian Motivasi Belajar IPAPer Indikator Siklus II………..94

Gambar 7. Diagram Peningkatan Motivasi Belajar IPA dari Pra Tindakan, Siklus I, dan Siklus II………...96

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran...109

Lampiran 2. Instrument...133

Lampiran 3. Hasil Penelitian...139

Lampiran 4. Dokumentasi...154

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian...156

xiv

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional (sisdiknas) pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri,

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dengan

sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individual

maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan latihan (Sugihartono, 2013: 5). Dengan demikian

pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang

dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya

dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya

sendiri tidak dengan bantuan orang.

Pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru secara

terprogram melalui desain instruksional agar peserta didik dapat belajar

aktif dan lebih menekankan pada sumber belajar yang disediakan (Dimyati

dan Mudjiono, 2006:3) hal tersebut tidak lepas oleh faktor guru untuk

(16)

sehingga proses pembelajaran yang dapat mengantarkan siswa ketujuan

pengajaran yang didapatkannya.

Belajar adalah kegiatan yang aktif dimana subjek belajar

membangun sendiri pengetahuannya. Subjek belajar juga mencari sendiri

makna dari suatu yang mereka pelajari, seseorang akan berhasil dalam

belajar, kalau dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau

dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi, motivasi

dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai

(Sardirman A. M, 2007: 38).

Motivasi belajar pada siswa dapat menjadi lemah apabila siswa

kurang termotivasi atau tiadanya motivasi, oleh karena itu dalam proses

belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat

belajar dengan baik (Slameto, 2003:58). Memberikan motivasi kepada

siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin

melakukan sesuatu, sebab seseorang akan terdorong melakukan sesuatu

bila merasa ada suatu kebutuhan karena motivasi seseorang adalah bagian

dari internal manusia menetapkan alasan dan membuat keputusannya

tentang bagaimana guru mempengaruhi motivasi siswa dengan

menciptakan situasi ekternal sehingga siswa akan bertindak sesuai dengan

(17)

Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk

membimbing, mendorong, mengubah sikap dan tingkah laku siswa, serta

memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Guru juga mempunyai tanggung jawab untuk untuk melihat

segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses

perkembangan belajar siswa. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran di

sekolah pada umumnya muncul berbagai masalah yang mempengaruhi

para siswa, salah satu masalah yang dihadapi dalam pembelajaran

disekolah adalah rendahnya motivasi belajar siswa.

Selain itu, cara yang digunakan guru dalam memberikan pelajaran

masih menggunakan metode ceramah sebagai metode utama dalam proses

belajar mengajar, sehingga siswanya tidak aktif. Berdasarkan observasi

dan wawancara yang peneliti lakukan dikelas dengan guru kelas SD

Negeri Suryodiningratan I khususnya di kelas IV SD,masih banyak

permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran diantaranya, dalam

proses belajar mengajar terlihat ketika siswa mengikuti pelajaran kurang

serius, tidak memperhatikan saat guru menjelaskan, ribut sendiri,

cenderung main-main dikelas. Terutama dalam pelajaran IPA siswa

merasa bosan selama mengikuti pembelajaran.

Hasil wawancara guru kelas IV SD menyatakan bahwa

Pembelajaran IPA merupakan pelajaran yang tidak disenangi siswa karena

(18)

mengoptimalkan penggunaan media atau model sehingga siswa malas

untuk belajar IPA. Pendidkan IPA di SD menjadi salah satu mata pelajaran

yang sangat penting untuk diberikan kepada siswa karena akan berguna

bagi kehidupan anak di kemudian hari, melatih anak berpikir kritis dan

mempunyai nilai-nilai yaitu mempunyai potensi dapat membentuk pribadi

anak secara keseluruhan. Siswa diharapkan dapat mengenal dan

mengetahui pengetahuan-pengetahuan alam tersebut dalam kehidupan

sehari-harinya

Selain itu banyak diantara siswa yang menganggap pelajaran IPA

sulit dan tidak memahami materi pelajaran yang disampaikan terutama

pelajaran IPA karena guru kurang melakukan diskusi kelompok pada saat

pembelajaran berlangsung, sehngga siswa kurang bekerjasama dalam

belajar. Oleh karena itu perlu dilaksanakan pembelajaran yang berpusat

pada siswa. Dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa diharapkan

dapat meningkatkan keaktifan, kreativitas serta rasa keinginantahu siswa.

Salah satu upaya meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain

yang dapat dilakukan ialah menciptakan variasi dalam menggunakan

model pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa agar siswa lebih

aktif, kreatif, dan menyenangkan. Menurut Eysenck dkk (Slameto, 2003:

170) bahwa motivasi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan

kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku

manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-

(19)

memberikan motivasi yang besar supaya siswa punya dorongan tinggi

untuk belajar. Dalam hal ini maka perlu memberikan hal baru dalam

pembelajaran agar bisa meningkatkan motivasi belajar siswa. salah satu

model pembelajaran yang aktif adalah model kooperatif yang dapat

dijadikan solusi pembaharuan agar lebih menarik dan menyenangkan.

Kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru (Agus Suprijono, 2009: 54) Model pembelajaran

kooperatif ini menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil. Model

pembelarajan kooperatif terdapat beberapa teknik salah satunya adalah

model kooperatif Make a Match, model Make a Match merupakan

pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan siswa SD.karena dengan

model pembelajaran ini siswa dapat lebih aktif dan dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa. Make a Match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu

tersebut berupa pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi

jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dengan ini siswa merasa ada

tantangan untuk mendapatkan pasangan jawabannya lebih dulu dari teman

lain. Mencari kartu pasangan ini dapat membantu siswa lebih aktif serta

dapat bekerjasama dengan baik dan bertanggung jawab dalam kelompok

dengan waktu yang ditentukan. Aktivitas dalam pembelajaran make a

match dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan,

menumbuhkan keaktifan siswa, dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa.

(20)

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik mengadakan penelitian

dengan judul “Peningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Pada

Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Suryodiningratan

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat beberapa masalah

yang dapat diidentifikasi, antara lain:

1. Motivasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Suryodiningratan 1

pada pembelajaran IPA masih rendah

2. Dalam proses pembelajaran kurang melakukan melakukan tanya jawab

sehingga siswa kelas IV SD Negeri Suryodiningratan 1 masih pasif

3. Pelajaran IPA merupakan pelajaran yang tidak disukai siswa kelas IV

SD Negeri Suryodiningratan

4. Guru masih menggunakan metode ceramah sebagai metode utama

dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa kelas IV SD Negeri

Suryodiningratan 1 kurang aktif.

5. Proses pembelajaran yang monoton dan membosankan

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perlu diadakan pembatasan

masalah. Hal ini dilaksanakan agar hasil penelitian mendapat temuan yang

lebih fokus dan mendalami permasalahan. Oleh karena itu penelitian ini

(21)

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Pada

Pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Suryodiningratan 1.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

disebutkan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada

pelajaran IPA Kelas IV SD Negeri Suryodiningratan 1?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Pada Pelajaran IPA Kelas IV

SD Negeri Suryodiningratan 1.

F. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis,

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk

penelitian selanjutnya yang lebih mendalam sehingga memperjelas

penyelesaian masalah yaitu rendahnya motivasi belajar IPA siswa

kelas IV SD Negeri Suryodiningratan 1.

2. Secara praktis penelitian ini juga memberikan manfaat bagi pihak

antara lain:

a. Bagi siswa, agar siswa dapat aktif mengikuti pembelajaran IPA

(22)

pembembelajaran yang menyenangkan siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran.

b. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan

dapat memberikan pengalaman menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Make a Match khususnya untuk meningkatkan

motivasi belajar IPA siswa dalam proses belajar mengajar.

c. Bagi peneliti, mendapat pengalaman langsung dari penerapan

penggunaan model pembelajaran make a match pada pembelajarn

IPA sebagai bekal untuk suatu saat ketika terjun kedunia

(23)

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Menurut Sardirman A. M (2007: 73) motivasi dapat diartikan

sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.

Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah

menjadi aktif pada saat-saat tertentu.

Sedangkan menurut Mc. Donald dalam Sardirman A. M,

(2007: 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri sesorang yang

ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan

terhadap adanya tujuan. Pengertian tersebut mengandung elemen

penting yaitu, motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi

pada diri setiap individu manusia, motivasi ditandai dengan

munculnya, rasa”feeling, afeksi seseorang, motivasi akan dirangsang

karena adanya tujuan.

Begitu juga dengan Dimyati dan Mudjino (2006: 80) motivasi

dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan

mengarahkan, perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Motivasi

juga dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan

sesuatu, dan bila tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan

(24)

Berbeda dengan Eysenck dkk (Slameto, 2003: 170) motivasi

sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas,

konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan

konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti

minat, konsep diri, sikap.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, motivasi itu dapat

dirangsang oleh faktor dari luar dan tumbuh di dalam diri seseorang.

Dan dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya penggerak

didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh anak dalam belajar dapat tercapai.

2. Pengertian belajar

Sugihartono, ddk (2003: 74) menjelaskan bahwa belajar

merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil

interaksi individu dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) belajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Sardirman A. M. (2007: 21) belajar dimaksudkan

sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan

sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya,

bahwa belajar adalah penambahan pengetahuan. Dapat dikatakan

(25)

menuju keperkembangan pribadi manusia seutunya, yang berarti

menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Berdasarkan pendapat diatas, maka belajar merupakan

perubahan tingkah laku dan hasil interaksi dengan lingkungan untuk

mencapai tujuan tertentu. Kegiatan belajar dapat dilakukan karena

adanya motivasi dan dorongan.

3. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling

berpengaruh. Perbuatan belajar timbul karena adanya motivasi yang

mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar Sugihartono

dkk ( 2007: 74) menyatakan belajar adalah suatu proses memperoleh

pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku

dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena

adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

Interaksi itu bisa timbul dari dalam diri subjek atau dari luar

sehingga subjek melakukan kegiatan belajar. motivasi belajar

merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya

yang khas adalah dalam hal penumbuhan semangat dan merasa senang

belajar siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak

energi untuk melakukan kegiatan belajar Sardirman A.M , (2007: 75).

(26)

mencapai cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya

penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan-kegiatan

yang menarik. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan eksternal

pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah

laku.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Hamzah B. Uno (2010: 23), motivasi belajar

dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor instrinsik dan faktor

ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan faktor yang timbul dari

dalam diri siswa yang berupa hasrat dan keinginan berhasil,

dorongan kebutuhan belajar dan harapan akan cita-cita. Sedangkan

faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa

berupa penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan

kegiatan yang menarik.

Priyanto (Abdul Hadis, 2006: 33) berpendapat bahwa

motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai aspek atau faktor

yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas, diantaranya

sikap dan perilaku guru dalam mengajar, sikap guru terhadap

perilaku siswa, sikap guru terhadap karakteristik siswa, sikap guru

terhadap siswa yang berbeda jenis kelamin dan latar belakang

kebudayaan yang berbeda serta sikap siswa terhadap perbedaan

prestasi belajar yang diperoleh siswa yang lain. Faktor metode

(27)

lingkungan sekolah juga mempengaruhi motivasi belajar siswa.

Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya ada

dua faktor utama yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu faktor

instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik yaitu yang berasal

dari diri siswa yang berupa hasrat, keinginan, dorongan untuk

belajar dan harapan akan cita-cita dari siswa tersebut. Sedangkan

faktor ekstrinsik yaitu berasal dari luar siswa yang berkaitan dengan

proses belajar mengajar meliputi sikap guru di dalam mengajar,

sikap guru di dalam menghadapi perilaku siswa yang memiliki

karakteristik, jenis kelamin, latar belakang dan prestasi siswa yang

berbeda-beda.

Selain itu, pemilihan materi, metode, dan media

pembelajaran serta kondisi lingkungan sekolah juga mempengaruhi

motivasi belajar siswa. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

model make a match merupakan salah satu faktor ekstrinsik dalam

meningkatkan motivasi belajar IPA siswa.

5. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi memiliki fungsi bagi sesorang, karena motivasi

dapat mendorong seseorang untuk melakukan seseuatu dan

menjadikan orang tersebut mengalami perubahan kearah yang lebih

baik. Berikut tiga fungsi motivasi menurut Sardiman A. M (2007:

(28)

atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan

b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujan yang

hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan

arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan

tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan,

dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak

bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Pendapat tersebut sejalan dengan dari Syaiful Bahri

Djamarah (2002:122) yang mengatakan bahwa:

“Baik motivasi intrinsik maupun eksrinsik sama berfungsi sebagai

pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya

menyatu dalam sikap, terimplikasi dalam perbuatan. Dorongan

adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat

untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan dilakukan.

Karena itulah dorongan atau penggerak maupun penyeleksi

merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam

berlajar”.

(29)

peranan motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut:

a. Menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar.

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila

seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang

memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat

bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

b. Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai. Anak akan

tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya

sudah dapat diketahui dan dinikmati manfaatnya bagi anak.

c. Menentukan ketekunan balajar.

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan

berusaha memperlajarinya dengan baik dan tekun, dengan

harapan memperoleh hasil yang baik.

Menurut Oemar Hamalik (2010: 108) menyebutkan fungsi

motivasi adalah:

a) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa

motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

b) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarakan

perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakan

tingkah laku seseorang. besar kecilnya motivasi akan

menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

(30)

fungsi motivasi belajar adalah untuk mendorong seseorang untuk

berbuat sesuatu, mengarahkan perbuatan yang sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai, menyeleksi perbuatan yang akan

dilakukan dan menjadikan seseorang tekun dalam belajar.

6. Indikator Motivasi Belajar

Hamzah B. Uno (2010: 23) menyebutkan motivasi belajar

mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dengan

beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Adapun indikator

tersebut adalah sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil.

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan.

d. Adanya penghargaan dalam belajar.

e. Adanya keinginan yang menarik dalam belajar.

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif.

Orang yang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada

pada diri orang tersebut. Sardiman A. M. (2007: 83) berpendapat

bahwa motivasi yang ada pada setiap orang itu memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Tekun menghadapi tugas

b. Menunjukan minat terhadap macam-macam masalah

c. Lebih senang bekerja mandiri.

(31)

e. Dapat mempertahankan pendapatnya.

f. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

g. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang yang memiliki ciri-ciri seperti yang

disebutkan di atas, berarti orang tersebut memiliki motivasi yang

cukup kuat. Ciri-ciri atau indikator motivasi tersebut sangatlah

penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. Kegiatan belajar

mengajar akan berhasil baik jika siswa tekun dan ulet dalam

menyelesaikan tugas, tidak mudah m enyerah sebelum mendapatkan

apa yang diinginkan, menunjukan minat dan senang memecahkan

masalah, serta mampu mempertahankan pendapatnya. Hal-hal itu

semua harus dipahami oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan

siswanya dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.

