• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN: studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN: studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 4326/UN.40.2.4/PL/2014

PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA

PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI

KECAMATAN KERUMUTAN

(studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh : Popi Delima Putri

NIM 1002009

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA

PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI

KECAMATAN KERUMUTAN

(studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR)

Oleh: Popi Delima Putri

1002009

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

pada Pendidikan Geografi

© Popi Delima Putri, 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

POPI DELIMA PUTRI (1002009)

PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA

PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI

KECAMATAN KERUMUTAN

(studi kasus pada petani kelapa sawit pola PIR)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

PEMBIMBING I

Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat., MT.

NIP. 19640603 198903 1 001

PEMBIMBING II

Bagja Waluya.,M.Pd

NIP. 197210242001121001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd

(4)
(5)

PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL

EKONOMIANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI

NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN

(Studikasuspadapetanikelapasawitpola PIR)

ABSTRAK

(Popi Delima Putri, 2014)

Petani kelapa sawit di Kecamatan Kerumutan dibedakan dalam kategori petani plasma dan petani non plasma. Tujuan penelitian ini untuk melihat perbedaan kondisi Sosial Ekonomi antara Petani Plasma dan Non Plasma. Metode penelitian dengan menggunakan deskriptif komparasi. Penarikan sampel secara Proportional sampling dengan jumlah95 petani Plasma dan 92 petani non plasma. Variabel bebas meliputi usia, pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan transportasi serta variabel terikat kondisi sosial ekonomi petani plasma dan petani non plasma. Perolehan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Analisis data menggunakan Independent – sampel T Test. Sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis, diketahui bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat

perbedaan kondisi sosial ekonomi antara petani Plasma denganPetani Non Plasma.

(6)

THE COMPARISON OF THE CONDITION OF SOCIAL

ECONOMY BETWEEN PLASMA FARMERS AND NON

PLASMA FARMERS IN KERUMUTAN SUBDISTRICT

(a case study on oil palm farmers PIR pattern)

ABSTRACT (Popi Delima Putri, 2014)

Oil palm farmers in Kerumutan Subdistrict are compared based on the categorization of plasma farmers and non plasma farmers. This study is aimed to see the differences of the condition of social economy between Plasma Farmers and Non Plasma Farmers. Research methodology that is used is comparison descriptive or comparing. Determination of sample uses proportional sampling. This study involves 95 plasma farmers and 92 non plasma farmers as respondents. Research independent variable is based on age, income, education level, healthy, and transportation, while dependent variable is the condition of social economy of

plasma farmers’ and non plasma farmers welfare. The data is collected by using

interview, observation, and literature studies and then the data is analysed by using Independent – sampel T Test. According to the indicator that is used, the findings show H0 accepted and H1 ignored, it means that there is a significant

differences of the condition of social economy between plasma farmers and non plasma farmers.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Sejarah Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia ... 8

B. Pola Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Trans) ... 9

C. Petani Kelapa Sawit ... 10

D. Kondisi Sosial Ekonomi ... 13

E. Indikator Kesejahteraan ... 16

F. Penelitian Yang Relevan ... 21

G. Hipotesis ... 22

H. Alur Pemikiran ... 23

BAB III PROSEDUR PENELITIAN ... 25

A. Lokasi Penelitian ... 25

B. Populasi Dan Sampel ... 28

1. Populasi ... 28

2. Sampel ... 28

C. Metode Penelitian... 30

(8)

E. Definisi Operasional... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Instrumen Penelitian... 35

H. Teknik Pengolahan Data ... 38

I. Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Kondisi Fisik dan Sosial Daerah Penelitian ... 42

1. Kondisi Fisik ... 42

2. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 58

a. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk ... 58

b. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin (sex ratio) ... 59

c. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 61

d. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ... 63

B. Hasil ... 64

1. Kondisi sosial Ekonomi Petani Plasma ... 64

2. Kondisi sosial Ekonomi Petani Non Plasma ... 71

3. Perbedaan Tingkat Kesejahteraan Antara Petani Plasma dan petani Non Plasma... 79

a. Luas lahan ... 79

b. Produksi dan produktifitas ... 81

c. Budidaya ... 81

(9)

e. Karakteristik petani ... 87

f. Status kepemilikan lahan ... 89

g. Hasil usaha tani ... 91

h. Kelembagaan ... 93

C. Uji Hipotesis ... 94

D. Pembahasan ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Rekomendasi ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Pendapatan Petani Perkebunan Tahun 2009 Dan 2010

... 2

Tabel 2.1. Fraksi Kematangan Buah ... 18

Tabel Terusan 2.1 Fraksi Kematangan Buah ... 19

Tabel 2.2 Hubungan Fraksi, Rendemen Dan Mutu Minyak ... 19

Tabel 2.3 Contoh Form Perhitungan Produksi Tahunan ... 20

Tabel 3.1 Variabel Bebas Dan Variabel Terikat ... 23

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Tingkat Kesejahteraan Petani Plasma Dan Non Plasma Di Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan ... 57

Tabel 3.3.Tabel Interval Nilai Koefisien Dan Kekuatan Hubungan ... 71

Tabel 4.1 Nilai Q Dan Tipe Iklim Schmidt-Ferguson... 58

Tabel 4.2. Tabel Data Curah Hujan Daerah Penelitian ... 59

Tabel 4.3.Tabel Jumlah Bulan Basah, Bulanlembab, Bulan Kering Tahun 2004-2013 ... 60

Tabel 4.4.Tabel Curah Hujan Minimum Dan Curah Hujan Maksimum Tahun 2004-2013 ... 61

Tabel 4.5. Hubungan Nilai R Dengan Tipe Iklim Schmidt-Ferguson ... 61

Tabel 4.6. Penggunaan Lahan Kecamatan Kerumutan ... 67

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Desa/Kelurahan, Jenis Kelamin, Dan Sex Ratio Kecamatan Kerumutan ... 71

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 72

Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Kecamatan Kerumutan, Jenis Kelamin, Dan Sex Ratio Tahun 2012 ... 73

Tabel 4.10 Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan... 74

(11)

