DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA ... Error!
Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. A. Konsep Pendidikan Islam ... Error! Bookmark not defined. 1. Pengertian Pendidikan Islam ... Error! Bookmark not defined. 2. Tujuan Pendidikan Islam ... Error! Bookmark not defined. 3. Kurikulum Pendidikan Islam ... Error! Bookmark not defined. 4. Metode Pendidikan Islam ... Error! Bookmark not defined. 5. Lembaga Pendidikan Islam Ditinjau dari Aspek Penanggung Jawab
Error! Bookmark not defined.
vii
2. Member Check... Error! Bookmark not defined.
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Profil Daarut Tauhiid Sebagai Salah Satu Lembaga Pendidikan Islam
... Error! Bookmark not defined. 2. Perencanaan Pendidikan Islam bagi Lansia di Daarut Tauhiid
Bandung ... Error! Bookmark not defined. 3. Pelaksanaan Pendidikan Islam bagi Lansia di Daarut Tauhiid Bandung
Error! Bookmark not defined.
4. Hasil Pendidikan Islam bagi Lansia di Daarut Tauhiid Bandung Error!
Bookmark not defined.
B. Hasil Temuan dan Pembahasan ... Error! Bookmark not defined. 1. Analisis Profil Daarut Tauhiid Sebagai Lembaga Pendidikan Islam
Error! Bookmark not defined.
2. Analisis Perencanaan Pendidikan Islam bagi Landis di Daarut Tauhiid Bandung ... Error! Bookmark not defined. 3. Analisis Pelaksanaan Pendidikan Islam bagi Lansia di Daarut Tauhiid
Bandung ... Error! Bookmark not defined. 4. Analisis Hasil Pendidikan Islam bagi Lansia di Daarut Tauhiid
Bandung ... Error! Bookmark not defined. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... Error! Bookmark
not defined.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dalam bentuk
sebaik-baiknya. Ia diberi akal untuk senantiasa berfikir dan mengembangkan potensinya.
Sebagaimana Bukhari Umar (2010, hal. 19) menjelaskan bahwa Allah
menciptakan manusia bukan secara main-main, melainkan dengan suatu tujuan dan fungsi yaitu sebagai khalifah dan „abdullah. Untuk melaksanakan fungsi ini, Allah membekali manusia dengan seperangkat potensi. Dalam konteks ini
pendidikan Islam merupakan upaya yang ditujukan ke arah pengembangan potensi
yang dimiliki manusia, sehingga dapat bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan lingkungannya.
Menurut Ramayulis (2012, hal. 28) Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan, sebagaimana yang dikemukakan sebagai berikut :
“Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Bagaimanapun, kapanpun dan dimanapun manusia memerlukan pendidikan. Maka dalam pengertian umum, kehidupan manusia akan selalu ada aktivitas pendidikan di dalamnya. Sebab, pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan hidup manusia”.
Pendidikan, bukan diperuntukkan bagi anak-anak saja. Akantetapi,
pendidikan itu berlangsung seumur hidup manusia. Karena itu, sampai masa
dewasa pun belum berakhir pendidikan seseorang. Berakhirnya pendidikan
seseorang itu saat ia telah dijemput oleh Sang Penciptanya. Ini jelas senada
dengan makna kalimat yang terdapat dalam GBHN Tap MPR no. IV 1978,
tentang jangka pendidikan. Tiga diantara masa kehidupan terdapat dalam lingkup
masa dewasa : dewasa awal, setengah baya, dan masa tua (Mappiare, 1983, hal.
xi).
Islam tidak mengenal batas akhir dalam menempuh pendidikan. Hal tersebut
mengingat tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam adalah terbentuknya
akhl kul karīmaħ. Pembentukan itu membutuhkan rentang waktu yang panjang yaitu sepanjang hayat manusia. Konsep ini pula yang diterapkan dalam sistem
2
kewajiban untuk menerima pendidikan sepanjang hayatnya. Pendidikan sepanjang
hayat berarti bahwa pendidikan orang dewasa dan orang tua juga bisa menjalani
proses pendidikan (Umar, 2010, hal. 218).