7. Menumbuhkan Motivasi Belajar

Beberapa cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan

belajar disekolah menurut Sardirman A.M. (2007: 92) yaitu:

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan

belajarnya. Angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi

yang kuat. Tetapi juga banyak siswa belajar hanya ingin mengejar

nilai ulangan atau nilai raport angkanya yang baik.namun demikian

(32)

belum merupakan hasil belajar yang sejati. Hasil belajar yang

bermakna.

b. Hadiah

Hadiah dapat dikatakan sbagai motivasi, tetapi tidak selalu

demikian.karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan

menarik bagi seseorangsiswa yang tidak memiliki bakat untuk

suatu pekejaan tersebut.

c. Saingan/ kompetensi.

Saingan atau kompetensi dapat digunakan sebagai alat

motivasi untuk mendorong belajar siswa.persaingan individual

maupun persaingan kelompok sangat baik digunakan untuk

meningkatkan kegiatan belajar siswa.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

bekerja keras dengan memertaruhkan harga diri, adalah sebagai

salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan

berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik

dengan menjaga harga dirinya.

(33)

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada

ulangan. oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan

sarana motivasi.

f. Mengetahui hasil.

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi

kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin

mengetahui grafik hasil belajar meningkat maka ada motivasi pada

diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus

meningkat.

g. Pujian

Apabila siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan

tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk

reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang

baik. oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan motivasi,

pemberiannya harus tepat.

h. Hukuman.

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau

diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh

karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian

(34)

i. Hasrat untuk belajar.

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada

maksud untuk belajar. Hal ini akan baik, bila dibandingkan segala

sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti

pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar,

sehingg sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

j. Minat

Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga

minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang

pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai minat.

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa,

akan merupakan alat motivasi yang penting. Sebab dengan memahami

tujuan yang harus dicapai, karena dirasa angat beguna dan

menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Menurut Hamzah B. Uno (2007: 34-37) Selain cara-cara

menumbuhkan motivasi yang disebutkan diatas ada juga teknik-

teknik yang dapat dilakukan dalm pembelajaran yaitu:

1) Pernyataan penghargaan secara verbal.

2) Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.

3) Menumbuhkan rasa ingin tahu.

4) Dalam mengajar guru menggunakan model pembelajaran yang

(35)

5) Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa

6) Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam

belajar

7) Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu

konsep dan prinsip yang sudah dipahami

8) Menuntun siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari

sebelumnya.

9) Menggunakan simulasi dan permainan. Baik simulasi maupunn

permain merupakan proses yang menarik bagi siswa.

B. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran

Mills (Agus Suprijono, 2009: 45) berpendapat bahwa model

adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang

memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak

berdasarkan model itu model merupakan interpetasi terhadap hasil

observasi dan pengukuran yang diperoleh beberapa sistem.

Pembelajaran merupakan aktivitas pendidik atau guru secara

terprogram melalui desain instruksional agar peserta didik dapat belajar

aktif dan lebih menekankan pada sumber belajar yang disediakan

Dimyati dan Mudjiono (2006: 3).Model pembelajaran ialah pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas

(36)

Berbeda dengan Arend (Agus Suprijono, 2009: 46) model

pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,

termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam

kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolahan

kelas.

Berdasarkan uraian diatas, melalui model pembelajaran guru

dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,

keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model

pembelajaran berfungi pula sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi

semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin

oleh guru atau diarahkan oleh guru Agus Suprijono (2009: 54).

Menurut Slavin (Nur Asma, 2006: 11) bahwa dalam belajar

kooperatif siswa belajar bersama saling menyumbang pemikiran dan

bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu

maupun kelompok.

Sugiyanto (2010: 37) menjelaskan bahwa pembelajaraan kooperatif

adalah pendekataan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi

(37)

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja

sama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama. belajar kooperatif

mendasarkan pada suatu ide bahwa siswa bekerja sama dalam belajar

kelompok dan sekaligus masing-masing bertanggung jawab pada aktifitas

belajar anggota kelompoknya, sehingga seluruh anggota kelompok dapat

menguasai materi pelajaran dengan baik.

Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antara siswa

dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa siswa lebih

mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka

mendiskusikan masaalah tersebut dengan temannya (Nur Asma 2006:12).

3. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut (Nur Asma 2006: 12) tujuan pembelajaran kooperatif

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pencapaian Hasil Belajar.

Pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan

kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Meningkatkan penilaian

siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan

dengan hasil belajar. Disamping mengubah norma yang berhubungan

dengan hasil belajar pembelajaran kooperatif dapat memberi

keuntungan pada siswa yang bekerja menyelesaikan tugas akademik,

(38)

Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa

kelompok bawah dalam proses tutorial ini siswa kelompok atas akan

meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan

sebagai tutor kepada teman sebaya yang membutuhkan pemikiran

lebih mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat didalam

materi tertentu.

b. Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu.

Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut

ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan, maupun ketidak mampuan.

peluang kepada sisswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk

bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas bersama, dan

melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif serta belajar

untuk menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan Keterampilan Sosial

Untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan

kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki didalam

masyarakat, model ini sangat berguna untuk membantu siswa

menumbuhkan kemampuan kerjasama.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kinerja siswa atau

hasil belajar sisiwa, menerima perbedaan dan menghargai satu sama

lain, serta mengembangkan keterampilan siswa dalam menumbuhkan

(39)

4. Unsur Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David (Agus Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa ada

lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan yaitu:

a. Positive interdependence (saling ketergantungan positif). Unsur ini

menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua

pertanggung jawaban kelompok. Pertama mempelajari bahan yang

ditugaskan kepada kelompok. kedua menjamin semua anggota kelompok

secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.

b. Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan). Pertanggung

jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan

kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua

anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat,Tanggung jawab

perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang

diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

c. Face to face promotive interaction (interaksi promotif). unsur ini penting

karena dapat menghasilkan ketergantungan positif.

d. Interpersonal skill (komunikasi antaranggota). Keterampilan sosial.

Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapai tujuan

peserta didik harus saling mengenal dan memercayai, mampu

berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, mampu menyelesaikan

konflik secara konstruktif.

e. Group processing (pemprosesan kelompok). Pemprosesan mengandung

(40)

urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota

kelompok.

Sama halnya dengan pendapat Nur Asma, (2006: 16) terdapat

beberapa unsur2 yaitu:

a. Saling ketergantungan positif, kegagalan dalam kelompok merupakan

tanggung jawab setiap anggota kelompok oleh karena itu sesama

kelompok harus merasa terikat dan saling tergantung positif

b. Tanggung jawab perorangan, setiap anggota kelompok bertanggung

jawab untuk menguasai materi pelajaran karena keberhasilan belajar

kelompok ditentukan dari seberapa besar sumbangan hasil belajar secara

perorangan

c. Tatap muka, interaksi yang terjadi melalui diskusi akan memberikan

keuntungan bagi semua kelompok karena memanfaatkan kelebihan dan

mengisi kekurangan masing-masing anggota kelompok

d. Komunikasi antar anggota kelompok, karena dalam setiap tatap muka

terjadi diskusi, maka keterampilan berkomunikasi antar anggota

kelompok sangatlah penting.

e. Evaluasi proses kelompok, keberhasilan belajar dalam kelompok

ditentukan oleh proses kerja kelompok. Untuk mengetahui keberhasilan

proses kerja kelompok dilakukan melalui evaluasi proses kelompok.

Sedangkan Arends (Nur Asma 2006: 16) berpendapat bahwa

(41)

a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup

sepenanggungan bersama.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya,

seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya

memiliki tujuan yang sama

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara

anggota kelompoknya

e. Siswa akan dikenalkan atau akan diberikan hadiah atau penghargaan

yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan

untuk belajar selama proses belajar

g. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi

yang dipelajari dalam kelompoknya.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa unsur pembelajaran kooperatif

adalah solusi ideal yang dapat menumbuhkan perasaan peserta didik,

mengajarkan kepada siswa untuk bertanggung jawab, saling percaya, saling

menerima dan saling mendukung untuk meningkatkan hubungan antar

kelompok demi mencapai tujuan bersama.

5. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Nur Asma (2006: 14) mengatakan bahwa prinsip dasar model

(42)

Model pembelajaran kooperatif pada siswa, pengetahuan yang di bangun

dan ditemukan adalah dengan belajar bersama-sama dengan anggota

kelompok sampai masing-masing siswa memahami materi pembelajaran

dan mengakhiri dengan membuat laporan kelompok dan individual. Siswa

menggali seluruh informasi yang berkaitan dengan topik yang menjadi

bahan kajian kelompok dan mendiskusikan pula dengan kelompok lainnya.

b. Belajar kerjasama

Untuk membangun pengetahuan yang tengah dipelajari. Seluruh siswa

terlibat secara aktif dalam kelompok untuk melakukan diskusi.

Pengetahuan yang diperoleh lebih bernilai permanen dalam pemahaman

masing-masing.

c. Pembelajaran Partisipatorik

Melakukan sesuatu secara bersama-sama untuk menemukan dan

membangun pengetahuan yang menjadi tujuan pembelajaran. Begitu juga

dalam mengemukakan hasil dari kerja kelompok setiap kelompok juga

diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan mengkritik dan

mengkritik kelompok lainnya.

d. Reactive Teaching

Guru perlu menciptakan strategi yang tepat agar seluruh siswa

mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Motivasi siswa dapat

dibangkitkan jika guru mampu menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan dan menarik serta dapat meyakinkan siswanya akan

(43)

e. Pembelajaran yang menyenangkan

Pembelajaran harus berjalan dalam suasana yang menyenangkan, tidak ada

lagi suasana yang menakutkan bagi siswa atau suasana belajar yang

tertekan. suasana belajar harus dimulai dari sikap dan perilaku diluar

maupun di dalam kelas. Guru harus memiliki sikap yang ramah dengan

bahasa yang menyayangi siswa-siswinya.

6. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat beberapa teknik yang

dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dikelas Sugiyanto, (2010:

49) yaitu:

a. Mencari Pasangan (Make a Match)

Teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make a Match) siswa

mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik

dalam suasana yang menyenangkan.

b. Bertukar Pasangan

Bertukar pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama

dengan orang lain

c. Berkirim Salam dan Soal

Berkirim salam dan soal memberi siswa kesempatan untuk melatih

pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan

sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan

(44)

d. Bercerita Berpasangan

Dalam kegiatan ini siswa dirangsang untuk mengembangkan

kemampuan berpikir dan berimajinatif. Buah pemikiran mereka akan

dihargai sehingga siswa merasa makin mendorong untuk belajar. selain

itu siswa bekerja sama dalam suasana gotong royong dan mempunyai

banyak kesempatan untuk mengelolah informasi dan meningkatkan

keterampilan bekomunikasi.

e. Dua Tinggal Dua Tamu

Dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk

membagkan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak

kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan

individu. padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan

kerja manusia saling bergantung dengan satu sama lainnya.

f. Keliling Kelompok

Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota

mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi pada mereka

dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain

g. Kancing Gemerincing

Kancing Gemerincing bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan

untuk berperan serta

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa model kooperatif

banyak macam dan teknik-teknik pembelajaran yang bisa dipakai salah

(45)

Match). Peneliti dalam penelitian ini mengambil teknik pembelajaran

kooperatif Make a Match (mencari pasangan) anak dapat belajar melalui

berbuat, anak belajar melalui pancaindra, anak belajar melalui bahas, anak

belajar melalui bergerak Karena tujuan dari pembelajaran model Make a

Match menumbuhkan suasana belajar yang menyenangkan dan dapat

memotivasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

7. Model Make A Match

a. Pengertian Make a Match

Menurut Sugiyanto, (2010 : 49) Make a Match merupakan

model belajar mengajar mencari pasangan salah satu keunggulan

model ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai

suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. teknik ini

bisa digunakan dalam semua pelajaran dan untuk semua tingkat usia

anak didik.

Sedangkan menurut Agus Suprijono, (2009: 94-95) Make a

Match adalah kartu-kartu. kartu-kartu tersebut berisi pertanyaan-

pertanyaan dan kartu- kartu lainya berisi jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan tersebut. jika masing-masing kelompok sudah berada

diposisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit

sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling

bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban

(46)

b. Langkah - langkah Make a Match

Langkah-langkah penerapan model make and match adalah

sebagai berikut

a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep

atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal

dan bagian lainnya kartu jawaban.

b. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan

soal/jawaban.

c. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

d. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan

kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama

tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan

nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).

e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas

waktu diberi poin.

f. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu

temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban)

akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.

g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat

kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

h. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang

memegang kartu yang cocok. Guru bersama-sama dengan siswa

(47)

Model ini membutuhkan waktu lebih untuk permainan mencocokkan

kartu dan membahasnya satu persatu dan menarik kesimpulan. Persiapan

yang perlu dilaksanakan untuk pembelajaran make a match harus cukup

karena harus membuat soal atau jawaban yang berbeda dan ditempel di

kartu sebanyak jumlah siswa.

C. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Alam

1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

a. Ilmu Pengetahuan Sebagai Poduk

Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan

Alam kata-kata Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan

dari kata-kata bahasa inggris Natural Science secara singkat sering

disebut Science artinya Natural artinya alamiah, berhungan dengan

alam bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu

pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan alam (IPA) atau science itu

secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang

mempelajari peristiwa- peristiwa yang terjadi dialam Srini M.

Iskandar, (1997: 2).

Begitu juga dengan pendapat Sri Sulistryrini, (2007: 9)

tentang IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para

perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap

dan sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks IPA Body of

(48)

Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang

luas didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang

sitimatik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, serta

hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa-hipotesa.

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin juga sebagai produk IPA.

Ini merupakan kumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan

analitik yang dilakukan oleh para ilmuan selama berabad-abad.

Bentuk ilmu pengetahuan alam sebagai produk adalah fakta-fakta,

konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori IPA. Srini M.