Tabel 4.12 Tingkat Umur Petani Plasma ... 76

Tabel 4.13 Pendapatan Petani Plasma ... 77

Tabel 4.14 Pendapatan Sampingan Petani Plasma ... 78

Tabel 4.15 Jumlah Tanggungan Petani Plasma... 79

Tabel 4.16 Tingkat Pendidikan Petani Plasma ... 80

Tabel 4.17 Pengalaman Usaha Tani Petani Plasma ... 81

Tabel 4.18 Tingkat Umur Petani Plasma ... 83

Tabel 4.19 Pendapatan Pokok Petani Non Plasma... 84

Tabel 4.20 Pekerjaan Sampingan Petani Non Plasma ... 85

Tabel 4.21 Pendapatan Sampingan Petani Non Plasma ... 86

Tabel 4.22 Jumlah Tanggungan Petani Non Plasma ... 87

Tabel 4.23 Tingkat Pendidikan Petani Non Plasma ... 88

Tabel 4.24 Pengalaman Usaha Tani Petani Non Plasma ... 89

Tabel 4.25 Perhitungan Perbandingan Luas Lahan Pekarangan Antara Kelompok Plasma Dengan Non Plasma ... 90

Tabel 4.26 Perbandingan Luas Lahan Pekarangan Antara Kelompok Plasma Dengan Non Plasma ... 91

Tabel 4.27 Perbandingan Produktivitas Antara Kelompok Plasma Dengan Non Plasma ... 91

Tabel 4.28 Umur Kelapa Sawit Perkebunan Plasma ... 92

Tabel 4.29 Tabel Populasi Tanaman ... 93

Tabel 4,30 Sumber Pengetahuan Tentang Perkebunan ... 94

Tabel 4.31 Keterlibatan Jumlah Tenaga Kerja Petani Plasma ... 95

Tabel 4.32 Perolehan Modal Petani Plasma Dan Petani Non Plasma ... 96

Tabel 4.33 Tingkat Umur Petani Plasma Dan Petani Non Plasma 97

Tabel 4.34 Pengalaman Usaha Tani Antara Petani Plasma Dengan Petani Non Plasma ... 98

Tabel 4.35 Status Kepemilikan Lahan Antara Kelompok Plasma Dengan Non Plasma ... 100

(12)

Tabel 3.37 Perbandingan Panen Petani Plasma Dengan Non

Plasma ... 102

Tabel 4.38 Perbandingan Pemasaran Petani Plasma Dengan

Petani Non Plasma ... 103

Tabel 4.39 Nama Koperasi Unit Desa Plasma Di Kecamatan

Kerumutan ... 103

Tabel 4.40 Perhitungan Untuk Uji Hipotesis Perbedaan Tingkat

Kesejahteraan Petani Plasma Dan Petani Non Plasma

(Pendapatan ... 104

Tabel 4.41 Perhitungan Uji Hipotesis Perbedaan Tingkat

Kesejahteraan Petani Plasma Dan Petani Non Plasma

(Pengeluaran) ... 105

Tabel 4.42 Perbandingan Tingkat Kesejahteraan Antara

Kelompok Petani Plasma Dengan Kelompok Petani Non Plasma

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.3 Skema Alur Pemikiran ... 24

Gambar 4.1 Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Kerumutan ... 43

Gambar 4.2 Peta Geologi ... 53

Gambar 4.4 Peta Vegetasi ... 57

Gambar 4.5 Diagram Jenjang Umur Petani Plasma ... 65

Gambar 4.6 Diagram Pendapatan Pokok Petani Plasma ... 66

Gambar 4.7 Diagram Jenis Pekerjaan Sampingan Petani Plasma... 66

Gambar 4.8 Diagram Pendapatan Sampingan Petani plasma ... 67

Gambar 4.9 Diagram Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Plasma ... 68

Gambar 4.10 Diagram Tingkat Pendidikan Petani Plasma ... 69

Gambar 4.11 Diagram Pengalaman Usaha tani Petani Plasma ... 70

Gambar 4.12 Diagram Pendapatan pokok Petani Non Plasma ... 74

Gambar 4.13 Diagram Pekerjaan Sampingan Petani Non Plasma ... 75

Gambar 4.14 Diagram Pendapatan Sampingan Petani Non plasma ... 76

Gambar 4.15 Diagram Jumlah Tanggungan Petani Non Plasma ... 77

Gambar 4.16 Diagram Tingkat pendidikan Petani Non Plasma ... 78

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Data responden petani plasma ... 110

Data responden petani non plasma ... 112

Hasil perhitungan uji statistika ... 115

Kondisi rumah petani plasma ... 122

Kondisi rumah petani non plasma ... 122

Kegiatan kelompok tani petani plasma ... 123

Petani non plasma melakukan kegiatan panen secara individu ... 123

Antrian kendaraan pengangkut Tandan Buah Segar Plasma ... 124

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Geografi menguraikan tentang litosfer, hidrosfer, antroposfer, dan biosfer. Di

dalam lingkup kajian geografi pula kita mengungkapkan gejala – gejala yang ada

dipermukaan bumi seperti lapisan ozon, air, udara, manusia dengan segala

aktifitasnya, serta hewan dan tumbuhan, mengkaji interaksi dan interelasi,

mengkaji persamaan dan perbedaan fenomena geosfer, serta mengkaji pemecahan

masalah geografi. Geografi menguraikan permukaan bumi, iklim, penduduk, flora,

fauna, serta hasil – hasil yang diperoleh dari bumi. Salah satu prinsip geografi

adalah adanya hubungan timbal balik antara gejala – gejala fisik dan sosial di

permukaan bumi.

Melihat dari prinsip geografi tentang interaksi, kebutuhan konsumsi minyak

kelapa sawit dunia yang sangat tinggi dan terus meningkat akan menyebabkan

pertumbuhan produktifitas kelapa sawit yang nantinya berimbas pada kehidupan

petani kelapa sawit. Maka dari itu unsur interaksi yang terjadi menyebabkan

pembangunan perkebunan kelapa sawit lebih diarahkan oleh pemerintah dalam

rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

dan sebagai sektor penghasil devisa bagi negara. Karena tanaman kelapa sawit

menyumbang 33 % minyak nabati dunia. Putra (dalam Goenadi, 2005, hlm.1)

mengemukakan bahwa Tanaman ini tidak hanya menghasilkan minyak kelapa

sawit tetapi juga terdapat produk turunannya yaitu minyak goreng, deterjen,

kosmetik, sabun, dan beberapa produk kimia seperti: fatty acid, fatty alkohol,

glycerine, metalic soap, stearic acid, methyl ester, dan stearin.

