• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW (THINK TALK WRITE).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW (THINK TALK WRITE)."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA SMP DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TTW (

THINK TALK WRITE

)

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

N U R L A I L I NPM : 809171033

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA SMP DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TTW (

THINK TALK WRITE

)

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh

N U R L A I L I NPM : 809171033

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

i

ABSTRAK

NURLAILI. Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW (Think Talk Write).

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, (2) mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan jenis kelamin terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa, (3) mengetahui peningkatan pemecahan masalah matematis siswa, dan (4) mengetahui interaksi antara pembelajaran dengan jenis kelamin terhadap pemecahan masalah matematis siswa. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Dolok Batu Nanggar Tahun Pelajaran 2011/2012. Sebagai sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-B berjumlah 32 orang untuk kelas kontrol dan VII-C berjumlah 32 orang untuk kelas eksperimen yang dilakukan secara random. Penelitian dilakukan pada semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan desain faktorial 2 x 2, teknik analisis data menggunakan analisis varians dua jalur (Anava). Tes hasil kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa menggunakan tes berbentuk essay masing-masing sebanyak 5 butir soal.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: (1) Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan pembelajaran biasa. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung > Ftabel yakni 10,307 > 4,00

pada taraf signifikan α = 0,05. (2) Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan jenis kelamin terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung > Ftabel yakni 6,392 > 2,76 pada taraf signifikan α = 0,05.

(3) Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dibandingkan siswa yang menggunakan pembelajaran biasa. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung > Ftabel

yakni 10,867 > 4,00 pada taraf signifikan α = 0,05. (4) Terdapat interaksi antara pembelajaran dengan jenis kelamin terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal ini ditunjukkan oleh Fhitung > Ftabel yakni 3,410 > 2,76 pada

taraf signifikan α = 0,05. Uji lanjut menggunakan uji Schffe yang membuktikan bahwa siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe TTW memperoleh hasil belajar lebih baik dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan strategi pembelajaran biasa. Berdasarkan penemuan ini, maka peneliti menyarankan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TTW dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa, sehingga dapat dijadikan masukan bagi guru dan kepala sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efek

(8)

ii

ABSTRACT

NURLAILI. Improved Communication Skills and Problem Solving Mathematical Students Using Cooperative Learning SMP Type TTW (Think Talk Write).

This study aims to: (1) determine students 'mathematical communication skills enhancement, (2) to study the interaction between the sexes mathematical communication skills of students, (3) determine students' mathematical problem solving improvement, and (4) determine the interaction between learning gender on students' mathematical problem solving. The experiment was conducted at SMP Negeri 1 Dolok Stone Nanggar Academic Year 2011/2012. As the samples in this study were students of class VII-B are 32 people for classes VII-C control and totaled 32 people for the class of experiments carried out at random. The study was conducted in the second semester of academic year 2011/2012. The research method used was quasi experiment with 2 x 2 factorial design, data analysis techniques using two lines of analysis of variance (Anova). The test results communication skills and mathematical problem solving of students use the essay form tests each matter as much as 5 grains.

The results of hypothesis testing showed that: (1) Increased mathematical communication skills of students using cooperative learning TTW type better than

students who use ordinary learning. This is shown by Fhitung > Ftable is

10.307 > 4.00 at significant level α = 0.05. (2) There is interaction between learning the gender of the students' mathematical communication skills. This is shown by Fhitung > Ftable is 6.392 > 2.76 at significant level α = 0.05. (3) The

increase in mathematical problem-solving skills of students using cooperative learning TTW type better than students who use ordinary learning. This is shown by Fhitung > Ftable is 10.867 > 4.00 at significant level α = 0.05. (4) There is

interaction between learning the gender of the students' mathematical problem solving ability. This is shown by Fhitung > Ftable is 3.410 > 2.76 at significant level

α = 0.05. Schffe further test using a test that proves that students who dibelajarkan

(9)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat

dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam proses

penyelesaian tesis ini, penulis banyak menghadapi kendala dan keterbatasan,

berkat izin Allah SWT dan arahan, bimbingan, serta motivasi dosen pembimbing

dan narasumber, serta rekan-rekan mahasiswa pascasarjana akhirnya penulisan

tesis ini dapat diselesaikan. Semoga bantuan yang diberikan menjadi amal ibadah

bagi mereka dan mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas

Negeri Medan, Bapak Prof. Dr.Abdul Muin Sibuea,M.Pd selaku Direktur

Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta semua staf yang telah

memberikan fasilitas dan pelayanan administrasi dengan baik.

2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Ketua Program Studi, Bapak

Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

Matematika Bapak Dapot Tua Manullang,M.Si selaku staf Program Studi

Pendidikan Matematika yang telah banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

3. Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku pembimbing I dan Bapak Prof. Dr.

Asmin, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan

(10)

iv

4. Bapak Prof. Dr.Sahat Saragih, M.Pd, Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd, dan

Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku narasumber yang telah memberikan saran dan

kritik membangun untuk menjadikan tesis ini lebih baik, serta seluruh Bapak

dan Ibu dosen di lingkungan Program Studi pendidikan matematika yang telah

banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna bagi penulis.