Iskandar, (1997: 2).

b. Ilmu Pengetahuan Alam Sebagai Proses

Yang dimaksud dengan poses adalah proses mendapatkan

IPA. IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan

pengetahuan tentang benda- benda atau makluk-makluk tetapi IPA

juga merupakan cara kerja, cara berpikir dan cara memecahkan

masalah. Memahami IPA berarti memahami proses IPA, yaitu

memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan

menginterpretasikan. Prosedur-prosedur tersebut disebut proses

ilmiah atau proses sains. Keterampilan proses IPA atau

keterampilan sains disebut juga keterampilan belajar seumur hidup,

sebab keterampilan keterampilan dapat juga dipakai untuk

(49)

Keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang

dilakukan oleh ilmuan. Diantaranya adalah: mengamati, mengukur,

menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan

hipotesa, membuat grafik dan tabel data, membuat dedefinisi

operasional, dan melakukan eksperimen.

c. IPA Sebagai Pemupuk Sikap

Pada pengajaran IPA SD dibatasi pengertiannya pada

sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Menurut Wynne harlena dan

Hendro Darmodjo dalam Sri Sulityorini (2007: 10), ada sembilan

aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia anak

SD yaitu: 1) sikap ingin tahu, 2) sikap ingin mendapatkan sesuatu

yang baru, 3) sikap kerjasama, 4) sikap tidak putus asa, 5) sikap

tidak berprasangka, 6) sikap mawas diri, 7) sikap bertanggung

jawab, 8) sikap berpikir bebas, 9) sikap disiplin diri. Sikap ilmiah

ini bisa dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan,

simulasi, atau kegiatan dilapangan. Dalam hal ini, maksud dari

sikap ingin tahu sebagai bagian sikap ilmiah adalah suatu sikap

yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari obyek

yang diamati.

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada

dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan diluar angkasa, baik

(50)

indera. Oleh karena itu ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu

yang mempelajari tentang alam dan gejala-gejalanya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa IPA

adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara

umum terbatas pada gejal-gejala alam. Lahir dan berkembang

melalui metode ilmiah secara observasi, penerapannya serta

menurut sikap ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta

menurut sikap ilmiah yaitu rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan

sebagainya.

2. Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kerikulum 2006 adalah agar

peserta didik mampu memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaannya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

d. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs mulyasa, (2010:

(51)

Lebih lanjut lagi Pusat kurikulum Depdiknas, (2006: 117)

menjelaskan tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) yaitu :

a. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positis terhadap sains,

teknologi dan masyarakat.

b. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

c. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains

yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-

hari.

d. Ikut serta memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

e. Menghargai alam sekiar dan segala keturunannya sebagai salah satu

ciptaan Tuhan.

Sedangkan menurut Usman Samatowa (2010: 6) menjelaskan

empat alasan tentang pembelajaran IPA di Sekolah Dasar yaitu, a) bahwa

IPA berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya hal itu tidak perlu dipersoalkan

panjang lebar, b) bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA

merupakan mata pelajaran yang melatih atau mengembangkan

kemampuan berpikir kritis, c) bila IPA diajarkan melalui percobaan-

percoabaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah

merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, d) mata pelajaran

IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu dapat membentuk kepribadian

(52)

Berdasarkan jabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat melatih dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan-

keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk dapat berpikir serta

bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah

yang ada di lingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan

kepada siswa harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan

karakteristik siswa Sekolah Dasar. Sehingga siswa dapat memahami dan

menerapkannya dalam kehidupannya.

3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPA

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD Sri Sulistyorini, (2007:

40-41) meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Makluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda atau materi, sifat- sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat

dan gas,

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Berdasarkan ruang lingkup IPA di SD materi kelas 4 semester 2

dalam KTSP dijabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

(53)

Standar kompetensi Kompetensi dasar

6. Memahami gaya

dapat mengubah

gerak dan bentuk

suatu benda.

6.1.Menyimpulkan hasil percobaan bahwa

gaya (dorongan dan tarikan) dapat

mengubah gerak suatu benda.

6.2.Menyimpulkan hasil percobaan bahwa

gaya dorongandan tarikan ) dapat

mengubah bentuk suatu benda.

7. Memahami berbagai

bentuk energi dan

cara penggunaannya

dalam kehidupan

sehari-hari

7.1. Mendeskripsikan energi panas dan

bunyi yang terdapat dilingkungan sekitar

serta sifat-sifatnya.

7.2.Menjelaskan berbagai energi alternatif

dan cara pengguaannya.

7.3.Membuat suatu karya model untuk

menunjukkan perubahan energi gerak

akibat pengaruh udara, misalnya roket

dari kertas baling-baling pesawat kertas

parasut.

7.4.Menjelaskan perubahan energi bunyi

melalui penggunaan music

Bumi dan Alam Semesta

9. Memahami perubahan

kenampakan permukaan

bumi dan benda langit.

1.1.Mendeskripsikan perubahan

kenampakan bumi.

1.2.Mendeskripsikan posisi bulan dan

kenampakan bumi dari hari kehari

(54)

10. memahami perubahan

lingkungan fisik dan

pengaruhnya terhadap

daratan

10.1.Mendeskripsikan berbagai penyebab

perubahan lingkungan fisik ( angin,

hujan, cahaya matahari, dan gelombang

air laut,)

10.2.Menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan (erosi,

abrasi, banjir dan longsor)

10.3.Mendeskripsikan cara pencegahan

kerusakan lingkungan (erosi, abrasi,

banjir, dan longsor).

