• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KELILING BANGUN DATAR DAN LUAS BANGUN DATAR SISWA KELAS III SEMESTER 2 SDN CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRIT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KELILING BANGUN DATAR DAN LUAS BANGUN DATAR SISWA KELAS III SEMESTER 2 SDN CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRIT."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

i

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KELILING BANGUN DATAR DAN LUAS BANGUN DATAR

SISWA KELAS III SEMESTER 2 SDN CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRIT

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Faisal NIM 11108249010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

“semangat belajar dan pantang menyerah, adalah harga mati sebuah keberhasilan”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena semua ini berjalan atas rahmat-Nya, sehingga karya ini dapat kupersembahkan untuk:

1. Bapak dan Mama tercinta, yang tak pernah kenal lelah berusaha

memenuhi kebutuhan saya, dalam setiap doanya terkandung makna dan karunia yang sangat berarti bagi perjalanan hidup saya.

(7)

vii

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KELILING BANGUN DATAR DAN LUAS BANGUN DATAR

SISWA KELAS III SEMESTER 2 SDN CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONGKRIT

Oleh Faisal NIM 11108249010

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pokok behasan luas dan keliling bengun datar dan luas bangun datar dengan menggunakan media benda konkret pada siswa kelas III SD N Cepit, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas dengan model siklus yang berulang dan berkelanjutan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SD N Cepit yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 12 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dan metode observasi. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil belajar matematika materi luas dan keliling bengun datar dan luas bangun datar siswa kelas III menggunakan media benda konkret berupa alat peraga bangun datar. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai siswa materi keliling bangun datar sebelum dan sesudah diberi tindakan. Peningkatan nilai rata-rata yaitu dari prasiklus sebesar 63,75 siklus I sebesar 77 dan siklus II menjadi 88,75 pada rentang skor nilai 0-100. Persentase ketuntasan pada prasiklus mencapai 35%, siklus I mencapai 70%, dan pada siklus II mencapai 100%. Dari hasil tersebut dapat dilihat adanya peningkatan nilai rata-rata dari prasiklus ke siklus I meningkat 13,25 , dari siklus I ke siklus II meningkat 11,75 dan dari prasiklus ke siklus II 26. Hasil akhir diketahui bahwa semua nilai rata-rata siswa dan persentase ketuntasan siswa sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sehingga dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui media benda konkret dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi keliling bangun datar siswa kelas III SD N Cepit Tahun Ajaran 2015/2016.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa,

atas limpahan hikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

tugas akhir ini dengan baik. Yang berjudul “UPAYA MENINGKATKAN

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI KELILING BANGUN DATAR DAN LUAS BANGUN DATAR SISWA KELAS III SEMESTER 2 SD N CEPIT DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BENDA

KONGKRIT”.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari

bantuan berbagai pihak yang telah memberi dukungan, informasi serta bimbingan

selama proses pengerjaan skripsi ini dari tahap perencanaan hingga penyelesaian.

Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada:

1. Bapak rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan

memberikan fasilitas dan kemudahan untuk kelancaran studi peneliti.

2. Bapak dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

beserta jajaran-Nya atas pengorbanan dan kasihs ayang yang senantiasa

(9)

ix

mendukung kegiatan perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi

sebagaimahasiswa PPGT di Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar yang telah

menyetujui pemilihan judul karya ini.

4. Bapak Sri Rochadi, M.Pd. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

meluangkan waktu untuk memberi bimbingan kritik dan saran serta masukan

untuk kesempurnaan dalam menyelesaikan skripsi ini dengan tulus dan penuh

kesabaran.

5. Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang telah memberikan bekal ilmu, wawasan

dan semangat pada kami untuk terus maju dengan penuh kesabaran.

6. Bapak Suparlan, dan Ibu Romlah atas kesabaran dan ketabahan selama

mendampingi kami di asrama.

7. Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Besar yang telah memberikan kesempatan

kepada peneliti untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri Yogyakarta.

8. Bapak Kepala SD N Cepit Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul yang telah

memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

9. Guru kelas III Ibu Juwariah yang telah bersedia bekerjasama dan menjadi

pelaksana tindakan dalam pelaksanaan penlitian di kelas III SD Negeri Cepit.

10.Siswa-siswi kelas III SD Negeri Cepit atas semangat dan kesungguhannya

mengikuti pembelajaran dalam penelitian yang penulis laksanakan.

11. Kedua orang tua saya serta keluarga, terutama Bapak dan Ibunda tercinta

yang penuh keikhlasan senantiasa memberikan doa, motivasi, kasih sayang

(10)
(11)

xi DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….. ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 7

1. Tinjauan Tentang Belajar ... 7

2. Tinjauan tentang Kesulitan Belajar ... 9

3. Ketuntasan Belajar ... 10

4. Lembar Kerja (LKS) ... 11

5. Tinjauan tentang Prestasi Belajar ... 12

6. Belajar Matematika ... 14

7. Alat Peraga ... 18

8. Bangun datar di Sekolah Dasar ... 19

B. Media Konkret ... 22

(12)

xii

2. Cirri-Ciri Media Pembelajaran………...…… 23

3. Manfaat Media Pembelajaran……….. ... 24

4. Jenis-Jenis Media Pembelajaran………... ... 28

5. Faktor Yang mempengaruhi Pemilihan Media……….... ... 29

6. Media Konkret………... ... 31

7. Kelebihan Media Konkret……… ... 32

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar………. ... 33

D. Kerang Pikir……… ... 34

E. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 36

B. Desain Penelitian ... 37

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 41

D. Setting Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 41

F. Teknik Analisis Data ... 44

G. Kriteria Keberhasilan ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

2. Deskripsi Subyek Penelitian ... 47

3. Deskripsi Kegiatan Penelitian ... 48

a. Tahapahan Prasiklus ... 48

b. Siklus I ... 51

1) Perencanaan Tindakan ... 51

2) Pelaksanaan Tindakan ... 51

3) Observasi Kegiatan ... 54

4) Refleksi Kegiatan ... 55

c. Siklus II... 56

1) Perencanaan Kegiatan ... 56

(13)

xiii

3) Observasi kegiatan ... 58

4) Refleksi Kegiatan ... 59

4. Analisis Data Hasil Penelitian ... 60

a. Siklus I ... 60

1) Observasi Kegiatan Pembelajaran... 60

a) Observasi Aktivitas Guru ... 60

b)Observasi Aktivitas siswa ... 62

2) Prestasi Belajar Siswa ... 64

b. Siklus II ... 65

1) Observasi Kegiatan pembelajaran ... 65

a) Observasi Aktivitas Guru ... 65

b)Observasi aktivitas Siswa ... 67

2) Prestasi Belajar Siswa ... 68

B. Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Soal ... 42

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Guru ... 43

Tabel 3. Pedoman Konservasi Tingkat aktivitas Guru dan Siswa ... 45

Table 4. Data Hasil Nilai Siswa Sebelum Pelaksanaan Kegiatan(Pretes) 50

Tabel 5. waktu pelaksanaan penelitian siklus I pertemuan ke2 ... 51

Tabel 6. Waktu Pelaksanaan Penelitian Siklus II pertemuan ke 2 ... 56

Tabel 7. Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I Pertemuan Ke 2 ... 61

Tabel 8. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 62

Tabel 9. Hasil Nilai Siklus I Pertemuan Ke II Pada Pokok Bahasan Keliling BangunDatar Kelas III ... 64

