• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBEDAAN PERSEPSI DAN KREATIFITAS GURU IPA DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PENDIDIKAN IPA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DI SEKOLAH YANG SUDAH DAN BELUM MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBEDAAN PERSEPSI DAN KREATIFITAS GURU IPA DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PENDIDIKAN IPA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DI SEKOLAH YANG SUDAH DAN BELUM MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013."

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERBEDAAN PERSEPSI DAN KREATIFITAS GURU IPA DALAM

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

PENDIDIKAN IPA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HASIL

BELAJAR IPA DI SEKOLAH YANG SUDAH DAN BELUM

MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013.

(

Survey Sekolah Menengah Pertama di Kota Tangerang Selatan

)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Penjaminan Mutu Pendidikan

Oleh

TANTI FARIANTI

1202135

PROGRAM STUDI PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Contoh Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S2

==================================================================================

STUDI PERBEDAAN PERSEPSI DAN KREATIFITAS GURU IPA DALAM

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

PENDIDIKAN IPA SERTA PENGARUHNYA

TERHADAP HASIL

BELAJAR IPA DI SEKOLAH YANG SUDAH DAN BELUM

MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013.

Oleh

Tanti Farianti

S.E Universitas Mercu Buana , 2000

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister

Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Penjaminan Mutu Pendidikan

© Tanti Farianti 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Prof. Dr. H. Djam’an Satori, MA

Pembimbing I

Prof. Dr. Ace Suryadi,M.Sc Ph.D

Pembimbing II

Mengetahui,

Ketua Program Studi Penjaminan Mutu Pendidikan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)
(5)

Tanti Farianti, 2014

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN……… iii

ABSTRAK………. iv

KATA PENGANTAR……….... v

DAFTAR ISI ………viii

DAFTAR TABEL………...xi

DAFTAR GAMBAR……….... xii

DAFTAR LAMPIRAN ………xiv

BAB I PENDAHULUAN………..….………1

A. Latar Belakang Penelitian ……….1

B. Identifikasi Masalah ……….……….. 9

C. Rumusan Masalah Penelitian………...10

D. Tujuan Penelitian………..………10

E. Manfaat Penelitian ……….………...11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………13

A.Kompetensi SDM di Masa Depan………13

B.Kurikulum 2013 ………...20

C.Model Pembelajaran ………24

1. Model Pembelajaran………...………24

(6)

Tanti Farianti, 2014

3. Model Pembelajaran Tematik Terpadu dalam Pembelajaran IPA

……….36

D.Mutu Hasil Belajar IPA………43

E. Persepsi Guru dalam Pengembangan Tematik Terpadu IPA…...59

F. Kreatifitas Guru………….………...62

G.Penelitian Yang relevan ………...65

H. Asumsi……….70

I. Hipotesis ………71

BAB III METODE PENELITIAN………. 73

A.Metode dan Desain Penelitian……… .73

B.Populasi dan Sampel ………74

C.Definisi Operasional……… 75

D. Instrumen Penelitian ……… 78

E.Prosedur Penelitian ………..84

F.Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ……….86 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 104

A. Hasil Penelitian ………104

1. Gambaran Mengenai Persepsi Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Di Sekolah Yang Sudah Dan Belum Menerapkan Kurikulum 2013………...104

(7)

Tanti Farianti, 2014

3. Hasil Uji Perbedaan Persepsi Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Antara Sekolah Yang Sudah Dengan Sekolah Yang Belum Menerapkan Kurikulum

2013………..111

4. Hasil Uji Perbedaan Kreatifitas Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Antara Sekolah Yang Sudah Dengan Sekolah Yang Belum Menerapkan Kurikulum 2013………. 112

5. Hasil Uji Perbedaan Hasil Belajar IPA Antara Sekolah Yang Sudah

Dengan Sekolah Yang Belum Menerapkan Kurikulum

2013………. 113

6. Deskripsi Pengaruh Persepsi Dan Kreatifitas Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Terhadap Hasil Belajar IPA Di Sekolah Yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013...115

B. Pembahasan ……….124

1. Gambaran Mengenai Persepsi Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Di Sekolah Yang Sudah

Dan Belum Menerapkan Kurikulum

2013………...124

2. Gambaran Mengenai Kreatifitas Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Di Sekolah Yang Sudah

Dan Belum Menerapkan Kurikulum

2013………...127

3. Perbedaan Persepsi Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Antara Sekolah Yang Sudah Dengan

Sekolah Yang Belum Menerapkan Kurikulum

2013………..130

4. Perbedaan Kreatifitas Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Antara Sekolah Yang Sudah Dengan Sekolah Yang Belum Menerapkan Kurikulum 2013……….

(8)

Tanti Farianti, 2014

5. Perbedaan Hasil Belajar IPA Antara Sekolah Yang Sudah Dengan Sekolah

Yang Belum Menerapkan Kurikulum

2013………..146

6. Pengaruh Persepsi Dan Kreatifitas Guru IPA Dalam Pengembangan Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA Terhadap Hasil Belajar IPA Di Sekolah Yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013...153

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 159

A. Simpulan ……… 159

B. Saran ……….161

(9)

Tanti Farianti, 2014

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Peta Kompetensi Guru Smp Di Provinsi Banten 2011 Mata Pelajaran

IPA…….………..7

Tabel 2.1 Membangun ketrampilan abad ke –21………..18

Tabel 3.1 Objek Penelitian ……….74

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian ……….76

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Persepsi Pembelajaran Tematik……… 81

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Studi Kreativitas………..83

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas ………84

Tabel 3.6 One- Sample Kolmogorov-Smirnov Test ….………89

Tabel 3.7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ……….. 90

Tabel 3.8 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test……… 92

Tabel 3.9 Coefficients……….………. 94

Tabel 3.10 Coefficients……….. 95

Tabel 3.11 Nilai Tolerence dan VIF………... 97

Tabel 3.12 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test……… 99

(10)

Tanti Farianti, 2014

Tabel 4.1 Kriteria Penilaian……….105

Tabel 4.2 Dimensi Persepsi Guru IPA mengenai Pembelajaran Tematik Sekolah Yang Belum Menerapkan Kurikulum 2013………… ………. 105

Tabel 4.3 Dimensi Persepsi Guru IPA mengenai Pembelajaran Tematik Sekolah Yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013………… ………. 107

Tabel 4.4 Dimensi Kreativitas Guru Sekolah Yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013………… ………..…. 109

Tabel 4.5 Dimensi Kreativitas Guru Sekolah yang Belum Menerapkan Kurikulum 2013……….………. 110

Tabel 4.6 Hasil Uji t untuk perbedaan persepsi guru IPA antara sekolah yang belum dan sudah menerapkan kurikulum 2013………....112

Tabel 4.7 Hasil Uji t untuk perbedaan Kreativitas Guru IPA antara sekolah yang belum dan sudah menerapkan kurikulum 2013……….. 113

Tabel 4.8 Hasil Uji t untuk perbedaan hasil belajar siswa IPA antara sekolah yang belum dan sudah menerapkan kurikulum 2013………... 114