Sejalan dengan hal tersebut, salah satu misi dari pendidikan Islam
menyatakan bahwa pendidikan Islam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
sepanjang hayat. Hal ini sejalan dengan hadits nabi Muhammad saw,
دحلَلا يلا دهملا نم ملعلا بلطا
Artinya : “Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga liang lahat” (Nata, 2010a, hal. 46).
Hadits tersebut mengandung isyarat tentang konsep belajar mengajar tidak hanya
terbatas pada ruang kelas saja, melainkan dimana saja dan dalam berbagai
kesempatan (Nata, 2010a, hal. 46).
Dengan adanya hal itu, dapat dipastikan bahwa semua orang mempunyai
kewajiban untuk menuntut ilmu. Begitupun dengan orang yang sudah lanjut usia
(lansia), ia juga berhak mendapatkan pendidikan terutama pendidikan Islam.
Dengan pendidikan Islam, para lansia bisa memperluas wawasan tentang
keagamaannya. Karena dengan adanya keyakinan keagamaan, dapat
menyebabkan pengaruh-pengaruh positif yang luar biasa dipandang dari
kemampuannya, mampu menciptakan kebahagiaan atau memperbaiki
hubungan-hubungan sosial, atau mengurangi, bahkan menghapuskan sama sekali
kesulitan-kesulitan yang tak terhindarkan di dalam sistem dunia ini (Nata, 2010b, hal. 38).
Bukan hanya wawasan saja, akan tetapi harus dipertajam dengan ibadah dan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti intisari dari semua
ibadah dalam Islam adalah mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Esa.
Beribadah kepada Allah tidak adalah fungsi dan tugas diciptakannya manusia.
Manusia telah diberi kelengkapan kemampuan jasmaniah dan rohaniah yang dapat
dikembangtumbuhkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya
guna dalam ikhtiar kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas pokok
kehidupannya di dunia (Arifin, 2009, hal. 141).
Adapun kewajiban manusia untuk mengikuti proses pendidikan Islam dapat
dipahami dari perintah-perintah Allah dan Rasul-Nya, diantaranya firman Allah
3
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam” (Q.S. li-„Imr n [3] : 102).*
Salah satu poin yang dapat dipetik dari ayat tersebut adalah orang beriman wajib
berusaha untuk bertakwa kepada Allah dan meningkatkan kepribadiannya
sepanjang hayat sehingga ia memiliki kepribadian muslim. Usaha tersebut
dilakukan dengan mengembangkan segenap potensi yang dimiliki, termasuk
didalamnya menuntut ilmu pengetahuan. Dengan adanya hal ini, jelas bahwa
Al-Qur` n dan hadīṡ pun mendorong manusia untuk selalu menambah pengetahuannya, walaupun seseorang itu sudah lanjut usia (Umar, 2010, hal. 128).
Salah satu lembaga pendidikan Islam adalah pesantren. Pesantren
mengemban beberapa peran, utamanya sebagai lembaga pendidikan. Jika ada
lembaga pendidikan Islam yang sekaligus juga memainkan peran sebagai lembaga
bimbingan keagamaan, keilmuan, kepelatihan, pengemban masyarakat, dan
sekaligus menjadi simpul budaya, maka itulah pondok pesantren. Biasanya
peran-peran itu tidak langsung terbentuk, melainkan melewati tahap demi tahap. Setelah
sukses sebagai lembaga pendidikan pesantren bisa pula menjadi lembaga
keilmuan, kepelatihan, dan pemberdayaan masyarakat. Keberhasilannya
membangun integrasi dengan masyarakat barulah memberinya mandat sebagai
lembaga bimbingan keagamaan dan simpul budaya (Nafi' dkk, 2007, hal. 11).
Pesantren Daarut Tauhiid adalah salah satu pesantren yang mewadahi para
lansia untuk mengikuti proses pendidikan Islam pada program pesantren masa
keemasan (PMK). Dengan adanya program tersebut, para lansia dapat
* Seluruh teks ayat al-Qur n dan terjemahnya dalam skripsi ini dikutip dari software al-Qur` n in
word yang divalidasi peneliti denganAl-Qur` n Tajwid dan Terjemahnya yang diterjemahkan oleh
4
mengemban ilmu kembali dan mendekatkan diri kepada Allah secara intensif.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa semakin manusia berkembang maka akan
semakin terlihat pula perubahan yang dirasakannya. Setiap tahun angka usia
manusia akan semakin bertambah. Akan tetapi, sisa hidup manusia akan semakin
berkurang. Oleh karena itu, manusia lanjut usia biasanya disebut dengan periode
penutup, yaitu periode dimana manusia harus siap untuk menghadapi kematian.
