STUDI PERBEDAAN PERSEPSI DAN KREATIFITAS GURU IPA DALAM
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
PENDIDIKAN IPA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HASIL
BELAJAR IPA DI SEKOLAH YANG SUDAH DAN BELUM
MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013.
(
Survey Sekolah Menengah Pertama di Kota Tangerang Selatan
)TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Penjaminan Mutu Pendidikan
Oleh
TANTI FARIANTI
1202135
PROGRAM STUDI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
SEKOLAH PASCASARJANA
Contoh Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S2
==================================================================================
STUDI PERBEDAAN PERSEPSI DAN KREATIFITAS GURU IPA DALAM
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
PENDIDIKAN IPA SERTA PENGARUHNYA
TERHADAP HASIL
BELAJAR IPA DI SEKOLAH YANG SUDAH DAN BELUM
MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013.
Oleh
Tanti Farianti
S.E Universitas Mercu Buana , 2000
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister
Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Penjaminan Mutu Pendidikan
© Tanti Farianti 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
LEMBAR PENGESAHAN
Prof. Dr. H. Djam’an Satori, MA
Pembimbing IProf. Dr. Ace Suryadi,M.Sc Ph.D
Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Penjaminan Mutu Pendidikan
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Tanti Farianti, 2014
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN……… iii
ABSTRAK………. iv
KATA PENGANTAR……….... v
DAFTAR ISI ………viii
DAFTAR TABEL………...xi
DAFTAR GAMBAR……….... xii
DAFTAR LAMPIRAN ………xiv
BAB I PENDAHULUAN………..….………1
A. Latar Belakang Penelitian ……….1
B. Identifikasi Masalah ……….……….. 9
C. Rumusan Masalah Penelitian………...10
D. Tujuan Penelitian………..………10
E. Manfaat Penelitian ……….………...11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ………13
A.Kompetensi SDM di Masa Depan………13
B.Kurikulum 2013 ………...20
C.Model Pembelajaran ………24
1. Model Pembelajaran………...………24
Tanti Farianti, 2014
3. Model Pembelajaran Tematik Terpadu dalam Pembelajaran IPA
……….36
D.Mutu Hasil Belajar IPA………43
E. Persepsi Guru dalam Pengembangan Tematik Terpadu IPA…...59
F. Kreatifitas Guru………….………...62
G.Penelitian Yang relevan ………...65
H. Asumsi……….70
I. Hipotesis ………71
BAB III METODE PENELITIAN………. 73
A.Metode dan Desain Penelitian……… .73
B.Populasi dan Sampel ………74
C.Definisi Operasional……… 75
D. Instrumen Penelitian ……… 78
E.Prosedur Penelitian ………..84
F.Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ……….86 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 104
A. Hasil Penelitian ………104
1. Gambaran Mengenai Persepsi Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Di Sekolah Yang Sudah Dan Belum Menerapkan Kurikulum 2013………...104
Tanti Farianti, 2014
3. Hasil Uji Perbedaan Persepsi Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Antara Sekolah Yang Sudah Dengan Sekolah Yang Belum Menerapkan Kurikulum
2013………..111
4. Hasil Uji Perbedaan Kreatifitas Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Antara Sekolah Yang Sudah Dengan Sekolah Yang Belum Menerapkan Kurikulum 2013………. 112
5. Hasil Uji Perbedaan Hasil Belajar IPA Antara Sekolah Yang Sudah
Dengan Sekolah Yang Belum Menerapkan Kurikulum
2013………. 113
6. Deskripsi Pengaruh Persepsi Dan Kreatifitas Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Terhadap Hasil Belajar IPA Di Sekolah Yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013...115
B. Pembahasan ……….124
1. Gambaran Mengenai Persepsi Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Di Sekolah Yang Sudah
Dan Belum Menerapkan Kurikulum
2013………...124
2. Gambaran Mengenai Kreatifitas Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Di Sekolah Yang Sudah
Dan Belum Menerapkan Kurikulum
2013………...127
3. Perbedaan Persepsi Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Antara Sekolah Yang Sudah Dengan
Sekolah Yang Belum Menerapkan Kurikulum
2013………..130
4. Perbedaan Kreatifitas Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Antara Sekolah Yang Sudah Dengan Sekolah Yang Belum Menerapkan Kurikulum 2013……….
Tanti Farianti, 2014
5. Perbedaan Hasil Belajar IPA Antara Sekolah Yang Sudah Dengan Sekolah
Yang Belum Menerapkan Kurikulum
2013………..146
6. Pengaruh Persepsi Dan Kreatifitas Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Terhadap Hasil Belajar IPA Di Sekolah Yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013...153
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 159
A. Simpulan ……… 159
B. Saran ……….161
Tanti Farianti, 2014
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Peta Kompetensi Guru Smp Di Provinsi Banten 2011 Mata Pelajaran
IPA…….………..7
Tabel 2.1 Membangun ketrampilan abad ke –21………..18
Tabel 3.1 Objek Penelitian ……….74
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ……….76
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Persepsi Pembelajaran Tematik……… 81
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Studi Kreativitas………..83
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas ………84
Tabel 3.6 One- Sample Kolmogorov-Smirnov Test ….………89
Tabel 3.7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ……….. 90
Tabel 3.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test……… 92
Tabel 3.9 Coefficients……….………. 94
Tabel 3.10 Coefficients……….. 95
Tabel 3.11 Nilai Tolerence dan VIF………... 97
Tabel 3.12 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test……… 99
Tanti Farianti, 2014
Tabel 4.1 Kriteria Penilaian……….105
Tabel 4.2 Dimensi Persepsi Guru IPA mengenai Pembelajaran Tematik Sekolah Yang Belum Menerapkan Kurikulum 2013………… ………. 105
Tabel 4.3 Dimensi Persepsi Guru IPA mengenai Pembelajaran Tematik Sekolah Yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013………… ………. 107
Tabel 4.4 Dimensi Kreativitas Guru Sekolah Yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013………… ………..…. 109
Tabel 4.5 Dimensi Kreativitas Guru Sekolah yang Belum Menerapkan Kurikulum 2013……….………. 110
Tabel 4.6 Hasil Uji t untuk perbedaan persepsi guru IPA antara sekolah yang belum dan sudah menerapkan kurikulum 2013………....112
Tabel 4.7 Hasil Uji t untuk perbedaan Kreativitas Guru IPA antara sekolah yang belum dan sudah menerapkan kurikulum 2013……….. 113
Tabel 4.8 Hasil Uji t untuk perbedaan hasil belajar siswa IPA antara sekolah yang belum dan sudah menerapkan kurikulum 2013………... 114
Tabel 4.9 Coefficients ……….115
Tabel 4.10 Model summary…..……….116
Tabel 4.11 Coefficients ……….117
