• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruqiyah yang disyariatkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Ruqiyah yang disyariatkan"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

1

1

PENDAHULUAN

Dewasa ini perkembangan ilmu pengobatan atau kedokteran sangat menakjubkan. Berbagai teknologi kedokteran telah ditemukan, seiring dengan itu bermunculannya pula berbagai penyakit baru yang sebelumnya belum dikenal oleh masyarakat. Namun, meskipun kemajuan teknologi cukup pesat, namun hingga sekarang, penyakit-penyakit yang bermunculan itu terkadang lebih dominan, sehingga memupus harapan untuk mengobati, mencegah, dan membatasi penyebarannya. Ini semua adalah merupakan ketentuan dan ketetapan dari Allah. Penyakit dan seluruh hal-hal yang tidak diinginkan, bahkan sesuatu yang disenangi pun merupakan suatu sunnatullah yang menyimpan hikmah di belakangnya. Bagi seorang mukmin, semua itu adalah ujian baginya.

(2)

keturunan yang baik dan membanggakan, kesehat-an, dan sebagainya. Seorang hamba akan diuji dengan sesuatu yang dia senangi maupun yang tidak disenanginya, sebagaimana firman Allah :

ْﻢُﻛﻮُﻠْـﺒَـﻧَو

ﱢﺮﱠﺸﻟﺎِﺑ

ِﺮْﻴَﺨْﻟاَو

ًﺔَﻨْـﺘِﻓ

ﺎَﻨْـﻴَﻟِإَو

َنﻮُﻌَﺟْﺮُـﺗ

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (Q.S. al-Anbiya’ : 35)

Ibn Abbas menjelaskan ayat di atas dengan mengatakan bahwa Allah akan menguji manusia dengan kesulitan dan kesejahteraan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan. Ibn Zaid menambahkan, ujian Allah itu berupa apa yang disenangi dan yang tidak disenangi untuk melihat apakah akan bersyukur dengan segala yang disenangi dan bersabar atas segala yang tidak disenangi.

(3)

Di samping itu, Islam juga memberikan perhatian cukup besar terhadap penyembuhan penyakit kejiwaan. Untuk itu, Islam mengajarkan bagaimana kita hidup secara baik, bekerjasama antar sesama dengan baik, menciptakan hubungan individu dengan anggota keluarga dengan baik, serta hubungannya dengan masyarakat sekitarnya. Demikianlah, Islam mengatur kehidupan manusia dalam segala aspeknya, baik secara sosial, ekonomi, politik dan sebagainya dalam satu bingkai keten-traman, damai, dan sejahtera. Dengan suasana demikian, tekanan jiwa yang dapat mengakibatkan stres dan shock dapat diminimalisir.

Namun, untuk penyakit-penyakit rohani seperti kesurupan, terkena sihir, dan korban tatapan orang dengki tidak mungkin dapat diobati dengan pendekatan medis atau psikis, karena termasuk wilayah alam gaib. Untuk itu, Islam sebagai agama yang sempurna memberikan sejumlah petunjuk bagaimana mengobati penyakit semacam itu. Dalam tradisi Islam, pengobatan semacam ini sering diistilahkan dengan ruqyah yang selanjutnya akan diuraikan pada tulisan ini.

(4)
(5)

2

2

RUQYAH MENURUT HUKUM ISLAM

A. Pengertian Ruqyah

Menurut bahasa, ruqyah berasal dari akar kata ر – ق – ي yang mengandung tiga makna dasar: 1) naik; 2) berlindung; dan 3) sebidang tanah. Dari salah satu makna denotatif tersebut “berlindung” kemudian digunakan untuk suatu ritual tolak bala. Demikian menurut Ahmad ibn Faris dan Mu’jam al-Maqayis fi al-Lughah, al-Khalil ibn Ahmad dalam kitab al-`Ain, al-Shahib ibn Ibad dalam al-Muhith fi al-Lughah, al-Azhari dalam Tahdzib al-Lughah, Ibn Manzhur dalam Lisan al-Arab, dan al-Fauruzabadi dalam al-Qamus al-Muhith.

Menurut istilah, terdapat beberapa pendapat ulama dalam mendefinisikan ruqyah. Menurut Ibn Abi al-Dunya dalam bukunya al-Tawakkal `ala Allah, ruqyah adalah :

ْﻟا

ــــُﻌ

ْﻮ َذ

ُة

َأ ِو

ﱠـﺘﻟا

ْﻌ ِﻮ

ــــْﻳ

َﺬ ُة

ﱠﻟا

ــــِﺘ

ُـﺗــــْﻘ

َﺮ ُأ

َﻋ

ــــَﻠ

ــــَﺻ

ِﺣﺎ

ِﺐ

ــــَﻓﻵا

ِﺔ

ِﻣ

ــــْﺜ

ِﻞ

(6)

Permohonan perlindungan dengan bacaan tertentu kepada orang menderita sakit, seperti sakit demam, kesurupan, hasad, agar disembuhkan.

Shalah ibn Fauzan ibn Abdullah Fauzani dalam bukunya Kitab al-Tauhid dan al-Astarabadzi dalam Syarh al-Syafiyah Ibn Hajib., ruqyah adalah :

ُةَذْﻮُﻌﻟا

ﻲِﺘﱠﻟا

ﻰﱠﻗَﺮُـﻳ

ﺎَﻬِﺑ

ُﺐِﺣﺎَﺻ

ِﺔَﻓﻵا

ﻰَﻤِﺤْﻟﺎَﻛ

ِعْﺮـﱠﺼﻟاَو

ِﺮـْﻴَﻏَو

َﻚِﻟَذ

َﻦِﻣ

ِتﺎَﻓﻵْا

،

ْﻮﱠﻤَﺴُﻳَو

ﺎَﻬَـﻧ

ُﻢِﺋاَﺰَﻌﻟا

Permohonan perlindungan yang ditujukan untuk kesembuhan orang sakit, seperti demam, ayan, dan sebagainya. Ulama juga sering menyebutnya dengan`azimat

Dalam pendahuluan kitab al-Tauhid, Shalah ibn Abd al-Aziz menjelaskan bahwa ruqyah sudah dikenal oleh bangsa Arab sejak dahulu, yaitu sebagai doa-doa atau lafaz-lafaz yang dibacakan kemudian ditiupkan. Ruqyah itu ada yang berpengaruh kepada anggota badan, ada yang berpengaruh kepada ruh atau jiwa, ada yang dibolehkan oleh syara’ dan ada juga yang dilarang.

Sejumlah ulama Saudi dalam buku Kitab Ushul al-Iman fi Dhau’ al-Kitab wa al-Sunnah

mendefinisikan ruqyah dengan :

(7)

Ruqyah adalah bacaan atau tiupan sebagai bentuk permohonan (kepada Allah) untuk memberikan kesembuhan dan kesehatan, baik yang bersumber dari al-Qur’an maupun doa-doa yang diajarkan Nabi Saw.

Dari berbagai definisi di atas dapat diambil intisarinya bahwa ruqyah adalah suatu bentuk pengobatan dengan menggunakan kalimat-kalimat tertentu yang dimaksudkan untuk menyembuhkan suatu penyakit.

B. Hukum Ruqyah

Di antara umat Islam ada yang enggan berobat lantaran ada asumsi bahwa berobat berarti tidak rela menerima ketentuan dan cobaan Allah dan karena itu tidak berobat lebih utama. Di sisi lain, banyak pula ulama Islam mengembangkan ilmu pengobatan dan kedokteran yang mengutamakan pengobatan. Memang, hukum berobat diperselisihkan menjadi lima pendapat, yakni wajib, sunnat, mubah, makruh, dan haram.

Pertama, pendapat yang mengharamkan dan memakruhkan berobat dengan alasan bahwa berobat berarti menentang takdir Allah. Pendapat ini tentu saja keliru karena Nabi Saw telah memerintahkan berobat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Utsaman ibn Syarik:

اْوَواَﺪــَﺗ

ﱠنِﺈــَﻓ

َﷲا

ﻰَﻟﺎــَﻌَـﺗ

ْﻢــَﻟ

ْﻊــَﻀَﻳ

ًءاَد

ﱠﻻِإ

َﻊــَﺿَو

ُﻪــَﻟ

ًءاَوَد

َﺮــْـﻴَﻏ

(8)

"Berobatlah kalian!, karena Allah tidak menciptakan penyakit kecuali juga menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu tua." (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi Saw tentu tidak memerintahkan sesuatu yang haram atau makruh, dan tidak ada perselisihan mengenai hal ini. Dengan demikian, pendapat ini telah gugur dan tidak beralasan.

Kedua, pendapat yang mewajibkan berobat dengan alasan hadis di atas. Perintah tersebut diartikan sebagai suatu kewajiban. Pendapat ini juga jauh dari kebenaran. Sebab, diriwayatkan hadits dari `Atho' bin Abi bah, ia berkata : Aku pernah ditanya oleh Ibn `Abbas, “Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni surga?" Kujawab, "Baiklah." Ia berkata, "Wanita berkulit hitam dulu pernah datang kepada Nabi Saw lantas berkata, `Aku mengidap ayan, sedangkan auratku sering terbuka. Berdoalah kepada Allah untukku'." Beliau bersabda,

ْنِإ

ِﺖْﺌــــِﺷ

ِتْﺮَـﺒــــَﺻ

ِﻚــــَﻟَو

ُﺔــــﱠﻨَﺠْﻟا

ْنِإَو

ِﺖْﺌــــِﺷ

ُتْﻮــــَﻋَد

َﷲا

ْنَأ

ِﻚْﻴِﻓﺎَﻌُـﻳ

"Jika mau, bersabarlah dan engkau akan memperoleh surga, tetapi jika tidak, aku akan mendoakanmu sehingga Allah memberikan kesehatan kepadamu."

(9)

kepada Allah untukku, supaya auratku tidak terbuka." Beliau pun doakan wanita itu. (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketiga, sekarang tinggallah pendapat yang menghukuminya sunnah dan mubah. Pendapat jumhur ulama berkisar pada kedua pendapat ini. Adapun yang menghukuminya sunnah adalah pendapat para ulama madzhab Syafi'i, karena hadits tentang wanita berkulit hitam telah memalingkan makna perintah pada hadits, "berobatlah!", dari hukum wajib kepada sunnah. Tapi, pendapat ini bisa dibantah bahwa Nabi Saw menetapkan adanya pahala bagi wanita yang tidak berobat, sedangkan meninggalkan suatu perbuatan yang disunnahkan, tentunya tidak mendapatkan pahala. Jika hukum berobat adalah sunnah, tentunya hukum meninggalkannya adalah makruh.

