BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembaharuan pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan kualitatif
berbeda dari hal yang ada sebelumnya serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan
kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan. Pembaharuan ini untuk
memperkenalkan berbagai hal yang baru dengan maksud memperbaiki apa-apa yang
sudah terbiasa demi timbulnya praktik yang baru, baik dalam metode ataupun
cara-cara bekerja untuk mencapai tujuan.
Salah satu pembaharuan dalam dunia pendidikan di Indonesia di antaranya
adalah perubahan dalam bidang kurikulum yaitu dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) kemudian menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), dan yang terakhir yang baru saja diimplementasikan adalah kurikulum 2013.
Pada Kurikulum 2013 memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi
tertentu oleh siswa. Oleh karena itu, kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi,
dan seperangkat tujuan pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga
pencapaiannya dapat diamati dalam bentuk perilaku atau keterampilan siswa sebagai
suatu kriteria keberhasilan. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk membantu siswa
menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas
dan pengembangan bakat, setiap siswa harus diberi kesempatan untuk mencapai
tujuan sesuai dengan kemampuan
dan kecepatan belajar masing-masing.
Pembelajaran pada Kurikulum 2013 dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(scientific
inquiry)
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup, sehingga lebih
menekankan pada pemberian
pengalaman belajar secara langsung melalui
penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Pelaksanaan pembelajaran fisika dengan cara saintifik pada Kurikulum 2013
yang tidak lain merupakan implementasi untuk melaksanakan amanat
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
pasal satu, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara . Di dalam pembuatan RPP hal
penting yang harus ditulis adalah proses pendekatan ilmiah
(scientific approach),
yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan menyimpulkan. Dengan
demikian pada Kurikulum 2013, terdapat peningkatan dan keseimbangan
soft skills
dan
hard skills
yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
(Kemendikbud, 2012).
terintegrasi dalam setiap proses pembelajaran yang dilakukan baik di kelas maupun di
luar kelas. Akan tetapi kenyaataannya di lapangan banyak siswa yang masih belum
mengenal KPS, terlebih lagi menerapkannya dalam pembelajaran. Berdasarkan
pengamatan di lapangan, siswa cenderung kesulitan dalam melakukan
metode-metode ilmiah dengan menerapkan KPS dalam pembelajarannya, antara lain dalam
berhipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dalam kegiatan
pengamatan, maupun melaporkan hasil kegiatan eksperimen. Dengan demikian
diperlukannlah suatu media maupun sarana untuk melatihkan KPS guna menunjang
ketercapaian pembelajaran sesuai dengan hakekat Kurikulum 2013.
Salah satu sumber dan media belajar yang dirasa dapat membantu siswa
maupun guru dalam proses pembelajaran fisika untuk meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran adalah modul. Modul adalah suatu paket pengajaran yang berkenaan
dengan suatu unit terkecil bertahap dari mata pelajaran tertentu, dengan kata lain
modul dapat diartikan juga sebagai alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis
dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat
kompleksitasnya (Depdiknas, 2007). Karakteristik modul adalah disajikan dalam
bentuk yang bersifat
self instructional,
dengan demikian masing-masing siswa dapat
menentukan
kecepatan
dan intensitas belajarnya sendiri guna meningkatkan
efektivitas pembelajaran di kelas. Kelebihan modul inilah yang mendasari sehingga
dikembangkan modul latihan untuk meningkatkan KPS siswa.
secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri (Depdiknas,
2003: 1)
.
Tuntutan perkembangan kurikulum menjanjikan perbaikan kompetensi
lulusan. Pada kurikulum 2013 standar kompetensi lulusan (SKL) terdiri dari tiga
domain, yaitu domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Seperti yang terdapat
dalam draft pengembangan kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2012) dalam domain
keterampilan ini terdapat aspek elemen keterampilan proses yaitu mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta. Sedangkan dalam
domain pengetahuan terdapat aspek elemen keterampilan proses mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisa, dan mengevaluasi.
sains. Selain itu penggunaan dan pengembangan keterampilan proses sains dan
sikap
ilmiah
dalam
pembelajaran sains bertujuan agar peserta didik mampu
memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah sains.