Tabel 4.12 Model summary…..……….118
Tabel 4.13 Coefficients ……….120
Tabel 4.14 Model summary…..……….121
Tabel 4.15 Coefficients ……….122
Tanti Farianti, 2014
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Rasio Ketergantungan Usia Muda……… ………… 1
Gambar 1.2 Grafik Persentase Hasil Berdasarkan Kriteria Mata Pelajaran IPA.8 Gambar 2.1 Prinsip Pengembangan Model Pembelajaran ….………29
Gambar 2.2 Model pembelajaran menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil ...35
Gambar 2.3 Dimensi mutu menurut UNICEF………...58
Gambar 2.4 Skema Pembentukan Persepsi ……… 60
Gambar 2.5 Kerangka Konseptual Penelitian………... 70
Gambar 3.1 Scaterplot Heteroskedastisitas……… 98
Gambar 4.1 Distribusi Persepsi guru IPA mengenai pembelajaran tematik sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013……… ……….… 105
Gambar 4.2. Distribusi Persepsi guru IPA mengenai pembelajaran tematik sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013……… 106
Tanti Farianti, 2014
Gambar 4.4 Frekuensi Kreativitas Guru IPA Sekolah yang Sudah dan yang Belum
Menerapkan Kurikulum 2013……… 108
Gambar 4.5 Dimensi kreativitas guru sekolah yang sudah menerapkan kurikulum
2013………..…109
Gambar 4.6 Dimensi kreativitas guru sekolah yang belum menerapkan kurikulum
Tanti Farianti, 2014
STUDI PERBEDAAN PERSEPSI DAN KREATIFITAS GURU IPA DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PENDIDIKAN IPA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DI SEKOLAH YANG
SUDAH DAN BELUM MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013. (Survey Sekolah Menengah Pertama di Kota Tangerang Selatan)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi atau pandangan Guru IPA mengenai pembelajaran tematik, implementasi kurikulum, studi kreativitas dan pengembangan model pembelajaran tematik dan pengaruhnya terhadap mutu hasil belajar siswa IPA antara sekolah yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan sekolah yang belum baik di sekolah negeri maupun swasta di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilatar belakangi oleh implementasi kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 untuk beberapa sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai sekolah sasaran (Piloting) dan fenomena kompetensi guru yang rendah khususnya untuk mata pelajaran IPA. Dibutuhkan kompetensi guru yang tinggi yang dilengkapi dengan kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran. Karena guru sebagai ujung tombak dan ruh dalam mengimplementasikan kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah Ex Post Facto. Desain penelitian Ex Post Facto merupakan penelitian dimana variable – variable bebas telah terjadi Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu dengan memilih guru – guru IPA berjumlah 16 orang @ 8 orang dari sekolah yang sudah dan yang belum implementasi kurikulum 2013 di kota Tangerang Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen angket dan nilai hasil belajar siswa. Instrument tersebut diuji validitas dan reabilitasnya. Berdasarkan uji perbedaan persepsi atau pandangan Guru IPA mengenai pembelajaran tematik, implementasi kurikulum, studi kreativitas, pengembangan model pembelajaran tematik, dan hasil belajar siswa dengan uji Paired sample T-Test, uji pengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan analisis Regresi Berganda, diperoleh kesimpulan antara lain sebagai berikut: (1) Tidak ada perbedaan persepsi guru IPA mengenai model pembelajaran tematik untuk sekolah yang sudah implementasi kurikulum 2013 dengan sekolah belum implementasi kurikulum 2013, secara signifikan. (2). tidak terdapat perbedaan signifikan dalam kreatifitas berfikir guru antara kedua kelompok sekolah implementasi dan non. (3). Ada perbedaan hasil belajar siswa yang cukup signifikan antara sekolah yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan sekolah yang belum.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
World Economic Forum, 2011, mencatat peringkat daya saing Indonesia
meningkat pesat dari posisi ke 54 menjadi posisi ke 44. Ini menunjukan adanya
peningkatan dalam hal pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Sumber Daya
Manusia. Jika kita menengok Visi Indonesia yang termaktub dalam “ Master Plan
Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2025, yaitu “
Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 12 besar dunia
di tahun 2025 dan 8 besar dunia pada tahun 2045 melalui pertumbuhan ekonomi
tinggi yang inklusif dan berkelanjutan”, tentunya dalam pencapaiannya memerlukan
penyiapan generasi yang mampu berperan aktif, keatif dan berkarakter kuat dalam
menjalankan kegiatan pembangunan dan mampu bersaing di era persaingan global.
Generasi ini lahir dari suatu proses pendidikan dan pembentukan watak yang
komprehensip atau utuh sebagai manusia Kamil (sempurna) yang mengetahui dan
menempatkan peranan dan fungsinya sebagai “Khalifah Fil Ardh” atau pemimpin
bagi lingkungan dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Proyeksi masa
depan di tahun 2045, Indonesia akan memiliki “Bonus demografi” yang merupakan
modal dasar bagi peningkatan produktivitas ekonomi dan pengembangan pasar
domestic.
Sumber : http://www.kopertis4.or.id
Disebut sebagai bonus demografi dikarenakan dalam rentang waktu tersebut,
jumlah populasi Indonesia untuk usia produktif akan sangat banyak. Data
Kemendikbud menunjukkan, pada 2010, penduduk usia 0-9 tahun di negeri ini
mencapai 45,9 juta jiwa. Jumlah ini hampir sepuluh kali lIPAt penduduk Singapura.
Jumlah penduduk Indonesia dengan usia lebih tinggi lagi, yaitu 10-19 tahun,
mencapai 43.55 juta jiwa. Pada rentang waktu 2010-2035, jumlah penduduk usia
produktif tadi diperkirakan terus meningkat.
Pembangunan pendidikan diarahkan untuk menghasilkan insan Indonesia
cerdas dan kompetitif melalui peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan
relevansi, kesetaraan dan kepastian memperoleh layanan pendidikan. Cita –cita
pendidikan nasional yang di jabarkan dalam UUD 1945 tentang pendidikan yang
dituangkan dalam Undang – Undang No. 20, Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.” Salah satu komitmen pemerintah dalam hal ini adalah upaya
melakukan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional yang
pelajaran yang diberikan dianggap kelebihan muatan (overload) tetapi tidak mampu
memberikan bekal bagi peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang
sesuai dengan tututan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Perubahan
mendasar di bidang pendidikan tersebut adalah berkaitan dengan kurikulum.
Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
telah melakukan perombakan kurikulum di tiga jenjang sekolah yang dimulai dari
tingkat dasar, menengah, hingga tingkat atas. Perubahan ini menyesuaikan
pendidikan dasar dan menengah dengan Undang–Undang Pendidikan Tinggi (UU
PT). Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan
melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis
karakter (Competency and character based curriculum), yang dapat membekali
peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Hal ini sangat penting, guna menjawab
tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan
kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif terhadap berbagai perubahan. Kurikulum
berbasis karakter dan kompetensi diharapkan mampu memecahkan berbagai
persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan
peserta didik, melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem
pendidikan secara efektif, efisien dan berhasil guna. Perubahan kurikulum merupakan
sesuatu yang niscaya, pasti, dan kebutuhan yang terus berkembang. Kurikulum harus
menjadi wahana yang efektif untuk mewujudkan kondisi yang ideal dengan kondisi
kenyataan yang ada. Kurikulum bersifat dinamis dan terus berkembang, dan wajib
mengikuti perubahan – perubahan yang terjadi di lingkunganya. Persoalan kurikulum
itu dipakai untuk waktu tertentu, karena masih dianggap relevan dengan tujuan
pendidikan yang ingin dicapai. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) 2006 menjadi kurikulum 2013 merupakan hal yang positif dalam
Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada
tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya, yang bertujuan
untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada
pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.
Melalui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis
karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai – nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud perilaku sehari – hari. Pendidikan karakter ini dapat diitegrasikan
dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum.
Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukan
budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai – nilai yang melandasi perilaku, tradisi,
kebiasaan sehari – hari, serta symbol – symbol yang dipraktikan oleh semua warga
sekolah/madrasah dan masyarakat sekitar. Budaya sekolah/madrasah merupakan ciri
khas, karakter atau watak, dan citra di mata masyarakat luas. Implementasi kurikulum
2013 yang berbasis karakter dan kompetensi harus melibatkan semua komponen
(stakeholders), termasuk komponen – komponen yang ada dalam sistem pendidikan
itu sendiri. Komponen – komponen tersebut antara lain kurikulum, rencana
pembelajaran, proses pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas hubungan,
pengelolaan pembelajaran, pengelolaan sekolah/madrasah, pelaksanaan
pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, serta
etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah/madrasah.
Dalam implementasinya, kurikulum 2013 menuntut kerjasama yang optimal
di antara para guru, sehingga memerlukan pembelajaran berbentuk tim, dan menuntut
kerjasama yang kompak di antara para anggota tim. Kerjasama antara para guru
sangat penting dalam proses pendidikan. Implementasi kurikulum 2013 akan
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dimulai di kelas I dan IV sebesar 5%
untuk SD, kelas VII dan kelas IX sebesar 7 % untuk SMP dan SMA. Prosentase
untuk setiap jenjang tingkat satuan pendidikan tersebut bisa dikatakan sebagai jumlah
sekolah sasaran atau sekolah pilot projek pada beberapa sekolah unggulan, yang
dIPAndang siap untuk mengimplementasikan kurikulum 2013, seperti sekolah
mantan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI).
Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang
produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Guna terwujudnya hal tersebut, Mulyasa,
dalam bukunya “Pengembangan dan Implementasi kurikulum 2013” menuliskan
beberapa faktor (kunci sukses) implementasi kurikulum, diantaranya : Kepemimpinan
Kepala Sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan
sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik, dan partisIPAsi warga sekolah.
Ujung tombak proses pembelajaran berada pada otoritas guru sebagai pemimpin
pembelajaran di ruang kelas, guru mempunyai kewenangan penuh dalam mengelola
dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter
dan kompetensi ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan
materi ke pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik terpadu dengan
contextual teaching and learning (CTL). Oleh karena itu, pembelajaran harus
semaksimal dan sebanyak mungkin melibatkan peserta didik agar mampu
bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan
kebenaran secara ilmiah. Dalam konteks inilah, kreativitas guru dibutuhkan untuk
memberikan layanan dan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik agar
mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat,
tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Semua hal tersebut
merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi
manusia yang siap beradaptasi, mampu menyelesaikan permasalahannya secara
mandiri dan menjadi pribadi yang penuh tanggung jawab dalam menghadapi era
Kualitas guru merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan kemampuan
guru memiliki dampak yang signifikan pada kinerja akademis anak didiknya. Seperti
catatan dalam laporan McKinsey yang menyatakan bahwa, “Kualitas sistem
pendidikan tidak mungkin melampaui kualitas gurunya” (Barber dan Mourshed,
2007, halaman 16). Meskipun belum ada bukti yang konklusif tentang karakteristik
guru yang paling berpengaruh pada kinerja murid, penelitian hampir secara universal
memperlihatkan pentingnya kualitas guru. Penelitian tentang TVASS (Sistem
Penilaian Bernilai Tambah di Tennessee), misalnya, memperkirakan bahwa lebih dari
50 persen dari kesenjangan pencapaian selama tiga tahun antara dua kelompok
berusia antara 8 dan 11 tahun disebabkan karena kelompok yang satu diajar oleh guru
berkemampuan tinggi (20 persen tertinggi di antara tenaga pendidik) sementara
kelompok yang lain diajar oleh guru berkemampuan rendah (20 persen terbawah).
Hasilnya, pada usia 11 tahun, kelompok yang diajar guru berkemampuan tinggi
meraih nilai di persentil ke-93, sementara kelompok yang diajar guru berkemampuan
rendah meraih nilai di persentil ke-37 (Sanders dan Rivers 1999).
Salah satu strategi pengimplementasian kurikulum 2013, pemerintah
melakukan upaya pelatihan guru yang berjenjang mulai dari guru sebagai instruktur /
pelatih implementasi kurikulum (master teacher), guru inti, guru pendamping sampai
ke guru sebagai pelaksana proses pembelajarannya. Yang menjadi persoalan saat ini
adalah apakah guru – guru yang kita miliki sudah sangat kreatif ? sedangkan
kompetensi guru masih menjadi polemik dan persoalan nasional yang terus menjadi
PR kita bersama. Beberapa penelitian dan analisis mulai memberikan gambaran luas
mengenai kompetensi umum guru Indonesia dari segi latar belakang akademis,
pengetahuan mata pelajaran dan pedagogi, dan praktik pengajaran dalam ruang kelas
mereka. Kualifikasi akademik kebanyakan guru Indonesia masih lebih rendah dari
yang dipersyaratkan undang-undang. UU Guru yang diberlakukan pada tahun 2005
sensus tahun 2006 menunjukkan bahwa hanya 37 persen dari semua guru memiliki
gelar tersebut dan 26 persen hanya merupakan lulusan sekolah menengah atas atau
dibawahnya. Terdapat indikasi bahwa praktik pedagogi guru-guru Indonesia juga
kurang dan tidak memiliki focus dan orientasi yang sesuai.