Dalam mengkaji persamaan dan perbedaan geosfer, “ karakteristik suatu wilayah sangat ditentukan oleh perbedaan fenomena tersebut” (Tika,2007,hlm7). Daerah Riau merupakan daerah tropis yang mempunyai banyak hutan hujan yang

cocok di alih fungsikan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit, selain itu kondisi

iklim, hidrologi, dan jenis tanah juga sangat mendukung untuk penanaman kelapa

(16)

khususnya pada subsektor perkebunan sebagai salah satu alternatif pembangunan

ekonomi pedesaan. Komoditi yang dikembangkan adalah kelapa sawit sebagai

komoditi utama. Beberapa alasan kenapa Pemerintah Daerah Riau mengutamakan

kelapa sawit, diantaranya : Pertama, dari segi fisik dan lingkungan keadaan

daerah Riau memungkinkan bagi pengembangan perkebunan kelapa sawit; Kedua,

kondisi tanah yang memungkinkan untuk ditanami kelapa sawit menghasilkan

produksi lebih tinggi dibandingkan daerah lain; Ketiga, dari segi pemasaran hasil

produksi daerah Riau mempunyai keuntungan, karena letaknya yang strategis

dengan pasar internasional yaitu Singapura; Keempat, daerah Riau merupakan

daerah pengembangan Indonesia Bagian Barat dengan dibukanya kerjasama

Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT) dan Indonesia

Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT-GT), yang artinya terbuka peluang

pasar yang lebih menguntungkan; dan kelima, berdasarkan hasil yang telah

dicapai menunjukkan bahwa kelapa sawit memberikan pendapatan yang lebih

tinggi kepada petani dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya,

seperti yang ditunjukan oleh table 1.1 dibawah ini.

Tabel 1.1 Pendapatan Petani Perkebunan Tahun 2009 dan 2010 (Dalam Rupiah)

No Komoditi 2009 2010

1 Kelapa sawit 37.793.685 39.526.001

2 Karet 12.797.010 12.802.263

3 Kelapa 9.502.305 9.665.058

Rata-rata 20.031.000 20.664.441

Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Riau, 2011

Pembangunan perkebunan kelapa sawit mempunyai dampak ganda

terhadap sosial ekonomi wilayah, terutama dalam menciptakan kesempatan dan

peluang kerja. Pembangunan perkebunan kelapa sawit ini telah memberikan

tetesan manfaat (trickle down effect), sehingga memperluas daya penyebaran

(17)

perkebunan kelapa sawit, semakin terasa dampaknya terhadap tenaga kerja yang

bekerja pada sektor perkebunan dan sektor turunannya.

Salah satu kabupaten di daerah Riau yang mengusahakan komoditi kelapa

sawit adalah Kabupaten Pelalawan. Menurut sumber Kajian Iventarisasi Potensi

Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009, Kabupaten Pelalawan

merupakan salah satu daerah pemekaran di Provinsi Riau tepatnya pemekaran dari

Kabupaten Kampar. Terletak di pesisir Timur Pulau Sumatera, dengan wilayah

daratan membentang di sepanjang bagian hilir Sungai Kampar, serta berdekatan

dengan Selat Malaka yang corak perekonomiannya agraris karena wilayah ini

beriklim tropis temperatur rata-rata 22°C – 32°C, kelembaban nisbi 80 - 88%, dan

curah hujan rata-rata 2.598 mm/tahun. Sebagian besar daratan wilayah Kabupaten

Pelalawan merupakan daratan rendah dan sebagian merupakan daerah perbukitan

yang bergelombang sehingga cocok untuk mengembangkan komoditi kelapa

sawit.

Berdasarkan lokasi Kabupaten Pelalawan terletak 48 km dari ibukota

provinsi. Namun demikian, dihubungkan oleh aksesibilitas yang tinggi, baik

melalui jalur darat atau jalur sungai sehingga banyak penduduk pendatang yang

tinggal di kabupaten ini. Mereka para pendatang umumnya berasal dari Pulau

Jawa dan Sumatera Barat. Kegiatan mata pencaharian para pendatang yang tinggal

di Kabupaten Pelalawan sebagian besar sebagai petani kelapa sawit selain ada

juga yang berprofesi sebagai pedagang, karyawan, dan pegawai pemerintah.

Perkembangan pada sektor perkebunan kelapa sawit pada mulanya

berkaitan dengan program pemerintah yang tercantum dalam Instruksi Presiden

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1986 tentang pengembangan perkebunan

dengan pola perusahaan inti rakyat yang dikaitkan dengan program transmigrasi,

sebagai berikut:

(18)

Kerjasama dan koordinasi yang dimaksud adalah kerjasama dan

koordinasi yang dilakukan oleh berbagai macam kementrian yang terkait dalam

proyek PIR – Trans ini seperti Menteri Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional, Menteri Pertanian, Menteri Transmigrasi, Menteri Tenaga Kerja,

Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, Menteri Kehutanan, Menteri Koperasi,

Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Tanaman Keras, Gubernur Bank

Indonesia, serta Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal yang pada waktu itu

menjabat dan melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan Instruksi Presiden

Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1986.

Melalui pelaksanaan PIR-Trans petani berhak atas lahan kebun seluas 2

hektar dengan status lahan sertifikat hak milik (SHM). Pendapatan petani peserta

program PIR-Trans meningkat setiap bulannya. Biasanya, porsi penggunaan hasil

penjualan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit produksi kebun petani plasma

adalah: sebesar 30% untuk angsuran kredit, sebesar 20% disisihkan untuk biaya

perawatan tanaman, biaya produksi dan biaya perawatan jalan, sedangkan sisanya

sebesar 50% menjadi pendapatan bersih petani (Info Sawit,2010,hlm 23).

Terdapat tiga unsur dalam pelaksanaan PIR-Trans yang disebutkan dalam Intruksi

presiden tersebut, yaitu pemerintah, perusahaan inti, dan petani yang terdiri dari

transmigran, penduduk, dan peladang berpindah setempat.

Kecamatan Kerumutan yang merupakan salah satu kecamatan di

Kabupaten Pelalawan adalah wilayah pengembangan PIR. Selain itu juga banyak

terdapat perkebunan selain perkebunan PIR, yaitu perkebunan pribadi yang

diusahakan secara perorangan dengan membuka lahan pribadi. Maka dari itu

petani kelapa sawit di Kecamatan Kerumutan dibedakan dalam kategori petani

plasma dan petani non plasma.

