i
Statistik Asuransi Gempa
Bumi Indonesia 2010
Indonesian Earthquake Insurance Statistic 2010]
Sesuai dengan tujuan pendiriannya, MAIPARK
selalu berusaha melakukan inovasi dalam
memberikan pelayanan terbaik bagi industri
asuransi Indonesia dalam hal ilmu dan statistik
mengenai risiko bencana.
Inovasi
terus
kami
lakukan
untuk
menyempurnakan laporan statistik ini, sehingga
menjadi lebih akurat, rinci dan komperhensif.
Berikut kami sajikan laporan Statistik Asuransi
Gempa Bumi Indonesia 2009
–
2010 yang
mencakup :
o
Inovasi terhadap sistem dan proses
pengolahan data statistik.
o
Peta Kejadian Gempa Bumi Indonesia.
o
Peta
Exposure
Gempa Bumi Indonesia.
o
Penggolongan tersendiri atas risiko multi
lokasi, dalam laporan profile risiko dan
klaim.
o
Analisa asuransi gempa terkait kondisi
makro ekonomi.
o
Tabel, peta dan grafik yang kreatif.
Dengan semangat ”Go Green”, dan laporan
tersebut disajikan dalam bentuk soft copy dan
tidak lagi diproduksi dalam bentuk hard copy.
Usaha
yang
kami
lakukan
dalam
menyempurnakan laporan statistik ini tidak akan
berarti apa - apa tanpa dukungan dari seluruh
perusahaan asuransi. Data yang lengkap dan
akurat akan sangat menentukan kualitas dari
hasil statistik ini.
In line with the intention of MAIPARK
establishment, MAIPARK keeps on innovating to
provide the best services
for the Indonesia’s
insurance industry in terms of science and
statistics on Catastrophe risks. We keep on doing
innovation to make this statistics report more
accurate, detailed and comprehensive. Herewith,
we present Indonesian Earthquake Statistical
Report of 2009 - 2010 which include:
o
Inovation of the system and statistical
o
Separate classification of multi-location
risks in Risk and Loss Profile report.
o
Analysis of earthquake insurance related
presented in soft copy rather than hard copy.
Kami berharap laporan statistik ini dapat
memberikan
manfaat
tidak
hanya
bagi
perusahaan asuransi yang menangani asuransi
gempa bumi, namun juga berguna bagi industri
Asuransi Umum di Indonesia.
We hope that this statistic report is useful for both
insurance
companies
having
earthquake
business and general insurance industry in
Indonesia.
Salam Inovasi MAIPARK !!
Daftar Isi / Contents
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Informasi Statistik... vi
Ikhtisar Asuransi Gempa Bumi Indonesia
2010...
F.Pertumbuhan
Incurred Claim
... 15
Exposure Asuransi Gempa Bumi Indonesia ...
Tabel 2.1.Exposure Per Cresta Zone ... 21
Tabel 2.2.Exposure Per Okupasi ... 23
Tabel 2.3.Exposure Per Interest ... 25
Tabel 2.4.Exposure Per Provinsi ... 27
Gross Premium Asuransi Gempa Bumi
Indonesia ...
Tabel 3.1.Gross Premium Per Cresta Zone . 28
Tabel 3.2.Gross Premium Per Okupasi ... 30
Tabel 3.3.Gross Premium Per Provinsi ... 32
Jumlah Risiko Asuransi Gempa Bumi
Indonesia ...
Tabel 4.1.Jumlah Risiko Per Cresta Zone ... 33
Tabel 4.2.Jumlah Risiko Per Okupasi ... 35
Klaim Asuransi Gempa Bumi Indonesia ...
Tabel 5.1.1.Klaim Frekwensi Per Okupasi .... 37
Tabel 5.1.2.Klaim Frekwensi Per Cresta Zone
... 39
Tabel 5.2.1.Jumlah Klaim Per Okupasi ... 41
Tabel 5.2.2.Jumlah Klaim Per Cresta Zone .. 43
Foreword ... i
Table of Contents ... iii
Statistical Information ... iv
Summary of Indonesia Earthquake
Insurance 2010 ...
F.Growth of Incurred Claim ... 15
Indonesia Earthquake Insurance Exposure ....
Table 2.1.Exposure By Cresta Zone ... 21
Table 2.2.Exposure By Occupation ... 23
Table 2.3.Exposure By Interest ... 25
Table 2.4.Exposure By Province ... 27
Indonesia Earthquake Insurance Gross
Premium ...
Table 3.1.Gross Premium By Cresta Zone .. 28
Table 3.2.Gross Premium By Occupation .... 30
Table 3.3.Gross Premium By Province ... 32
Indonesia Earthquake Insurance Number of
Risks ...
Table 4.1.Number of Risk By Cresta Zone .. 33
Table 4.2.Number of Risk By Occupation... 35
Indonesia Earthquake Insurance Claim...
Table 5.1.1.Claim Frequency By Occupation 37
Table 5.1.2. Claim Frequency By Cresta Zone
... 39
Table 5.2.1.Claim Amount By Occupation .... 41
Profil Risiko dan Klaim ...
Risks and Loss Profile Underwriting Year
2010 ...
Agricultural Occupation ... 51
Commercial Occupation ... 52
Industrial Occupation ... 53
Residential Occupation ... 54
Risks and Loss Profile Underwriting Year
2009 ...
Agricultural Occupation ... 55
Commercial Occupation ... 56
Industrial Occupation ... 57
Residential Occupation ... 58
Risks and Loss Profile Underwriting Year
2008 ...
Agricultural Occupation ... 59
Commercial Occupation ... 60
Industrial Occupation ... 61
Residential Occupation ... 62
Risks and Loss Profile Underwriting Year
2007
...
Agricultural Occupation ... 63
Okupasi Industrial ... 65
Okupasi Residential ... 66
Profil Risiko dan Klaim Tahun Underwriting
2006 ...
Okupasi Agricultural ... 67
Okupasi Commercial ... 68
Okupasi Industrial ... 69
Okupasi Residential ... 70
Peta.7.1 Distribusi Kejadian Gempa di
Indonesia 2004 - 2010 ... 71
Daftar Istilah ...
Lampiran
1.
Tarif Asuransi Gempa Bumi Indonesia ...
2.
Skala First Loss ...
3.
Tabel Jangka Waktu Pertanggungan
Kurang dari satu tahun ...
4.
Tabel Indemnitas ...
Industrial Occupation ... 65
Residential Occupation ... 66
Risks and Loss Profile Underwriting Year
2006
...
Agricultural Occupation ... 67
Commercial Occupation ... 68
Industrial Occupation ... 69
Residential Occupation ... 70
Map 7.1 Indonesia Earthquake Distribution of
occurrences 2004-2010 ... 71
Glossaries ...
Attachments
1.
Indonesia Earthquake Insurance Tariff ....
2.
First Loss Scale ...
3.
Short Period Table
less
than one year
period
...
1.
Statistik dibuat berdasarkan Underwriting
pertanggungan seluruh risiko pada
lokasi yang sama untuk
masing-masing
perusahaan
asuransi.