Kinematika gerak merupakan salah satu cabang ilmu
fisika yang
mempelajari tentang gerak serta perubahan-perubahan yang tampak dalam rentang
waktu benda melakukan gerak. Kinematika gerak termasuk materi ajar di SMA pada
kelas X sesuai yang terdapat pada KD 4.2 Kurikulum 2013. Karakteristik materi
kinematika gerak memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran
melalui kegiatan-kegiatan pengamatan dan eksperimen. KPS berperan penting dalam
melakukan pengamatan dan eksperimen. Penggunaan metode pembelajaran yang
menunjang pada kinematika gerak, khususnya untuk mengakomodasi penemuan
konsep maka siswa perlu menguasai KPS. Ketika siswa telah menguasai KPS
dengan baik, maka KPS dapat membantu siswa untuk mempelajari materi
berikutnya yaitu dinamika, perpaduan gerak, dan gerak paralabola. Oleh karena itu,
KPS sangat diperlukan dalam pembelajaran kinematika gerak.
yang antara lain mengatur tentang perencanan
proses
pembelajaran
yang
mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan
perencanaan pembelajaran. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun perangkat pembelajaran, antara lain Silabus dan RPP secara lengkap
dan
sistematis
agar
pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
semua jenjang pendidikan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
dilakukan penelitian tentang:
Pengembangan Modul Latihan Keterampilan Proses
Sains untuk SMA/MA Kelas X pada Materi Kinematika Gerak
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan, diantaranya sebagai berikut:
1. Pembelajaran fisika di SMA belum mengarah kepada keterampilan proses
sains.
2. Kompetensi lulusan pembelajaran fisika belum memiliki kemampuan
keterampilan proses sains dengan baik.
3. Setiap guru pada satuan pendidikan belum menyusun perangkat pembelajaran
fisika, yang dapat melatihkan keterampilan proses sains.
4. Perangkat pembelajaran fisika berbasis keterampilan proses belum ada, maka
perlu diadakan perangkat pembelajaran fisika yang diharapkan dapat
membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang begitu luas dengan
situasi dunia nyata.
C. Pembatasan Pengembangan
coba di SMA Negeri 2 Ponorogo untuk mengetahui pengaruh modul fisika berbasis
keterampilan proses ini terhadap hasil belajar siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan
dicari jawabannya yaitu:
1. Bagaimanakah pengembangan modul latihan keterampilan proses sains pada
materi kinematika gerak untuk kelas X?
2. Bagaimanakah kelayakan modul latihan keterampilan proses sains dengan materi
kinematika gerak untuk kelas X?
3. Bagaimana pengaruh dari modul latihan keterampilan proses sains dengan
materi kinematika gerak terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 2
Ponorogo?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan
permasalahan-permasalahan yang
diuraikan
pada
latar
belakang masalah, maka penelitian ini bertujuan:
1. Menghasilkan modul pembelajaran latihan keterampilan proses sains untuk
SMA/MA Kelas X pada materi kinematika gerak.
3. Mengetahui pengaruh dari modul pembelajaran latihan keterampilan proses
sains untuk SMA/MA Kelas X pada materi kinematika gerak sains terhadap
hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 2 Ponorogo.
F.
Spesifikasi Produk
Produk yang dikembangkan berupa modul latihan keterampilan proses sains
dengan pokok bahasan kinematika gerak. Modul ini berupa modul cetak dan
dilengkapi dengan suplemen silabus dan RPP untuk guru, dan dilengkapi dengan
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk siswa.
G. Manfaat Penelitian
Manfaan penelitian ini adalah :
1. Manfaat secara teoritis
a. Menekankan arti pentingnya penggunaan modul pembelajaran
fisika dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa.
b. Menambah wawasan bagi guru dan siswa tentang modul
pembelajaran fisika yang dapat melatihkan keterampilan proses
sains.