(10)

Jika ada yang bertanya, bagaimana kita mendudukkan hadits yang memerintahkan berobat, padahal sudah dimaklumi bahwa paling tidak suatu perintah itu menunjukkan hukum sunnah? Kita jawab, bahwa perintah di sini tidak dimaksudkan untuk mensyariatkan sesuatu, melainkan sebagai pengakuan terhadap tradisi masyarakat. Manusia punya tradisi berobat, sedangkan orang-orang Arab Badui datang bertanya kepada Nabi tentang

hukum berobat, "Bolehkah kami berobat, wahai Rasulullah?" Seakan-akan mereka menyangka bahwa berobat itu bertentangan dengan syariat.

(11)

Dalil-dalil yang dijadikan alasan kebolehan melakukan pengobatan, termasuk ruqyah adalah sebagai berikut:

ْﻦــَﻋ

َفْﻮــَﻋ

ِﻦــْﺑ

ٍﻚــِﻟﺎَﻣ

َﻲــِﺿَر

ُﷲا

ُﻪــْﻨَﻋ

َلﺎــَﻗ

» :

ﺎــﱠﻨُﻛ

ﻲــﱢﻗَﺮُـﻧ

ﻲــِﻓ

ِﺔﱠﻴِﻠِﻫﺎَﺠْﻟا

ﺎَﻨْﻠُﻘَـﻓ

:

ﺎَﻳ

َلْﻮـُﺳَر

ِﷲا

َﻒـْﻴَﻛ

ىَﺮـَـﺗ

ﻲـِﻓ

َﻚـِﻟَذ

؟

َلﺎـَﻘَـﻓ

:

ْﻋا

َﺮ ُﺿ

ْﻮا

َﻋ َﻠ

ُر َﻗ

ُﻛﺎ

ْﻢ

،

َﻻ

َﺑ ْﺄ

َس

ِﺑ

ﱡﺮﻟﺎ

َﻗ

َﻣﺎ

َﻟ ْﻢ

َﻳـُﻜ

ْﻦ

ِﻓـْﻴ

ِﻪ

ـِﺷ

ْﺮ ٌك

«

Diriwayatkan dari Auf ibn Malik r.a. bahwa pada masa jahiliyah kami selalu melakukan ruqyah, lalu kami tanyakan kepada Rasulullah Saw, “Ya Rasulallah, bagaimana tanggapan anda tentang hal itu?” Rasulullah menjawab, “Sampaikan kepada tukang ruqyah kalian, tidak ada larangan melakukan ruqyah selama tidak mengandung syirik di dalamnya. (HR. Muslim)

َﻋ

ْﻦ

َأ َﻧ

ٍﺲ

َﺑ ِﻦ

َﻣ ِﻟﺎ

ِﻚ

َر ِﺿ

َﻲ

ُﷲا

َﻋـْﻨ

ُﻪ

ـَﻗ

َلﺎ

» :

َرـﱠﺧ

َﺺ

َرـُﺳ

ْﻮ ُل

ِﷲا

َﺻ

ﱠﻠ

ُﷲا

َﻋ َﻠ

ْﻴ ِﻪ

َو َﺳ

ﱠﻠ َﻢ

ِﻓ

ﱡﺮﻟا

ْـﻗ َﻴ ِﺔ

ِﻣ

َﻦ

ْﻟا َﻌ

ْﻴ ِﻦ

َو ْﻟا

ُﺤ

ﱠﻤ ِﺔ

َو

ﱠﻨﻟا

ْﻤ َﻠ

ِﺔ

«

"

(12)

ــَﻋ

ْﻦ

ــَﺟ

ِﺑﺎ

ٍﺮ

ــْﺑ ِﻦ

َﻋــْﺒ

ِﺪ

ِﷲا

َر

ــِﺿ

َﻲ

ُﷲا

َﻋــْﻨ

ُﻪ

ــَﻗ

َلﺎ

:

ــَﻗ

َلﺎ

َرــُﺳ

ْﻮ ُل

ِﷲا

َﺻ

ﱠﻠﻰ

ُﷲا

َﻋ َﻠ

ْﻴ ِﻪ

َو َﺳ

ﱠﻠ َﻢ

:

َﻣ ِﻦ

ْﺳا

َﺘ َﻄ

َعﺎ

َأ ْن

َـﻳ ْـﻨ َﻔ

َﻊ

َأ

َﺧ

ُﻩﺎ

َـﻓ ْﻠ

َـﻴ ْﻔ

َﻌ ْﻞ

.

Diriwayatkan dari Jabir ibn Abdullah r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Siapa saja yang mampu memberikan manfaat kepada saudaranya, maka lakukanlah!” (HR. Muslim)

َﻋ

ْﻦ

َﻋ

ِﺋﺎ

َﺸ

َﺔ

َر

ـِﺿ

َﻲ

ُﷲا

َﻋ ْـﻨ

ـَﻬﺎ

َﻗـَﻟﺎ

ْﺖ

» :

ـَﻛ

َنﺎ

َرـُﺳ

ْﻮ ُل

ِﷲا

ـَﺻ

ﱠﻠ

ُﷲا

َﻋ َﻠ

ْﻴ ِﻪ

َو َﺳ

ﱠﻠ َﻢ

ِإ َذ

ا

ْﺷا

َﺘ َﻜ

ِﻣ ﱠﻨﺎ

ِإ ْﻧ

ـَﺴ

ٌنﺎ

َﻣ

ـَﺴ

َﺤ ُﻪ

ِﺑ َﻴ ِﻤ

ْﻴـِﻨ ِﻪ

ـُﺛ ﱠﻢ

ـَﻗﺎ

َل

:

ِإ ْذ

َﻫ

ِﺐ

ْﺒﻟا ْﺄ

َس

َر

ﱠب

ﱠﻨﻟا

ِسﺎ

َو

ْﺷا

ِﻒ

َأـْﻧ

َﺖ

ـﱠﺸﻟا

ِﻓﺎ

َﻻ

ـِﺷ

َﻔ

َءﺎ

ِإ

ﱠﻻ

ِﺷ

َﻔ

ُؤﺎ

َك

ِﺷ

َﻔ

ًءﺎ

َﻻ

ُـﻳ َﻐ

ِدﺎ

ُر

َﺳ َﻘ

ًﻤﺎ

«

Diriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah Saw apabila ada orang mengeluh kesakitan maka diusapnya dengan tangan kanannya seraya membaca doa: penyakit telah hilang ya Allah tuhan seluruh manusia, sembuhkanlah karena Engkau yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan kecuali atas ijinmu, berilah kesembuhan yang tidak menyisakan rasa sakit.

(HR. Bukhari dan Muslim)

(13)

berobat, disertai tekad untuk menyempurnakan ketaatan serta lebih giat dalam beribadah dan melaksanakan kewajiban yang ditetapkan oleh Allah, maka ia diberi pahala. Adapun jika ia tidak berobat seraya bersabar dan ridho kepada takdir Allah dan dalam rangka meraih sesuatu yang lebih afdhal dan derajat tinggi di sisi Allah, maka ia diberi pahala atas tidak berobatnya.

C. Syarat-Syarat Ruqyah

Imam al-Suyuthi mengatakan bahwa para ulama sepakat membolehkan melakukan ruqyah apabila terpenuhi tiga syarat sebagai berikut:

1. Kalimat yang dijadikan alat ruqyah berupa firman Allah, atau nama atau sifatNya. Imam Malik pernah ditanya tentang orang yang meruqyah dan minta diruqyah. Imam Malik menjawab bahwa tidak ada larangan bagi keduanya bila dengan menggunakan kalimat

thayyibah.

Dalam beberapa ayat al-Qur’an disebutkan bahwa al-Qur’an itu sendiri merupakan obat, seperti firman Allah :

ﺎــَﻬﱡـﻳَأﺎَﻳ

ُسﺎــﱠﻨﻟا

ْﺪــَﻗ

ْﻢُﻜْﺗَءﺎــَﺟ

ٌﺔــَﻈِﻋْﻮَﻣ

ْﻦــِﻣ

ْﻢــُﻜﱢﺑَر

ٌءﺎَﻔــِﺷَو

ﺎــَﻤِﻟ

ﻲِﻓ

ِروُﺪﱡﺼﻟا

ىًﺪُﻫَو

ٌﺔَﻤْﺣَرَو

َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ

(14)

bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Yunus : 57)

ُلﱢﺰَـﻨُـﻧَو

َﻦِﻣ

ِناَءْﺮُﻘْﻟا

ﺎَﻣ

َﻮُﻫ

ٌءﺎَﻔِﺷ

َو

ٌﺔَﻤْﺣَر

َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻠِﻟ

Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. al-Isra’ : 82)

2. Bahasa yang digunakan harus dalam bahasa Arab atau bahasa yang dapat dipahami maknanya. Kalau ada ruqyah yang tidak diketahui maknanya dan diyakini bahwa doa atau lafal yang diucapkan itu mampu menyembuhkan orang sakit, maka itu sudah termasuk syirik.

3. Meyakini bahwa ruqyah itu sendiri tidak berpengaruh apa-apa terhadap kesembuhan orang sakit kecuali ada ijin dari Allah Swt. Ruqyah harus diposisikan sebagai salah satu sebab atau jalan turunnya inayah Allah untuk menyembuhkan orang sakit.

Bergantung dan berlindung hanya kepada Allah, banyak meningat-Nya dan membaca al-Qur’an, melaksanakan perintah dan menghindari larangan-Nya, dan mengikuti Rasulullah Saw merupakan puncak dari segala kebaikan dan benteng dari segala kejahatan. Perhatikan firman Allah berikut ini:

(15)

Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Q.S. Ali Imran : 101)

ْﻦِﺌــَﻟَو

ْﻢُﻬَـﺘْﻟَﺄــَﺳ

ْﻦــَﻣ

َﻖــَﻠَﺧ

ِتاَﻮَﻤــﱠﺴﻟا

َضْرَﻷْاَو

ﱠﻦُﻟﻮــُﻘَـﻴَﻟ

ُﷲا

ْﻞُﻗ

ْﻢُﺘْـﻳَأَﺮـَـﻓَأ

ﺎـَﻣ

َنﻮُﻋْﺪـَﺗ

ْﻦـِﻣ

ِنوُد

ِﷲا

ْنِإ

َﻲـِﻧَداَرَأ

ُﷲا

ﱟﺮـُﻀِﺑ

ْﻞــــَﻫ

ﱠﻦــــُﻫ

ُتﺎَﻔــــِﺷﺎَﻛ

ِﻩﱢﺮــــُﺿ

ْوَأ

ﻲــــِﻧَداَرَأ

ٍﺔــــَﻤْﺣَﺮِﺑ

ْﻞــــَﻫ

ﱠﻦــــُﻫ

ُتﺎَﻜِﺴْﻤُﻣ

ِﻪِﺘَﻤْﺣَر

ْﻞُﻗ

َﻲِﺒْﺴَﺣ

ُﷲا

ِﻪْﻴَﻠَﻋ

ُﻞﱠﻛَﻮَـﺘَـﻳ

َنﻮُﻠﱢﻛَﻮَـﺘُﻤْﻟا

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku". Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. (Q.S. al-Zumar : 38)

(16)

alasan pengobatan, harus dengan niat yang baik; dan 2) orang yang mengobati adalah orang yang kuat hatinya dan didukung oleh ketakwaan dan ketawakkalan yang tinggi kepada Allah.

