• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONKRET DI KELAS III A SD NEGERI GEDONGKIWO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONKRET DI KELAS III A SD NEGERI GEDONGKIWO."

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN

MEDIA BENDA KONKRET DI KELAS III A SD NEGERI GEDONGKIWO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Dwi Saputra NIM. 12108249038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

Apa yang saya dengar saya lupa Apa yang saya lihat saya ingat. Apa yang saya lakukan saya paham.

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini kupersembahkan untuk:

1. Ibuku tercinta (Ibu Warti). Terimakasih atas segala kasih saying, dukungan, bimbingan, nasehat, kesabaran, serta do’a tulus dan tak henti -hentinya dalam sepanjang langkah hidupku.

2. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai. 3. Almamaterku tercinta.

(7)

vii

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN

MEDIA BENDA KONKRET DI KELAS III A SD NEGERI GEDONGKIWO

Oleh Dwi Saputra NIM 12108249038

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III A SD Negeri Gedongkiwi pada pokok bahasan pecahan sederhana dengan menggunakan media benda konkret.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Gedongkiwo pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian yakni siswa kelas III A yang terdiri dari 30 siswa. Objek penelitian adalah hasil belajar materi pecahan. Instrumen yang digunakan adalah tes dan lembar observasi yang telah divalidasi oleh dosen ahli. Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah dengan analisa kualitatif dan analisa deskriptif.

Hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan media benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas III A SD Negeri Gedongkiwo. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa sebesar 29,87 (data awal sebesar 63,52, siklus I sebesar 89,6, siklus II sebesar 93,39), dan meningkatnya kriteria ketuntasan minilal siswa (KKM) sebesar 51,85% (data awal sebanyak 48,15%, siklus I sebanyak 96,15%, siklus II 100%).

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dalam skripsi ini peneliti mengangkat judul “UPAYA MENINGKATAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI PECAHAN DENGAN

MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONKRET DI KELAS III A SD NEGERI GEDONGKIWO”. Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyusunan skripsi dapat berjalan dengan lancar tidak lepas dari bantuan, arahan, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd. M.A. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah berkenan memberikan ijin penelitian.

4. Ibu Haryani, S.Pd, M.Pd. Pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Rumgayatri, S.Pd. Kepala SD Negeri Gedongkiwo yang telah memberi izin dan bantuan dalam penelitian.

6. Ibu Prita Dewi, S. Pd. Guru kelas IIIA yang telah membantu memperlancar penelitian ini.

7. Observer yang juga telah membantu kelancaran penelitian ini.

(9)
(10)

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... Xiv DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah ... C. Batasan Masalah ... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ...

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Hasil Belajar ... 1. Pengertian Hasil Belajar ... 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...

B. Kajian Tentang Matematika ... 1. Pengertian Matematika ...

(11)

xi

2. Peranan Matematika di SD ... 3. Tujuan Pembelajaran Matematika SD ... 4. Teori Belajar Dalam Pembelajaran Matematika ...

C. Bilangan Pecahan Dan Operasinya Kelas III SD ...

D. Media ... 1. Pengertian Media ... 2. Fungsi Media ... 3. Macam Media ... 4. Kriteria Pemilihan Media ... 5. Media Benda Konkret ... 6. Penggunaan Media Benda Konkret ... 7. Manfaat Media Benda Konkrit ... 8. Langkah-langkah Penggunaan Media Benda Konkret ...

E. Karakteristik Siswa SD ...

F. Kerangka Pikir ...

G. Hipotesis Tindakan ...

H. Definisi Operasional ...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...

B. Subjek Penelitian ...

C. Setting Penelitian ...

D. Desain Penelitian ...

E. Rencana Tindakan Penelitian ...

F. Tehnik Pengumpulan Data ...

G. Instrumen Penelitian ...

H. Validasi Instrumen ...

I. Tehnik Analisa Data ...

(12)

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal Siswa Sebelum Tindakan ...

B. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I ...

C. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II ...

D. Pembahasan ...

E. Keterbatasan Penelitian ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Hasil Penelitian ...

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

49 50 67 83 88

89 89

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Soal Hasil Belajar Siklus I ...42

Tabel 2. Kisi-kisi Soal Hasil Belajar Siklus II ...43

Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Guru Mengajar ...44

Tabel 4. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa Per Kelompok ...45

Tabel 5. Kategori Skor Menurut Ngalim Purwanto 46 Tabel 6. Hasil Pre-test Siswa Kelas III ...49

Tabel 7. Hasil Belajar Siswa Kelas III Siklus I ...57

Tabel 8. Perbandingan Hasil Pre-test Dengan Hasil Belajar Siklus I ...58

Tabel 9. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Per Kelompok Siklus I ...60

Tabel 10. Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I ... 63

Tabel 11. Hasil Belajar Siswa Kelas III Siklus II ...73

Tabel 12. Perbandingan Hasil Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II 76

Tabel 13. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Per Kelompok Siklus II ...77

(14)

xiv

DAFTAR DIAGRAM

hal

Diagram 1. Nilai Rata-rata Pre-test Siswa Dengan Hasil Belajar Siklus I ...59

Diagram 2. Aktivitas Siswa Siklus I ... 65

Diagram 3. Aktivitas Guru Siklus I ...65

Diagram 4. Aktivitas Siswa Siklus II ...82

Diagram 5. Aktivitas Guru Siklus II ... 82

Diagram 6. Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Pre-test, Siklus I, dan Siklus II ...85

Diagram 7. Persentase Hasil Observasi Siswa Siklus I dan Siklus II ...88

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

LAMPIRAN 1. Persetujuan Validasi Instrumen ...95

LAMPIRAN 2. Soal Pre-Test ...197

LAMPIRAN 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Dan Siklus II 100 LAMPIRAN 4. Soal Evaluasi Siklus I Dan Siklus II ...128

LAMPIRAN 5. Nilai Hasil Belajar Siswa Pre-test, Siklus I dan Siklus II ...136

LAMPIRAN 6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dan Guru Siklus I dan Siklus II ...140

LAMPIRAN 7. Dokumentasi Penelitian ...181

LAMPIRAN 8. Hasil Evaluasi Siswa ...184

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melakukan kegiatan mengukur, menimbang, menghitung dan lain sebagainya, semua itu berhubungan dengan matematika. Matematika sangat membantu kita melakukan kegiatan itu. Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peran yang cukup besar dalam kehidupan sehari-hari maupun pengetahuan dan teknologi.

Menurut Sri Subarinah (2006:1), “Matematika merupakan ilmu

pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya”. Di tingkat sekolah dasar, seorang guru dalam proses pembelajaran harus memperhatikan tingkat berpikir anak sehingga pengajar mampu menentukan metode maupun media pembelajaran yang sesuai, terutama untuk pelajaran matematika. Matematika sering dianggap pelajaran yang sangat sulit dan menakutkan bagi siswa, terutama siswa sekolah dasar, sehingga menimbulkan sikap malas belajar, tidak senang dan merasa menjadi beban yang berat bagi siswa.

(18)

2

Siswa SD di Indonesia pada umumnya berumur 7 sampai 12 tahun. Menurut teori belajar Jean Piaget (Wakiman 2001:6), rentang usia tersebut berada pada tahap oprerasional konkret. Selama tahap oprerasional konkret ini anak mengembangkan konsep dengan menggunakan benda-benda konkret untuk menyelidiki hubungan dan model-model ide abstrak. Pada tahap ini anak mulai berpikir logis. Berpikir logis ini terjadi sebagai akibat adanya kegiatan anak memanipulasi benda-benda konkret.

