No. Daftar FPIPS: 4326/UN.40.2.4/PL/2014
PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA
PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI
KECAMATAN KERUMUTAN
(studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Geografi
Oleh : Popi Delima Putri
NIM 1002009
DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA
PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI
KECAMATAN KERUMUTAN
(studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR)
Oleh: Popi Delima Putri
1002009
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada Pendidikan Geografi
© Popi Delima Putri, 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
POPI DELIMA PUTRI (1002009)
PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA
PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI
KECAMATAN KERUMUTAN
(studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR)
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
PEMBIMBING I
Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat., MT.
NIP. 19640603 198903 1 001
PEMBIMBING II
Bagja Waluya.,M.Pd
NIP. 197210242001121001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd
PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL
EKONOMIANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI
NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN
(Studikasuspadapetanikelapasawitpola PIR)
ABSTRAK
(Popi Delima Putri, 2014)
Petani kelapa sawit di Kecamatan Kerumutan dibedakan dalam kategori petani plasma dan petani non plasma. Tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan kondisi Sosial Ekonomi antara Petani Plasma dan Non Plasma. Metode penelitian dengan menggunakan deskriptif komparasi. Penarikan sampel secara Proportional sampling dengan jumlah95 petani Plasma dan 92 petani non plasma. Variabel bebas meliputi usia, pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan transportasi serta variabel terikat kondisi sosial ekonomi petani plasma dan petani non plasma. Perolehan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Analisis data menggunakan Independent – sampel T Test. Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis, diketahui bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat
perbedaan kondisi sosial ekonomi antara petani Plasma denganPetani Non Plasma.
THE COMPARISON OF THE CONDITION OF SOCIAL
ECONOMY BETWEEN PLASMA FARMERS AND NON
PLASMA FARMERS IN KERUMUTAN SUBDISTRICT
(a case study on oil palm farmers PIR pattern)
ABSTRACT (Popi Delima Putri, 2014)
Oil palm farmers in Kerumutan Subdistrict are compared based on the categorization of plasma farmers and non plasma farmers. This study is aimed to see the differences of the condition of social economy between Plasma Farmers and Non Plasma Farmers. Research methodology that is used is comparison descriptive or comparing. Determination of sample uses proportional sampling. This study involves 95 plasma farmers and 92 non plasma farmers as respondents. Research independent variable is based on age, income, education level, healthy, and transportation, while dependent variable is the condition of social economy of
plasma farmers’ and non plasma farmers welfare. The data is collected by using
interview, observation, and literature studies and then the data is analysed by using Independent – sampel T Test. According to the indicator that is used, the findings show H0 accepted and H1 ignored, it means that there is a significant
differences of the condition of social economy between plasma farmers and non plasma farmers.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iv
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Sejarah Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia ... 8
B. Pola Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans) ... 9
C. Petani Kelapa Sawit ... 10
D. Kondisi Sosial Ekonomi ... 13
E. Indikator Kesejahteraan ... 16
F. Penelitian Yang Relevan ... 21
G. Hipotesis ... 22
H. Alur Pemikiran ... 23
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 25
A. Lokasi Penelitian ... 25
B. Populasi Dan Sampel ... 28
1. Populasi ... 28
2. Sampel ... 28
C. Metode Penelitian... 30
E. Definisi Operasional... 32
F. Teknik Pengumpulan Data ... 33
G. Instrumen Penelitian... 35
H. Teknik Pengolahan Data ... 38
I. Analisis Data ... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Kondisi Fisik dan Sosial Daerah Penelitian ... 42
1. Kondisi Fisik ... 42
2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 58
a. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk ... 58
b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin (sex ratio) ... 59
c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 61
d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ... 63
B. Hasil ... 64
1. Kondisi sosial Ekonomi Petani Plasma ... 64
2. Kondisi sosial Ekonomi Petani Non Plasma ... 71
3. Perbedaan Tingkat Kesejahteraan Antara Petani Plasma dan petani Non Plasma... 79
a. Luas lahan ... 79
b. Produksi dan produktifitas ... 81
c. Budidaya ... 81
e. Karakteristik petani ... 87
f. Status kepemilikan lahan ... 89
g. Hasil usaha tani ... 91
h. Kelembagaan ... 93
C. Uji Hipotesis ... 94
D. Pembahasan ... 98
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 105
A. Kesimpulan ... 105
B. Rekomendasi ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 107
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Pendapatan Petani Perkebunan Tahun 2009 Dan 2010
... 2