D. Sikap menghadapi penyakit

Seorang mukmin, apabila ditimpa suatu penyakit, baik penyakit itu menimpa diri sendiri, keluarga, maupun orang lain, termasuk apabila hendak mengobati atau meruqyah orang lain, maka hendaklah melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Berdoa kepada Allah agar memberikan kesembuhan, kesembuhan yang tidak menyisakan sedikit pun penyakit, serta menyempurnakan kesehatan kita selamanya. 2. Hendaklah berprasangka baik kepada Allah.

Luruskan akidah dengan menyadari bahwa ujian yang menimpa ini datang dari Allah Yang Maha Pengasih, yang mengasihi melebihi kasih sayang ibu, bahkan melebihi kasih sayang manusia kepada diri sendiri. Allah Maha Suci, Dialah yang menguji manusia, dan ujian itu merupakan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda

ﺎــَﻣ

ﻲــَﻠَـﺘْـﺑا

ُﷲا

ُﻩَﺪــْﺒَﻋ

َﻦِﻣْﺆــُﻤْﻟا

ٍءَﻼَﺒــِﺑ

ﻲــِﻓ

ِﻪــِﺴْﻔَـﻧ

ْوَأ

ِﻪــِﻟﺎَﻣ

ْوَأ

(17)

ﱠﻻِإ

اَﺬــــَﻬِﺑ

ْوَأ

َنْﻮــــُﻜَﺗ

ُﻪــــَﻟ

ُﺔــــَﺟَرﱠﺪﻟا

َﺪــــْﻨِﻋ

ِﷲا

َﻻ

ﺎــــَﻬُﻐُﻠْـﺒَـﻳ

ﱠﻻِإ

اَﺬَﻬِﺑ

.

"Allah tidak menguji hamba-Nya yang beriman, menyangkut dirinya, hartanya, atau anak ِ◌nya, kecuali untuk salah satu dari dua tujuan, yakni mungkin mempunyai dosa yang tidak bisa diampunkan kecuali dengan ujian ini atau ia akan memperoleh derajat di sisi Allah yang tidak bisa dicapainya kecuali dengan ujian ini.

Berprasangka baiklah kepada Allah berarti menyadari bahwa musibah yang menimpa itu merupakan kebaikan bagi manusia itu sendiri, dan itu pasti, akan tetapi banyak orang tidak tahu.

Allah berfirman :

ﻰَﺴَﻋَو

ْنَأ

اﻮُﻫَﺮْﻜَﺗ

ﺎًﺌْﻴَﺷ

َﻮُﻫَو

ْـﻴَﺧ

ٌﺮ

ْﻢُﻜَﻟ

ﻰَﺴَﻋَو

ْنَأ

اﻮﱡﺒِﺤُﺗ

ﺎًﺌْﻴَﺷ

َﻮُﻫَو

ﱞﺮَﺷ

ْﻢُﻜَﻟ

ُﻪﱠﻠﻟاَو

ُﻢَﻠْﻌَـﻳ

ْﻢُﺘْـﻧَأَو

َﻻ

َنﻮُﻤَﻠْﻌَـﺗ

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal la amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Q.S. al-Baqarah : 216)

(18)

cobaan", yaitu Allah Swt. Banyak orang sakit yang sibuk dengan ujian yang dihadapinya, semua pemikiran mereka terfokus pada mencari dokter, pergi ke laboratorium, melakukan terapi radiologi, dan berbagai terapi modern lainnya, dan seterusnya, tetapi lupa kepada Tuhannya. Padahal sepatutnya, manusia justru lebih dekat kepada Robbnya pada saat sakit. Akan lebih bermanfaat dan lebih memberikan harapan jika pada saat sakit ia mengadu sepenuh hati kepada Robbnya sambil berusaha mencari obat. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan bahwa Allah Swt berfirman kepada seorang hamba pada hari kiamat :

"Hamba-Ku, Aku sakit tetapi engkau tidak menjenguk-Ku!" Si hamba berkata, `Ya Robb, bagaimana aku menjenguk-Mu, sedangkan Engkau Robb semesta alam?' Allah berfirman, `Tidak tahukah engkau, bahwa hamba-Ku si fulan sakit, tetapi engkau tidak menjenguknya. Tidakkah engkau tahu, jika engkau menjenguknya, niscaya eng-kau mendapati-Ku

di sisinya?"'

(19)

4. Seyogyanya berpikir tentang hikmah Ilahi dari musibah yang menimpa itu. Allah Maha Bijaksana, ketetapan dan takdir-Nya tidak lepas dari hikmah itu. Allah Swt berfirman, "Apa pun musibah yang menimpamu, maka disebabkan oleh perbuatanmu sendiri dan Dia memaafkan banyak (kesalahanmu)." (Q.S. al-Syuura : 30) Diriwayatkan dari Abdurrahman ibn Sa'id, dari ayahnya, ia berkata, “Suatu ketika saya bersama Salman menjenguk seorang yang sakit di Kindah. Ketika datang kepadanya, ia berkata, "Bergembiralah, karena sesungguhnya sakit orang mukmin itu oleh Allah dijadikan sebagai kafarat (pemebus) dan penghapus dosa. Sedangkan sakit orang pendosa itu seperti unta yang diikat oleh pemiliknya, kemudian dilepas-kan oleh mereka, ia tidak tahu mengapa diikat dan mengapa kemudian dilepaskan?

Ketika Ibnu Sirin dilanda kesedihan, ia herkata, "Aku tahu penyebab kesedihan ini, yakni sebuah dosa yang kulakukan empat puluh tahun yang lalu." Ahmad bin Abi Hawari berkata, "Dosa-dosa orang-orang di masa itu sedikit, sehingga mereka tahu dosa manakah yang menjadi penyebab, akan tetapi dosa-dosa kita banyak sekali, sehingga kita tidak tahu, dosa manakah yang menyebabkan musibah kita."

(20)

5. Meyakini bahwa berobat merupakan satu sebab. Pengobatan adalah satu sebab, operasi adalah satu sebab, obat adalah satu sebab, semua itu semata-mata sebab. Sedangkan suatu sebab tidak bisa memberikan efek apa pun kecuali dengan ijin Allah. Rasulullah Saw bersabda:

ﱢﻞــــُﻜِﻟ

ٍءاَد

ٌءاَوَد

اَذِﺈــــَﻓ

َﺐْﻴــــِﺻُا

َءاَوَد

َءاﱠﺪــــﻟا

َأَﺮــــَـﺑ

ــــِﺑ

ِنْذِﺎ

ِﷲا

ﱠﻞَﺟَوﱠﺰَﻋ

"Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat mengenai penyakit, maka ia akan sembuh dengan ijin Allah Azza wa Jall." (HR. Muslim)

ﺎَﻣ

َلَﺰْـﻧَا

ُﷲا

ْﻦـِﻣ

ٍءاَد

ﱠﻻِا

َلَﺰـْـﻧَاَو

ُﻪـَﻟ

ًءﺎَﻔـِﺷ

ُﻪـَﻤِﻠَﻋ

ْﻦـَﻣ

ُﻪـَﻤِﻠَﻋ

ُﻪَﻠِﻬَﺟَو

ْﻦَﻣ

ِﻬَﺟ

ُﻪَﻠ

“Allah tidak menurunkan penyakit kecuali ada penangkalnya, penangkal itu ada yang diketahui dan ada pula yang tidak mengetahuinya. (HR. Al-Hakim)

(21)

dan dengan diagnosa yang akurat), dan resep yang diberikan hendaklah tepat. Dan syarat terakhir dan terpenting adalah adanya izin dari Allah untuk diperolehnya kesembuhan. Karena itu, salah satu doa Nabi Saw adalah :

ﱠﻢُﻬّﻠﻟا

َﺖْﻧَأ

ﻲِﻓﺎﱠﺸﻟا

َﻻ

َءﺎَﻔِﺷ

ﱠﻻِإ

َكُؤﺎَﻔِﺷ

"Ya Allah, Engkau adalah Asy-Syafi (Maha Menyembuhkan), tidak ada kesembuhan selain kesembuhan dari-Mu."

Kita harus yakin bahwa yang memberikan kesembuhan adalah Allah, bukan dokter atau obat. Penyembuh itu Allah, karena itu hendaklah hati kita tergantung kepada Allah saja, bukan kepada sebab-sebab kesembuhan. Ketergantungan hati kepada sebab-sebab merupakan kesyirikan.

Ini pesan penting untuk kita semua. Jika kita menempuh sebab, itu tidak mengapa, dengan syarat hati kita tidak tergantung kepada sebab tersebut seraya melupakan "Penyebab Semua Sebab", yaitu Allah. Bersihkan hati kita dari ketergantungan kepada semua makhluk dan perkuatlah ketergantungan hati kita dengan Allah, ini akan menjadi sebab paling penting diperolehnya kesembuhan, dengan ijin Allah. 6. Orang paling pertama dapat memanfaatkan

(22)

ُلﱢﺰــَـﻨُـﻧَو

َﻦــِﻣ

ِناَءْﺮـــُﻘْﻟا

ﺎــَﻣ

َﻮــُﻫ

ٌءﺎَﻔـــِﺷ

ٌﺔــَﻤْﺣَرَو

َﻦﻴِﻨِﻣْﺆـــُﻤْﻠِﻟ

َﻻَو

ُﺪﻳِﺰَﻳ

َﻦﻴِﻤِﻟﺎﱠﻈﻟا

ﱠﻻِإ

اًرﺎَﺴَﺧ

Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

7. Seorang mukmin harus menerima dan meyakini bentuk perlindungan ini sebagai yang terbaik karena didasarkan dari al-Qur’an dan Sunnah. Harus diyakini bahwa kesembuhan itu datangnya kemudian sesuai dengan kehendak Allah. Bisa saja sakit yang dialami itu merupakan yang terbaik bagi penderitanya, sebagaimana firman Allah Q.S. Al-Baqarah : 216 di atas.

