i
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KELILING BANGUN DATAR DAN LUAS BANGUN DATAR
SISWA KELAS III SEMESTER 2 SDN CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRIT
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Faisal NIM 11108249010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v MOTTO
“semangat belajar dan pantang menyerah, adalah harga mati sebuah keberhasilan”
vi
PERSEMBAHAN
Seiring rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena semua ini berjalan atas rahmat-Nya, sehingga karya ini dapat kupersembahkan untuk:
1. Bapak dan Mama tercinta, yang tak pernah kenal lelah berusaha
memenuhi kebutuhan saya, dalam setiap doanya terkandung makna dan karunia yang sangat berarti bagi perjalanan hidup saya.
vii
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KELILING BANGUN DATAR DAN LUAS BANGUN DATAR
SISWA KELAS III SEMESTER 2 SDN CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRIT
Oleh Faisal NIM 11108249010
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pokok behasan luas dan keliling bengun datar dan luas bangun datar dengan menggunakan media benda konkret pada siswa kelas III SD N Cepit, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas dengan model siklus yang berulang dan berkelanjutan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD N Cepit yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 12 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan metode observasi. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar matematika materi luas dan keliling bengun datar dan luas bangun datar siswa kelas III menggunakan media benda konkret berupa alat peraga bangun datar. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai siswa materi keliling bangun datar sebelum dan sesudah diberi tindakan. Peningkatan nilai rata-rata yaitu dari prasiklus sebesar 63,75 siklus I sebesar 77 dan siklus II menjadi 88,75 pada rentang skor nilai 0-100. Persentase ketuntasan pada prasiklus mencapai 35%, siklus I mencapai 70%, dan pada siklus II mencapai 100%. Dari hasil tersebut dapat dilihat adanya peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat 13,25 , dari siklus I ke siklus II meningkat 11,75 dan dari prasiklus ke siklus II 26. Hasil akhir diketahui bahwa semua nilai rata-rata siswa dan persentase ketuntasan siswa sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui media benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi keliling bangun datar siswa kelas III SD N Cepit Tahun Ajaran 2015/2016.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
atas limpahan hikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini dengan baik. Yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KELILING BANGUN DATAR DAN LUAS BANGUN DATAR SISWA KELAS III SEMESTER 2 SD N CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA
KONGKRIT”.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak yang telah memberi dukungan, informasi serta bimbingan
selama proses pengerjaan skripsi ini dari tahap perencanaan hingga penyelesaian.
Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan
memberikan fasilitas dan kemudahan untuk kelancaran studi peneliti.
2. Bapak dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
beserta jajaran-Nya atas pengorbanan dan kasihs ayang yang senantiasa
ix
mendukung kegiatan perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
sebagaimahasiswa PPGT di Universitas Negeri Yogyakarta.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar yang telah
menyetujui pemilihan judul karya ini.
4. Bapak Sri Rochadi, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan kritik dan saran serta masukan
untuk kesempurnaan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan tulus dan penuh
kesabaran.
5. Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang telah memberikan bekal ilmu, wawasan
dan semangat pada kami untuk terus maju dengan penuh kesabaran.
6. Bapak Suparlan, dan Ibu Romlah atas kesabaran dan ketabahan selama
mendampingi kami di asrama.
7. Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri Yogyakarta.
8. Bapak Kepala SD N Cepit Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang telah
memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.
9. Guru kelas III Ibu Juwariah yang telah bersedia bekerjasama dan menjadi
pelaksana tindakan dalam pelaksanaan penlitian di kelas III SD Negeri Cepit.
10.Siswa-siswi kelas III SD Negeri Cepit atas semangat dan kesungguhannya
mengikuti pembelajaran dalam penelitian yang penulis laksanakan.
11. Kedua orang tua saya serta keluarga, terutama Bapak dan Ibunda tercinta
yang penuh keikhlasan senantiasa memberikan doa, motivasi, kasih sayang
xi DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ……….. ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 7
1. Tinjauan Tentang Belajar ... 7
2. Tinjauan tentang Kesulitan Belajar ... 9
3. Ketuntasan Belajar ... 10
4. Lembar Kerja (LKS) ... 11
5. Tinjauan tentang Prestasi Belajar ... 12
6. Belajar Matematika ... 14
7. Alat Peraga ... 18
8. Bangun datar di Sekolah Dasar ... 19
B. Media Konkret ... 22
xii
2. Cirri-Ciri Media Pembelajaran………...…… 23
3. Manfaat Media Pembelajaran……….. ... 24
4. Jenis-Jenis Media Pembelajaran………... ... 28
5. Faktor Yang mempengaruhi Pemilihan Media……….... ... 29
6. Media Konkret………... ... 31
7. Kelebihan Media Konkret……… ... 32
C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar………. ... 33
D. Kerang Pikir……… ... 34
E. Hipotesis Penelitian ... 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36
B. Desain Penelitian ... 37
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 41
D. Setting Penelitian ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 41
F. Teknik Analisis Data ... 44
G. Kriteria Keberhasilan ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46
2. Deskripsi Subyek Penelitian ... 47
3. Deskripsi Kegiatan Penelitian ... 48
a. Tahapahan Prasiklus ... 48
b. Siklus I ... 51
1) Perencanaan Tindakan ... 51
2) Pelaksanaan Tindakan ... 51
3) Observasi Kegiatan ... 54
4) Refleksi Kegiatan ... 55
c. Siklus II... 56
1) Perencanaan Kegiatan ... 56
xiii
3) Observasi kegiatan ... 58
4) Refleksi Kegiatan ... 59
4. Analisis Data Hasil Penelitian ... 60
a. Siklus I ... 60
1) Observasi Kegiatan Pembelajaran... 60
a) Observasi Aktivitas Guru ... 60
b)Observasi Aktivitas siswa ... 62
2) Prestasi Belajar Siswa ... 64
b. Siklus II ... 65
1) Observasi Kegiatan pembelajaran ... 65
a) Observasi Aktivitas Guru ... 65
b)Observasi aktivitas Siswa ... 67
2) Prestasi Belajar Siswa ... 68
B. Pembahasan ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
xiv
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Kisi-kisi Soal ... 42
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Guru ... 43
Tabel 3. Pedoman Konservasi Tingkat aktivitas Guru dan Siswa ... 45