Petani plasma adalah petani peserta proyek PIR – Trans yang tiap petani

mendapatkan kredit dari pemerintah dalam bentuk lahan sebesar 2,00 hektar yang

manajemen pengelolaan perkebunannya diatur oleh SOP perusahaan, dan

berkewajiban menjual Tandan Buah Segar (TBS) seluruhnya hanya kepada

perusahaan inti sebagai perusahaan yang membangun dan mengelola kebun

(19)

Sedangkan petani non plasma adalah petani diluar petani plasma dan tidak terikat

dengan jatah luas lahan karena pada dasarnya petani non plasma membuka lahan

perkebunan secara pribadi dengan membuka hutan. Manajemen pengelolaan

perkebunan oleh pribadi, sehingga bebas melakukan perawatan dan pemilihan

pupuk sesuai keinginan dan kemampuan pribadi, serta bebas memasarkan hasil

perkebunan kelapa sawit selain pada perusahaan inti dan umumnya bukan

merupakan peserta proyek PIR – Trans.

Terdapat persamaan antara petani plasma dengan petani non plasma dari

luas lahan yang relatif sama yaitu seluas 2 hektare, usia tanam yang relatif sama

yaitu pada usia produktif, jumlah pohon yang sama dalam satuan lahan yaitu

sekitar 240 sampai dengan 255 pohon, serta kemudahan mendapatkan pupuk yang

sama pula baik dengan sistem Kredit koperasi maupun membeli secara cash di

kios, dengan demikian Secara logika seharusnya produktifitas kelapa sawit akan

relatif sama, sehingga berpengaruh pada pendapatan yang nantinya akan

menciptakan kondisi sosial ekonomi yang tidak akan terdapat perbedaan kondisi

antara petani plasma dengan petani non plasma terkait aspek kepemilikan luas

lahan, produksi dan produktifitas, budidaya, dan input usaha tani,

Berdasar pada latar belakang masalah, maka perlu dilakukan penelitian

untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kondisi sosial ekonomi antara petani

plasma dengan non plasma yang melakukan usaha tani perkebunan kelapa sawit di

Kecamatan Kerumutan dengan topografi dan iklim yang sama. Penelitian ini juga

akan memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah setempat dalam

mengeluarkan kebijakan, terutama kebijakan dalam bidang perekonomian

terhadap masyarakat daerah penelitian.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Melihat dari latar belakang penelitian yang telah penulis kemukakan,

penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang timbul di daerah penelitian yaitu

sebagai berikut :

1. Petani plasma dan non plasma akan berpotensi memiliki kesenjangan sosial

(20)

2. Berpotensi terjadinya degradasi lahan gambut yang disebabkan oleh

pemanfaatan lahan ke perkebunan kelapa sawit yang dikhawatirkan

berdampak besar terhadap kerusakan ekosistem hutan rawa gambut

Kerumutan karena beberapa bagian daerah Kerumutan merupakan hamparan

lahan gambut.

3. Illegal logging yang terjadi akibat pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit.

4. Banyaknya pendatang yang akan masuk ke daerah Kerumutan karena ingin

mengusahakan budidaya perkebunan kelapa sawit nantinya akan membuka

ruang timbulnya konflik antar budaya penduduk asli dengan pendatang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pemikiran dari identifikasi masalah yang telah penulis

kemukakan, guna memperjelas dan membatasi kajian dalam pembahasannya

maka butir - butir permasalahan dirumuskan kedalam bentuk pertanyaan berikut

ini :

1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi pada petani Plasma?

2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi pada petani Non Plasma?

3. Apakah terdapat perbedaan kondisi sosial ekonomi antara petani Plasma

dengan Non Plasma?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, adapun tujuan dari

dilakukannya penelitian ini secara umum adalah untuk menambah wawasan

penulis dan masyarakat tentang suku dan adat istiadat di Kabupaten Pelalawan,

namun secara khusus sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi pada petani Plasma.

2. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi pada petani Non Plasma.

3. Menganalisis perbedaan kondisi sosial ekonomi antara petani Plasma dengan

Non Plasma.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini sekiranya dapat bermanfaat luas kedepannya sebagai:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat terkait pengambilan

(21)

2. Sebagai sumber data bagi peneliti selanjutnya dalam mengkaji masalah

tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan.

3. Sebagai bahan pengayaan dalam pembelajaran geografi kelas XI SMA pada

bab antroposfer, dan untuk pembelajaran yang terkait lainnya.

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I menguraikan mengenai latar belakang penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II menguraikan berbagai teori yang terkait dengan permasalahan

yang dibahas, yang meliputi pengertian kelapa sawit, sejarah perkembangan

kelapa sawit di Indonesia, Perusahaan Inti rakyat Transmigrasi, parameter sosial

ekonomi, petani, indikator kesejahteraan, transmigrasi, serta penelitian yang

relevan.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Pada bab III menjelaskan mengenai banyak hal yang berkaitan dengan

kegiatan ataupun proses yang ditempuh dalam suatu penelitian. Kaitannya dengan

hal tersebut, pada bab ini meliputi beberapa penjelasan mengenai lokasi

penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, teknik

pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV membahas mengenai pengolahan atau analisis data untuk

menghasilkan penemuan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi petani

kelapa sawit di kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab V berupa penyajian dan pemaknaan peneliti terhadap hasil dari

(22)

25

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kecamatan Kerumutan, Kerumutan adalah

sebuah kecamatan di Kabupaten Pelalawan, provinsi Riau. Secara geografis

Kecamatan Kerumutan terletak di Timur Ibu Kota Kabupaten Pelalawan, dengan

Ibu Kota Kecamatan yang berkedudukan Di Kerumutan dan Kecamatan

Kerumutan Merupakan pemekaran dari Kecamatan Kuala Kampar yang letaknya

sangat strategis dan dapat ditempuh melalui daratan dan sungai, Kecamatan

Kerumutan dapat ditempuh dalam 2 jam perjalanan dari ibu kota kabupaten

Pelalawan. Menurut sumber Bappeda Kabupaten Pelalawan batas administratif

Kecamatan Kerumutan:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bandar Petalangan

