• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH Pelestarian Batik Sebagai Warisan Budaya Di Kalangan Siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH Pelestarian Batik Sebagai Warisan Budaya Di Kalangan Siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH

2 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan

Disusun oleh: SURYANTI A220090071

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

PERSETUJUAN NASKAH PUBLIKASI

PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH

2 SURAKARTA

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

SURYANTI A220090071

Telah Disetujui untuk Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi

Pendidikan Kewarganegaraan

Pembimbing

(3)

PELESTARIAN BATIK SEBAGAI WARISAN BUDAYA DI KALANGAN SISWA SMA MUHAMMADIYAH

2 SURAKARTA

Suryanti, A220090071, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2013,xiv +50 halaman

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap batik sebagai warisan budaya, usaha-usaha yang dilakukan siswa dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya, dan kendala-kendala yang dialami siswa dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya. Metode penelitian ini yaitu studi kasus karena memfokuskan pada kasus tertentu. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Tanggapan siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta tentang batik sebagai warisan budaya bangsa siswa sangat bangga batik menjadi salah satu warisan budaya Indonesia, siswa menunjukkan kebanggaan terhadap batik dengan memakainya pada acara formal dan non formal karena dengan memakai batik bisa menaikkan derajat seseorang dan batik juga merupakan identitas orang Indonesia selain itu siswa juga belajar membatik sendiri dirumah. Siswa mengetahui tentang batik yaitu merupakan salah satu karya seni yang menjadi warisan budaya Indonesia, tentang sejarah batik merupakan peninggalan dari nenek moyang yang berkembang sampai sekarang, jenis batik ada dua yaitu batik cap dan tulis. Siswa bangga memakai batik dan siswa juga tertarik melestarikan batik sebagai warisan budaya; 2) Usaha-usaha siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa adalah dengan belajar membatik, mencintai warisan budaya batik, memakai batik, ikut pameran batik, dan tidak malu memakai batik; 3) Kendala-kendala siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa antara lain yaitu gengsi karena sering ditertawakan, kalah saing dengan budaya asing yang telah mendominasi, kurangnya pengetahuan tentang batik sehingga menggangap batik itu kuno dan kalah dengan pakaian modern.

Kata Kunci: Pelestarian, Batik, Warisan Budaya

Surakarta, Mei 2013 Penulis

(4)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai tingkat sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Pembelajaran kepada siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta melalui pendidikan seni dan budaya saat ini merupakan salah satu upaya agar terealisasinya generasi yang sadar akan warisan budaya. Pentingnya pendidikan seni dalam masyarakat multikultural dikembangkan adalah pertama, berfungsi sebgai sarana efektif untuk memecahkan persoalan konflik. Kedua, sebagai saran untuk mengenalkan budaya kepada siswa agar tidak tercabut dari akar budayanya. Jangan sampai anak bangsa tercabut dari akar budayanya sendiri, untuk itu pendidikan harus segera tanggap dan melaksanakan pembelajaran berbasis budaya sendiri.

Siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta tidak hanya mengedepankan tekhnologi, tetapi juga masih melestarikan kebudayan terutama kebudayaan batik. Mereka belajar membatik tidak hanya di kain, tetapi juga belajar membatik di topeng, sandal, dan pot bunga. Kebudayaan merupakan warisan negara yang sepatutnya dilestarikan dan dijunjung tinggi keberadaannya. Sekarang setiap orang merasa bangga memakai batik, semua saja tidak hanya yang tua tetapi juga yang muda. Batik memang sudah ada sejak lama di Indonesia, tetapi menjadi bertambah populer ketika United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO) memberikan pengakuan dan mengesahkan secara resmi

Batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia pada tanggal 2 Oktober 2009 dan tanggal tersebut dijadikan sebagai Hari Batik.

(5)

Batik Indonesia dikagumi oleh bangsa lain, bukan hanya prosesnya yang rumit, membutuhkan ketekunan dan waktu yang lama, tetapi corak atau motifnya sangat halus. Salah satu unsur kebudayaan Indonesia seni adalah batik. Batik dikenal, dipakai oleh nenek moyang kita hingga generasi bangsa Indonesia sekarang. Unsur kebudayaan batik telah menempuh perjalanan sejarah yang panjang dengan suka dan dukanya.