Penelitian menggunakan rekaman video pada tahun 2005 pada sampel kelas
matematika berupaya untuk menghubungkan pembelajaran ruang kelas dan perilaku
pembelajaran dengan pencapaian siswa dalam ujian TIMSS ; Trends in International
Mathematics and Science Study (Tren dalam Studi Matematika dan Ilmu
Pengetahuan) serta menentukan metodologi pengajaran mana yang nampaknya paling
efektif. Data yang dikumpulkan lalu dibandingkan dengan perilaku pengajaran dan
karakteristik ruang kelas dari tujuh Negara berkinerja relatif tinggi yang
berpartisIPAsi dalam TIMSS yang membantu para penulis laporan penelitian ini
untuk mengidentifi kasi kelemahan dalam praktik pedagogi. Penelitian tersebut
menemukan bahwa, dibandingkan dengan negara-negara tersebut, pelajaran
matematika kelas 8 di Indonesia cenderung hanya sedikit menangani soal
berkerumitan tinggi dan kurang memberikan penekanan pada pemecahan soal
matematika terapan.
Untuk Propinsi Banten saja di daerah dimana penulis berdomisili, masih
menyisakan segudang pekerjaan untuk mengatasi persoalan kompetensi guru ini, alih
– alih berbicara mengenai kreativitas guru. Berikut penulis sajikan data kompetensi guru SMP untuk beberapa bidang studi yang di UN kan tahun 2011 yang penulis
peroleh datanya dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Propinsi
Banten, sebagai berikut :
Tabel : 1.1
KRITERIA PESERTA K A B L E B A K P A N D E G L A N G K B S E R A N G K B T A N G E R A N G K O T A C IL E G O N K O T A S E R A N G K O T A T A N G E R A N G K O T A T A N G S E L P R O V IN S I B A N T E N
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Jumlah Peserta 40 40 40 30 33 39 39 20 281
2. Latar Belakang Pendidikan
2.1 S esuai 38 34 31 26 33 35 38 20 255 91%
2.2 Tidak S esuai 2 6 9 4 0 4 1 0 26 9%
3. S ertifikasi
3.1 S udah S ertifikasi 40 27 40 29 22 37 36 20 251 89%
3.1.1 Jalur PLPG 26 9 30 24 13 20 33 17 172 61%
3.1.2 Jalur Portofolio 14 17 10 6 11 17 3 3 81 28%
3.2 Belum S ertifikasi 0 13 0 1 11 2 3 0 30 11%
4. Nilai tiap kompetensi
Penguasaan konsep IPA 38% 39% 36% 39% 41% 38% 38% 38% 38%
Pengetahuan pedagogik
umum 42% 47% 42% 41% 45% 44% 41% 47% 44%
Pengetahuan pedagogik IPA 45% 43% 40% 46% 45% 38% 43% 50% 44% Gambar : 1.2
Kriteria : Sangat Kurang = 0 – 25% ; Kurang = 26% - 50% Baik = 51% -75% ; Sangat Baik : 76% - 100%
Jika kita analisis data diatas, terlihat bahwa kompetensi guru IPA untuk
penguasaan konsep rata – rata masih di bawah 50 % hasilnya dalam kategori kurang,
artinya guru belum mampu dan mengalami kesulitan atau terkendala dalam
mentransfer pengetahuan konsepnya kepada peserta didik dengan Standar Kompetesi
– Kompetensi Dasar yang akan dicapai demikian halnya dengan pengetahuan pedagogik secara umum dan pedagogik IPA. Hal ini menjadi fenomena yang harus
diselesaikan jika penerapan kurikulum 2013 bisa efektif dan sesuai tujuannya.
Persoalan yang timbul; apakah dengan penguasaan konsep dan pengetahuan
pedagogik yang belum memadai akan melahirkan daya kreativitas yang tinggi?
Selanjutnya apakah keberhasilan pembelajaran akan tercapai?
Bagaimana dengan kondisi di 32 Propinsi lainnya? Jika melihat fenomena
data yang disajikan diatas dalam bentuk tabel dan grafik untuk bidang studi IPA,
apakah pemerintah pusat dalam hal ini yang diwakili oleh pemerintah propinsi Banten
sudah membuat langkah – langkah strategis yang memfokuskan terhadap perbaikan
kualitas kompetensi guru? Belum lagi menjawab tantangan ini, guru juga dituntut
untuk lebih kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran dengan mengembangkan
model – model atau pendekatan - pendekatan pembelajaran lainnya. Apakah dengan
pelatihan guru yang disediakan pemerintah selama 5 – 6 hari dalam rangka
implementasi kurikulum 2013 akan serta merta memberikan dampak yang cukup
Series1;
Sangat
kurang;
…
Series1;
Kurang;
87,54%
Series1;
Baik;
11,03%
Series1;
Sangat
signifikan dalam peningkatan kreativitas guru dalam mengembangkan model
pembelajaran?. Mengamati kondisi hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul :
Studi Perbedaan Persepsi dan Kreatifitas Guru IPA dalam Pengembangan
Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA serta Pengaruhnya terhadap
Hasil Belajar IPA di Sekolah Yang Sudah dan Belum Melaksanakan Kurikulum
2013. (Survey Sekolah Menengah Pertama di Kota Tangerang Selatan).
B. Identifikasi Masalah
Implementasi kurikulum 2013 yang berfokus kepada pencapaian kompetensi
peserta didik dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan.
Pendekatan tersebut antara lain : pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual
teaching and learning), pendekatan pembelajaran tematik terpadu, pembelajaran
partisipatif (Participative teaching and learning), belajar tuntas (Mastery learning)
dan pembelajaran konstruktivisme (Contructivism teaching and learning). Guna
menerapkan dan mengembangkan pendekatan pembelajaran diatas, guru harus bisa
mengidentifikasi pendekatan yang digunakan disesuaikan dengan kompetensi yang
akan dicapai siswa dan materi pembelajaran. Dibutuhkan kompetensi guru yang
tinggi yang dilengkapi dengan kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan
pendekatan tersebut. Karena guru sebagai ujung tombak dan ruh dalam
mengimplementasikan kurikulum di tingkat satuan pendidikan, maka penulis hanya
memfokuskan permasalahan penelitian mengenai perbedaan persepsi dan kreatifitas
guru dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu g untuk mata pelajaran IPA
dan serta mengukur pengaruh dari persepsi dan kreatifitas guru yang berdampak
C. Rumusan Masalah Penelitian
Dari uraian diatas dapat di deskripsikan suatu perumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimanakah gambaran mengenai persepsi guru IPA dalam pengembangan
pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA di sekolah yang sudah dan
belum menerapkan kurikulum 2013 ?