2. Manfaat secara praktis
a. Bagi guru
digunakan sebagai salah satu alternatif sarana belajar untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa dan melatihkan jiwa saintis
b. Bagi siswa
Melatih siswa untuk memiliki jiwa saintis dan meningkatkan
prestasi belajar siswa dengan menguasai keterampilan proses sains
c. Bagi sekolah
Sekolah mempunyai modul pembelajaran latihan keterampilan
proses sains sehingga dapat digunakan sebagai referensi pembuatan
modul dengan materi pokok yang berbeda.
H. Definisi Operasional
1. Modul latihan keterampilan proses sains adalah buku pegangan berupa
media cetak dari suatu konsep fisika yang pembelajarannya menggunakan
aspek-aspek dalam keterampilan proses sains dan berisi ringkasaan materi,
lembar kegiatan siswa, serta lembar evaluasi.
JAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Domain Pembelajaran Fisika
Ilmu Pengetahuan Alam atau
s
i
n
(bahasa Indonesia: sains) diambil
dari kata latin
Scientia
yang arti harfiahnya adalah pengetahuan, tetapi kemudian
berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA. Ilmu
Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan.
Pembelajaran fisika adalah bagian dari pelajaran ilmu alam. Ilmu alam
secara klasikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) ilmu-ilmu fisik
(physical
sciences)
yang objeknya zat, energi, dan transformasi zat dan energi, (2)
ilmu-ilmu biologi
(biological sciences)
yang objeknya adalah makhluk hidup dan
lingkungannya (Kemble, 1966: 7).
Allan
J.
Mac Cormack
dan
R.E.
Yager
telah
mengembangkan
taksonomi pendidikan sains yang terdiri atas lima domain (Mac Cormack,
1995: 24). Lima domain ini diharapkan membantu peserta didik agar peka dan
mampu mencari
penyelesaian
terhadap
permasalahan
yang terjadi di
lingkungan sekitar. Lima domain tersebut adalah sebagai berikut:
a.
Domain I
Knowing and Understanding
(knowledge domain)
Knowledge domain,
merupakan ranah pengetahuan yang meliputi fakta,
konsep, hukum (prinsip-prinsip), beberapa hipotesis dan teori yang digunakan
para ilmuwan, serta masalah-masalah yang terkait dengan sains dan sosial. Semua
informasi
ini
dimunculkan
dalam
tema
pembelajaran sains yang
menekankan pengaruh teknologi dan sains dalam lingkungannya.
b.
Domain II
Exploring and Discovering
(process of science domain)
Penggunaan beberapa proses sains untuk belajar bagaimana para
saintis
berpikir
dan
bekerja,
yang
kemudian
dikenal
pula
sebagai
keterampilan proses sains. Beberapa proses sains adalah:
1)
Keterampilan Dasar (Basic Skills) : Mengamati (observing), mengklasifikasi
(classifying), mengukur (measuring), menyimpulkan (inferring), meramalkan
(predicting), dan mengkomunikasikan (communicating)
2)
Keterampilan terintegrasi (Integrated Skills)
:
Membuat model (Making
Models), mendefinisikan secara operasional (Defining Operationally),
c.
Domain III
Imagining and Creating
(creativity domain)
Merupakan ranah kreativitas dalam kegiatan pembelajaran. Namun,
sebagian
besar
kegiatan
pembelajaran
fisika lebih
memfokuskan pada
informasi
yang
diberikan
pada
peserta
didik.
Sangat
sedikit kegiatan
pembelajaran
fisika
untuk
mengembangkan
imajinasi
dan kreativitas
berpikir peserta didik. Padahal kemampuan peserta didik dalam domain ini
sangat penting, diantaranya: 1) Menghasilkan alternatif atau menggunakan
objek
yang tidak
biasa digunakan, 2) Memecahkan beberapa masalah, 3)
Berfantasi, 4) Menghasilkan ide-ide yang luar biasa.
d.