(23)

ُﻪــﱠﻧَأَو

َنﺎــَﻛ

ٌلﺎــَﺟِر

َﻦــِﻣ

ِﻹْا

ِﺲــْﻧ

َنوُذﻮــُﻌَـﻳ

ٍلﺎــَﺟِﺮِﺑ

َﻦــِﻣ

ﱢﻦــِﺠْﻟا

ْﻢُﻫوُداَﺰَـﻓ

ﺎًﻘَﻫَر

Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Q.S. al-Jin : 6)

Untuk mendapatkan kesembuhan, manusia tetap harus menunggu pertolongan dari Allah dan tidak boleh mengambil jalan pintas dengan mendatangi tukang sihir atau dukun, sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan Abu Hurairah:

َﻻ

ُلاَﺰَـﻳ

ُبﺎَﺠَﺘْﺴُﻳ

ْﻠِﻟ

ِﺪْﺒَﻌ

ﺎَﻣ

ْﻢَﻟ

ُعْﺪَﻳ

ٍﻢْﺛِﺈِﺑ

ْوَأ

ِﺔـَﻌْـﻴِﻄَﻗ

،ٍﻢـِﺣِر

ﺎــَﻣ

ْﻢــَﻟ

ْﻞِﺠْﻌَـﺘــْﺴَﻳ

"

َﻞــْﻴِﻗ

:

ﺎــَﻳ

َلْﻮــُﺳَر

ِﷲا

!

ﺎــَﻣ

؟ُلﺎَﺠْﻌِﺘــْﺳِﻻْا

َلﺎَﻗ

" :

ُلْﻮُﻘَـﻳ

:

ْﺪَﻗ

،ُتْﻮَﻋَد

ْﺪَﻗَو

ُتْﻮَﻋَد

ْﻢَﻠَـﻓ

َرَأ

ـْﺴَﻳ

َﺘ ِﺠ

ْﻴ

ُﺐ

ِﻟ

ْﻲ،

َـﻓ َﻴ

ْﺴ َﺘ

ِﺤ

َﺴ

َﺮ

ِﻋ ْﻨ

َﺪ

َذ ِﻟ

َﻚ

َو َﻳ ْ

ُع

ُﺪﻟا

َﻋ

َءﺎ

(24)

Allah belum juga mengabulkannya.” Lalu orang itu meminta jasa tukang sihir, lalu berdoa lagi kepada Allah. (HR. Muslim)

8. Orang sakit akan mendapatkan pahala dari penyakitnya itu selama ia bersabar dan tetap mengharapkan disembuhkan Allah dan berdoa kepadanya. Doa itu merupakan salah satu bentuk ibadah, sebagaimana Rasulullah yang diriwayatkan al-Nu’man ibn Basyir :

ُءﺎَﻋﱡﺪﻟا

َﻮُﻫ

ُةَدﺎَﺒِﻌْﻟا

Doa itu ibadah (HR. Bukhari)

9. Yang dapat melakukan ruqyah tidak tertentu orangnya karena yang menyembuhkan adalah Allah sendiri. Setiap orang dapat melakukan ruqyah, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain karena Allah akan mengabulkan doa orang takwa. Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Said bahwa seseorang pernah meruqyah orang sakit dengan membacakan surat al-Fatihah untuknya dan orang sakit itu disembuhkan Allah. Padahal, orang sakit itu maupun orang-orang disekitarnya tidak meminta agar orang itu meruqyah, bahkan mereka tidak tahu kalau ada yang meruqyahkan

(25)

pantangannya, maka tentu obat itu tidak akan bermanfaat. Demikian pula dalam ruqyah, maka tidak boleh seseorang itu memohon kesembuhan dari Allah melalui ruqyah tetapi dia sendiri meninggalkan shalat, memakan harta yang haram, melakukan kemasksiatan, dan lain-lain. Mana mungkin seseorang yang memohon perlindungan Allah dari gangguan setan, padahal dia sendiri melakukan hal-hal yang disenangi setan!

11. Orang sakit maupun yang meruqyahkan hendaknya menghindari hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, khususnya ketika seorang laki-laki meruqyahkan perempuan yang bukan mahramnya, misalnya dengan berkhalwat berdua-duaan, menyentuh bagian tubuhnya, menggodanya, dan hal lain yang dapat menjerumuskan kepada maksiat. Hal itu karena banyak musibah yang menimpa seseorang disebabkan karena melakukan maksiat kepada Allah, meskipun terkadang musibah itu sendiri terkadang sebagai wahana mengangkat derajat seseorang. Dalam hal ini Allah berfirman:

ﺎَﻣَو

ْﻢُﻜَﺑﺎَﺻَأ

ْﻦِﻣ

ٍﺔَﺒﻴِﺼُﻣ

ﺎَﻤِﺒَﻓ

ْﺖَﺒَﺴَﻛ

ْﻢُﻜﻳِﺪْﻳَأ

ﻮُﻔْﻌَـﻳَو

ْﻦـَﻋ

َﻛ

ٍﺮﻴِﺜ

(26)

(dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.S. Al-Syura : 30)

12. Harus meyakini bahwa kekuatan dan tipu daya setan itu sangat lemah dan hanya dapat berlaku bagi orang-orang menentang Allah, musyrik kepada-Nya dan melakukan kemaksiatan. Perhatikan firman Allah sebagai berikut:

ﱠنِإ

َﺪْﻴَﻛ

ِنﺎَﻄْﻴﱠﺸﻟا

َنﺎَﻛ

ﺎًﻔﻴِﻌَﺿ

Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah (Q.S. al-Nisa’ : 76)

ُﻪـــﱠﻧِإ

َﺲْﻴـــَﻟ

ُﻪـــَﻟ

ٌنﺎَﻄْﻠـــُﺳ

ﻰـــَﻠَﻋ

َﻦﻳِﺬـــﱠﻟا

اﻮـــُﻨَﻣاَء

ﻰـــَﻠَﻋَو

ْﻢـــِﻬﱢﺑَر

َنﻮــُﻠﱠﻛَﻮَـﺘَـﻳ

.

ﺎــَﻤﱠﻧِإ

ُﻪُﻧﺎَﻄْﻠــُﺳ

ﻰــَﻠَﻋ

َﻦﻳِﺬــﱠﻟا

ُﻪــَﻧْﻮﱠﻟَﻮَـﺘَـﻳ

َﻦﻳِﺬــﱠﻟاَو

ْﻢــُﻫ

ِﻪِﺑ

َنﻮُﻛِﺮْﺸُﻣ

(27)

ِإ ﱠن

يِدﺎــَﺒِﻋ

َﺲْﻴــَﻟ

َﻚــَﻟ

ْﻢِﻬﻴــَﻠَﻋ

ٌنﺎَﻄْﻠــُﺳ

ّﻻِإ

َ◌ ّ◌

ِﻦــَﻣ

َﻚــَﻌَـﺒﱠـﺗا

َﻦِﻣ

َﻦﻳِوﺎَﻐْﻟا

Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu (Iblis) terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. (Q.S. al-Hijr : 40)

13. Manusia tidak boleh takut terhadap setan dan hendaknya hanya takut kepada Allah semata. Allah berfirman :

ﺎــــَﻤﱠﻧِإ

ُﻢــــُﻜِﻟَذ

ُنﺎَﻄْﻴــــﱠﺸﻟا

ُفﱢﻮــــَﺨُﻳ

ُﻩَءﺎــــَﻴِﻟْوَأ

َﻼــــَﻓ

ْﻢُﻫﻮُﻓﺎــــَﺨَﺗ

ِنﻮُﻓﺎَﺧَو

ْنِإ

ْﻢُﺘْﻨُﻛ

َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻣ

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (Q. S. Alu Imran : 175)

ْﻦَﻣَو

ْﻞﱠﻛَﻮَـﺘَـﻳ

ﻰَﻠَﻋ

ِﷲا

َﻮُﻬَـﻓ

ُﻪُﺒْﺴَﺣ

(28)

ْﻦَﻣَو

ِﻖﱠﺘَـﻳ

َﷲا

ْﻞَﻌْﺠَﻳ

ُﻪَﻟ

ﺎًﺟَﺮْﺨَﻣ

Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. (Q.S. Al-Thalaq : 2)

Ibn Abbas, seperti diriwayatkan Turmudzi dan Ahmad, pernah mengikuti Rasulullah Saw dari belakang, lalu bersabda: Wahai anak kecil, saya mau mengajari kamu beberapa hal : 1) Jagalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan menjagamu!; 2) peliharalah (agama) Allah, maka engkau akan mendapati Allah senantiasa membahagiakanmu!; 3) jika memohon sesuatu, mohonlah kepada Allah!; 4) jika meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah! Ketahuilah, sekiranya semua orang berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak akan mampu melakukannya kecuali atas ijin Allah; dan sebaliknya, sekiranya mereka beramai-ramai hendak mencelakakanmu maka tidak akan pernah mencelakaimu kecuali apa-apa yang telah ditakdirkan Allah atasmu…”

(29)

14. Dengan mengingat Allah maka hati menjadi tenang.

َﻦﻳِﺬـــﱠﻟا

اﻮـــُﻨَﻣاَء

ﱡﻦِﺌـــَﻤْﻄَﺗَو

ْﻢُﻬُـﺑﻮـــُﻠُـﻗ

ِﺮْﻛِﺬـــِﺑ

ِﷲا

َﻻَأ

ِﺮْﻛِﺬـــِﺑ

ِﷲا

ﱡﻦِﺌَﻤْﻄَﺗ

ُبﻮُﻠُﻘْﻟا

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. al-Ra’d : 28)

Diriwayat pula Ahmad dan Turmudzi dari al-Harits al-Asy`ari bahwa Rasulullah Saw memerintahkan lima hal, salah satu di antaranya adalah mengingat (berzikir) kepada Allah. Orang yang berzikir kepada Allah bagaikan seseorang yang kejar-kejar musuh, lalu orang itu menemukan tempat persembunyian maka selamatlah dia dari musuh. Demikianlah halnya seorang hamba tidak akan selamat dari gangguan setan kecuali dengan mengingat dan

(30)
(31)

3

3

PENYEMBUHAN WASWAS DAN

KESURUPAN MELALUI RUQYAH

Pada dasarnya, semua penyakit dapat disembuhkan dengan ruqyah apabila memenuhi tiga syarat yang disebutkan di atas. Namun, untuk penyakit-penyakit jasmani dianjurkan untuk mencari obatnya yang cocok dari material-material yang ada sambil berdoa memohon kesembuhan kepada Allah. Dalam tradisi umat Islam, khususnya di Indonesia, ruqyah selalu digunakan untuk penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh setan, baik melalui cara-cara menciptakan perasaan waswas maupun dengan merasuk ke dalam tubuhnya. Inilah yang akan diuraikan pada bagian ini, insya Allah.