2. Bagaimanakah gambaran mengenai kreatifitas guru IPA dalam pengembangan
pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA di sekolah yang sudah dan
belum menerapkan kurikulum 2013 ?
3. Apakah terdapat perbedaan persepsi guru IPA dalam pengembangan
pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA antara sekolah yang sudah
dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013 ?`
4. Apakah terdapat perbedaan kreativitas guru IPA dalam pengembangan
pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA antara sekolah yang sudah
dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013 ?
5. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa IPA antara sekolah yang sudah
dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013 ?
6. Apakah terdapat pengaruh persepsi dan kreatifitas guru IPA dalam
pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA terhadap hasil
belajar IPA di sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran mengenai persepsi guru IPA dalam
pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA di sekolah yang
sudah dan belum menerapkan kurikulum 2013.
2. Untuk mengetahui gambaran mengenai kreatifitas guru IPA dalam
pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA di sekolah yang
sudah dan belum menerapkan kurikulum 2013.
3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru IPA dalam pengembangan
pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA antara sekolah yang sudah
dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013.
4. Untuk mengetahui perbedaan studi kreativitas guru IPA dalam pengembangan
pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA antara sekolah yang sudah
dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013.
5. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa IPA antara sekolah yang
sudah dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013.
6. Untuk mengetahui pengaruh persepsi dan kreatifitas guru IPA dalam
pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA terhadap hasil
belajar siswa IPA di sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013.
E. Manfaat Penelitian
Dengan diterapkannya tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat
yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan
langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca dan
pihak – pihak yang berkepentingan dalam mengetahui perbedaan dan
pembelajaran yang diasumsikan berimplikasi kepada mutu hasil belajar
siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi guru dalam
mengembangkan model pembelajaran di kelas sehingga mutu proses
pembelajaran diharapkan dapat tercapai.
b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pemangku kebijakan
pendidikan di tingkat sekolah dalam membuat program – program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru sehingga
implementasi kurikulum 2013 sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
c. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dengan teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Menurut Sugiyono
(2003 : 11), penelitian diskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variable yang lain. Dalam Misbahuddin
dan Hasan (2013 : 9), penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan untuk
memperoleh fakta – fakta dari gejala – gejala yang ada dan mencari keterangan –
keterangan secara factual, baik tentang institusi social, ekonomi, atau politik dari
suatu kelompok ataupun suatu daerah. Dalam penelitian survei ini, dilakukan evaluasi
serta perbandingan terhadap hal – hal yang telah dilakukan orang dalam menangani
situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya digunakan dalam pembuatan rencana
dan pengambilan keputusan di masa mendatang. Penelitian dilakukan terhadap
sejumlah individu atau unit, baik secara sensus maupun dengan sampel.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Ekperimen Ex Post facto.
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka desain ini menggunakan penelitian
atau pengukuran sesudah kejadian. Dalam pengertian sederhana Ex Post Facto
memiliki arti yaitu penelitian sesudah kejadian. Penelitian ini juga sering disebut after
the fact atau sesudah fakta dan ada pula peneliti yang menyebutnya sebagai
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
Ex Post Facto merupakan penelitian dimana variable –variabel bebas telah terjadi
ketika peneliti mulai dengan pengamatan variable – variable terikat dalam suatu
penelitian (Hamid 2010: 223). Donald Ary (1982 : 382 – 383) juga menyatakan
bahwa penelitian Ex Post Facto merupakan penemuan empiris yang dilakukan secara
sistematis, peneliti tidak melakukan control terhadap variable – variable bebas karena
manifestasinya sudah terjadi.
B. Populasi dan Sampel
Populasi terdiri dari seluruh guru IPA pada 8 (Delapan) Sekolah Menengah
Pertama (SMP) yang telah mengimplementasi Kurikulum 2013 dan belum
terimplementasi baik yang ditunjuk pemerintah sebagai sekolah sasaran maupun
mandiri. Penelitian dilaksanakan pada 4 (Empat) SMP Negeri dan 4 (Empat) SMP
Swasta yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 dan belum sebagai
berikut; SMPN 3, SMPN 5, SMPN 8, SMPN 12 Tangerang Selatan, SMP
Pembangunan Jaya, SMP An - Nisaa’, SMP Al – Azhar Bintaro, dan SMP Al –
Azhar BSD di kota Tangerang Selatan. Teknik pengambilan sampel adalah purposive
sampling yaitu dengan memilih guru – guru IPA yang telah mengajar dengan
menerapkan kurikulum 2013 berjumlah 16 orang @ 8 orang dari sekolah yang sudah
dan yang belum implementasi kurikulum 2013.
Tabel : 3.1 Objek Penelitian
Objek Penelitian (Sekolah)
Sudah menerapkan kurikulum 2013
Belum menerapkan kurikulum 2013
SMPN 03 √
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
SMPN 08 √
SMPN 12 √
SMP AN NISAA √
SMP Pembangunan Jaya √
SMP Al –Azhar Bintaro √
SMP Al – Azhar BSD √
C. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan
tentang cara mengukur suatu variabel (Masri, 2003, hlm. 46-47). Sementara itu
Singarimbun dan Efendi (2003, hlm. 46 – 47) menjelaskan bahwa definisi
operasional merupakan unsure penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan
makna dalam variabel yang sedang diteliti. Definisi operasional dimaksudkan untuk
memberikan rujukan – rujukan empiris apa saja yang dapat ditemukan di lapangan
untuk menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud sehingga konsep tersebut
dapat diamati dan diukur. Dalam penelitian ini indicator yang digunakan untuk
mengukur variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :
a. Persepsi Guru model tematik terpadu
Definisi tentang persepsi dapat dilihat dari definisi secara etimologis maupun
definisi yang diberikan oleh beberapa orang ahli. Secara etimologis, persepsi berasal
dari kata perception (Inggris) berasal dari bahasa latin perception; dari percipare
yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2003 : 445).
Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: (1) Proses mengetahui
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
dari proses – proses organis, (3) (Tichener) satu kelompok penginderaan dengan
penambahan arti – arti yang berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan
pembedaan diantara perangsang – perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai
kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin,
2006 : 358).
b. Kreativitas
Menurut Utami Munandar (2009 : 12), mengemukakan bahwa kreatifitas
adalah :
Hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur – unsur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu dilingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat.