5. Ibu Arimbi, S.Pd., M.Pd selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Dolok Batu

Nanggar, yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan

penelitian di sekolah yang beliau pimpin, termasuk pemanfaatan sarana dan

prasarana sekolah, serta guru-guru dan staf administrasi sekolah yang telah

banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

6. Khususnya kepada Ibunda tersayang Dra. Hj. Dahlina (alm) dan ayahanda

Drs.H.Ahmad Effendi (alm) yang telah mendahului kita semua dalam masa

hidupnya selalu mengingatkan untuk mencari ilmu sampai akhir hayat, kepada

Suami tercinta Sugiar, S.P dengan penuh kesabaran selalu memberi motivasi,

dalam menyelesaikan perkuliahan dan tesis ini, kedua ananda tersayang

Mhd.Ikhsan dan Suhaimah yang menjadi semangat dalam penulisan tesis,

semoga ananda tercinta menjadi anak soleh serta mengikuti jejak Ibunda dalam

menuntut ilmu. Terutama kakanda tersayang Maryam, S.E., M.Pd dan abangda

Lahmuddin Harahap, S.H., M. HUM yang telah banyak memberikan

dukungan moral dan material serta motivasi dari awal perkuliahan hingga

selesainya tesis ini, penulis mendoakan semoga semua kebaikan mereka

dibalas oleh Allah SWT, juga kepada kakanda Nuradliani, S.Pd, adinda

(11)

v

7. Rekan-rekan seperjuangan khususnya mahasiswa PPs Prodi pendidikan

Matematika Sari Afriana, Feri Tiona, Dinda Putri, Khairunnisa, Siti Khoiroyah,

Sakinah, Siti Lisiani juga kepada rekan Erwin dan lain-lain yang tidak dapat

disebutkan namanya satu persatu oleh penulis yang telah banyak memberikan

motivasi maupun konstribusi dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dari

tesis ini. Untuk itu penulis mengharapkan sumbangan pemikiran maupun kritik

demi kesempurnaannya. Terlepas dari kelemahan dan kekurangan yang ada,

semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan pendidikan dimasa kini dan yang

akan datang. Amin.

Medan, November 2012

Penulis,

Nurlaili

(12)

vi

(13)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 77

4.1.1 Deskripsi Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 78

4.1.2 Deskripsi Data Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 86

4.1.3 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 94

4.1.4 Pengujian Hipotesis ... 95

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 101

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 106

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 108

5.2. Implikasi ... 109

5.3. Saran ... 111

(14)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Rapor Semester Ganjil T.P 2010/2011 ... 12

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Dengan Strategi TTW ... 39

Tabel 2.2 Sintaks Pembelajaran Biasa ... 43

Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VII SMPN 1 Dolok Batu Nanggar ... 56

Tabel 3.2 Randomized Control-Group Pree Test-Post Test Design ... 57

Tabel 3.3 Keterkaitan Variabel ... 58

Tabel 3.4 Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 61

Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 62

Tabel 3.6 Indikator Pemecahan Masalah Matematis ... 63

Tabel 3.7 Skor Alternatif Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 63

Tabel 3.8 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 64

Tabel 4.4 Hasil Ujicoba Instrumen Kemampuan Komunikasi Matematis ... 68

Tabel 4.5 Hasil Ujicoba Instrumen Pemecahan Masalah Matematis ... 68

Tabel 4.1 Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77

Deskripsi Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW ... 78

Deskripsi Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 79

Deskripsi Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW Jenis Kelamin Pria ... 81

Deskripsi Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW Jenis Kelamin Wanita ... 82

Deskripsi Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Biasa Jenis Kelamin Pria ... 83

Deskripsi Data Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Biasa Jenis Kelamin Wanita ... 85

Deskripsi Data Hasil Pemecahan Masalah Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW ... 86

Deskripsi Data Hasil Pemecahan Masalah Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 87

Deskripsi Data Hasil Pemecahan Masalah Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW Jenis Kelamin Pria ... 89

Deskripsi Data Hasil Pemecahan Masalah Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW Jenis Kelamin Wanita ... 90

Deskripsi Data Hasil Pemecahan Masalah Matematis Siswa Menggunakan Pembelajaran Biasa Jenis Kelamin Pria ... 91

(15)

vii

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Data ... 94 Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Data ... 95

Anova Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Diajarkan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dan Pembelajaran Biasa ... 96 Anova Interaksi Antara Pembelajaran Dengan Jenis Kelamin Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 96 Ringkasan Hasil Perhitungan Ujia Scheffe Untuk Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 97 Anova Hasil Pemecahan Masalah Matematis Siswa Diajarkan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW dan Pembelajaran Biasa ... 99 Anova Interaksi Antara Pembelajaran Dengan Jenis Kelamin Terhadap Pemecahan Masalah Matematis Siswa... 99 Ringkasan Hasil Perhitungan Ujia Scheffe Untuk Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 100 Tabel 4.22 Peningkatan Kemampuan Komunikas Matematis Siswa ... 103

Peningkatan Interaksi Antara Pembelajaran Dengan Jenis Kelamin Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 104 Tabel 4.24 Peningkatan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 105

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Keterkaitan Antara Pemahaman Dengan Aspek Komunikasi ... 26 Gambar 2.2 Desain Pembelajaran Dengan TTW ... 38 Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian ... 71

Diagram Histogram Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa yang Diajarkan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW ... 79 Diagram Histogram Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa Menggunakan Pembelajaran Biasa ... 80 Diagram Histogram Hasil Kemampuan Komunikasi Matematis

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang

cepat di luar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh

dunia pendidikan. Jika praktek-praktek pengajaran dan pendidikan di Indonesia

tidak diubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan oleh negara-negara lain. Pada

abad 21 ini praktek-praktek pembelajaran di sekolah-sekolah perlu diperbaharui.