Domain IV
Felling and Valuing
(attitudinal domain)
Ranah sikap merupakan sikap ilmiah yang diharapkan dimiliki oleh
peserta didik. Dikarenakan dalam
menghadapi
berbagai
permasalahan
dalam
kehidupan, peserta didik tidak cukup mengimplementasikan pada
pengetahuan fisika, proses sains, dan kreativitas yang dimiliknya, tetapi juga
perlu
dikembangkan
sikap ilmiah. Tanpa adanya
sikap,
tidak
akan
mungkin
masa
depan
menjadi
lebih
baik. Sikap ilmiah yang perlu
dikembangkan dalam domain ini antara lain:
1)
Pengembangan sikap positif terhadap sains secara umum, sains di
sekolah, dan para pendidik sains
4)
Pengembangan kepekaan,dan penghargaan, terhadap perasaan orang lain
5)
Pengambilan keputusan tentang isu-isu sosial dan lingkungan
e.
Domain V
Using and Applying
(applications and connections domain)
Ranah penggunaan dan penerapan yang betujuan untuk perlu
mengembangkan lebih lanjut semua pengalaman serta ide-ide peserta didik
dalam mempelajari fisika sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Domain koneksi dan penerapan ini dapat diukur melalui kegiatan
peserta didik dalam hal:
1)
Mengamati contoh konsep-konsep sains dalam kehidupan sehari-hari
2)
Menerapkan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sains yang
telah dipelajari untuk masalah-masalah teknologi sehari-hari
3)
Memahami prinsip-prinsip fisika dan teknologi yang melibatkan
peralatan teknologi rumah tangga
4)
Menggunakan proses sains dalam memecahkan masalah-masalah yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari
5)
Memahami dan menilai perkembangan fisika melalui media masa
6)
Mengambil keputusan untuk diri sendiri yang berkaitan dengan
Dengan
memandang
kelima
domain
fisika
yang
dikembangkan
diharapkan mampu memberikan peluang bagi peserta didik untuk belajar fisika
secara utuh. Peserta didik menjadi tertarik dengan fisika melalui pembelajaran
yang
lebih
efektif
karena
pengukuran
dilakukan
tidak berfokus pada satu
domain saja.
2. Ketrampilan Proses Sains
Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan
perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
kreativitas. Sedangkan proses dalam hal ini didefinisikan sebagai perangkat
keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian
ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi
komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian
.
suatu gejala. Pembentukan gagasan dan pengetahuan siswa ini tidak hanya
bergantung pada karakteristik objek, tetapi juga bergantung pada bagaimana siswa
memahami objek atau memproses informasi sehingga diperoleh dan dibangun
gagasan baru. Keterampilan proses sains sangat penting bagi setiap siswa sebagai
bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta
diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang
telah dimiliki.
Kemampuan yang
dikembangkan dalam pembelajaran
menggunakan
keterampilan proses sains meliputi : (a) kemampuan untuk mengetahui apa yang
diamati, (b) kemampuan untuk memprediksi
apa
yang
belum
terjadi, dan
kemampuan untuk menguji tindak lanjut
hasil
eksperimen,
(c)
dikembangkannya sikap ilmiah. Kegiatan pembelajaran keterampilan proses sains
meliputi pengembangan
kemampuan
dalam
mengajukan pertanyaan,
mencari
jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang gejala alam
maupun karakteristik
alam
sekitar
melalui
cara-cara
sistematis
yang
akan
diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal dengan
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Melalui keterampilan
proses dikembangkan sikap dan nilai yang meliputi rasa ingin tahu, jujur, sabar,
terbuka, kritis,
tekun,
ulet,
cermat,
disiplin,
peduli
terhadap
lingkungan,
memperhatikan keselamatan kerja, dan bekerja sama dengan orang lain.
memperkaya pengalaman belajar peserta didik . Pengalaman belajar diperoleh
melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi
aktif.