Tabel 4.9 Coefficients ……….115

Tabel 4.10 Model summary…..……….116

Tabel 4.11 Coefficients ……….117

Tabel 4.12 Model summary…..……….118

Tabel 4.13 Coefficients ……….120

Tabel 4.14 Model summary…..……….121

Tabel 4.15 Coefficients ……….122

(11)

Tanti Farianti, 2014

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Rasio Ketergantungan Usia Muda……… ………… 1

Gambar 1.2 Grafik Persentase Hasil Berdasarkan Kriteria Mata Pelajaran IPA.8 Gambar 2.1 Prinsip Pengembangan Model Pembelajaran ….………29

Gambar 2.2 Model pembelajaran menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil ...35

Gambar 2.3 Dimensi mutu menurut UNICEF………...58

Gambar 2.4 Skema Pembentukan Persepsi ……… 60

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual Penelitian………... 70

Gambar 3.1 Scaterplot Heteroskedastisitas……… 98

Gambar 4.1 Distribusi Persepsi guru IPA mengenai pembelajaran tematik sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013……… ……….… 105

Gambar 4.2. Distribusi Persepsi guru IPA mengenai pembelajaran tematik sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013……… 106

(12)

Tanti Farianti, 2014

Gambar 4.4 Frekuensi Kreativitas Guru IPA Sekolah yang Sudah dan yang Belum

Menerapkan Kurikulum 2013……… 108

Gambar 4.5 Dimensi kreativitas guru sekolah yang sudah menerapkan kurikulum

2013………..…109

Gambar 4.6 Dimensi kreativitas guru sekolah yang belum menerapkan kurikulum

(13)

Tanti Farianti, 2014

STUDI PERBEDAAN PERSEPSI DAN KREATIFITAS GURU IPA DALAM PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PENDIDIKAN IPA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA DI SEKOLAH YANG

SUDAH DAN BELUM MELAKSANAKAN KURIKULUM 2013. (Survey Sekolah Menengah Pertama di Kota Tangerang Selatan)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi atau pandangan Guru IPA mengenai pembelajaran tematik, implementasi kurikulum, studi kreativitas dan pengembangan model pembelajaran tematik dan pengaruhnya terhadap mutu hasil belajar siswa IPA antara sekolah yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan sekolah yang belum baik di sekolah negeri maupun swasta di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilatar belakangi oleh implementasi kurikulum baru yaitu kurikulum 2013 untuk beberapa sekolah yang ditunjuk oleh pemerintah sebagai sekolah sasaran (Piloting) dan fenomena kompetensi guru yang rendah khususnya untuk mata pelajaran IPA. Dibutuhkan kompetensi guru yang tinggi yang dilengkapi dengan kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran. Karena guru sebagai ujung tombak dan ruh dalam mengimplementasikan kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain penelitian yang digunakan adalah Ex Post Facto. Desain penelitian Ex Post Facto merupakan penelitian dimana variable – variable bebas telah terjadi Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling yaitu dengan memilih guru – guru IPA berjumlah 16 orang @ 8 orang dari sekolah yang sudah dan yang belum implementasi kurikulum 2013 di kota Tangerang Selatan. Pengumpulan data dilakukan dengan instrumen angket dan nilai hasil belajar siswa. Instrument tersebut diuji validitas dan reabilitasnya. Berdasarkan uji perbedaan persepsi atau pandangan Guru IPA mengenai pembelajaran tematik, implementasi kurikulum, studi kreativitas, pengembangan model pembelajaran tematik, dan hasil belajar siswa dengan uji Paired sample T-Test, uji pengaruh terhadap hasil belajar siswa dengan analisis Regresi Berganda, diperoleh kesimpulan antara lain sebagai berikut: (1) Tidak ada perbedaan persepsi guru IPA mengenai model pembelajaran tematik untuk sekolah yang sudah implementasi kurikulum 2013 dengan sekolah belum implementasi kurikulum 2013, secara signifikan. (2). tidak terdapat perbedaan signifikan dalam kreatifitas berfikir guru antara kedua kelompok sekolah implementasi dan non. (3). Ada perbedaan hasil belajar siswa yang cukup signifikan antara sekolah yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan sekolah yang belum.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

World Economic Forum, 2011, mencatat peringkat daya saing Indonesia

meningkat pesat dari posisi ke 54 menjadi posisi ke 44. Ini menunjukan adanya

peningkatan dalam hal pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Sumber Daya

Manusia. Jika kita menengok Visi Indonesia yang termaktub dalam “ Master Plan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2025, yaitu “

Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 12 besar dunia

di tahun 2025 dan 8 besar dunia pada tahun 2045 melalui pertumbuhan ekonomi

tinggi yang inklusif dan berkelanjutan”, tentunya dalam pencapaiannya memerlukan

penyiapan generasi yang mampu berperan aktif, keatif dan berkarakter kuat dalam

menjalankan kegiatan pembangunan dan mampu bersaing di era persaingan global.

Generasi ini lahir dari suatu proses pendidikan dan pembentukan watak yang

komprehensip atau utuh sebagai manusia Kamil (sempurna) yang mengetahui dan

menempatkan peranan dan fungsinya sebagai “Khalifah Fil Ardh” atau pemimpin

bagi lingkungan dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negaranya. Proyeksi masa

depan di tahun 2045, Indonesia akan memiliki “Bonus demografi” yang merupakan

modal dasar bagi peningkatan produktivitas ekonomi dan pengembangan pasar

domestic.

(15)

Sumber : http://www.kopertis4.or.id

Disebut sebagai bonus demografi dikarenakan dalam rentang waktu tersebut,

jumlah populasi Indonesia untuk usia produktif akan sangat banyak. Data

Kemendikbud menunjukkan, pada 2010, penduduk usia 0-9 tahun di negeri ini

mencapai 45,9 juta jiwa. Jumlah ini hampir sepuluh kali lIPAt penduduk Singapura.

Jumlah penduduk Indonesia dengan usia lebih tinggi lagi, yaitu 10-19 tahun,

mencapai 43.55 juta jiwa. Pada rentang waktu 2010-2035, jumlah penduduk usia

produktif tadi diperkirakan terus meningkat.

Pembangunan pendidikan diarahkan untuk menghasilkan insan Indonesia

cerdas dan kompetitif melalui peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan

relevansi, kesetaraan dan kepastian memperoleh layanan pendidikan. Cita –cita

pendidikan nasional yang di jabarkan dalam UUD 1945 tentang pendidikan yang

dituangkan dalam Undang – Undang No. 20, Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.” Salah satu komitmen pemerintah dalam hal ini adalah upaya

melakukan perubahan yang cukup mendasar dalam sistem pendidikan nasional yang

(16)

pelajaran yang diberikan dianggap kelebihan muatan (overload) tetapi tidak mampu

memberikan bekal bagi peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang

sesuai dengan tututan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Perubahan

mendasar di bidang pendidikan tersebut adalah berkaitan dengan kurikulum.

Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)

telah melakukan perombakan kurikulum di tiga jenjang sekolah yang dimulai dari

tingkat dasar, menengah, hingga tingkat atas. Perubahan ini menyesuaikan

pendidikan dasar dan menengah dengan Undang–Undang Pendidikan Tinggi (UU

PT). Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan

melihat perlunya diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis

karakter (Competency and character based curriculum), yang dapat membekali

peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan

perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Hal ini sangat penting, guna menjawab

tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan

kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif terhadap berbagai perubahan. Kurikulum

berbasis karakter dan kompetensi diharapkan mampu memecahkan berbagai

persoalan bangsa, khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan

peserta didik, melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem

pendidikan secara efektif, efisien dan berhasil guna. Perubahan kurikulum merupakan

sesuatu yang niscaya, pasti, dan kebutuhan yang terus berkembang. Kurikulum harus

menjadi wahana yang efektif untuk mewujudkan kondisi yang ideal dengan kondisi

kenyataan yang ada. Kurikulum bersifat dinamis dan terus berkembang, dan wajib

mengikuti perubahan – perubahan yang terjadi di lingkunganya. Persoalan kurikulum

itu dipakai untuk waktu tertentu, karena masih dianggap relevan dengan tujuan

pendidikan yang ingin dicapai. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) 2006 menjadi kurikulum 2013 merupakan hal yang positif dalam

(17)

Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pendidikan karakter, terutama pada

tingkat dasar, yang akan menjadi fondasi bagi tingkat berikutnya, yang bertujuan

untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada

pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan

seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan.

Melalui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi sekaligus berbasis

karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan peserta didik

mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji

dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai – nilai karakter dan akhlak mulia

sehingga terwujud perilaku sehari – hari. Pendidikan karakter ini dapat diitegrasikan

dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum.

Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukan

budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai – nilai yang melandasi perilaku, tradisi,

kebiasaan sehari – hari, serta symbol – symbol yang dipraktikan oleh semua warga

sekolah/madrasah dan masyarakat sekitar. Budaya sekolah/madrasah merupakan ciri

khas, karakter atau watak, dan citra di mata masyarakat luas. Implementasi kurikulum

2013 yang berbasis karakter dan kompetensi harus melibatkan semua komponen

(stakeholders), termasuk komponen – komponen yang ada dalam sistem pendidikan

itu sendiri. Komponen – komponen tersebut antara lain kurikulum, rencana

pembelajaran, proses pembelajaran, mekanisme penilaian, kualitas hubungan,

pengelolaan pembelajaran, pengelolaan sekolah/madrasah, pelaksanaan

pengembangan diri peserta didik, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, serta

etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah/madrasah.

Dalam implementasinya, kurikulum 2013 menuntut kerjasama yang optimal

di antara para guru, sehingga memerlukan pembelajaran berbentuk tim, dan menuntut

kerjasama yang kompak di antara para anggota tim. Kerjasama antara para guru

sangat penting dalam proses pendidikan. Implementasi kurikulum 2013 akan

(18)

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, dimulai di kelas I dan IV sebesar 5%

untuk SD, kelas VII dan kelas IX sebesar 7 % untuk SMP dan SMA. Prosentase

untuk setiap jenjang tingkat satuan pendidikan tersebut bisa dikatakan sebagai jumlah

sekolah sasaran atau sekolah pilot projek pada beberapa sekolah unggulan, yang

dIPAndang siap untuk mengimplementasikan kurikulum 2013, seperti sekolah

mantan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI).

Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang

produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Guna terwujudnya hal tersebut, Mulyasa,

dalam bukunya “Pengembangan dan Implementasi kurikulum 2013” menuliskan

beberapa faktor (kunci sukses) implementasi kurikulum, diantaranya : Kepemimpinan

Kepala Sekolah, kreativitas guru, aktivitas peserta didik, sosialisasi, fasilitas dan

sumber belajar, lingkungan yang kondusif akademik, dan partisIPAsi warga sekolah.

Ujung tombak proses pembelajaran berada pada otoritas guru sebagai pemimpin

pembelajaran di ruang kelas, guru mempunyai kewenangan penuh dalam mengelola

dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kurikulum 2013 yang berbasis karakter

dan kompetensi ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan

materi ke pendidikan sebagai proses, melalui pendekatan tematik terpadu dengan

contextual teaching and learning (CTL). Oleh karena itu, pembelajaran harus

semaksimal dan sebanyak mungkin melibatkan peserta didik agar mampu

bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi, dan

kebenaran secara ilmiah. Dalam konteks inilah, kreativitas guru dibutuhkan untuk

memberikan layanan dan kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik agar

mereka dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh semangat,

tidak cemas dan berani mengemukakan pendapat secara terbuka. Semua hal tersebut

merupakan modal dasar bagi peserta didik untuk tumbuh dan berkembang menjadi

manusia yang siap beradaptasi, mampu menyelesaikan permasalahannya secara

mandiri dan menjadi pribadi yang penuh tanggung jawab dalam menghadapi era

(19)

Kualitas guru merupakan faktor terpenting dalam meningkatkan kualitas

pendidikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan kemampuan

guru memiliki dampak yang signifikan pada kinerja akademis anak didiknya. Seperti

catatan dalam laporan McKinsey yang menyatakan bahwa, “Kualitas sistem

pendidikan tidak mungkin melampaui kualitas gurunya” (Barber dan Mourshed,

2007, halaman 16). Meskipun belum ada bukti yang konklusif tentang karakteristik

guru yang paling berpengaruh pada kinerja murid, penelitian hampir secara universal

memperlihatkan pentingnya kualitas guru. Penelitian tentang TVASS (Sistem

Penilaian Bernilai Tambah di Tennessee), misalnya, memperkirakan bahwa lebih dari

50 persen dari kesenjangan pencapaian selama tiga tahun antara dua kelompok

berusia antara 8 dan 11 tahun disebabkan karena kelompok yang satu diajar oleh guru

berkemampuan tinggi (20 persen tertinggi di antara tenaga pendidik) sementara

kelompok yang lain diajar oleh guru berkemampuan rendah (20 persen terbawah).

Hasilnya, pada usia 11 tahun, kelompok yang diajar guru berkemampuan tinggi

meraih nilai di persentil ke-93, sementara kelompok yang diajar guru berkemampuan

rendah meraih nilai di persentil ke-37 (Sanders dan Rivers 1999).

Salah satu strategi pengimplementasian kurikulum 2013, pemerintah

melakukan upaya pelatihan guru yang berjenjang mulai dari guru sebagai instruktur /

pelatih implementasi kurikulum (master teacher), guru inti, guru pendamping sampai

ke guru sebagai pelaksana proses pembelajarannya. Yang menjadi persoalan saat ini

adalah apakah guru – guru yang kita miliki sudah sangat kreatif ? sedangkan

kompetensi guru masih menjadi polemik dan persoalan nasional yang terus menjadi

PR kita bersama. Beberapa penelitian dan analisis mulai memberikan gambaran luas

mengenai kompetensi umum guru Indonesia dari segi latar belakang akademis,

pengetahuan mata pelajaran dan pedagogi, dan praktik pengajaran dalam ruang kelas

mereka. Kualifikasi akademik kebanyakan guru Indonesia masih lebih rendah dari

yang dipersyaratkan undang-undang. UU Guru yang diberlakukan pada tahun 2005

(20)

sensus tahun 2006 menunjukkan bahwa hanya 37 persen dari semua guru memiliki

gelar tersebut dan 26 persen hanya merupakan lulusan sekolah menengah atas atau

dibawahnya. Terdapat indikasi bahwa praktik pedagogi guru-guru Indonesia juga

kurang dan tidak memiliki focus dan orientasi yang sesuai.