Peranan dunia pendidikan dalam mempersiapkan anak didik agar optimal dalam

kehidupan bermasyarakat, maka proses dan model pembelajaran yang efektif

perlu ditemukan dan terus dilakukan. Upaya pembaharuan proses tersebut terletak

pada tanggung jawab guru, bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat

dipahami oleh anak didiknya secara benar. Dengan demikian, proses pembelajaran

ditentukan sampai sejauh mana guru dapat menggunakan metode dan model

pembelajaran yang baik. Banyak berbagai macam model pembelajaran yang

digunakan di sekolah-sekolah untuk meningkatkan mutu pengajaran yang baik

sehingga hasil pembelajaran yang diinginkan tercapai. Setiap model pembelajaran

sangat ditentukan oleh tujuan pembelajaran dan kemampuan guru dalam

mengelola proses pengajaran.

Pelajaran matematika merupakan mata pelajaran pokok dalam setiap

jenjang pendidikan. Selain itu, matematika sebagai ilmu dasar mempunyai

peranan penting dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Melihat pentingnya

(18)

2

matematika dan peranannya dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan persaingan

global, maka peningkatan mutu pendidikan matematika disemua jenis dan jenjang

pendidikan harus selalu diupayakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan

matematika telah banyak dilakukan pemerintah. Salah satunya dengan

memperbaiki kurikulum 1994 dengan mengembangkan Kurikulum 2004 dan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Pada KTSP dijelaskan

bahwa, pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: (1)

memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,

melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti

atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4)

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yang memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah (Depdiknas, 2006).

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa komunikasi sangat

berperan dalam pembelajaran matematika. Dengan komunikasi, siswa dapat

menjelaskan atau menyampaikan ide-ide dan konsep-konsep matematika,

(19)

3

akhirnya dapat membawa siswa pada pemahaman yang lebih mendalam tentang

konsep matematika yang telah dipelajari. Namun, pada kenyataannya guru selalu

mendominasi pembelajaran dan strategi pembelajaran yang klasikal telah menjadi

budaya. Guru menganggap matematika sebagai bahan siap jadi untuk diberikan

kepada siswa sehingga pembelajaran bermakna yang seharusnya diperoleh dari

matematika tidak ada.

Selain itu, kemampuan pemecahan masalah dalam matematika perlu

dilatih dan dibiasakan kepada siswa sedini mungkin. Kemampuan ini sebagai

bekal dalam memecahkan masalah matematika dan masalah yang ditemukan

dalam kehidupan sehari-hari. Seiring dengan hal itu, komunikasi dan pemecahan

masalah, daya nalar yang disertai sikap positif terhadap life skill menjadi sangat

penting sebanding dengan pentingnya kehadiran IPTEK di tengah kehidupan.

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya maupun aspek

penalarannya, mempunyai peranan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan

teknologi. Untuk itu, matematika perlu difungsikan sebagai wahana untuk

menumbuhkembangkan kecerdasan, kemampuan, keterampilan serta untuk

membentuk kepribadian siswa. Namun isu gender akhir-akhir ini yang semakin

ramai dibicarakan juga mempengaruhi terhadap kemampuan siswa. Menurut

penelitian para antropolog, masyarakat primitif, menganut pola keibuan (maternal

system), perempuan lebih dominan daripada laki-laki di dalam pembentukan suku

dan ikatan kekeluargaan, pada masa kini terjadi keadilan sosial dan kesetaraan

gender. Penelitian terbaru menunjukkan perbedaan yang signifikan yang tersisa

(20)

4

namun laki-laki terus tampil di tingkat yang lebih tinggi berkaitan dengan ilmu

pengetahuan. Analisis hasil mengungkapkan bahwa laki-laki mengungguli

perempuan dalam prestasi sains (Nasaruddin Umar, 2007). Kemudian dalam

pengelompokan karakteristik yang berhubungan dengan perbedaan jenis kelamin

dalam hal kemampuan matematika bahwa mulai masa remaja anak laki-laki lebih

unggul dibandingkan anak perempuan dalam tes mathematical reasoning.

Perbedaan paling besar terjadi pada murid-murid dengan prestasi tinggi lebih

banyak jumlah anak laki-laki yang nilainya baik dalam matematika (menurut

Laura E. Berk). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan antara laki-laki dan

perempuan berbeda. Berkaitan dengan hal tersebut mutu pendidikan di Indonesia

terutama dalam mata pelajaran matematika masih rendah.

Rendahnya nilai matematika siswa harus ditinjau dari lima aspek

pembelajaran umum matematika yang dirumuskan oleh National Council of

TeachesrsofMathematic (NCTM: 2000):

“Menggariskan peserta didik harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Untuk mewujudkan hal itu, pembelajaran matematika dirumuskan lima tujuan umum yaitu: pertama, belajar untuk berkomunikasi; kedua, belajar untuk bernalar; ketiga, belajar untuk memecahkan masalah; keempat, belajar untuk mengaitkan ide; kelima, pembentukan sikap positif terhadap matematika”.