Definisi setiap risiko atau setiap
lokasi ditentukan oleh perusahaan
asuransi atau penerbit polis sesuai
dengan
interpretasi
perusahaan
asuransi dalam
underwriting
polis
kebakaran.
2.3. Besarnya Limit Sesi atas setiap
risiko (
any one risk
) untuk gabungan
kerugian fisik dan gangguan usaha
insurance company. The definition of
anyone risk or any location is
combined material and business
interruption damage are as follows:
2.3.1
For West Java, Banten and DKI
: 5% (five percent) of the total
sum insured, a maximum of
USD 2,500,000.00 (two million
five hundred thousand U.S.
Dollars) for any one risk, each
insurance company or policy
issuer
2.3.2
Others area within Indonesia
are 25% (twenty five percent) of
total sum insured, maximum of
USD 2,500,000.00 (two million
five hundred thousand U.S.
Dollars) for each risk, each
insurance company or policy
issuer.
perusahaan asuransi atau
2.5.
Bilamana risiko ditutup secara
ko-asuransi, jumlah maksimum sesi dari
semua Anggota ko-asuransi adalah
sesuai dengan ketentuan yang diatur
selain polis ko-asuransi tersebut
pada obyek pertanggungan yang
sama, perusahaan asuransi tetap
dapat mensesikan risiko dimaksud,
dengan catatan jumlah seluruh sesi
perusahaan asuransi bersangkutan
tidak melebihi ketentuan yang diatur
pada butir 2.3.
3.
Tarif Premi
3.1. Penutupan dengan menggunakan
Full Value Basis mengaplikasikan
Tarif Premi Standar Gempa Bumi
Indonesia (lampiran 1)
3.2. Penutupan dengan First Loss / Sub
Limit Basis mengaplikasikan standar
First Loss Scale (lampiran 2)
3.3. Perhitungan premi untuk penutupan
kurang dari 12 (dua belas) bulan
diberlakukan skala premi jangka
pendek (lampiran 3)
3.4. Untuk perhitungan premi Bussiness
Interruption diberlakukan Indemnity
2.5
For coinsurance policies, maximum
cession from all members of
coinsurance is stipulated in item 2.3
above. Each ceding company cedes
proportionally depending on its
share.
In the even there are other policies
on the same risk beside that
coinsurance policy, insurer still can
cede such risks subject to the
maximum limit set out in item 2.3
3.
Premium Tariff
3.1.
For the coverage of Full Value Basis,
Indonesian earthquake rate standard
is applied (attachment 1).
3.2.
The coverage First Loss / Sub Limit
Basis uses standard First Loss Scale
(attachment 2).
3.3.
Premium calculation for short period
coverage is based on Short Period
Scale (attachment 3).
3.4.
Premium calculation for business
interruption is based on Indemnity
Period Scale (attachment 4)
4.
Insured Objects
4.1.1. Kerusakan Fisik :
4.2 Penutupan sebagaimana dimaksud
pada butir 4.1. adalah yang ditutup
secara langsung (direct business)
termasuk ko-asuransi. Penutupan
tidak
langsung
(indirect
business/Reasuransi) tidak dapat
disesikan.
5.
Pelaporan Bordero.
Pelaporan
bordero
dilakukan
setiap
bulannya untuk semua risiko yang ditutup
pada bulan yang bersangkutan dan sudah
harus diterima selambat-lambatnya pada
akhir bulan berikutnya.
6.
Untuk kasus “Multi Location Risk” yang
mengalami kesulitan dalam memberikan
detail harga pertanggungan perlokasi
maka dengan persetujuan AAUI pensesian
risiko dan perhitungan premi dilakukan
pada zona-zona tertentu.
7.
Untuk menggambarkan premi dan harga
pertanggungan yang sebenarnya dalam
penutupan
asuransi
gempa
bumi
berdasarkan ko-asuransi, diharapkan agar
seluruh anggota ko-asuransi mensesikan
risiko gempa bumi tersebut.
Indirect businesses cannot be
ceded.
5.
Bordereaux Report.
Bordereaux reports is submitted on a
monthly basis for all risk underwritten in the
month concerned and should be received
by the end of the following month.
6.
In the case of Multi Location Risks with no
details of sum insured provided per
location, the risk cession and its premium
calculation specified zones after approved
by AAUI.
A.
Pendahuluan.
Dengan mengukur Pendapatan Domestik Bruto
(PDB) berdasarkan laporan yang dikeluarkan
Biro Pusat Statistik dalam laporan triwulan
2010-nya, ternyata PDB nasional pada triwulan
keempat 2010 meningkat sebesar 14,42% dari
Rp. 5.613,40 triliun di tahun 2009 menjadi Rp.
6.422,91 triliun di tahun 2010 ini.
Tingkat Pendapatan Domistik Bruto (PDB)
Indonesia dalam lima tahun terakhir dapat dilihat
pada grafik 1.1 dibawah ini
B.
Struktur Pasar.
Maipark dimiliki oleh seluruh perusahaan
asuransi dan reasuransi umum di Indonesia,
Partisipasi kepada Maipark bersifat wajib.
Data-data dalam laporan ini merupakan hasil dari sesi
wajib statistik gempa bumi tersebut ditambah
sesi bukan statistik.
A.
Introduction
By measuring its Gross Domestic Product (GDP)
based on the quarterly report in 2010 issued by
Statistic Centre Bureau, the national GDP has
increased 14,42% or from Rp. 5.613,40 trillion in
2009 to Rp. 6.422,91 trillions in 2010.
The level of Indonesia’s Gross Domestic Product
during the last five years is shown in graph 1.1
below.
B.
Market Structure.
Maipark is owned by all general insurance and
reinsurance
companies
in
Indonesia.
Participation to Maipark was made compulsory.
All data in this report is generated from
stastistical compulsory cession and non
statistical cession.
Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
Gross Domestik Product (GDP)
Grafik 1.1 / Graph 1.1
Ikhtisar Usaha Asuransi Gempa Bumi Indonesia Tahun 2010
Summary of Indonesian Earthquake Insurance Business Activities in 2010
Per 31 Desember 2010, seperti yang dilaporkan
oleh Bapepam LK
–
Departemen Keuangan
dalam laporan
Indonesian insurance directory
2010
,
jumlah
perusahaan
asuransi
dan
reasuransi umum di Indonesia adalah 90
perusahaan. Dengan rincian 86 perusahaan
asuransi umum dan 4 perusahaan reasuransi
umum. Dari ke 86 perusahan asuransi umum ini,
20 diantaranya adalah perusahaan patungan.
Sedangkan 66 sisanya adalah perusahaan
swasta nasional. Dari 4 perusahaan reasuransi
umum, kesemuanya adalah juga perusahaan
swasta nasional.
C.
Pertumbuhan Premi Bruto
Seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan
ekonomi Indonesia, seperti yang terlihat dari
pertumbuhan Pendapatan Domestik Bruto,
pendapatan premi bruto asuransi gempa bumi
pun meningkat dari tahun ke tahun.