Table 4. Data Hasil Nilai Siswa Sebelum Pelaksanaan Kegiatan(Pretes) 50
Tabel 5. waktu pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan ke2 ... 51
Tabel 6. Waktu Pelaksanaan Penelitian Siklus II pertemuan ke 2 ... 56
Tabel 7. Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I Pertemuan Ke 2 ... 61
Tabel 8. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 62
Tabel 9. Hasil Nilai Siklus I Pertemuan Ke II Pada Pokok Bahasan Keliling BangunDatar Kelas III ... 64
Tabel 10. Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II Pertemuan Ke II .... 66
Tabel 11. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II... 67
Tabel 12. Hasil Nilai Siklus II Pertemuan Ke II Pokok Bahasan Keliling Bangun Datar ... 69
xv
DAFTAR DIAGRAM
hal
Gambar 1. Diagram Aktivitas Siswa Dan Guru ... 70 Gambar 2. Diagram Persentase Ketuntasan Siswa dari Pra Siklussampai
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 81
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 84
Lampiran 3. Lembar Observasi Siswa ... 87
Lampiran 4. Lembar Observasi Guru... 91
Lampiran 5. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 93
Lampiran 6 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 94
Lampiran 7 Sola Postes Siklus I... 95
Lampiran 8 Soal Prostes Siklus II ... 99
Lampiran 9 Nilai Pra Siklus ... 103
Lampiran 10 Nilai Postes Siklus I ... 103
Lampiran 12 Nilai Postes Siklus II ... 104
Lampiran 13 Perbandingan Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 104
Lampiran 14 Dokumentasi ... 105
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu hal pokok yang melekat pada peserta didik. Peserta
didik disini mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai Perguruan Tinggi. Makin tinggi tingkat
pendidikan yang ditempuh maka pelajar akan mempunyai beban belajar yang
bertambah pula. Beban tersebut menjadi mudah apabila setiap siswa memiliki
kesadaran akan arti penting dan hasil yang diperoleh dari belajar yang
dilaksanakan. Hasil yang baik dicapai siswa dengan usaha-usaha yang maksimal
dan strategi yang tepat.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotorik(Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 13). Jadi kebiasaan cara belajar juga
berpengaruh pada hasil yang diinginkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor
jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan, faktor lain adalah faktor ekstern
contohnya faktor keluarga, faktor sekolah serta faktor masyarakat. Setiap anak
mempunyai karakteristik yang beragam. Salah satu anak dapat menempuh
kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami berbagai
kesulitan, sedangkan tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya
hambatan-2
hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis,
sosiologis maupun fisiologis sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi
belajar yang dicapai berada dibawah semestinya. Matematika adalah salah satu
pelajaran yang ada dalam ujian nasional dan seringkali dianggap menjadi
pelajaran yang sulit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Alva Handayani
(2004:15) pada Semiloka Mengatasi Fobia Matematika pada Anak di Bandung
“munculnya fobia Matematika pada anak juga disebabkan sugesti yang tertanam
dalam benak seorang anak bahwa Matematika itu sulit“. Sugesti tersebut muncul dari orang-orang sekitar yang menyatakan Matematika itu sulit. Pada saat yang
sama, Ivan Pranoto (pemerhati pendidikan Matematika dan dosen Program Studi
Matematika Institut Teknologi Badung) menyatakan “munculnya anggapan siswa dan masyarakat bahwa pelajaran Matematika sulit bahkan menjadi fobia, lebih
disebabkan pada pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan dan kecepatan
berhitung“. Hakikat Matematika menurut Frans Susilo dalam Pendidikan Sains yang Humanistik yaitu :
1. Matematika bukanlah ilmu yang memiliki kebenaran mutlak, kebenaran
dalam matematika adalah kebenaran yang tergantung pada kesepakatan
bersama.
2. Matematika bukanlah ilmu yang tidak dapat salah. Matematika dikatakan
tidak dapat salah karena matematika merupakan ilmu pasti. Contohnya 1 +
1 = 2, di Negara manapun tetap sama. Sebagai ilmu yang dikembangkan
oleh manusia, matematika tentu tidak luput dari keterlibatan dan kesalahan
3
3. Matematika bukanlah kumpulan simbol dan rumus yang tak ada kaitannya
dengan dunia nyata. Justru sebaliknya Matematika tumbuh dari dan
berakar dalam dunia nyata.
4. Matematika bukanlah teknik pengerjaan yang perlu dihafal saja sehingga
siap pakai untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.
5. Objek Matematika adalah unsur yang bersifat sosio-kultural historis yaitu
merupakan milik bersama seluruh umat manusia, sebagai salah satu sarana
yang digunakan untuk mengembangkan segi-segi tertentu dalam peri
kehidupan manusiawinya, dan yang terbentuk melalui proses panjang
menyejarah yang berbentuk wajah Matematika itu sendiri (Rahmawati
Eka, 2008: 2).
Kenyataannya proses belajar mengajar Matematika masih belum sesuai
dengan hakikat Matematika. Kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru masih
menggunakan metode konvensional proses Drill and Practise dalam
menyampaikan materi. Siswa diberikan definisi-definisi, setelah itu langsung pada
contoh-contoh, sehingga peserta didik hanya memperoleh catatan-catatan yang
berupa simbol dan rumus-rumus saja, tidak ada aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini berakibat pada siswa yang apabila mereka diberi soal yang
berbeda dengan contoh-contoh atau soal latihan cenderung membuat kesalahan.
Selain itu, rendahnya minat belajar Matematika disebabkan karena banyak guru
mengajarkan Matematika dengan materi dan metode yang kurang menarik.
Prestasi merupakan hasil dari usaha-usaha yang telah dilakukan(Rahmawati
4
hasil yang dicapai maksimal dan berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
Mengatasi fobia bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit memang tidak
mudah, peran guru disini sangatlah penting dalam upaya peningkatan hasil belajar
siswa. Guru harus dapat memilih metode-metode yang sesuai dengan pokok
bahasan yang disampaikan, dan juga mempunyai cara-cara yang menarik sehingga
peserta didik mempunyai minat yang tinggi terhadap pelajaran Matematika.
Rendahnya prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika di sekolah
antara lain disebabkan oleh banyak faktor. Untuk memahami konsep-konsep
Matematika yang abstrak memerlukan pengulangan yang kontinyu dan
berkesinambungan belajar di luar jam sekolah. Kemauan siswa untuk mengulang
pelajaran Matematika di rumah akan sangat tergantung dari prestasinya terhadap
pelajaran Matematika. Kurangnya prestasi siswa untuk belajar Matematika
disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam menguasai materi atau cara
mengajarkannya kurang efektif, sehingga siswa tidak dapat menyerap materi yang
sedang diajarkan.
Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran
Matematika menggunakan media kongkrit pada materi bangun datar adalah
benda-benda konkret. Benda konkret adalah perangkat pembelajaran yang berupa
benda fisik yang dapat memodelkan dan memperagakan konsep serta proses
Matematika. Melalui benda-benda konkrit tersebut diharapkan siswa dapat belajar
sambil bermain sehingga siswa dapat secara aktif belajar dengan aktifitas yang
5
Dari hal tersebut peneliti tertarik untuk mengungkapkan dan meneliti
bagaimanakah bila dalam pembelajaran Matematika memanfaatkan media
pembelajaran berupa benda-benda konkret sebagai bantuan untuk
memvisualisasikanbangun datar. Maka, peneliti merumuskan beberapa
permasalahan di atas ke dalam sebuah judul “Upaya meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III semester 2 SDN Cepit dengan menggunakan
Media Benda Kongkrit pada Materi Bangun Datar”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat mengidentifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Adanya anggapan bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit.
2. Adanya anggapan bahwa ketakutan pada Matematika disebabkan karena
pola pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan dan kecepatan
berhitung.
3. Pembelajaran Matematika masih menggunakan metode konvensional.
4. Rendahnya minat belajar Matematika disebabkan karena guru dalam
menyampaikan materi kurang menarik.
5. Ketidakmampuan guru dalam menguasai metode mengajar.
6. Cara mengajar guru kurang efektif.
C. Pembatasan Masalah
Bertolak dari latar belakang diatas, supaya permasalahan yang dikaji dapat
terarah dan untuk menghindari penyimpangan dari masalah yang diteliti, maka
6
meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas III semester 2 tahun ajaran
2014/2015 pada materi keliling dan luas bangun datar.
D. Perumusan Masalah
Berdasar uraian latar belakang masalah di atas penulis dapat
merumuskan“Bagaimanameningkatkan prestasi belajar keliling bangun datar dan luas bangun datar siswa kelas III semester 2 dalam menggunakan media benda
kongkret”.
E. Tujuan Penelitian
Tujuanpenelitiannya adalah:
Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III semester 2
dengan menggunakan media benda kongkret.
F. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat Penelitian adalah:
1. Sebagai wawasan bagi penulis, khususnya mengenai kepedulian guru
dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Sebagaipelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Memberikan masukan bagi berbagai pihak terutama bagi guru yang
mengajar Matematika dengan menggunakan benda konkrit pada materi
bangun datar.
4. Sebagai bahan masukan bagi sekolah khususnya guru bidang Matematika
dalam menggunakan benda konkret pada materi bangun datar sebagai
salah satu cara yang efektif dan efisien dalam meningkatkan aktivitas dan
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan Tentang Belajar
Dalam sejarah perkembangan psikologi, kita akan mengenal
aliran psikologi. Tiap aliran psikologi tersebut memiliki tafsiran
sendiri-sendiri tentang belajar, menurut pandangannya masing-masing.
Pandangan-pandangan itu umumnya berbeda satu sama lain dengan
alasan-alasan tersendiri.
a. Belajar menurut psikologi klasik
Menurut teori ini, hakikat belajar adalah all learning is a
prosess of developing or training of mind. Kita belajar melihat objek
dengan menggunakan substansi dan sensasi. Kita mengembangkan
kekuatan mencipta, ingatan, keinginan, dan pikiran, dengan
melatihnya. Dengan kata lain pendidikan adalah suatu proses dari
dalam atau inner development. Tujuan pendidikan adalah
self-development atau self-cultivation atau self-realization (Hamalik,
Oemar, 2008: 40).
b. Belajar menurut psikologi daya
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya,
mengingat, berpikir, merasakan, kemauan dan sebagainya. Tiap daya
mempunyai/memiliki semua daya-daya itu, hanya berbeda
8
daya-daya itu perlu dilatih, sehingga dapat berfungsi. Teori ini
bersifat formal, karena mengutamakan pembentukan
daya-daya(Nasution, 2010: 36).
c. Belajar menurut teori mental state
Menurut teori ini belajar adalah memperoleh pengetahuan
melalui alat indera yang disampaikan dalam bentuk
perangsang-perangsang dari luar. Pengalaman-pengalaman berasosiasi dan
bereproduksi. Karena itu latihan memegang peranan penting. Lebih
banyak latihan dan ulangan, maka akan lebih dan lebih lama
pengalaman dan pengetahuan itu tinggal dalam kesadaran dan ingatan
seseorang, dan sebaliknya kurang ulangan dan laitan maka
pengalaman/pengetahuan akan cepat terlupakan(Muhibbin Syah,
2004:105).
d. Belajar menurut psikologi behavioristik
Behavioristik adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.
Belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan hubungan
antara stimulus dan respons. Dengan memberikan rangsangan
(stimulus), maka anak akan mereaksi dengan respons. Hubungan
stimulus-respons ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan
otomatis pada belajar. Jadi pada dasarnya kelakuan anak adalah
terdiri atas respons-respons tertentu terhadap stimulus-stimulus
tertentu. Dengan latihan-latihan maka hubungan-hibungan itu akan
9
2. Tinjauan tentang Kesulitan Belajar
a. Kesulitan belajar dan gejala-gejalanya.
Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam
proses yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk
mencapai hasil belajar(Hamalik, Oemar, 1983: 72). Beberapa gejala
sebagai pertanda adanya kesulitan belajar di antaranya adalah.
1) menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata nilai
yang dicapai kelompok.
2) hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan.
3) lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.
4) menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh ,
berpurapura, dusta dan lain-lain.
5) menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos,
datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak mau
mencatat pelajaran dan lain-lain.
6) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti
pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam
menghadapi situasi tertentu (Natawijaya 1984:177).
b. Latar belakang kesulitan belajar
Menurut Natawijaya (1984:178) kesulitan belajar yang
dihadapi oleh siswa disebabkan oleh berbagai faktor baik yang
10
1) Faktor dari dalam (intern)
Faktor dari dalam diri siswa di antaranya adalah
a) kurangnya kemampuan dasar yang ada dalam diri siswa
b) kurangnya bakat khusus yang mendasari kegiatan belajar.
c) kurangnya motivasi untuk belajar.
d) gangguan jasmani seperti : cacat tubuh dan gangguan pada
pancaindera.
e) situasi pribadi (emosional)
f) faktor-faktor bawaan seperti : buta warna, kidal, dan lain-lain.
2) Faktor dari luar (ekstern)
Faktor-faktor dari luar diri siswa di antaranya adalah
a) faktor lingkungan sekolah yang kurang menunjang proses
belajar.
b) situasi dalam keluarga yang kurang menunjang untuk belajar.
c) lingkungan sosial yang kurang memadai.
3. Ketuntasan Belajar
Menurut Suhito (1986:94) ketuntasan belajar menurut kurikulum
1984 meliputi :
a. Ketuntasan belajar dapat dilihat secara kelompok maupun perorangan.
b. Secara kelompok ketuntasan belajar dinyatakan telah dicapai jika
sekurang-kurangnya 85% dari siswa dalam kelompok yang
11
c. Secara perorangan ketuntasan belajar dinyatakan telah terpenuhi jika
seseorang siswa telah mencapai taraf penguasaan minimal yang
ditetapkan bagi setiap unit bahan yang dipelajari.
d. Dalam kurikulum1984 taraf penguasaan minimal yang ditetapkan
dalam ketuntasan belajar secara perorangan adalah
1) 75% dari materi setiap satuan bahasan dengan melalui penilaian
formatif.