Sementara itu Pemerintah menggunakan Ujian Nasional (UN) sebagai

instrumen evaluasi hasil pembelajaran. Ujian Nasional adalah kegiatan

pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah. Ujian ini bertujuan untuk mengukur kompetensi

(21)

5

pengetahuan dan teknologi. Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu

pertimbangan untuk pemetaan mutu pendidikan, seleksi masuk jenjang

pendidikan berikutnya, serta sebagai penentuan kelulusan siswa. Ujian Nasional

(UN) adalah instrumen pengukur standar kompetensi lulusan dari segi aspek

kognitif. Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, UN hanya melakukan

evaluasi terhadap peserta didik. Padahal, menurut pasal 57 ayat 2 UU sisdiknas,

mutu pendidikan seharusnya didasarkan pada evaluasi yang mencakup peserta

didik, lembaga, dan program pendidikan.

Salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional yaitu

matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Beberapa tahun belakangan ini

prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matemátika cukup memprihatinkan,

terlebih-lebih jika kita melihat Nilai UN murni (NEM) Matemátika, baik di

tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) ataupun Sekolah

Menengah Atas (SMA) selalu saja menduduki tempat yang paling bawah dari

semua mata pelajaran yang di UNkan. Mata pelajaran Matematika perlu

diberikan kepada semua peserta didik mulai dari tingkat sekolah dasar untuk

membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan

agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,

(22)

6

Untuk tampil unggul pada keadaan yang selalu berubah dan kompetitif ini,

kita perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelola informasi,

kemampuan untuk dapat berpikir secara kritis, sistematis, logis, kreatif, dan

kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir

seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena

matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar konsepnya

sehingga memungkinkan siapapun yang mempelajarinya terampil berpikir

rasional. Kemampuan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan baik dalam

permasalahan matematika maupun permasalahan dalam kehidupan nyata

merupakan kemampuan daya matematis (mathematical power). Oleh karena itu,

bagaimana pembelajaran matematika dilaksanakan sehingga dapat

menumbuhkembangkan daya matematis siswa. Istilah “daya matematis” tidak

tercantum secara eksplisit dalam kurikulum pembelajaran matematika di

Indonesia, namun tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum di Indonesia

menyiratkan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai yaitu: (1) Kemampuan

pemecahan masalah (problem solving), (2) Kemampuan berargumentasi

(reasonning), (3) Kemampuan berkomunikasi (communication), (4) Kemampuan

membuat koneksi (connection), dan (5) Kemampuan representasi

(representation). Kelima hal tersebut oleh NCTM (1999) dikenal dengan istilah

standar proses daya matematis (mathematical power process standards). Daya

matematis didefinisikan oleh NCTM (1999) sebagai: “Mathematical power

includes the ability to explore, conjecture, and reason logically; to solve

(23)

7

connect ideas within mathematics and between mathematics and other intellectual

activity”.

Lebih lanjut selain kemampuan untuk menggali, menyusun konjektur,

dan membuat alasan-alasan secara logis; untuk memecahkan masalah non rutin;

untuk berkomunikasi mengenai dan melalui matematika; dan untuk

menghubungkan berbagai ide-ide dalam matematika dan diantara matematika dan

aktivitas intelektual lainnya. Daya matematis juga meliputi pengembangan

kepercayaan diri dan disposisi untuk mencari, mengevaluasi, dan menggunakan

informasi kuantitatif dan spesial dalam menyelesaikan masalah dan mengambil

keputusan. Pada umumnya pada matematika siswa harus memahami konsep,

tanpa adanya upaya untuk memahami konsep melalui pengalaman belajar lain

yang mengakibatkan siswa tidak memahami materi secara mendalam sehingga

hasil belajar matematika siswa cenderung rendah. Ini terbukti dari hasil

pengamatan penulis dalam kelas dengan memberikan soal kepada siswa seperti

(24)

8

Dari hasil jawaban di atas terlihat bahwa siswa belum memahami

masalah karena siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanya dan

dalam merencanakan pemecahan masalah siswa salah dalam menuliskan konsep

sehingga siswa salah dalam melakukan perhitungan. Dari beberapa atau tahapan

pemecahan masalah yang dikemukakan, pada prinsipnya pemecahan masalah

dilakukan secara teratur, logis, analitis, kritis, kreatif, sistimatis dan prosedural

(25)

9

miliki sebelumnya, termasuk penggunaan fakta-fakta (berupa konvensi yang

diungkapkan dengan simbol tertentu), konsep-konsep ( ide abstrak yang dapat

digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek),

operasi (proses pengerjaan perhitungan pengerjaan aljabar dan pengerjaan

matematika lainnya), dan prinsip (sekumpulan objek matematika yang kompleks,

prinsip dapat terdiri atas beberapa fakta dan konsep yang dikaitkan oleh suatu

relasi ataupun operasi). Adapun kemampuan siswa dalam memecahkan masalah

dalam hal ini merupakan suatu cara pembelajaran yang menghadapkan siswa

kepada suatu masalah kontekstual untuk dipecahkan atau diselesaikan.