Tabel 10. Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II Pertemuan Ke II .... 66

Tabel 11. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II... 67

Tabel 12. Hasil Nilai Siklus II Pertemuan Ke II Pokok Bahasan Keliling Bangun Datar ... 69

(15)

xv

DAFTAR DIAGRAM

hal

Gambar 1. Diagram Aktivitas Siswa Dan Guru ... 70 Gambar 2. Diagram Persentase Ketuntasan Siswa dari Pra Siklussampai

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 81

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 84

Lampiran 3. Lembar Observasi Siswa ... 87

Lampiran 4. Lembar Observasi Guru... 91

Lampiran 5. Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus I ... 93

Lampiran 6 Hasil Observasi Kegiatan Siswa Siklus II ... 94

Lampiran 7 Sola Postes Siklus I... 95

Lampiran 8 Soal Prostes Siklus II ... 99

Lampiran 9 Nilai Pra Siklus ... 103

Lampiran 10 Nilai Postes Siklus I ... 103

Lampiran 12 Nilai Postes Siklus II ... 104

Lampiran 13 Perbandingan Nilai Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 104

Lampiran 14 Dokumentasi ... 105

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar merupakan suatu hal pokok yang melekat pada peserta didik. Peserta

didik disini mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),

Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai Perguruan Tinggi. Makin tinggi tingkat

pendidikan yang ditempuh maka pelajar akan mempunyai beban belajar yang

bertambah pula. Beban tersebut menjadi mudah apabila setiap siswa memiliki

kesadaran akan arti penting dan hasil yang diperoleh dari belajar yang

dilaksanakan. Hasil yang baik dicapai siswa dengan usaha-usaha yang maksimal

dan strategi yang tepat.

Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotorik(Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 13). Jadi kebiasaan cara belajar juga

berpengaruh pada hasil yang diinginkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi

belajar ada dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor

jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan, faktor lain adalah faktor ekstern

contohnya faktor keluarga, faktor sekolah serta faktor masyarakat. Setiap anak

mempunyai karakteristik yang beragam. Salah satu anak dapat menempuh

kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami berbagai

kesulitan, sedangkan tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya

(18)

hambatan-2

hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis,

sosiologis maupun fisiologis sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi

belajar yang dicapai berada dibawah semestinya. Matematika adalah salah satu

pelajaran yang ada dalam ujian nasional dan seringkali dianggap menjadi

pelajaran yang sulit. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Alva Handayani

(2004:15) pada Semiloka Mengatasi Fobia Matematika pada Anak di Bandung

“munculnya fobia Matematika pada anak juga disebabkan sugesti yang tertanam

dalam benak seorang anak bahwa Matematika itu sulit“. Sugesti tersebut muncul dari orang-orang sekitar yang menyatakan Matematika itu sulit. Pada saat yang

sama, Ivan Pranoto (pemerhati pendidikan Matematika dan dosen Program Studi

Matematika Institut Teknologi Badung) menyatakan “munculnya anggapan siswa dan masyarakat bahwa pelajaran Matematika sulit bahkan menjadi fobia, lebih

disebabkan pada pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan dan kecepatan

berhitung“. Hakikat Matematika menurut Frans Susilo dalam Pendidikan Sains yang Humanistik yaitu :

1. Matematika bukanlah ilmu yang memiliki kebenaran mutlak, kebenaran

dalam matematika adalah kebenaran yang tergantung pada kesepakatan

bersama.

2. Matematika bukanlah ilmu yang tidak dapat salah. Matematika dikatakan

tidak dapat salah karena matematika merupakan ilmu pasti. Contohnya 1 +

1 = 2, di Negara manapun tetap sama. Sebagai ilmu yang dikembangkan

oleh manusia, matematika tentu tidak luput dari keterlibatan dan kesalahan

(19)

3

3. Matematika bukanlah kumpulan simbol dan rumus yang tak ada kaitannya

dengan dunia nyata. Justru sebaliknya Matematika tumbuh dari dan

berakar dalam dunia nyata.

4. Matematika bukanlah teknik pengerjaan yang perlu dihafal saja sehingga

siap pakai untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi.

5. Objek Matematika adalah unsur yang bersifat sosio-kultural historis yaitu

merupakan milik bersama seluruh umat manusia, sebagai salah satu sarana

yang digunakan untuk mengembangkan segi-segi tertentu dalam peri

kehidupan manusiawinya, dan yang terbentuk melalui proses panjang

menyejarah yang berbentuk wajah Matematika itu sendiri (Rahmawati

Eka, 2008: 2).

Kenyataannya proses belajar mengajar Matematika masih belum sesuai

dengan hakikat Matematika. Kegiatan belajar mengajar di sekolah, guru masih

menggunakan metode konvensional proses Drill and Practise dalam

menyampaikan materi. Siswa diberikan definisi-definisi, setelah itu langsung pada

contoh-contoh, sehingga peserta didik hanya memperoleh catatan-catatan yang

berupa simbol dan rumus-rumus saja, tidak ada aplikasinya dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini berakibat pada siswa yang apabila mereka diberi soal yang

berbeda dengan contoh-contoh atau soal latihan cenderung membuat kesalahan.

Selain itu, rendahnya minat belajar Matematika disebabkan karena banyak guru

mengajarkan Matematika dengan materi dan metode yang kurang menarik.

Prestasi merupakan hasil dari usaha-usaha yang telah dilakukan(Rahmawati

(20)

4

hasil yang dicapai maksimal dan berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

Mengatasi fobia bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit memang tidak

mudah, peran guru disini sangatlah penting dalam upaya peningkatan hasil belajar

siswa. Guru harus dapat memilih metode-metode yang sesuai dengan pokok

bahasan yang disampaikan, dan juga mempunyai cara-cara yang menarik sehingga

peserta didik mempunyai minat yang tinggi terhadap pelajaran Matematika.

Rendahnya prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika di sekolah

antara lain disebabkan oleh banyak faktor. Untuk memahami konsep-konsep

Matematika yang abstrak memerlukan pengulangan yang kontinyu dan

berkesinambungan belajar di luar jam sekolah. Kemauan siswa untuk mengulang

pelajaran Matematika di rumah akan sangat tergantung dari prestasinya terhadap

pelajaran Matematika. Kurangnya prestasi siswa untuk belajar Matematika

disebabkan oleh ketidakmampuan guru dalam menguasai materi atau cara

mengajarkannya kurang efektif, sehingga siswa tidak dapat menyerap materi yang

sedang diajarkan.

Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran

Matematika menggunakan media kongkrit pada materi bangun datar adalah

benda-benda konkret. Benda konkret adalah perangkat pembelajaran yang berupa

benda fisik yang dapat memodelkan dan memperagakan konsep serta proses

Matematika. Melalui benda-benda konkrit tersebut diharapkan siswa dapat belajar

sambil bermain sehingga siswa dapat secara aktif belajar dengan aktifitas yang

(21)

5

Dari hal tersebut peneliti tertarik untuk mengungkapkan dan meneliti

bagaimanakah bila dalam pembelajaran Matematika memanfaatkan media

pembelajaran berupa benda-benda konkret sebagai bantuan untuk

memvisualisasikanbangun datar. Maka, peneliti merumuskan beberapa

permasalahan di atas ke dalam sebuah judul “Upaya meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III semester 2 SDN Cepit dengan menggunakan

Media Benda Kongkrit pada Materi Bangun Datar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis dapat mengidentifikasi

masalah sebagai berikut :

1. Adanya anggapan bahwa Matematika adalah pelajaran yang sulit.

2. Adanya anggapan bahwa ketakutan pada Matematika disebabkan karena

pola pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan dan kecepatan

berhitung.