Ruseffendi (1992:139), anak belajar melalui dunia nyata dan dengan memanipulasi benda-benda nyata sebagai perantaranya. Bahkan tidak sedikit pula orang dewasa yang umumnya sudah memahami konsep abstrak, tetapi pada situasi tertentu masih memerlukan benda-benda perantara. Pembelajaran matematika di SD sangat membutuhkan alat peraga. Alat peraga digunakan untuk mengkonkretkan konsep abstrak sehingga mudah dipahami oleh siswa. Menurut Piaget (soedjadi, 1995:27), mengatakan bahwa, “pengajaran

matematika di SD perlu melalui langkah-langkah semi konkret-abstrak”. Dari penjelasan itu dapat disimpulkan bahwa anak SD akan sulit

(19)

3

tidak bisa dihadapkan langsung dengan hal-hal yang abstrak. Dengan menggunakan hal-hal nyata yang diberikan dalam pembelajaran matematika, diharapkan siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan. Dalam hal ini seorang guru juga harus mempunyai kompetensi yang baik untuk dapat mendidik siswa dalam memahami materi matematika yang akan diajarkan.

Menurut Suharjo (2006: 35), salah satu kriteria guru yang baik adalah jika guru itu dapat mengenal dan memahami peserta didiknya. Oleh karena itu seorang guru harus bisa mengemas pembelajara dengan metode yang bervariasi pada setiap kegiatan pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai. Siswa juga akan merasa senang dan tidak merasa bosan pada saat belajar.

(20)

4

wawancara dengan guru kelas IIIA yaitu ibu P, mengatakan bahwa “kemampuan siswa dalam memahami bilangan pecahan masih rendah,

mungkin karena materi pecahan baru mereka pelajari”.

Hasil belajar ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang telah dilaksanakan guru. Ini sesuai dengan pengamatan peneliti saat mengikuti PPL di SD Gedongkiwo bahwa proses pembelajaran yang digunakan pada siswa belum sepenuhnya menggunakan media yang konkret. Media yang digunakan antara lain buku pelajaran dan papan tulis saja. Metode-metode yang digunakan antara lain, ceramah, tanya jawab, dan siswa maju kedepan mengerjakan soal di papan tulis.

Sesuai dengan permasalahan pembelajaran matematika di kelas IIIA SD N Gedongkiwo, yang diduga karena minimnya penggunaan alat peraga sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Maka peneliti merasa perlu untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui alat peraga konkret.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mengambil judul “Upaya

Meningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Materi Pecahan Dengan Media Benda Konkret Di Kelas IIIA SD Negeri Gedongkiwo”

B. Identifikasi Masalah

(21)

5

1. Kemampuan siswa dalam memahami bilangan pecahan masih rendah. 2. Siswa masih belum memahami bilangan pecahan melalui sistem abstrak. 3. Hasil belajar matematika siswa pada materi pecahan masih ada yang di

bawah setandar KKM yang telah ditentukan.

4. Minimnya penggunaan media konkret dalam pelajaran matematika khusus pada pokok bahasan pecahan sederhana.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas peneliti membatasi permasalahan ini pada upaya meningkatan hasil belajar matematika pada materi pecahan dengan media benda konkret di kelas IIIA SD Negeri Gedongkiwo.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya meningkatan hasil belajar matematika pada materi pecahan dengan media benda konkret di kelas IIIA SD Negeri Gedongkiwo.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah upaya untuk meningkatan hasil belajar matematika pada materi pecahan dengan media benda konkret di kelas IIIA SD Negeri Gedongkiwo.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagi Siswa

(22)

6

b. Dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. c. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa

d. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan pecahan.

2. Bagi Guru

a. Dapat meningkatkan kreatifitas dalam pengembangan media pembelajaran yang lebih menarik.

b. Dapat memperoleh umpan balik dari siswa sehingga pembelajaran berikutnya dijadikan acuan dalam menyampaikan materi pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

3. Bagi Sekolah

(23)

7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Hasil Belajar

1. Pengertian hasil belajar

Hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku, tetapi tidak setiap perubahan merupakan hasil belajar. Menurut Darkir (Sri Sumini, 1998: 157), menyatakan bahwa proses perubahan atas dasar hasil belajar meliputi : (a) Tidak tahu sama sekali. (b) Bimbang. (c) Mempunyai perkiraan. (d) Mempunyai pendapat. (e) Berkeyakinan. (f) Berkepastian.

(24)

8

Sudjana, 2006: 22). Ranah Koknitif: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah Afektif: penerimaan, reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam bertingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Tipe Ranah Psikomotor: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif.

Patta Bundu (2006:17), menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah:

1. Tahap perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

2. Tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

3. Perubahan tingkahlaku yang dapat diamati sesudh mengikuti kegiatan belajar dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan menunjukkan pada informasi yang tersimpan dalam pikiran, sedangkan keterampilan menunjukkan pada aksi atau reaksi yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan.

4. Memungkinkan dapat diukur dengan angka-angka, tetapi mungkin juga hanya dapat diamati melalui perubahan tingkah laku. Olehkarna itu hasil belajar perlu dirumuskan dengan jelas sehingga dapat dievaluasi apakah tujuan yang diharapkan sudah tercapai atau belum.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

(25)

9

masyarakat luas. Pendapat ini juga sesuai dengan pendapat Purwanto (2003: 107), bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam diri siswa ataupun faktor dari luar siswa. Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa: a. Faktor dari luar siswa

1) Faktor lingkungan

Merupakan faktor yang mempengaruhi proses serta hasil belajar siswa yang berasal dari lingkungn ia tinggal dan bersekolah yaitu meliputi faktor lingkungan alam dan sosialnya.

2) Faktor instrumental

Faktor instrumental merupakan faktor yang mempengaruhi proses serta hasil belajar siswa yang sengaja direncanakan/ dikondisikan agar mendukung tercapainya tujuan yang ingin dicapai. Faktor internal tersebut adalah:

a) Kurikulum/bahan pelajaran b) Guru/pengajar.

c) Sarana dan fasilitas. d) Administrasi/manajemen. b. Faktor dari dalam diri siswa

1) Faktor fisiologis

(26)

10

anggota tubuh siswa itu sendiri. Faktor fisiologi tersebut adalah Kondisi fisik, Kondisi panca indra.

2) Faktor pisikologi

Merupakan faktor yang mempengaruhi proses serta hasil belajar siswa yang berasal dari kejiwaan siswa itu sendiri. Faktor tersebut meliputi: Bakat, Minat, Kecerdasan, Motivasi, Kemampuan kognitif

Dari pendapat yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek koknitif, afektif, dan pisikomotor.

B. Kajian Tentang Matematika

1. Pengertian Matematika

Menurut Kline (Ruseffendi, 1992: 28), “matematika adalah alat bantu untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam”. Dalam pengertian ini matematika merupakan ilmu yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika digunakan manusia untuk memecahkan masalahnya dalam kehidupan sehari-hari contoh : a) Mengadakan transaksi jual beli, maka manusia memerlukan proses

perhitungan.

(27)

11

tempat ke tempat yang lain, menghitung laju kecepatan kendaraan, dan lain-lain.

Hakekat matematika menurut Ebbut dan Straker (Marsigit, 2011:5), yaitu sebagai berikut:

a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.

b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi dan penemuan.

c. Matematika sebagai pemecahan masalah. d. Matematika sebagai alat komunikasi.