Tabel 2.1. Fraksi Kematangan Buah ... 18
Tabel Terusan 2.1 Fraksi Kematangan Buah ... 19
Tabel 2.2 Hubungan Fraksi, Rendemen Dan Mutu Minyak ... 19
Tabel 2.3 Contoh Form Perhitungan Produksi Tahunan ... 20
Tabel 3.1 Variabel Bebas Dan Variabel Terikat ... 23
Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Tingkat Kesejahteraan Petani Plasma Dan Non Plasma Di Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan ... 57
Tabel 3.3.Tabel Interval Nilai Koefisien Dan Kekuatan Hubungan ... 71
Tabel 4.1 Nilai Q Dan Tipe Iklim Schmidt-Ferguson... 58
Tabel 4.2. Tabel Data Curah Hujan Daerah Penelitian ... 59
Tabel 4.3.Tabel Jumlah Bulan Basah, Bulanlembab, Bulan Kering Tahun 2004-2013 ... 60
Tabel 4.4.Tabel Curah Hujan Minimum Dan Curah Hujan Maksimum Tahun 2004-2013 ... 61
Tabel 4.5. Hubungan Nilai R Dengan Tipe Iklim Schmidt-Ferguson ... 61
Tabel 4.6. Penggunaan Lahan Kecamatan Kerumutan ... 67
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan, Jenis Kelamin, Dan Sex Ratio Kecamatan Kerumutan ... 71
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 72
Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Kecamatan Kerumutan, Jenis Kelamin, Dan Sex Ratio Tahun 2012 ... 73
Tabel 4.10 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan... 74
Tabel 4.12 Tingkat Umur Petani Plasma ... 76
Tabel 4.13 Pendapatan Petani Plasma ... 77
Tabel 4.14 Pendapatan Sampingan Petani Plasma ... 78
Tabel 4.15 Jumlah Tanggungan Petani Plasma... 79
Tabel 4.16 Tingkat Pendidikan Petani Plasma ... 80
Tabel 4.17 Pengalaman Usaha Tani Petani Plasma ... 81
Tabel 4.18 Tingkat Umur Petani Plasma ... 83
Tabel 4.19 Pendapatan Pokok Petani Non Plasma... 84
Tabel 4.20 Pekerjaan Sampingan Petani Non Plasma ... 85
Tabel 4.21 Pendapatan Sampingan Petani Non Plasma ... 86
Tabel 4.22 Jumlah Tanggungan Petani Non Plasma ... 87
Tabel 4.23 Tingkat Pendidikan Petani Non Plasma ... 88
Tabel 4.24 Pengalaman Usaha Tani Petani Non Plasma ... 89
Tabel 4.25 Perhitungan Perbandingan Luas Lahan Pekarangan Antara Kelompok Plasma Dengan Non Plasma ... 90
Tabel 4.26 Perbandingan Luas Lahan Pekarangan Antara Kelompok Plasma Dengan Non Plasma ... 91
Tabel 4.27 Perbandingan Produktivitas Antara Kelompok Plasma Dengan Non Plasma ... 91
Tabel 4.28 Umur Kelapa Sawit Perkebunan Plasma ... 92
Tabel 4.29 Tabel Populasi Tanaman ... 93
Tabel 4,30 Sumber Pengetahuan Tentang Perkebunan ... 94
Tabel 4.31 Keterlibatan Jumlah Tenaga Kerja Petani Plasma ... 95
Tabel 4.32 Perolehan Modal Petani Plasma Dan Petani Non Plasma ... 96
Tabel 4.33 Tingkat Umur Petani Plasma Dan Petani Non Plasma 97
Tabel 4.34 Pengalaman Usaha Tani Antara Petani Plasma Dengan Petani Non Plasma ... 98
Tabel 4.35 Status Kepemilikan Lahan Antara Kelompok Plasma Dengan Non Plasma ... 100
Tabel 3.37 Perbandingan Panen Petani Plasma Dengan Non
Plasma ... 102
Tabel 4.38 Perbandingan Pemasaran Petani Plasma Dengan
Petani Non Plasma ... 103
Tabel 4.39 Nama Koperasi Unit Desa Plasma Di Kecamatan
Kerumutan ... 103
Tabel 4.40 Perhitungan Untuk Uji Hipotesis Perbedaan Tingkat
Kesejahteraan Petani Plasma Dan Petani Non Plasma
(Pendapatan ... 104
Tabel 4.41 Perhitungan Uji Hipotesis Perbedaan Tingkat
Kesejahteraan Petani Plasma Dan Petani Non Plasma
(Pengeluaran) ... 105
Tabel 4.42 Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Antara
Kelompok Petani Plasma Dengan Kelompok Petani Non Plasma
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Skema Alur Pemikiran ... 24
Gambar 4.1 Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Kerumutan ... 43
Gambar 4.2 Peta Geologi ... 53
Gambar 4.4 Peta Vegetasi ... 57
Gambar 4.5 Diagram Jenjang Umur Petani Plasma ... 65
Gambar 4.6 Diagram Pendapatan Pokok Petani Plasma ... 66
Gambar 4.7 Diagram Jenis Pekerjaan Sampingan Petani Plasma... 66
Gambar 4.8 Diagram Pendapatan Sampingan Petani plasma ... 67
Gambar 4.9 Diagram Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Plasma ... 68
Gambar 4.10 Diagram Tingkat Pendidikan Petani Plasma ... 69
Gambar 4.11 Diagram Pengalaman Usaha tani Petani Plasma ... 70
Gambar 4.12 Diagram Pendapatan pokok Petani Non Plasma ... 74
Gambar 4.13 Diagram Pekerjaan Sampingan Petani Non Plasma ... 75
Gambar 4.14 Diagram Pendapatan Sampingan Petani Non plasma ... 76
Gambar 4.15 Diagram Jumlah Tanggungan Petani Non Plasma ... 77
Gambar 4.16 Diagram Tingkat pendidikan Petani Non Plasma ... 78
DAFTAR LAMPIRAN
Data responden petani plasma ... 110
Data responden petani non plasma ... 112
Hasil perhitungan uji statistika ... 115
Kondisi rumah petani plasma ... 122
Kondisi rumah petani non plasma ... 122
Kegiatan kelompok tani petani plasma ... 123
Petani non plasma melakukan kegiatan panen secara individu ... 123
Antrian kendaraan pengangkut Tandan Buah Segar Plasma ... 124
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Geografi menguraikan tentang litosfer, hidrosfer, antroposfer, dan biosfer. Di
dalam lingkup kajian geografi pula kita mengungkapkan gejala – gejala yang ada
dipermukaan bumi seperti lapisan ozon, air, udara, manusia dengan segala
aktifitasnya, serta hewan dan tumbuhan, mengkaji interaksi dan interelasi,
mengkaji persamaan dan perbedaan fenomena geosfer, serta mengkaji pemecahan
masalah geografi. Geografi menguraikan permukaan bumi, iklim, penduduk, flora,
fauna, serta hasil – hasil yang diperoleh dari bumi. Salah satu prinsip geografi
adalah adanya hubungan timbal balik antara gejala – gejala fisik dan sosial di
permukaan bumi.