Sampai dengan posisi per 31 Desember 2010,
pendapatan premi bruto untuk tahun underwriting
2006 adalah sebesar Rp. 1.770 Milliar. Premi
Bruto untuk tahun underwriting 2007 tercatat
sebesar Rp. 1.858 Milliar, sedangkan tahun
underwriting 2008 adalah Rp. 1.930 milliar. Untuk
tahun underwriting 2009 dan 2010 pendapatan
premi bruto asuransi gempa bumi adalah
sebesar Rp. 1.947 milliar dan Rp. 1.626 milliar.
Angka-angka ini dipastikan akan terus bergerak
naik karena pensesian yang masih terus
berlanjut, terutama untuk tahun underwriting
2009 dan 2010.
Jika mengasumsikan tidak ada pertumbuhan
premi yang berarti pada tahun underwriting 2006,
2007 dan 2008, maka dapat dikatakan bahwa
premi asuransi gempa bumi di tahun underwriting
2007 tumbuh sebesar 4,97% dibanding tahun
2006, sedangkan untuk tahun underwriting 2008
premi tumbuh sebesar 3,87% dari tahun
sebelumnya.
As at December 31, 2010, Based on the report in
Indonesia Insurance Directory 2010 issued by
Bapepam LK- Ministry of Finance, there are 90
insurance companies which consist of 86 general
insurance companies and 4 reinsurance
companies. 20 general insurance companies are
joint venture and the remaining are private
national companies. The four reinsurance
companies are also private national.
C.
Gross Premium Growth
As reflected in the development of Gross
Domistik Product, the growth of the gross
premium of earthquake insurance is in line with
the growth of Indonesian economic every year.
As at December 31 2010, earthquake gross
premium income for underwriting year 2006 is
Rp. 1.770 billions. Gross premium for 2007 was
booked for Rp. 1.858 billions. While underwriting
year 2008 premium is Rp. 1.930 billions. Gross
Premium for underwriting year 2009 and 2010
are Rp. 1.947 billions and Rp. 1.626 billions. This
gross premium income will keep moving up
because
earthquake
cession
continues,
especially for underwriting year 2009 and 2010.
Tabel
1.1
dan grafik
1.2 berikut
ini
menggambarkan pertumbuhan premi bruto dari
tahun ke tahun.
Dari tabel dan grafik diatas tampak bahwasannya
pertumbuhan premi bruto asuransi gempa bumi
pada tahun ke dua, untuk setiap tahun
underwriting, rata-rata sudah mencapai lebih dari
90% dari maksimum pertumbuhannya.
Pada setiap tahun underwriting, pelaporan sesi
asuransi gempa bumi di tahun pertama, juga
menunjukkan
peningkatan.
Untuk
tahun
underwriting 2006 tercatat rasio sebesar 47%
dari total premi tahun underwriting tersebut.
Angka ini meningkat tajam di tahun underwriting
2007 menjadi sebesar 55% dan terus menaik di
tahun underwriting 2008 sebesar 56% dan tahun
underwriting 2009 sebesar 58%.
Table 1.1 and graph 1.2 below show gross
premium development from year to year.
The table and graph above shows that, on
average, the growth of gross premium income
reaches over 90% maximum at its second
underwriting year.
For each underwriting year, earthquake
insurance cession report at its first year shows
increament. For underwriting year 2006, the ratio
is only 47% from total. It increased more sharply
than underwriting year 2007 to become 55% and
keeps moving up at 56% for underwriting year
2008 and 58% for underwriting year 2009.
2006
821 47%
1,651 93%
1,697 96%
1,734 98%
1,770 100%
2007
1,028 55%
1,790 96%
1,792 96%
1,858 100%
2008
1,078 56%
1,803 93%
1,930 100%
2009
1,126 58%
1,947 100%
2010
1,626 100%
2007
2006
Underwriting
Year
Per / As At 31 December
2008
2009
2010
Grafik 1.2 / Graph 1.2
Tabel 1.1 / Table 1.1
Dalam Miliar Rupiah
In Billion Rupiah
Pertumbuhan Premi Bruto Asuransi Gempa Bumi
Kontribusi terbesar premi asuransi gempa bumi
yang tercatat sampai dengan 31 Desember 2010
untuk
tiap
tahun
underwriting
masih
menunjukkan tingginya tingkat pendapatan premi
yang diperoleh dari okupasi industri, dengan
rata-rata rasio pendapatan dalam 5 tahun
terakhir underwriting sebesar 66% dari total
premi. Diikuti oleh okupasi komersial dengan
rasio sebesar 23% dan residensial sebesar 10%.
Sedangkan okupasi agrikultural menyumbang
hanya sebesar rata-rata 1% disetiap tahun
underwriting.
Meskipun okupasi agrikultural dan residensial
memberikan kontribusi yang tidak sebesar
okupasi industri ataupun komersial. Namun jika
melihat pertumbuhan premi bruto disetiap tahun
underwriting, kedua okupasi ini mengalami
pertumbuhan premi yang cukup tinggi dan diatas
rata-rata pertumbuhan premi semua okupasi
disetiap tahunnya. Pertumbuhan yang cukup
tinggi dan berlangsung tiap tahun pada okupasi
residensial terjadi, baik itu jumlah maupun rasio
kontribusi pada total pendapatan premi di setiap
tahun underwriting.
Dibanding dengan tahun underwriting 2006,
pendapatan premi bruto dari okupasi residensial
di tahun underwriting 2007 tumbuh hampir dua
kali lipat. Pertumbuhan ini terus berlanjut
meskipun tak sebesar pertumbuhan ditahun
underwriting 2007. Di tahun underwriting 2010,
dimana pensesian masih terus berlangsung,
okupasi ini telah mengumpulkan pendapatan
premi bruto sebesar Rp. 211,68 milliar. Angka ini
diproyeksikan akan terus tumbuh hingga
mencapai Rp. 350 milliar.
Pertumbuhan premi yang cukup tinggi di okupasi
agrikultural terlihat pada tahun underwriting
2008, dimana pendapatan premi tumbuh hampir
80% lebih besar dibanding tahun underwriting
sebelumnya.
Tabel 1.2 berikut ini menyajikan rincian premi
bruto untuk tiap tahun underwriting berdasarkan
okupasi.
As at Desember 31 2010, the highest earthquake
premium contribution for each underwriting year
is coming from industrial occupation, the average
income ratio is 66% for the last five underwriting
years. Followed by commercial occupation with
ratio of 23% and 10% from residential
occupation.
The
other
side,
agricultural
occupation contributes only about 1% for each
underwriting year.
Although contributions of agricultural and
residential occupation are not as high as
industrial or commercial, their gross premiums
still increase significantly every year. Their
increaments of each underwriting year are even
above average in all occupations combined. For
residential occupation in each underwriting year,
the significant increase are both on its total gross
premium and its contribution ratio.
The gross premium of residential for underwriting
year 2007 is almost doubled comparing to that of
underwriting year 2006. This growth continued
although it is not as high as in underwriting year
2007. In underwriting year 2010, where cession
continues, this occupation has produced Rp.
211,68 billions of gross premium income. This
figure is projected to grow and reach Rp. 350
billions.
The significant growth in agricultural occupation
is in underwriting year 2008, where premium is
80% higher than previous underwriting year.
