• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagai persyaratan mencapai Gelar Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh:

Nadia Athiyyah Rahman 1104518

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV

SEKOLAH DASAR

Oleh

Nadia Athiyyah Rahman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Nadia Athiyyah Rahman 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV SEKOLAH

DASAR

Nadia Athiyyah Rahman 1104518

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya aktivitas belajar siswa dalam kegiatan kelompok. Hal ini ditunjukkan dari kegiatan berkelompok yang masih saja didominasi oleh siswa yang unggul, dimana terlihat jelas bahwa siswa aktif akan semakin aktif dan siswa pasif akan semakin pasif. Aktivitas siswa ini sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, dimana hasil belajar siswa yang kurang aktif akan mempengaruhi atau belum memenuhi nilai KKM. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas belajar siswa-siswa kelas IV di salah satu sekolah dasar di Kota Bandung dan pengaruhnya terhadap hasil belajar. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas deskriptif. Pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan evaluasi. Penelitian dilakukan pada satu kelas dengan jumlah siswa 36 orang, namun aktivitas belajar siswa terfokus kepada 8 siswa yang dikategorikan yang memiliki aktivitas belajarnya kurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa dengan penerapan cooperative learning tipe STAD sudah meningkat. Pada siklus I aktivitas siswa yang hanya mencapai 15% dan pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan hingga mencapai 62,5%. Aktivitas belajar siswa juga berpengaruh terhadap hasil belajar. Pada siklus I rata- rata hasil belajar siswa hanya 60 dan pada siklus 2 meningkat menjadi 82,5. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran koperatif dengan metode STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Semakin meningkat aktivitas belajar siswa, akan meningkatkan hasil belajarnya juga.

(6)

ABSTRACT

APPLICATION COOPERATIVE LEARNING STAD TYPE TO IMPROVE STUDENT LEARNING ACTIVITIES IN ELEMENTARY SCHOOL

GRADE IV

Nadia Athiyyah Rahman 1104518

This study was motivated by the low activity of students in group activities. It is shown from group activities are still dominated by students who excel, where it is clear that active students will be more active and passive students will be more passive. The student activity greatly affect the outcome of learning, where learning outcomes of students who are less active will affect or not meet the KKM. The purpose of this study was to determine the learning activities of fourth grade students in one elementary school in the city of Bandung and its influence on learning outcomes. This study uses descriptive classroom action research. Collecting data through interviews, observation and evaluation. The study was conducted on a class with a number of students 36 people, but the students' learning activities focused on the eight students who were categorized as having less learning activity. The results showed that the students' learning activities with the implementation of cooperative learning STAD type has increased. In the first cycle of activity of students who only reached 15% and in the second cycle of learning activities of students has increased to reach 62.5%. Student learning activities also affect learning outcomes. In the first cycle the average student learning outcomes is only 60 and the second cycle increased to 82.5. Based on these results it can be concluded that cooperative learning STAD method can improve students' learning activities that affect the study results. Increasing student learning activities, will improve learning outcomes as well.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut, UU no. 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan SKiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadia, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran guna mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mencapai tujuan tersebut kita memerlukan paradigma atau petunjuk yang sesuai. Lie (2002, hlm.4) mendefinisikan bahwa paradigma atau petunjuk adalah suatu teori, preSKektif, atau kerangka berpikir yang menentukan bagaimana kita memandang, menginterpretasikan, dan memahami aspek-aspek kehidupan.

(8)

mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa, 4) Pendidikan adalah interaksi pribadi antara siswa dan interaksi antara guru dan siswa.

Dapat disimpulkan bahwa pembalajaran yang baik adalah pembelajaran aktif, yang merupakan payung bagi berbagai model pembelajaran yang berfokus kepada siswa sebagai penanggung jawab belajar. Adapun faktor faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar menurut Gagne dan Briggs (dalam Wahyuni AT, 2010), yaitu: 1) Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, 2) Menjelaskan tujuan intruksional, 3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa, 4) Memberikan stimulus, 5) Memberikan petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya, 6) Memunculkan aktivitas, pertisipasi siswa, 7) Memberi umpan bali, 8) Melakukan tagihan berupa tes, 9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.

Pada awalnya istilah pembelajaran aktif dipergunakan baik bagi pembelajaran aktif yang individual mandiri maupun pembelajaran aktif secara berkelompok (M.S warsono & Haryanto, hal 5). Pembelajaran aktif di Indonesia diperkenalkan melalui pendekatan CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif) yang secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu sistem pembelajaran yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan anatar ranah kognitif, afektif dan psikomotor. CBSA diperkenalkan pada tahun 1980-an dan pada tahun 2006 pembelajaran aktif berlanjut yaitu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSK. Dan kini pembelajaran aktif dilanjutkan dengan kurikulum 2013.