Belajar dari batik, walau setiap daerah memiliki kekhasannya sendiri tetapi bisa disatukan dengan batik. Karena walau berbeda corak, motif atau warna tetapi dapat disatukan dengan kesamaan yang bernama batik. Hal tersebut membuat batik Indonesia menjadi lebih indah dengan keberagamannya, seperti halnya sebuah batik yang terlihat indah dengan warna-warni dan motif yang beragam. Semua orang bisa menikmati dan mengapresiasi batik sebagai budaya daerah yang menjadi warisan budaya bangsa dengan rasa bangga dan saling menghargai. Batik merupakan salah satu pusaka budaya. Nilai budaya yang terkandung dalam batik mencerminkan tingginya nilai seni yang dimiliki bangsa ini. Batik merupakan produk budaya unggulan.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap batik sebagai warisan budaya, usaha-usaha siswa dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya, dan kendala-kendala siswa dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta.

METODE PENELITIAN

Tempat dan waktu penelitian. Tempat penelitian ini SMA Muhammadiyah 2 Surakarta. Waktu pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama empat bulan yaitu mulai bulan Januari 2013 sampai bulan April 2013.

(6)

Strategi Penelitian. Strategi penelitian ini adalah sudi kasus, karena kesimpulannya hanya berlaku untuk kasus ini saja yaitu pelestarian batik sebagai warisan budaya dikalangan siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta. Menurut Surakhmad (1990:143) “studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselidiki dari suatu unit (atau satu kesatuan unit) yang dipandang sebagai kasus”. Studi kasus dalam penelitian ini di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta.

Teknik Pengumpulan Data. Maryadi dkk. (2011: 14), menyatakan bahwa teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang digunakan adalah teknik yang memungkinkan diperoleh data detail dengan waktu yang relatif lama, misalnya wawancara mendalam, observasi langsung (partisipatif maupun non partisipasif), serta mencatat arsip dan dokumen. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi. Menurut Menurut Tanzeh (2011:88), menyatakan bahwa “pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut”. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi mengenai pelestarian batik sebagai warisan budaya di kalangan siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta.

b. Wawancara. Menurut Esterberg (2002) sebagaimana yang dikutip Sugiyono (2007:231), “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan tidak terstruktur mengenai tanggapan siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta tentang batik sebagai warisan budaya, usaha-usaha siswa SMA Muhaamdiyah 2 Surakarta dalam melestaraikan batik sebagai warisan budaya, kendala-kendala siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta.

(7)

berlalu mengenai mengenai tanggapan siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta tentang batik sebagai warisan budaya, usaha-usaha siswa SMA Muhaamdiyah 2 Surakarta dalam melestaraikan batik sebagai warisan budaya, kendala-kendala siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta.

Instrumen pengumpulan Data. Sugiyono (2007: 222), menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitataif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun longistiknya.

HASIL PENELITIAN

1. Tanggapan siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta tentang batik sebagai warisan budaya

Tanggapan siswa tentang batik sebagai warisan budaya bermacam-macam. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa A yang bernama Dhanu Saputra mengemukakan bahwa “Batik itu karya seni budaya Indonesia dan juga merupakan budaya cerminan orang solo. Kalau sejarahnya batik itu merupakan peninggalan nenek moyang kita atau dari kerajaan, dan jenis batik itu ada dua yaitu batik tulis dan batik cap. Tanggapan saya mengenai batik sebagai warisan budaya adalah senang dan bangga karena batik hanya milik Indonesia, dan saya bangga memakainya karena sekarang sudah beragam modelnya dan saya tertarik untuk melestarikan batik agar tidak direbut lagi oleh negara lain”. Kemudian hasil wawancara dengan siswa B yang bernama Ika Agustina mengemukakan bahwa:

(8)

merupakan identitas orang Indonesia, sebagai warga negara Indonesia dengan adanya batik ada yang bisa dibanggakan dari Indonesia sendiri. Selain wawancara dengan siswa A dan B, peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta yang lain. Berdasarkan hasil observasi peneliti pada bulan Februari tanggal 2013 dapat disimpulkan mengenai tanggapan siswa terhadap batik sebagai warisan budaya antara lain meliputi: Siswa bangga memakai batik dan siswa juga tertarik melestarikan batik sebagai warisan budaya

2. Usaha-usaha siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya

Usaha melestarikan batik sebagai warisan budaya adalah salah satu cara warga negara mencinta budayanya sendiri. Berdasarkan wawancara dengan siswa SMA Muhammadiyah 2 Surkarta pada hari Selasa tanggal 12 Februari 2013, siswa A yang bernama Dhanu Saputra mengemukakan bahwa:

Peranan siswa dalam melestarikan batik adalah dengan belajar membatik tidak hanya di kain tetapi juga di topeng, sandal teklek dan kentongan, mencintai produk dalam negeri, dan memakai batik. Cara yang dilakukan untuk melestarikan batik dengan ikut pameran batik, kalau dari SMA Muhammadiyah 2 Surakarta pernah ikut pameran batik di Manahan dan Ngarsopuro. Dalam lingkungan formal maupun informal tidak malu memakai batik.

