1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah penyakit periodontal yang merupakan penyakit gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang dapat memicu hilangnya gigi (Sabir, 2005). Penyakit periodontal adalah penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dunia dan mencakup hingga 50% popolasi di dunia. Tingkat kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menurut hasil studi morbiditas adalah prevalensi karies yaitu 90,05%, sedangkan prevalensi penyakit periodontal 96,58% (Situmorang, 2004).
2 gigi yang lebih dalam, penyakit ini bersifat progresif dan tidak dapat berubah biasanya banyak dijumpai pada usia 30-40 tahun (Newman et al, 2012).
Periodontitis disebabkan oleh infeksi bakteri yang berhubungan dengan plak subgingiva dilihat dari penampakan klinis yang sangat beragam, seperti degenerasi pada ligamen periodontal, radang yang terjadi pada gingiva, dan kehilangan tulang alveolar (Newman et al., 2012). Plak yang terbentuk merupakan hasil dari peningkatan substansial dari bakteri anaerob gram negatif seperti Actinobacillus actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Bacteriodes forsytus, Prevotella
intermedia, Compylobacter, Treponema denticola dan Fusobacterium nucleatum. Bakteri ini banyak terdapat pada sulkus ginggiva ada 500 jenis. Diantara bakteri tersebut ada yang memiliki kemampuan patogenik dan paling kuat memiliki daya patogenik paling kuat adalah Actinobacillus actinomycetemcomitans. Actinobacillus
actinomycetemcomitans sering dikenal dengan nama Aggregatibacter
actinomycetemcomitans dan sering disingkat menjadi Aa (Samaranayake., 2012). Bakteri Aa merupakan flora normal dalam rongga mulut terutama pada gingiva dari sulkus supra gingiva (Winn et al 2006). Bakteri Aa merupakan bakteri coccobacillus gram negatif. Bakteri Aa adalah virulen periopatogen yang terlibat etilogi dan patogenesis pada penyakit periodontal (Rego et al, 2007).
3 diantaranya adalah povidone iodine, metronidazole, tetracyclin tersedia pada sediaan obat kumur. Obat-obatan ini masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan. Banyak pasien gigi dan mulut yang mempunyai alergi terhadap penggunaan obat-obatan sintetsis. Pasien gigi dan mulut yang alergi terhadap obat-obat-obatan sintetis dapat menggunakan obat herbal yang mempunyai kandungan antibakteri.
Antibakteri dapat bersifat alamiah, semi sintetis atau sintetis. Antibakteri alamiah memiliki kelebihan yang tidak berbahaya dan memiliki efek samping lebih kecil dibandingkan dengan antibakteri semi-sintetis atau sintetis. Banyak peneliti telah melakukan penelitian tentang obat-obatan yang mempunyai antibakteri alami yang berguna dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dan tidak menyebabkan alergi untuk penderitanya. Salah satu obat herbal yang mengandung antibakteri adalah propolis.
4 mencegah infeksi. Semakin tinggi kandungan senyawa aktif yang terkandung dalam propolus semakin tinggi juga kecepatan penyembuhan infeksi. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Sundeep Hegde et al (2013) diketahui bahwa pengenceran 20% konsentrasi propolis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans secara in vivo.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin menguji daya antibakteri dari berbagai konsentrasi larutan propolis terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada penyakit periodontitis.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, timbul permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh berbagai konsentrasi dari larutan propolis dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans penyebab penyakit periodontitis?
2. Berapakah daya hambat antibakteri propolis yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans penyebab periodontitis?
B. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai propolis telah dikemukakan oleh Ardo Sabir (2005) yang meneliti tentang aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap bakteri Stretopcoccus mutans yang hasilnya menunjukan bahwa flavonoid propolis Trigona
5 mutans. Kemudian pada penelitian Sundeep Hegde et al (2013) yang meneliti tentang
pengenceran 20% konsentrasi propolis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans secara in vivo. Sejauh peneliti ketahui penelitan yang meneliti
tentang berbagai konsetrasi larutan propolis dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans penyebab periodontitis sebelumnya belum pernah dilakukan.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi larutan propolis dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans (Aa) penyebab periodontitis.
2. Untuk mengetahui konsentrasi yang paling efektif dalam menghambat petumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans penyebab periodontitis.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat propolis dalam menghambat bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans salah satu penyebab penyakit periodontitis