Fauziah Sri Wahyuni, 2015
PENERAPAN METODE APPRECIATIVE INQUIRY DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN VISI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI
RESELLER DAN FRANCHISEE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
184
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A.Simpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis tindakan yang diajukan yaitu penerapan metode appreciative inquiry dengan menggunakan media papan visi dapat meningkatkan motivasi berprestasi Reseller dan Franchisee Doktor Parfum Indonesia dapat diterima.
1. Proses Penerapan Metode Appreciative Inquiry dengan Menggunakan
Media Papan Visi
a. Perencanaan
Langkah perencanaan dalam penerapan metode appreciative inquiry ini adalah dengan 1) melakukan koordinasi dengan tim yang terdiri dari peneliti, fasilitator, dan observer peneliti; 2) penyusunan Rencana Pelaksanaan Pelatihan pada setiap siklus; 3) menyiapkan format pengumpulan data. Rencana Pelaksanaan Pelatihan dinilai untuk melihat peningkatan kemampuan fasilitator dalam menyusun dan memperbaiki Rencana Pelaksanaan Pelatihan. Siklus 1 berada pada kategori tidak baik, siklus 2 cukup baik, dan siklus 3 kategori baik sehingga dapat mencapai kriteria keberhasilan. Pada setiap siklus warga belajar dilibatkan dalam proses perencanaan.
b. Pelaksanaan
Hasil observasi aktivitas warga belajar dalam pelatihan menunjukkan kategori baik untuk rata-rata kelas siklus I, siklus II masih pada posisi baik, dan siklus III sangat baik. Pada siklus ketiga telah tercapai indikator keberhasilan yang melebihi batas minimal. Pelibatan dan keterlibatan warga belajar dalam implementasi komponen program selalu dikalukan pada setiap siklus.
Fauziah Sri Wahyuni, 2015
PENERAPAN METODE APPRECIATIVE INQUIRY DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN VISI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI
RESELLER DAN FRANCHISEE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
185
Pelibatan dan keterlibatan warga belajar dalam evaluasi penerapan metode appreciative inquiry dilakukan pada setiap siklus. Hasil pengukuran prinsip
185
rendah. Pada siklus II cukup, dan pada siklus II mencapai kategori tinggi sehingga mencapai kriteria keberhasilan.
Fasilitator menyatakan merasa gugup, karena dituntut lebih jeli dalam mengamati dan mengarahkan warga belajar. Fasilitator mengakui tidak mendapatkan banyak kesulitan namun ada ketidakpercayaan diri terutama ketika menghubungkan setiap langkah agar menjadi sistematis dan saling berkaitan. Fasilitator memandang metode ini memberikan ruang bagi warga belajar untuk aktif namun perlu memperhatikan efektivitas penggunaan waktu. Fasilitator akan mengadopsi AI hanya akan dimodifikasi dengan kekhasan perusahaan yang relevan dengan visi perusahaan.
Warga belajar dikondisikan untuk berpartisipasi aktif dan terlatih kemampuan public speaking. Melalui media papan visi, warga belajar merasa lebih visioner
dan lebih terstruktur dalam menentukan prestasi yang akan dicapai. Kesulitan yang dihadapi dapat ditangani bersama. Warga belajar berharap agar metode ini menjadi salah satu metode yang digunakan pada pelatihan di DPI dengan terus menggali metode lain sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif.
2. Performance Fasilitator
Siklus I hasil observasi menunjukkan bahwa performance fasilitator berada pada kategori kurang baik, siklus II meningkat dengan posisi cukup baik, dan siklus III menunjukkan kategori baik sehingga mencapai kriteria keberhasilan.
3. Hasil Belajar Reseller dan Franchisee Doktor Parfum Indonesia
a. By Process
186
b. By Product
Penjualan produk berada pada kategori berhasil meskipun pada siklus I dan II terjadi fluktuasi, tetapi pada siklus III konsisten mencapai penjualan 100% dari produk hasil produksi yang melebihi indikator keberhasilan penelitian.
B.Implikasi
1. Perusahaan
Penelitian ini menjadi media belajar untuk seluruh partisipan. Implikasi bagi komponen perusahaan diantaranya sebagai berikut:
a. Pengelola Pendidikan dan Pelatihan Entrepreneur Langit Indonesia
Pengelola mendapat masukan mengenai metode pelatihan dengan pendekatan yang berpusat pada peserta (student centre). Sehingga peserta tidak hanya diposisikan sebagai pendengar saja.
b. Fasilitator
Bagi fasilitator sendiri berdasarkan penuturan hasil wawancara merasa mendapatkan pengalaman baru yang lebih menantang tidak sesantai saat menggunakan metode ceramah. Fasilitator dituntut untuk lebih jeli tetapi dengan pengalaman ini fasilitator diperkenalkan dengan metode yang dapat melibatkan peserta pelatihan dalam berbagai proses. Penelitian ini juga menyajikan cara pandang baru bagi fasilitator bahwa peserta bukan saja objek yang harus selalu menerima, tetapi juga berkesempatan untuk saling berbagi.