Selanjutnya wawancara dengan siswa C yang bernama Sri Lestari mengemukakan bahwa “Peranan siswa dalam melestarikan batik dengan mengapresiasikan batik melalui ikut pameran batik. Cara yang dilakukan untuk melestarikan batik yaitu dengan belajar membatik sendiri dirumah, dengan ikut kegiatan ekstrakurikuler membatik di sekolah. Tidak malu memakai batik dalam lingkungan formal maupun informal”.

(9)

3. Kendala-kendala siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa

Banyak sekali kendala yang dialami siswa dalam melestarikan batik sebagai warisan budya, karena sekarang sudah zaman yang maju dan lebih modern. Berikut hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta pada hari Selasa tanggal 12 Februari 2013 dengan siswa A yang bernama Dhanu Saputra mengemukakan bahwa “Kendala yang dialami dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya adalah sering ditertawakan teman kalau memakai batik karena tidak gaul zaman sekarang. Solusi yang dilakukan siswa dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya memberi pengertian kepada teman bahwa batik itu tidak kampungan atau kuno dan mengajak teman memakai batik”.

Selanjutnya hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa C yang bernama Sri Lestari mengemukakan bahwa:

Kendala yang dialami dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya adalah kurangnya pengetahuan tentang batik. Batik dianggap kuno apalagi oleh para remaja, mereka menganggap yang memeakai batik hanyalah orang tua. Batik kalah saing dengan pakaian modern. Solusi yang dilakukan untuk melestraikan batik adalah dengan belajar membatik kemudian baju batik dengan model yang hamper sama dengan pakaian modern tetapi dengan bahan kain batik sehingga semua orang tertarik untuk memakainya.

Beberapa tekhnik pengumpulan data tersebut dapat dirumuskan bahwa kendala-kendala dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya adalah gengsi karena sering ditertawakan, kalah saing dengan budaya asing yang telah mendominasi, dan kurangnya pengetahuan tentang batik sehingga menganggap batik itu kuno dan kalah saing dengan pakaian modern.

SIMPULAN

(10)

bisa menaikkan derajat seseorang dan batik juga merupakan identitas orang Indonesia selain itu siswa juga belajar membatik sendiri dirumah. Siswa mengetahui tentang batik yaitu merupakan salah satu karya seni yang menjadi warisan budaya Indonesia, tentang sejarah batik merupakan peninggalan dari nenek moyang yang berkembang sampai sekarang, jenis batik ada dua yaitu batik cap dan tulis. Siswa bangga memakai batik dan siswa juga tertarik melestarikan batik sebagai warisan budaya.

2. Usaha-usaha siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa adalah dengan belajar membatik, mencintai warisan budaya batik, memakai batik, ikut pameran batik, dan tidak malu memakai batik.

3. Kendala-kendala siswa SMA Muhammadiyah 2 Surakarta dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa antara lain yaitu gengsi karena sering ditertawakan, kalah saing dengan budaya asing yang telah mendominasi, kurangnya pengetahuan tentang batik sehingga menggangap batik itu kuno dan kalah dengan pakaian modern.

DAFTAR PUSTAKA

Maryadi, dkk. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta: BP-FKIP UMS Moleong, Lexy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Surakhmad, Winarno. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Bandung: Tarsito

Tanzeh, Ahmad.2011. Metode Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras

Referensi

Dokumen terkait

Apabila terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan maupun konten dari makalah ini saya berharap untuk memaklumi karena saya masih dalam

mendukung pemberontakan yang keras; d) “manusia baru” menebus dirinya sendiri (menjadi juruselamat bagi dirinya sendiri). Teologi Pembebasan juga menerapkan sepuluh

1) Hasil observasi siklus I pertemuan pertama adalah aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran model Make A Match dengan media gambar menunjukkan bahwa:

 Membuat resume ( CREATIVITY ) dengan bimbingan guru tentang point- point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi yang baru dilakukan... 

bahkan merasa ketidakpuasan saat melakukan pekerjaannya sehingga terjadi penurunan produktivitas kerja, terutama pada bagian gudang pecah belah yang menunjukkan

Parameter yang diteliti adalah pengaruh penggunaan cold formed steel, cold formed steel ditambah shear connector dibandingkan dengan penggunaan tulangan baja

Berdasarkan data yang diperoleh dari proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Compocition (CIRC) pada mata pelajaran

Bahwa dalam rangka kelancaran proses belajar mengajar Program S-l P.IKR, pKO dan IKORA Bersubsidi FIK LINY perlu ditetapkan nama Dosen Pengajar dan Penguji mata kuliah Fakulter