Menurut Sri Subarinah ( 2006:1), “matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya”. Sedangkan Ruseffendi (Sri Subarinah, 2006: 1), berpendapat bahwa “matematika itu terorganisasi dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan, definisi-definisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil yang dibuktikan kebenarannya, sehingga matematika itu disebut juga dengan ilmu dedukatif”. Matematika dikenal sebagai ilmu deduktif,

(28)

12

dengan cara deduktif. Dalam matematika suatu generalisasi dari sifat, teori atau dalil itu dapat diterima kebenarannya sesudah dibuktikan secara deduktif. Contoh dalam ilmu fisika, bila seorang melakukan percobaan (eksperimen) sebatang logam dipanaskan maka memuai dan dilanjutkan dengan logam-logam yang lainnya, dipanaskan ternyata memuai juga, maka ia dapat membuat kesimpulan (generalisasi) bahwa setiap logam yang dipanaskan itu dapat memuai. Generalisasi yang dibuat secara induktif tersebut dalam ilmu fisika dapat dibenarkan contoh dalam ilmu fisika di atas. Pada matematika contoh-contoh seperti itu baru dianggap sebagai generalisasi jika kebenarannya dapat dibuktikan secara deduktif.

Antonius C. Prihandoko (2006: 9), mengatakan bahwa, “hakekat

matematika berkenaan dengan struktur-struktur, hubungan-hubungan, konsep-konsep abstrak yang dikembangkan menurut aturan logis”. James dan james (Ruseffendi, 1992: 27), lebih lanjut, menjelaskan matematika adalah ilmu tentang logika mengenai, bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain dengan jumlah yang banyaknya terbagi kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri.

(29)

13

2. Peranan Matematika di SD

Sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen Standar Kompetensi mata pelajaran matematika untuk satuan SD dan MI pada kurikulum 2004 “matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan untuk bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi dan eksperimen, sebagai alat pemecah masalah melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan” Depdiknas, (Antonius Cahya,

2006 : 17-18). Dari pengertian diatas Antonius Cahya memperjelas bahwa matematika berfungsi mengembangkan kemampuan, menghitung, mengukur, menanamkan, dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran, dan geometri.

Sumardoyo (2004: 28), berpendapat bahwa fungsi matematika di deskripsikan sebagai berikut:

a. Matematika sebagai struktur yang terorganisasi

Berbeda dengan ilmu pengetahuan lain, matematika merupakan suatu bangunan struktur yang terorganisir, terdiri atas beberapa komponen yang meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalill/teoroma.

b. Matematika sebagai alat

(30)

14

c. Matematika sebagai pola pikir deduktif

Artinya matematika dapat diterima kebenarannya apabila telah dibuktikan secra deduktif (umum).

d. Matematika sebagai cara menalar

Matematika dapat dipandang sebagai cara bernalar, seperti matematika memuat cara pembuktian yang valid , rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis. e. Matematika sebagaai bahasa artifisal

Bahasa matematika adalah bahasa simbol yang bersifat artifisial, baru memiliki arti bila dikenakan pada suatu konteks.

f. Matematika sebagai seni yang kreatif

Penalaran yang logis dan efesian serta berbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjukkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, seni berpikir kreatif.

3. Tujuan Pembelajaran Matematika SD

Seperti tercantum dalam GBPP mata pelajaran matematika SD kurikulum 1994 Muchtar A. Karim dkk (1996: 10-11), tujuan diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar pada hakikatnya dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian umum dan bagian khusus:

a. Tujuan umum

(31)

15

melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, realistis, cermat, jujur, dan efektif.

2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.

b. Tujuan khusus

1) Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.

2) Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialih gunakan melalui kegiatan matematika.

3) Mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di SLTA.

4) Membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat, dan disiplin. Lampiran I Permendiknas No. 22 tahun 2006 (2009: 10), tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efesian, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

(32)

16

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tau,perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam memecahkan masalah.

4. Teori Belajar Dalam Pembelajaran Matematika

Sri Subarinah (2006: 2), teori belajar yang berkembang dalam dunia matematika (terutama SD) didasarkan berdasarkan temuan-temuan ahli jiwa tentang pentingnya memahami tingkat berpikir siswa diantaranya sebagai berikut:

a. Teori belajar Jean Piaget

Dalam teori ini, tahap berpikir dibagi menjadi empat, 1) Tahap sensori motorik (usia kurang dari 2 tahun) 2) Tahap praoperasi ( usia 2-7 tahun)

3) Tahap operasi konkret (7-11 tahun) 4) Tahap operasi formal (11 tahun keatas)

(33)

model-17

model abstrak. Anak mulai berpikir logis sebagai akibat adanya kegiatan manipulasi benda-benda konkret.

b. Teori belajar Dienes

Dienes berbasis teori Piaget, ia mengembangkan sistem pengajaran matematika agar lebih menarik dan mudah untuk dipelajari siswa. Diens berpendapat bahwa konsep-konsep matematika akan mudah dan berhasil untuk dipelajari apabila melalui tahapan tertentu yang dibedakan melalui enam tahapan berurutan berikut:

1) Tahap bermain bebas (free play)

Pada tahap ini siswa belajar matematika melalui permainan benda konkret tanpa arahan guru, yang penting benda-benda yang dipakai untuk main-main sudah tersedia. Disini anak mempersiapkan mental dan sikap sendiri untuk bisa memahami stuktur dan konsep matematika lebih lanjut seiring dengan perkembangan usianya.

2) Tahap permainan (games)

(34)

18

lurus, lingkaran, segi tiga, segi empat, ataupun korva tertutup sebarang.

3) Tahap penelaahan kesamaan sifat (searching for communites) Pada tahap ini anak melakukan kegiatan belajar untuk menemukan kesamaan sifat melalui permainan yang dirancang guru. Siswa diajak untuk melakukan pengamatan terhadap pola, keteraturan dan sifat-sifat sama yang dimiliki oleh model-model yang diamati. Misalkan kita berikan berbagai macam bentuk bangun segi tiga (samakaki, samasisi, siku-siku,lancip, tumpul, sembarang) kemudian siswa diminta untuk mengamati dan menyebutkan tentang sifat-sifat yang sama dari benda benda yang diamati sehingga mereka mempunyai konsep tentang segi tiga, misalnya segi tiga mempunyai tiga sisi yang lurus dan mempunyai tiga titik sudut.

4) Tahap representasi (representation)

(35)

19 5) Tahap simbolisasi (symbolism)

Pada tahap ini siswa mulai menciptakan simbol matematika atau rumus verbal. Misalnya untuk menuliskan segi tiga ABC disimbolkan ABC.

6) Tahap formalisasi

Pada tahap terahir ini, siswa belajar mengorganisasi konsep-konsep membentuk suatu sistem matematika yang memuat aksioma, dalil, teorema, beserta akibat-akibatnya. Tahap ini di luar jangkauan anak SD.

Untuk penerapannya didalam pembelajaran matematika, akan lebih baik jika dalam pemilihan teori belajar harus sesuai dengan materi yang akan diajarkan atau dapat dikombinasikan sesuai dengan kebutuhan. Dari penjelasan Diens dan Piaget bahwa dalam proses pembelajaran anak SD berada pada operasional konkret. Sesuai dengan penelitian ini bahwa dengan menggunakan media benda konkret yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Bilangan Pecahan Dan Operasinya di Kelas III SD

a. Mengenal Pecahan

(36)

20 1) Mengenal pecahan sederhana

Pecahan sederhana misalnya setengah, seperempat, sepertiga dan seperenam.