Melihat dari prinsip geografi tentang interaksi, kebutuhan konsumsi minyak
kelapa sawit dunia yang sangat tinggi dan terus meningkat akan menyebabkan
pertumbuhan produktifitas kelapa sawit yang nantinya berimbas pada kehidupan
petani kelapa sawit. Maka dari itu unsur interaksi yang terjadi menyebabkan
pembangunan perkebunan kelapa sawit lebih diarahkan oleh pemerintah dalam
rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
dan sebagai sektor penghasil devisa bagi negara. Karena tanaman kelapa sawit
menyumbang 33 % minyak nabati dunia. Putra (dalam Goenadi, 2005, hlm.1)
mengemukakan bahwa Tanaman ini tidak hanya menghasilkan minyak kelapa
sawit tetapi juga terdapat produk turunannya yaitu minyak goreng, deterjen,
kosmetik, sabun, dan beberapa produk kimia seperti: fatty acid, fatty alkohol,
glycerine, metalic soap, stearic acid, methyl ester, dan stearin.
Dalam mengkaji persamaan dan perbedaan geosfer, “ karakteristik suatu wilayah sangat ditentukan oleh perbedaan fenomena tersebut” (Tika,2007,hlm7). Daerah Riau merupakan daerah tropis yang mempunyai banyak hutan hujan yang
cocok di alih fungsikan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit, selain itu kondisi
iklim, hidrologi, dan jenis tanah juga sangat mendukung untuk penanaman kelapa
khususnya pada subsektor perkebunan sebagai salah satu alternatif pembangunan
ekonomi pedesaan. Komoditi yang dikembangkan adalah kelapa sawit sebagai
komoditi utama. Beberapa alasan kenapa Pemerintah Daerah Riau mengutamakan
kelapa sawit, diantaranya : Pertama, dari segi fisik dan lingkungan keadaan
daerah Riau memungkinkan bagi pengembangan perkebunan kelapa sawit; Kedua,
kondisi tanah yang memungkinkan untuk ditanami kelapa sawit menghasilkan
produksi lebih tinggi dibandingkan daerah lain; Ketiga, dari segi pemasaran hasil
produksi daerah Riau mempunyai keuntungan, karena letaknya yang strategis
dengan pasar internasional yaitu Singapura; Keempat, daerah Riau merupakan
daerah pengembangan Indonesia Bagian Barat dengan dibukanya kerjasama
Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT) dan Indonesia
Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT), yang artinya terbuka peluang
pasar yang lebih menguntungkan; dan kelima, berdasarkan hasil yang telah
dicapai menunjukkan bahwa kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih
tinggi kepada petani dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya,
seperti yang ditunjukan oleh table 1.1 dibawah ini.
Tabel 1.1 Pendapatan Petani Perkebunan Tahun 2009 dan 2010 (Dalam Rupiah)
No Komoditi 2009 2010
1 Kelapa sawit 37.793.685 39.526.001
2 Karet 12.797.010 12.802.263
3 Kelapa 9.502.305 9.665.058
Rata-rata 20.031.000 20.664.441
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau, 2011
Pembangunan perkebunan kelapa sawit mempunyai dampak ganda
terhadap sosial ekonomi wilayah, terutama dalam menciptakan kesempatan dan
peluang kerja. Pembangunan perkebunan kelapa sawit ini telah memberikan
tetesan manfaat (trickle down effect), sehingga memperluas daya penyebaran
perkebunan kelapa sawit, semakin terasa dampaknya terhadap tenaga kerja yang
bekerja pada sektor perkebunan dan sektor turunannya.
Salah satu kabupaten di daerah Riau yang mengusahakan komoditi kelapa
sawit adalah Kabupaten Pelalawan. Menurut sumber Kajian Iventarisasi Potensi
Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009, Kabupaten Pelalawan
merupakan salah satu daerah pemekaran di Provinsi Riau tepatnya pemekaran dari
Kabupaten Kampar. Terletak di pesisir Timur Pulau Sumatera, dengan wilayah
daratan membentang di sepanjang bagian hilir Sungai Kampar, serta berdekatan
dengan Selat Malaka yang corak perekonomiannya agraris karena wilayah ini
beriklim tropis temperatur rata-rata 22°C – 32°C, kelembaban nisbi 80 - 88%, dan
curah hujan rata-rata 2.598 mm/tahun. Sebagian besar daratan wilayah Kabupaten
Pelalawan merupakan daratan rendah dan sebagian merupakan daerah perbukitan
yang bergelombang sehingga cocok untuk mengembangkan komoditi kelapa
sawit.
Berdasarkan lokasi Kabupaten Pelalawan terletak 48 km dari ibukota
provinsi. Namun demikian, dihubungkan oleh aksesibilitas yang tinggi, baik
melalui jalur darat atau jalur sungai sehingga banyak penduduk pendatang yang
tinggal di kabupaten ini. Mereka para pendatang umumnya berasal dari Pulau
Jawa dan Sumatera Barat. Kegiatan mata pencaharian para pendatang yang tinggal
di Kabupaten Pelalawan sebagian besar sebagai petani kelapa sawit selain ada
juga yang berprofesi sebagai pedagang, karyawan, dan pegawai pemerintah.
Perkembangan pada sektor perkebunan kelapa sawit pada mulanya
berkaitan dengan program pemerintah yang tercantum dalam Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1986 tentang pengembangan perkebunan
dengan pola perusahaan inti rakyat yang dikaitkan dengan program transmigrasi,
sebagai berikut:
Kerjasama dan koordinasi yang dimaksud adalah kerjasama dan
koordinasi yang dilakukan oleh berbagai macam kementrian yang terkait dalam
proyek PIR – Trans ini seperti Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional, Menteri Pertanian, Menteri Transmigrasi, Menteri Tenaga Kerja,
Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Kehutanan, Menteri Koperasi,
Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Tanaman Keras, Gubernur Bank
Indonesia, serta Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal yang pada waktu itu
menjabat dan melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1986.
Melalui pelaksanaan PIR-Trans petani berhak atas lahan kebun seluas 2
hektar dengan status lahan sertifikat hak milik (SHM). Pendapatan petani peserta
program PIR-Trans meningkat setiap bulannya. Biasanya, porsi penggunaan hasil
penjualan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit produksi kebun petani plasma
adalah: sebesar 30% untuk angsuran kredit, sebesar 20% disisihkan untuk biaya
perawatan tanaman, biaya produksi dan biaya perawatan jalan, sedangkan sisanya
sebesar 50% menjadi pendapatan bersih petani (Info Sawit,2010,hlm 23).