 Sebalah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lirik Kabupaten

Indragiri Hulu

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Teluk Meranti

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pangkalan Lesung

Terdapat satu kelurahan dan sembilan Desa yang terdapat di Kecamatan

Kerumutan, yaitu meliputi Desa Banjar Panjang, Beringin Makmur, Bukit

Lembah Subur, Kerumutan, Pangkalan Panduk, Pangkalan Tampoi, Pematang

Tinggi, Lipai Bulan, Mak Teduh dan Tanjung Air Hitam. Namun lokasi yang

dijadikan area perkebunan kelapa sawit plasma adalah empat Desa yaitu Desa

Banjar Panjang, Desa Pematang Tinggi, Desa Bukit Lembah Subur dan Desa

Beringin Makmur. Sedangkan area perkebunan kelapa sawit non plasma berada

pada Desa Kerumutan,Mak Teduh, pangkalan panduk dan Pangkalan Tampoi.

peta lokasi penelitian untuk memperjelas lokasi penelitian dapat dilihat

dalam gambar 3.1 sedangkan lokasi persebaran perkebunan kelapa sawit dapat

(23)

Gambar 3.1

(24)

Gambar 3.1

(25)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiono (2007, hlm.61) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas: obyek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menambahkan menurut Hamid Darmadi (2013, hlm.48) wilayah generalisasi yang

terdiri dari objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti guna dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya untuk

dijadikan sebagai sumber data dalam suatu penelitian.

Dalam penelitian ini populasi seluruh petani kelapa sawitPlasma dan Non

Plasma yang melakukan kegiatan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Kerumutan.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2010, hlm.174) mendefinisikan bahwa sampel merupakan

sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pabundu Tika (2005, hlm.24)

menambahkan mengenai pengertian dari sampel yaitu sebagian dari obyek atau

individu-individu yang mewakili suatu populasi. Sementara hamid Darmadi (2013,

hlm.50) mengemukakan bahwa sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Menurut Arikunto (2009) Proportional sampling adalah cara menentukan

anggota sampel dengan mengambil wakil-wakil dari tiap-tiap kelompok yang ada

dalam populasi yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah anggota subjek yang ada

di dalam masing-masing kelompok tersebut. Berikut ini teknik perhitungan

proporsional sampling berdasarkan jumlah sampel yang dibutuhkan.

Untuk menentukan jumlah dari responden setiap Desa, maka digunakan

perhitungan menggunakan Rumus Slovin seperti berikut:

(26)

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Tingkat kesalahan yang masih bisa ditolerir (10%) dan tingkat

Kepercayaan 90% dengan tingkat kesalahan 10%

Maka sampel petani plasma dari empat Desa tersebut dapat diperoleh sebagai berikut:

� = + 995995 % ² = 995

Sedangkan sampel petani Non Plasma dapat diperoleh sebagai berikut:

� = + % ²= + , ²= + , = , = Petani Non

Plasma

Apabila dijumlahkan maka dapat diperoleh jumlah keseluruhan sampel

sebagai berikut:

Jumlah = Jumlah Petani Plasma + jumlah Petani Non Plasma

95 + 92 = 187 Petani Plasma dan Non Plasma.

Maka untuk menentukan pengambilan sampel Petani Plasma dari tiap desa

dapat digunakan perhitungan sampel sebagai berikut:

 Desa Bukit Lembah Subur = 5

Untuk menentukan pengambilan sampel petani Non Plasma dilakukan

(27)

C. Metode Penelitian

Menurut Hadi dalam Pabundu Tika (2005, hlm.2) menyatakan mengenai

pengertian dari metode penelitian adalah pelajaran yang memperbincangkan

metode-metode ilmiah untuk suatu penelitian. Sedangkan menurut Hamid Darmadi (2013,

hlm.90)metode penelitian merupakan bagian pokok dalam program penelitian yang di

dalamnya tercermin metode – metode apa yang akan digunakan oleh peneliti

mengenai pemilihan subjek penelitian (penentuan populasi dan sampel), teknik

sampling, pemilihan instrument pengumpul data dan pemilihan teknik analisis data.

Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas, maka diambil kesimpulan bahwa

metode penelitian dapat diartikan sebagai pelajaran yang menjelaskan tentang metode

ilmiah untuk mengkaji kebenaran dan mengembangkan pengetahuan mengenai

penelitian yang dikaji. Metode yang dipakai untuk penelitian ini yaitu menggunakan

metode Deskriptif.

Nazir (2005, hlm.54) menjelaskan bahwa metode Deskriptif adalah:

Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, sutu set kondisi, suatu system peikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Menurut Tika (2005,hlm 4) menjelaskan bahwa penelitian deskriptif adalah “ lebih mengarah kepada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana

adanya dan mengungkap fakta – fakta yang ada, walaupun kadang – kadang diberikan interpretasi dan analisis”.

Penggunaan metode deskriptif ditujukan untuk penelitian ini didasarkan

terhadap langkah yang akan dilakukan dalam pengambilan sampel dari sebuah

populasi, kemudian mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menggambarkan secara

actual mengenai fakta - fakta dari kondisi sosial ekonomi antara petani Plasma

dengan Non Plasma yang dianggap memiliki perbedaan.

(28)

Kerlinger (1973) dalam Sugiyono (2009, hlm.3) mengartikan dari variabel

yaitu konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari. Dijelaskan bahwa variabel

menurut Kidder (1981) dalam Sugiyono (2009, hlm.3) menyatakan bahwa variabel

adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajarai dan menarik kesimpulan darinya.

Secara teoritis bahwa variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang,

atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang atau satu obyek dengan obyek

yang lainnya (Hatch dan Farhady, 1981 dalam Sugiyono, 2009, hlm.3). Variabel juga

dapat merupakan atribut dari bidang keilmuwan atau kegiatan tertentu. Sementara

Menurut Hamid Darmadi (2013, hlm.19) yang dimaksud variabel adalah suatu

atribut, sifat, aspek, dari manusia, gejala objek yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya.

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang digunakan yaitu variabel bebas

dan terikat. Menurut Hamid Darmadi (2013, hlm.19) variabel bebas adalah variabel

yang menjadi sebab munculnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel bebas yang menjadi penyebab

dari timbulnya perbedaan adalah indikator kondisi sosial ekonomi Usia, Pendapatan,

Pendidikan, Kesehatan, dan transportasi. Menurut Hamid darmadi (2013, hlm.19) mengatakan “variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”. Dalam penelitian ini variabel

yang dipengaruhinya adalah kondisi sosial ekonomi petani Plasma dan Non Plasma.