Contuh: bentuk gambar dibagi sama dapat digunakan untuk menunjukan pecahan.

b. Membaca, Membilang, dan Menulis Lambang pecahan Contoh:

(1) Daerah yang diberi warna adalah 1 bagian dari 2. Oleh karena itu menunjukkan pecahan

(2) Daerah yang diberi warna adalah 1 bagian dari 3. Oleh karena itu menunjukkan pecahan

(3) Daerah yang diberi warna adalah 1 bagian dari 4. Oleh karena itu menunjukkan pecahan

(37)

21

Daerah yang diberi warna adalah 1 bagian dari 3. Oleh karena itu menunjukkan pecahan . Pecahan dibaca satu per tiga atau sepertiga.

1) Membaca lambang bilangan pecahan

dibaca = satu per dua atau setengah

dibaca = satu per tiga atau sepertiga

dibaca = empat per delapan

2) Menulis lambang pecahan dengan kata-kata dan lambang (a) Menulis lambang pecahan untuk bagian yang di arsir

(b) Menulis lambang pecahan untuk bagian yang tidak diarsir

(38)

22

3) Membilang dan menulis pecahan dengan kata-kata dan lambang.

4) Pecahan senilai

Untuk menentukan pecahan senilai ada 2 cara yaitu: (a) Cara pertama

Perhatikan 3 gambar berikut:

Dari gambar di atas terlihat luas daerah yang diarsir sama sehingga senilai dengan dan atau

Daerah yang diarsir adalah 2 bagian dari 5 bagian sehingga daerah yang diarsir menunjukkan = dibaca dua per lima.

(39)

23 (b) Cara kedua

Dengan mengalikan pembilang dan penyebut dengan bilangan yang sama.

Contoh:

=

=

=

Jadi senilai dengan ,

,

atau

= D. Media

1. Pengertian Media

Menurut Azhar Arsyad, (2011: 4-5), media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran. Arief S. Sadiman dkk, ( 2009: 6), kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti atau pengantar. Maksudnya adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan.

R. angkowo dan Kosasih (2007: 11), media adalah segala sesuatu yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa.

2. Fungsi Media

(40)

24 a. Menghubungkan motivasi belajar. b. Mengulang apa yang telah dipelajari. c. Menyediakan stimulus belajar. d. Mengaktifkan respon peserta didik. e. Memberikan balikan dengan segera. f. Menggalakkan latihan yang serasi.

Sedangkan menurut McKnown (Ahmat Rohani, 2006: 8), media pendidikan berfungsi untuk:

a. Mengubah titik berat pendidikan formal yaitu dari pendidikan yang menekankan pada instruksional akademis menjadi pendidik yang mementingkan kebutuhan peserta didik.

b. Membangkitkan motivasi peserta didik. c. Memberikan kejelasan.

d. Memberikan rangsangan.

3. Macam Media

Menurut Beni Pribadi dan Dewi Putri (2001: 4-17), macam-macam media yaitu:

a. Realita

(41)

25 b. Model

Model didefinisikan sebagai benda tiga dimensi yang merupakan representasi dari yang sesungguhnya. Penggunaan model sebagai media untuk mengatasi kendala harga media yang tinggi atau sulit digunakan sebagai realita.

c. Bahan Grafis

Adalah gambar-gambar atau visual-visual yang penampilannya tidak diproyeksikan. Contoh: gambar, grafik, chart, poster, dan kartun.

d. Bahan pameran (display)

Merupakan media yang penggunaannya dipasang ditempat tertentu, sehingga orang dapat melihat informasi dan pengetahuan yang ada didalamnya. Contoh: papan tulis magnetis, flip chart dan lain-lain.

4. Kriteria Pemilihan Media

Arief S. Sadiman dkk, ( 2009: 85), kriteria dalam pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan. Azhar Arsyad, (2011: 75-76), pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Ada beberapa kriteria dalam memilih media,

(42)

26

2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.

3. Praktis, luwes, dan bertahan. 4. Guru terampil menggunakannya. 5. Pengelompokan sasaran.

6. Mutu teknis.

Jika dilihat dari pendapat Beni Pribadi dan Dewi Putri diatas, maka dapat disimpulkan bahwa media benda konkret termasuk media realita. Benda yang masih berada dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan dalam ukuran yang sebenarnya, dan dapat dikenali sebagai wujud aslinya.

5. Media Benda Konkret

(43)

27

6. Penggunaan Media Benda Konkret

Penggunaan media benda konkret dalam pembelajaran tentu memiliki tujuan agar pembelajaran yang dilaksanakan mencapai target atau standar ketuntasan yang telah ditetapkan, seperti yang dikemukakan oleh Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 153), tujuan dari penggunaan media yaitu untuk membantu guru menyampaikan pesan-pesan secara mudah kepada peserta didik sehingga peserta didik dapat menguasai pesan-pesan tersebut secara cepat, dan akurat. Secara khusus media pengajaran yang digunakan mempunyai tujuan dalam pengajaran seperti yang dikemukakan oleh Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 153), penggunaan media pengajaran digunakan dengan tujuan sebagai berikut: memberikan kemudahan kepada peserta didik, memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi, menumbuhkan sikap dan keterampilan, menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.

(44)

28

penggunaan media benda konkret dalam pembelajaran siswa SD sangat membantu kelancaran dan penyampaian materi pelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik dan dapat memberikan pengalaman serta pengetahuan yang lebih tahan lama, karena peserta didik mendapatkan pengalaman secara nyata dan langsung.

7. Manfaat Media Benda Konkret

Menurut Nana Sudjana, (2007:207) penggunaan media konkret dalam proses belajar mengajar terutama bertujuan untuk memperkenalkan suatu unit pelajaran tertentu, proses kerja suatu objek studi tertentu atau bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang diperlukan. Secara rinci berikut adalah manfaat dari media konkret,

a) Memudahkan siswa dalam membangun struktur kognitif dalam

membentuk konsep.

b) Memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran agar sesuai

dengan program yang sudah ditetapkan.

c) Mengefektifkan proses pembelajaran.

d) Meningkatkan interaksi komponen pembelajaran

Seperti yang dikutip oleh Arsyad (2006:25), merinci manfaat

media pendidikan sebagai berikut:

a) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir.

b) Memperbesar perhatian siswa.

c) Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar,

(45)

29

d) Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri dikalangan siswa.

e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama

melalui gambar hidup. Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat

membant perkembangan kemampuan berbahaya.

f) Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara

lain dan membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak.

8. Langkah-langkah Penggunaan Media Konkret

Pemanfaatan media juga tidak asal-asalan menurut keinginan

pendidik, tidak terencana dan sistematik. Pendidik harus

memanfaatkannya menurut langkah-langkah tertentu, dengan

perencanaan yang sistematik. Menurut Syaiful Bahri Djamarah & Aswan

Zain (2002: 154), ada enam langkah yang bisa ditempuh pendidik pada

waktu ia mengajar dengan mempergunakan media konkret,

langkah-langakah itu adalah:

a. Merumuskan tujuan pengajaran dengan memanfaatkan media.

b. Persiapan guru.

c. Persiapan kelas.

d. Langkah penyajian pelajaran dan pemanfaatan media.

e. Langkah kegiatan belajar peserta didik.

(46)

30

Dari langkah-langkah penggunaan media yang dikemukakan di

atas disimpulkan bahwa cara memanfaatkan media tergantung dari jenis

dan karakteristik media.