Penelitian menggunakan rekaman video pada tahun 2005 pada sampel kelas

matematika berupaya untuk menghubungkan pembelajaran ruang kelas dan perilaku

pembelajaran dengan pencapaian siswa dalam ujian TIMSS ; Trends in International

Mathematics and Science Study (Tren dalam Studi Matematika dan Ilmu

Pengetahuan) serta menentukan metodologi pengajaran mana yang nampaknya paling

efektif. Data yang dikumpulkan lalu dibandingkan dengan perilaku pengajaran dan

karakteristik ruang kelas dari tujuh Negara berkinerja relatif tinggi yang

berpartisIPAsi dalam TIMSS yang membantu para penulis laporan penelitian ini

untuk mengidentifi kasi kelemahan dalam praktik pedagogi. Penelitian tersebut

menemukan bahwa, dibandingkan dengan negara-negara tersebut, pelajaran

matematika kelas 8 di Indonesia cenderung hanya sedikit menangani soal

berkerumitan tinggi dan kurang memberikan penekanan pada pemecahan soal

matematika terapan.

Untuk Propinsi Banten saja di daerah dimana penulis berdomisili, masih

menyisakan segudang pekerjaan untuk mengatasi persoalan kompetensi guru ini, alih

– alih berbicara mengenai kreativitas guru. Berikut penulis sajikan data kompetensi guru SMP untuk beberapa bidang studi yang di UN kan tahun 2011 yang penulis

peroleh datanya dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Propinsi

Banten, sebagai berikut :

Tabel : 1.1

(21)

KRITERIA PESERTA K A B L E B A K P A N D E G L A N G K B S E R A N G K B T A N G E R A N G K O T A C IL E G O N K O T A S E R A N G K O T A T A N G E R A N G K O T A T A N G S E L P R O V IN S I B A N T E N

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Jumlah Peserta 40 40 40 30 33 39 39 20 281

2. Latar Belakang Pendidikan

2.1 S esuai 38 34 31 26 33 35 38 20 255 91%

2.2 Tidak S esuai 2 6 9 4 0 4 1 0 26 9%

3. S ertifikasi

3.1 S udah S ertifikasi 40 27 40 29 22 37 36 20 251 89%

3.1.1 Jalur PLPG 26 9 30 24 13 20 33 17 172 61%

3.1.2 Jalur Portofolio 14 17 10 6 11 17 3 3 81 28%

3.2 Belum S ertifikasi 0 13 0 1 11 2 3 0 30 11%

4. Nilai tiap kompetensi

Penguasaan konsep IPA 38% 39% 36% 39% 41% 38% 38% 38% 38%

Pengetahuan pedagogik

umum 42% 47% 42% 41% 45% 44% 41% 47% 44%

Pengetahuan pedagogik IPA 45% 43% 40% 46% 45% 38% 43% 50% 44% Gambar : 1.2

(22)

Kriteria : Sangat Kurang = 0 – 25% ; Kurang = 26% - 50% Baik = 51% -75% ; Sangat Baik : 76% - 100%

Jika kita analisis data diatas, terlihat bahwa kompetensi guru IPA untuk

penguasaan konsep rata – rata masih di bawah 50 % hasilnya dalam kategori kurang,

artinya guru belum mampu dan mengalami kesulitan atau terkendala dalam

mentransfer pengetahuan konsepnya kepada peserta didik dengan Standar Kompetesi

– Kompetensi Dasar yang akan dicapai demikian halnya dengan pengetahuan pedagogik secara umum dan pedagogik IPA. Hal ini menjadi fenomena yang harus

diselesaikan jika penerapan kurikulum 2013 bisa efektif dan sesuai tujuannya.

Persoalan yang timbul; apakah dengan penguasaan konsep dan pengetahuan

pedagogik yang belum memadai akan melahirkan daya kreativitas yang tinggi?

Selanjutnya apakah keberhasilan pembelajaran akan tercapai?

Bagaimana dengan kondisi di 32 Propinsi lainnya? Jika melihat fenomena

data yang disajikan diatas dalam bentuk tabel dan grafik untuk bidang studi IPA,

apakah pemerintah pusat dalam hal ini yang diwakili oleh pemerintah propinsi Banten

sudah membuat langkah – langkah strategis yang memfokuskan terhadap perbaikan

kualitas kompetensi guru? Belum lagi menjawab tantangan ini, guru juga dituntut

untuk lebih kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran dengan mengembangkan

model – model atau pendekatan - pendekatan pembelajaran lainnya. Apakah dengan

pelatihan guru yang disediakan pemerintah selama 5 – 6 hari dalam rangka

implementasi kurikulum 2013 akan serta merta memberikan dampak yang cukup

Series1;

Sangat

kurang;

Series1;

Kurang;

87,54%

Series1;

Baik;

11,03%

Series1;

Sangat

(23)

signifikan dalam peningkatan kreativitas guru dalam mengembangkan model

pembelajaran?. Mengamati kondisi hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul :

Studi Perbedaan Persepsi dan Kreatifitas Guru IPA dalam Pengembangan

Pembelajaran Tematik Terpadu Pendidikan IPA serta Pengaruhnya terhadap

Hasil Belajar IPA di Sekolah Yang Sudah dan Belum Melaksanakan Kurikulum

2013. (Survey Sekolah Menengah Pertama di Kota Tangerang Selatan).

B. Identifikasi Masalah

Implementasi kurikulum 2013 yang berfokus kepada pencapaian kompetensi

peserta didik dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan.

Pendekatan tersebut antara lain : pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual

teaching and learning), pendekatan pembelajaran tematik terpadu, pembelajaran

partisipatif (Participative teaching and learning), belajar tuntas (Mastery learning)

dan pembelajaran konstruktivisme (Contructivism teaching and learning). Guna

menerapkan dan mengembangkan pendekatan pembelajaran diatas, guru harus bisa

mengidentifikasi pendekatan yang digunakan disesuaikan dengan kompetensi yang

akan dicapai siswa dan materi pembelajaran. Dibutuhkan kompetensi guru yang

tinggi yang dilengkapi dengan kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan

pendekatan tersebut. Karena guru sebagai ujung tombak dan ruh dalam

mengimplementasikan kurikulum di tingkat satuan pendidikan, maka penulis hanya

memfokuskan permasalahan penelitian mengenai perbedaan persepsi dan kreatifitas

guru dalam pengembangan pembelajaran tematik terpadu g untuk mata pelajaran IPA

dan serta mengukur pengaruh dari persepsi dan kreatifitas guru yang berdampak

(24)

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dari uraian diatas dapat di deskripsikan suatu perumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah gambaran mengenai persepsi guru IPA dalam pengembangan

pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA di sekolah yang sudah dan

belum menerapkan kurikulum 2013 ?

2. Bagaimanakah gambaran mengenai kreatifitas guru IPA dalam pengembangan

pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA di sekolah yang sudah dan

belum menerapkan kurikulum 2013 ?