(32)

dikemukakan Ibrahim Kamal, bahwa kesurupan yang sering dialami seseorang bukanlah karena melihat sesuatu dalam alam sadarnya.

(33)

Namun, apapun alasannya, pendapat tersebut di satu sisi dapat dibenarkan. Namun, suatu hal yang pasti bahwa jin atau setan dalam mengganggu manusia tidak hanya pada tingkat perasaan saja, tetapi lebih dari itu, mereka dapat merasuki manusia sehingga dapat merusak akal pikirannya, sehingga perbuatan-perbuatannya menyalahi perbuatan orang waras. Seseorang yang terkena penyakit waswas senantiasa merasa ragu-ragu atas keabsahan suatu ibadah yang telah dilakukannya, misalnya ketika selesai berwudhu, tiba-tiba saja muncul perasaan bahwa wudhunya itu belum sempurna atau belum sah sehingga biasanya melakukan wudhu berkali-kali untuk satu shalat fardhu. Perasaannya senantiasa tidak yakin atas apa yang telah dilakukannya.

Bagaimana membedakan antara orang yang terkena penyakit waswas dengan orang kesurupan? Berikut beberapa hal yang membedakan antara waswas dan kesurupan:

1. Orang waswas tidak mungkin disembuhkan dengan hanya satu kali pengobatan, sedangkan orang kesurupan dapat disadarkan dengan satu kali atau beberapa kali pengobatan.

(34)

3. Orang waswas membutuhkan penyembu-han melalui terapi psikologis, sementara orang kesurupan tidak memerlukan terapi psikologis, tetapi bila dibacakan ayat-ayat al-Qur’an tertentu, atau tekhnik tertentu maka jin yang merasukinya akan berteriak-teriak dan meminta dihentikan bacaan atau kegiatan tersebut.

4. Yang membisikan rasa waswas akan meng-gunakan bahasa yang umum dimeng-gunakan oleh penderita sehingga ucapan-ucapannya dapat dimengerti, tetapi orang kesurupan terkadang menggunakan bahasa yang aneh, bahkan dengan bahasa yang tidak dapat dipahami oleh orang sekitarnya.

5. Orang waswas tidak akan hilang penge-tahuan yang telah dimiliki sebelumnya, sementara orang kesurupan lupa atas pengetahuan itu dan mengemukan infor-masi lain.

6. Orang waswas kalau dipukul maka dia akan merasakan sakit, dan mungkin dapat bertahan lama, sementara orang kesurupan bila dipukul, maka tidak merasakan apa-apa selama jin masih ada dalam tubuhnya. Rasa sakit akan ia rasakan manakala jin sudah keluar dari tubuhnya.

B. Metode Penyembuhan Waswas

(35)

tauhid secara murni kepada Allah, dan menghadap kepadanya melalui zikir dan doa. Di samping itu, seseorang yang terkena penyakit waswas ini juga harus mempersiapkan diri jiwa dan raganya untuk memerangi setan. Artinya, seorang mukmin harus dapat membentengi diri untuk tidak terpengaruh apalagi menjadi kaki tangan setan yang justru merupakan sumber penyakit waswas ini. Setan memang memiliki kepentingan dengan menimbulkan rasa waswas dalam diri seorang mukmin, yaitu agar memiliki kawan di dalam neraka jahannam.

Muhammad ibn Muflih dalam bukunya

Mashaib al-Insan, menceritakan bahwa Ibn Aqil pernah ditanya tentang seseorang yang berkali-kali menceburkan diri ke dalam air lalu bertanya, apakah mandinya itu sah atau tidak? Kepada orang itu, Ibn Aqil mengatakan, “Pergilah! Kamu tidak wajib shalat.” Orang itu bertanya, “Mengapa tidak wajib?” Ibn Aqil menjawab, “Karena Rasulullah Saw pernah bersabda, “Kewajiban diangkat dari tiga kelompok, salah satunya adalah orang gila sampai ia waras.” (HR. Abu Dawud, Nasai dan Ahmad). Orang yang berkali-kali menceburkan diri ke dalam air lalu merasa tidak terkena air maka orang itu gila.”

(36)

bahwa dirinya sedang berada dalam jalan yang benar dan segala yang bertentangan dengan itu merupakan bisikan dan waswas yang dihembuskan oleh setan. Orang waswas harus meyakini bahwa setan adalah musuh yang tidak pernah mengajak kepada kebaikan, sebagaimana firman Allah :

ﱠنِإ

َنﺎَﻄْﻴـــﱠﺸﻟا

ْﻢـــُﻜَﻟ

ﱞوُﺪـــَﻋ

ُﻩوُﺬـــِﺨﱠﺗﺎَﻓ

اًوُﺪـــَﻋ

ﺎـــَﻤﱠﻧِإ

ﻮُﻋْﺪـــَﻳ

ُﻪـــَﺑْﺰِﺣ

اﻮُﻧﻮُﻜَﻴِﻟ

ْﻦِﻣ

ِبﺎَﺤْﺻَأ

ِﺮﻴِﻌﱠﺴﻟا

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Q.S. Fathir : 6)

(37)

adalah kesesatan! Bukankah selain jalan ke surga adalah jalan ke neraka! Bukankah selain jalan Allah dan Rasulullah Saw adalah jalannya setan! Dan, jika engkau mengikuti jalan setan, berarti kamu temannya setan! Kamu pasti akan membacakan firman Allah :

َﺖْﻴَﻟﺎَﻳ

ﻲِﻨْﻴَـﺑ

َﻚَﻨْـﻴَـﺑَو

َﺪْﻌُـﺑ

ِﻦْﻴَـﻗِﺮْﺸَﻤْﻟا

َﺲْﺌِﺒَﻓ

ُﻦﻳِﺮَﻘْﻟا

Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (di hari kiamat) dia berkata: "Aduhai, semoga (jarak) antaraku dan kamu seperti jarak antara masyriq dan maghrib, maka syaitan itu adalah sejahat-jahat teman (yang menyertai manusia)". (Q.S. al-Zukhruf : 38)

Untuk itu, seorang yang mengalami penyakit waswas hendaklah belajar dari bagaimana para sahabat dan generasi Islam awal dalam mengikuti cara hidup Rasulullah Saw. Hanya dengan begitu, penyakit itu lambat laun akan hilang.

(38)

membawa kambing lalu ada anjing yang menggonggong kepadamu atau menghalangi kamu untuk menyeberang jalan?” Murid menjawab, “Saya akan mengusirnya dan mungkin berkali-kali.” Guru berkata, “Itu memang sesuatu yang akan lama prosesnya, tetapi sambil berusaha kamu harus memohon kepada pemilik kambing itu untuk mencegah anjing-anjing itu mengganggumu!”

Muhammad ibn Muflih juga mengutip kisah Ahmad ibn Abi al-Harawi yang mengadu kepada Abu Sulaiman al-Darani tentang waswas dalam shalatnya. Abu Sulaiman berkata kepadanya, “Jika kamu ingin lepas dari rasa waswas tersebut, maka jika perasaan itu datang, bergembiralah! Sesungguhnya jika engkau bergembira maka perasaan waswas itu akan hilang karena salah satu yang paling dibenci oleh setan adalah gembiranya seorang mukmin. Tetapi, jika kamu ragu, maka setan akan menambah keraguanmu itu. Sebagian ulama berpendapat, waswas itu merupakan ujian yang ditujukan kepada orang yang sempurna imannya sebagai target para setan, karena pencuri saja tidak akan memilih rumah yang sudah rubuh.

(39)

terus melakukan bisikan-bisikan yang dapat membuat orang ragu-ragu terhadap kebenaran yang sudah diterimanya. Akan tetapi, seorang mukmin yang kuat iman dan keyakinannya akan menafikan semua bisikan setan tersebut dan akan sangat membencinya, hatinya akan selalu dalam keadaan aman tak tergoyahkan. Bahkan, bagi seorang mukmin, keraguan itu justru akan meningkatkan kualitas imannya karena adanya tantangan baru baginya. Dengan adanya waswas tersebut, seorang mukmin akan semakin dekat dengan tuhannya karena senantiasa akan berlindung kepada-Nya dari segala perasaan yang dapat menggoyahkan imannya.

(40)

kepada-Nyalah kita harus memohon segala kebaikan dan perlindungan dari segala kejahatan.

Bagi al-Sa`adiy, obat satu-satunya untuk penyakit waswas adalah memohon kesembuhan kepada Allah, berlindung kepada-Nya dari gangguan setan yang terkutuk, berjuang untuk menghilangkan perasaan waswas, tidak membiarkan pikiran larut dalam perasaan itu karena bila tenggelam di dalamnya maka perasaan waswas akan semakin kuat, tetapi bila ada usaha untuk melepaskan diri daripadanya maka insya Allah, lambat laun akan hilang dengan sendirinya.

Syaikh Abdullah ibn Abdurrahman al-Jibrin mengemukakan sejumlah hal-hal yang dapat menghindarkan manusia dari perasaan waswas yang ditiupkan oleh setan sebagai berikut.

1. Harus memperbanyak mohon perlindungan kepada Allah dan kejahatan dan bisikan setan dan berkeyakinan penuh bahwa yang dapat menghindarkan dan menjauhkan manusia daripadanya hanyalah Allah semata.

(41)

Sementara itu, Syaikh Muhammad ibn Shalih al-`Atsimin memberikan beberapa langkah untuk mengatasi penyakit waswas, sebagai berikut:

1. Memohon perlindungan Allah dan menghentikan secara total hal-hal yang dapat menimbulkan keraguan.

2. Mengingat (zikir) kepada Allah dan melatih dan memastikan diri untuk tidak larut dalam perasaan waswas.

3. Bersungguh-sungguh dalam ibadah akan mengalihkan perhatian kepada Allah dan meninggalkan larut dalam perasaan waswas. 4. Banyak-banyak bergantung kepada Allah

dan berdoa kepada-Nya.