E. Karakteristik Siswa SD

Karakteristik siswa SD dapat dilihat dari tahap perkembangan mereka. Piaget (Syaiful Sagala, 2010: 27), perkembangan anak dibagi menjadi empat tahapan yaitu:

1) Sensori Motor (0.0 – 2.0 tahun)

Pada tahap sensor motor anak mengennal lingkingannya dengan kemampuan sensorik yaitu, penglihatan, nendengaran, perabaan, dan mengerak-gerakkannya. Selama periode ini anak mengatur alamnya dengan indra-indranya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). 2) Praoprasional (2.0 – 7.0 tahun)

Pada tahap praoperasional anak mengenalkan diri pada persepsi tentang realitas, ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana, berparisipasi, membuat gambar, dan menggolong-golongkan. Pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental yaitu menambah, mengurang dan lain-lain.

3) Operasional konkret (7.0 – 11.0 tahun)

(47)

31

diterapkan pada masalah-masalah konkret. Pada tahap ini anak hanya dapat menghadapi operasi-operasi konkret, bukan operasi-operasi formal sehingga anak belum dapat berurusan dengan materi abstrak.

4) Operasional formal (11.0 tahun keatas)

Pada tahap ini anak dapat berpikir abstrak sperti orang dewasa. Anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya, untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Pada tahap ini anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret karena sudah dapat berpikit secara abstrak.

Mengingat umumnya anak indonesia mulai masuk sekolah dasar pada usia 6-7 tahun dan rentang waktu belajar di SD adalah selam 6 tahun maka usia anak sekolah dasar bervariasi antara 6-12 tahun (Maslichah Asy’ari. 2006: 38). Dari hal tersebut, dapat diketahui bahwa keadaan siswa sekolah dasar meliputi tahap pra oprasional kongkrit dan masa awal operasional formal. Maslichah Asy’ari (2006: 38), menjelaskan bahwa, pada usia atau

tahap tersebut, anak memiliki berbagai sifat sebagai berikut: 1. Memiliki rasa ingin tahu yang kuat.

2. Senang bermain atau suasana yang menggembirakan.

3. Mengatur dirinya sendiri, mengeksplorasi situasi sehingga suka mencoba-coba.

4. Memiliki dorongan yang kuat untuk berekspresi, tidak suka mengalami kegagalan.

(48)

32

6. Belajar dengan bekerja dan suka mengajarkan apa yang ia bisa kepada temannya.

Jika dicermati lebih lanjut perkembangan siswa pada sekolah dasar, ada sebuah perbedaan antara kelas rendah dan kelas tinggi. Oleh karena itu dalam pembelaran di sekolah dasar perlu ada perbedaan strategi atau penekanan antara siswa kelas rendah atau kelas atas yang desesuaikan dengan karakteristik masing-masing. Seiring dengan meningkatnya umur anak, maka cara anak bergerak dari konkret ke abstrak. Dalam matematika setiap konsep yang abstrak, siswa peerlu diberi penguatan agar bertahan lama dalam memori siswa sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Untuk itu menggunakan pemahaman dengan menggunakan media konkret sangat diperlukan agar tidak mudah terlupakan oleh siswa.

F. Kerangka Pikir

(49)

33

soal-soal matematika tanpa mengetahui konsep-konsep matematika secara mendalam.

Pembelajaran matematika yang tidak didasarkan oleh konsep yang kuat cenderung lebih cepat terlupakan oleh siswa, karena dalam tahap perkemangannya siswa kelas III masih dalam tahap operasi konkret. Masalah hasil belajar menjadi masalah yang cukup penting dalam proses belajar mengajar, karena sering kali hasil belajar dijadikan tolak ukur indikator keberhasilan suatu proses belajar. Melihat permasalahan yang ada di kelas IIIA SD N Gedongkiwo bahwa hasil belajar pada materi pecahan masih ada yang belum memenuhi KKM yang ditentukan. Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut banyak alternatif cara yang digunakan. Dalam penelitian ini dipilih penggunaan media konkret sebagai peningkatan hasil belajar. Hal ini sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia 7-12 tahun yang masih berada pada operasional konkret. Pada tahap ini anak lebih mudah mempelajari suatu yang nyata dan dapat ditemukan dalam kehidupan mereka.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan media benda konkret tepat apabila digunakan untuk meningkatkan hasil belajar anak dalam pembelajaran matematika pada materi pecahan.

G. Hipotesis Tindakan

(50)

34

H. Definisi Operasional

Devinisi operasional yang dijelaskan sesuai variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar adalah nilai yang diambil dari tes hasil belajar materi pecahan pada setiap akhir siklus.

2. Pecahan adalah pokok bahasan pecahan sederhana kelas III SD semester 2 dengan standar kompetensi: memahami pecahan sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana.

(51)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. Suharsimi Arikunto dkk (2007: 3), berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Penelitian Tindakan Kelas ini mengacu pada tempat, konteks, dan situasi proses belajar mengajar dikelas. Menurut Sanjaya (2011: 26), penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Wijaya Kusumah (2010: 9), menyebutkan bahwa PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

(52)

36

B. Subjek Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas III A SD Negeri Gedongkiwo yang berjumlah 30 siswa.

C. Seting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas III A SD Negeri Gedongkiwo. Jalan Bantul, Gg. Tawangsari, Dusun Dukuh Gedongkiwo, Mantrijeron, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, yaitu pada bulan April-Mei tahun pelajaran 2015/2016.

D. Desain Penelitian

Desain Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc.Taggart (Wijaya Kusumah, 2010: 21), yang pada hakekatnya terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

Keterangan:

Siklus I: Plan (perencanaan)

Act (tindakan)

Observe (pengamatan)

Reflect (refleksi)

Siklus II: Plan (perencanaan)

Act (tindakan)

Observe (pengamatan)

Reflect (refleksi)

[image:52.595.150.472.500.709.2]

(53)

37

Dalam pelaksanaan ini, setiap satu siklus akan dilaksanakan dengan alur sebagai berikut:

1. Perencanaan pertama

Meliputi penetapan materi pembelajaran matematika kelas III SD dan penetapan waktu penelitian.

2. Pelaksanaan tindakan

Yaitu proses kegiatan belajar mengajar menggunakan media konkret pada pelajaran matematika materi pecahan pada kelas III SD. 3. Observasi

Dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan media konkret dapat membantu siswa memahami pecahan sederhana, yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Refleksi

Yaitu kegiatan mengolah hasil dari observasi kemudian mencari kemungkinan kekurangan yang ada pada pelaksanaan pembelajaran. Kekurangan yang ada selanjutnya dicari solusi perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

E. Rencana Tindakan Penelitian

(54)

38 1. Siklus I

a. Perencanaan

Dalam tahap perencanaan ini yaitu untuk melakukan tindakan berupa penerapan media benda konkret dalam bilangan pecahan matematika kelas III SD, kegiatan yang akan dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut:

1) Membuat rencana pembelajaran berdasarkan pokok bahasan bilagan pecahan.

2) Menyiapkan alat bantu (alat peraga) mengajar yang diperlukan dalam rangka mengoptimalkan kemampuan siswa dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal bahasan bilangan pecahan. 3) Membuat dan menyiapkan instrumen alat evaluasi yang meliputi: (a) Kisi-kisi soal

(b) Lembar soal

(c) Soal dibuat oleh peneliti bersama guru kelas kemudian divalidasi dengan dosen ahli dan guru kelas III A SD N Gedongkiwo.