Dilihat dari distribusi premi berdasarkan cresta
zone dalam 5 tahun underwriting terakhir,
penyebaran risiko gempa bumi masih terpusat di
zona 3 (DKI Jakarta dan Jawa Barat). Meskipun
pendapatan premi masih terus dapat berubah
dikarenakan pensesian masih terus berlangsung,
namun terlihat tingkat rasio pada zona 3 ini terus
beranjak naik dari 45% pada tahun underwriting
jumlah pendapatan premi brutonya, hal ini terlihat
Dari tahun underwriting 2006-2008, dimana pada
ketiga tahun underwriting ini, premi tidak akan
banyak berubah. Pada tahun underwriting 2006,
zona ini memberikan kontribusi sebesar 10%.
Tingkat rasio ini terus turun pada setiap
tahunnya, hingga hanya mencapai sebesar 5%
pada tahun underwriting 2010.
Pada zona lain, rasio distribusi premi untuk tiap
tahun underwriting terlihat stabil. Seperti yang
terlihat pada tabel 1.3 berikut ini.
The premium distribution based on cresta zone
for the last last 5 underwriting years is centralized
in zone 3 (DKI Jakarta and West Java). The ratio
is growing from 45% in underwriting year 2006 to
55% in underwriting year 2010 with the average
of 50% each year. This is due to the cessions are
still in process.
While zone 3 is increasing, the decrease on the
other hand occurred on zone 6 (Kalimantan) on
both ratio and its earthquake gross premium.
Underwriting year data of 2006
–
2008 shows the
decrease, where gross premium for these
underwriting
years
remain
steady.
On
underwriting year 2006, this zone contributes
10%. This contribution ratio keeps decreasing
each underwriting year until only 5% contribution
ratio on underwriting year 2010.
On the other zones, premium distribution ratio for
each underwriting year seems consistent as
shown in table 1.3 below.
Gross Premium By Occupation
Dalam Miliar Rupiah
In Billion Rupiah
D.
Jumlah Risiko
Seiring dengan pertumbuhan jumlah premi bruto
yang terus meningkat, jumlah risiko asuransi
gempa bumi juga terus meningkat. Dari keempat
okupasi yang ada, peningkatan yang cukup
berarti terlihat pada okupasi residensial.
Tabel dibawah ini menyajikan jumlah risiko,
namun tidak termasuk risiko multilokasi yg tidak
lengkap datanya. Dimana kami kesulitan
memisahkannya untuk menjadi satu risiko.
Pertumbuhan gross premi yang terus meningkat
pada okupasi residensial, tampak pada tabel
diatas,
pertumbuhan
ini
diiringi
dengan
peningkatan jumlah risikonya. Baik itu di tahun
underwriting 2006, 2007, 2008 dan 2009.
D.
Number of Risks
The gross premium of earthquake insurance
grows as well as the number of earthquake risk.
The growth of gross premium in residential keeps
increasing as shown in the above table.
This following table shows earthquake number of
risks, excluding unidetified multi location risks. As
we see it is difficult to separate them into single
risk.
The gross premium grow is increasing on
residential occupation, as shown by the above
table. This growth is in line with the number of
risks on residential occupation in underwriting
year 2006, 2007, 2008 and 2009.
Peningkatan jumlah risiko juga dialami oleh
okupasi komersial, meskipun dilihat dari tingkat
pertumbuhan
pendapatan
premi
brutonya
tidaklah terlalu berubah banyak.
E.
Kontribusi Asuransi Gempa Bumi
Pertumbuhan yang dialami ekonomi Indonesia
juga tampak dari pertumbuhan industri asuransi,
baik itu asuransi jiwa maupun asuransi kerugian.
Dalam catatan terakhir yang dikeluarkan oleh
Biro Perasuransian Bapepam LK, dalam buku
Perasuransian
Indonesia
2009,
tercatat
penerimaan premi bruto asuransi di tahun 2009
meningkat
sebesar
17,9%
dari
tahun
sebelumnya menjadi Rp. 106,4 triliun. Rasio
antara premi bruto terhadap Produk Domestik
Bruto sebesar 1,9%.
Pada tahun 2009, Asuransi kerugian dan
reasuransi mencatat premi bruto sebesar Rp.
25.07 triliun, atau meningkat sebesar 6,08% dari
tahun 2008. Di lini usaha asuransi properti
sendiri pendapatan premi bruto tumbuh sebesar
4% menjadi Rp. 7,72 triliun.
Asuransi gempa bumi merupakan bagian dari
asuransi properti. Sebelumnya, asuransi gempa
bumi
hanyalah
merupakan
perluasan
(ekstension) atas polis asuransi properti, namun
sejak tahun 2007 telah ada Polis Standar
Asuransi Gempa Bumi Indonesia (PSAGBI) yang
memungkinkan asuransi gempa bumi ditutup
secara terpisah.
Dengan memproyeksi pendapatan premi bruto
asuransi gempa bumi untuk tahun 2009 dan
2010, maka rata-rata kontribusi asuransi gempa
bumi terhadap produk domistik bruto dalam lima
tahun
terakhir
adalah
sebesar
0,04%.
Sedangkan, kontribusi asuransi gempa bumi
terhadap penutupan asuransi property dalam
lima tahun terakhir adalah sebesar 27,54%. Atau,
dari tiga sampai empat penutupan asuransi
property terdapat satu penutupan asuransi
gempa bumi, baik itu yang hanya merupakan
The growth of number of risk also occurs in
commercial occupation, despite less change in
the premium.
E.
Earthquake Insurance Contribution
Indonesian economic growth is reflected on its
insurance industry
’s
growth. On last publications
of Indonesia Insurance 2009 issued by
Indonesian Insurance Bureau, the gross premium
for 2009 rose 17,9% to become Rp. 106,4 trillion.
The ratio of gross premium to gross domestic
product is about 1,9%.
In 2009, gross premium of general insurance and
reinsurance is Rp. 25,07 trillion, or increase for
6,08% from 2008. For property insurance itself,
the gross premium increases for 4% than
previous year and become Rp. 7,72 trillions.
Earthquake insurance is a part of property
insurance. At the beginning, earthquake
insurance is only an extension of property
insurance policy. Since 2007, there is Indonesian
Earthquake Insurance Standard Policy which
enables earthquake insurance policy to be
covered separately.
perluasan dari polis property maupun penutupan
yang berdiri sendiri.
Produk Domestik Bruto, Premi Bruto Asuransi
Property yang bersumber dari penutupan
langsung serta Premi Bruto Asuransi Gempa
Bumi selama 2006 hingga 2010, dapat dilihat di
tabel 1.5 berikut.
Seperti yang terlihat dari penyebaran asuransi
gempa bumi berdasarkan zona cresta, ternyata
cresta 3 adalah pusat dari penyebaran asuransi
gempa bumi di Indonesia. Jika dilihat per provinsi
maka Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat dan
Banten yang merupakan bagian dari cresta 3,
adalah pusat-pusat provinsi asuransi gempa
bumi. Dalam lima tahun terakhir,masing-masing
provinsi tersebut menyumbang rata-rata sebesar
20%,17% dan 10% dari total pendapatan premi
asuransi gempa bumi nasional. Diikuti oleh
Provinsi Jawa Timur yang mencatat kontribusi
sebesar rata-rata 14% dan Jawa Tengah dengan
kontribusi rata-rata sebesar 7%.