Saat bayi sampai dewasa, manusia akan merasakan pertumbuhan fisik yang sangat
pesat dan perkembangan yang progresif. Akan tetapi, ketika sudah menua maka
akan terjadi kemunduran fisik, kesehatan, mental dan sosial secara bertahap
(Jalaluddin, 2010, hal. 109).
Sebagaimana menurut Yusuf dan Sughandi (2011, hal. 114) menjelaskan
bahwa masa lanjut usia (lansia) ditandai dengan semakin melemahnya
kemampuan fisik dan psikis. Pada umumnya mereka mengalami penurunan
kemampuan dalam aspek pendengaran, penglihatan, daya ingat, cara berpikir dan
berinteraksi sosial. Pada usia ini pula, seseorang dimungkinkan akan mengalami
masa pikun, masa kembali ke usia anak-anak, yang bersifat dependent
(tergantung) kepada orang lain.
Para lansia juga mengalami berbagai gejala lainnya. Adapun gejala-gejala
yang dirasakan oleh lansia ini seperti, gerakan menjadi lamban dan kurang lincah,
pendengaran dan penglihatan berkurang, kemunduran kognitif seperti suka lupa,
dan tidak mudah menerima hal/ide baru. Dengan adanya gejala-gejala tersebut,
maka lansia pun harus mengetahui tugas perkembangannya (Maryam dkk, 2008,
hal. 32).
Dengan mengetahui tugas perkembangannya, para lansia diharapkan mampu
menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan dan kesehatan secara bertahap.
Ia harus bisa mencari kegiatan untuk mengganti tugas-tugas terdahulu. Pada
kenyataannya para lansia sering mengundurkan diri dari kegiatan sosial.
Disamping itu, sebagian besar orang berusia lanjut perlu mempersiapkan dan
menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan pasangan, perlu membangun
ikatan dengan anggota dari kelompok usia mereka untuk menghindari kesepian
5
Sebagaimana Erich Fromm (Jalaluddin, 2010, hal. 115) menjelaskan bahwa
manusia mencapai puncak perkembangan intelektualnya adalah di usia-usia muda.
Pada usia-usia seperti itu manusia merasa dirinya dapat mengadakan berbagai
perubahan berkreasi, sehingga kekhawatiran terhadap lingkungannya hampir tak
ada. Sebaliknya, penurunan dengan kondisi tubuh, terjadi berbagai kelemahan
fungsi-fungsi biologis, termasuk kemampuan akal. Seiring dengan ini, maka
muncul trauma historis manusia sebagai makhluk yang lemah. Trauma historis ini
mempengaruhi sikap dan rasa ketakberdayaan pada manusia usia lanjut. Kondisi
yang semakin menurun dan uzur di usia tua menyebabkan manula senantiasa
dibayang-bayangi oleh perasaan tak berdaya dalam menghadapi kematian.
Selain itu, hasil survey memberikan data bahwa para lansia mengalami
berbagai kesulitan dalam menerima materi. Telas jelas, bahwa hal itu disebabkan
karena pada masa lansia ini adanya berbagai kemunduran, seperti kemunduran
biologis, psikis dan sosial. Sebagaimana (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan,
2007, hal. 146) kelemahan yang dihadapi para lansia adalah sulitnya
menghubungkan materi yang telah diterima pada masa lalu dengan materi yang
baru diterimanya. Hal tersebut disebabkan karena menurunnya daya ingat usia
lanjut. Karena daya ingat yang semakin menurun, para lansia memerlukan waktu
yang lama untuk mengingat. Selain itu, ada faktor lain yang mempengaruhi proses
pembelajaran usia lanjut, seperti faktor fisiologis, faktor psikologis, faktor
lingkungan belajar dan faktor sistem penyajian.