(d) Kunci jawaban dan pedoman penelitian (e) Lembar jawaban

(f) Daftar nilai b. Tindakan

(55)

39

diri siswa, bagaimana proses pembelajaran berlangsung serta mendokumentasikan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. c. Pengamatan/ Observasi

Pelaksanaan observasi dilakukan selama kegiatan kegiatan pembelajarn Matematika berlangsung dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dipersiapkan peneliti sebelumnya. Peneliti akan mencatat semua hal-hal yang terjadi di kelas, seperti kinerja guru, situasi kelas, prilaku dan sikap siswa, penyajian materi dan sebagainya. Pengamatan dalam proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman masing-masing siswa terhadap konsep-konsep matematika khususnya bilangan pecahan dengan menggunakan media konkret. Kegiatan ini dilakukan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan peneiti selanjutnya.

d. Refleksi

(56)

40 2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan apabila pembelajaran yang dilakukan pada siklus I belum sesuai dengan indikator ketercapaian yang ditentukan yaitu Nilai KKM matematika yang telah ditentukan di kelas III A adalah 65, maka peneliti menentukan indikator keberhasilan pada penelitian ini adalah jika 100% siswa mencapai nilai sesuai KKM yang ditentukan dan lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas sebelum pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret. Jika dalam siklus II belum berhasil maka akan dilanjutkan ke siklus berikutnya

F. Tehnik Pengumpulan Data

1. Tes

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 150), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan kognitif siswa tentang pecahan. Tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai hasil belajar siswa. Tes diberikan pada tiap akhir pertemuan setiap siklus yang dilaksanakan.

2. Observasi

(57)

41

(2006: 157), mengemukakan observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

b. Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

Teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi sistematis dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan untuk menggambarkan proses peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media benda konkret.

G. Instrumen Penelitian

Instumen merupakan alat bantu bagi peneliti dalam menggunakan metode pengumpulan data. Suharsimi Arikontoro (2007:101), menyatakan baha:

“instrumen penelitian yang diartikan sebagai alat bantu merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angka (question-naira), daftar cocok (checklist) atau pedoman wawancara (interview guide atau intervew scedule), lembar pengamatan atau panduan pengamatan (obserfation shet atau interview guide), soal tes (yang kadang-kadang hanya disebut “tes” saja), inventori (infentory), skala (scala), dan lain sebagainya.

(58)

42 1. Tes

Pada penelitian ini tes akan dilakukan pada akhir siklus yang berfungsi untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus, yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media benda konkret.

Adapun kisi-kisi soal hasil belajar masing-masing siklus adalah sebagai berikut:

Standar Kompetensi :

3. Memahami pecahan sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.

Kompetensi Dasar :

[image:58.595.108.520.449.645.2]

3.1. Mengenal pecahan sederhana.

Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar Siklus I

Indikator yang akan dicapai

Bentuk tes No. Item Jumlah

Item

C1 C2 C3

Siswa dapat mengetahui pecahan sederhana

, , , Uraian A 1 A 2 - 2

Siswa dapat membaca dan menulis pecahan

yang berpenyebut sama. Uraian A 3 A 4 A 5 3

Siswa dapat melakukan penjumlahan 2

bilangan yang berpenyebut sama. Uraian B 1 B 4 B 5 3

Siswa dapat melakukan pengurangan 2

(59)
[image:59.595.106.520.95.250.2]

43

Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar Siklus II

2. Obsevasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman agar peneliti lebih terarah dapat melakukan observasi sehingga hasil data yang didapatkan sesuai dengan keinginan peneliti. Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan terhadap perilaku kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan dituis dalam lembar observasi yang telah disediakan. Data observasi ini berupa hasil kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Adapun pedoman yang digunakan peneliti sebagai instrumen pengamatan adalah:

a. Bagaimana aktivitas guru dalam mengajarkan materi pecahan dengan menggunakan media konkret.

b. Bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran melalui media konkret.

Indikator yang akan dicapai

Bentuk tes No. Item Jumlah

Item

C1 C2 C3

Siswa dapat membandingkan 2 pecahan

sederhana Uraian A 1 A 4 A5 3

Siswa dapat membandingkan pecahan yang tak

senilai. Uraian A 2 A 3 B 3,4 4

Siswa dapat menyelesikan soal cerita yang

(60)
[image:60.595.163.518.86.558.2]

44

Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Guru Mengajar.

No Indikator Aspek Yang Diamati

1. Menciptakan iklim yang kondusif.

a. Melaksanakan prinsip-prinsip pengelolaan kelas dan

menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif.

b. Memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

suasana belajar mengajar dan menguasai masalah-masalah pembelajaran dan pengelolaan kelas.

2. Menata ruang

belajar.

a. Melaksanakan berbagai model tata ruang belajar.

b.Mempergunakan sarana dan prasarana kelas secara

tepat.

c. Melaksanakan pengaturan ruang belajar secara

tepat.

3. Mengelola interaksi a. Menerapkan keterampilan membuka dan menutup

pembelajaran

b.Menerapkan keterampilan bertanya.

c. Menerapkan keterampilan memberi penguatan.

d.Menerapkan keterampilan yang bervariasi.

e. Menerapkan keterampilan menjelaskan.

f. Menerapkan keterampilan membimbing diskusi

kelompok kecil.

g.Menerapkan keterampilan mengelola kelas.

h.Menerapkan keterampilan mengajar perseorangan.

4. Menilai persentasi

siswa untuk kepentingan pembelajaran.

a. Menerapkan prinsip-prinsip penilaian.

b.Menerapkan berbagai bentuk penilaian.

c. Menyusun alat penilaian sesuai dengan indikator.

d.Memiliki dokumen alat penilaian.

e. Memiliki alat documen penilaian.

5. Menilai proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

a. Memiliki catatan evaluasi terhadap metode yang

digunakan.

b.Memiliki catatan evaluasi terhadap alat peraga yang

digunakan.

c. Mempunyai program perbaikan terhadap proses

(61)
[image:61.595.163.516.90.347.2]

45

Tabel 4. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa Per Kelompok.

No Indikator Aspek Yang Diamati

1 Tanggapan siswa

terhadap media

a. Siswa tertarik mengikuti pembelajaran.

b. Siswa memperhatikan pembelajaran.

c. Siswa aktif dalam proses belajar mengajar.

2 Partisipasi siswa

dalam diskusi

a. Siswa aktif dalam berdiskusi.

b. Siswa mengajukan pertanyaan kepada teman.

c. Siswa berani mengutarakan pendapatnya.

d. Siswa bertanggung jawab dalam penyelesaian tugas

kelompok.

e. Siswa bertanggungjawab dengan anggota

kelompoknya.

f. Siswa memberikan tanggapan terhadap pendapat

temannya.

g. Siswa dapat melakukan kegiatan dalam LKS.

3 Partisipasi dalam

proses belajar mengajar

a. Siswa merespon setiap pertanyaan dari guru.

b. Siswa merespon tugas dari guru.

c. Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru.

H. Validasi Instrumen

Validasi instrumen penelitian ini menggunakan validasi isi (content validity) yaitu dengan melihat dengan cermat ketepatan isi dari instrumen yang akan digunakan. Valid atau tidaknya soal tes dan lembar observasi tersebut berdasarkan kisi-kisi yang telah ditetapkan dan telah disetujui oleh Rahayu Condro Murti, M.Si. dosen ahli sebagai expert judgement.