Di kepulauan Sumatera, Provinsi Riau, dengan
pendapatan premi yang besar dari industri gas,
minyak bumi serta kertas, mencatatkan diri
sebagai penyumbang terbesar premi asuransi
gempa bumi di kepulauan ini. Dengan kontribusi
sebesar 4,24%, diikuti oleh provinsi sumatera
Gross Domestic Product, gross property
premium income from direct business and
earthquake gross premium from 2006 to 2010
are shown in table 1.5 below:
As we can see the spread of the earthquake
insurance by cresta zone, cresta 3 is the central
spread of the Indonesian insurance. If we see the
insurance earthquake spread by province,
province of DKI Jakarta, West Java and Banten
(all are in cresta 3) are the central province of
earthquake insurance. Within the last five years,
each province contribute the average of
20%,17%, and 10% of total national earthquake
insurance premium. It is followed by province of
East Java which contributed the average of 14%,
and Central Java with the average of 7%.
In Sumatera Island, Riau Province with gross
premium income from oil, gas and pulp industries
is the biggest producer of earthquake gross
premium within this island. It contributes about
4,24%, followed by North Sumatera Province
3,68% ,South Sumatera 2,4% and Lampung
1,35%.
I n Billion I DR
Growth
I n Billion I DR
Growth
I n Billion I DR
Growth
2006
3,338,200
100%
5,377
100%
1,770
100%
utara 3,68%, sumatera selatan 2,4% dan
lampung 1,35%.
Dari Pulau Kalimantan, Provinsi Kalimantan
Timur
merupakan
penyumbang
terbesar
terhadap pendapatan premi asuransi gempa
bumi dengan rasio sebesar 5,49% diikuti oleh
Kalimantan tengah sebesar 1,52%.
Tabel 1.6 dibawah ini menyajikan kontribusi
pendapatan premi asuransi gempa bumi yang
dibagi berdasarkan provinsi, catatan per tanggal
31 Desember 2010.
In Kalimantan Island, province of East
Kalimantan is top producer with 5,49%
contribution. It is followed by Central Kalimantan
which contributes about 1,52%.
Premi Bruto Asuransi Gempa Bumi Berdasarkan Provinsi 2006 - 2010
Earthquake Gross Premium By Province 2006 - 2010
Tabel 1.6 / Table 1.6
Dari pengamatan saat ini untuk tiga tahun
underwriting, 2006,2007 dan 2008, diasumsikan
pertumbuhan premi di ketiga tahun underwriting
tersebut
tidak
akan
banyak
berubah.
Maka,meskipun tingkat penyebaran premi
asuransi gempa bumi tertinggi berada di provinsi
DKI Jakarta, dan Jawa Barat, ternyata jika dilihat
dari kontribusi asuransi gempa bumi terhadap
pendapatan domestik regional bruto, atau
penetrasi asuransi per provinsi, menunjukkan
bahwa kontribusi atau penetrasi tertinggi
asuransi gempa bumi terhadap pendapatan
regional masing-masing provinsi ada di provinsi
Sulawesi Tenggara. Berdasarkan laporan Biro
Pusat Statistik, produk regional bruto di provinsi
Sulawesi Tenggara pada tahun 2008 sebesar
Rp. 22.173.885 juta, dengan pendapatan gross
premi asuransi gempa bumi sebesar Rp. 36.385
juta. Rata-rata penetrasi asuransi gempa bumi
memberikan kontribusi pada tahun underwriting
2006, 2007, dan 2008 tersebut sebesar 0,20%.
Kehadiran sektor pertambangan di provinsi ini
memberikan kontribusi yang sangat besar
terhadap pendapatan premi bruto asuransi
gempa bumi pada provinsi ini. Meskipun
demikian, kontribusi asuransi gempa bumi
terhadap pendapatan regional domestik bruto
(penetrasi asuransi) di Provinsi DKI Jakarta, dan
Jawa Barat di tahun underwriting 2006, 2007 dan
2008 terbilang tinggi dan masih diatas rata-rata
rasio penetrasi secara nasional. Penetrasi
asuransi gempa bumi di provinsi DKI Jakarta
adalah sebesar 0,064%, di provinsi Jawa Barat
sebesar 0,056%
Provinsi yang memiliki rasio tertinggi kedua
setelah Sulawesi Tenggara adalah Provinsi
Banten dengan rata-rata rasio setiap tahun
underwriting sebesar 0,17%. Banyak industri
yang menopang pendapatan premi asuransi
gempa bumi di provinsi ini, seperti misalnya
industri baja, listrik, kimia dan lain-lain.
Jika pada provinsi Sulawesi Tengah sektor
pertambangan memberikan kontribusi yang
cukup besar terhadap pendapatan premi bruto
asuransi gempa bumi, maka pada Provinsi
Based on our recent observation on these three
underwriting year, 2006, 2007 and 2008, it is
assumed that the premium growth for those three
underwriting years do not change much.
Therefore, even though the highest level of
premium spread is in DKI Jakarta and West
Java, the highest contribution of earthquake
insurance penetration towards each regional
provincial income is in Southeast Sulawesi.
Based on the report of Statistic Centre Bureau,
gross regional product in Southeast Sulawesi in
2008 is Rp. 22.173.885 million with the gross
earthquake premium income of Rp. 36.385
million. The average earthquake insurance
penetration in underwriting year 2006, 2007 and
2008 is 0.20%. The existence of mining sectors
in this province gives big contribution to
earthquake gross premium income. However, the
earthquake insurance penetration toward gross
domestic
regional
income
(insurance
penetration)in DKI Jakarta and West Java in
The second highest earthquake insurance
penetration per province is Banten Province with
average ratio each underwriting year of 0.17%.
Many supporting industries contribute earthquake
insurance premium, such as steels, electrics,
chemicals and others.
Kalimantan Tengah, justru sektor perkebunan
dan kehutanan yang memberikan kontribusi yang
sangat signifikan dalam rasio pendapatan premi
bruto terhadap produk domestik bruto di provinsi
ini. Rata-rata rasio penetrasi pada provinsi ini
dalam tahun underwriting 2006, 2007 dan 2008
adalah 0,10%
Tingkat penetrasi asuransi gempa bumi di
Provinsi Bali juga terlihat cukup tinggi dan berada
diatas rata-rata nasional dengan tingkat rasio
0,08%
Jika melihat data pendapatan premi bruto tahun
underwriting 2009 dan 2010 yang telah
dilaporkan
dan
memproyeksi
pendapatan
regional bruto, kemudian dibangingkan dengan
rasio penetrasi di setiap provinsi pada tahun
sebelumnya, ada beberapa provinsi yang
menunjukkan pertumbuhan penetrasi asuransi
gempa bumi yang cukup tinggi, seperti Provinsi
Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara, meskipun
rasio penetrasi di kedua provinsi ini masih
dibawah rata-rata rasio penetrasi nasional. Pada
tahun underwriting 2006, 2007, 2008 tingkat
penetrasi di provinsi Sulawesi Barat hanyalah
sebesar 0,001%, 0,001%, 0,002% namun
kemudian rasio penetrasi ini naik secara
signifikan di tahun underwriting 2009, dan 2010
yang masih berjalan ini menjadi sebesar 0,008%
dan 0,005%.