Oleh karena itu, maka penulis merasa perlu untuk meneliti tentang pendidikan
Islam bagi lansia pada program pesantren masa keemasan (PMK) di Daarut
Tauhiid Bandung. Berdasarkan hasil survey menjelaskan bahwa PMK ini adalah
salah satu program unggulan Pesantren Daarut Tauhiid yang dilaksanakan selama
40 hari. Program ini dikhususkan bagi para lanjut usia yang ingin memperdalam
ilmu agama dan lebih mendekatkan diri kepada Allah agar bisa mencapai ḥusnul kh timaħ. Jadi, bukan hanya penyampaian materi saja, akan tetapi ada juga pembiasaan ibadah wajib ataupun sunnah.
Adanya pendidikan Islam bagi lansia di pesantren, merupakan gebrakan baru
yang harus didukung dan dikembangkan. Pendidikan lansia ini, arahnya bukan
6
Islam lansia ini isinya lebih kepada praktis agama, memecahkan permasalahan
keagamaan yang dihadapi oleh lansia, dan lain sebagainya. Selain itu, pendidikan
Islam ini menjadi penting dalam rangka memenuhi kebutuhan para lansia di usia
50 tahun sebagai upaya menambah wawasan keagamaan dan mendekatkan diri
kepada Allah dengan harapan bisa mencapai ḥusnul kh timaħ.
Dengan adanya hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti segala
kegiatan pendidikan Islam pada program “Pesantren Masa Keemasan” Daarut
Tauhiid. Sehingga judul yang diajukan dalam skripsi ini adalah “Model
Pendidikan Islam bagi Lansia di Daarut Tauhiid Bandung”.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasikan masalah
penelitian yaitu adanya kesulitan yang dihadapi para lansia saat menerima materi
pendidikan Islam karena berbagai kemunduran, seperti adanya kemunduran
biologis, psikis dan sosial. Dengan adanya hal tersebut, jelas bahwa pendidikan
bagi usia lanjut berbeda dengan pendidikan bagi anak-anak.
Dengan adanya hal tersebut, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah
bagaimana model pendidikan Islam bagi lansia di Daarut Tauhiid. Agar penelitian
ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka rincian
rumusan masalah tersebut adalah:
1. Bagaimana profil Daarut Tauhiid sebagai salah satu lembaga pendidikan
Islam?
2. Bagaimana perencanaan pendidikan Islam bagi lansia di Daarut Tauhid?
3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan Islam bagi lansia di Daarut Tauhid?
4. Bagaimana hasil pendidikan Islam bagi lansia di Daarut Tauhid?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan standar usaha yang dapat ditentukan, serta mengarahkan
usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai
tujuan-tujuan lain. Adapun tujuan-tujuan dari penelitian ini dapat dilihat dari dua sisi, yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
model pendidikan Islam bagi lansia di Daarut Tauhiid Bandung.
7
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan profil Daarut Tauhid sebagai salah satu lembaga
pendidikan Islam
b. Mendeskripsikan perencanaan kegiatan pendidikan Islam bagi di Daarut
Tauhiid
c. Mendeskripsikan pelaksanaan kegiatan pendidikan Islam di Daarut
Tauhiid
d. Mendeskripsikan hasil kegiatan pendidikan Islam bagi lansia di Daarut
Tauhiid
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Secara teoretis penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi berupa
data yang diperoleh tentang model pendidikan Islam bagi lansia di Daarut
Tauhiid Bandung
b. Menghasilkan model pendidikan Islam yang relevan untuk lanjut usia.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi civitas academika Universitas Pendidikan Indonesia, hasil penelitian
ini dapat menjadi bahan rujukan penelitian bagi peneliti lainnya
b. Bagi mahasiswa Ilmu Pendidikan Agama Islam, hasil penelitian ini dapat
menjadi perhatian akan pentingnya pendidikan Islam bagi lansia. Selain
itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran mahasiswa IPAI UPI di lingkungan masyarakat.
c. Bagi Daarut Tauhiid, hasil penelitian ini bisa menjadi bahan acuan dan
perbaikan dalam setiap kegiatan pendidikan Islam bagi lansia di Daarut
Tauhiid.
d. Bagi pembaca, dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan tentang
model pendidikan Islam bagi lansia. Selain itu, bisa menjadi rujukan bagi
para lansia yang ingin belajar agama pada waktu singkat namun intensif.
e. Bagi penyusun, penelitian ini merupakan bahan latihan dalam penulisan
karya ilmiah sekaligus menjadi acuan dan refleksi untuk mengetahui
8
E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penelitian ini, terdiri dari lima bab dan tiap bab terdiri dari beberapa
sub bab yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika
penyusunannya adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan
masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur
organisasi skripsi.