3. Pembelajaran Matematika masih menggunakan metode konvensional.

4. Rendahnya minat belajar Matematika disebabkan karena guru dalam

menyampaikan materi kurang menarik.

5. Ketidakmampuan guru dalam menguasai metode mengajar.

6. Cara mengajar guru kurang efektif.

C. Pembatasan Masalah

Bertolak dari latar belakang diatas, supaya permasalahan yang dikaji dapat

terarah dan untuk menghindari penyimpangan dari masalah yang diteliti, maka

(22)

6

meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas III semester 2 tahun ajaran

2014/2015 pada materi keliling dan luas bangun datar.

D. Perumusan Masalah

Berdasar uraian latar belakang masalah di atas penulis dapat

merumuskan“Bagaimanameningkatkan prestasi belajar keliling bangun datar dan luas bangun datar siswa kelas III semester 2 dalam menggunakan media benda

kongkret”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuanpenelitiannya adalah:

Untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas III semester 2

dengan menggunakan media benda kongkret.

F. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat Penelitian adalah:

1. Sebagai wawasan bagi penulis, khususnya mengenai kepedulian guru

dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Sebagaipelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Memberikan masukan bagi berbagai pihak terutama bagi guru yang

mengajar Matematika dengan menggunakan benda konkrit pada materi

bangun datar.

4. Sebagai bahan masukan bagi sekolah khususnya guru bidang Matematika

dalam menggunakan benda konkret pada materi bangun datar sebagai

salah satu cara yang efektif dan efisien dalam meningkatkan aktivitas dan

(23)

7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Tinjauan Tentang Belajar

Dalam sejarah perkembangan psikologi, kita akan mengenal

aliran psikologi. Tiap aliran psikologi tersebut memiliki tafsiran

sendiri-sendiri tentang belajar, menurut pandangannya masing-masing.

Pandangan-pandangan itu umumnya berbeda satu sama lain dengan

alasan-alasan tersendiri.

a. Belajar menurut psikologi klasik

Menurut teori ini, hakikat belajar adalah all learning is a

prosess of developing or training of mind. Kita belajar melihat objek

dengan menggunakan substansi dan sensasi. Kita mengembangkan

kekuatan mencipta, ingatan, keinginan, dan pikiran, dengan

melatihnya. Dengan kata lain pendidikan adalah suatu proses dari

dalam atau inner development. Tujuan pendidikan adalah

self-development atau self-cultivation atau self-realization (Hamalik,

Oemar, 2008: 40).

b. Belajar menurut psikologi daya

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya,

mengingat, berpikir, merasakan, kemauan dan sebagainya. Tiap daya

mempunyai/memiliki semua daya-daya itu, hanya berbeda

(24)

8

daya-daya itu perlu dilatih, sehingga dapat berfungsi. Teori ini

bersifat formal, karena mengutamakan pembentukan

daya-daya(Nasution, 2010: 36).

c. Belajar menurut teori mental state

Menurut teori ini belajar adalah memperoleh pengetahuan

melalui alat indera yang disampaikan dalam bentuk

perangsang-perangsang dari luar. Pengalaman-pengalaman berasosiasi dan

bereproduksi. Karena itu latihan memegang peranan penting. Lebih

banyak latihan dan ulangan, maka akan lebih dan lebih lama

pengalaman dan pengetahuan itu tinggal dalam kesadaran dan ingatan

seseorang, dan sebaliknya kurang ulangan dan laitan maka

pengalaman/pengetahuan akan cepat terlupakan(Muhibbin Syah,

2004:105).

d. Belajar menurut psikologi behavioristik

Behavioristik adalah suatu studi tentang kelakuan manusia.

Belajar ditafsirkan sebagai latihan-latihan pembentukan hubungan

antara stimulus dan respons. Dengan memberikan rangsangan

(stimulus), maka anak akan mereaksi dengan respons. Hubungan

stimulus-respons ini akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan

otomatis pada belajar. Jadi pada dasarnya kelakuan anak adalah

terdiri atas respons-respons tertentu terhadap stimulus-stimulus

tertentu. Dengan latihan-latihan maka hubungan-hibungan itu akan

(25)

9

2. Tinjauan tentang Kesulitan Belajar

a. Kesulitan belajar dan gejala-gejalanya.

Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam

proses yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk

mencapai hasil belajar(Hamalik, Oemar, 1983: 72). Beberapa gejala

sebagai pertanda adanya kesulitan belajar di antaranya adalah.

1) menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata nilai

yang dicapai kelompok.

2) hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan.

3) lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar.

4) menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh ,

berpurapura, dusta dan lain-lain.

5) menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos,

datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak mau

mencatat pelajaran dan lain-lain.

6) menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti

pemurung, mudah tersinggung, pemarah, kurang gembira dalam

menghadapi situasi tertentu (Natawijaya 1984:177).

b. Latar belakang kesulitan belajar

Menurut Natawijaya (1984:178) kesulitan belajar yang

dihadapi oleh siswa disebabkan oleh berbagai faktor baik yang

(26)

10

1) Faktor dari dalam (intern)

Faktor dari dalam diri siswa di antaranya adalah

a) kurangnya kemampuan dasar yang ada dalam diri siswa

b) kurangnya bakat khusus yang mendasari kegiatan belajar.

c) kurangnya motivasi untuk belajar.

d) gangguan jasmani seperti : cacat tubuh dan gangguan pada

pancaindera.

e) situasi pribadi (emosional)

f) faktor-faktor bawaan seperti : buta warna, kidal, dan lain-lain.

2) Faktor dari luar (ekstern)

Faktor-faktor dari luar diri siswa di antaranya adalah

a) faktor lingkungan sekolah yang kurang menunjang proses

belajar.

b) situasi dalam keluarga yang kurang menunjang untuk belajar.

c) lingkungan sosial yang kurang memadai.

3. Ketuntasan Belajar

Menurut Suhito (1986:94) ketuntasan belajar menurut kurikulum

1984 meliputi :

a. Ketuntasan belajar dapat dilihat secara kelompok maupun perorangan.

b. Secara kelompok ketuntasan belajar dinyatakan telah dicapai jika

sekurang-kurangnya 85% dari siswa dalam kelompok yang

(27)

11

c. Secara perorangan ketuntasan belajar dinyatakan telah terpenuhi jika

seseorang siswa telah mencapai taraf penguasaan minimal yang

ditetapkan bagi setiap unit bahan yang dipelajari.

d. Dalam kurikulum1984 taraf penguasaan minimal yang ditetapkan

dalam ketuntasan belajar secara perorangan adalah

1) 75% dari materi setiap satuan bahasan dengan melalui penilaian

formatif.

2) 60% dari nilai ideal rapor yang diperoleh melalui penghitungan

hasil tes sumatif dan kokurikuler.