Metode pendekatan saintifik yang berorientasi pada berfikir saintis dan
berfikir kritis telah lazim digunakan untuk memaparkan keterampilas sains, dan
dikenal dengan nama keterampilan proses sains. Metode ini dipopulerkan oleh
sebuah proyek kurikulum yang dikenal sebagai
Science
A Process Approach
(SAPA)
(Padilla: 1990). Keterampilan proses sains dalam SAPA didefinisikan
sebagai seperangkat kemampuan saintis yang dapat diterapkan sesuai dengan
berbagai disiplin ilmu dan mencerminkan perilaku seorang ilmuwan.
Sebagaimana dalam uraian sebelumnya bahwa keterampilan proses sains
merupakan salah satu domain dalam pembelajaran fisika. SAPA membagi
keterampilan proses sains
(science process skills)
menjadi dua yaitu keterampilan
dasar (basic skills)
dan keterampilan terintegrasi (integrated skills).
Keterampilan Dasar (
Basic Skills
)
1)
Mengamati (
rvin
g
)
Mengamati adalah proses menyeluruh yang meliputi pengumpulan data
tentang fenomena atau peristiwa dengan menggunakan panca indera. Untuk
dapat menguasai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan
sebanyak mungkin indera yang dimiliki, yakni melihat, mendengar,
merasakan, mencium dan mencicipi. Dengan demikian dapat mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan dan memadai secara maksimal.
2)
Mengklasifikasi (
l
sifyin
g
)
Mengklasifikasi atau mengelompokkan adalah suatu sistematika yang
digunakan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu.
Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari
kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan
mencari dasar penggolongan.
3)
Mengukur (m
u
rin
g
)
Proses tambahan dari klasifikasi mengharuskan pada kasus-kasus tertentu
untuk melakukan pengukuran secara mendetail. Ketika mengukur beberapa
benda berarti membandingkan benda tersebut untuk didefinisikan dengan
rujukan yang disebut satuan. Sebuah informasi hasil penggkuran berisi dua
bagian yaitu angka untuk memberitahu berapa banyak, dan nama satuan untuk
memberitahu berapa banyak dengan rujukannya.
4)
Menyimpulkan (in
f
rrin
g
)
(interpretasi) yang dibuat
berdasarkan
pengamatan. Ketika mampu
membuat kesimpulan, menafsirkan dan menjelaskan peristiwa-peristiwa di
sekitar, dengan demikian siswa telah
memiliki apresiasi
yang
lebih
baik terhadap lingkungan di sekitar.
5)
Meramalkan (p
r
tin
g
)
Membuat ramalan (prediksi) adalah membuat dugaan secara logis tentang
hasil dari kejadian masa depan. Ramalan ini didasarkan pada pengamatan
yang baik dan kesimpulan yang dibuat tentang kejadian yang diamati. Apabila
siswa
dapat
menggunakan
pola-pola
hasil
pengamatannya
untuk
mengemukakan fenomena yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum
diamatinya, maka siswa tersebut telah mempunyai kemampuan proses
meramalkan.
6)
Mengkomunikasikan (
o
m
m
u
n
i
in
g
)
Keterampilan terintegrasi (Integrated Skills)
Keterampilan terintegrasi dalam keterampilan proses sains berlandaskan
kepada enam keterampilan dasar yang telah diuraikan sebelumnya. Keterampilan
terintegrasi terdiri dari: membuat model (m
in
g
m
!"ls
), mendefinisikan secara
operasional (d
"fin
in
g
o
#"r
$ %&i
ly
), mengumpulkan data (co
ll
"'tin
g
! $),
menginterpretasikan data (in
t
"rp
r
"tin
g
! $), mengidentifikasi dan mengontrol
variabel (i
! "n
tifyin
g
% ! 'g
llin
tro
n
o
v
(i
)&"s
), merumuskan hipotesis
(fo
rm
u
l
$in
g
hyp
o
t
* ""s
s
), melakukan percobaan (
"x
#"ri
+ "n
tin
g
).