(9)

harus diterapkan, diantaranya: 1) saling ketergantungan positif, 2) tanggung jawab perseorangan, 3) tatap muka, 4) komunikasi antar anggota, 5) evaluasi proses kelompok.

Seperti yang ditemukan saat peneliti melakukan PLP pada sebuah kelas pada tingkatan ke- 4 salah satu sekolah dasar yang ada di Kota Bandung. Terlihat bahwa sekolah tersebut sudah mengaplikasikan kurikulum 2013 dalam pembelajaran di setiap kelasnya secara cooperative, namun keaktifan siswa dalam kegiatan berkelompok tersebut belum merata. Peneliti menemukan beberapa siswa yang dominan aktif dalam pembelajaran berkelompok. Ada pun kegiatan dimana salah satu anggota kelompoknya membagi-bagi soal. Ini sangat jauh sekali dari kata aktif dalam cooperative dan kolaborasi. Ini juga berpengaruh pada hasil belajar siswa di kelas 4 tersebut.

Ini bisa terjadi karena tipe cooperative yang dipakai belum sesuai. Berdasarkan salah satu tipe cooperative learning yang peneliti pelajari. Pembelajaran dengan tipe STAD memiliki sintak yanga menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling motivasi dan saling membantu dalam penguasaan materi. (aisyah I, 2009 hlm 20)

Maka dari pada kondisi yang terjadi diatas, peneliti berniat untuk meneliti mengenai: Penerapan Cooperative Lerning Tipe STAD Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Kelas 4 di Sekolah Dasar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas belajar siswa kelas IV sekolah dasar dengan penerapan cooperative learning tipe STAD?

(10)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah :

1. Mengetahui aktivitas belajar siswa kelas IV sekolah dasar dengan penerapan

cooperative learning tipe STAD.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan cooperative learning tipe STAD dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas kelas 4 Sekolah Dasar.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Manfaat Teoritis

Memberi masukan kepada semua pihak dalam dunia pendidikan, dalam variasi pembelajaran dan meningkatkan aktivitas siswa dengan cooperative learning tipe STAD.

2. Manfaat Praktis

a) Manfaat Bagi Penulis

1) Dengan penelitian ini, diharapkan penerapan cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sehingga pembelajaran lebih variatif dan menarik.

2) Penelitian ini diharapkan meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga tidak ada lagi siswa yang pasif.

b) Manfaat Bagi Siswa

Siswa dapat pengalaman belajar baru dengan model pembelajaran yang bervariatif dan diharapkan dapat memberikan peningkatan kualitas belajar menjadi lebih aktif dan hasil belajarnya.

c) Manfaat Bagi Sekolah

(11)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai yaitu metode penelitian tindakan kelas. Dikutip dari Madya (hlm 9, 2009) bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosal mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik – praktik mereka terhadap situasi tempat praktik-praktik dilakukan (Carr & Kemmis, 1986, juga dikutip oleh Kemmis & Mc Taggart, 1985:5-6) dan oleh Burns, 1999:30). Dikutip dari (perlindunganpardede.wordpress.com) McMillan dan Schumacher (2006:15) menyatakan PTK adalah metode pengkajian yang dilakukan praktisi untuk meneliti masalah-msalah yang berkembang.sedangkan Creswell (2008:597) menegaskan bahwa PTK adalah sebuah prosedur sistematis yang digunakan guru atau individu lain dalam konteks pendidikan untuk menjaring data kuantitatif dan kualitatif dalam rangka memperbaiki komponen-komponen pendidikan, seperti teknik pengajaran guru atau proses pembelajaran siswa.

Dari definisi diatas bahawa PTK merupakan metode penelitian tindakan yang dilakukan guru atau individu lain dalam konteks pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah secara kuantitaif dan kualitatif secara konvensional.

Adapun karakteristik PTK yang dikuti dari Parlin (2012) menurut Creswell (2008: 605-609) diantaranya:

a) PTK terfokus pada tujuan praktisi, dalam pengertian diarahkan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah aktual yang spesifik. b) PTK merupakan penelitian reflektik-mandiri atau kolaboratif. Dalam

(12)

c) PTK bersifat kloaboratif karena dilaksanakan oleh individu namun dengan bantuan orang lain.

d) PTK merupakan proses yang dinamis dan fleksibel yang melibatkan pengulangan-pengulangan aktivitas (sehingga membentuk pola SKiral).

e) PTK merupakan suatu rencana tindakan yang direncanakan secara sistematis.

f) PTK merupakan penelitian kebersamaan, dimana PTK biasanya mendistribusikannya laporan penelitiannya kepasa teman sejawat yang mungkin dapat memakai temuan tersebut.