Terdapat tiga unsur dalam pelaksanaan PIR-Trans yang disebutkan dalam Intruksi
presiden tersebut, yaitu pemerintah, perusahaan inti, dan petani yang terdiri dari
transmigran, penduduk, dan peladang berpindah setempat.
Kecamatan Kerumutan yang merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten Pelalawan adalah wilayah pengembangan PIR. Selain itu juga banyak
terdapat perkebunan selain perkebunan PIR, yaitu perkebunan pribadi yang
diusahakan secara perorangan dengan membuka lahan pribadi. Maka dari itu
petani kelapa sawit di Kecamatan Kerumutan dibedakan dalam kategori petani
plasma dan petani non plasma.
Petani plasma adalah petani peserta proyek PIR – Trans yang tiap petani
mendapatkan kredit dari pemerintah dalam bentuk lahan sebesar 2,00 hektar yang
manajemen pengelolaan perkebunannya diatur oleh SOP perusahaan, dan
berkewajiban menjual Tandan Buah Segar (TBS) seluruhnya hanya kepada
perusahaan inti sebagai perusahaan yang membangun dan mengelola kebun
Sedangkan petani non plasma adalah petani diluar petani plasma dan tidak terikat
dengan jatah luas lahan karena pada dasarnya petani non plasma membuka lahan
perkebunan secara pribadi dengan membuka hutan. Manajemen pengelolaan
perkebunan oleh pribadi, sehingga bebas melakukan perawatan dan pemilihan
pupuk sesuai keinginan dan kemampuan pribadi, serta bebas memasarkan hasil
perkebunan kelapa sawit selain pada perusahaan inti dan umumnya bukan
merupakan peserta proyek PIR – Trans.
Terdapat persamaan antara petani plasma dengan petani non plasma dari
luas lahan yang relatif sama yaitu seluas 2 hektare, usia tanam yang relatif sama
yaitu pada usia produktif, jumlah pohon yang sama dalam satuan lahan yaitu
sekitar 240 sampai dengan 255 pohon, serta kemudahan mendapatkan pupuk yang
sama pula baik dengan sistem Kredit koperasi maupun membeli secara cash di
kios, dengan demikian Secara logika seharusnya produktifitas kelapa sawit akan
relatif sama, sehingga berpengaruh pada pendapatan yang nantinya akan
menciptakan kondisi sosial ekonomi yang tidak akan terdapat perbedaan kondisi
antara petani plasma dengan petani non plasma terkait aspek kepemilikan luas
lahan, produksi dan produktifitas, budidaya, dan input usaha tani,
Berdasar pada latar belakang masalah, maka perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kondisi sosial ekonomi antara petani
plasma dengan non plasma yang melakukan usaha tani perkebunan kelapa sawit di
Kecamatan Kerumutan dengan topografi dan iklim yang sama. Penelitian ini juga
akan memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah setempat dalam
mengeluarkan kebijakan, terutama kebijakan dalam bidang perekonomian
terhadap masyarakat daerah penelitian.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Melihat dari latar belakang penelitian yang telah penulis kemukakan,
penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang timbul di daerah penelitian yaitu
sebagai berikut :
1. Petani plasma dan non plasma akan berpotensi memiliki kesenjangan sosial
2. Berpotensi terjadinya degradasi lahan gambut yang disebabkan oleh
pemanfaatan lahan ke perkebunan kelapa sawit yang dikhawatirkan
berdampak besar terhadap kerusakan ekosistem hutan rawa gambut
Kerumutan karena beberapa bagian daerah Kerumutan merupakan hamparan
lahan gambut.
3. Illegal logging yang terjadi akibat pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit.
4. Banyaknya pendatang yang akan masuk ke daerah Kerumutan karena ingin
mengusahakan budidaya perkebunan kelapa sawit nantinya akan membuka
ruang timbulnya konflik antar budaya penduduk asli dengan pendatang.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pemikiran dari identifikasi masalah yang telah penulis
kemukakan, guna memperjelas dan membatasi kajian dalam pembahasannya
maka butir - butir permasalahan dirumuskan kedalam bentuk pertanyaan berikut
ini :
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi pada petani Plasma?
2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi pada petani Non Plasma?
3. Apakah terdapat perbedaan kondisi sosial ekonomi antara petani Plasma
dengan Non Plasma?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan dari
dilakukannya penelitian ini secara umum adalah untuk menambah wawasan
penulis dan masyarakat tentang suku dan adat istiadat di Kabupaten Pelalawan,
namun secara khusus sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi pada petani Plasma.
2. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi pada petani Non Plasma.
3. Menganalisis perbedaan kondisi sosial ekonomi antara petani Plasma dengan
Non Plasma.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sekiranya dapat bermanfaat luas kedepannya sebagai:
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat terkait pengambilan
2. Sebagai sumber data bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji masalah
tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan.
3. Sebagai bahan pengayaan dalam pembelajaran geografi kelas XI SMA pada
bab antroposfer, dan untuk pembelajaran yang terkait lainnya.
F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab II menguraikan berbagai teori yang terkait dengan permasalahan
yang dibahas, yang meliputi pengertian kelapa sawit, sejarah perkembangan
kelapa sawit di Indonesia, Perusahaan Inti rakyat Transmigrasi, parameter sosial
ekonomi, petani, indikator kesejahteraan, transmigrasi, serta penelitian yang
relevan.