3. Apakah terdapat perbedaan persepsi guru IPA dalam pengembangan

pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA antara sekolah yang sudah

dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013 ?`

4. Apakah terdapat perbedaan kreativitas guru IPA dalam pengembangan

pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA antara sekolah yang sudah

dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013 ?

5. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa IPA antara sekolah yang sudah

dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013 ?

6. Apakah terdapat pengaruh persepsi dan kreatifitas guru IPA dalam

pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA terhadap hasil

belajar IPA di sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 ?

D. Tujuan Penelitian

(25)

1. Untuk mengetahui gambaran mengenai persepsi guru IPA dalam

pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA di sekolah yang

sudah dan belum menerapkan kurikulum 2013.

2. Untuk mengetahui gambaran mengenai kreatifitas guru IPA dalam

pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA di sekolah yang

sudah dan belum menerapkan kurikulum 2013.

3. Untuk mengetahui perbedaan persepsi guru IPA dalam pengembangan

pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA antara sekolah yang sudah

dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013.

4. Untuk mengetahui perbedaan studi kreativitas guru IPA dalam pengembangan

pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA antara sekolah yang sudah

dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013.

5. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa IPA antara sekolah yang

sudah dengan sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013.

6. Untuk mengetahui pengaruh persepsi dan kreatifitas guru IPA dalam

pengembangan pembelajaran tematik terpadu pendidikan IPA terhadap hasil

belajar siswa IPA di sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013.

E. Manfaat Penelitian

Dengan diterapkannya tujuan di atas, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat

yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil dari pengamatan

langsung serta dapat memahami penerapan disiplin ilmu yang diperoleh.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pembaca dan

pihak – pihak yang berkepentingan dalam mengetahui perbedaan dan

(26)

pembelajaran yang diasumsikan berimplikasi kepada mutu hasil belajar

siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi guru dalam

mengembangkan model pembelajaran di kelas sehingga mutu proses

pembelajaran diharapkan dapat tercapai.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pemangku kebijakan

pendidikan di tingkat sekolah dalam membuat program – program

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru sehingga

implementasi kurikulum 2013 sesuai dengan fungsi dan tujuannya.

c. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran guna

(27)
(28)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif

dengan teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Menurut Sugiyono

(2003 : 11), penelitian diskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih (independen) tanpa membuat

perbandingan, atau menghubungkan dengan variable yang lain. Dalam Misbahuddin

dan Hasan (2013 : 9), penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan untuk

memperoleh fakta – fakta dari gejala – gejala yang ada dan mencari keterangan –

keterangan secara factual, baik tentang institusi social, ekonomi, atau politik dari

suatu kelompok ataupun suatu daerah. Dalam penelitian survei ini, dilakukan evaluasi

serta perbandingan terhadap hal – hal yang telah dilakukan orang dalam menangani

situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya digunakan dalam pembuatan rencana

dan pengambilan keputusan di masa mendatang. Penelitian dilakukan terhadap

sejumlah individu atau unit, baik secara sensus maupun dengan sampel.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Ekperimen Ex Post facto.

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka desain ini menggunakan penelitian

atau pengukuran sesudah kejadian. Dalam pengertian sederhana Ex Post Facto

memiliki arti yaitu penelitian sesudah kejadian. Penelitian ini juga sering disebut after

the fact atau sesudah fakta dan ada pula peneliti yang menyebutnya sebagai

(29)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

Ex Post Facto merupakan penelitian dimana variable –variabel bebas telah terjadi

ketika peneliti mulai dengan pengamatan variable – variable terikat dalam suatu

penelitian (Hamid 2010: 223). Donald Ary (1982 : 382 – 383) juga menyatakan

bahwa penelitian Ex Post Facto merupakan penemuan empiris yang dilakukan secara

sistematis, peneliti tidak melakukan control terhadap variable – variable bebas karena

manifestasinya sudah terjadi.

B. Populasi dan Sampel

Populasi terdiri dari seluruh guru IPA pada 8 (Delapan) Sekolah Menengah

Pertama (SMP) yang telah mengimplementasi Kurikulum 2013 dan belum

terimplementasi baik yang ditunjuk pemerintah sebagai sekolah sasaran maupun

mandiri. Penelitian dilaksanakan pada 4 (Empat) SMP Negeri dan 4 (Empat) SMP

Swasta yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 dan belum sebagai

berikut; SMPN 3, SMPN 5, SMPN 8, SMPN 12 Tangerang Selatan, SMP

Pembangunan Jaya, SMP An - Nisaa’, SMP Al – Azhar Bintaro, dan SMP Al –

Azhar BSD di kota Tangerang Selatan. Teknik pengambilan sampel adalah purposive

sampling yaitu dengan memilih guru – guru IPA yang telah mengajar dengan

menerapkan kurikulum 2013 berjumlah 16 orang @ 8 orang dari sekolah yang sudah

dan yang belum implementasi kurikulum 2013.

Tabel : 3.1 Objek Penelitian

Objek Penelitian (Sekolah)

Sudah menerapkan kurikulum 2013

Belum menerapkan kurikulum 2013

SMPN 03

(30)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

SMPN 08

SMPN 12

SMP AN NISAA

SMP Pembangunan Jaya

SMP Al –Azhar Bintaro

SMP Al – Azhar BSD

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan

tentang cara mengukur suatu variabel (Masri, 2003, hlm. 46-47). Sementara itu

Singarimbun dan Efendi (2003, hlm. 46 – 47) menjelaskan bahwa definisi

operasional merupakan unsure penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan

makna dalam variabel yang sedang diteliti. Definisi operasional dimaksudkan untuk

memberikan rujukan – rujukan empiris apa saja yang dapat ditemukan di lapangan

untuk menggambarkan secara tepat konsep yang dimaksud sehingga konsep tersebut

dapat diamati dan diukur. Dalam penelitian ini indicator yang digunakan untuk

mengukur variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :

a. Persepsi Guru model tematik terpadu

Definisi tentang persepsi dapat dilihat dari definisi secara etimologis maupun

definisi yang diberikan oleh beberapa orang ahli. Secara etimologis, persepsi berasal

dari kata perception (Inggris) berasal dari bahasa latin perception; dari percipare

yang artinya menerima atau mengambil (Sobur, 2003 : 445).

Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: (1) Proses mengetahui

(31)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

dari proses – proses organis, (3) (Tichener) satu kelompok penginderaan dengan

penambahan arti – arti yang berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan

pembedaan diantara perangsang – perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai

kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin,

2006 : 358).

b. Kreativitas

Menurut Utami Munandar (2009 : 12), mengemukakan bahwa kreatifitas

adalah :

Hasil interaksi antara individu dan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur – unsur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu dilingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat.

Utami Munandar (2009 : 10) mengemukakan ciri – ciri kreativitas dapat

dibedakan menjadi dua yaitu ciri kognitif (aptitude) dan ciri non – kognitif

(non-aptitude). Ciri kognitif (aptitude) dari kreativitas terdiri dari orisinalitas, fleksibilitas,

kelancaran dan elaboratif. Sedangkan ciri non kognitif dari kreativitas meliputi

motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif.

c. Mutu Belajar Siswa

Tipe hasil belajar dari ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Bloom dalam

Dimyati 2002 : 26). Ketiganya tidak dapat berdiri sendiri, tetapi merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahakan bahkan membentuk hubungan hierarki. Proses

belajar merupakan suatu aktivitas psikis/ mental yang berlangsung dalam interaktif

aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan – perubahan yang relative

(32)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

mencakup ranah kognitif, ranah afektif dam ranah psikomotorik (Suprayekti, 2003 :

4).