B. Desain Penelitian

Gambar 2.1 Model SKiral PTK Kemmis dan Taggart

(13)

PTK adalah suatu proses yang berlangsung satu kali atau lebih, yang mana pada masing-masing siklus terdiri dari empat fase yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kemmis dan Mc Taggart (1998) mengilustrasikan secara Spiral. Dalam praktiknya model ini tidak boleh dilakukan secara kaku karena fase-fasenya dapat berlangsung secara tumpang tindih.

a) Perencanaan

Mengidentifikasi suatu masalah dan mengembangkan suatu rencana sebagai tindakan untuk memndapatkan solusi. Dalam perencanaannya peneliti harus mempertimbangkan strategi yang sesuai dan perbaikan yang mungkin dicapai

b) Tindakan

Tahap ini merupakan pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan. Pada fase ini fokus penelitian mengimplementasi rencana atau proses peningkatan keterampilan keterampilan. Peneliti juga bekerja sama dengan orang lain dimana kolaborator bertugas mengamati perubahan yang terjadi saat perencaan tersebut memecahkan masalah

c) Observasi

Fase ini merupakan proses pengumpulan data mengenai tingkat keberhasilan strategi yang dipakai dalam memecahkan masalah

d) Refleksi

Merupakan fase menganalisis data dan diskusi untuk menentukan sejauh mana data menunjukkan keberhasilan.

C. Lokasi Penelitian

(14)

Fasilitas yang dimiliki sekolah tersebut sangat bagus terdiri dari musola, wc murid dan wc guru, kantin yang bersig, uks, perpustakaan yang luas, lapangan dan ruang bermain yang cukup luas, dan kantor juga ruang guru yang cukup baik. Sekolah ini juga memiliki lahan parkir yang tidak mengganggu lahan bermain siswa.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah salah satu kelas pada tingkatan kelas 4. Kelas berada di pojokan, pencahayaan di kelas tersebut sangat bagus. Kelas sudah memiliki proyektor, fasilitas sangat lengkap di kelas tersebut. Di kelas ini terdiri dari 36 siswa yang mana 23 laki – laki dan 18 perempuan. Penerapan kurikulum 2013 yang menekankan pada cooperative learning. Seperti yang diketahui bahwa cooperative learning merupakan kegiatan secara berkelompok yang melibatkan kerjasama antara anggota pada masing-masing kelompoknya. Namun pada kenyataannya di lapangan cooperative laerning tidak berjalan dengan baik. Ini terlihat saat kegiatan pembelajaran berkelompok kooperative terlihat tugas yang dikerjakan hanya dikerjakan oleh satu orang yang bisa dikatakan dominan atau paling pintar, siswa yang lain yang kurang faham malah tidak diikut sertakan. Jadi pembelajaran menjadi tidak merata, interaksi antara siswa satu dengan yang lain sangat kurang. Siswa yang kurang malah akan tambah kurang dan yang aktif menjadi semakin aktif.

A. Teknik Pengumpulan Data

(15)

c) Tes

Merupakan alat secara tertulis berupa pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa secara pengetahuan, intelegensi atau bakat yang dimiliki.

d) Dokumentasi

Merupakan alat untuk perekam dalam bentuk gambar untuk mendokumentasikan kegiatan saat proses berlangsung.

E. Instrumen Penelitian

a) Lembar observasi

Lembar observasi dipakai sebagai alat untuk bukti data hasil lapangan yang dilakukan olebh observer atau kolaborator yang membantu melihat aktivitas dan peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IV sekolah dasar dengan penerapan cooperative learning tipe STAD

b) Evaluasi pembelajaran

Sebagai instrumen untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan cooperative learning tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV sekolah dasar.

F. Instrumen Pembelajaran

a) RPP

Sebagai instrumen untuk merancang kegiatan dalam pembelajran dari kegiatan awal hingga penutup. Didalamnya terdiri dari media yang akan dipakai saat pembelajarn berlangsung, materi yang akan diajarkan, alokasi waktu pembelajaran hingga penilaiannya. Yang sudah sesuai dengan sintak STAD.

(16)

Instrumen sebagai pendalaman materi siswa secara berkelompok. Instrumen ini digunakan dalam pembelajaran STAD ini sebagai salah satu kegiatan siswa dalam mendalami materi secara kelompok. Dimana siswa mengerjakan secara bersama-sama.

G. Prosedur Penelitian

a) Pada tahap awal peneliti membuat RPP sebagai rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat sesuai dengan tipe STAD

b) Dalam RPP peneliti membuat lembar kerja kelompok untuk dilakukan secara berkelompok setelah itu peneliti juga membuat lembar kerja siswa sebagai evaluasi hasil akhir pembelajaran

c) Sebelum pembelajaran dimulai peneliti membuat beberapa bintang sebagai reward bagi siswa yang tergolong kompak dan aktif dalam berkelompok dan akan mendapat hadiah pada akhir pembelajaran. d) Peneliti juga memberikan stimulus agar siswa menjadi lebih aktif

dalam pembelajaran berkelompok.

e) Peneliti menyiapkan lembar observasi yang akan dibantu oleh observer dalam mengisinya untuk melihat tingkatan aktivitas cooperative learning siswa.

f) LKS diberikan pada akhir pembelajaran untuk melihat apakah penerapan metode ini dalam meningkatkan aktivitas berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.