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
Pada bab III menjelaskan mengenai banyak hal yang berkaitan dengan
kegiatan ataupun proses yang ditempuh dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan
hal tersebut, pada bab ini meliputi beberapa penjelasan mengenai lokasi
penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV membahas mengenai pengolahan atau analisis data untuk
menghasilkan penemuan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi petani
kelapa sawit di kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab V berupa penyajian dan pemaknaan peneliti terhadap hasil dari
25
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di Kecamatan Kerumutan, Kerumutan adalah
sebuah kecamatan di Kabupaten Pelalawan, provinsi Riau. Secara geografis
Kecamatan Kerumutan terletak di Timur Ibu Kota Kabupaten Pelalawan, dengan
Ibu Kota Kecamatan yang berkedudukan Di Kerumutan dan Kecamatan
Kerumutan Merupakan pemekaran dari Kecamatan Kuala Kampar yang letaknya
sangat strategis dan dapat ditempuh melalui daratan dan sungai, Kecamatan
Kerumutan dapat ditempuh dalam 2 jam perjalanan dari ibu kota kabupaten
Pelalawan. Menurut sumber Bappeda Kabupaten Pelalawan batas administratif
Kecamatan Kerumutan:
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bandar Petalangan
Sebalah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lirik Kabupaten
Indragiri Hulu
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Meranti
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pangkalan Lesung
Terdapat satu kelurahan dan sembilan Desa yang terdapat di Kecamatan
Kerumutan, yaitu meliputi Desa Banjar Panjang, Beringin Makmur, Bukit
Lembah Subur, Kerumutan, Pangkalan Panduk, Pangkalan Tampoi, Pematang
Tinggi, Lipai Bulan, Mak Teduh dan Tanjung Air Hitam. Namun lokasi yang
dijadikan area perkebunan kelapa sawit plasma adalah empat Desa yaitu Desa
Banjar Panjang, Desa Pematang Tinggi, Desa Bukit Lembah Subur dan Desa
Beringin Makmur. Sedangkan area perkebunan kelapa sawit non plasma berada
pada Desa Kerumutan,Mak Teduh, pangkalan panduk dan Pangkalan Tampoi.
peta lokasi penelitian untuk memperjelas lokasi penelitian dapat dilihat
dalam gambar 3.1 sedangkan lokasi persebaran perkebunan kelapa sawit dapat
Gambar 3.1
Gambar 3.1
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Sugiono (2007, hlm.61) populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Menambahkan menurut Hamid Darmadi (2013, hlm.48) wilayah generalisasi yang
terdiri dari objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya untuk
dijadikan sebagai sumber data dalam suatu penelitian.
Dalam penelitian ini populasi seluruh petani kelapa sawitPlasma dan Non
Plasma yang melakukan kegiatan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Kerumutan.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2010, hlm.174) mendefinisikan bahwa sampel merupakan
sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pabundu Tika (2005, hlm.24)
menambahkan mengenai pengertian dari sampel yaitu sebagian dari obyek atau
individu-individu yang mewakili suatu populasi. Sementara hamid Darmadi (2013,
hlm.50) mengemukakan bahwa sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Menurut Arikunto (2009) Proportional sampling adalah cara menentukan
anggota sampel dengan mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok yang ada
dalam populasi yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota subjek yang ada
di dalam masing-masing kelompok tersebut. Berikut ini teknik perhitungan
proporsional sampling berdasarkan jumlah sampel yang dibutuhkan.
Untuk menentukan jumlah dari responden setiap Desa, maka digunakan
perhitungan menggunakan Rumus Slovin seperti berikut:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
e = Tingkat kesalahan yang masih bisa ditolerir (10%) dan tingkat
Kepercayaan 90% dengan tingkat kesalahan 10%
Maka sampel petani plasma dari empat Desa tersebut dapat diperoleh sebagai berikut:
� = + 995995 % ² = 995
Sedangkan sampel petani Non Plasma dapat diperoleh sebagai berikut:
� = + % ²= + , ²= + , = , = Petani Non
Plasma
Apabila dijumlahkan maka dapat diperoleh jumlah keseluruhan sampel
sebagai berikut:
Jumlah = Jumlah Petani Plasma + jumlah Petani Non Plasma
95 + 92 = 187 Petani Plasma dan Non Plasma.
Maka untuk menentukan pengambilan sampel Petani Plasma dari tiap desa
dapat digunakan perhitungan sampel sebagai berikut:
Desa Bukit Lembah Subur = 5
Untuk menentukan pengambilan sampel petani Non Plasma dilakukan
C. Metode Penelitian
Menurut Hadi dalam Pabundu Tika (2005, hlm.2) menyatakan mengenai
pengertian dari metode penelitian adalah pelajaran yang memperbincangkan
metode-metode ilmiah untuk suatu penelitian. Sedangkan menurut Hamid Darmadi (2013,
hlm.90)metode penelitian merupakan bagian pokok dalam program penelitian yang di
dalamnya tercermin metode – metode apa yang akan digunakan oleh peneliti
mengenai pemilihan subjek penelitian (penentuan populasi dan sampel), teknik
sampling, pemilihan instrument pengumpul data dan pemilihan teknik analisis data.
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, maka diambil kesimpulan bahwa
metode penelitian dapat diartikan sebagai pelajaran yang menjelaskan tentang metode
ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan mengembangkan pengetahuan mengenai
penelitian yang dikaji. Metode yang dipakai untuk penelitian ini yaitu menggunakan
metode Deskriptif.
Nazir (2005, hlm.54) menjelaskan bahwa metode Deskriptif adalah:
Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, sutu set kondisi, suatu system peikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Menurut Tika (2005,hlm 4) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah “ lebih mengarah kepada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana
adanya dan mengungkap fakta – fakta yang ada, walaupun kadang – kadang diberikan interpretasi dan analisis”.
Penggunaan metode deskriptif ditujukan untuk penelitian ini didasarkan
terhadap langkah yang akan dilakukan dalam pengambilan sampel dari sebuah
populasi, kemudian mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menggambarkan secara
actual mengenai fakta - fakta dari kondisi sosial ekonomi antara petani Plasma
dengan Non Plasma yang dianggap memiliki perbedaan.
Kerlinger (1973) dalam Sugiyono (2009, hlm.3) mengartikan dari variabel
yaitu konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Dijelaskan bahwa variabel
menurut Kidder (1981) dalam Sugiyono (2009, hlm.3) menyatakan bahwa variabel
adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajarai dan menarik kesimpulan darinya.