c. Reseller dan Franchisee
Reseller dan franchisee yang menjadi peserta atau warga belajar dalam
pelatihan ini pun menjadi lebih terbuka dalam menerima dan memberi ilmu berdasarkan pengalamannya sehingga perusahaan dapat melakukan identifikasi karakter untuk kemudian ditindaklanjuti. Pelibatan dan keterlibatan reller dan franchisee dalam proses pelatihan dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap
187
2. Peneliti berikutnya
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa metode appreciative inquiry dapat meningkatkan motivasi berprestasi reseller dan franchisee dengan menggunakan media papan visi dengan penelitian tindakan (action research) sangat mungkin dilakukan untuk program pendidikan luar sekolah diluar dari program pembelajaran PAUD dan sejenisnya. Komponen program PLS yang tersistem dapat memberikan warna pada penelitian tindakan karena dapat melibatkan berbagai unsur ahli pada pelaksanaannya sesuai isu program yang diangkat.
C.Rekomendasi
1. Perusahaan
a. Pengelola Pendidikan dan Pelatihan Entrepreneur Langit Indonesia
Fasilitator sebagai pemegang kendali dalam pelatihan memiliki peranan yang amat sangat penting. Sangat perlu untuk dilakukan peningkatan kapasitas dan kapabilitas fasilitator sehingga mampu membimbing peserta mencapai target pelatihan. Maka alangkah sangat bemanfaat apabila diselenggarakan pembinaan bagi para fasilitator (training for trainer) secara konsisten. Sehingga terjadi regenarasi fasilitator berkualitas. Hal ini akan memungkinkan bagi peserta yang telah memiliki kapabilitas untuk menjadi fasilitator dikemudian hari.
Sebagai acuan pelaksanaan maka dibutuhkan kurikulum agar proses pelatihan berjalan dengan fokus dan terarah. Kurikulum tersebut dapat disusun sesuai dengan visi perusahaan sehingga tercipta kurikulum khas Republik Parfum Indonesia. Kurikulum akan menjadi panduan bagi fasilitator dalam membentuk karakter wirausahawan sesuai visi perusahaan sehingga fasilitator menjadi bagian perwujudan visi.
b. Fasilitator
188
disesuaikan dengan materi. Alangkah baiknya dilakukan kolaborasi metode maupun media yang efektif dan efisien agar proses menjadi dinamis. Media menunjang dalam penyampaian materi agar lebih optimal dipahami. Seluruh komponen pelatihan saling menunjang sehingga penggunaannya memerlukan kombinasi yang apik dengan target utama tercapainya tujuan pelatihan.
c. Reseller dan Franchisee
Reseller dan franchisee yang menjadi peserta atau warga belajar dalam
pelatihan diharapkan dapat memberikan masukan bagi proses pelaksanaan pelatihan agar berjalan dengan optimal.
2. Peneliti berikutnya
Fauziah Sri Wahyuni, 2015
PENERAPAN METODE APPRECIATIVE INQUIRY DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN VISI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI
RESELLER DAN FRANCHISEE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
189
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU:
Alma, B. (2011). Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung: Alfabeta.
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: PT. Remadja Rosdakarya.
Andayani dkk. (2008). Pemantapan Kemampuan Profesional Edisi 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). IPKG 2: Instrumen Penilaian Kinerja Guru IPA (Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. (2010). Modul 1: Membangun Jiwa Kewirausahaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal, Kementrian Pendidikan Nasional.
Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. (2010). Modul 2: Konsep Dasar Kewirausahaan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal, Kementrian Pendidikan Nasional.
Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. (2011). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal, Kementrian Pendidikan Nasional.
Echols, J.M. dan Shadily, H. (1975). Kamus Indonesia Inggris (An English-Indonesian Dictionary). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Fauziah Sri Wahyuni, 2015
PENERAPAN METODE APPRECIATIVE INQUIRY DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN VISI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI
RESELLER DAN FRANCHISEE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
190
Freire, P. (2008). Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES.
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M. dan Donnelly, J.H. (1996). Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses Jilid 1 (ed. kedelapan). Jakarta: Binarupa Aksara.
Hatimah, I. (2000). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Andira.
Hendro. (2011). Dasar-Dasar Kewirausahaan: Panduan bagi Mahasiswa untuk Mengenal, Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Herlianto, D. dan Pujiastuti, T. (2009). Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
ILO. (2013). Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2012: Upaya Menciptakan Ekonomi yang Adil dan Berkelanjutan. Jakarta: ILO.
Kotler, P. dan Armstrong, G. (2008). Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 1 (Ed. 12). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Madya, S. (2011). Penelitian Tindakan (Action Research): Teori dan Praktik.Bandung: Alfabeta.