I. Teknik Analisa Data

(62)

46

Data akan diperoleh dari lembar observasi pada saat proses pembelajaran dan tes hasil belajar siswa tiap siklus. Tehnik analisa data untuk masing-masing instrumen adalah sebagai berikut:

1. Analisa data hasil observasi

Observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung yang berpedoman pada lembar observasi yang telah dibuat sebelumnya yaitu:

a. Analisa data observasi aktivitas guru dalam proses pembelajaran menggunakan media benda konkret.

b. Analisa data observasi keaktifan belajar matematika siswa.

Untuk mengamati persentase setiap pengamatan dari hasil observasi dapat menggunakan rumus sebagai berikut (Trianto, 2010: 242).

Persentase (

%)

=

x 100%

[image:62.595.154.417.551.727.2]

Skor yang diperoleh dari hasil perhitungan tersebut dijabarkan dalam kategori sebagai berikut (Ngalim Purwanto, 2012: 103),

Tabel 5. Kategori Skor Menurut Ngalim Purwanto.

Persentase Kategori

86 -100% Sangat Baik

76 – 85% Baik

60 -75% Cukup

55 – 59% Kurang

(63)

47 2. Analisa data hasil belajar siswa

a. Analisa kualitatif

Data hasil belajar siswa akan dianalisa secara kualitatif. Hal itu dilakukan agar dalam penyusunan data-data mudah dipahami dan dapat diinformasikan dengan jelas serta tepat.

b. Analisa Kuantitatif

Pada akhir setiap siklus dihitung nilai rata-ratanya kemudian dideskripsikan hasil rata-rata tes siswa tersebut. Jika hasil tes siswa mengalami kenaikan sesuai setandar nilai yang ditentukan, maka diasumsikan dengan menerapkan pembelajaran matematika dengan menggunakan media konkret dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Rumus perhitungan hasil belajar:

Untuk menghitung rata-rata kelas menurut Nana Sudjana (2005: 109) digunakan rumus sebagai berikut:

Sedangkan rumus untuk menghitung persentasi keberhasilan pembelajaran adalah sebagai berikut:

=

Keterangan:

= rata-rata (mean)
(64)

48

J. Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika terjadi peningkatan

hasil belajar dilihat dari perbandingan rata-rata nilai hasil belajar siswa dari

pre-test dan post-test setiap siklus. Nilai KKM matematika yang telah ditentukan di

kelas III A adalah 65. Bila 100% siswa yang hadir memenuhi KKM dan lebih

tinggi dari nilai rata-rata kelas sebelum pembelajaran dengan menggunakan

(65)

49

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal Siswa Sebelum Tindakan

[image:65.595.137.383.394.729.2]

Untuk mengetahui kondisi awal siswa sebelum tindakan maka dilakukan pre-test hasil belajar. Pre-test hasil belajar siswa dilakukan pada hari Senin 09 mei 2016. Jumlah siswa kelas III A SD N Gedongkiwo adalah 29 siswa, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan, namun pada saat pelaksanaan pre-test terdapat 2 siswa yang tidak hadir, sehingga jumlah siswa menjadi 27, yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Adapun nilai pre-test hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6. Hasil Pre-test Siswa Kelas III A

No. Absen Nama Siswa Pree tes Keterangan

1. AS 30 Belum Tuntas

2. MS 40 Belum Tuntas

3. EP 55 Belum Tuntas

4. PD 35 Belum Tuntas

5. AN 100 Tuntas

6. FA 85 Tuntas

7. - - Pindah sekolah

8. DB 95 Tuntas

9. TR 70 Tuntas

10. ASH 40 Belum Tuntas

11. AT 35 Belum Tuntas

12. RN 100 Tuntas

13. SA 35 Belum Tuntas

14. IR 40 Belum Tuntas

15. BO 100 Tuntas

16. CD 70 Tuntas

17. AN 50 Belum Tuntas

18. NZ 70 Tuntas

19. SM - Tidak Hadir

20. AD 55 Belum Tuntas

21. ND 100 Tuntas

22. RE 85 Tuntas

23. AA 40 Belum Tuntas

24. NP 85 Tuntas

25. FA 80 Tuntas

26. MR 55 Belum Tuntas

27. KL - Tidak Hadir

28. FP 10 Belum Tuntas

29. NB 55 Belum Tuntas

(66)

50

Berdasarkan tabel pre-test hasil belajar siswa di atas diketahui bahwa siswa yang mencapai KKM ada 13 siswa (48,15%), sedangkang siswa yang belum mencapai KKM ada 14 siswa (51,85%). Dapat dikatakan bahwa Pre-test hasil belajar siswa masih rendah dengan rata-rata nilai yaitu 63,52 dan lebih banyak jumlah siswa yang belum mencapai KKM dari pada siswa yang sudah mencapai KKM. Berdasarkan hasil pre-test diatas kemudian guru dan peneliti melakukan tindakan dalam proses pembelajaran matematika materi pecahan pada kegiatan siklus I dan siklus II. Tindakan yang dilakukan yaitu kegiatan pembelajaran matematika dengn menggunakan media benda konkret.

B. Deskripsi Hasil Penelitian Sikus I

Sesuai dengan model penelitian Kemmis dan Taggert alur pelaksanaan penelitian ini ada 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan , observasi dan refleksi. Hasil penelitian per siklus akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Perencanaan Siklus I

Peneliti merancang tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi pecahan dengan media benda konkret di kelas III A SDN Gedongkiwo, dengan persiapan sebagai berikut:

Nilai rata-rata 63,5185

Yang Mencapai KKM 13

Yang Belum Mencapai KKM 14

Tidak Hadir 2

(67)

51

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus 1. RPP ini disusun peneliti dengan pertimbangan dari dosen matematika yang digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran matematika di kelas.

b. Menyusun lembar observasi guru untuk mempermudah observer mengetahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran menggunakan media benda konkret yang dilakukan oleh guru.

c. Menyusun lembar observasi siswa untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

d. Menyiapkan media pembelajaran dan LKS yang akan digunakan dalam setiap pembelajaran.

e. Menyiapkan soal evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi pecahan setelah dilakukan proses pembelajaran pada siklus 1.

2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

a. Pertemuan ke-1

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 10 Mei 2016. Materi yang dibahas pada pertemuan pertama ini adalah mengenal pecahan sederhana.

(68)

52

menanyakan kepada seluruh siswa di kalas mengapa tidak hadir dan siswa menjawab “tidak tau”. Untuk membuat siswa siap dalam belajar guru memotivasi siswa dengan tanya jawab, bagaimana jika ibu mempunyai 1 buah roti tetapi ibu ingin memberikan kepada 2 anak ibu?. Siswa menjawab bersahut-sahutan, sehingga jawaban siswa sebagian tidak terdengar. Beberapa siswa ramai dan ada yang diam saja. Guru meminta salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan. Siswa yang berani mengutarakan pendapat diberikan pujian dan guru bersama siswa lainnya memberi tepuk tangan, kemudian guru mengucapkan “bagus” dan ancungan jempol.

Guru membagikan roti kepada siswa, 1 buah roti untuk 2 siswa dan kemudian mempraktekkannya bersama-sama cara penyelesaian masalah tersebut. Siswa terlihat antusias dengan media yang digunakan namun ada salah satu siswa memakan roti tersebut, kemudian guru menegur siswa dan menggantikan roti yang telah dimakan. Setelah selesai melakukan percobaan guru bertanya kepada siswa, “apakah semua sudah paham?”. Seluruh siswa menjawab sudah.