Variabel bebas dan variabel terikat agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Variabel Bebas Variabel Terikat

(29)

5. transportasi Plasma

E. Definisi Operasinal

Penelitian ini diberi judul “Perbandingan Kesejahteraan Antara Petani Plasma

Dengan Non Plasma Di Kecamatan Kerumutan (Studi Kasus Pada Petani Kelapa

Sawit Pola PIR)” untuk menghindari kesalahpahaman dari penafsiran judul maka

penulis memberikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Perbandingan Kondisi Sosial Ekonomi

Perbandingan adalah menjajarkan suatu hal guna mengetahui letak

perbedaan-perbedaan yang terdpat dalam suatu hal tersebut. Kondisi sosial ekonomi merupakan

salah satu faktor yang mendorong terhadap kesejahteraan dari masyarakat. Dalam

penelitian ini peneliti menjabarkan perbandingan kondisi sosial ekonomi dengan

mengambil dari dua pendapat Bintarto dan Singarimbun. Terdapat empat parameter

yang digunakan untuk mengukur kondisi sosial ekonomi petani plasma dan non

plasma serta membandingkannya. Parameter tersebut antara lain 1) Pendapatan 2)

pendidikan 3) kesehatan 4)transportasi.

2. Petani Plasma dan Non Plasma

Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah pertanian.

Menurut Anwas (1992, hlm.34) petani adalah orang yang melakukan cocok tanam

dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh

kehidupan dari kegiatan tersebut. Petani yang dijadikan sampel penelitian yaitu

petani yang mengusahakan perkebunan kelapa sawit pola PIR di Kecamatan

kerumutan Kabupaten Pelalawan. Petani plasma adalah petani peserta proyek PIR –

Trans masing – masing petani mendapatkan lahan sebesar 2,00 hektar yang

manajemen pengelolaan perkebunannya diatur oleh SOP perusahaan, dan

(30)

perusahaan inti sebagai perusahaan yang membangun dan mengelola kebun plasma.

Sedangkan petani non plasma adalah petani diluar petani plasma dan tidak terikat

dengan jatah luas lahan karena pada dasarnya petani non plasma membuka lahan

perkebunan secara pribadi dengan membuka hutan. Manajemen pengelolaan

perkebunan oleh pribadi, sehingga bebas melakukan perawatan dan pemilihan pupuk

sesuai keinginan dan kemampuan pribadi, serta bebas memasarkan hasil perkebunan

kelapa sawit selain pada perusahaan inti.

3. Kelapa Sawit Pola PIR

Pola Perkebunan Inti Rakyat, selanjutnya disingkat Pola PIR adalah pola

pelaksanaan pengembangan perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar

sebagai inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat di sekitarnya

sebagai plasma dalam suatu system kerjasama yang saling menguntungkan, utuh,

dan berkesinambungan.

Terdapat tiga unsur dalam pelaksanaan PIR-Trans yang disebutkan dalam

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1986 yaitu pemerintah,

perusahaan inti, dan petani yang terdiri dari transmigran, penduduk, dan peladang

berpindah setempat. Melalui pelaksanaan PIR-Trans petani berhak atas lahan kebun

seluas 2 hektar dengan status lahan sertifikat hak milik (SHM).

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini diperlukan banyak data. Data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang sangat erat kaitannya dengan tingkat

kesejahteraan petani kelapa sawit pola PIR. Data yang diperlukan tergolong kedalam

dua kategori data, yaitu data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui

beberapa teknik penelitian. Teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam

penelitian ini yaitu:

1. Observasi

Menurut Pabundu Tika (2005, hlm.44)observasi adalah cara dan teknik

(31)

terhadap gejala atau fenomena yang ada pada obyek penelitian. Metode observasi

dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung.Observasi dilakukan oleh

peneliti dengan cara melihat langsung ke lapangan objek yang diteliti. Tujuan dari

metode observasi ini yaitu untuk mendapatkan data yang detail melalui pengamatan

dan penglihatan langsung di lapangan. Data yang di butuhkan adalah segala data yang

berkenaan dengan indicator kondisi sosial ekonomi petani plasma dan petani non

plasma. Observasi dilakukan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan.

2. Wawancara

Menurut Hamid Darmadi (2013, hlm.197) wawancara adalah pengadministrasian

angket secara lisan dan langsung terhadap masing – masing anggota sampel. Metode

wawancara dilihat dari jenisnya yang digunakan yaitu jenis wawancara berstruktur

yang dilakukan dengan mengunakan pedamoan wawancara yang telah di siapkan.Hal

ini dilakukan untuk mendapatkan data dari setiap sampel sebagai berikut:

1. Luas lahan

2. Produksi dan Produktifitas

3. Budidaya

4. Input usaha tani

5. Karakteristik Petani

6. Status kepemilikan

7. Hasil usaha tani

8. Kelembagaan ( pembinaan / kebijakan

3. Studi Literatur/Kepustakaan

Pabundu Tika (2005, hlm.60) mendefiniskan bahwa data perpustakaan adalah

data yang diperoleh dari perpustakaan atau melalui penerbitan resmi suatu instansi

atau badan/yayasan. Data yang dimaksud dapat berupa buku-buku, artikel, jurnal,

laporan penelitian sebelumnya maupun dari sumber bacaan lainnya yang dapat

(32)

menekankan terhadap berbagai pustaka mengenai perkebunan kelapa sawit pola PIR,

tingkat kesejahteraan,serta petani plasma dan Non Plasma.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti

untuk melengkapi data-data yang telah didapatkan yang bersifat memperkuat dengan

berupa transkip data, peta-peta yang digunakan, inventarisasi penelitian yang telah

dilakukan, dokumentasi foto-foto di lapangan, data monografi wilayah

penelitian.Data yang dapat diambil melalui merode studi dokumentasi adalah:

a. Data Statistik Kependudukan Provinsi Riau

b. Data monografi kecamatan Kerumutan

c. Data Sumber Daya Alam Kabupaten Pelalawan

d. Data curah hujan Kecamatan Kerumutan

e. Peta rupa bumi lembar Riau

f. Peta penggunaan lahan Kecamatan kerumutan

G. Instrumen Penelitian

Pengertian instrumen penelitian menurut Sugiyono (2010, hlm.349) instrumen

penelitian merupakan suatu alat yang akan digunakan dalam mengkaji fenomena

alam maupun fenomena sosial obyek kajian yang akan diamati. Instrument yang

digunakan dalam pengukuran gejala - gejala sosial dan perilaku, selalu berupa

pertanyaan yang menggunakan kalimat yang disusun oleh peneliti dalam bentuk

kuesioner, interview, observasi. Penggunaan pertanyaan - pertanyaan yang diajukan

harus diinterpretasi sama oleh responden untuk menghindari interpretasi atau makna

berbeda dari responden yang akhirnya tidak sesuai dengan tujuan penelitian.