2) 60% dari nilai ideal rapor yang diperoleh melalui penghitungan
hasil tes sumatif dan kokurikuler.
4. Lembar Kerja (LKS)
a. Pengertian
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
pendidikan Dasar dan Menengah, Balai Penataran guru (1998:66)
menyebutkan pengertian lembar pengajaran yaitu lembar pengajaran
atau LP pada umumnya disebut sebagai lembar kerja atau LK yang
dirancang untuk menyusun berbagai macam lembar kerja agar dapat
memenuhi kebutuhan kelas. Lembar kerja yang memuat berbagai
permasalahan dapat dimanfaatkan untuk memberikan tugas
tambahan, pekerjaan rumah dan proses belajar mengajar. Lembar
kerja yang digunakan untuk kegiatan proses belajar mengajar di kelas
adalah LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS adalah salah satu bentuk
program yang berdasarkan atas tugas yang harus diselesaikan dan
12
keterampilan. Oleh sebab itu LKS harus dipersiapkan dengan baik,
agar tujuan dapat dicapai. LKS juga digunakan dalam proses belajar
mengajar untuk mengecek tingkat pengalaman peserta didik terhadap
materi yang disajikan. LKS dapat digunakan melalui kurikulum
apabila bertujuan untuk mengembangkan materi yang telah disajikan
atau tugas yang materinya dapat dipelajari secara mandiri tanpa
melalui tatap muka.
b. Tujuan LKS
1) Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.
2) Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan
keterampilan proses.
3) Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan
proses belajar.
c. Manfaat LKS
1) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.
2) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang
dipelajari melalui kegiatan belajar.
3) Membantu guru dalam menyusun rencana pengajaran.
4) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang
konsep yang dipelajari secara sistematis.
5. Tinjauan tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian prestasi belajar Menurut Winkel (1993:122) prestasi
13
dengan belajar dapat diartikan penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Anak belajar
karena bertujuan untuk mencapai suatu hasil atau prestasi.Dalam
kegiatan belajar itulah yang dimaksud dengan prestasi belajar.Akan
tetapi dalam pencapaiannya banyak hambatan-hambatan yang
mempengaruhi akibat dari faktor-faktor tertentu.
Ditinjau dari faktor guru dan siswa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar adalah sebagai berikut
a. Faktor internal
1) kelemahan fisik
2) kelemahan mental
3) kebiasaandari sikap yang salah
4) tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang
diperlukan.
b. Faktor eksternal
a) bahan dan buku yang dipergunakan
b) beban studi yang terlalu berat
c) populasi siswa dalam kelas
d) metode pengajaran yang kurang tepat
14
6. Belajar Matematika
Pengertian belajar matematika yang dikemukakan oleh Jerome
Brunner (Herman Hudoyo,1988:27) mengatakan bahwa belajar
matematika adalah belajar terntang konsep-konsep dan struktur-struktur
matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta menjalankan
hubungan antara konsep-konsep dan struktur–struktur itu. Lain dari itu peserta didik lebih mudah mengingat matematika itu bila yang dipelajari
merupakan pola yang berstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur
akan mudah terjadinya transfer. Di dalam belajar matematika, Brunner
hampir selalu menilai dengan memusatkan keteraturan intuitif peserta
didik yang sudah dimiliki itu .Ini berarti peserta didik dalam belajar
haruslah terlihat aktif mentalnya yang dapat diperhatikan keaktifan
fisiknya. Selanjutnya Brunner (Herman Hudoyo,1988:27) menuliskan
anak berkembang dalam tiga tahap.
Tiga tahap perkembangan mental itu adalah :
a. Enactive
Dalam tahapan ini proses anak-anak di dalam belajar akan
menggunakan / memanipulasi objek-objek secara langsung. Misalnya
guru meminta siswa untuk mengukur meja atau benda-benda yang ada
di kelas yang berbentuk persegi dan persegi panjang dan meminta
15
b. Econic
Tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai
menyangkut mental yang merupakan gambaran dan objek-objek.
Dalam hal ini anak-anak tidak memanipulasi objek-objek seperti dalam
tahap enactive, melainkan sudah dapat ada lagi memanipulasi dengan
menggunakan dari objek. Misalnya guru membawa karton yang
berbentuk persegi dan persegi panjang kemudian meminta siswa untuk
mengukurnya dan meminta siswa untuk menghitung luas dan
kelilingnya.
c. Simbolic
Tahap akhir ini menurut Brunner merupakan tahap manipulasi
simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan
objek- objek. Misalnya guru menggambarkan bangun datar seperti
persegi dan persegi panjang beserta ukurannya dan meminta siswa
untuk menghitung luas dan keliling bangun datar yang telah
digambarkan tersebut.
Secara garis besar Brunner (Herman Hudoyo, 1988: 27)
mengemukakan empat teori belajar sebagai berikut :
1) Teorema kontruksi ( construction theorem )
Teori ini mengatakan bahwa cara berfikir seorang peserta
didik untuk menilai belajar konsep dan prinsip di dalam belajar
matematika peserta didik akan sangat terbantu sekali dengan
16
2) Teorema notasi ( notation theorem )
Teori ini menyatakan bahwa kontruksi permulaan belajar
dibuat lebih sederhana secara kognitif dan dapat dimengerti lebih
baik oleh peserta didik, jika kontruksi itu menurut notasi yang
sesuai dengan perkembangan mental peserta didik diharapkan
dapat mengembangkan gagasan-gagasan berupa prinsip-prinsip
kreasi baru.
3) Teorema perbedaan dan variasi ( contrast theorem )
Teori ini menyatakan bahwa prosedur belajar gagasan
matematika yang berjalan dari kongkret menuju abstrak harus
disertai perbedaan dan variasi, suatu konsep matematika akan lebih
bermakna bagi peserta didik , jika konsep itu dibandingkan dengan
konsep lain.
4) Teori konektivitas ( conectivity theorem )
Teori ini menyatakan bahwa di dalam konsep matematika
struktur dan keterampilan dihubungkan dengan konsep, struktur,
dan keterampilan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
matematika mempunyai empat aspek: fakta, konsep, prinsip, dan
skill.