Keterampilan terintegrasi pada hakekatnya merupakan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Mulai dari membuat
model yaitu model percobaan yang akan dilakukan, kemudian mendefinisikan
secara operasional variabel-variabel yang digunakan, selanjutnya melakukan
pengumpulan data dan menginterpretasikan. Langkah ini diikuti dengan
mengidentifikasi dan mengontrol variabel-variabel yang digunakan dalam
percobaan. Kemampuan merumuskan hipotesis sangat diperlukan dalam
percobaan untuk memberikan arah dalam percobaan. Hipotesis adalah jawaban
sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus
dibuktikan kebenarannya. Dalam tahapan untuk melakukan percobaan,
keterampilan proses sains dasar dilakukan oleh praktikan.
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan
fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan
intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat
langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan,
tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa
menjadi ilmuwan.
Seperti yang diimplementasikan oleh SAPA
(Science A Process Approach),
pendekatan keterampilan proses sains (KPS) merupakan pendekatgn pembelajaran
yang berorientasi kepada proses IPA. Namun dalam tujuan dan pelaksanaannya
terdapat beberapa perbedaan. SAPA tidak mementingkan konsep apa yang akan
dicapai, sedangkan pendekatan KPS justru menggunakan keterampilan proses
untuk memahami konsep atau mempelajari konsep. Selain itu SAPA juga
menuntut pengembanagan pendekatan yang dilakukan secara utuh yaitu dalam
metode ilmiah selama pelaksanaannya, sedangkan jenis-jenis keterampilan proses
dalam pendekatan KPS dapat dikembangkan secara terpisah, bergantung metode
pembelajaran yang digunakan.
7) merencanakan percobaan atau penyelidikan, 8) Menerapkan konsep atau
prinsip, 9) Mengajukan pertanyaan.
Ketrampilan proses sains yang digunakan dalam pengembangan modul ini
merupakan penggabungan dan modifikasi dari KPS menurut Nuryani dan yang
terdapat dalam SAPA, sehingga diambil sembilan keterampilan proses sains, yaitu
mengamati
(
,-. /rvin
g
)
0menafsirkan (in
t
//r
rp
ti
n
g
), berhipotesis (h
yp
o
t
1/siz
/2),
mengklasifikasi
(
3l
4 .sifyin
g
)
0merencanakan
percobaan
(
/x
5/ri
6 /n
tin
g
),
menyimpulkan
(in
f
/rrin
g
)
0meramalkan
(p
r
/27 3tin
g
)
0mengkomunikasikan
(
3o
m
m
u
n
i
348in
g
), dan menerapkan konsep atau prinsip (
4 559yin
g
3,:3/p
t
).
Keterampilan Proses Sains merupakan keterampialan yang bebas konsep,
artinya dalam melatihkan KPS tidak terikat akan konsep maupun sintaks dalam
pembelajaran. Pada umumnya KPS dilatihkan dengan dua cara. Metode
melatihkan KPS yaitu dilatihkan secara tidak langsung dan terintegrasi dalam
pembelajaran, dengan model-model pembelajaran berbasis KPS. Cara kedua
adalah dengan melatihkan KPS secara langsung satu persatu dimulai dari KPS
yang paling dasar, setelah siswa benar-benar menguasai KPS yang dilatihkan
dapat dilanjutkan dengan KPS berikutnya. Dengan cara ini siswa akan lebih fokus
untuk menguasai KPS sehingga dapat menunjang pembelajaran saintis untuk
materi-materi yang berbeda.
pendamping dalam pembelajaran. Dengan demikian memudahkan siswa untuk
belajar masing-masing KPS untuk menunjang pembelajaran kinematika maupun
materi lain.
3.
Modul
a. Pengertian Modul
Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi,
metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara
sistematis
dan
menarik
untuk
mencapai
kompetensi
yang
diharapkan
sesuai dengan tingkat kompleksitasnya (Depdiknas, 2007).
Suatu modul adalah suatu paket pengajaran yang memuat satu unit
konsep dari pada bahan pelajaran. Pengajaran modul itu merupakan usaha
penyelenggaraan pengajaran individual yang
memungkinkan siswa menguasai
satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya.
Modul itu disajikan dalam
bentuk yang bersifat
s
;lf i n
str
<=tio
n
>?.