Pertumbuhan yang cukup tinggi juga terjadi di
provinsi Bengkulu, dan D.I. Yogyakarta. pada
tahun underwriting 2006 penetrasi asuransi di
provinsi Prov D.I. Yogyakarta adalah sebesar
0,019%, rasio ini bergerak naik di tahun
underwriting 2007 dan 2008 menjadi sebesar
0,020%, 0,033%. Di tahun underwriting 2009 dan
2010, tingkat rasio penetrasi menunjukan
pertumbuhan yang tinggi mencapai 0,036% di
tahun underwriting 2009 dan 0,030% untuk tahun
underwriting 2010.
Untuk provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Barat
dari data tahun underwriting 2009 dan 2010 yang
premium income ratio toward Gross Domestic
Product of this province. The average penetration
ratio in this province for underwriting year
2006,2007 and 2008 is 0,10%.
Earthquake insurance penetration in Bali is also
high and above national average ratio with the
ratio of 0,08%.
Having seen data of gross premium income of
underwriting year 2009 and 2010 that are already
reported and by forecasting Gross Domestic
Regional Product, then comparing it to
penetration ratio of previous year for each
province, there are some provinces having
significant growth of earthquake insurance
penetration. These are West Sulawesi, and North
Sulawesi, eventhough penetration ratios for
these provinces are below average national
earthquake penetration. The penetration ratios
for underwriting year 2006, 2007 and 2008 are
0,001%, 0,001%, 0,002%. then for continuing
underwriting year 2009 and 2010, these
penetration ratios increase sharply to be 0,008%
and 0,005%.
A significant growth also occurs in Bengkulu and
D.I. Yogyakarta. By underwriting year 2006,
penetration ratio for D.I Yogyakarta is 0,019%.
This ratio increases for 0,020% and 0,033% in
underwriting year 2007 and 2008. For the
underwriting year 2009 and 2010, penetration
ratios show high development, 0,036% for
underwriting year 2009 and 0,030% for
underwriting year 2010.
telah masuk, menunjukkan rasio penetrasi tidak
akan banyak berubah.
Pada Provinsi gorontalo, peningkatan rasio
kontribusi asuransi gempa bumi terhadap produk
bruto mulai terjadi di tahun underwriting 2009.
Jika dilihat lebih lanjut pada data, bahwasannya
kenaikan ini bersifat semu. Karena disebabkan
pelaporan risiko multi lokasi yang dipusatkan di
provinsi ini.
Tabel 1.7 dibawah ini menyajikan penetrasi
asuransi gempa bumi berdasarkan provinsi, dan
peta 1.1 menunjukkan distribusi eksposure
Asuransi gempa bumi di Indonesia untuk tahun
underwriting 2010 berdasarkan provinsi, catatan
per tanggal 31 Desember 2010.
Jakarta, West Java, Central Java, East Java and
West Sumatera seem steady.
Gorontalo province also shows increasing
earthquake insurance penetration, especially in
underwriting year 2009. Having seen the data
further, this increase was apparently caused by
multi location risks that existed in this province.
This following table of 1.7 shows earthquake
insurance penetration per province, and map 1.1
shows
Indonesia
earthquake
exposure
2006
2007 **
2008 ***
2009 ****
2010 ****
2006
2007
2008
2009
2010
1 Nanggroe Aceh Darussalam
69,353,346
71,093,359
73,530,750
82,403,883
88,452,755
0.04%
0.04%
0.01%
0.01%
0.02%
2 Sumatera Utara
160,376,799
181,819,737
213,931,697
232,928,550
256,314,929
0.04%
0.04%
0.03%
0.03%
0.04%
3 Sumatera Barat
53,029,588
59,799,045
70,614,210
77,585,893
85,749,453
0.02%
0.02%
0.03%
0.02%
0.02%
4 Riau
167,068,189
210,002,560
276,400,130
299,934,573
339,463,680
0.06%
0.04%
0.03%
0.01%
0.01%
5 Jambi
26,061,774
32,076,677
39,665,532
43,339,241
48,533,725
0.02%
0.01%
0.01%
0.08%
0.01%
6 Sumatera Selatan
95,928,763
109,895,707
133,358,882
146,939,811
163,584,132
0.06%
0.05%
0.03%
0.03%
0.02%
7 Bengkulu
11,397,004
12,820,321
14,446,964
15,991,729
17,528,729
0.01%
0.02%
0.04%
0.03%
0.03%
8 Lampung
49,118,989
60,921,966
74,490,599
81,380,367
91,076,897
0.03%
0.03%
0.05%
0.04%
0.03%
9 Kepulauan Bangka Belitung
15,920,529
17,895,017
21,720,598
23,372,310
25,729,458
0.00%
0.00%
0.02%
0.02%
0.00%
10 Kepulauan Riau
46,216,076
51,826,272
58,585,996
63,232,026
68,686,054
0.03%
0.03%
0.03%
0.03%
0.02%
11 DKI Jakarta
501,584,807
566,449,360
677,445,240
731,887,199
805,522,853
0.07%
0.06%
0.06%
0.06%
0.04%
12 Jaw a Barat
473,187,293
526,608,765
602,420,555
678,672,459
751,752,301
0.06%
0.06%
0.06%
0.06%
0.04%
13 Jaw a Tengah
281,996,709
312,428,807
362,938,708
402,147,074
443,847,112
0.05%
0.05%
0.03%
0.02%
0.02%
14 DI. Yogy akarta
29,417,349
32,916,736
38,102,133
41,480,232
45,453,795
0.02%
0.02%
0.03%
0.04%
0.03%
15 Jaw a Timur
470,627,494
534,919,333
621,581,955
682,085,394
751,341,433
0.05%
0.05%
0.05%
0.04%
0.03%
16 Banten
97,867,273
107,499,652
122,497,457
133,373,504
145,417,975
0.17%
0.16%
0.16%
0.16%
0.18%
17 Bali
37,388,485
42,336,424
49,922,604
53,594,708
58,620,905
0.07%
0.08%
0.09%
0.10%
0.07%
18 Kalimantan Barat
37,714,997
42,478,601
48,414,405
52,226,786
56,820,535
0.00%
0.00%
0.01%
0.01%
0.00%
19 Kalimantan Tengah
24,480,038
27,920,072
32,350,804
35,318,378
38,822,232
0.08%
0.09%
0.14%
0.07%
0.03%
20 Kalimantan Selatan
34,670,494
39,438,767
45,515,623
48,675,356
52,937,342
0.01%
0.01%
0.01%
0.01%
0.01%
21 Kalimantan Timur
199,588,125
223,364,652
315,220,362
332,265,702
372,876,516
0.08%
0.06%
0.02%
0.02%
0.02%
22 Sulaw esi Utara
21,216,491
24,081,132
27,842,986
30,390,805
33,345,618
0.02%
0.02%
0.02%
0.04%
0.02%