Selain itu, Nabi Saw juga mengajarkan bahwa apabila timbul perasaan ragu-ragu dalam suatu ibadah maka hendaklah melakukan sujud sahwi karena sujud sahwi itu akan dapat menuddukkan setan. Hal ini didasarkan pada riwayat Abu Said al-Khudhri yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:

اَذِإ

ﱠﻚـــَﺷ

ْﻢُﻛُﺪـــَﺣَأ

ﻰـــِﻓ

ِﻪِﺗَﻼـــَﺻ

ْﻢـــَﻠَـﻓ

ِرْﺪـــَﻳ

ْﻢـــَﻛ

ﻰﱠﻠـــَﺻ

ﺎـــًﺛَﻼَﺛ

ْمَأ

ﺎًﻌَـﺑْرَأ

ِحَﺮْﻄَﻴْﻠَـﻓ

ﱠﻚﱠﺸﻟا

ِﻦْﺒَﻴْﻟَو

ﻰَﻠَﻋ

ﺎـَﻣ

َﻦَﻘْـﻴَـﺘـْﺳا

ﱠﻢـُﺛ

ُﺪُﺠـْﺴَﻳ

َﻞـْﺒَـﻗ

ْنَأ

َﻢﱢﻠَﺴُﻳ

ْنِﺈَﻓ

َنﺎَﻛ

ﻰﱠﻠَﺻ

ﺎًﺴْﻤَﺧ

ِﻦَﻌَﻔَﺷ

ُﻪـَﻟ

،ُﻪُﺗَﻼـَﺻ

ْنِإَو

ـَﻛ

َنﺎ

ﻰﱠﻠَﺻ

ﺎًﻣﺎَﻤْﺗِإ

ٍﻊَﺑْرَﻷ

ﺎَﺘَـﻧﺎَﻛ

ﺎًﻤْﻴِﻏْﺮَـﺗ

ِنﺎَﻄْﻴﱠﺸﻠِﻟ

(42)

dilakukannya, apakah tiga atau empat, maka hendaklah ia tinggalkan keraguan itu dan memilih apa yang diyakini di antaranya kemudian hendaklah ia bersujud sebelum melakukan salam. Kalau shalatnya ternyata lima rakaat, maka (kelebihan) itu akan menjadi syafaat baginya; dan ternyata shalatnya empat rakaat maka dua kali sujud sahwi itu akan menundukkan setan” (HR. Muslim)

C. Metode Penyembuhan Kesurupan/Kerasukan Cara melakukan ruqyah untuk orang kesurupan atau kerasukan adalah : 1) membacakan ayat, nama atau sifat Allah tertentu lalu meniupkan kepada orang sakit; atau 2) membacakan pada air lalu diminumkan kepada orang sakit. Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah Saw.

ﱠنَأ

ﱠﻲـــِﺒﱠﻨﻟا

ﻰﱠﻠــــَﺻ

ُﷲا

ِﻪـــْﻴَﻠَﻋ

َﻢﱠﻠــــَﺳَو

َﺬـــَﺧَأ

ﺎــــًﺑاَﺮُـﺗ

ْﻦـــِﻣ

ٍنﺎــــَﺤْﻄَﺑ

،

ُﻪَﻠَﻌَﺠَﻓ

ﻲِﻓ

ٍحْﺪَﻗ

،

ﱠﻢُﺛ

َﺚﱠﻔَـﻧ

ِﻪْﻴَﻠَﻋ

،

ُﻪﱠﺒَﺻَو

ِﻪْﻴَﻠَﻋ

Bahwasanya Nabi Saw mengambil debu dari tanah kerikil dan menaruhnya ke dalam gelas kemudian ditiupnya gelas itu lalu ditempelkan pada bagian yang sakit. (HR. Abu Dawud dari Tsabit ibn Qais).

(43)

telunjuknya disentuhkan ke tanah kemudian mengusapkan pada bagian yang luka atau sakit sambil membaca doa:

ِﻢْﺳﺎِﺑ

،ِﷲا

َﺑْﺮُـﺗ

ُﺔ

،ﺎَﻨِﺿْرَأ

ِﺔَﻘْـﻳِﺮِﺑ

ﺎَﻨِﻀْﻌَـﺑ

َﻰِﻔْﺸُﻴِﻟ

ِﻪِﺑ

،ﺎَﻨَﻤْﻴِﻘَﺳ

ِنْذِﺈـِﺑ

ﺎَﻨﱢـﺑَر

Dengan nama Allah, dengan debu bumi kita dan air liur dari sebagian kita, untuk menyembuhkan penyakit kita dengan ijin Allah, tuhan kita. (HR. Bukhari dan Muslim)

Utsman ibn Abi al-`Ash al-Tsaqafiy men-ceritakan bahwa dirinya pernah datang kepada Rasulullah mengadukan bahwa sejak masuk Islam perutnya selalu sakit kemudian Rasulullah Saw menyuruh dirinya untuk meletakkan tangannya pada bagian yang sakit sambil membaca basmalah tiga kali :

ِﺑ

ْﺴ

ِﻢ

ِﷲا

Dengan nama Allah.

Dan membaca doa berikut sebanyak tujuh kali :

ُذْﻮُﻋَأ

ِﷲﺎِﺑ

ِﻪِﺗَرْﺪُﻗَو

ْﻦِﻣ

ﱢﺮَﺷ

ﺎَﻣ

ُﺪِﺟَأ

ُرِذﺎَﺣُأَو

Aku berlindung kepada Allah dan kekuasannya dari segala keburukan yang saya rasakan dan khawatirkan. (HR. Muslim).

(44)
(45)

4

4

MEMBENTENGI DIRI DARI

GANGGUAN SETAN

Rasulullah Saw telah mengajarkan sejumlah doa, wirid, dan amaliyah yang dapat digunakan untuk membentengi diri, keluarga, dan masyarakat lainnya dari gangguan setan yang terkutuk. Beberapa cara yang disebutkan berikut ini diambil dari ayat-ayat al-Qur’an dan sunnah Rasulullah yang shahih.

1. Melepaskan simpul-simpul setan dengan tidak tidur terlalu lama, berwuhdu, dan shalat malam.

(46)

terlepaslah simpul yang kedua, dan jika ia melakukan shalat maka seluruh simpul tersebut menjadi lepas dan orang itu menjadi orang yang rajin dan jiwanya menjadi baik, tetapi apabila tidak melakukan tiga hal tersebut maka jiwanya akan menjadi rusak. (HR. Bukhari dan Muslim)

Para ulama mengecualikan bagi orang yang membaca ayat kursi sebelum tidur atau melakukan shalat isya berjama’ah.

2. Memasukkan air ke dalam hidung (istintsar) selepas bangun tidur

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabada, “Apabila kalian bangun tidur, maka lakukanlah istintsar

(memasukkan air melalui hidung dan mengeluarkannya) sebanyak tiga kali karena setan itu menginap pada batang hidung kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Abdullah Ibn Mas’ud menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah diceritakan tentang seseorang yang tidur sepanjang malam hingga subuh, maka berliau bersabda, “Orang seperti itu kedua telinganya dikencingi setan” (HR. Bukhari dan Muslim).

(47)

memasuki tempat buang air kecil/besar, maka beliau berdoa :

ﱠﻢُﻬّﻠﻟا

ﻲﱢﻧِإ

ُذْﻮُﻋَأ

َﻚِﺑ

َﻦِﻣ

ِﺚُﺒُﺨْﻟا

ِﺚِﺋﺎَﺒَﺨْﻟاَو

Ya Allah, aku berlindung dari gangguan setan laki-laki dan perempuan”

Kalau seseorang membuang air (kecil/besar) bukan di tempat tertutup, kapan doa tersebut dibaca? Jumhur ulama mengatakan bahwa waktu membaca doa adalah pada saat membuka pakaiannya. Dan bila seseorang sudah terlanjur masuk kamar toilet dan lupa membaca doa tersebut, maka ia boleh membacanya dalam hati sebelum duduk membuang hajatnya.

3. Adzan dapat mengusir setan

Abu Hurairah r.a. menceritakan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda :

(48)

Apabila diserukan untuk shalat (adzan) maka setan pergi menjauh sampai tidak dengar lagi suara adzan karena adzan itu baginya sebagai kentut, dan bila adzan selesai maka setan kembali lagi; kalau muadzin membaca tatswib (al-shalat khairun min al-naum), maka setan pun pergi menjauh, dan bila selesai setan pun mendekat kembali dan membisikkan sesuatu kepada manusia seraya mengatakan, “Ingat yang itu, ingat yang itu!” sampai akhirnya orang tersebut tidak lagi mengingat sudah berapa rakaat yang telah ia lakukan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jabir r.a. pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa setan itu apabila mendengar seruan adzan untuk shalat maka ia pergi menjauh sejauh daerah Rauha’ (sekitar 36 mil dari kota Madinah). Menurut para ulama, walaupun bukan untuk panggilan shalat, apabila adzan dikumandangkan maka setan akan pergi menjauh. Menurut Ibn al-Jauziy, setan sangat takut pada suara adzan jika orang yang mengumandangkannya senantiasa ikhlas melakukannya.

4. Memohon doa perlindungan Allah dari kehadiran dan bisikan setan

Allah Swt berfirman :

ْﻞــُﻗَو

ﱢبَر

ُذﻮــُﻋَأ

َﻚــِﺑ

ْﻦــِﻣ

ِتاَﺰــَﻤَﻫ

ِﻦﻴِﻃﺎَﻴــﱠﺸﻟا

.

ُذﻮــُﻋَأَو

َﻚــِﺑ

(49)

Dan katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku."

(Q.S. al-Mu’minun : 97-98)

Ahmad meriwayatkan bahwa Walid ibn al-Walid pernah mengadukan kegelisahannya kepada Rasulullah Saw, maka beliau mengajarkan doa sebelum tidur agar setan tidak mengganggu dan mendekatinya. Doanya adalah :

ِﻢـــْﺴِﺑ

ِﷲا

ُذْﻮـــُﻋَأ

ِتﺎـــَﻤِﻠَﻜِﺑ

ِﷲا

ِﺔـــﱠﻣﺎﱠﺘﻟا

ْﻦـــِﻣ

ِﻪِﺒـــَﻀَﻏ

ِﻪـــِﺑﺎَﻘِﻋَو

ﱢﺮَﺷَو

،ِﻩِدﺎَﺒِﻋ

ْﻦِﻣَو

ِتاَﺰَﻤَﻫ

،ِﻦْﻴِﻃﺎَﻴﱠﺸﻟا

ْنَأَو

َنْوُﺮُﻀْﺤَﻳ

Dengan nama Allah, aku berlindung kepada Allah dari segala murka dan azab-Nya, kejahatan hamba-hamba-Nya, bisikan-bisikan dan kehadiran setan.