11. Memahami hubungan

antara sumber daya alam

dengan lingkungan,

teknologi, dan

masyarakat

11.1.Menjelaskan hubungan antara sumber

daya alam denganlngkungan.

11.2.Menjelaskan hubungan anara sumber

daya alam dengan teknologi yng

digunakan.

11.3.Menjelaskan dampak pengambilan

bahan alam terhadap pelestarian

lingkungan.

D. Karakteristik Siswa Sekolah dasar

Pada masa kanak-kanak awal terjadi pada rentang usia 2-6 tahun,

(55)

masuk kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Masa usia sekolah

dasar (sekitar 6-7) ini merupakan tahapan perkembangan penting dan

bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Usia

kronologis ini diikuti dengan gambaran perkembangan kongnitif, emosi,

sosial, moral dan kecakapan psikomotorik. Meski antara satu siswa dengan

siswa lain terdapat perbedaan individual, namun pada umumnya mereka

memiliki persamaan pula. Status perkembangan siswa kelas I sangat

berbeda dengan status perkembangan siswa kelasVI.

Menurut Hurlock dalam Rita Ekan Izzaty (2008: 87) menyatakan

tiga alasan awal masa kana-kanak merupakan masa yang paling baik untuk

mempelajari keterampilan tertentu yaitu:

1. Anak senang mengulang-ulang, sehingga dengan senang hati mau

mengulang suatu aktivitas sampai terampil.

2. Anak-anak bersifat pemberani, sehingga tidak terhambat rasa takut

kalau mengalami sakit atau diejek teman-teman sebagaimana ditakuti

oleh anak yang besar.

3. Anak mudah dan cepat belajar karena tubuh mereka masih lentur dan

keterampilan yang dimikili baru sedikit.

Usia sekolah Dasar berkisar 6-12 tahun pada masa ini anak sudah

matang untuk belajar atau sekolah. Dalam proses belajar hendaknya

disesuaikan dengan tahapan perkembangan siswa. Antara usia 5 dan 6

tahun sebagian besar anak-anak sudah pandai melempar dan menangkap

(56)

Pada masa kanak-kanak awal, anak berpikir konvergen menuju

kesuatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu

persoalan. Menurut teori perkembangan kongnitif Piaget dalam Rita Eka

Izzaty (2008: 88) menyatakan anak pada masa kanak-kanak awal berda

pada tahap perkembangan praoperasional 2-7 tahun. Adapun ciri-cirinya

antara lain: semakin berkembangnya fungsi simbolis, tingkah laku imitasi

langsung maupun tertunda, cara berpikir masih egosentris, centralized atau

terpusat pada satu dimensi saja, serta cara berpikir yang tak dapat dibalik

dan terarah statis.

Menurut Piaget usia SD masuk pada tahap operasional konkret, anak

mampu berpikr logis, memahami konsep percakapan, mampu mengingat,

memahami dan memecahkan yang bersifat konkret. Piaget

mengidentifikasikan tahapan perkembangan intelektual yang dilalui anak

yaitu: 1) tahap sensorik motor usia 0-2 tahun, 2) tahap operasional usia 2-6

tahun, 3) tahap operasional konkret usia 7-11 atau 12 tahun, 4) tahap

operasional formal unsia 11 atau 12 tahun

Jean Pi

Gambar

Gambar 1. Model Penelitian Kemmis dan MC. Taggart
Tabel 2. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa
Tabel    3.    Kisi-kisi    Lembar    Observasi    Aktifitas    Siswa    Dalam
Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Guru dalam Menggunakan Model Make a match
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dimana dalam skripsi ini terdapat 3 (tiga) sub masalah yakni (1) Bagaimana bentuk perlindungan hukum bagi konsumen terhadap produk kosmetik yang tidak terdaftar BPOM dalam

Menurut Suparman (dalam Majid, 2013) dalam pembelajaran interaktif mempunyai karateristik dalam proses pembelajarannya yakni, (a) Adanya variasi dalam

Rast kod kojeg se individualna stopa fekunditeta (radanja) ne mijenja s veliˇcinom po- pulacije, a populacija raste to brˇze ˇsto je stopa ve´ca (ve´ci se broj jedinki

ern issues by way of trying to establish a new Qur'ànic exegesis, void of the heary classical reliance on tadition in the classical commen- taries of the Qur'àn. In

konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, Orang-orang konservatif memusatkan konsentrasi

a) Akar Imajiner, dapat terjadi jika &#34; nilai diskriminannya kurang dari 0 (D &lt; 0), maka persamaan kuadrat, tidak mempunyai dua akar imajiner &#34;. b) Determinan, yang

Membuktikan bahwa adanya amilum pada daun sebagai hasil fotosintesis. - Menutup sebagian daun ubi kayu yang belum terkena sinar

Analysis of data in the Unified Database for Social Protection Programs according to the sex of the head of the household and where possible, other members of