H. Keabsahan Data

B. Triangulasi merupakan teknik yang mencari pertemuan pada satu titik tengah informasi dari data yang terkumpul guna pengecekan dan

pembanding terhadap data yang telah ada.

 Triangulasi Sumber, Menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

(17)

 Triangulasi Teknik, Pengujian ini dilakukan dengan cara mngecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, misalnya dengan melakukan observasi, wawancara, atau dokumentasi.

 Triangulasi Waktu, Narasumber yang ditemui pada pertemuan awal dapat

(18)
(19)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Setelah mengumpulkan data pada penelitian yang dijelaskan di bab IV, dengan penerapan cooperative learning tipe STAD dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV sekolah dasar. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran di dalam kelas bukan hanya guru saja yang aktif dalam menyampaikan materi dan siswa hanya duduk diam, melihat dan mendengarkan atau disebut dengan. Pembelajaran yang baik ialah pembelajaran aktif yang berpusat pada siswa atau student center yang mengharuskan siswa learning by doing. Pembelajaran yang aktif itu dapat dilakukan secara mandiri atau individu maupun dengan berkelompok. Pembelajaran secara berkelompok mengharuskan siswa aktif dalam pembelajaran secara berkelompok namun tetap ada tanggung jawab secara individu. Siswa merasakan atau melakukan sehingga materi mudah terserap dengan baik. Tipe STAD yang peneliti terapkan dalam cooperative learning di kelas IV sekolah dasar membuat pembelajaran semakin baik dan meningkat.

(20)

B. SARAN

Dalam penelitian untuk lebih baik dalam meningkatkan aktivitas belajar

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, I (2009). Model cooperative learning STAD Untuk Meningkatkan Komunikasi Antar Anggota Melalui Pembelajarn IPS di kelas IV SD.

(SKRIPSI). Universitas Pendidikan Indonesia. Lie, A (2002). Cooperative learning, Jakarta: Grasindo

Raharjo & Solihatin, E. (2007). Cooperative learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: bumi Aksara

Wahyuni, A.T. (2010), Penerapan Model Jigsaw untuk Meningkatkan Keaktivan Siswa dalam Pembelajaran IPS Materi Perkembangan Teknologi Komunikasi

Kelas IV SD negeri 4 Cibodas (skripsi , Universitas Pendidikan Indonesia , 2010)

Warsono & Hariyanto. (2014). Pembelajran Aktif Teori dan Assesment. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Rintayati & sulistyo. (tanpa tahun). Artikel Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Berkarakter Cerdas Dengan Pendekatan Sains Teknologi. [Online]. Tersedia: (http: portal garuda/article.php?article=107825&val=4065)

Tanpa Nama. (2013). Model Pembelajaran STAD. [Online]. Tersedia: (https://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02/10/model-pembelajaran-tipe- stad/)

Tanpa Nama. (2012). Indikator dan \faktor-Faktor Keaktivan. [Online]. Tersedia:

(http://m4y-a5a.blogSKot.com/2012/09/indikator-dan-faktor-faktor-keaktifan.html)

Gambar

Gambar 2.1 Model SKiral PTK Kemmis dan Taggart

Referensi

Dokumen terkait

Delivery Hidangan adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman makanan, yang kegiatan operasionalnya saat ini menggunakan sebuah sarana informasi pemesanan

Modul terdiri dari tiga kategori yang dibagi menurut umur anak tersebut, selain itu dilengkapi juga dengan permainan yang terdiri dari tiga level yang dapat melatih ketangkasan

Pada Penulisan Ilmiah kali ini penulis mencoba membuat suatu aplikasi permainan yang bertujuan untuk mengasah dan menguatkan kemampuan mengingat dan berfikir. Pembuatan Aplikasi

Mendeskripsikan perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (numbered head together) dan media kartu budaya pada materi keragaman suku bangsa dan

4.1 Prevalensi Tindakan Alveolektomi Berdasarkan Jenis Kelamin Yang Dilakukan Di Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial RSGMP FKG USU Tahun 2011-2012 ....

Ketika penurunan nilai wajar atas aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual telah diakui secara langsung dalam pendapatan komprehensif lainnya

Selain harga lebih mudah, kek uatan signal jaringan hotspot lebih kuat dibandingkan paket data, karena tidak semua jenis paket data memiliki jangkauan luas

Yang menyatakan luas prisma persegi yang tingginya sama dengan panjang rusuk alasnya