4. Lembar Kerja (LKS)

a. Pengertian

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

pendidikan Dasar dan Menengah, Balai Penataran guru (1998:66)

menyebutkan pengertian lembar pengajaran yaitu lembar pengajaran

atau LP pada umumnya disebut sebagai lembar kerja atau LK yang

dirancang untuk menyusun berbagai macam lembar kerja agar dapat

memenuhi kebutuhan kelas. Lembar kerja yang memuat berbagai

permasalahan dapat dimanfaatkan untuk memberikan tugas

tambahan, pekerjaan rumah dan proses belajar mengajar. Lembar

kerja yang digunakan untuk kegiatan proses belajar mengajar di kelas

adalah LKS (Lembar Kerja Siswa). LKS adalah salah satu bentuk

program yang berdasarkan atas tugas yang harus diselesaikan dan

(28)

12

keterampilan. Oleh sebab itu LKS harus dipersiapkan dengan baik,

agar tujuan dapat dicapai. LKS juga digunakan dalam proses belajar

mengajar untuk mengecek tingkat pengalaman peserta didik terhadap

materi yang disajikan. LKS dapat digunakan melalui kurikulum

apabila bertujuan untuk mengembangkan materi yang telah disajikan

atau tugas yang materinya dapat dipelajari secara mandiri tanpa

melalui tatap muka.

b. Tujuan LKS

1) Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

2) Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan

keterampilan proses.

3) Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan

proses belajar.

c. Manfaat LKS

1) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep.

2) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang

dipelajari melalui kegiatan belajar.

3) Membantu guru dalam menyusun rencana pengajaran.

4) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang

konsep yang dipelajari secara sistematis.

5. Tinjauan tentang Prestasi Belajar

a. Pengertian prestasi belajar Menurut Winkel (1993:122) prestasi

(29)

13

dengan belajar dapat diartikan penguasaan pengetahuan atau

keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya

ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Anak belajar

karena bertujuan untuk mencapai suatu hasil atau prestasi.Dalam

kegiatan belajar itulah yang dimaksud dengan prestasi belajar.Akan

tetapi dalam pencapaiannya banyak hambatan-hambatan yang

mempengaruhi akibat dari faktor-faktor tertentu.

Ditinjau dari faktor guru dan siswa faktor yang mempengaruhi hasil

belajar adalah sebagai berikut

a. Faktor internal

1) kelemahan fisik

2) kelemahan mental

3) kebiasaandari sikap yang salah

4) tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang

diperlukan.

b. Faktor eksternal

a) bahan dan buku yang dipergunakan

b) beban studi yang terlalu berat

c) populasi siswa dalam kelas

d) metode pengajaran yang kurang tepat

(30)

14

6. Belajar Matematika

Pengertian belajar matematika yang dikemukakan oleh Jerome

Brunner (Herman Hudoyo,1988:27) mengatakan bahwa belajar

matematika adalah belajar terntang konsep-konsep dan struktur-struktur

matematika yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta menjalankan

hubungan antara konsep-konsep dan struktur–struktur itu. Lain dari itu peserta didik lebih mudah mengingat matematika itu bila yang dipelajari

merupakan pola yang berstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur

akan mudah terjadinya transfer. Di dalam belajar matematika, Brunner

hampir selalu menilai dengan memusatkan keteraturan intuitif peserta

didik yang sudah dimiliki itu .Ini berarti peserta didik dalam belajar

haruslah terlihat aktif mentalnya yang dapat diperhatikan keaktifan

fisiknya. Selanjutnya Brunner (Herman Hudoyo,1988:27) menuliskan

anak berkembang dalam tiga tahap.

Tiga tahap perkembangan mental itu adalah :

a. Enactive

Dalam tahapan ini proses anak-anak di dalam belajar akan

menggunakan / memanipulasi objek-objek secara langsung. Misalnya

guru meminta siswa untuk mengukur meja atau benda-benda yang ada

di kelas yang berbentuk persegi dan persegi panjang dan meminta

(31)

15

b. Econic

Tahap ini menyatakan bahwa kegiatan anak-anak mulai

menyangkut mental yang merupakan gambaran dan objek-objek.

Dalam hal ini anak-anak tidak memanipulasi objek-objek seperti dalam

tahap enactive, melainkan sudah dapat ada lagi memanipulasi dengan

menggunakan dari objek. Misalnya guru membawa karton yang

berbentuk persegi dan persegi panjang kemudian meminta siswa untuk

mengukurnya dan meminta siswa untuk menghitung luas dan

kelilingnya.

c. Simbolic

Tahap akhir ini menurut Brunner merupakan tahap manipulasi

simbol-simbol secara langsung dan tidak ada lagi kaitannya dengan

objek- objek. Misalnya guru menggambarkan bangun datar seperti

persegi dan persegi panjang beserta ukurannya dan meminta siswa

untuk menghitung luas dan keliling bangun datar yang telah

digambarkan tersebut.

Secara garis besar Brunner (Herman Hudoyo, 1988: 27)

mengemukakan empat teori belajar sebagai berikut :

1) Teorema kontruksi ( construction theorem )

Teori ini mengatakan bahwa cara berfikir seorang peserta

didik untuk menilai belajar konsep dan prinsip di dalam belajar

matematika peserta didik akan sangat terbantu sekali dengan

(32)

16

2) Teorema notasi ( notation theorem )

Teori ini menyatakan bahwa kontruksi permulaan belajar

dibuat lebih sederhana secara kognitif dan dapat dimengerti lebih

baik oleh peserta didik, jika kontruksi itu menurut notasi yang

sesuai dengan perkembangan mental peserta didik diharapkan

dapat mengembangkan gagasan-gagasan berupa prinsip-prinsip

kreasi baru.

3) Teorema perbedaan dan variasi ( contrast theorem )

Teori ini menyatakan bahwa prosedur belajar gagasan

matematika yang berjalan dari kongkret menuju abstrak harus

disertai perbedaan dan variasi, suatu konsep matematika akan lebih

bermakna bagi peserta didik , jika konsep itu dibandingkan dengan

konsep lain.

4) Teori konektivitas ( conectivity theorem )

Teori ini menyatakan bahwa di dalam konsep matematika

struktur dan keterampilan dihubungkan dengan konsep, struktur,

dan keterampilan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar

matematika mempunyai empat aspek: fakta, konsep, prinsip, dan

skill.

Selain dari itu Brunner (Ruseffendi, 1992:109) mengatakan

perkembangan mental adalah:

(33)

17

Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam

memanipulasi objek

b. Tahap ikonik

Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa

berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari

objek-objek yang di manipulasinya. Anak tidak langsung

memanipulasi objek seperti yan dilakukan siswa dalam tahap

enaktif.

c. Tahap simbolik

Dalam tahap ini siswa memanipulasi symbol-simbol atau

lambing-lambang objek tertentu. Anak tidak lagi terikat dengan

objek-objek pada tahap sebelumnya. Anak pada tahap ini sudah

mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap

objek real. Dari hasil pengamatan Brunner ke sekolah-sekolah

mengemukakan empat dalil sebagai berikut:

1) Dalil penyusunan (Kontruksi)

Dalil ini menyatakan bahwa, siswa selalu ingin

mempunyai kemampuan dalam hal menguasai konsep,

teorama, definisi dan semacamnya, untuk itu siswa harus

dilatih melakukan penyusunan representasinya. Untuk

melekatkan idea tau definisi tertentu dalam pikiran siswa, harus

menguasai konsep dengan mencobanya dan melakukannya

(34)

18

memperlihatkan representasi konsep tersebut, maka siswa akan

lebih memahaminya.