Adapun langkah-langkah pemecahan masalah yang digunakan mengacu

pada langkah yang dikemukakan oleh Polya, yaitu aspek memahami masalah

diukur melalui menuliskan informasi yang diketahui dari soal dan

membandingkan soal mana yang lebih mudah, aspek merencanakan pemecahan

diukur melalui menuliskan model atau persamaan matematika, aspek

menyelesaikan masalah diukur melalui melaksanakan pemecahan sesuai dengan

teori atau metode yang dipilih, aspek memeriksa kembali diukur melalui

memeriksa kebenaran hasil yang diperoleh. Karena kemampuan pemecahan

masalah matematika merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan

kognitif siswa dan mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Adapun inti

dari belajar memecahkan masalah adalah supaya peserta didik terbiasa

mengerjakan soal-soal yang tidak hanya mengandalkan ingatan yang baik saja,

tetapi peserta didik diharapkan dapat mengaitkan dengan situasi nyata yang

(26)

10

bereksplorasi dengan benda kongkrit, lalu akan mempelajari ide-ide matematika

secara informal, selanjutnya belajar matematika secara formal. Tetapi sebaliknya

hal tersebut tidak sesuai dengan hasil jawaban siswa di atas, hal ini mungkin

disebabkan beberapa faktor antara lain siswa tidak dibiasakan dengan soal-soal

non rutin, guru selalu memberikan soal disertai langkah-langkah penyelesaian

yang membuat siswa tidak dapat mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Hal

ini mengakibatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah rendah

sehingga hasil belajar matematika siswa sampai saat ini masih belum

memperlihatkan hasil baik. Selanjutnya peneliti ingin mengetahui kemampuan

komunikasi matematika siswa antara lain dengan melihat hasil jawaban siswa

(27)

11

Dari hasil jawaban di atas terlihat bahwa siswa belum mampu mencapai

indikator komunikasi matematis, oleh karena siswa tidak membuat peristiwa

sehari-hari dalam bahasa dan simbol matematik, dan siswa tidak merumuskan

defenisi yang merupakan salah satu dari kemampuan komunikasi matematis.

Adapun kemampuan komunikasi matematis sangat dipengaruhi oleh pemahaman

siswa tentang konsep, prinsip dan strategi penyelesaian. Semakin tinggi

kemampuan komunikasi matematika siswa, semakin tinggi pula pemahaman yang

dituntut pada siswa.

Komunikasi matematika memiliki peran antara lain sebagai kekuatan

sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika, juga

sebagai wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk

memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai

dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain. Siswa yang telah paham

dalam belajar matematika seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang hal

apa yang mereka kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan

matematika, ketika mereka diminta untuk memikirkan ide-ide mereka, berbicara

menyampaikan idenya, mendengarkan siswa lain ketika menyampaikan

ide/gagasan, berbagi ide, menyusun strategi dan solusi. Hal tersebut sesuai dengan

indikator komunikasi matematis menurut NCTM (1989) yaitu kemampuan

mengekspresikan ide-ide matematis melalui lisan, tulisan dan

mendemonstrasikan serta menggambarkan secara visual, kemampuan memahami,

menginterpretasikan , dan mengevaluasikan ide-ide matematis baik secara lisan,

(28)

12

menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya

untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dengan

model-model situasi. Tetapi kenyataannya dalam menyelesaikan soal-soal atau masalah

matematika, siswa jarang diminta untuk mengungkapkan alasannya dan

menjelaskan secara lisan atau tertulis mengapa siswa memperoleh jawaban

tersebut sehingga terjadi kesalahan konsep pada siswa itu sendiri serta siswa

kurang terbiasa menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara sistematis, yang

pada akhirnya kemampuan komunikasi siswa masih sangat terbatas hanya pada

jawaban verbal yang pendek atas berbagai pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Hal ini juga didukung dengan adanya data yang diperoleh dari sekolah

tentang rata-rata nilai matematika dilihat dari nilai rapor semester ganjil tahun

pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran matematika siswa kelas VII SMPN-1

Dolok Batu Nanggar terlihat pada Tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Rata-rata Nilai Rapor Semester Ganjil T.P 2010/2011

Kelas KKM Rata rata

(29)

13

Dari data-data di atas sudah saatnya guru matematika membuka paradigma

baru dalam pola pengajaran matematika di kelas. Menyadari akan pentingnya

kemampuan komunikasi matematik dirasakan perlu mengupayakan

pembelajarandengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang dapat memberi

peluang dan mendorong siswa untuk melatihkan kemampuan komunikasi.

Kegiatan pembelajaran matematika dilakukan dengan mengaitkan antara

pengembangan diri dengan proses pembelajaran di kelas melalui

pengalaman-pengalaman belajar yang inovatif, menantang dan menyenangkan. Salah satu

model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk

mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses pembelajaran adalah

model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Ide penting dalam

pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan kepada siswa keterampilan

kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa, karena

pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara kelompok. Pembelajaran

kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yaitu siswa belajar dalam

kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan

yang berbeda. Jadi dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang

berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, anggota

saling bekerja sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Belajar

(30)

14

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka perlu memilih

pembelajaran yang tepat dan memperhatikan karakteristik siswa, materi pelajaran,

tujuan materi, dan waktu yang tersedia untuk menyampaikan materi tersebut.