Selain dari itu Brunner (Ruseffendi, 1992:109) mengatakan
perkembangan mental adalah:
17
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam
memanipulasi objek
b. Tahap ikonik
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa
berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari
objek-objek yang di manipulasinya. Anak tidak langsung
memanipulasi objek seperti yan dilakukan siswa dalam tahap
enaktif.
c. Tahap simbolik
Dalam tahap ini siswa memanipulasi symbol-simbol atau
lambing-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan
objek-objek pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah
mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap
objek real. Dari hasil pengamatan Brunner ke sekolah-sekolah
mengemukakan empat dalil sebagai berikut:
1) Dalil penyusunan (Kontruksi)
Dalil ini menyatakan bahwa, siswa selalu ingin
mempunyai kemampuan dalam hal menguasai konsep,
teorama, definisi dan semacamnya, untuk itu siswa harus
dilatih melakukan penyusunan representasinya. Untuk
melekatkan idea tau definisi tertentu dalam pikiran siswa, harus
menguasai konsep dengan mencobanya dan melakukannya
18
memperlihatkan representasi konsep tersebut, maka siswa akan
lebih memahaminya.
2) Dalil notasi
Dalil notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian
konsep, notasi memegang peranan penting. Notasi yang
digunakan dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus
disesuaikan dengan tahap perkembangan mental siswa.
3) Dalil pengkontrasan dan keanekaragaman
Dalam dalil ini dinyatakan bahwa pengontrasan dan
keanekaragaman sangat penting dalam melakukan perubahan
konsep matematika dari konsep konkret ke konsep yang lebih
abstrak. Keanekaragaman juga membantu siswa dalam
memahami konsep yang disajikan, dan hal ini dapat
memberikan belajar bermakna bagi siswa.
4) Dalil pengaitan (Konektivitas)
Dalam dalil ini dinyatakan bahwa dalam matematika
antara satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan
yang erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi
rumus-rumus yang digunakan.
7. Alat Peraga
Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran perlu digunakan
media pengajaran atau alat peraga secara tepat. Media pengajaran sangat
19
1996:72) mengungkapkan dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi
kesempatan untuk memanipulasi benda-benda atau alat peraga. Dengan
alat peraga tersebut siswa dapat melihat langsung bagaimana ketentuan
serta pola yang terdapat pada benda yang sedang diperhatikannya,
ketentuan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Dalam penelitian
tindakan kelas ini peneliti menggunakan alat peraga berupa benda-benda
konkret yang ada di sekitar siswa. Dengan alat peraga tersebut diharapkan
siswa lebih mudah dalam mengerti bangun datar sederhana. Dalam proses
pembelajaran ini peneliti juga membentuk kelompok-kelompok kecil
untuk mendiskusikan Lembar Kerja Siswa agar siswa lebih aktif dalam
pemecahan masalah yang dihadapi.
8. Bangun datar di Sekolah Dasar
Materi bangun datar merupakan salah satu materi yang tercantum
dalam GBPP Sekolah Dasar, kurikulum tahun 1994 yang disempurnakan
tahun 2002 (Tim, 2000:52).
a. Bangun Datar Sederhana
Jenis bangun datar bermacam-macam, antara lain persegi,
persegi panjang, segitiga, jajar genjang, trapesium, layang-layang,
belah ketupat, dan lingkaran. Nama-nama Bangun Datar :
1) Persegi Panjang, yaitu bangun datar yang mempunyai sisi
berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik
sudut siku-siku.
20
3) Segitiga, yaitu bangun datar yang terbentuk oleh tiga buah titik
yang tidak segaris. Macam-macamnya: segitiga sama sisi, segitiga
sama kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang.
4) Jajar Genjang, yaitu segi empat yang sisinya sepasang-sepasang
sama panjang dan sejajar.
5) Trapesium, yaitu segi empat yang memiliki tepat sepasang sisi
yang sejajar.
6) Layang-layang, yaitu segi empat yang salah satu diagonalnya
memotong tegak lurus sumbu diagonal lainnya.
7) Belah Ketupat, yaitu segi empat yang semua sisinya sama panjang
dan kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.
8) Lingkaran, yaitu bangun datar yang terbentuk dari himpunan
semua titik persekitaran yang mengelilingi suatu titik asal dengan
jarak yang sama. jarak tersebut biasanya dinamakan r, atau radius,
atau jari-jari(Tim, 2000:64).
b. Keliling Persegi, Persegi Panjang dan segitiga
1) Keliling Persegi
Rumus keliling persegi
Keliling = sisi + sisi + sisi + sisi
= 4 x sisi
21
Contoh :
Dodi memliki sebuah taplak meja berbentuk persegi. Panjang sisi
taplak meja tersebut adalah 25 cm. Berapakah keliling taplak meja
tersebut ?
Penyelesaian :
Panjang sisi = 25 cm
Keliling persegi = 4 x 25 cm
= 100 cm
2) Keliling Persegi Panjang
Rumus Keliling Persegi Panjang
Keliling = p + l + p + l
= 2p + 2l
= 2 ( p + l )
Contoh :
Keliling sebuah persegi panjang adalah 20 cm. Jika panjangnya 6
cm, tentukan lebar persegi panjang tersebut !
Penyelesaian :
Keliling persegi panjang 20 cm dan panjang 6 cm.
Keliling = 2 x ( p + l )
20 cm = 2 x ( 6 cm + l )
20/2 = 6 cm + l
10 cm = 6 cm + l
22
3) Keliling Segitiga
K= P+L+P
Hitunglah keliling segitiga dengan panjang sisi-sisinya sebagai
berikut.
4 cm; 7 cm; dan 5 cm
Penyelesaian:
Mencari keliling segitiga dapat dilakukan dengan menjumlahkan
seluruh sisi dari segitiga tersebut, maka4, cm + 7 cm + 5 cm = 16 cm
B. Media Konkret
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga terjadi proses belajar
(Arief S. Sadiman, 2005: 6).
Romiszowski (Basuki Wibawa, 1993: 8) mengungkapkan bahwa
media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan
kepada penerima pesan. Sumber pesan yang dimaksud dapat berupa orang
atau benda, sedangkan yang dimaksud dengan penerima pesan dalam
proses belajar mengajar adalah siswa. Pembawa pesan (media) tersebut
berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Media merangsang
23
menggunakan kombinasi dari beberapa indera agar dapat menerima pesan
secara lebih lengkap.
Dari berbagai pendapat di atas dapat dikatakan bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan berupa pikiran,
perasaan, atau perhatian dari sumber pesan ke penerima pesan, sehingga
akan timbul reaksi dari penerima pesan tersebut. Sumber pesan dalam
penelitian ini adalah guru, dan penerima pesan adalah siswa.