BAB II Kajian Teori, bab ini berisi penyajian beberapa teori tentang konsep
pendidikan Islam, lansia dan konsep pendidikan lansia.
BAB III Metode Penelitian, bab ini membahas tentang desain penelitian,
partisipan dan tempat penelitian, definisi operasional, pengumpulan
data dan analisis data
BAB IV Temuan dan Pembahasan, bab ini berisi tentang laporan penelitian
yang terdiri dari hasil temuan dan temuan serta pembahasan.
BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi, bab ini penulis memberikan
simpulan, implikasi dan rekomendasi, serta menyertakan lampiran
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model pendidikan
Islam bagi lansia di Daarut Tuahiid sudah cukup baik. Akan tetapi, masih ada
beberapa kekurangan yang perlu diperbaiki dan dikembangkan lebih baik lagi,
kegiatan dan proses pendidikan Islamnya. Selain itu, dapat disimpulkan pula
berdasarkan rumusan masalah khusus, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan hasil
pendidikan Islam bagi lansia di Daarut Tauhiid.
Daarut Tauhiid merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam yang
tersohor di kalangan masyarakat. Daarut tauhiid inilah yang membuka pendidikan
Islam nonformal. Selain itu, Daarut Tauhiid juga memfasilitasi pendidikan Islam
nonformal bagi para lansia yang ingin memperdalam ilmu agama kembali.
Perencanaan pendidikan Islam bagi lansia di Daarut Tauhiid dilaksanakan
setiap akhir taun sebelum dilaksanakannya rapat kerja. Dalam perencanaan akhir
taun, para pengurus merumuskan dan merancang kurikulum atau kerangka acuan
program pesantren masa keemasan dan membuat kalender pendidikan.
Sedangkan, untuk perencanaan setiap bulan para pengurus membuat kalender
akademik setiap angkatan, merancang kegiatan yang akan dilaksanakan,
menentukan materi dan pemateri yang berkompenten dibidangnya, menentukan
tempat kegiatan, dan lains sebagainya. Adapun rencana kegiatan PMK adalah
registrasi, ekspektasi dan tes Al-Qur`ān, masa orientasi, kegiatan belajar mengajar
(KBM), tafakkur alam, persiapan meraih akhir hidup bahagia (PMAHB), evaluasi
dan wisuda.
Selain itu, pelaksanaan pendidikan Islam di Daarut Tauhiid sudah terealisasi
dengan cukup baik, karena apa yang telah direncanakan dapat terealisasi dengan
cukup baik. Pada kegiatan belajar mengajar, metode yang digunakan adalah
ceramah, tanya jawab dan simulasi. Sedangkan media yang digunakan adalah
power point. Pada pelaksanaanya, para santri mencatat pokok-pokok penting dari
80
memberikan penguatan ingatan materi yang telah disampaikan dan para pengajar
pun selalu memberikan motivasi kepada para santri agar usaha dalam menambah
wawasan tentang agama selalu ditingkatkan.
Selain kegiatan di kelas, para santri juga merasakan suasana yang berbeda
yaitu kegiatan tafakkur alam. Kegiatan ini dilaksanakan agar para santri tidak
merasa jenuh, sehingga diberikan pula beberapa games ringan yang menarik dan
menyenangkan. Kegiatan yang paling menonjol dari pelaksanaan pendidikan
Islam ini adalah adanya pembiasaan. Suatu pembiasaan yang dimaksud seperti,
salat tahajjud, salat fardu berjamaah, salat ḍuḥã, salat rawatib, sedekah, dan
menanamkan nilai dan budaya Daarut Tauhiid. Ini merupakan bentuk dari latihan
dan pengamalan dari proses pendidikan Islam.
Adapun kegiatan lain yaitu persiapan menuju hari akhir bahagia (PMAHB).