Adapun pembelajaran yang efektif digunakan oleh guru dengan karakteristik yang

telah dipaparkan adalah melalui pembelajaran kooperatif tipe Think-Talk-Write

(TTW). Tipe TTW ini terdiri dari tiga tahapan yang dimulai dengan aktivitas

berfikir melalui membaca, mengomunikasikan dan menuliskan ide, serta

mendiskusikan permasalahan yang diberikan guru antar sesama siswa dengan

seluas-luasnya, sehingga siswa dapat membangun pemahaman sendiri sesuai

kemampuannya, kemudian belajar mengaktualisasikan pemahamannya dan

bersosialisasi dalam bentuk diskusi kelompok, kemudian pada tahap akhir siswa

mampu mengkomunikasikan idenya dengan menuliskan pemahaman yang

dibangunnya dalam bentuk tulisan. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam

menyusun suatu pembelajaran untuk menumbuhkembangkan kemampuan

komunikasi matematika siswa adalah berpikir berdiskusi dan menulis. Ada suatu

mata rantai yang saling terkait antara kemampuan berpikir/membaca, diskusi dan

menulis. Seseorang yang rajin membaca, namun enggan menulis akan kehilangan

arah. Demikian juga sebaliknya, jika seseorang gemar menulis namun enggan

membaca, maka akan berkurang makna tulisannya. Oleh karenanya, diskusi dan

menulis adalah dua aspek yang penting dari komunikasi untuk semua jenjang

sekolah (NCTM,1989).

(31)

15

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dapat

diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Dalam proses pembelajaran kemampuan komunikasi dan pemecahan

masalah matematis siswa belum sepenuhnya dikembangkan seperti

kompetensi lainnya.

2. Kemampuan komunikasi matematis siswa rendah, yaitu kemampuan untuk

menjelaskan ide matematika secara tertulis dengan grafik, aljabar dan

simbol matematika.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa rendah, yaitu

kemampuan dalam memecahkan masalah matematika untuk menemukan

jalan penyelesaian dari suatu permasalahan matematis.

4. Proses pembelajaran yang dilakukan guru belum melibatkan aktivitas

siswa.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini agar efektif, jelas dan terarah

maka penelitian ini dibatasi pada pembelajaran matematika materi skala suatu

peta dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TTW untuk mengetahui

peningkatan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa

(32)

16

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan

masalah dalam penelitian ini, maka permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dibandingkan

dengan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

menggunakan pembelajaran biasa?

2. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan jenis kelamin

terhadap kemampuan komunikasi matematis?

3. Apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa

yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik

dibandingkan dengan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang menggunakan pembelajaran biasa?

4. Apakah terdapat interaksi antara pembelajaran dengan jenis kelamin

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis?

E. Tujuan Penelitian

Setiap rencana dari suatu aktivitas tentu memiliki tujuan khas

masing-masing, sesuai yang ingin dicapainya sehingga pelaksanaannya bisa terarah,

terpola, dan sistematik. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

(33)

17

dengan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

menggunakan pembelajaran biasa.

2. Mengetahui sejauh mana interaksi antara pembelajaran dengan jenis

kelamin terhadap kemampuan komunikasi matematis.

3. Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik

dibandingkan dengan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang menggunakan pembelajaran biasa.

4. Mengetahui sejauh mana interaksi antara pembelajaran dengan jenis

kelamin terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis.

F. Manfaat Penelitian

Menyimak uraian pada tujuan penelitian tersebut di atas, dan dengan

tercapainya tujuan tersebut dapat dipetik manfaat penelitian, yaitu:

(1) Bagi Siswa

Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan motivasi siswa

dalam belajar meningkatkan keaktifan siswa, mengembangkan jiwa kerja

sama saling menguntungkan, menghargai satu sama lain, membangun

kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah matematika serta

sebagai metode yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dan

(34)

18

(2) Bagi Guru

Membantu tugas guru dalam meningkatkan kemampuan komunikasi

matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa selama proses

kegiatan belajar mengajar dalam kelas.

(3) Bagi Peneliti

Untuk melatih kemampuan melaksanakan penelitian, dan memberikan

kesempatan pada peneliti yang sekaligus guru untuk meningkatkan inovasi

pembelajaran dan menarapkan strategi pembelajaran kooperaif tipe TTW

secara teoritis dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran

matematika.

(4) Bagi Dunia Pendidikan

Bahwa paradigma sekarang berubah dari pengajaran menjadi

pembelajaran, yang berarti bahwa siswa belajar tidak cukup dengan

memperhatikan, menulis, membaca, dan berlatih tetapi pembelajaran

adalah membelajarkan siswa (sebagai subjek) dengan cara melakukan,

(35)

108

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada

bagian terdahulu, dapat diambil kesimpulan yang berkaitan dengan penerapan

pembelajaran kooperatif tipe TTW untuk meningkatkan kemampuan komunikasi

dan pemecahan masalah matematis siswa SMPN 1 Dolok Batu Nanggar pada

pokok bahasan skala suatu peta, sebagai berikut:

1. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dibandingkan siswa yang

menggunakan pembelajaran biasa. Hal ini diperoleh dari hasil uji gain rerata

skor, dimana peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TTW sebesar 0,54 dengan

kategori sedang, dan 0,33 dengan kategori sedang untuk siswa yang

menggunakan pembelajaran biasa.

2. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan jenis kelamin siswa

terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Berarti secara bersamaan

strategi pembelajaran (pembelajaran kooperatif tipe TTW dan pembelajaran

biasa) dan jenis kelamin siswa memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.

(36)

109

3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dibandingkan

siswa yang menggunakan pembelajaran biasa. Hal ini diperoleh dari hasil uji

gain rerata skor, dimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TTW

sebesar 0,69 dengan kategori sedang, dan 0,50 dengan kategori sedang untuk

siswa yang menggunakan pembelajaran biasa.

4. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan jenis kelamin siswa

terhadap pemecahan masalah matematis siswa. Berarti secara bersamaan

strtegi pembelajaran (pembelajaran kooperatif tipe TTW dan pembelajaran

biasa) dan jenis kelamin siswa memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap pemecahan masalah matematis siswa.

5.2. Implikasi

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, diharapkan peran

guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) mempunyai pengetahuan, pemahaman,

dan wawasan yang lebih luas dalam memilih dan menyusun strategi pembelajaran

yang lebih inovatif khususnya strategi pembelajaran yang diterapkan dalam

pembelajaran matematika. Dalam penguasaan pengetahuan, pemahaman, dan

wawasan tersebut, maka seorang guru diharapkan mampu merancang suatu desain

pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran yang lebih

efektif. Matematika adalah mata pelajaran yang memiliki konsep, skill dan

(37)

110

melihat luasnya cakupan objek matematika, maka dibutuhkan siswa yang mampu

membangun atau mengkonstruk sendiri pengetahuan dan keterampilan yang

dibutuhkan untuk memecahkan masalah-masalah belajarnya. Disamping itu, siswa

harus menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan tersebut dan bukan

diberitahukan oleh gurunya. Siswa mampu belajar secara aktif dan mandiri

dengan mengembangkan atau menggunakan gagasan-gagasan dalam

menyelesaikan masalah pembelajaran. Penggunaan strategi pembelajaran

kooperatif tipe TTW sangat tepat untuk pembelajaran matematika, karena dengan

menggunakan strategi pembelajaran ini, pembelajaran berlangsung lebih efektif

dengan mengaitkan pengalaman belajar dengan pengalaman baru yang akan

diterima siswa dengan cara menciptakan lingkungan belajar yang merangsang

untuk pembelajaran kreatif, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang

dibutuhkan akan dapat diingat dan dipahami dalam memori jangka panjang

sewaktu-waktu dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

Dengan demikian, konsekuensinya apabila strategi pembelajaran yang

kurang tepat dalam pembelajaran maka tentu akan berakibat berkurang pula

partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran. Melalui penelitian ini menunjukan

bahwa secara rata-rata hasil kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah

matematis siswa yang diajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TTW

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar menggunakan pembelajaran

biasa. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih efektif

untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis

(38)

111

kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa berimplikasi

kepada tenaga pengajar untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TTW.

Oleh karena itu, implikasi hasil penelitian ini terhadap pendidikan adalah:

1. Bagi siswa, penerapan pembelajaran kooperatif tipe TTW membawa dampak

positif terhadap kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis

siswa, dikarenakan pembelajaran dengan pembelajaran ini siswa dituntut

konsep atau prosedur yang termuat di dalamnya dan mampu bekerja serta

belajar secara maksimal dalam kelompok yang secara langsung akan

mempengaruhi hasil kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah

matematis siswa.

2. Bagi guru, penerapan pembelajaran kooperatif tipe TTW dalam pembelajaran

dapat dipergunakan guru sebagai acuan dalam meningkatkan hasil

kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa

5.3. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TTW

hendaknya dijadikan alternatif yang dapat digunakan guru-guru di

sekolah terutama untuk siswa sekolah peringkat sedang dan kurang

atau siswa dengan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah

sedang dan kurang dalam pembelajaran matematika dengan

(39)

topik-112

topik sebelumnya yang sudah dipelajari siswa, sehingga pembelajaran

matematika menjadi lebih bermakna.

2. Dalam setiap pembelajaran guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang

memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan-gagasan

mereka dalam bahasa dan cara mereka sendiri, sehingga dengan demikian

dalam pembelajaran matematika siswa menjadi lebih berani beragumentasi,

lebih percaya diri dan kreatif, serta dapat membangkitkan minat belajar dan

gairah siswa untuk belajar matematika.

3. Dalam mengimplementasikan pembelajaran melalui pembelajaran kooperatif

tipe TTW, hal-hal penting yang perlu diperhatikan guru adalah: (a) guru harus

kreatif dan cermat dalam memilih strategi pembelajaran yang cocok untuk

mempresentasikan sebuah konsep, (b) bantuan yang diberikan guru

hendaknya minimal mungkin dan tidak perlu terburu-buru diberikan agar

perkembangan kecakapan potensial siswa dapat berkembang secara optimal,

(c) guru hendaknya memperhatikan setting pembelajaran, dimana siswa

diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil sehingga komunikasi

(40)

113

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak .(2001). Komunikasi Pembelajaran: Pendekatan Konvergensi Dalam Peningkatan Kualitas dan Efektivitas Pembelajaran. Disampaikan pada Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Arikunto, S. (1999). Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Praktek, Jakarta: Rinneka Cipta.