2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran
Gerlach & Ely dalam azhar arsyad (2007: 12) mengemukakan tiga
ciri media pembelajaran, sebagai berikut.
a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media pembelajaran untuk
merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa
atau objek.
b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Ciri manipulative media memungkinkan terjadinya transformasi
suatu kejadian atau objek.
c. Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau
kejadian ditransportasikan melalui ruang, secara bersama kejadian tersebut
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang
24
3. Manfaat Media Pembelajaran
Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993:8-9) menyatakan, dalam
proses belajar mengajar media mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai alat bantu
mengajar dan sebagai media belajar yang digunakan sendiri oleh siswa. Media
yang digunakan sebagai alat bantu mengajar disebut dependent media. Media
yang dapat digunakan sendiri oleh siswa disebut independent media.
Sebagai alat bantu, efektivitas media sangat tergantung pada cara
dan kemampuan guru dalam memakainya. Sebagai media belajar media dapat
dipakai oleh siswa bersama guru tetapi dapat juga dipakai oleh siswa sendiri,
tanpa atau dengan sedikit bantuan dari orang lain. Bila independent media
digunakan dalam sistem pelajaran klasikal, waktu belajar yang tersedia dapat
digunakan untuk membahas atau mendiskusikan hal-hal penting yang sulit
dipelajari siswa sendiri. Sebagian waktu yang lain dapat digunakan untuk
belajar mandiri. Siswa diminta belajar dari berbagai media dan sumber belajar
lain yang sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Dalam hal ini media
berperan untuk menggantikan sebagian dari fungsi guru, yaitu dalam
memberikan informasi atau isi pelajaran.
Harjanto (2005: 245-246) menyatakan bahwa secara umum
kegunaan media sebagai berikut.
a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik.
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, seperti misalnya.
1) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realitas, gambar,
25
2) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film, atau
gambar.
3) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa di
tampilkan lagi lewat rekaman film, video, foto, maupun secara
verbal.
4) Objek yang terlalukompleks dapat disajikan dengan model,
diagram, dan lain-lain.
5) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan
lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan
lain-lain.
c. Media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap
pasif anak didik. Dalam hal ini kegunaan media adalah sebagai berikut.
1) Menimbulkan kegairahan belajar.
2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
3) Memungkinkan anak didik belajarsendiri-sendiri menurut
kemampuan dan minatnya.
d. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan
lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan
materi pendidikan di tentukn sama untuk setiap siswa, maka guru akan
banyak mengalami kesulitan apabila semua itu harus diatasi sendiri.
26
berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu
dengan kemampuan dalam:
1) Memberikan perangsang yang sama,
2) Mempersamakan pengalaman, dan
3) Menimbulkan persepsi yang sama.
Kemp dan Dayton (Suwarna, dkk. 2005: 128-129) menyatakan
bahwa manfaat media pembelajaran sebagai berikut.
a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.
Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi,
sehingga materi tersampaikan secara seragam.
b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik
Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar
(audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan
prinsip,konsep, proses maupun prosedur yang bersifat abstrak dan
tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap.
c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif
Jika dipilih dan dirancang dengan benar, maka media dapat
membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara
aktif. Tanpa media, guru mingkin akan cenderung berbicara “satu arah” kepada siswa.
d. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi
Seringkali terjadi, para guru banyak menghabiskan waktu
27
tidak perlu sebanyak itu jika mereka memanfaatkan media
pembelajaran dengan baik.
e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan
Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran
lebih efesien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi ajar
secara lebih mendalam dan utuh.
f. Proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja dan kapan saja
Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa
sehingga siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja mereka
mau, tanpa bergantung pada keberadaan guru.
g. Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
Dengan media, proses pembelajaran menjadilebih menarik.
Hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa pada
ilmu pengetahuan dan proses pencarian ilmu.
h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif
Dengan media, guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan,
namun justru dapat mengurangi penjelasan verbal (lisan), sehingga
guru dapat memberikan perhatian lebih banyak kepada aspek
pemberian motivasi, perhatian, bimbingan, dan sebagainya.
Dari berbagai pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
secara garis besar manfaat dan kegunaan media adalah sebagai alat
guna mempermudah dan memperlancar proses belajar mengajar,
28
siswa sebagai sumber belajar. Disamping itu dengan penggunaan
media pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
4. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 124)
mengemukakan jenis-jenis media sebagai berikut.
a. Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan
suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam.
b. Media visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra
penglihatan. Media visual ada yang menampilkan gambar diam seperti
film strip (film bingkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan,
dan cetakan. Ada juga yang menampilkan gambar atau simbol yang
bergerak seperti film bisu atau film kartun.
Suwarna, dkk, (2005: 237) mengemukakan ada beberapa jenis
media pendidikan yang biasa digunakan dalam proses pengajaran:
a.Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram,
poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga
disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai
ukuran panjang dan lebar.
b.Media tiga dimensi, yaitu dalam bentuk model padat (solid
model), model penampang, model susun, model kerja, diorama
29
c.Media proyeksi seperti slide, film strip, film, penggunaan OHP,
dan
d.Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan.
Dalam penelitian ini media yang digunakan peneliti adalah media
konkret. Media konkret pada dasarnya adalah media yang nyata,
memiliki wujud dan dapat dilihat, diraba, maupun dirasakan dengan
alat indra. Berdasarkan jenis-jenis penelitian di atas media konkret
termasuk dalam jenis media tiga dimensi, dan juga termasuk media
visual karena dapat diamati dengan menggunakan indra penglihatan.
5. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 128) menyatakan
faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media sebagai
berikut.
a. Objektivitas
Unsur subjektivitas guru dalam memilih media pembelajaran harus
dihilangkan. Guru tidak boleh memilih suatu media atas dasar kesenangan
pribadi. Guru harus mementingkan kepentingan anak didik dengan
memperhatikan keefektifan dan efisiensi dari media tersebut.
b. Program pengajaran
Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus
sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun
kedalamannya.
30
Media yang akan digunakan harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan anak didik, baik dari segi bahasa, symbol-simbol yang
digunakan, cara dan kecepatan penyajiannya. Ataupun waktu
penggunaannya.
d. Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi di sini meliputi:
1) Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan
dipergunakan, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasinya, dan
2) Situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran
mengenai jumlahnya, motivasi, dan kegairahannya.
e. Kualitas teknik
Dari segi teknik, media pengajaran harus diperhatikan sebelum
digunakan, apakah sudah memenuhi syarat atau belum. Hal ini bertujuan
untuk mengurangi kesalahan teknik saat penggunaan media.
f. Keefektifan dan efesiensi penggunaan
Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efesiensi
berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut. Media dikatakan
efektif apabila dengan penggunaan media tersebut informasi pengajaran
dapat diserap oleh anak didik secara optimal, sehingga terjadi perubahan
tingkah laku. Media dikatakan efesien apabila waktu, tenaga, dan biaya
yang digunakan untuk mencapai tujuan dari penggunaan media tersebut
31
Suwarna, dkk. (2005: 138) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi media antara lain:
a. Tujuan instruksional yang ingin dicapai,
b. Karakteristik siswa,
c. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio atau visual), keadaan
latar atau lingkungan dan gerak atau diam,
d. Ketersediaan sumber setempat
e. Apakah media siap pakai atau media rancangan,
f. Kepraktisan dan ketahanan media, dan
g. Efektivitas biaya dalam jangka panjang.