Secara teoritis bahwa variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang,
atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang atau satu obyek dengan obyek
yang lainnya (Hatch dan Farhady, 1981 dalam Sugiyono, 2009, hlm.3). Variabel juga
dapat merupakan atribut dari bidang keilmuwan atau kegiatan tertentu. Sementara
Menurut Hamid Darmadi (2013, hlm.19) yang dimaksud variabel adalah suatu
atribut, sifat, aspek, dari manusia, gejala objek yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya.
Dalam penelitian ini ada dua variabel yang digunakan yaitu variabel bebas
dan terikat. Menurut Hamid Darmadi (2013, hlm.19) variabel bebas adalah variabel
yang menjadi sebab munculnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat karena
adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel bebas yang menjadi penyebab
dari timbulnya perbedaan adalah indikator kondisi sosial ekonomi Usia, Pendapatan,
Pendidikan, Kesehatan, dan transportasi. Menurut Hamid darmadi (2013, hlm.19) mengatakan “variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”. Dalam penelitian ini variabel
yang dipengaruhinya adalah kondisi sosial ekonomi petani Plasma dan Non Plasma.
Variabel bebas dan variabel terikat agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Variabel Bebas Variabel Terikat
5. transportasi Plasma
E. Definisi Operasinal
Penelitian ini diberi judul “Perbandingan Kesejahteraan Antara Petani Plasma
Dengan Non Plasma Di Kecamatan Kerumutan (Studi Kasus Pada Petani Kelapa
Sawit Pola PIR)” untuk menghindari kesalahpahaman dari penafsiran judul maka
penulis memberikan definisi operasional sebagai berikut:
1. Perbandingan Kondisi Sosial Ekonomi
Perbandingan adalah menjajarkan suatu hal guna mengetahui letak
perbedaan-perbedaan yang terdpat dalam suatu hal tersebut. Kondisi sosial ekonomi merupakan
salah satu faktor yang mendorong terhadap kesejahteraan dari masyarakat. Dalam
penelitian ini peneliti menjabarkan perbandingan kondisi sosial ekonomi dengan
mengambil dari dua pendapat Bintarto dan Singarimbun. Terdapat empat parameter
yang digunakan untuk mengukur kondisi sosial ekonomi petani plasma dan non
plasma serta membandingkannya. Parameter tersebut antara lain 1) Pendapatan 2)
pendidikan 3) kesehatan 4)transportasi.
2. Petani Plasma dan Non Plasma
Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah pertanian.
Menurut Anwas (1992, hlm.34) petani adalah orang yang melakukan cocok tanam
dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh
kehidupan dari kegiatan tersebut. Petani yang dijadikan sampel penelitian yaitu
petani yang mengusahakan perkebunan kelapa sawit pola PIR di Kecamatan
kerumutan Kabupaten Pelalawan. Petani plasma adalah petani peserta proyek PIR –
Trans masing – masing petani mendapatkan lahan sebesar 2,00 hektar yang
manajemen pengelolaan perkebunannya diatur oleh SOP perusahaan, dan
perusahaan inti sebagai perusahaan yang membangun dan mengelola kebun plasma.
Sedangkan petani non plasma adalah petani diluar petani plasma dan tidak terikat
dengan jatah luas lahan karena pada dasarnya petani non plasma membuka lahan
perkebunan secara pribadi dengan membuka hutan. Manajemen pengelolaan
perkebunan oleh pribadi, sehingga bebas melakukan perawatan dan pemilihan pupuk
sesuai keinginan dan kemampuan pribadi, serta bebas memasarkan hasil perkebunan
kelapa sawit selain pada perusahaan inti.
3. Kelapa Sawit Pola PIR
Pola Perkebunan Inti Rakyat, selanjutnya disingkat Pola PIR adalah pola
pelaksanaan pengembangan perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar
sebagai inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat di sekitarnya
sebagai plasma dalam suatu system kerjasama yang saling menguntungkan, utuh,
dan berkesinambungan.
Terdapat tiga unsur dalam pelaksanaan PIR-Trans yang disebutkan dalam
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1986 yaitu pemerintah,
perusahaan inti, dan petani yang terdiri dari transmigran, penduduk, dan peladang
berpindah setempat. Melalui pelaksanaan PIR-Trans petani berhak atas lahan kebun
seluas 2 hektar dengan status lahan sertifikat hak milik (SHM).
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini diperlukan banyak data. Data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang sangat erat kaitannya dengan tingkat
kesejahteraan petani kelapa sawit pola PIR. Data yang diperlukan tergolong kedalam
dua kategori data, yaitu data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui
beberapa teknik penelitian. Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Observasi
Menurut Pabundu Tika (2005, hlm.44)observasi adalah cara dan teknik
terhadap gejala atau fenomena yang ada pada obyek penelitian. Metode observasi
dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung.Observasi dilakukan oleh
peneliti dengan cara melihat langsung ke lapangan objek yang diteliti. Tujuan dari
metode observasi ini yaitu untuk mendapatkan data yang detail melalui pengamatan
dan penglihatan langsung di lapangan. Data yang di butuhkan adalah segala data yang
berkenaan dengan indicator kondisi sosial ekonomi petani plasma dan petani non
plasma. Observasi dilakukan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan.