Doa lainnya juga diriwayatkan Ahmad :

ﱠﻢـــُﻬّﻠﻟا

ﻲـــﱢﻧِإ

ُذْﻮـــُﻋَأ

َﻚـــِﺑ

َﻦـــِﻣ

ِنﺎَﻄْﻴـــﱠﺸﻟا

ِﻢْﻴِﺟﱠﺮـــﻟا

ْﻦـــِﻣ

ِﻩِﺰـــَﻤَﻫ

ِﻪِﺨْﻔَـﻧَو

ِﻪِﺜَﻔَـﻧَو

(50)

5. Ketika hendak menbaca al-Qur’an dianjurkan untuk memohon perlindungan dari godaan setan.

Allah Swt berfirman :

اَذِﺈَﻓ

َتْأَﺮَـﻗ

َناَءْﺮُﻘْﻟا

ْﺳﺎَﻓ

ْﺬِﻌَﺘ

ِﻪﱠﻠﻟﺎِﺑ

َﻦِﻣ

ِنﺎَﻄْﻴﱠﺸﻟا

ِﻢﻴِﺟﱠﺮﻟا

Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (Q.S. al-Nahl : 98).

Menurut Ibn Katsir, anjuran melakukan isti`azah

ketika hendak membaca al-Qur’an bertujuan agar setan tidak ikut-ikutan membaca al-Qur’an sehingga manusia tidak terdorong untuk memahami dan mendalami bacaannya itu.

Abu al-`Ala’ menceritakan bahwa Utsman ibn al-`Ash pernah mendatangi Rasulullah dan mengadukan bahwa dirinya diganggu oleh setan ketika shalat sehingga tidak khusyuk dan lalai terhadap apa yang dibacanya. Rasulullah Saw bersabda bahwa setan yang mengganggu itu bernama Khatrab. Kalau setan seperti itu mengganggumu maka mohonlah perlindungan kepada Allah dengan isti`adzah dan meludahlah ke sebelah kiri tiga kali. (HR. Muslim)

6. Sujud dapat mengusir setan

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda :

(51)

Ketika anak cucu Adam membaca ayat sajdah lalu melakukan sujud maka setan akan menyepi sambil menangis. (HR. Muslim)

7. Menghindari melakukan shalat pada saat matahari terbit atau terbenam

َﻻ

ْاوﱠﺮــَﺤَﺗ

ْﻢُﻜِﺗَﻼــَﺼِﺑ

َعْﻮــُﻠُﻃ

، ِﺲْﻤــﱠﺸﻟا

َﻻَو

ﺎــَﻬَـﺑْوُﺮُﻏ

؛

ﺎــَﻬﱠـﻧِﺈَﻓ

ُﻊُﻠْﻄَﺗ

َﻦْﻴَـﺑ

ْﻲَﻧْﺮَـﻗ

ِنﺎَﻄْﻴﱠﺸﻟا

Janganlah kalian melakukan shalat pada saat terbit dan terbenam matahari karena kedua waktu tersebut muncul pada antara kedua tanduk setan. (HR. Bukhari dan Muslim)

Imam Nawawi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan dua tanduk setan adalah para kelompok dan pengikut setan. Ada juga yang mengatakan bahwa waktu-waktu tersebut merupakan masa operasinya para setan.

8. Memohon perlindungan setiap pagi dan petang Utsman ibn Affan pernah mendengar Rasulullah bersabda bahwa siapa saja yang membaca doa berikut sebanyak tiga kali di waktu pagi dan petang niscaya tidak akan mendapatkan kesukaran.

ِﻢــْﺴِﺑ

ِﷲا

يِﺬــﱠﻟا

َﻻ

ﱡﺮــُﻀَﻳ

َﻊــَﻣ

ِﻪِﻤــْﺳا

ٌءْﻲــَﺷ

ﻲــِﻓ

ِضْرَﻷْا

َﻻَو

ﻲِﻓ

ِءﺎَﻤﱠﺴﻟا

َﻮُﻫَو

ُﻊْﻴِﻤﱠﺴﻟا

ُﻢْﻴِﻠَﻌْﻟا

(52)

Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya tidak satu pun yang dapat mencelakan di bumi dan di langit. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (HR. Abu Dawud, Turmudzi, Ibn Majah, Nasai dan Ahmad)

Abu Hurairah juga menceritakan bahwa setiap kali sore hari Rasulullah Saw senantiasa berdoa :

ﺎَﻨْـﻴـــَﺴْﻣَأ

ﻰـــَﺴْﻣَأَو

ُﻚـــَﻠَﻤْﻟا

،ِﷲ

ُﺪـــْﻤَﺤﻟْاَو

،ِﷲ

َﻻ

َﻪـــﻟِإ

ﱠﻻِإ

ُﷲا

ُﻩَﺪــْﺣَو

َﻻ

َﻚْﻳِﺮــَﺷ

،ُﻪــَﻟ

ُﻪــَﻟ

ُﻚــْﻠُﻤﻟْا

ُﻪــَﻟَو

ُﺪــْﻤَﺤْﻟا

َﻮــُﻫَو

ﻰــَﻠَﻋ

ﱢﻞــــُﻛ

ْﻲــــَﺷ

ٍء

،ٌﺮْـﻳِﺪــــَﻗ

ﱠﻢــــُﻬّﻠﻟا

!

َﻚُﻟَﺄــــْﺳَأ

َﺮــــْـﻴَﺧ

ِﻩِﺬــــَﻫ

،ِﺔــــَﻠْـﻴﱠﻠﻟا

ُذْﻮُﻋَأَو

َﻚِﺑ

ْﻦِﻣ

ﱢﺮَﺷ

ِﻩِﺬـَﻫ

،ِﺔـَﻠْـﻴﱠﻠﻟا

ﱢﺮـَﺷَو

ﺎـَﻣ

،ﺎَﻫَﺪـْﻌَـﺑ

ﱠﻢـُﻬّﻠﻟا

!

ﻲﱢﻧِإ

ُذْﻮُﻋَأ

َﻚِﺑ

ْﻦِﻣ

ٍباَﺬَﻋ

ﻲِﻓ

ِرﺎﱠﻨﻟا

ٍباَﺬَﻋَو

ﻲِﻓ

ِﺮْﺒَﻘْﻟا

Kami telah berada di petang hari, demikian pula para malaikat dan tunduk hanya kepada Allah. Segala puji milik Allah, tidak ada tuhan selain Allah Yang Mahaesa tanpa ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nyalah segala kerajaan dan segala puji-pujian. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, aku memohon kepada-Mu segala kebaikan malam ini dan memohon perlindungan-Mu dari segala kejahatan malam ini dan sesudahnya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka dan azab kubur.

(53)

Abu Bakar r.a. pernah diajari doa oleh Rasulullah Saw yang dibaca di waktu pagi, petang, dan menjelang tidur, sebagai berikut:

ّﻠﻟا

ــُﻬ

ﱠﻢ

ــَﻋ

ِﻟﺎ

َﻢ

َﻐﻟا

ــْﻴ

ِﺐ

َو

ــﱠﺸﻟا

َﻬ

َدﺎ

ِة

ــَﻓ

ِﻃﺎ

َﺮ

ــﱠﺴﻟا

َﻮﻤ

ِتا

َو ْا

َﻷ

ْر

ِض

َر

ﱠب

ُﻛ

ﱢﻞ

َﺷ

ْﻲ ٍء

َو َﻣ ِﻠ

ْﻴـِﻜ

ِﻪ،

َأ

ـْﺷ

َﻬ ُﺪ

َأ ْن

َﻻ

ِإـﻟ

َﻪ

ِإ

ﱠﻻ

َأـْﻧ

َﺖ

،

َأـُﻋ

ْﻮ ُذ

ِﺑ

َﻚ

ِﻣ

ْﻦ

َﺷ

ﱢﺮ

َـﻧ ْﻔ

ِﺴ

،ﻲ

َو ِﻣ

ْﻦ

َﺷ

ﱢﺮ

ﱠﺸﻟا

ْﻴ َﻄ

ِنﺎ

َو َﺷ

ِﺮ ِﻛ

ِﻪ

Ya Allah, Tuhan Yang Maha Mengetahui segala yang tersembunyi dan yang tampak, Pencipta langit dan bumi, Pemelihara dan Penguasa segala sesuatu, aku bersaksi tidak ada tuhan selain Engkau, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku sendiri, dan kejahatan setan dan sekutu-sekutunya. (HR. Abu Dawud dan Turmudzi dan termasuk hadis shahih)

9. Membaca surat al-Ikhlas, al-Falaq dan al-Nas setiap pagi dan petang

(54)

membaca tiga surat tersebut masing-masing tiga kali di waktu pagi dan petang, niscaya tidak akan mendapatkan celaka dari mana pun. (HR. Abu Dawud, Turmudzi, dan Nasai dan termasuk hadis hasan)

Aisyah r.a. mencertikan bahwa Rasulullah bila hendak ke tempat tidur beliau membaca surat-surat perlindungan (Ikhlas, Falaq dan al-Nas) dan meniupkan ke kedua tapak tangannya, lalu mengusapkan ke seluruh tubuhnya. (HR. Bukhari)

10. Membaca tahlil dapat menjadi benteng dari ganguan setan

Abu Hurairah menceritakan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, siapa saja yang membaca tahlil berikut sebanyak seratus kali maka dia akan mendapatkan pahala senilai memerdekakan sepuluh orang budak, dicatatkan seratus buah kebaikan, dihapuskan seratus buah kejahatan, dan baginya benteng dari gangguan setan pada hari itu.

َﻻ

َﻪـــــﻟِإ

ﱠﻻِإ

ُﷲا

ُﻩَﺪـــــْﺣَو

َﻻ

َﻚْﻳِﺮـــــَﺷ

،ُﻪـــــَﻟ

ُﻪـــــَﻟ

ُﻚـــــْﻠُﻤْﻟا

ُﻪـــــَﻟَو

،ُﺪْﻤَﺤْﻟا

َﻮُﻫَو

ﻰَﻠَﻋ

ﱢﻞُﻛ

ٍءْﻲَﺷ

َﻗ

ٌﺮْـﻳِﺪ

(55)

11. Tolak bala bagi balita

Rasulullah mengajarkan agar seorang anak yang lahir tidak diganggu oleh setan maka orang tuanya harus berdoa kepada Allah ketika hendak berhubungan intim. Doanya adalah sebagai berikut:

ِﻢــْﺴِﺑ

،ِﷲا

ﱠﻢــُﻬّﻠﻟا

!