6. Media Konkret
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (177: 8) menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah segala alat
pembelajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk
menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses belajar mengajar
sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap
kepada anak didik sehingga mereka dapat menangkap, memahami dan
memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan. Sedangkan kata
konkret dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 588) diartikan
sebagai sesuatu yang nyata, benar-benar ada, memiliki wujud, dapat dilihat
32
Dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media
pembelajaran konkret adalah segala sesuatu yang nyata, benar-benar ada,
memiliki wujud, dapat dilihat maupun diraba dan dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, juga sikap-sikap
kepada anak didik sehingga anak dapat menangkap, memahami sekaligus
memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan dalam proses belajar
mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana tingkat
pemahaman siswa terhadap sifat-sifat bangun ruang. Untuk
menyampaikan materi tersebut, peneliti menggunakan media konkret,
yaitu benda-benda di lingkungan sekitar yang mewakili bentuk-bentuk dari
bangun datar, atau dengan tiruan bangun datar yang dibuat menggunakan
gabus.
7. Kelebihan Media Konkret
A. Tabrani, Rusyan, (1993: 199) mengemukakan kelebihan media
konkret sebagai berikut:
a. Dapat membantu guru dalam menjelaskan suatu materi kepada peserta
didik.
b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari
situasi yang nyata, dan
33 C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Piaget (Syaiful sagala, 2010: 27) mengemukakan perkembangan anak di
bagi menjadi 4 tahapan sebagai berikut:
1. Sensori Motor (0.0-2.0 tahun)
Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungannya dengan
kemampuan sensorik yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran,
perabaan, dan menggerak-gerakkannya. Selama periode ini anak mengatur
alamnya dengan indra-indranya (sensori) dan tindakan-tindakannya
(motor).
2. Praoprasional (2.0-7.0 tahun)
Pada tahap praoperasional anak mengandalkan diri pada persepsi
tentang realitas, ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep
sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan menggolong-golongkan.
Pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental,
yaitu menambah, mengurangi, dan lain-lain.
3. Operasinal konkret (7.0-11.0 tahun)
Pada tahap operasional konkret anak dapat mengembangkan pikiran
logis, walaupun kadang-kadang memecahkan masalah secara “trial and
error”. Tahap ini merupakan tahap permulaan berpikir rasional, yang
berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkan pada
masalah-masalah konkret. Pada tahap ini anak hanya dapat menghadapi
operasi-operasi konkret, bukan operasi-operasi formal sehingga anak
34
4. Operasi formal (11.0 tahun ke atas)
Pada tahap ini anak dapat berpikir abstrak seperti orang dewasa. Anak
dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya, untuk membentuk
operasi-operasi yang lebih kompleks. Pada tahap ini anak tidak perlu
berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret
karena sudah dapat berpikir secara abstrak.
D. Kerangka Pikir
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini
berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat
tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa. Terkait dengan upaya
peningkatan kualitas belajar tersebut, salah satu tawaran yang harus
dikembangkan oleh guru adalah bagaimana guru bisa menggunakan media
sebagai bahan integral dalam proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya.
Dengan kata lain, seorang guru harus bisa memanfaatkan benda kongkrit
pada materi bangun datar di sekitar sebagai media dalam kegiatan belajar
mengajar meskipun program sekolah sudah terencana dengan baik. Selama ini
satu-satunya media yang dominan digunakan guru adalah buku paket. Sedangkan
metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah dengan sedikit
Tanya jawab. Metode pembelajaran yang seperti itu cenderung monoton dan
membosankan yang akan berpengaruh pada melemahnya antusiasme siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Hal ini akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa
35
pembelajaran matematika khususnya dalam materi bangun datar. Banyak nilai
siswa yang kurang dari Kriteria ketuntasan Minimal (KKM). Dengan melalui
diskusi kelompok-kelompok kecil pembelajaran pada pokok bahasan benda
kongkrit pada materi bangun datar dapat ditingkatkan, di mana dalam kelompok
tersebut terdapat kerja sama dan saling membantu antar siswa dalam
kelompoknya. Sehingga keaktifan siswa meningkat dan siswa lebih mudah
memahami materi pembelajaran. Pembelajaran diskusi kelompok menumbuhkan
daya kreatifitas, mengasikkan, menyenangkan dan tidak membosankan.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
Media benda konkret dapat meningkatkan prestasi belajar matematika kelas
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas,
yang dapat dilakukan oleh guru atau pengajar sebagai pengelola program
pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas atau (Classroom Action Research) adalah
penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu
praktik pembelajaran. Peneliti memilih metode penelitian tindakan kelas karena
mempertimbangkan :
1. masalah yang dihadapi adalah masalah yang timbul dalam proses
pembelajaran;
2. tidak mengganggu jalannya pembelajaran sesuai dengan kompetensi
yang diajarkan.
Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan secara kolaboratif partisipatif,
yaitu penelitian dengan melakukan kolaborasi kerjasama antara guru dengan
peneliti. Proses tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diupayakan agar
masalah yang terjadi dapat teratasi, sekaligus untuk meningkatkan kualitas
37 B. Desain Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan model penelitian yang
dikemukakan oleh Kemmis & Taggart yang meliputi menyusun rancangan
tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting). Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus.
Keterangan gambar:
Siklus I
0. Perenungan
1. Perencanaan
2. Tindakan dan Observasi I
3. Refleksi I
Siklus II
4. Rencana Terevisi I
5. Tindakan dan Observasi II
[image:53.595.148.479.223.510.2]6. Refleksi II
Gambar 1. Siklus PTK
Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Siklus pertama dan kedua
masing-masing berlangsung dua minggu (4 kali pertemuan) secara rinci prosedur
38
1. Siklus I
a.Tahap Perencanaan
1) Melakukan pertemuan dengan guru matematika kelas III untuk
membicarakan persiapan kegiatan pembelajaran matematika
dengan menggunakan Media Benda Kongkrit.
2) Mendiskusikan dan menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) pembelajaran matematika dengan
menggunakan Media Benda Kongkrit di kelas sebagai tindakan
penelitian.
3) Mempersiapkan perangkat tes hasil belajar yang memuat
indikator pemahaman konsep bangun datar.