2. Wawancara
Menurut Hamid Darmadi (2013, hlm.197) wawancara adalah pengadministrasian
angket secara lisan dan langsung terhadap masing – masing anggota sampel. Metode
wawancara dilihat dari jenisnya yang digunakan yaitu jenis wawancara berstruktur
yang dilakukan dengan mengunakan pedamoan wawancara yang telah di siapkan.Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan data dari setiap sampel sebagai berikut:
1. Luas lahan
2. Produksi dan Produktifitas
3. Budidaya
4. Input usaha tani
5. Karakteristik Petani
6. Status kepemilikan
7. Hasil usaha tani
8. Kelembagaan ( pembinaan / kebijakan
3. Studi Literatur/Kepustakaan
Pabundu Tika (2005, hlm.60) mendefiniskan bahwa data perpustakaan adalah
data yang diperoleh dari perpustakaan atau melalui penerbitan resmi suatu instansi
atau badan/yayasan. Data yang dimaksud dapat berupa buku-buku, artikel, jurnal,
laporan penelitian sebelumnya maupun dari sumber bacaan lainnya yang dapat
menekankan terhadap berbagai pustaka mengenai perkebunan kelapa sawit pola PIR,
tingkat kesejahteraan,serta petani plasma dan Non Plasma.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti
untuk melengkapi data-data yang telah didapatkan yang bersifat memperkuat dengan
berupa transkip data, peta-peta yang digunakan, inventarisasi penelitian yang telah
dilakukan, dokumentasi foto-foto di lapangan, data monografi wilayah
penelitian.Data yang dapat diambil melalui merode studi dokumentasi adalah:
a. Data Statistik Kependudukan Provinsi Riau
b. Data monografi kecamatan Kerumutan
c. Data Sumber Daya Alam Kabupaten Pelalawan
d. Data curah hujan Kecamatan Kerumutan
e. Peta rupa bumi lembar Riau
f. Peta penggunaan lahan Kecamatan kerumutan
G. Instrumen Penelitian
Pengertian instrumen penelitian menurut Sugiyono (2010, hlm.349) instrumen
penelitian merupakan suatu alat yang akan digunakan dalam mengkaji fenomena
alam maupun fenomena sosial obyek kajian yang akan diamati. Instrument yang
digunakan dalam pengukuran gejala - gejala sosial dan perilaku, selalu berupa
pertanyaan yang menggunakan kalimat yang disusun oleh peneliti dalam bentuk
kuesioner, interview, observasi. Penggunaan pertanyaan - pertanyaan yang diajukan
harus diinterpretasi sama oleh responden untuk menghindari interpretasi atau makna
berbeda dari responden yang akhirnya tidak sesuai dengan tujuan penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu berupa pedoman observasi serta pedoman
wawancara. Pedoman observasi digunakan untuk melihat karakteristik obyek di
lapangan seperti kondisi fasilitas hidup petani masyarakat asli dan petani transmigran.
ekonomi petani masyarakat asli dan petani transmigran. Adapun langkah – langkah
dalam penyusunan instrument penelitian adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan Instrumen
Sebuah penelitian akan menjadi efektif dan efisien penggunaan waktunya apabila
dilakukan dengan penggunaan sebuah instrumen. Sebelum terbentuknya sebuah
instrumen yang baku dan benar, maka harus dilakukannya penyusunan instrumen.
Penyusunan instrumen sangatlah penting, karena instrumen yang tersusun dengan
baik akan semakin membuat pencarian data dari responden semakin lancar dan
terstruktur rapi.
Langkah berikut dalam penyusunan instrumen yang dilakukan setelah
menentukan jenis dari instrumen penelitian yaitu membuat kisi-kisi dari instrumen.
Kisi-kisi instrumen penelitian melingkupi materi pertanyaan, jenis pertanyaan, jumlah
dari pertanyaan.
Kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan dari variabel yang telah ditentukan,
dijabarkan menjadi beberapa sub variabel dari penelitian sehingga menjadi sebuah
indikator dari penelitian. Untuk lebih mengetahui kisi-kisi dari instrumen yang
digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.
2. Pengumpulan dan Pengukuran Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan terhadap
pembuatan pedoman lapangan ataupun instrumen serta kuesioner yang telah dibuat
secara mendalam, terstruktur dan terukur.Terdapat beberapa pedoman penelitian yang
digunakan yaitu pedoman wawancara serta pedoman observasi.
Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data mengenai semua hal
yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi petani Plasma dengan Non Plasma
masyarakat asli dengan petani transmigran yang nantinya akan dapat diukur tingkat
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Kondisi Sosial Ekonomi Petani Plasma Dan Non Plasma Di
Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan
No Aspek dan Sub Aspek
Indikator Nomor Pertanyaan Sasaran
f. Pengendalian
Sumber : Penelitian 2014
H. Teknik Pengolahan Data
Berbagai data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, maka langkah selanjutnya
yaitu dianalisis sehingga tujuan dari penelitian ini akan tercapai. Pengolahan data
yang dimaksud yaitu mengubah data yang bersifat mentah atau kasar menjadi data
jadi atau data yang lebih halus yang akan lebih mempunyai makna yang dapat
penelitian ini dapat dilihat berbagai cara seperti yang akan dibahas
selanjutnya.Langkah-langkah yang dilakukan di dalam penelitian ini yaitu :
1. Editing
Sebelum data dianalisis, maka data tersebut diedit terlebih dahulu. Data-data
yang terkumpul dibaca kembali kemudian diperbaiki jika masih terdapat hal-hal yang
salah atau meragukan. Catatan pengamatan dipastikan harus lengkap dalam
pengertian semua kolom atau pertanyaan harus terjawab atau terisi.Peneliti
melakukan pekerjaan seperti memperjelas catatan, mengubah
kependekan-kependekan yang dirubah menjadi kata-kata atau kalimat-kalimat penuh, melihat
apakah data tersebut konsisten atau tidak, mengecek apakah instruksi dalam daftar
pertanyaan diikuti secara seksama oleh penjawab atau tidak, mengecek
pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak cocok. Jika terjadi penyimpangan-penyimpangan
tersebut maka peneliti mengumpulkan dan mengklasifikasikan data-data yang
bermasalah dalam satu kelompok.
2. Pengkodean
Menyusun dn mengelompokkan data sesuai dengan jenisnya agar dapat diketahui
apakah data tersebut bida dipakai ataupun tidak. Kemudian mengklasifikasikan
jawaban dari responden menurut macamnya, kemudian diberi kode berupa angka
menurut macam jawabannya untuk mempermudah, dan dilanjutkan dengan
penyekoran data.