ﺎــَﻨْـﺒﱢﻨَﺟ

،َنﺎَﻄْﻴــﱠﺸﻟا

ِﺐــﱢﻨَﺟَو

َنﺎَﻄْﻴــﱠﺸﻟا

ﺎــَﻣ

ﺎَﻨَـﺘْـﻗَزَر

Dengan nama Allah, ya Allah, hindarkanlah kami dari setan dan hindarkan pula apa yang Engkau karuniakan dari gangguan setan. (HR. Bukhari dan Muslim)

Di dalam al-Qur’an disebutkan bahwa istri Imran pernah mendoakan Maryam dan putranya dari gangguan setan. Doa yang diucapkan adalah Firman Allah:

ﻲﱢﻧِإَو

ﺎَﻫُﺬﻴِﻋُأ

َﻚِﺑ

ﺎَﻬَـﺘﱠـﻳﱢرُذَو

َﻦِﻣ

ِنﺎَﻄْﻴﱠﺸﻟا

ِﻢﻴِﺟﱠﺮﻟا

Aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk." (Q.S. Ali Imran : 36)

(56)

َأ ُﻋ

ْﻮ ُذ

ِﺑ

َﻜ ِﻠ

َﻤ

ِتﺎ

ِﷲا

ﱠﺘﻟا

ﱠﻣﺎ

ِﺔ،

ِﻣ

ْﻦ

ُﻛ

ﱢﻞ

َﺷ ْﻴ

َﻄ

ٍنﺎ

َو َﻫ

ﱠﻣﺎ

ٍﺔ،

َوـِﻣ

ْﻦ

ـُﻛ

ﱢﻞ

َﻋ ْﻴ

ٍﻦ

َﻻ َﻣ

ٍﺔ

Aku mohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap gangguan setan, binatang berbisa, dan dari setiap mata yang punya keinginan buruk. (HR. Bukhari)
(57)

12. Menghindari berkumpul untuk membicarakan suatu rahasia

Allah berfirman :

ﺎَﻤﱠﻧِإ

ىَﻮْﺠﱠﻨﻟا

َﻦِﻣ

ِنﺎَﻄْﻴﱠﺸﻟا

َنُﺰْﺤَﻴِﻟ

َﻦﻳِﺬﱠﻟا

اﻮُﻨَﻣاَء

Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orang-orang yang beriman itu berduka cita. (Q.S. al-Mujadilah : 10)

Rasulullah Saw pernah bersabda, apabila kalian bersama tiga orang maka janganlah ada dua orang melakukan pembicaraan rahasia tanpa melibatkan seorang lainnya sehingga semuanya ikut terlibat, karena hal itu akan membuat sedih (sakit hati) bagi yang ditinggalkan. (HR. Bukhari dan Muslim)

13. Dilarang mengucapkan kata-kata “Sekiranya begini pasti tidak begitu” sebagai bentuk penolakan atas takdir Allah.

(58)

dikehendaki-Nya maka itulah yang terjadi. Sesungguhnya kata-kata “sekiranya” itu membuka campur tangan setan. (HR. Muslim)

14. Memohon perlindungan Allah di kala marah Allah berfirman :

ﺎــﱠﻣِإَو

َﻚــﱠﻨَﻏَﺰْـﻨَـﻳ

َﻦــِﻣ

ِنﺎَﻄْﻴــﱠﺸﻟا

ٌغْﺰــَـﻧ

ْﺬِﻌَﺘــْﺳﺎَﻓ

ِﷲﺎــِﺑ

ُﻪــﱠﻧِإ

َﻮـــُﻫ

ُﻊﻴِﻤﱠﺴﻟا

ا

ُﻢﻴِﻠَﻌْﻟ

Dan jika syaitan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Fushshilat : 36)

(59)

setan dengan membaca isti`adzah. Lalu orang itu menjawab, “Memangnya saya ini sudah gila?” (HR. Bukhari dan Muslim)

16. Melakukan isti’adzah di saat ada gonggongan anjing atau srigala dan ringkikan keledai.

Jabir ibn Abdullah mengatakan, Rasulullah Saw pernah bersabda, “Jika kalian mendengar suara gonggongan anjing atau srigala dan ringkikan keledai di malam hari, maka mohonlah perlindungan kepada Allah (isti`adzah) karena binatang-binatang tersebut dapat mendengar sesuatu yang tidak dapat kalian dengarkan (HR. Ahmad)

17. Mengusir setan dari rumah

Rasulullah Saw bersabda, “Jangan menjadikan rumah kalian sebagai kuburan. Sesungguhnya setan-setan akan lari meninggalkan rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah.” (HR. Muslim)

18. Benteng yang dapat menjaga rumah dan makanan dari setan

(60)

jika tidak menyebut nama Allah di saat memasuhi rumah dan hendak makan, maka setan pun akan mengatakan, “Kalian memiliki tempat menginap dan makan malam saat ini.” (HR. Muslim)

Doa yang dibaca ketika memasuki rumah :

َأ ُﻋ

ْﻮ ُذ

ِﺑ

َﻜ ِﻠ

َﻤ

ِتﺎ

ِﷲا

ﱠﺘﻟا

ﱠﻣﺎ

ِتﺎ

ِﻣ

ْﻦ

َﺷ

ﱢﺮ

َﻣﺎ

َﺧ َﻠ

َﻖ

Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan segala makhluk.

(HR. Muslim)

(61)

285. Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami ta`at". (Mereka berdo`a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali".

286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir" (Q.S. al-Baqarah : 285-286).

(62)

ُﻪﱠﻠﻟا

َﻻ

ﻟِإ َﻪ

ﱠﻻِإ

َﻮُﻫ

ﱡﻲَﺤْﻟا

ُمﻮﱡﻴَﻘْﻟا

َﻻ

ُﻩُﺬُﺧْﺄَﺗ

ٌﺔَﻨِﺳ

َﻻَو

ٌمْﻮَـﻧ

ُﻪـَﻟ

ﺎــَﻣ

ﻲـــِﻓ

ِتاَﻮَﻤـــﱠﺴﻟا

ﺎـــَﻣَو

ﻲـــِﻓ

َﻷْا

ِضْر

ْﻦـــَﻣ

اَذ

يِﺬـــﱠﻟا

ُﻊَﻔـــْﺸَﻳ

ُﻩَﺪـــْﻨِﻋ

ﱠﻻِإ

ِﻪـــِﻧْذِﺈِﺑ

ُﻢـــَﻠْﻌَـﻳ

ﺎـــَﻣ

َﻦْﻴـــَـﺑ

ْﻢِﻬﻳِﺪـــْﻳَأ

ﺎـــَﻣَو

ْﻢـــُﻬَﻔْﻠَﺧ

َﻻَو

َنﻮـــُﻄﻴِﺤُﻳ

ٍءْﻲـــَﺸِﺑ

ْﻦـــِﻣ

ِﻪـــِﻤْﻠِﻋ

ﱠﻻِإ

ﺎـــَﻤِﺑ

َءﺎـــَﺷ

َﻊـــِﺳَو

ُﻪﱡﻴـــِﺳْﺮُﻛ

ِتاَﻮَﻤـــــﱠﺴﻟا

َﻷْاَو

َضْر

َﻻَو

ُﻩُدﻮـــــُﺌَـﻳ

ﺎـــــَﻤُﻬُﻈْﻔِﺣ

َﻮـــــُﻫَو

ﱡﻲـــــِﻠَﻌْﻟا

ُﻢﻴِﻈَﻌْﻟا

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa`at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. Al-Baqarah : 255)

(63)

ّﻠﻟا

ـــُﻬ

ﱠﻢ

ِإـــﱢﻧ

َأ

ـــُﻋ

ْﻮ ُذ

ـــِﺑ

َﻚ

ـــِﻣ

َﻦ

ـــَـﺘﻟا

َﺮ ﱠد

،ي

َو ْﻟا

ـــَﻬ

َﺪ ِم

،

َو ْﻟا

ـــَﻐ َﺮ

ِق

،

َو ْﻟا

َﺤ

ِﺮ

ـــــْﻳ

ِﻖ

،

َو َأ

ــــــُﻋ

ْﻮ ُذ

ـــــِﺑ

َﻚ

َأ ْن

َـﻳ َﺘ

َﺨ ﱠﺒ

َﻄ

ــــــِﻨ

ـــــﱠﺸﻟا

ْﻴ َﻄ

ُنﺎ

ِﻋ

ــــــْﻨ

َﺪ

ْﻟا

َﻤ ْﻮ

ِت

،

َو َأ

ُﻋ ْﻮ

ُذ

ِﺑ

َﻚ

َأ ْن

َأ ُﻣ ْ

َت

ِﻓ

ـَﺳ ِﺒ

ْﻴ ِﻠ

َﻚ

ـُﻣ ْﺪ

ِﺑ

،اًﺮ

َو ُأ

ـُﻋ ْﻮ

ُذ

ِﺑ

َﻚ

َأ ْن

َأ ُﻣ ْ

َت

َﻟ ِﺪ

ْـﻳﺎًﻐ

(64)
(65)

<

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

• Bahwa saksi mengetahui pemohon dan termohon adalah suami istri yang telah menikah sekitar bulan Desember 2006 di Kabupaten Lombok Barat karena saksi turut

Dialog dengan tiga tokoh agama tersebut adalah sasaran utama study excursie tahun ini, dimana saya belajar banyak tentang budaya toleransi yang ada di Desa

produk yang terdiri dari flavor (rasa/bau), porsi, penampilan, warna, temperature (panas/suhu), aromatic appel (daya penarik lewat bau harum) texture/form/shape

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.. Gatal

“Bergabung ke Tzu Chi sama sekali tidak mengubah keyakinan beragamanya, malah menguatkan energi untuk mem­ perluas lingkup cinta kasih universal yang ada dalam hatinya, melangkah

Alhamdulillahirobbil‟alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, karunia dan rahmat yang telah dilimpahkanNya, sehingga penulis dapat

Preheating ini dilakukan selama 180 jam pada sagger 1-5 dan ini dilakukan hingga suhu mencapai 800 o C imana akan terjadi pencairan pitch, penguapan pitch hal ini bertujuan