23 Sulaw esi Tengah
19,310,255
22,757,593
28,151,502
30,186,785
33,449,383
0.01%
0.01%
0.01%
0.01%
0.00%
24 Sulaw esi Selatan
60,902,824
69,271,925
85,143,191
91,855,223
101,684,103
0.03%
0.03%
0.03%
0.03%
0.01%
25 Sulaw esi Tenggara
15,270,351
17,953,074
22,173,885
24,364,429
27,242,818
0.24%
0.19%
0.16%
0.04%
0.03%
26 Gorontalo
4,062,285
4,760,695
5,899,787
6,443,960
7,191,621
0.01%
0.01%
0.01%
0.25%
0.24%
27 Sulaw esi Barat
5,124,813
6,192,786
7,778,001
8,367,176
9,332,618
0.00%
0.00%
0.00%
0.01%
0.01%
28 Nusa Tenggara Barat
28,596,882
33,522,225
35,261,677
39,263,293
42,670,448
0.01%
0.01%
0.01%
0.01%
0.01%
29 Nusa Tenggara Timur
16,904,073
19,136,982
21,621,835
23,564,063
25,720,249
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
30 Maluku
5,079,837
5,698,799
6,269,710
6,804,755
7,361,854
0.02%
0.01%
0.01%
0.01%
0.02%
31 Maluku Utara
2,818,417
3,160,042
3,856,362
4,023,057
4,378,310
0.00%
0.02%
0.02%
0.01%
0.01%
32 Papua Barat
8,945,540
10,369,836
12,471,606
13,529,318
14,953,938
0.01%
0.01%
0.01%
0.01%
0.01%
33 Papua
46,895,229
55,380,453
54,733,628
66,557,481
73,712,140
0.03%
0.03%
0.01%
0.01%
0.00%
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku
Provinsi / Province
*) Biro Pusat Statistik
Gross Domistic Regional Bruto at Current Price
Penetrasi Asuransi Gempa Bumi
Earthquake Insurance Penetration
*) As at 31 Dec 2010
Dalam Jutaan Rupiah / In Million Rupiah
Penetrasi Asuransi Gempa Bumi Berdasarkan Provinsi 2006 - 2010
Earthquake Insurance Penetration By Province 2006 - 2010
**) Angka Sementara, Sumber BPS / Rough figures, source : BPS
***) Angka Sangat Sementara, Sumber BPS / Estimate figures, source : BPS
****) Angka Proyeksi / Projected Figures
F.
Pertumbuhan
Incurred Claim
Yang dimaksud
dengan “
Incurred claim
” adalah
klaim dibayar ditambah dengan klaim yang masih
dalam proses.
kota pariaman ini tidak hanya menimbulkan
korban jiwa, namun juga kerugian ekonomis
yang sangat besar.
Klaim yang terjadi dari kejadian gempa Pariaman
yang disebabkan oleh tumbukan patahan dekat
subduksi antara lempeng Australia dan lempeng
Sunda ini pun terus meningkat. Jika per tanggal
31 Desember 2009 klaim yang terjadi berjumlah
Rp. 835,38 milliar, maka per tanggal 31
Desember 2010 meningkat hampir dua kali lipat
menjadi sebesar Rp. 1.431,45 milliar.
Jika melihat tingkat kerugian yang ditimbulkan
terhadap risiko asuransi sejak PT. Asuransi
Maipark Indonesia terbentuk hingga tahun 2010
ini, klaim gempa Pariaman ini adalah yang
Jumlah kerugian ekonomi gempa pariaman,
seperti yang dilaporkan oleh wakil gubernur
Sumatera Barat berdasarkan verifikasi final
adalah sebesar Rp. 21.580 milliar. Hal ini berarti,
industri asuransi memberikan kontribusi atas
pemulihan ekonomi akibat gempa sebesar
6,67%. Sedangkan kontribusi asuransi gempa
terhadap pendapatan regional bruto diprovinsi ini
hanya
0,023%.
Rasio
ini
menunjukkan
bahwasannya asuransi merupakan alternative
F.
Growth of Incurred Claim
What is meant by “Claim
incurred
” is claim paid
plus claim outstanding which is still in process.
In this 2010, the claim payment for Pariaman
Incurred claim of Pariaman earthquake that
occurred as a result of oblige
–
trust faulting near
the subduction interface plate boundary between
the Australian and Sunda plates, increased. The
incurred claim as at December 31 2009 is Rp.
835,38 billions and increased almost twice to Rp.
1.431,45 billions on December 31 2010.
Insured loss of Pariaman earthquake is the
highest since PT. Asuransi Maipark Indonesia
firstly operated. As at December 31 2010, the
insured loss of Aceh earthquake and tsunami on
26 December 2004 is only Rp. 612 billions. Then,
Yogyakarta earthquake on 27 May 2006 caused
insured loss of Rp. 326,68 billions.
transfer risiko yang baik dalam manajemen risiko
bencana
Kerugian terbesar akibat gempa yang juga
dirasakan getarannya hingga Malaysia dan
Singapura ini, dialami oleh okupasi komersial
dengan jumlah kerugian yang dilaporkan sebesar
Rp. 1.262,69 milliar, atau 88% dari total klaim
yang terjadi. Diikuti oleh okupasi residensial
sebesar Rp. 83,87 milliar, okupasi Industri
sebesar Rp. 80,74 miliar. Sementara, kerugian di
okupasi agrikultural sebesar Rp. 4,16 milliar.
Grafik dibawah ini menunjukkan tingkat kerugian
yang dialami oleh okupasi akibat gempa
tersebut.
Besarnya kerugian yang diderita akibat gempa
ini, berpengaruh sangat besar terhadap rasio
klaim terhadap premi bruto untuk tahun
underwriting 2008 dan 2009. Per 31 Desember
2010, tingkat rasio klaim untuk tahun
underwriting 2008 adalah 24%. Sedangkan
tingkat rasio klaim untuk tahun underwriting 2009
adalah sebesar 59%
Indonesia yang secara tektonis tidak stabil, dan
dilalui oleh rangkaian gunung aktif didunia, cincin
api pacific, dimana lempeng Indo-Australia dan
lempeng pacific menghujam dibawah lempeng
Eurasia menyebabkan Indonesia sangat rawan
bencana. Gempa bumi, tsunami, letusan gunung
berapi dan bencana alam lainnya silih berganti
The biggest loss from Pariaman earthquake with
tremors felt in Malaysia and Singapore, occurred
on commercial occupation, with the amount of
incurred claim of Rp. 1.262,69 billions or 88% of
total damages. It is followed by residential
occupation that suffered Rp. 83,87 billions.
Reported damages for Industrial occupation is
Rp. 80,74 billions. While agricultural suffered only
Rp. 4,16 billions.