Masing-masing siswa dapat menentukan kecepatan
dan intensitas belajarnya sendiri.
Modul sebagai alat atau sarana pembelajaran
yang
berisi
materi,
metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis
dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
lingkungan sosial, ekonomi, dan pendidikan keluarganya sehingga dapat
mempengaruhi prestasi belajarnya. Dengan adanya modul tersebut, diharapkan
dalam pembelajaran di sekolah tidak menghambat siswa-siswa yang cepat dalam
belajarnya. Dengan demikian memungkinkan para siswa maju berkelanjutan
dalam
belajarnya sesuai dengan kemampuan, irama, dan gaya belajarnya
masing-masing.
@ A B
u
ju
CDEFn
u
lis
C DGo
Hu
l
Adapun tujuan penulisan modul (Depdiknas, 2007) adalah:
1)
Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbal.
2)
Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa
maupun guru.
3)
Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti:
a)
meningkatkan motivasi dan gairah belajar bagi siswa;
b)
mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung
dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya;
c)
memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai kemampuan dan
minatnya;
c. Karakteristik Modul
Agar
menghasilkan
modul
yang
mampu
meningkatkan
motivasi
penggunanya, maka modul harus mencakup karakteristik yang diperlukan
sebagai modul. Dengan demikian pengembangan modul harus memasukkan
karakteristik sebagai berikut (Depdiknas, 2003:6):
1)
Self Instructional
Self Instructional
yaitu melalui modul siswa mampu membelajarkan diri
sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Sesuai dengan tujuan modul
adalah agar siswa mampu belajar mandiri. Untuk memenuhi karakter
self
instructional, maka modul harus:
a)
terdapat tujuan yang dirumuskan dengan jelas, baik tujuan akhir
maupun tujuan antara;
b)
terdapat materi pembelajaran yang dikemas ke dalam
unit-unit/kegiatan spesifik sehingga memudahkan siswa belajar secara
tuntas;
c)
tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan
materi pembelajaran;
d)
terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
siswa memberikan respon dan mengukur penguasaannya;
f)
menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif;
g)
terdapat rangkuman materi pembelajaran;
h)
terdapat instrumen penilaian (assessment), yang memungkinkan
siswa melakukan self assessment;
i)
terdapat instrumen yang dapat digunakan menetapkan tingkat
penguasaan materi untuk menetapkan kegiatan belajar selanjutnya;
j)
terdapat umpan balik atas penilaian siswa, sehingga siswa
mengetahui tingkat penguasaan materi;
k)
tersedia informasi tentang rujukan/pembelajaran/referensi yang
mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.
2)
Self Contained
Self
contained yaitu seluruh materi pembelajaran dari satu kompetensi atau
sub kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul secara utuh.
Tujuan
dari
konsep
ini
adalah
memberikan
kesempatan siswa
mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi dikemas ke
dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau
pemisahan materi dari satu kompetensi/subkompetensi harus dilakukan
dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompetensi/subkompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa.
3)
Stand Alone
tergantung pada bahan ajar lain. Dengan menggunakan modul, siswa tidak
perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan
tugas pada
modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung
pada bahan ajar lain selain modul yang digunakan tersebut, maka bahan
ajar tersebut tidak dikategorikan sebagai modul yang berdiri sendiri.
4)
Adaptif
Modul
hendaknya
memiliki
daya
adaptif
yang
tinggi
terhadap
perkembangan
ilmu
dan
teknologi.
Dikatakan
adapatif
jika
modul
tersebut
dapat
menyesuaikan
perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi, serta fleksibel digunakan diberbagai tempat. Modul yang
adaptif
adalah
jika
isi
materi
pembelajaran
dan
perangkat
dapat
digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
5)
User Friendly
Modul
hendaknya
juga
memenuhi
kaidah
user friendly
atau
bersahabat/akrab
dengan
pemakainya.
Setiap
instruksi
dan
paparan
informasi
yang
tampil
bersifat
membantu
dan
bersahabat
dengan
I J KL
n
u
lis
MNOPIu
l
Modul pembelajaran harus mampumemerankan fungsi
dan peranannya
dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan dikembangkan
dengan mengikuti kaidah dan elemen yang mensyaratkannya.