Utami Munandar (2009 : 10) mengemukakan ciri – ciri kreativitas dapat
dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif (aptitude) dan ciri non – kognitif
(non-aptitude). Ciri kognitif (aptitude) dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas,
kelancaran dan elaboratif. Sedangkan ciri non kognitif dari kreativitas meliputi
motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif.
c. Mutu Belajar Siswa
Tipe hasil belajar dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom dalam
Dimyati 2002 : 26). Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahakan bahkan membentuk hubungan hierarki. Proses
belajar merupakan suatu aktivitas psikis/ mental yang berlangsung dalam interaktif
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan – perubahan yang relative
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
mencakup ranah kognitif, ranah afektif dam ranah psikomotorik (Suprayekti, 2003 :
4).
Hasil belajar adalah angka yang diperoleh siswa yang telah berhasil
menuntaskan konsep – konsep mata pelajaran sesuai dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Begitu juga
hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku tetap sebagai hasil proses
pembelajaran. Hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah
[image:32.612.109.517.348.516.2]kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dimensi/
Indikator
Ukuran No. Item
Angket Persepsi Guru model
tematik terpadu (XІ)
Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif
1. Persepsi mengenai profesi Guru
Tingkat Pandangan mengenai tugas dan beban mengajar
Tingkat
pemahaman guru untuk tujuan mengajar
1, 4
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
dengan bantuan indera, (2) kesadaran dari proses – proses organis, (3) (Tichener) satu kelompok
penginderaan dengan penambahan arti – arti yang berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang – perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau
keyakinan yang serta merta mengenai
sesuatu (Chaplin, 2006 : 358). 2. Persepsi mengenai pembelajaran tematik 3. Implementasi pembelajaran tematik dan strategi
pengembangan nya
Tingkat
pemahaman guru terhadap harapan untuk peserta didiknya
Tingkat
pemahaman guru mengenai pembelajaran tematik
Tingkat inovasi dalam
pengembangan pembelajaran
Tingkat
pemahaman untuk tugas mengajar
Tingkat
kemampuan untuk membuat Rencana Pembelajaran
Tingkat
kemampuan untuk mengembangkan pembelajaran tematik
Tingkat
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah
Alat Pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
kuesioner. Menurut Bungin (2006), kuesioner merupakan serangkaian atau daftar
pernyataan yang disusun sistematis, kuesioner diisi oleh responden, setelah diisi,
kuesioner dikembalikan kepada peneliti. Kuesioner merupakan alat ukur berupa
kuesioner dengan beberapa daftar pernyataan (Hidayat, 2007). Responden
memberikan tanda check list (√) pada kolom pilihan jawaban yang telah disediakan
dalam kuesioner.
a. Kisi – kisi Instrumen Kreativitas (XЇ)
Hasil interaksi antara
individu dan
lingkungannya,
kemampuan untuk
membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur – unsur yang sudah ada
atau dikenal
sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang
telah diperoleh
seseorang selama hidupnya baik itu dilingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan
masyarakat.
1. Ciri Non Kognitif (Motivasi, kepribadian dan sikap kreatif)
Tingkat Pemahaman mengenai seorang visioner
1,4,6
Tingkat
pemahaman diri memilki sikap kreatif
2, 3, 10
Tingkat
kemampuan dalam melaksanakan inovasi
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
Untuk memperoleh data mengenai implementasi kurikulum 2013, studi
kreatifitas guru dalam mengembangkan model pembelajaran dan mutu hasil belajar
siswa digunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dengan terlebih dahulu
membuat kisi – kisi instrumen. Data yang dihasilkan dari penyebaran kuesioner
memiliki skala pengukuran ordinal mengingat kuesioner yang disebarkan
menggunakan skala linkert dengan 1-5, skala linkert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi sesorang atau sekelompok orang tentang fenomena
tertentu (Sugiyono, 2008, hlm. 93). Dengan skala Linkert ini dapat diketahui
bagaimana implementasi Kurikulum dan studi kreatifitas.
Untuk mengungkap data tersebut menggunakan alternative jawaban sebagai
berikut :
i. Untuk Variabel Persepsi, Angket di isi dengan memberikan tanda Check list (√ )
dengan urutan jawaban menggambarkan tingkat pemahaman persepsi terhadap
item yang dipilih. Skala jawaban dari 1 - 4
ii. Sangat Setuju = 4, Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1, Adapun
untuk pernyataan yang negative, alternative jawabannya terbalik menjadi ; Sangat
tidak Setuju = 4, Tidak Setuju = 3, Setuju = 2, dan Sangat Setuju = 1.
b. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Kuesioner sebagai alat ukur penelitan perlu di uji coba terlebih dahulu
sebelum digunakan, karena untuk menilai layak tidaknya kuesioner tersebut dijadikan
sebagai instrumen penelitian. Menurut Arikunto (2003), instrument yang baik harus
memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliable.
1. Validitas
Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar –
benar mengukur apa yang diukur (Saryono, 2008). Uji validitas bertujuan untuk
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
tugas pengukurannya (Rusmini, 2009). Analisis yang digunakan adalah uji statistik
korelasi Product moment. Analisis korelasi product moment merupakan analisis
untuk menguji validitas instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari
instrument tersebut sesuai dengan data penelitian yang dimaksud (Azwar, 2002)
∑ ∑ ∑
√[
][
]
Keterangan :
r : Koefisien korelasi
∑ : Jumlah skor pertanyaan
∑ : Jumlah skor total
N : Jumlah responden
Hasil korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk tersebut
akan dibandingkan dengan nilai r hitung dengan batas minimal korelasi 0,30. Semua
item kuesioner yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya
dianggap memuaskan. Sedangkan item yang memiliki nilai koefisien korelasi di
bawah 0,30 dianggap tidak valid dan item yang tidak valid dapat dihilangkan.
2. Reabilitas
Reabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Saryono, 2008). Bila suatu alat
pengukur digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran
relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain reabilitas
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
reabilitas menunjukan konsistensi satu alat penguku didalam mengukur gejala yang
sama (Sastroasmoro & Ismael, 2002).
Reabilitas pernyataan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan
analisis Alpha-Cronbach yang dapat digunakan baik untuk instrumen yang
jawabannya berskala maupun yang bersifat dikotomis (hanya mengenal dua jawaban
yaitu benar dan salah). Rumus koefisien reliabilitas Alpha – Cronbach (Arikunto,
2006) :
{ } { ∑ }
Keterangan :
r : Reliabilitas instrument
k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
a²b : Jumlah varians butir
a²t : Varians total
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,60 (Nunnally dalam Ghozali, 2005:19).