4) Mempersiapkan peralatan atau alat peraga yang dibutuhkan
untuk pelaksanaan proses pembelajaran.
5) Memberitahu dan melatih guru sebagai praktisi penelitian
tentang tindakan yang harus dilakukan saat pembelajaran di
kelas sesuai dengan rencana pembelajaran.
b.Tahap Pelaksanaan Tindakan
1) Melaksanakan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran
yang telah disusun.
2) Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan Media Benda
Kongkrit sesuai dengan rencana yang dibahas bersama guru.
3) Melakukan tes materi pembelajaran yaitu materi tentang bangun
39
c.Tahap Obsevasi
1) Melakukan pemantauan (observasi) terhadap setiap langkah
sesuai dengan rencana.
2) Melakukan pengamatan PBM matematika dengan sasaran
pemantauan sebagai berikut : keaktifan siswa untuk
mengeluarkan ide, keaktifan siswa dalam bertanya, keaktifan
siswa mengerjakan soal di depan kelas sekaligus menjelaskan
kepada siswa lain.
d.Tahap Refleksi
1) Mengkaji data yang terkumpul secara komprehensif.
2) Melakukan diskusi dengan guru kelas serta menganalisis
kelemahan dan keberhasilan guru dalam penerapan Media
Benda Kongkrit dalam pembelajaran.
3) Menganalisis hasil belajar/tes siswa.
4) Hasil refleksi dijadikan bahan untuk merevisi rencana tindakan
selanjutnya.
5) Kolaborator memberikan masukan dan bersama-sama dengan
peneliti melakukan langkah-langkah perbaikan untuk
dilaksanakan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
1) Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan dan mencari upaya
40
2) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.
3) Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus I.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan tindakan seperti pada siklus I dengan
perbaikan-perbaikan yang telah direncanakan sesuai hasil refleksi siklus I.
c. Tahap Observasi
1) Melakukan pengamatan dengan sasaran sama seperti siklus I.
2) Mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.
3) Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat
pembelajaran dan memberikan balikan.
d. Tahap Refleksi
1) Merefleksi proses pembelajaran matematika dengan
menggunakan Media Benda Kongkrit.
2) Merefleksi hasil belajar siswa dan keaktifan siswa.
3) Merangkum dan merefleksi hasil akhir penelitian bersama
kolaborator.
4) Menyusun rekomendasi
Setelah data selesai dianalisis dengan menggunakan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan, selanjutnya ditarik
kesimpulan tentang keberhasilan atau kegagalan pada siklus II
ini. Apabila berhasil pada semua indikator yang ditetapkan,
maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya,
41
ketidakberhasilan pada salah satu indikator, maka penelitian
harus dilanjutkan pada siklus berikutnya, sesuai dengan apa
yang telah direncanakan.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Penelitian mengambil subjek seluruh siswa kelas III semester 2 SDN
Cepit yang berjumlah 21 siswa, dengan siswa laki-laki sebanyak 8 siswa
dan siswa perempuan sebanyak 13 siswa.
2. Objek Penelitian
Pelaksanaan proses dan hasil belajar matematika dengan menggunakan
media benda konkret pokok bahasan keliling bangun datar kelas III
semester 2.
D. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SDN Cepit, Sewon, Bantul. Penelitian ini
dilakukan di dalam kelas.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2014/2015, yang lebih tepatnya pada bulan April 2015 sampai dengan
bulan Juni 2015.
E. Teknik Pengumpulan Data
42
1. Tes untuk mengumpulkan data prestasi belajar keliling bangun datar dan
luas bangun datar.
2. Observasi untuk mengumpulkan data aktivitas siswa selama mengikuti
proses pembelajaran.
Instrumen yang peneliti gunakan untuk menilai tingkat keberhasilan
peserta didik adalah:
1. Lembar Tes
Lembar tes adalah alat untuk memperoleh data hasil belajar yang telah
diberikan kepada siswa. Sedang bentuk tes yang digunakan adalah tes
[image:58.595.131.496.381.724.2]tertulis berupa soal uraian. Berikut adalah kisi-kisi soal.
Tabel 1. Kisi-kisi Soal Kompetensi
Dasar Indikator
Jumlah Butir
Soal
Nomor Butir
Keliling dan Luas Bangun Datar
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Persegi
2 1,2
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Persegi panjang
2 3,4
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Segitiga
1 5
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Jajar genjang
1 6
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Belah ketupat
1 7
Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Trapesium
1 8
Menyelesaikan soal yang
berkaitan dengan luas
Bangun datar
43
2. Lembar observasi
Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang harus diisi oleh
observer. Lembar observasi berisi tentang aktifitas peserta didik dalam
[image:59.595.130.512.227.673.2]pembelajaran.
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Guru
No. Aspek Penilaian
1. Perencanaan 1) Dokumentasi kondisional, memeriksa buku tugas siswa, daftar nilai harian, dan observasi guru.
2) Identifikasi masalah, siswa kelas III SD kurang menguasai tentang bangun datar. Dengan kata lain siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam mengerti bangun datar sederhana, menghitung keliling dan luas persegi dan persegi panjang.
3) Membuat skenario pembelajaran dengan melalui diskusi kelompok-kelompok kecil.
4) Menyeleksi jenis keterampilan mana yang dapat dicapai siswa. 5) Menyiapkan lembar kerja buatan guru.
6) Menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
7) Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui daya serap hasil belajar siswa.
2. Tindakan 1) Guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana.
2) Guru bersama siswa membahas secara singkat materi bangun datar dengan melihat alat peraga, berupa benda-benda konkrit.
3) Guru membagikan lembar kerja buatan guru dan didiskusikan secara kelompok.
4) Guru mengarahkan jalannya diskusi serta membimbing membuat simpulan.
5) Guru mengevaluasi siswa terhadap proses pembelajaran dengan memberikan post tes.
3. Observasi 1) Observasi tentang persiapan pembelajaran.
44 F. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini analisis data yang digunakan ada dua, yaitu analisis
deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.
1. Analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
matematika kelas III semester 2 materi keliling bangun datar dan luas
bangun datar. Adapun caranya : yaitu mencari rerata, skor terendah
sampai skor tertinggi, menghitung persentase ketuntasan belajar. Adapun
rumus untuk mencari rerata, menurut Suharsimi Arikunto (2010 :
284-285) adalah sebagai berikut:
Mean = ∑ X N
Keterangan
∑ X = jumlah nilai siswa
X = skor (nilai siswa)
N = jumlah siswa
2. Analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui peningkatan proses
pembelajaran yaitu dengan menjumlahkan skor observasi aktivitas siswa
setiap siklus, data yang diperoleh dihitung dengan persentase, dan
langkah terakhir adalah menentukan kriteria aktivitas siswa terdapat pada
45