Marzuki, S. (2010). Pendidikan Nonformal: Dimensi Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
McClelland, D. C. And Winter, D. G. (1971). Motivating Economic Achievement. New York: The Free Press.
Mertler, C. A. (2011). Action Research: Mengembangkan Sekolah dan Memberdayakan Guru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Roesmidi dan Risyanti, R. (2006). Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang: Alqaprint Jatinangor.
Fauziah Sri Wahyuni, 2015
PENERAPAN METODE APPRECIATIVE INQUIRY DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN VISI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI
RESELLER DAN FRANCHISEE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
191
Rubin, H.; Rubin, I. (2001). Community Organizing and Development (Third Edition). Boston: Allyn and Bacon.
Saladin, D. (2008). Pengantar Bisnis. Bandung: CV. Agung ilmu.
Shaughnessy, J.J.; Zechmeister, E.B. dan Zechmeister, J.S. (2012) Metode Penelitian dalam Psikologi (Ed.9). Jakarta: Salemba Humanika.
Sirodjuddin, K. (2006). Bahan Perkuliahan: Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Non Formal. Bandung: PLS FIP UPI.
Sudjana. (2010). Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Sudjana. (2010). Pendidikan Nonformal: Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Falah Production.
Sudjana. (2010). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production.
Sudjana. (2007). Sistem & Manajemen Pelatihan: Teori dan Aplikasi. Bandung: Falah Production.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E. (2010). Desain Pembelajaran Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta. Tan, H. T.; Topatimasang, R. (2004). Mengorganisir Rakyat: Refleksi
Pengalaman Pengorganisasian Rakyat di Asia Tenggara. Yogyakarta: Insist Press.
Tim Pertemuan Apresiatif Kabupaten. . Panduan Fasilitator. :Inspirit Innovation Circles.
Fauziah Sri Wahyuni, 2015
PENERAPAN METODE APPRECIATIVE INQUIRY DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN VISI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI
RESELLER DAN FRANCHISEE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
192
Tjokroamidjojo, B. (1993). Perencanaan Pembangunan. Jakarta: CV Haji Masagung.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI Press.
Whitney, D.; Trosten-B., Amanda. (2007). The Power of Appreciative Inquiry: 4 Prinsip Perubahan Positif dalam Organisasi. Yogyakarta: Penerbit B-First.
Winardi. (2011). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Yuniar, T. . Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. :PT. Agung Media Mulia.
Yunus, F. M. (2005). Pendidikan Berbasis Realitas Sosial: Paulo Freire, Y. B. Mangunwijaya. Yogyakarta: Logung Pustaka.
Yusuf, S. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remadja Rosdakarya.
SUMBER JURNAL:
Handriani, E. (2011). Pengembangan Kualitas Pendidikan Kewirausahaan di Perguruan Tinggi. Jurnal Ilmiah Inkoma. Volume 22, No. 1.
Suharti, Lie; Sirine, Hn. (2011). “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat
Kewirausahaan (Entrepreneurial Intention) (Studi Terhadap Mahasiswa
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga)”. Jurnal Manajemen Dan
Kewirausahaan. Vol.13, No. 2.
Fauziah Sri Wahyuni, 2015
PENERAPAN METODE APPRECIATIVE INQUIRY DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN VISI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI
RESELLER DAN FRANCHISEE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
193
Amelia, Ll. (2013). Merefleksi Pembangunan Kesehatan dan Pendidikan
Indonesia. [Online]. Tersedia:
http://www.google.com/gwt/x?hl=en&u=http://www.theindonesianinstit
ute.com/index.php/pendidikan-publik/wacana/636-merefleksi-
pembangunan-kesehatan-dan-pendidikan-indonesia&clent-ms-samsung&q=variabel+hdi+menurut+undp+tahun+2013&sa=X&ei=Kgl HUuqFCsWGrgeW5YGo. [11 Agustus 2013].
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud. (2012). Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online/daring (dalam jaringan) versi 1.2.1. [Online]. Tersedia: http://kbbi.web.id/. [2 Maret 2014].
BPS. (2012). Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, 2007-2009 (Maret), 2010-2011-2012 (Maret dan
September). [Online]. Tersedia:
http://www.bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=23. [3 Gatra, Sandro. (2013). Presiden Janji Bantu Pelaku Wirausaha. [Online]. Tersedia:
Fauziah Sri Wahyuni, 2015
PENERAPAN METODE APPRECIATIVE INQUIRY DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PAPAN VISI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI
RESELLER DAN FRANCHISEE
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
194
Miarso, Y. (2012). Paradigma Pembelajaran Menjawab Tantangan Zaman. [Online]. Tersedia: http://blog.tp.ac.id/paradigma-pembelajaran-menjawab-tantangan-zaman. [1 Juli 2014].
Pranowo, B. (2006). Pembelajaran yang Menumbuhkan Sikap Wirausahawan.
[Online]. Tersedia:
http://www.ekofeum.or.id/artikel.php?cid=51&display=0&entry=4. [19 Oktober 2008].