2) Dalil notasi

Dalil notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian

konsep, notasi memegang peranan penting. Notasi yang

digunakan dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus

disesuaikan dengan tahap perkembangan mental siswa.

3) Dalil pengkontrasan dan keanekaragaman

Dalam dalil ini dinyatakan bahwa pengontrasan dan

keanekaragaman sangat penting dalam melakukan perubahan

konsep matematika dari konsep konkret ke konsep yang lebih

abstrak. Keanekaragaman juga membantu siswa dalam

memahami konsep yang disajikan, dan hal ini dapat

memberikan belajar bermakna bagi siswa.

4) Dalil pengaitan (Konektivitas)

Dalam dalil ini dinyatakan bahwa dalam matematika

antara satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan

yang erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi

rumus-rumus yang digunakan.

7. Alat Peraga

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran perlu digunakan

media pengajaran atau alat peraga secara tepat. Media pengajaran sangat

(35)

19

1996:72) mengungkapkan dalam proses belajar siswa sebaiknya diberi

kesempatan untuk memanipulasi benda-benda atau alat peraga. Dengan

alat peraga tersebut siswa dapat melihat langsung bagaimana ketentuan

serta pola yang terdapat pada benda yang sedang diperhatikannya,

ketentuan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Dalam penelitian

tindakan kelas ini peneliti menggunakan alat peraga berupa benda-benda

konkret yang ada di sekitar siswa. Dengan alat peraga tersebut diharapkan

siswa lebih mudah dalam mengerti bangun datar sederhana. Dalam proses

pembelajaran ini peneliti juga membentuk kelompok-kelompok kecil

untuk mendiskusikan Lembar Kerja Siswa agar siswa lebih aktif dalam

pemecahan masalah yang dihadapi.

8. Bangun datar di Sekolah Dasar

Materi bangun datar merupakan salah satu materi yang tercantum

dalam GBPP Sekolah Dasar, kurikulum tahun 1994 yang disempurnakan

tahun 2002 (Tim, 2000:52).

a. Bangun Datar Sederhana

Jenis bangun datar bermacam-macam, antara lain persegi,

persegi panjang, segitiga, jajar genjang, trapesium, layang-layang,

belah ketupat, dan lingkaran. Nama-nama Bangun Datar :

1) Persegi Panjang, yaitu bangun datar yang mempunyai sisi

berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik

sudut siku-siku.

(36)

20

3) Segitiga, yaitu bangun datar yang terbentuk oleh tiga buah titik

yang tidak segaris. Macam-macamnya: segitiga sama sisi, segitiga

sama kaki, segitiga siku-siku, segitiga sembarang.

4) Jajar Genjang, yaitu segi empat yang sisinya sepasang-sepasang

sama panjang dan sejajar.

5) Trapesium, yaitu segi empat yang memiliki tepat sepasang sisi

yang sejajar.

6) Layang-layang, yaitu segi empat yang salah satu diagonalnya

memotong tegak lurus sumbu diagonal lainnya.

7) Belah Ketupat, yaitu segi empat yang semua sisinya sama panjang

dan kedua diagonalnya saling berpotongan tegak lurus.

8) Lingkaran, yaitu bangun datar yang terbentuk dari himpunan

semua titik persekitaran yang mengelilingi suatu titik asal dengan

jarak yang sama. jarak tersebut biasanya dinamakan r, atau radius,

atau jari-jari(Tim, 2000:64).

b. Keliling Persegi, Persegi Panjang dan segitiga

1) Keliling Persegi

Rumus keliling persegi

Keliling = sisi + sisi + sisi + sisi

= 4 x sisi

(37)

21

Contoh :

Dodi memliki sebuah taplak meja berbentuk persegi. Panjang sisi

taplak meja tersebut adalah 25 cm. Berapakah keliling taplak meja

tersebut ?

Penyelesaian :

Panjang sisi = 25 cm

Keliling persegi = 4 x 25 cm

= 100 cm

2) Keliling Persegi Panjang

Rumus Keliling Persegi Panjang

Keliling = p + l + p + l

= 2p + 2l

= 2 ( p + l )

Contoh :

Keliling sebuah persegi panjang adalah 20 cm. Jika panjangnya 6

cm, tentukan lebar persegi panjang tersebut !

Penyelesaian :

Keliling persegi panjang 20 cm dan panjang 6 cm.

Keliling = 2 x ( p + l )

20 cm = 2 x ( 6 cm + l )

20/2 = 6 cm + l

10 cm = 6 cm + l

(38)

22

3) Keliling Segitiga

K= P+L+P

Hitunglah keliling segitiga dengan panjang sisi-sisinya sebagai

berikut.

4 cm; 7 cm; dan 5 cm

Penyelesaian:

Mencari keliling segitiga dapat dilakukan dengan menjumlahkan

seluruh sisi dari segitiga tersebut, maka4, cm + 7 cm + 5 cm = 16 cm

B. Media Konkret

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak

dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga terjadi proses belajar

(Arief S. Sadiman, 2005: 6).

Romiszowski (Basuki Wibawa, 1993: 8) mengungkapkan bahwa

media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan

kepada penerima pesan. Sumber pesan yang dimaksud dapat berupa orang

atau benda, sedangkan yang dimaksud dengan penerima pesan dalam

proses belajar mengajar adalah siswa. Pembawa pesan (media) tersebut

berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka. Media merangsang

(39)

23

menggunakan kombinasi dari beberapa indera agar dapat menerima pesan

secara lebih lengkap.

Dari berbagai pendapat di atas dapat dikatakan bahwa media adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan berupa pikiran,

perasaan, atau perhatian dari sumber pesan ke penerima pesan, sehingga

akan timbul reaksi dari penerima pesan tersebut. Sumber pesan dalam

penelitian ini adalah guru, dan penerima pesan adalah siswa.

2. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Gerlach & Ely dalam azhar arsyad (2007: 12) mengemukakan tiga

ciri media pembelajaran, sebagai berikut.

a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media pembelajaran untuk

merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa

atau objek.

b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Ciri manipulative media memungkinkan terjadinya transformasi

suatu kejadian atau objek.

c. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau

kejadian ditransportasikan melalui ruang, secara bersama kejadian tersebut

disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang

(40)

24

3. Manfaat Media Pembelajaran

Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1993:8-9) menyatakan, dalam

proses belajar mengajar media mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai alat bantu

mengajar dan sebagai media belajar yang digunakan sendiri oleh siswa. Media

yang digunakan sebagai alat bantu mengajar disebut dependent media. Media

yang dapat digunakan sendiri oleh siswa disebut independent media.

Sebagai alat bantu, efektivitas media sangat tergantung pada cara

dan kemampuan guru dalam memakainya. Sebagai media belajar media dapat

dipakai oleh siswa bersama guru tetapi dapat juga dipakai oleh siswa sendiri,

tanpa atau dengan sedikit bantuan dari orang lain. Bila independent media

digunakan dalam sistem pelajaran klasikal, waktu belajar yang tersedia dapat

digunakan untuk membahas atau mendiskusikan hal-hal penting yang sulit

dipelajari siswa sendiri. Sebagian waktu yang lain dapat digunakan untuk

belajar mandiri. Siswa diminta belajar dari berbagai media dan sumber belajar

lain yang sesuai dengan tujuan yang ingin di capai. Dalam hal ini media

berperan untuk menggantikan sebagian dari fungsi guru, yaitu dalam

memberikan informasi atau isi pelajaran.