Ansari, Bansu l. (2009. Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi,Jakarta: Pena.

Baroody, A.J. (1993). Problem Solving, Reasoning and Communicating, K-8.helping Children Think Mathematically. New York: Merril an inprint of Macmillan Publishing, Company.

Brooks, J.G & Brooks,M.G. (1999). The Case fo Constructivist Classrooms. Virginia: Association for Supervision and Curriculum Development.

Dahar, Ratna W. (1998). Teori-teori Belajar, Jakarta: Depdikbud

Dewi. (1999). Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative dengan Menggunakan Mini Lab Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Tesis: IKIP Surabaya.

Dewi. Profil Komunikasi Matematika Mahasiswa Calon Guru Ditinjau Dari Perbedaan Gender. Laporan Penelitian Perpustakaan Indonesia. Dikti.http://www.lontar.ui.ac.id//opac/themes/libri2/detail.

E.Berk, Laura. Development of Sex Differences and Gender Roles.Child Development 6th edition.

Greenes, C & Schulman, L. (1999). Communication Processes in Mathematical Explorations and Investigations.In P.C Elliot and M.J.Kenney (Eds) 1996 Yearbook.Communication in Mathematic, K-12 and Beyond.USA: NCTM

(41)

114

Hasanah, A. (2004). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah yang Menekankan pada Representase Matematik. Tesis: UPI Bandung.

Hudojo, Herman. (2003). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: JICA –Universitas Negeri Malang.

Krulik. S and Jesse A.R. (1996). The New Sourcebook For Teaching Reasoning and Problem Solving in Junior and Senior High School, Allynand Bacon. Needham Heights, Massachussets

National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: Author.

__________. (2000). Principles and Standards For School Mathematics. USA: NCTM, Inc.

Ruseffendi, E.T. (1988). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini Untuk Guru dan SPG. Bandung: Tarsito.

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito

Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Tesis: UPI Bandung.

Shield.M & Swinson.K. (1996). The Link Sheet: Acommunication Aid for Clarifying and Developing Mathematical Ideas and Processes. In P.C. Elliott and M.J. Kenney (Eds). (1996) Yearbook Communication in Mathematics. K-12 and Beyond Reston,VA: NCTM

Silver, E.A. & Smith, MS. (1996). Building Discourse Communities in Mathematics Classrooms; A Worthwhile but Challenging Journey. In P.C. Elliott. M.J Kenney (Eds). (1996) Yearbook. Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. Reston, V.A: NCTM

(42)

115

Slavin, R.E. (1995). Cooperatif Learning: Theory, Research and Practice. Boston Ally and Bacon

Sullivan, P & Mousley, J. (1996). Natural Communication in Mathematics Classroom: What Does it Look Like. In P.C Clarkson. (Ed). Technology in Mathematics Education. Melbourne: Merge

Sudjana. (1998). Metode Statistik, Bandung: Tarsito.

Sumarmo, U. (1992). Implementasi Kurikulum 1994 pada Sekolah Dasar dan

Sekolah Menengah. Laporan Penelitian Bandung: FPMIPA IKIP

Bandung.

Sumarmo, U. (2000). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Intelektual Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Dasar. Laporan Penelitian FPMIPA UPI.

Sumarmo, U. (2003). Pengembangan Keterampilan Membaca Matematika pada

Siswa Sekolah Menengah dan Mahasiswa Calon Guru. Makalah

Disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan MIPA. FPMIPA UPI, Bandung, 25 Agustus 2003.

SWE-AWE-CASEE ARP Sumber Daya (2009)- Perbedaan Gender dalam Ilmu Kinerja.http://www.AWEonline.org

Gambar

Tabel 1.1   Rata-rata Nilai Rapor Semester Ganjil T.P 2010/2011

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan ilmiah ini, penulis membuat situs (website) dengan menggunakan program aplikasi Macromedia Flash MX, dengan tujuan membantu bagi para penggemar anime dan manga

Bisa juga diartikan sebagai sistem ajaran (doktrin) dan praktek yang didasarkan pada sistem ke- percayaan seperti itu, atau sebagai kepercayaan akan keberadaan dan pengaruh

(200 M x 106 M) dan 1 (satu) pintu rumah papan yang terletak di atas tanah tersebut dengan ukuran 4 x 3 M sama dengan luas 12 M, yang terletak di kampung Pilar Jaya, Kecamatan

Untuk mengetahui motivasi belajar peserta didik terhadap pembelajaran melalui model ARIAS ( Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction), analisis ini

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu ekstraksi maka konsentrasi flavonoid yang diperoleh semakin meningkat dan dalam waktu tertentu konsentrasi

Berdasarkan temuan Tim Inspeksi Veteriner dan semakin meningkatnya jumlah perusahaan pengolah perikanan Indonesia yang masuk dalam daftar RASFF Komisi Eropa, serta respon yang

Untuk masing-masing proses pentransferan da- ta menggunakan rumus pada proses perhitungannya, yaitu dengan cara membagi ukuran data dengan waktu transfer yang didapat.

dianggap tepat untuk menggambarkan mengenai keadaan di lapangan yaitu.. mengenai materi apa saja yang dipelajari pada kegiatan ekstrakurikuler seni. tari, bagaimana pelaksanaan