Instrumen penelitian yang digunakan yaitu berupa pedoman observasi serta pedoman

wawancara. Pedoman observasi digunakan untuk melihat karakteristik obyek di

lapangan seperti kondisi fasilitas hidup petani masyarakat asli dan petani transmigran.

(33)

ekonomi petani masyarakat asli dan petani transmigran. Adapun langkah – langkah

dalam penyusunan instrument penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Instrumen

Sebuah penelitian akan menjadi efektif dan efisien penggunaan waktunya apabila

dilakukan dengan penggunaan sebuah instrumen. Sebelum terbentuknya sebuah

instrumen yang baku dan benar, maka harus dilakukannya penyusunan instrumen.

Penyusunan instrumen sangatlah penting, karena instrumen yang tersusun dengan

baik akan semakin membuat pencarian data dari responden semakin lancar dan

terstruktur rapi.

Langkah berikut dalam penyusunan instrumen yang dilakukan setelah

menentukan jenis dari instrumen penelitian yaitu membuat kisi-kisi dari instrumen.

Kisi-kisi instrumen penelitian melingkupi materi pertanyaan, jenis pertanyaan, jumlah

dari pertanyaan.

Kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan dari variabel yang telah ditentukan,

dijabarkan menjadi beberapa sub variabel dari penelitian sehingga menjadi sebuah

indikator dari penelitian. Untuk lebih mengetahui kisi-kisi dari instrumen yang

digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

2. Pengumpulan dan Pengukuran Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini didasarkan terhadap

pembuatan pedoman lapangan ataupun instrumen serta kuesioner yang telah dibuat

secara mendalam, terstruktur dan terukur.Terdapat beberapa pedoman penelitian yang

digunakan yaitu pedoman wawancara serta pedoman observasi.

Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh data mengenai semua hal

yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi petani Plasma dengan Non Plasma

masyarakat asli dengan petani transmigran yang nantinya akan dapat diukur tingkat

(34)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Kondisi Sosial Ekonomi Petani Plasma Dan Non Plasma Di

Kecamatan Kerumutan Kabupaten Pelalawan

No Aspek dan Sub Aspek

Indikator Nomor Pertanyaan Sasaran

(35)

f. Pengendalian

Sumber : Penelitian 2014

H. Teknik Pengolahan Data

Berbagai data yang telah dikumpulkan oleh peneliti, maka langkah selanjutnya

yaitu dianalisis sehingga tujuan dari penelitian ini akan tercapai. Pengolahan data

yang dimaksud yaitu mengubah data yang bersifat mentah atau kasar menjadi data

jadi atau data yang lebih halus yang akan lebih mempunyai makna yang dapat

(36)

penelitian ini dapat dilihat berbagai cara seperti yang akan dibahas

selanjutnya.Langkah-langkah yang dilakukan di dalam penelitian ini yaitu :

1. Editing

Sebelum data dianalisis, maka data tersebut diedit terlebih dahulu. Data-data

yang terkumpul dibaca kembali kemudian diperbaiki jika masih terdapat hal-hal yang

salah atau meragukan. Catatan pengamatan dipastikan harus lengkap dalam

pengertian semua kolom atau pertanyaan harus terjawab atau terisi.Peneliti

melakukan pekerjaan seperti memperjelas catatan, mengubah

kependekan-kependekan yang dirubah menjadi kata-kata atau kalimat-kalimat penuh, melihat

apakah data tersebut konsisten atau tidak, mengecek apakah instruksi dalam daftar

pertanyaan diikuti secara seksama oleh penjawab atau tidak, mengecek

pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya tidak cocok. Jika terjadi penyimpangan-penyimpangan

tersebut maka peneliti mengumpulkan dan mengklasifikasikan data-data yang

bermasalah dalam satu kelompok.

2. Pengkodean

Menyusun dn mengelompokkan data sesuai dengan jenisnya agar dapat diketahui

apakah data tersebut bida dipakai ataupun tidak. Kemudian mengklasifikasikan

jawaban dari responden menurut macamnya, kemudian diberi kode berupa angka

menurut macam jawabannya untuk mempermudah, dan dilanjutkan dengan

penyekoran data.

3. Tabulasi

Data-data yang telah terkumpul dibuat ke dalam tabel-tabel, dalam proses

tabulasi peneliti memasukkan data ke dalam tabel dan mengatur angka-angka

sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori kemudian ditampilkan

dalam bentuk tabel.

4. Interpretasi Data

Langkah ini dilakukan dalam rangka mendeskripsikan data yang telah diperoleh

(37)

akhirnya di tabulasikan serta di analisis untuk memberikan gambaran terhadap data

atau informasi yang didapat dari para responden yang dijadikan sampel penelitian.

I. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara data yang telah dikumpulkan di ricek

kelengkapannya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan beberapa metode

analisis sebagai berikut:

1) Analisis deskriptif, yaitu teknik analisis dengan maksud untuk

mendeskripsikan data - data hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan

analisis korelasi menggunakan software microsoft excel 2010. Analisis

korelasi yang dilakukan dengan menggunakan software microsoft excel

2010 memiliki ketentuan antara interval nilai koevisien dan kekuatan

hubungan, ketentuan tersebut dapat dilihat dalam tabel 3.3 (tabel interval

nilai koefisien dan kekuatan hubungan) :

Tabel 3.3

Tabel Interval Nilai Koefisien dan Kekuatan Hubungan

No Interval Nilai Kekuatan Hubungan

1 KK = 0,00 Tidak ada

2 0,00<KK≤0,20 Sangat rendah atau lemah sekali

3 0,20<KK≤0,40 Rendah atau lemah tapi pasti

4 0,40<KK≤0,70 Cukup berarti atau sedang

5 0,70<KK≤0,90 Tinggi atau kuat

6 0,90<KK<1,00 Sangat tinggi atau kuat sekali, dapat diandalkan

7 KK=1,00 Sempurna

Sumber : Iqbal Hsan, 2004 : 44

Hasil dari analisis korelasi tersebut menghasilkan angka – angka

yang akan dideskripsikan dan dijabarkan dengan kalimat yng sesuai dengan

(38)

2) Analisis non parametris

Adapun analisis non parametris yang digunakan adalah Chi Kuadrat ()

yang merupakan teknik statistik yag digunakan untuk menguji hipotesis

bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana data

berbentuk nominal dan sampelnya besar.