Harjanto (2005: 245-246) menyatakan bahwa secara umum

kegunaan media sebagai berikut.

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik.

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, seperti misalnya.

1) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realitas, gambar,

(41)

25

2) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film, atau

gambar.

3) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa di

tampilkan lagi lewat rekaman film, video, foto, maupun secara

verbal.

4) Objek yang terlalukompleks dapat disajikan dengan model,

diagram, dan lain-lain.

5) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan

lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan

lain-lain.

c. Media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap

pasif anak didik. Dalam hal ini kegunaan media adalah sebagai berikut.

1) Menimbulkan kegairahan belajar.

2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antar anak didik

dengan lingkungan dan kenyataan.

3) Memungkinkan anak didik belajarsendiri-sendiri menurut

kemampuan dan minatnya.

d. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan

lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan

materi pendidikan di tentukn sama untuk setiap siswa, maka guru akan

banyak mengalami kesulitan apabila semua itu harus diatasi sendiri.

(42)

26

berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu

dengan kemampuan dalam:

1) Memberikan perangsang yang sama,

2) Mempersamakan pengalaman, dan

3) Menimbulkan persepsi yang sama.

Kemp dan Dayton (Suwarna, dkk. 2005: 128-129) menyatakan

bahwa manfaat media pembelajaran sebagai berikut.

a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan.

Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi,

sehingga materi tersampaikan secara seragam.

b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik

Media dapat menyampaikan informasi yang dapat didengar

(audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan

prinsip,konsep, proses maupun prosedur yang bersifat abstrak dan

tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap.

c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

Jika dipilih dan dirancang dengan benar, maka media dapat

membantu guru dan siswa melakukan komunikasi dua arah secara

aktif. Tanpa media, guru mingkin akan cenderung berbicara “satu arah” kepada siswa.

d. Jumlah waktu belajar mengajar dapat dikurangi

Seringkali terjadi, para guru banyak menghabiskan waktu

(43)

27

tidak perlu sebanyak itu jika mereka memanfaatkan media

pembelajaran dengan baik.

e. Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan

Penggunaan media tidak hanya membuat proses pembelajaran

lebih efesien, tetapi juga membantu siswa menyerap materi ajar

secara lebih mendalam dan utuh.

f. Proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja dan kapan saja

Media pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa

sehingga siswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja mereka

mau, tanpa bergantung pada keberadaan guru.

g. Sikap positif siswa terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.

Dengan media, proses pembelajaran menjadilebih menarik.

Hal ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi siswa pada

ilmu pengetahuan dan proses pencarian ilmu.

h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif

Dengan media, guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan,

namun justru dapat mengurangi penjelasan verbal (lisan), sehingga

guru dapat memberikan perhatian lebih banyak kepada aspek

pemberian motivasi, perhatian, bimbingan, dan sebagainya.

Dari berbagai pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa

secara garis besar manfaat dan kegunaan media adalah sebagai alat

guna mempermudah dan memperlancar proses belajar mengajar,

(44)

28

siswa sebagai sumber belajar. Disamping itu dengan penggunaan

media pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

4. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 124)

mengemukakan jenis-jenis media sebagai berikut.

a. Media Auditif

Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan

suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam.

b. Media visual

Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra

penglihatan. Media visual ada yang menampilkan gambar diam seperti

film strip (film bingkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan,

dan cetakan. Ada juga yang menampilkan gambar atau simbol yang

bergerak seperti film bisu atau film kartun.

Suwarna, dkk, (2005: 237) mengemukakan ada beberapa jenis

media pendidikan yang biasa digunakan dalam proses pengajaran:

a.Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram,

poster, kartun, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga

disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai

ukuran panjang dan lebar.

b.Media tiga dimensi, yaitu dalam bentuk model padat (solid

model), model penampang, model susun, model kerja, diorama

(45)

29

c.Media proyeksi seperti slide, film strip, film, penggunaan OHP,

dan

d.Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan.

Dalam penelitian ini media yang digunakan peneliti adalah media

konkret. Media konkret pada dasarnya adalah media yang nyata,

memiliki wujud dan dapat dilihat, diraba, maupun dirasakan dengan

alat indra. Berdasarkan jenis-jenis penelitian di atas media konkret

termasuk dalam jenis media tiga dimensi, dan juga termasuk media

visual karena dapat diamati dengan menggunakan indra penglihatan.

5. Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Media

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 128) menyatakan

faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media sebagai

berikut.

a. Objektivitas

Unsur subjektivitas guru dalam memilih media pembelajaran harus

dihilangkan. Guru tidak boleh memilih suatu media atas dasar kesenangan

pribadi. Guru harus mementingkan kepentingan anak didik dengan

memperhatikan keefektifan dan efisiensi dari media tersebut.

b. Program pengajaran

Program pengajaran yang akan disampaikan kepada anak didik harus

sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya, strukturnya, maupun

kedalamannya.

(46)

30

Media yang akan digunakan harus disesuaikan dengan tingkat

perkembangan anak didik, baik dari segi bahasa, symbol-simbol yang

digunakan, cara dan kecepatan penyajiannya. Ataupun waktu

penggunaannya.

d. Situasi dan Kondisi

Situasi dan kondisi di sini meliputi:

1) Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan

dipergunakan, seperti ukurannya, perlengkapannya, ventilasinya, dan

2) Situasi serta kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran

mengenai jumlahnya, motivasi, dan kegairahannya.

e. Kualitas teknik

Dari segi teknik, media pengajaran harus diperhatikan sebelum

digunakan, apakah sudah memenuhi syarat atau belum. Hal ini bertujuan

untuk mengurangi kesalahan teknik saat penggunaan media.

f. Keefektifan dan efesiensi penggunaan

Keefektifan berkenaan dengan hasil yang dicapai, sedangkan efesiensi

berkenaan dengan proses pencapaian hasil tersebut. Media dikatakan

efektif apabila dengan penggunaan media tersebut informasi pengajaran

dapat diserap oleh anak didik secara optimal, sehingga terjadi perubahan

tingkah laku. Media dikatakan efesien apabila waktu, tenaga, dan biaya

yang digunakan untuk mencapai tujuan dari penggunaan media tersebut

(47)

31

Suwarna, dkk. (2005: 138) menyatakan bahwa faktor yang

mempengaruhi media antara lain:

a. Tujuan instruksional yang ingin dicapai,

b. Karakteristik siswa,

c. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan (audio atau visual), keadaan

latar atau lingkungan dan gerak atau diam,

d. Ketersediaan sumber setempat

e. Apakah media siap pakai atau media rancangan,

f. Kepraktisan dan ketahanan media, dan

g. Efektivitas biaya dalam jangka panjang.

6. Media Konkret

Mulyani Sumantri dan Johar Permana (177: 8) menyatakan bahwa

yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah segala alat

pembelajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk

menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses belajar mengajar

sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran tersebut. Media

pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan, berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap

kepada anak didik sehingga mereka dapat menangkap, memahami dan

memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan. Sedangkan kata

konkret dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 588) diartikan

sebagai sesuatu yang nyata, benar-benar ada, memiliki wujud, dapat dilihat

(48)

32

Dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa media

pembelajaran konkret adalah segala sesuatu yang nyata, benar-benar ada,

memiliki wujud, dapat dilihat maupun diraba dan dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, juga sikap-sikap

kepada anak didik sehingga anak dapat menangkap, memahami sekaligus

memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan dalam proses belajar

mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui sejauh mana tingkat

pemahaman siswa terhadap sifat-sifat bangun ruang. Untuk

menyampaikan materi tersebut, peneliti menggunakan media konkret,

yaitu benda-benda di lingkungan sekitar yang mewakili bentuk-bentuk dari

bangun datar, atau dengan tiruan bangun datar yang dibuat menggunakan

gabus.