3. Tabulasi
Data-data yang telah terkumpul dibuat ke dalam tabel-tabel, dalam proses
tabulasi peneliti memasukkan data ke dalam tabel dan mengatur angka-angka
sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori kemudian ditampilkan
dalam bentuk tabel.
4. Interpretasi Data
Langkah ini dilakukan dalam rangka mendeskripsikan data yang telah diperoleh
akhirnya di tabulasikan serta di analisis untuk memberikan gambaran terhadap data
atau informasi yang didapat dari para responden yang dijadikan sampel penelitian.
I. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan cara data yang telah dikumpulkan di ricek
kelengkapannya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
analisis sebagai berikut:
1) Analisis deskriptif, yaitu teknik analisis dengan maksud untuk
mendeskripsikan data - data hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan
analisis korelasi menggunakan software microsoft excel 2010. Analisis
korelasi yang dilakukan dengan menggunakan software microsoft excel
2010 memiliki ketentuan antara interval nilai koevisien dan kekuatan
hubungan, ketentuan tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.3 (tabel interval
nilai koefisien dan kekuatan hubungan) :
Tabel 3.3
Tabel Interval Nilai Koefisien dan Kekuatan Hubungan
No Interval Nilai Kekuatan Hubungan
1 KK = 0,00 Tidak ada
2 0,00<KK≤0,20 Sangat rendah atau lemah sekali
3 0,20<KK≤0,40 Rendah atau lemah tapi pasti
4 0,40<KK≤0,70 Cukup berarti atau sedang
5 0,70<KK≤0,90 Tinggi atau kuat
6 0,90<KK<1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan
7 KK=1,00 Sempurna
Sumber : Iqbal Hsan, 2004 : 44
Hasil dari analisis korelasi tersebut menghasilkan angka – angka
yang akan dideskripsikan dan dijabarkan dengan kalimat yng sesuai dengan
2) Analisis non parametris
Adapun analisis non parametris yang digunakan adalah Chi Kuadrat ()
yang merupakan teknik statistik yag digunakan untuk menguji hipotesis
bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana data
berbentuk nominal dan sampelnya besar.
3) Analisis statistik parametris, adapun analisis yang digunakan adalah
Independent – sampel T Test. karena datanya berbentuk interval atau rasio. Adapun rumus yang di gunakan adalah sebagai berikut:
= � − �
√� ²� +� ² � − √�� √��²
Keterangan :
x = Rata - rata sampel 1
x = Rata – rata sampel 2
S = simpangan baku sampel 1 S = simpangan baku sampel 2
² = varians sampel 1
² = varians sampel 2
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Qayuum. 2013. Cadangan Lahan Sawit Tersisa 2,8 Juta Hektare. http://sawit-indonesia.com/index.php/berita-terbaru/203-cadangn-lahan- sawit-tersisa-2-8-juta-hektare diakses pada 21 Mei 2013
Astriani, Yuni. 2012. Tingkst kesejahteraan pengrajin industri keramik di desa anjun kecamatan plered kabupaten purwakarta. Skripsi sarjana pada FPIPS UPI. Tidak diterbitkan
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Badan Keluarga Berencana Nasional .2008. Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana. Bandung.
Badan Pusat Statistik. 2005. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: BPS
Badan Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan. (2013). Pelalawan Dalam Angka. Pelalawan: BPS
BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Pekanbaru
Darmadi, Hamid. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta
Depdiknas. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
H-we. 2007. Luas Kebun PIR Riau Capai 900 Ribu Hektar. Riau Terkini. Kamis, 12 April 2007.
Info Sawit. 2010. Petani Kelapa Sawit Berbicara Fakta. Booklet Petani Plasma oleh GAPKI. Halaman 13
Kristian, David. 2007. Interaksi Desa Transmigrasi SP 6 Palembaja dengan Desa Sekitar di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Tesis Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah Mada
Monografi Kecamatan Kerumutan. 2013
Putra, Edi S Indra. (2011). Elan Vital Orang Banjar di Perantauan (studi kasus migrasi dan adaptasi orang Banjar di Kabupaten Indragiri Hilir Provnsi Riau). Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI
Risza, S. 1994. Kelapa Sawit: Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta
Republik Indonesia. 1986. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1986. Jakarta : Presiden RI
_______________. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Jakarta : Depertemen Perindustrian
_______________. 2007. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007. Jakarta : Departemen Pertanian
_______________. 2012. Buku Statistik Perkebunan Tahun 2008-2012 : Luas Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia. Jakarta : Kementrian Pertanian
_______________. 2012. Buku Statistik Perkebunan Tahun 2008-2012 : Produksi Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia.Jakarta : Kementrian Pertanian
_______________. 2012. Karet dan Kelapa Sawit Masih Menjadi Andalan Devisa Subsektor Perkebunan. Jakarta : Kementrian Pertanian http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/component/content/article/36- news/265-karet-dan-kelapa-sawit-masih-menjadi-andalan-devisa- subsektor-perkebunan.html diakses pada 24 Februari 2013
_______________. 2013. Potensi Kelapa Sawit di Riau. Jakarta : Badan
Koordinasi Penanaman Modal
http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/commodityarea.php? ic=2&ia=14 diakses pada 24 Februari 2013
Sugiyono. (2014). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sumaatmadja. (1988). Metode Penelitian Sosial. Bandung.
Sunarko, 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sistem Kemitraan. Jakarta. Agromedia Pustaka
Suprayogo. 2011. Potensi Kelapa Sawit Indonesia. Warta Ekspor. Edisi Juni 2011, halaman 4-6
Syahza, Almasdi. 2004. “Kelapa Sawit dan Kesejahteraan Petani di Pedesaan
Daerah Riau”. Jurnal Perspektif Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Vol 9 No 2, Desember, hal. 2
Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.
Junus Melalatoa, M.(1995) Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
Kamil Pasya, Gurniwan dkk. (2011). Studi Masyarakat Indonesia. Bandung : CV. Maulana Media Grafika