Hasil uji validitas dan reliabilitas instrument kepada 16 responden guru yang
mengajari di sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 dan sekolah yang
belum menerapkan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :
a. Pengujian Validitas
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Persepsi Pembelajaran Tematik
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
Pertanyaan
Koefisien Validitas
Titik
Kritis Kesimpulan
Sekolah yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013
1 0.821645 0.3 Valid
2 0.578473 0.3 Valid
3 0.438646 0.3 Valid
4 0.71515 0.3 Valid
5 0.593574 0.3 Valid
6 0.328415 0.3 Valid
7 0.328415 0.3 Valid
8 0.593574 0.3 Valid
9 0.793021 0.3 Valid
10 0.373572 0.3 Valid
11 0.441942 0.3 Valid
12 0.400892 0.3 Valid
13 0.508001 0.3 Valid
Variabel Item
Pertanyaan
Validitas
Koefisien Validitas
Titik
Kritis Kesimpulan
Sekolah yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013
14 0.816497 0.3 Valid
15 0.63901 0.3 Valid
16 0.714435 0.3 Valid
17 0.51031 0.3 Valid
18 0.53033 0.3 Valid
19 0.714435 0.3 Valid
20 0.51031 0.3 Valid
Sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013
1 0.643306 0.3 Valid
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
3 0.547185 0.3 Valid
4 0.569781 0.3 Valid
5 0.659674 0.3 Valid
6 0.725131 0.3 Valid
7 0.787886 0.3 Valid
8 0.634179 0.3 Valid
9 0.630087 0.3 Valid
10 0.508402 0.3 Valid
11 0.709842 0.3 Valid
12 0.797207 0.3 Valid
13 0.380659 0.3 Valid
14 0.862731 0.3 Valid
15 0.687406 0.3 Valid
16 0.561644 0.3 Valid
17 0.33854 0.3 Valid
18 0.379226 0.3 Valid
19 0.431627 0.3 Valid
20 0.797207 0.3 Valid
Pada tabel 3.3 terlihat bahwa nilai indeks validitas setiap butir pernyataan
lebih besar dari 0,30 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan
untuk kuesioner persepsi guru mengenai pembelajaran tematik bagi sekolah yang
sudah menerapkan kurikulum 2013 dan sekolah yang belumsudah valid atau layak
[image:39.612.108.540.103.406.2]sebagai alat ukur.
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Studi Kreativitas
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
Pertanyaa
Koefisien Validitas
Titik
Kritis Kesimpulan
Sekolah yang Sudah Menerapkan Kurikulum
2013
1 0.695608 0.3 Valid
2 0.412225 0.3 Valid
3 0.443996 0.3 Valid
4 0.949076 0.3 Valid
5 0.571945 0.3 Valid
6 0.479197 0.3 Valid
7 0.827957 0.3 Valid
8 0.837241 0.3 Valid
9 0.838158 0.3 Valid
10 0.633776 0.3 Valid
Sekolah yang belum menerapkan kurikulum
2013
1 0.816497 0.3 Valid
2 0.816497 0.3 Valid
3 0.61103 0.3 Valid
4 0.348639 0.3 Valid
5 0.673575 0.3 Valid
6 0.748455 0.3 Valid
7 0.612372 0.3 Valid
8 0.408248 0.3 Valid
9 0.816497 0.3 Valid
10 0.514344 0.3 Valid
Pada tabel 3.4 terlihat bahwa nilai indeks validitas setiap butir pernyataan
lebih besar dari 0,30 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan
untuk kuesioner studi krestivitas bagi sekolah yang sudah menerapkan kurikulum
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
b. Pengujian Reabilitas
Selain itu, hasil pengujian reliabilitas item instrument setiap variabel dengan
menggunakan analisis Cronbach’s Alpha dapat dideskripsikan hasil pengujian
[image:41.612.112.563.238.353.2]sebagai berikut :
Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Indeks
Reliabilitas
Nilai
Kritis Keterangan
Persepsi Guru Sudah 0.75 0.6 Reliabel
belum 0.79 0.6 Reliabel
Kreativitas Guru
Sudah 0.84 0.6 Reliabel
belum 0.80 0.6 Reliabel
Nilai reliabilitas butir pernyataan pada kuesioner untuk seluruh variabel yang
sedang diteliti lebih besar dari 0,60 hasil ini menunjukkan bahwa butir kuesioner
pada kedua variabel andal untuk mengukur variabelnya masing- masing.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian merupakan langkah-langkah pokok yang harus
dilakukan peneliti melalui tahapan-tahapan penelitian tertentu dan dalam waktu
tertentu pula. Penelitian ini diawali dengan merumuskan masalah-masalah penelitian.
Masalah penelitian ini dirumuskan secara operasional, dimana konsep-konsep yang
dipilih dapat diukur secara kuantitatif. Masalah penelitian dijawab secara teoritik
dengan cara mengacu pada teori-teori yang telah ada berdasarkan teori-teori yang
dijadikan landasaan untuk menyusun hipotesa, kemudian dibuktikan kebenarannya di
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
menyusun rancangan penelitian (research design). Sesuari dengan rancangan
penelitian, tahap berikutnya adalah mengumpulkan data. Setelah data dikumpulkan,
peneliti menginjak pada tahap mengolah dan menganalisis data. Tahap terakhir dari
kegiatan proses penelitian kuantitatif adalah menulis laporan dengan cara
menafsirkan hasil dan melaporkan apakah hipotesis terbukti.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian kuantitatif:
1. Langkah penelitian
Segala sesuatu direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun. Dapat
menggunakan sampel dan hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi. Sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, sedangkan populasi merupakan
keseluruhan dari subjek penelitian.
2. Hipotesis :
Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian hipotesis menentukan
hasil yang diramalkan.
3. Desain :
Dalam desain jelas langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan.
4. Pengumpulan Data
Kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan.
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah bagian terpenting dalam penelitian, hakekat kegiatan penelitian
ini merupakan upaya pencarian data yang nantinya diinterpretasikan dan dianalisis.
1. Tahap Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden. Pembagian
kuesioner dilakukan oleh peneliti kepada siswa sekolah yang menjadi objek
penelitian. Sebelum pelaksanaan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
kepada responden serta menyampaikan tentang kerahasiaan atas jawaban yang
diberikan dalam kuesiner dan penelitian tidak berdampak negatif bagi responden.
Setelah itu peneliti memberikan penjelasan mengenai cara – cara pengisian kuesioner,
kemudian kuesioner diberikan kepada responden. Responden diberikan waktu dan
diminta untuk mengisi data sesuai yang tercantum dalam kuesioner penelitian.