7. Kelebihan Media Konkret

A. Tabrani, Rusyan, (1993: 199) mengemukakan kelebihan media

konkret sebagai berikut:

a. Dapat membantu guru dalam menjelaskan suatu materi kepada peserta

didik.

b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari

situasi yang nyata, dan

(49)

33 C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Piaget (Syaiful sagala, 2010: 27) mengemukakan perkembangan anak di

bagi menjadi 4 tahapan sebagai berikut:

1. Sensori Motor (0.0-2.0 tahun)

Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungannya dengan

kemampuan sensorik yaitu penglihatan, penciuman, pendengaran,

perabaan, dan menggerak-gerakkannya. Selama periode ini anak mengatur

alamnya dengan indra-indranya (sensori) dan tindakan-tindakannya

(motor).

2. Praoprasional (2.0-7.0 tahun)

Pada tahap praoperasional anak mengandalkan diri pada persepsi

tentang realitas, ia telah mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep

sederhana, berpartisipasi, membuat gambar, dan menggolong-golongkan.

Pada umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental,

yaitu menambah, mengurangi, dan lain-lain.

3. Operasinal konkret (7.0-11.0 tahun)

Pada tahap operasional konkret anak dapat mengembangkan pikiran

logis, walaupun kadang-kadang memecahkan masalah secara “trial and

error”. Tahap ini merupakan tahap permulaan berpikir rasional, yang

berarti anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkan pada

masalah-masalah konkret. Pada tahap ini anak hanya dapat menghadapi

operasi-operasi konkret, bukan operasi-operasi formal sehingga anak

(50)

34

4. Operasi formal (11.0 tahun ke atas)

Pada tahap ini anak dapat berpikir abstrak seperti orang dewasa. Anak

dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya, untuk membentuk

operasi-operasi yang lebih kompleks. Pada tahap ini anak tidak perlu

berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa-peristiwa konkret

karena sudah dapat berpikir secara abstrak.

D. Kerangka Pikir

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini

berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat

tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa. Terkait dengan upaya

peningkatan kualitas belajar tersebut, salah satu tawaran yang harus

dikembangkan oleh guru adalah bagaimana guru bisa menggunakan media

sebagai bahan integral dalam proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya.

Dengan kata lain, seorang guru harus bisa memanfaatkan benda kongkrit

pada materi bangun datar di sekitar sebagai media dalam kegiatan belajar

mengajar meskipun program sekolah sudah terencana dengan baik. Selama ini

satu-satunya media yang dominan digunakan guru adalah buku paket. Sedangkan

metode pembelajaran yang digunakan guru adalah metode ceramah dengan sedikit

Tanya jawab. Metode pembelajaran yang seperti itu cenderung monoton dan

membosankan yang akan berpengaruh pada melemahnya antusiasme siswa dalam

mengikuti pembelajaran. Hal ini akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa

(51)

35

pembelajaran matematika khususnya dalam materi bangun datar. Banyak nilai

siswa yang kurang dari Kriteria ketuntasan Minimal (KKM). Dengan melalui

diskusi kelompok-kelompok kecil pembelajaran pada pokok bahasan benda

kongkrit pada materi bangun datar dapat ditingkatkan, di mana dalam kelompok

tersebut terdapat kerja sama dan saling membantu antar siswa dalam

kelompoknya. Sehingga keaktifan siswa meningkat dan siswa lebih mudah

memahami materi pembelajaran. Pembelajaran diskusi kelompok menumbuhkan

daya kreatifitas, mengasikkan, menyenangkan dan tidak membosankan.

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir, maka peneliti mengajukan

hipotesis sebagai berikut:

Media benda konkret dapat meningkatkan prestasi belajar matematika kelas

(52)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas,

yang dapat dilakukan oleh guru atau pengajar sebagai pengelola program

pendidikan. Penelitian Tindakan Kelas atau (Classroom Action Research) adalah

penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu

praktik pembelajaran. Peneliti memilih metode penelitian tindakan kelas karena

mempertimbangkan :

1. masalah yang dihadapi adalah masalah yang timbul dalam proses

pembelajaran;

2. tidak mengganggu jalannya pembelajaran sesuai dengan kompetensi

yang diajarkan.

Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan secara kolaboratif partisipatif,

yaitu penelitian dengan melakukan kolaborasi kerjasama antara guru dengan

peneliti. Proses tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diupayakan agar

masalah yang terjadi dapat teratasi, sekaligus untuk meningkatkan kualitas

(53)

37 B. Desain Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini digunakan model penelitian yang

dikemukakan oleh Kemmis & Taggart yang meliputi menyusun rancangan

tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan

refleksi (reflecting). Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus.

Keterangan gambar:

Siklus I

0. Perenungan

1. Perencanaan

2. Tindakan dan Observasi I

3. Refleksi I

Siklus II

4. Rencana Terevisi I

5. Tindakan dan Observasi II

[image:53.595.148.479.223.510.2]

6. Refleksi II

Gambar 1. Siklus PTK

Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus. Siklus pertama dan kedua

masing-masing berlangsung dua minggu (4 kali pertemuan) secara rinci prosedur

(54)

38

1. Siklus I

a.Tahap Perencanaan

1) Melakukan pertemuan dengan guru matematika kelas III untuk

membicarakan persiapan kegiatan pembelajaran matematika

dengan menggunakan Media Benda Kongkrit.

2) Mendiskusikan dan menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) pembelajaran matematika dengan

menggunakan Media Benda Kongkrit di kelas sebagai tindakan

penelitian.

3) Mempersiapkan perangkat tes hasil belajar yang memuat

indikator pemahaman konsep bangun datar.

4) Mempersiapkan peralatan atau alat peraga yang dibutuhkan

untuk pelaksanaan proses pembelajaran.

5) Memberitahu dan melatih guru sebagai praktisi penelitian

tentang tindakan yang harus dilakukan saat pembelajaran di

kelas sesuai dengan rencana pembelajaran.

b.Tahap Pelaksanaan Tindakan

1) Melaksanakan langkah-langkah sesuai rencana pembelajaran

yang telah disusun.

2) Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan Media Benda

Kongkrit sesuai dengan rencana yang dibahas bersama guru.

3) Melakukan tes materi pembelajaran yaitu materi tentang bangun

(55)

39

c.Tahap Obsevasi

1) Melakukan pemantauan (observasi) terhadap setiap langkah

sesuai dengan rencana.

2) Melakukan pengamatan PBM matematika dengan sasaran

pemantauan sebagai berikut : keaktifan siswa untuk

mengeluarkan ide, keaktifan siswa dalam bertanya, keaktifan

siswa mengerjakan soal di depan kelas sekaligus menjelaskan

kepada siswa lain.

d.Tahap Refleksi

1) Mengkaji data yang terkumpul secara komprehensif.

2) Melakukan diskusi dengan guru kelas serta menganalisis

kelemahan dan keberhasilan guru dalam penerapan Media

Benda Kongkrit dalam pembelajaran.