Pada hari pertama, dilakukan muhasabah pada dini hari. Kegiatan ini, sangat
berkesan bagi para santri karena mampu menggugah ruhiyah mereka. Adapun
pada hari kedua, kegiatannya praktik pengurusan jenazah. Sedangkan untuk
kegiatan evaluasi, hanya menyebarkan angket yang berisi tentang kepuasaan para
santri terhadap materi, cara penyampaian, fasilitas dan lain sebagainya. Adapun
kegiatan yang terkahir adlaah wisuda. Pelaksanaan wisuda sangat mengharukan
karena para santri harus berpisah dan kembali ke rumahnya masing-masing.
Proses pendidikan, tidak hanya didapatkan dari kegiatan belajar mengajar saja.
Akan tetapi, didapatkan juga dari lingkungan sekitar dan pembiasaan khususnya.
Hasil pendidikan Islam di Daarut Tauhiid adalah adanya perubahan diri, baik
dari pengetahuan, akhlak ataupun keterampilan. Dalam segi pengetahun, para
santri merasa bahwa dengan mengikuti pendidikan Islam pada program PMK
bertambah ilmu agamanya, dan mengetahui pula tujuan dan manfaat dari setiap
amalan yang dilakukannya. Dalam segi akhlak, para santri merasa sangat terkesan
dan tergugah dengan adanya materi manajemen kalbu. Sehingga, menyadarkan
mereka agar senantiasa bersandar kepada Allah dan sedikit demi sedikit mengajak
agar mengikis penyakit hati seperti riya, dengki, iri dan lain sebagainya. Selain
itu, para santri bisa saling menghargai, menghormati antara satu dengan yang
81
dengan cukup baik sesuai dengan tingkatannya masing-masing dan bisa
mempraktikkan pengurusan jenazah.
Hasil lain yang dirasakan adalah adanya keinginan untuk selalu istiqamah
agar bisa mencapai ḥusnul khātimaħ. Kemudian, para santri juga merasa tenang
dan nyaman, terutama dalam hal ibadah. Selama 40 hari ini pula, para santri
merasakan kekeluargaan yang sangat erat antara satu dengan yang lainnya. Sesuai
dengan tujuan yang diharapkan, bahwa selama mengikuti pendidikan Islam pada
program PMK terbentuklah karakter baku (baik dan kuat). Karakter ini, terlihat
dari kegiatan santri selama mengikuti kegiatan. Secara umum, respon dan hasil
pendidikan Islam pada program PMK ini sangat baik, karena pada dasarnya
keinginan mereka untuk menambah ilmu agama sangat kuat.
B. Implikasi dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, maka penulis memiliki
beberapa rekomendasi, yaitu sebagai berikut :
1. Untuk Daarut Tauhiid khususnya Daarut Tarbiyah yang melaksanakan
program PMK:
a. Perlu membuat visi dan misi dari program PMK secara jelas dan
tertulis.
b. Metode yang digunakan sebaiknya lebih inovatif agar pembelajaran
lebih hidup dan metode tersebut disesuaikan pula dnegan kondisi para
santri PMK. Selain itu, ustāż ataupun ustāżaħ yang mengajar harus
mencari cara agar saat permbelajaran bisa mengurangi rasa ngantuk.
c. Modul yang dipakai sebaiknya disesuaikan dengan apa yang akan
disampaikan oleh ustāż atau ustāżaħ, sehingga perlu adanya
peningkatan koordinasi antara pengurus dengan para pengajar.
d. Kegiatan tafakkur alam sudah cukup baik dengan adanya beberapa
games ringan, akan tetapi dengan adanya proses KBM yang sama
halnya seperti di kelas terlihat sama saja. Dengan adanya hal tersebut,
maka kegiatan tafakkur alam harus di setting semenarik mungkin dan
82
2. Untuk Program Studi Ilmu Pendidikan Islam
a. Perlu adanya kajian khusus tentang pendidikan Islam bagi orang yang
sudah tua (lansia). Hal ini penting, agar lulusan IPAI bisa bermanfaat
di masyarakat maupun di lembaga-lemabaga yang mengadakan
program pesantren bagi lansia.
3. Untuk peneliti selanjutnya
a. Melakukan penelitian lebih mendalam untuk mengetahui model
pendidikan Islam pada program pesantren masa keemasan
b. Melakukan penelitian di luar lingkungan Daarut Tauhid, untuk
mengetahui lebih mendalam dari hasil pendidikan Islam bagi lansia
c. Menemukan referensi lain tentang pentingnya pendidikan Islam bagi