3) Analisis statistik parametris, adapun analisis yang digunakan adalah

Independent – sampel T Test. karena datanya berbentuk interval atau rasio. Adapun rumus yang di gunakan adalah sebagai berikut:

= � − �

√� ² +� ² √�√��²

Keterangan :

x = Rata - rata sampel 1

x = Rata – rata sampel 2

S = simpangan baku sampel 1 S = simpangan baku sampel 2

² = varians sampel 1

² = varians sampel 2

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Qayuum. 2013. Cadangan Lahan Sawit Tersisa 2,8 Juta Hektare. http://sawit-indonesia.com/index.php/berita-terbaru/203-cadangn-lahan- sawit-tersisa-2-8-juta-hektare diakses pada 21 Mei 2013

Astriani, Yuni. 2012. Tingkst kesejahteraan pengrajin industri keramik di desa anjun kecamatan plered kabupaten purwakarta. Skripsi sarjana pada FPIPS UPI. Tidak diterbitkan

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Badan Keluarga Berencana Nasional .2008. Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Keluarga Berencana. Bandung.

Badan Pusat Statistik. 2005. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Jakarta: BPS

Badan Pusat Statistik Kabupaten Pelalawan. (2013). Pelalawan Dalam Angka. Pelalawan: BPS

BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Pekanbaru

Darmadi, Hamid. (2013). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Bandung: Alfabeta

Depdiknas. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

H-we. 2007. Luas Kebun PIR Riau Capai 900 Ribu Hektar. Riau Terkini. Kamis, 12 April 2007.

Info Sawit. 2010. Petani Kelapa Sawit Berbicara Fakta. Booklet Petani Plasma oleh GAPKI. Halaman 13

Kristian, David. 2007. Interaksi Desa Transmigrasi SP 6 Palembaja dengan Desa Sekitar di Kabupaten Lahat Sumatera Selatan. Tesis Magister Perencanaan Kota dan Daerah Universitas Gadjah Mada

Monografi Kecamatan Kerumutan. 2013

Putra, Edi S Indra. (2011). Elan Vital Orang Banjar di Perantauan (studi kasus migrasi dan adaptasi orang Banjar di Kabupaten Indragiri Hilir Provnsi Riau). Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI

(40)

Risza, S. 1994. Kelapa Sawit: Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta

Republik Indonesia. 1986. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1986. Jakarta : Presiden RI

_______________. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit. Jakarta : Depertemen Perindustrian

_______________. 2007. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 273/Kpts/OT.160/4/2007. Jakarta : Departemen Pertanian

_______________. 2012. Buku Statistik Perkebunan Tahun 2008-2012 : Luas Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia. Jakarta : Kementrian Pertanian

_______________. 2012. Buku Statistik Perkebunan Tahun 2008-2012 : Produksi Kelapa Sawit Menurut Provinsi di Indonesia.Jakarta : Kementrian Pertanian

_______________. 2012. Karet dan Kelapa Sawit Masih Menjadi Andalan Devisa Subsektor Perkebunan. Jakarta : Kementrian Pertanian http://ditjenbun.deptan.go.id/index.php/component/content/article/36- news/265-karet-dan-kelapa-sawit-masih-menjadi-andalan-devisa- subsektor-perkebunan.html diakses pada 24 Februari 2013

_______________. 2013. Potensi Kelapa Sawit di Riau. Jakarta : Badan

Koordinasi Penanaman Modal

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/commodityarea.php? ic=2&ia=14 diakses pada 24 Februari 2013

Sugiyono. (2014). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sumaatmadja. (1988). Metode Penelitian Sosial. Bandung.

Sunarko, 2009. Budidaya dan Pengolahan Kebun Kelapa Sawit Dengan Sistem Kemitraan. Jakarta. Agromedia Pustaka

Suprayogo. 2011. Potensi Kelapa Sawit Indonesia. Warta Ekspor. Edisi Juni 2011, halaman 4-6

Syahza, Almasdi. 2004. “Kelapa Sawit dan Kesejahteraan Petani di Pedesaan

Daerah Riau”. Jurnal Perspektif Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Vol 9 No 2, Desember, hal. 2

Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

(41)

Junus Melalatoa, M.(1995) Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI

Kamil Pasya, Gurniwan dkk. (2011). Studi Masyarakat Indonesia. Bandung : CV. Maulana Media Grafika

Gambar

Tabel 1.1 Pendapatan Petani Perkebunan Tahun 2009 dan 2010 (Dalam Rupiah)
Gambar 3.1 Peta Wilayah Administrasi Kecamatan Kerumutan
Gambar 3.1 Peta Sebaran Perkebunan Kelapa Sawit Plasma Dan Non Plasma di Kecamatan Kerumutan
 Tabel 3.1 Variabel Bebas dan Variabel Terikat
+3

Referensi

Dokumen terkait

Proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yaitu guru sebagai pihak yang diajar. Dari suatu proses belajar mengajar iniakan memperoleh

perkebunan kelapa sawit PT Hutahaean pada saat cuaca mendung di sore hari tekukur lebih sedikit melakukan aktifitas di banding cuaca cerah.Sehingga burung

Jika pada masa sahabat sebagai komunitas yang dekat dengan Rasul juga mengakomodasi perubahan sosial dalam pembenfukan hukum dengan menggunakan metodologi tshul

Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan telaah pada kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi. Kasus- kasus yang ditelaah merupakan kasus yang sedang

Penelitian disertasi ini bertujuan mengetahui variabel berperan dalam kejadian leptospirosis yang akan digunakan sebagai indikator surveilans leptospirosis berbasis

piksel yang saling berdekatan) yang memiliki perbedaan intensitas yang tajam atau tinggi. Tepi dapat diorientasikan dengan suatu arah, dan arah ini berbeda- beda, tergantung

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik sediaan, pelepasan dan penetrasi natrium diklofenak dalam sistem mikroemulsi dengan basis gel HPMC

Mencermati hasil perhitungan di atas dan mengevaluasi pengusahaan sutera alam yang dilakukan PT Ira Widya Utama selama ini pada kenyataannya tidak pernah memberikan keuntungan,