3) Menganalisis hasil belajar/tes siswa.

4) Hasil refleksi dijadikan bahan untuk merevisi rencana tindakan

selanjutnya.

5) Kolaborator memberikan masukan dan bersama-sama dengan

peneliti melakukan langkah-langkah perbaikan untuk

dilaksanakan pada siklus berikutnya.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

1) Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan dan mencari upaya

(56)

40

2) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.

3) Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus I.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Melaksanakan tindakan seperti pada siklus I dengan

perbaikan-perbaikan yang telah direncanakan sesuai hasil refleksi siklus I.

c. Tahap Observasi

1) Melakukan pengamatan dengan sasaran sama seperti siklus I.

2) Mencatat perubahan-perubahan yang terjadi.

3) Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat

pembelajaran dan memberikan balikan.

d. Tahap Refleksi

1) Merefleksi proses pembelajaran matematika dengan

menggunakan Media Benda Kongkrit.

2) Merefleksi hasil belajar siswa dan keaktifan siswa.

3) Merangkum dan merefleksi hasil akhir penelitian bersama

kolaborator.

4) Menyusun rekomendasi

Setelah data selesai dianalisis dengan menggunakan indikator

keberhasilan yang telah ditetapkan, selanjutnya ditarik

kesimpulan tentang keberhasilan atau kegagalan pada siklus II

ini. Apabila berhasil pada semua indikator yang ditetapkan,

maka penelitian tidak perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya,

(57)

41

ketidakberhasilan pada salah satu indikator, maka penelitian

harus dilanjutkan pada siklus berikutnya, sesuai dengan apa

yang telah direncanakan.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian mengambil subjek seluruh siswa kelas III semester 2 SDN

Cepit yang berjumlah 21 siswa, dengan siswa laki-laki sebanyak 8 siswa

dan siswa perempuan sebanyak 13 siswa.

2. Objek Penelitian

Pelaksanaan proses dan hasil belajar matematika dengan menggunakan

media benda konkret pokok bahasan keliling bangun datar kelas III

semester 2.

D. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN Cepit, Sewon, Bantul. Penelitian ini

dilakukan di dalam kelas.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2014/2015, yang lebih tepatnya pada bulan April 2015 sampai dengan

bulan Juni 2015.

E. Teknik Pengumpulan Data

(58)

42

1. Tes untuk mengumpulkan data prestasi belajar keliling bangun datar dan

luas bangun datar.

2. Observasi untuk mengumpulkan data aktivitas siswa selama mengikuti

proses pembelajaran.

Instrumen yang peneliti gunakan untuk menilai tingkat keberhasilan

peserta didik adalah:

1. Lembar Tes

Lembar tes adalah alat untuk memperoleh data hasil belajar yang telah

diberikan kepada siswa. Sedang bentuk tes yang digunakan adalah tes

[image:58.595.131.496.381.724.2]

tertulis berupa soal uraian. Berikut adalah kisi-kisi soal.

Tabel 1. Kisi-kisi Soal Kompetensi

Dasar Indikator

Jumlah Butir

Soal

Nomor Butir

Keliling dan Luas Bangun Datar

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Persegi

2 1,2

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Persegi panjang

2 3,4

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Segitiga

1 5

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Jajar genjang

1 6

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Belah ketupat

1 7

Menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keliling Trapesium

1 8

Menyelesaikan soal yang

berkaitan dengan luas

Bangun datar

(59)

43

2. Lembar observasi

Lembar observasi adalah lembar pengamatan yang harus diisi oleh

observer. Lembar observasi berisi tentang aktifitas peserta didik dalam

[image:59.595.130.512.227.673.2]

pembelajaran.

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Guru

No. Aspek Penilaian

1. Perencanaan 1) Dokumentasi kondisional, memeriksa buku tugas siswa, daftar nilai harian, dan observasi guru.

2) Identifikasi masalah, siswa kelas III SD kurang menguasai tentang bangun datar. Dengan kata lain siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam mengerti bangun datar sederhana, menghitung keliling dan luas persegi dan persegi panjang.

3) Membuat skenario pembelajaran dengan melalui diskusi kelompok-kelompok kecil.

4) Menyeleksi jenis keterampilan mana yang dapat dicapai siswa. 5) Menyiapkan lembar kerja buatan guru.

6) Menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

7) Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui daya serap hasil belajar siswa.

2. Tindakan 1) Guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan sederhana.

2) Guru bersama siswa membahas secara singkat materi bangun datar dengan melihat alat peraga, berupa benda-benda konkrit.

3) Guru membagikan lembar kerja buatan guru dan didiskusikan secara kelompok.

4) Guru mengarahkan jalannya diskusi serta membimbing membuat simpulan.

5) Guru mengevaluasi siswa terhadap proses pembelajaran dengan memberikan post tes.

3. Observasi 1) Observasi tentang persiapan pembelajaran.

(60)

44 F. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini analisis data yang digunakan ada dua, yaitu analisis

deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.

1. Analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

matematika kelas III semester 2 materi keliling bangun datar dan luas

bangun datar. Adapun caranya : yaitu mencari rerata, skor terendah

sampai skor tertinggi, menghitung persentase ketuntasan belajar. Adapun

rumus untuk mencari rerata, menurut Suharsimi Arikunto (2010 :

284-285) adalah sebagai berikut:

Mean = ∑ X N

Keterangan

∑ X = jumlah nilai siswa

X = skor (nilai siswa)

N = jumlah siswa

2. Analisis deskriptif kualitatif untuk mengetahui peningkatan proses

pembelajaran yaitu dengan menjumlahkan skor observasi aktivitas siswa

setiap siklus, data yang diperoleh dihitung dengan persentase, dan

langkah terakhir adalah menentukan kriteria aktivitas siswa terdapat pada

(61)
[image:61.595.176.448.112.253.2]

45

Tabel 3. Pedoman Konservasi Tingkat aktivitas Guru dan Siswa Tingkat Aktivitas Kriteria

Gambar

Gambar 1. Siklus PTK
Tabel 1. Kisi-kisi Soal
Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Guru
Tabel 3. Pedoman Konservasi Tingkat aktivitas Guru dan Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keliling dan Luas Bangun Datar Melalui Strategi Discovery-Inquiry pada Siswa Kelas IV SDN 02 Tlobo Kecamatan Jatiyoso Kabupaten Karanganyar Tahun.. Ajaran

Secara praktis dari penelitian ini diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman langsung mengenai konsep keliling dan luas bangun datar sehingga pembelajaran matematika

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan penggunaan media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar pada pembelajaran matematika pokok bahasan bangun datar

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar Matematika siswa kelas III SDN 03 Wanasaba pada materi luas daerah bangun datar dengan penerapan strategi

Dengan menggunakan pendekatan PMRI untuk pelajaran matematika pada materi luas dan keliling bangun datar diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika

Penelitian yang dilaksanakan pada mata pelajaran Matematika materi keliling dan luas bangun datar(jajargenjang dan segitiga) kelas IV MI Muhammadiyah Tejobang dengan

Manfaat teoritis, yaitu manfaat yang diambil sebagai pemahaman teori tentang meningkatkan hasil belajar Matematika materi menghitung luas bangun datar dengan metode

Jurnal Pendidikan Tambusai 4531 Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Papan Berpaku Terhadap Hasil Belajar Keliling dan Luas Bangun Datar Di Kelas IV SDN 08 Nan Limo Mudiak