Hasil belajar adalah angka yang diperoleh siswa yang telah berhasil

menuntaskan konsep – konsep mata pelajaran sesuai dengan Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Begitu juga

hasil belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku tetap sebagai hasil proses

pembelajaran. Hasil belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah

[image:32.612.109.517.348.516.2]

kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Dimensi/

Indikator

Ukuran No. Item

Angket Persepsi Guru model

tematik terpadu (XІ)

Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: (1) Proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif

1. Persepsi mengenai profesi Guru

 Tingkat Pandangan mengenai tugas dan beban mengajar

 Tingkat

pemahaman guru untuk tujuan mengajar

1, 4

(33)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

dengan bantuan indera, (2) kesadaran dari proses – proses organis, (3) (Tichener) satu kelompok

penginderaan dengan penambahan arti – arti yang berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang – perangsang, (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau

keyakinan yang serta merta mengenai

sesuatu (Chaplin, 2006 : 358). 2. Persepsi mengenai pembelajaran tematik 3. Implementasi pembelajaran tematik dan strategi

pengembangan nya

 Tingkat

pemahaman guru terhadap harapan untuk peserta didiknya

 Tingkat

pemahaman guru mengenai pembelajaran tematik

 Tingkat inovasi dalam

pengembangan pembelajaran

 Tingkat

pemahaman untuk tugas mengajar

 Tingkat

kemampuan untuk membuat Rencana Pembelajaran

 Tingkat

kemampuan untuk mengembangkan pembelajaran tematik

 Tingkat

(34)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah

Alat Pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

kuesioner. Menurut Bungin (2006), kuesioner merupakan serangkaian atau daftar

pernyataan yang disusun sistematis, kuesioner diisi oleh responden, setelah diisi,

kuesioner dikembalikan kepada peneliti. Kuesioner merupakan alat ukur berupa

kuesioner dengan beberapa daftar pernyataan (Hidayat, 2007). Responden

memberikan tanda check list (√) pada kolom pilihan jawaban yang telah disediakan

dalam kuesioner.

a. Kisi – kisi Instrumen Kreativitas (XЇ)

Hasil interaksi antara

individu dan

lingkungannya,

kemampuan untuk

membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur – unsur yang sudah ada

atau dikenal

sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang

telah diperoleh

seseorang selama hidupnya baik itu dilingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan

masyarakat.

1. Ciri Non Kognitif (Motivasi, kepribadian dan sikap kreatif)

 Tingkat Pemahaman mengenai seorang visioner

1,4,6

 Tingkat

pemahaman diri memilki sikap kreatif

2, 3, 10

 Tingkat

kemampuan dalam melaksanakan inovasi

(35)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

Untuk memperoleh data mengenai implementasi kurikulum 2013, studi

kreatifitas guru dalam mengembangkan model pembelajaran dan mutu hasil belajar

siswa digunakan alat pengumpul data berupa kuesioner dengan terlebih dahulu

membuat kisi – kisi instrumen. Data yang dihasilkan dari penyebaran kuesioner

memiliki skala pengukuran ordinal mengingat kuesioner yang disebarkan

menggunakan skala linkert dengan 1-5, skala linkert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi sesorang atau sekelompok orang tentang fenomena

tertentu (Sugiyono, 2008, hlm. 93). Dengan skala Linkert ini dapat diketahui

bagaimana implementasi Kurikulum dan studi kreatifitas.

Untuk mengungkap data tersebut menggunakan alternative jawaban sebagai

berikut :

i. Untuk Variabel Persepsi, Angket di isi dengan memberikan tanda Check list (√ )

dengan urutan jawaban menggambarkan tingkat pemahaman persepsi terhadap

item yang dipilih. Skala jawaban dari 1 - 4

ii. Sangat Setuju = 4, Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1, Adapun

untuk pernyataan yang negative, alternative jawabannya terbalik menjadi ; Sangat

tidak Setuju = 4, Tidak Setuju = 3, Setuju = 2, dan Sangat Setuju = 1.

b. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner sebagai alat ukur penelitan perlu di uji coba terlebih dahulu

sebelum digunakan, karena untuk menilai layak tidaknya kuesioner tersebut dijadikan

sebagai instrumen penelitian. Menurut Arikunto (2003), instrument yang baik harus

memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliable.

1. Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar –

benar mengukur apa yang diukur (Saryono, 2008). Uji validitas bertujuan untuk

(36)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

tugas pengukurannya (Rusmini, 2009). Analisis yang digunakan adalah uji statistik

korelasi Product moment. Analisis korelasi product moment merupakan analisis

untuk menguji validitas instrumen yang dicapai apabila data yang dihasilkan dari

instrument tersebut sesuai dengan data penelitian yang dimaksud (Azwar, 2002)

∑ ∑ ∑

√[

][

]

Keterangan :

r : Koefisien korelasi

∑ : Jumlah skor pertanyaan

∑ : Jumlah skor total

N : Jumlah responden

Hasil korelasi antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk tersebut

akan dibandingkan dengan nilai r hitung dengan batas minimal korelasi 0,30. Semua

item kuesioner yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya

dianggap memuaskan. Sedangkan item yang memiliki nilai koefisien korelasi di

bawah 0,30 dianggap tidak valid dan item yang tidak valid dapat dihilangkan.

2. Reabilitas

Reabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Saryono, 2008). Bila suatu alat

pengukur digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran

relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain reabilitas

(37)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

reabilitas menunjukan konsistensi satu alat penguku didalam mengukur gejala yang

sama (Sastroasmoro & Ismael, 2002).

Reabilitas pernyataan dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan

analisis Alpha-Cronbach yang dapat digunakan baik untuk instrumen yang

jawabannya berskala maupun yang bersifat dikotomis (hanya mengenal dua jawaban

yaitu benar dan salah). Rumus koefisien reliabilitas Alpha – Cronbach (Arikunto,

2006) :

{ } { ∑ }

Keterangan :

r : Reliabilitas instrument

k : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

a²b : Jumlah varians butir

a²t : Varians total

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach

Alpha > 0,60 (Nunnally dalam Ghozali, 2005:19).