(69)

53

siswa menjadi 6 kelompok. Dikarenakan sebagian siswa tidak mau bergabung dengan kelompok yang ditentukan, maka guru memutuskan siswa menentukan kelompoknya masing-masing dengan syarat masing-masing kelompok maksimal 5 siswa. Masing-masing kelompok mengambil alat dan bahan. Kemudian guru meminta siswa untuk membaca bersama-sama langkah dalam mengerjakan LKS. Setelah selesai membaca bersama-sama, kemudian masing-masing kelompok mengerjakan LKS tersebut.

Pada saat mengerjakan LKS sebagian siswa ada yang tidak ikut mengerjakan, kemudian guru menegur siswa tersebut untuk ikut bergabung kedalam kelompoknya. Setelah LKS selesai masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kelompo secara bergantian. Ada dua kelompok yang masih malu-malu untuk mempersentasikan hasil LKS mereka, kemudian guru meyakinkan siswa bahwa mereka pasti bisa dan guru membimbing kelompok untuk mempersentasikan hasil lembar kerja siswa. Setelah masing-masing kelompok selesai mempersentasikan hasil diskusi, guru memberi penguatan tentang LKS yang sudah dibuat dan melakukan tanya jawab menyangkut materi.

(70)

54

motivasi kepada siswa untuk giat belajar dan mengulangi pelajaran kembali. Guru memberi salam penutup dan mempersilahkan siswa untuk beristirahat.

b. Pertemuan ke-2

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 12 Mei 2016. Materi yang dibahas pada pertemuan kedua ini adalah menjumlahkan dan mengurangkan pecahan yang berpenyebut sama.

Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan berdoa bersama dan dilanjutkan menyanyikan lagu indonesiaraya, kemudian guru mengucapkan salam pembuka. Guru melakukan presensi dan diketahui bahwa terdapat 3 siswa yang tidak hadir. 1 siswa izin skit sedangkan 2 siswa tanpa keterangan. Saat memulai proses pembelajaran guru memotivasi siswa dengan tanya jawab, kemarin kita sudah mempelajari tentang pecahan sederhana. Jika 1 benda dibagi menjadi 2 bagian yang sama, maka berapa bagian kah yang terbentuk?. Siswa menjawab dengan kompak, dan benar. Kemudian guru mengucapkan “bagus” dan ancungan jempol kepada seluruh siswa. Setelah guru melakukan apresepsi kemudian guru memasuki kegiatan inti.

(71)

55

jawaban yang benar namun tanpa menggunakan langkah penyelesaian. Setelah selesai guru mengucapkan “bagus” kepada siswa dan mempersilahkan duduk. Guru mengambil sebuah benda dan bertanya ini apa anak-anak, siswa menjawab kertas. Kemudian guru mengambil sebuah benda lagi dan bertanya, ini apa?, siswa menjawab plastik. Siswa menjawab dengan bersemangan sehingga keadaan kelas begitu ramai, dan ada juga siswa yang sibuk dengan mainannya sendiri, ada juga siswa yang cumadiam saja. Guru berkata ya benar ini adalah kertas F4 dan plastik bening yang sama ukurannya dengan kertas F4. Kemudian guru menjelaskan cara kerja menggunakan benda tersebut untuk menyelesaikan soal. Pada saat guru menerangkan media, tidak semua siswa memperhatikan kedepan.

(72)

56

megerjakan LKS banyak siswa yang bertanya cara penggunaannya, kemudian guru menjelaskan kembali satu per satu kepada siswa yang bertanya. Setelah LKS selesai masing-masing kelompok diminta untuk mempersentasikan hasil kelompo secara bergantian dengan bimbingan guru. Setiap kelompok yang sudah mempersentasikan hasil LKS guru memberi apresiasi lisan dengan ucapan “bagus” sesekali

guru memberi ancungan jempol dan tepuk tangan bersama-sama. Untuk memasuki kegiatan penutup guru memancing siswa untuk menyimpulkan materi yang sudah dipelajari. Guru memberi sebuah soal dan menjawab secara bersama-sama. Guru memberi contoh soal kembali, kemudian guru memilih salah satu siswa yang terlihat kurang paham untuk menyelesaikannya di papan tulis secara terbimbing. Setelah selesai menyimpulkan materi siswa diberi soal evaluasi siklus 1. Setelah selesai mengerjakan soal evaluasi guru memberi motivasi kepada siswa untuk giat belajar dan mengulangi kembali apa yang sudah dipelajari. Guru memberi salam penutup dan mempersilahkan siswa untuk beristirahat.

3. Observasi

a. Observasi nilai hasil belajar

(73)

57

[image:73.595.169.421.144.623.2]

siswa, dilakukan tes evaluasi yang telah terlampir. Data hasil tes tersebut dapat dilihat di bawah ini:

Tabel 7. Hasil Belajar Siswa Kelas III A Siklus I No.

Absen

Nama

Siswa Tes I Keterangan

1. AS 100 Tuntas

2. MS 85 Tuntas

3. EP - Tidak Hadir

4. PD 55 Belum Tuntas

5. AN 100 Tuntas

6. FA 100 Tuntas

7. - - Pindah Sekolah

8. DB 95 Tuntas

9. TR 65 Tuntas

10. ASH 100 Tuntas

11. AT - Tidak Hadir

12. RN 100 Tuntas

13. SA 95 Tuntas

14. IR 70 Tuntas

15. BO 100 Tuntas

16. CD 70 Tuntas

17. AN 100 Tuntas

18. NZ 100 Tuntas

19. SM 100 Tuntas

20. AD 95 Tuntas

21. ND 100 Tuntas

22. RE 100 Tuntas

23. AA 70 Tuntas

24. NP 95 Tuntas

25. FA 100 Tuntas

26. MR 75 Tuntas

27. KL - Tidak Hadir

28. FP 70 Tuntas

29. NB 100 Tuntas

30. NC 100 Tuntas

Berdasarkan tabel hasil belajar siswa pada siklus I di atas, diketahui bahwa nilai rata-rata kelas sebesar 89,6. Siswa yang mencapai KKM ada 25 siswa (96.15%), sedangkang siswa yang

Nilai rata-rata 89,6

Yang Mencapai KKM 25

Yang Belum Mencapai KKM 1

Absen 3

(74)

58

belum mencapa

Gambar

Gambar 1. Desain Penelitian Menurut Kemmis dan Mc. Taggert
Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar Siklus I
Tabel 2. Kisi-Kisi Soal Hasil Belajar Siklus II
Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Guru Mengajar.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul skripsi : Penggunaan Media Benda Manipulatif Untuk Meningkatkan Hasil belajar Matematika Materi Penjumlahan Bilangan Pecahan (PTK Pada Siswa Kelas IV SD

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Konsep Pecahan Sederhana dengan Media

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

Papan pecahan merupakan sebuah papan yang digunakan untuk memenanamkan konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan pada kelas IV Sekolah Dasar. Peneliti membuat

Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media pita kertas pada pembelajaran pengurangan pecahan dapat meningkatkan pembelajaran di kelas karena dapat meningkatkan

Terdapat lima indikator keaktifan beserta cirinya menurut Sudjana 2010, yaitu: 1 turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, misalnya siswa mendengarkan, memperhatikan,

Terlihat bahwa siklus II kegiatan guru dan siswa sudah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model kontekstual dengan berbantuan media benda konkret secara

Kemudian pada kegiatan inti yang guru dan siswa lakukan adalah (1) siswa menyimak penjelasan guru tentang kegiatan yang akan dilakukan, (2) membentuk kelompok menjadi