Tectonically, Indonesia is highly unstable. It lies
on Pacific Rings of Fire, a series of world active
volcanoes, where the Australian Plate and the
Pacific Plate are pushed under the Eurasia Plate
which causes Indonesia extremely vulnerable to
natural catastrophe. Earthquake, tsunami,
volcanic eruption, and other natural disasters hit
Incurred Claim
- Gempa Pariaman 30 September 2009
Incurred Claim - Pariaman Earthquake 30 September 2009
Grafik 1.3 / Graph 1.3
menghantam negara ini setiap tahunnya. Tidak
terkecuali di tahun 2010 ini.
Setelah kejadian berbagai bencana besar yang
menimpa Indonesia seperti Tsunami Aceh 26
Desember 2004, Gempa Yogyakarta 27 Mei
2006, dan Gempa Pariaman 30 September 2009.
Di tahun 2010, Indonesia dikejutkan oleh
berbagai letusan gunung api. Pada 26 Oktober
2010, Gunung Merapi yang terletak di utara kota
Yogyakarta ini meletus dan menyemburkan awan
panas hingga mencapai ketinggian 1,5 kilometer.
Menurut catatan, letusan ini adalah letusan
Merapi terbesar kedua dalam 100 tahun terakhir.
Letusan gunung berapi termuda dalam kumpulan
gunung berapi di bagian selatan pulau jawa ini
menyebabkan kerugian korban jiwa dan material
yang sangat besar.
Pada tahun ini juga, beberapa gunung api di
Indonesia
menunjukan
geliatnya.
Gunung
Sinabung di provinsi Sumatera Utara yang
meletus pada tanggal 29 Agustus 2010, serta
Gunung Bromo tanggal 26 November 2010.
Selain berbagai letusan gunung api, Indonesia
juga dilanda oleh beberapa kejadian gempa dan
tsunami. Tabel dan peta dibawah ini, menyajikan
beberapa kejadian bencana alam 2010 yang
Pariaman Earthquake September 30, 2009,
Indonesia was again shocked by volcanoes
eruptions in 2010. On October 26, 2010, Mount
Merapi, located on north of Yogyakarta, erupted,
exploded eruptive columns that reach up to 1,5
kilometres. This merapi eruption 2010 is the
second biggest eruption of Merapi within the last
100 Years. The eruption of Merapi, the youngest
volcano in a group of volcanoes in southern java,
caused fatalities and high material damages.
During this 2010, some of volcanoes in Indonesia
also erupted. Sinabung, at North Sumatera
province, erupted on August 29, 2010, while
Bromo erupted on November 26, 2010.
Besides volcanoes eruptions, Indonesia also
experienced other disasters, like tsunamis and
earthquakes. This following table and map show
reported disasters during 2010, as reported until
December 31, 2010.
Tanggal Peristiwa
Kerugian ( Dalam Rupiah )
Nama / Name
Jenis / Type
Date of Occurance
Loss ( In Rupiah )
Tabel dibawah ini menyajikan pertumbuhan klaim
dari semua event 2004
–
2010.
This following table shows claim development for
all claim events during period of 2004
–
2010.
Tanggal Peristiwa
Nama Jenis
Name Type 2008 2009 2010
Bali Earthquake 2-Jan-04 4,070,000
Padang Earthquake 16-Feb-04 12,402,600 12,402,600 12,402,600 Nabire Earthquake 26-Nov-04 3,299,345,206 3,299,345,206 3,299,345,206 Aceh Earthquake 26-Dec-04 612,226,619,221 612,531,185,533 612,287,806,833 Cilegon Earthquake 15-Jan-05 780,267,740 816,431,678 816,431,678 Ambon Earthquake 2-Mar-05 348,125,037 348,125,037 348,125,037 Nias Earthquake 28-Mar-05 2,608,811,120 1,149,513,632 1,149,513,632 Padang Earthquake 10-Apr-05 1,399,712,953 1,412,272,780 1,371,818,426
Sibolga Earthquake 95,000,000
T BA Earthquake 800,000,000
T anjung Karang Earthquake 12-May-06 33,575,300 33,575,300 33,575,300
Sibolga Earthquake 19-May-06 7,612,000 7,612,000
Yogyakarta Earthquake 27-May-06 255,920,900,053 336,432,968,532 326,381,385,819 Pangandaran Earthquake 17-Jul-06 2,418,989,460 2,428,124,860 2,428,124,860 Jakarta Earthquake 19-Jul-06 257,918,125 242,903,125 242,903,125 Wonosari Earthquake 22-Sep-06 97,589,358 97,589,358 97,589,358 Pandeglang Earthquake 24-Dec-06 16,477,760 16,477,760 16,477,760 Manado Earthquake 21-Jan-07 428,830,661 503,894,784 503,894,784 Padang Earthquake 6-Mar-07 47,672,720,251 44,471,563,444 43,776,563,444 Bukittingggi Earthquake 13-Mar-07 22,500,000 22,500,000 22,500,000
Cipanas Earthquake 27-Jul-07 36,699,006 36,699,006
Jakarta Earthquake 9-Aug-07 5,641,754,146 5,729,674,675 5,715,216,495 Carita Earthquake 10-Aug-07 14,271,971 14,271,971 14,271,971
Jakarta Earthquake 26-Aug-07 30,587,366 30,587,366
Bengkulu Earthquake 12-Sep-07 75,203,058,711 60,321,833,456 60,211,833,456 Denpasar Earthquake 8-Oct-07 32,543,000 82,035,138 82,035,138 Painan Earthquake 24-Oct-07 12,906,700 12,906,700 12,906,700
Dompu Earthquake 25-Nov-07 15,000,000 4,090,000 4,090,000
Manokwari Earthquake 7-Jan-08 1,922,050,000 1,073,890,300 1,073,890,300 Painan Earthquake 25-Feb-08 2,511,494,000 503,923,036 503,923,036 Benkulu Earthquake 3-Apr-08 50,000,000 50,000,000 50,000,000 Padang Earthquake 28-Jul-08 55,416,667 44,535,354 51,510,354 Pekat Earthquake 7-Aug-08 10,475,000,000 15,863,721,995 15,863,721,995
Padang Earthquake 8-Aug-08 57,192,354 57,192,354
Rababima Earthquake 28-Aug-08 450,000,000 358,349,490 358,349,490
Lahat Earthquake 9-Sep-08 974,500 974,500
Sukabumi Earthquake 10-Oct-08 115,000,000 115,000,000
Bandung Earthquake 11-Oct-08 15,000,000
Gorontalo Earthquake 17-Nov-08 821,873,750 559,100,686 705,152,986
Aceh Earthquake 21-Dec-08 53,980,575 53,980,575
T asikmalaya Earthquake 2-Sep-09 47,928,196,253 55,703,928,677
Nusa Dua Earthquake 19-Sep-09 921,078,296 1,138,978,532
Pariaman Earthquake 30-Sep-09 835,328,242,563 1,431,479,899,526
Kepahyang Earthquake 1-Oct-09 259,440,505 260,440,505
T BA Earthquake 9-Oct-09 101,000,000
Manokwari Earthquake 15-Oct-09 600,000,000
Ujung Kulon Earthquake 16-Oct-09 119,586,208 119,586,208
Bima Earthquake 9-Nov-09 30,610,000,000 31,362,616,361