Hasil uji validitas dan reliabilitas instrument kepada 16 responden guru yang

mengajari di sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 dan sekolah yang

belum menerapkan kurikulum 2013 adalah sebagai berikut :

a. Pengujian Validitas

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Persepsi Pembelajaran Tematik

(38)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

Pertanyaan

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Kesimpulan

Sekolah yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013

1 0.821645 0.3 Valid

2 0.578473 0.3 Valid

3 0.438646 0.3 Valid

4 0.71515 0.3 Valid

5 0.593574 0.3 Valid

6 0.328415 0.3 Valid

7 0.328415 0.3 Valid

8 0.593574 0.3 Valid

9 0.793021 0.3 Valid

10 0.373572 0.3 Valid

11 0.441942 0.3 Valid

12 0.400892 0.3 Valid

13 0.508001 0.3 Valid

Variabel Item

Pertanyaan

Validitas

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Kesimpulan

Sekolah yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013

14 0.816497 0.3 Valid

15 0.63901 0.3 Valid

16 0.714435 0.3 Valid

17 0.51031 0.3 Valid

18 0.53033 0.3 Valid

19 0.714435 0.3 Valid

20 0.51031 0.3 Valid

Sekolah yang belum menerapkan kurikulum 2013

1 0.643306 0.3 Valid

(39)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

3 0.547185 0.3 Valid

4 0.569781 0.3 Valid

5 0.659674 0.3 Valid

6 0.725131 0.3 Valid

7 0.787886 0.3 Valid

8 0.634179 0.3 Valid

9 0.630087 0.3 Valid

10 0.508402 0.3 Valid

11 0.709842 0.3 Valid

12 0.797207 0.3 Valid

13 0.380659 0.3 Valid

14 0.862731 0.3 Valid

15 0.687406 0.3 Valid

16 0.561644 0.3 Valid

17 0.33854 0.3 Valid

18 0.379226 0.3 Valid

19 0.431627 0.3 Valid

20 0.797207 0.3 Valid

Pada tabel 3.3 terlihat bahwa nilai indeks validitas setiap butir pernyataan

lebih besar dari 0,30 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan

untuk kuesioner persepsi guru mengenai pembelajaran tematik bagi sekolah yang

sudah menerapkan kurikulum 2013 dan sekolah yang belumsudah valid atau layak

[image:39.612.108.540.103.406.2]

sebagai alat ukur.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Studi Kreativitas

(40)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

Pertanyaa

Koefisien Validitas

Titik

Kritis Kesimpulan

Sekolah yang Sudah Menerapkan Kurikulum

2013

1 0.695608 0.3 Valid

2 0.412225 0.3 Valid

3 0.443996 0.3 Valid

4 0.949076 0.3 Valid

5 0.571945 0.3 Valid

6 0.479197 0.3 Valid

7 0.827957 0.3 Valid

8 0.837241 0.3 Valid

9 0.838158 0.3 Valid

10 0.633776 0.3 Valid

Sekolah yang belum menerapkan kurikulum

2013

1 0.816497 0.3 Valid

2 0.816497 0.3 Valid

3 0.61103 0.3 Valid

4 0.348639 0.3 Valid

5 0.673575 0.3 Valid

6 0.748455 0.3 Valid

7 0.612372 0.3 Valid

8 0.408248 0.3 Valid

9 0.816497 0.3 Valid

10 0.514344 0.3 Valid

Pada tabel 3.4 terlihat bahwa nilai indeks validitas setiap butir pernyataan

lebih besar dari 0,30 sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh butir pernyataan

untuk kuesioner studi krestivitas bagi sekolah yang sudah menerapkan kurikulum

(41)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

b. Pengujian Reabilitas

Selain itu, hasil pengujian reliabilitas item instrument setiap variabel dengan

menggunakan analisis Cronbach’s Alpha dapat dideskripsikan hasil pengujian

[image:41.612.112.563.238.353.2]

sebagai berikut :

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Indeks

Reliabilitas

Nilai

Kritis Keterangan

Persepsi Guru Sudah 0.75 0.6 Reliabel

belum 0.79 0.6 Reliabel

Kreativitas Guru

Sudah 0.84 0.6 Reliabel

belum 0.80 0.6 Reliabel

Nilai reliabilitas butir pernyataan pada kuesioner untuk seluruh variabel yang

sedang diteliti lebih besar dari 0,60 hasil ini menunjukkan bahwa butir kuesioner

pada kedua variabel andal untuk mengukur variabelnya masing- masing.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian merupakan langkah-langkah pokok yang harus

dilakukan peneliti melalui tahapan-tahapan penelitian tertentu dan dalam waktu

tertentu pula. Penelitian ini diawali dengan merumuskan masalah-masalah penelitian.

Masalah penelitian ini dirumuskan secara operasional, dimana konsep-konsep yang

dipilih dapat diukur secara kuantitatif. Masalah penelitian dijawab secara teoritik

dengan cara mengacu pada teori-teori yang telah ada berdasarkan teori-teori yang

dijadikan landasaan untuk menyusun hipotesa, kemudian dibuktikan kebenarannya di

(42)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

menyusun rancangan penelitian (research design). Sesuari dengan rancangan

penelitian, tahap berikutnya adalah mengumpulkan data. Setelah data dikumpulkan,

peneliti menginjak pada tahap mengolah dan menganalisis data. Tahap terakhir dari

kegiatan proses penelitian kuantitatif adalah menulis laporan dengan cara

menafsirkan hasil dan melaporkan apakah hipotesis terbukti.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian kuantitatif:

1. Langkah penelitian

Segala sesuatu direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun. Dapat

menggunakan sampel dan hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi. Sampel

adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, sedangkan populasi merupakan

keseluruhan dari subjek penelitian.

2. Hipotesis :

Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian hipotesis menentukan

hasil yang diramalkan.

3. Desain :

Dalam desain jelas langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan.

4. Pengumpulan Data

Kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan.

(43)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah bagian terpenting dalam penelitian, hakekat kegiatan penelitian

ini merupakan upaya pencarian data yang nantinya diinterpretasikan dan dianalisis.

1. Tahap Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden. Pembagian

kuesioner dilakukan oleh peneliti kepada siswa sekolah yang menjadi objek

penelitian. Sebelum pelaksanaan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian

kepada responden serta menyampaikan tentang kerahasiaan atas jawaban yang

diberikan dalam kuesiner dan penelitian tidak berdampak negatif bagi responden.

Setelah itu peneliti memberikan penjelasan mengenai cara – cara pengisian kuesioner,

kemudian kuesioner diberikan kepada responden. Responden diberikan waktu dan

diminta untuk mengisi data sesuai yang tercantum dalam kuesioner penelitian.

Apabila ada pernyataan yang tidak jelas dapat ditanyakan kepada peneliti. Kuesioner

langsung diisi oleh responden sehingga data yang diperoleh adalah data primer.

Semua data yang ada dikumpulkan, diperiksa kelengkapannya untuk kemudian di

analisa oleh peneliti.

2. Jenis Data

(44)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

Diperoleh langsung dari responden. Data primer pada penelitian ini

adalah Hasil Belajar Siswa bidang studi IPA dan jawaban kuesioner

yang sudah diisi oleh responden dan sebelumnya telah diberikan

informasi tentang gambaran isi kuesioner.

b. Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk melengkapi dan mendukung data

primer. Data yang dimaksud berupa hasil Rancangan Perencanaan

Pembelajaran Guru (RPP) yang didalamnya melingkupi model

pembelajaran yang digunakan.

2. Analisis Data

a. Uji Beda atau Analisis Komparatif

Dalam penelitian ini, penguji menggunakan analisis komparatif untuk

perserpsi dan pandangan mengenai hakaekat pembelajaran tematik, implementasi

mata pelajaran IPA, studi kreatif dan pengembangan model tematik serta hasil belajar

untuk sekolah yang sudah dan yang belum menerapkan kurikulum 2013.