Apabila ada pernyataan yang tidak jelas dapat ditanyakan kepada peneliti. Kuesioner
langsung diisi oleh responden sehingga data yang diperoleh adalah data primer.
Semua data yang ada dikumpulkan, diperiksa kelengkapannya untuk kemudian di
analisa oleh peneliti.
2. Jenis Data
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
Diperoleh langsung dari responden. Data primer pada penelitian ini
adalah Hasil Belajar Siswa bidang studi IPA dan jawaban kuesioner
yang sudah diisi oleh responden dan sebelumnya telah diberikan
informasi tentang gambaran isi kuesioner.
b. Data Sekunder
Data sekunder digunakan untuk melengkapi dan mendukung data
primer. Data yang dimaksud berupa hasil Rancangan Perencanaan
Pembelajaran Guru (RPP) yang didalamnya melingkupi model
pembelajaran yang digunakan.
2. Analisis Data
a. Uji Beda atau Analisis Komparatif
Dalam penelitian ini, penguji menggunakan analisis komparatif untuk
perserpsi dan pandangan mengenai hakaekat pembelajaran tematik, implementasi
mata pelajaran IPA, studi kreatif dan pengembangan model tematik serta hasil belajar
untuk sekolah yang sudah dan yang belum menerapkan kurikulum 2013.
Berikut ini adalah perumusan untuk statistic uji t
√
∑
∑
Keterangan :
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
D : Jumlah skor kelompok I dan II
N : Jumlah pasangan skor
e. : membuat kesimpulan.
Penentuan formulasi hipotesisnya sebagai berikut :
i. Hₒ : Tidak ada perbedaan persepsi antara sekolah yang belum dan sudah
menerapkan kurikulum 2013
H1 : Ada perbedaan persepsi antara sekolah yang belum dan sudah menerapkan
kurikulum 2013
ii. Hₒ : Tidak ada perbedaan kreativitas guru antara sekolah yang belum dan
sudah menerapkan kurikulum 2013
H1 : Ada perbedaan kreativitas guru antara sekolah yang belum dan sudah
menerapkan kurikulum 2013
iii. Hₒ : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa antara sekolah yang sudah
menerapkan kurikulum 2013 dan yang belum menerapkan kurikulum 2013
H1 : Ada perbedaan hasil belajar siswa antara sekolah yang sudah menerapkan
kurikulum 2013 dan yang belum menerapkan kurikulum 2013
Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika p-value lebih kecil dari α=5% terima
dalam hal lainnya.
a. Pra uji Perbandingan Persepsi guru IPA Antara Sekolah Yang Sudah
Menerapkan Kurikulum 2013 Dan Yang Belum Menerapkan Kurikulum
2013
Sebelum melakukan analisis dengan uji-t independen, asumsi yang harus
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
(sekolah yang sudah dan belum menerapkan kurikulum 2013) menyebar secara
normal atau mengikuti distribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov
Normality Test.
Hipotesis uji kenormalan :
Ho : Data menyebar secara normal
H1 : Data tidak menyebar secara normal
α = 0,01
berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov dengan bantuan
SPSS 17.00
Tabel : 3.6
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
VAR00003
N 16
Normal Parametersa,,b Mean 66.8125
Std. Deviation 5.56440
Most Extreme Differences Absolute .129
Positive .112
Negative -.129
[image:46.612.113.407.493.667.2]Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
Asymp. Sig. (2-tailed) .951
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diperoleh nilai sig-2tailed sebesar 0,951
lebih besar dari 0,05 sehingga data berdistribusi normal.
Selanjutnya, setelah uji normalitas dilakukan maka dilakukan uji homogenitas
variance. Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : Varians Homogen
H1 : Vaians tidak homogen
α = 0,05
Dari hasil uji homogenitas ragam kedua populasi, diperoleh nilai p-value =
0,516 (dapat dilihat pada tabel 4.2) sehingga karena p-value>0,05 maka H0 ditolak.
Artinya, diasumsikan bahwa ragam populasi dari kedua sampel homogen.
b. Pra uji Perbandingan Kreativitas Guru IPA Antara Sekolah Yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013 Dan Yang Belum Menerapkan Kurikulum 2013
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa sebelum
melakukan analisis dengan uji-t independen, asumsi yang harus dipenuhi adalah
asumsi kenormalan (Normality). Untuk menguji apakah kedua data (sebelum dan
sesudah menerapkan kurikulum 2013) menyebar secara normal atau mengikuti
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
Hipotesis uji kenormalan :
Ho : Data menyebar secara normal
H1 : Data tidak menyebar secara normal
α = 0,01
berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov dengan bantuan
[image:48.612.114.422.304.490.2]SPSS 17.00
Tabel: 3.7
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Studi Kreativitas
N 16
Normal Parametersa,,b Mean 33.2500
Std. Deviation 4.46414
Most Extreme Differences Absolute .147
Positive .147
Negative -.106
Kolmogorov-Smirnov Z .417
Asymp. Sig. (2-tailed) .995
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diperoleh nilai sig-2tailed sebesar 0,995
lebih besar dari 0,05 sehingga data berdistribusi normal.
Selanjutnya, setelah uji normalitas dilakukan maka dilakukan uji homogenitas
variance. Hipotesis yang akan diuji adalah :
Tanti Farianti, 2014
Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
H1 : Varians tidak homogen α = 0,05
Dari hasil uji homogenitas ragam kedua populasi, diperoleh nilai p-value =
0,852 (dapat dilihat pada tabel 4.5) sehingga karena p-value>0,05 maka H0 ditolak.
Artinya, diasumsikan bahwa ragam populasi dari kedua sampel homogen.
c. Pra uji Perbandingan Hasil Belajar Siswa Antara Sekolah Yang Sudah
Menerapkan Kurikulum 2013 Dan Yang Belum Menerapkan Kurikulum
2013
Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa sebelum
melakukan analisis dengan uji-t independen, asumsi yang harus dipenuhi adalah
asumsi kenormalan (Normality). Untuk menguji apakah kedua data (sebelum dan
sesudah menerapkan kurikulum 2013) menyebar secara normal atau mengikuti
distribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov Normality Test.
Hipotesis uji kenormalan :
Ho : Data menyebar secara normal
H1 : Data tidak menyebar secara normal
α = 0,01
berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov dengan bantuan
Tanti Farianti, 2014
[image:50.612.113.416.161.351.2]Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik
Tabel : 3.8
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Hasil belajar
N 33
Normal Parametersa,,b Mean 84.4052
Std. Deviation 3.75579
Most Extreme Differences Absolute .093
Positive .093
Negative -.066
Kolmogorov-Smirnov Z .536
Asymp. Sig. (2-tailed)