Berikut ini adalah perumusan untuk statistic uji t

Keterangan :

(45)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

D : Jumlah skor kelompok I dan II

N : Jumlah pasangan skor

e. : membuat kesimpulan.

Penentuan formulasi hipotesisnya sebagai berikut :

i. Hₒ : Tidak ada perbedaan persepsi antara sekolah yang belum dan sudah

menerapkan kurikulum 2013

H1 : Ada perbedaan persepsi antara sekolah yang belum dan sudah menerapkan

kurikulum 2013

ii. Hₒ : Tidak ada perbedaan kreativitas guru antara sekolah yang belum dan

sudah menerapkan kurikulum 2013

H1 : Ada perbedaan kreativitas guru antara sekolah yang belum dan sudah

menerapkan kurikulum 2013

iii. Hₒ : Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa antara sekolah yang sudah

menerapkan kurikulum 2013 dan yang belum menerapkan kurikulum 2013

H1 : Ada perbedaan hasil belajar siswa antara sekolah yang sudah menerapkan

kurikulum 2013 dan yang belum menerapkan kurikulum 2013

Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika p-value lebih kecil dari α=5% terima

dalam hal lainnya.

a. Pra uji Perbandingan Persepsi guru IPA Antara Sekolah Yang Sudah

Menerapkan Kurikulum 2013 Dan Yang Belum Menerapkan Kurikulum

2013

Sebelum melakukan analisis dengan uji-t independen, asumsi yang harus

(46)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

(sekolah yang sudah dan belum menerapkan kurikulum 2013) menyebar secara

normal atau mengikuti distribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov

Normality Test.

Hipotesis uji kenormalan :

Ho : Data menyebar secara normal

H1 : Data tidak menyebar secara normal

α = 0,01

berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov dengan bantuan

SPSS 17.00

Tabel : 3.6

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

VAR00003

N 16

Normal Parametersa,,b Mean 66.8125

Std. Deviation 5.56440

Most Extreme Differences Absolute .129

Positive .112

Negative -.129

[image:46.612.113.407.493.667.2]
(47)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

Asymp. Sig. (2-tailed) .951

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diperoleh nilai sig-2tailed sebesar 0,951

lebih besar dari 0,05 sehingga data berdistribusi normal.

Selanjutnya, setelah uji normalitas dilakukan maka dilakukan uji homogenitas

variance. Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : Varians Homogen

H1 : Vaians tidak homogen

α = 0,05

Dari hasil uji homogenitas ragam kedua populasi, diperoleh nilai p-value =

0,516 (dapat dilihat pada tabel 4.2) sehingga karena p-value>0,05 maka H0 ditolak.

Artinya, diasumsikan bahwa ragam populasi dari kedua sampel homogen.

b. Pra uji Perbandingan Kreativitas Guru IPA Antara Sekolah Yang Sudah Menerapkan Kurikulum 2013 Dan Yang Belum Menerapkan Kurikulum 2013

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa sebelum

melakukan analisis dengan uji-t independen, asumsi yang harus dipenuhi adalah

asumsi kenormalan (Normality). Untuk menguji apakah kedua data (sebelum dan

sesudah menerapkan kurikulum 2013) menyebar secara normal atau mengikuti

(48)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

Hipotesis uji kenormalan :

Ho : Data menyebar secara normal

H1 : Data tidak menyebar secara normal

α = 0,01

berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov dengan bantuan

[image:48.612.114.422.304.490.2]

SPSS 17.00

Tabel: 3.7

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Studi Kreativitas

N 16

Normal Parametersa,,b Mean 33.2500

Std. Deviation 4.46414

Most Extreme Differences Absolute .147

Positive .147

Negative -.106

Kolmogorov-Smirnov Z .417

Asymp. Sig. (2-tailed) .995

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diperoleh nilai sig-2tailed sebesar 0,995

lebih besar dari 0,05 sehingga data berdistribusi normal.

Selanjutnya, setelah uji normalitas dilakukan maka dilakukan uji homogenitas

variance. Hipotesis yang akan diuji adalah :

(49)

Tanti Farianti, 2014

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

H1 : Varians tidak homogen α = 0,05

Dari hasil uji homogenitas ragam kedua populasi, diperoleh nilai p-value =

0,852 (dapat dilihat pada tabel 4.5) sehingga karena p-value>0,05 maka H0 ditolak.

Artinya, diasumsikan bahwa ragam populasi dari kedua sampel homogen.

c. Pra uji Perbandingan Hasil Belajar Siswa Antara Sekolah Yang Sudah

Menerapkan Kurikulum 2013 Dan Yang Belum Menerapkan Kurikulum

2013

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya bahwa sebelum

melakukan analisis dengan uji-t independen, asumsi yang harus dipenuhi adalah

asumsi kenormalan (Normality). Untuk menguji apakah kedua data (sebelum dan

sesudah menerapkan kurikulum 2013) menyebar secara normal atau mengikuti

distribusi normal, maka dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov Normality Test.

Hipotesis uji kenormalan :

Ho : Data menyebar secara normal

H1 : Data tidak menyebar secara normal

α = 0,01

berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan Kolmogorov Smirnov dengan bantuan

(50)

Tanti Farianti, 2014

[image:50.612.113.416.161.351.2]

Studi perbedaan persepsi dan kreatifitas guru ipa dalam pengembangan pembelajaran tematik

Tabel : 3.8

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Hasil belajar

N 33

Normal Parametersa,,b Mean 84.4052

Std. Deviation 3.75579

Most Extreme Differences Absolute .093

Positive .093

Negative -.066

Kolmogorov-Smirnov Z .536

Asymp. Sig. (2-tailed)

Gambar

Grafik Persentase Hasil Berdasarkan Kriteria Mata Pelajaran IPA
Tabel : 3.1 Objek Penelitian
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Studi Kreativitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji regresi ditemukan bahwa capital adequacy ratio, non performing loan, loan to deposit ratio, dana pihak ketiga, dan jumlah uang beredar secara parsial

Cara ini bukanlah cara satu-satunya karena sekarang sudah dikembangkan beberapa teknik yang lain untuk menghitung perkalian dua bilangan, seperti jarimatika dan

[r]

Semua kegiatan yang dilakukan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta telah mengundang simpati banyak pihak, bukan hanya dari warga Jakarta saja, melainkan juga dari

 SK Tim Pengembang Kurikulum ( Tim pengembang kurikulum satuan pendidikan terdiri atas tenaga pendidik, konselor, dan kepala sekolah sebagai ketua merangkap anggota. Dapat

Hasil penelitian ini memperlihatkan temuan bahwa imunoekspresi BRAF V600E pada adenokarsinoma kolorektal tidak berhubungan dengan terdapatnya metastasis ke kelenjar getah

Bandung : Humaniora Mulyasa E, (2008), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, suatu panduan praktis.. Bandung :

Dan metode yang kedua dengan Likert hasilnya juga menunjukkan bahwa rata-rata responden merasa PUAS artinya konsumen Kedai Minuman Quickly Tebet merasakan puas terhadap ketiga