Elemen-elemen
yang harus dipenuhi dalam menyusun modul antara lain (Depdiknas, 2003:8):
1) Konsistensi
a)
gunakan
bentuk
dan
huruf
secara
konsisten
dari
halaman
ke
halaman. Usahakan agar tidak menggabungkan beberapa cetakan
dengan bentuk dan ukuran huruf yang terlalu banyak variasi;
b)
gunakan jarak spasi konsisten. Jarak antara judul dengan baris
pertama, antara judul dengan teks utama. Jarak baris atau spasi yang
tidak sama sering dianggap buruk, tidak rapi;
c)
gunakan
tata
letak
dan
pengetikan
yang
konsisten,
baik
pola
pengetikan maupun margin/batas-batas pengetikan.
2) Format
a)
gunakan
format
kolom
(tunggal
atau
multi)
yang
proporsional.
Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan
ukuran
kertas
yang
digunakan.
Jika
menggunakan
kolom multi,
hendaknya jarak dan
perbandingan antar
kolom proporsional;
b)
gunakan
format
kertas
(vertikal
atau
horisontal)
yang
tepat.
tata letak dan format pengetikan;
c)
gunakan tanda-tanda (i
Qo
n
) yang mudah ditangkap yang bertujuan untuk
menekankan
pada
hal-hal
yang
dianggap
penting
atau khusus.
Tanda dapat berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau lainnya.
3) Organisasi
a)
tampilkan peta/bagian yang menggambarkan cakupan materi yang akan
dibahas dalam modul;
b)
organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang
sistematis,
sehingga
memudahkan
siswa
memahami
materi
pembelajaran;
c)
susun dan tempatkan naskah, gambar, dan ilustrasi sedemikian rupa
sehingga informasi mudah mengerti oleh siswa;
d)
organisasikan
antar
bab,
antar
unit
dan
antar
paragraf
dengan
susunan dan alur yang memudahkan siswa memahaminya;
e)
organisasikan antara judul, sub bab dan uraian yang mudah ditulis oleh
siswa.
4) Daya tarik
Daya tarik modul dapat ditempatkan di beberapa bagian seperti:
a)
bagian
sampul
(cover)
depan
dengan
mengkombinasikan
warna,
gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi;
[image:31.612.142.532.222.495.2]gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau
warna;
c)
tugas dan latihan yang dikemas sedemikian rupa.
5) Bentuk dan Ukuran Huruf
a)
gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan
karakteristik umum siswa;
b)
gunakan perbandingan huruf yang proporsional antara judul, sub
judul dan isi naskah;
c)
hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat
membuat proses membaca menjadi sulit.
6) Ruang (spasi kosong)
Gunakan spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar
untuk menambah kontras penampilan modul. Spasi kosong dapat berfungsi
untuk menambahkan catatan penting dan memberikan kesempatan jeda
kepada siswa. Gunakan dan tempatkan spasi kosong tersebut secara
proporsional. Penempatan ruang kosong dapat dilakukan di beberapa
tempat seperti:
a)
Ruang sekitar judul bab dan sub bab
c)
Pergantian antara paragraf dan dimulai dengan huruf kapital.
d)
Pergantian antar bab atau bagian.
RS T UVWUX
-bagian Modul
Menurut Cece Wijaya (1992:99) bagian-bagian modul yang umum
dikembangkan adalah sebagai berikut:
1)
Petunjuk untuk guru
2)
Tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus.
3)
Penjelasan tentang cara menyelenggarakan proses belajar mengajar yang
efisien.
4)
Penjelasan tentang materi pelajaran yang akan disajikan dan strategi
belajarnya.
5)
Waktu yang disediakan untuk mempelajari materi modul.
6)
Alat-alat dan bahan pelajaran serta sumber-sumber yang harus digunakan,
dan prosedur penilaian, jenis, cara/alat, dan materi penilaian.
7)
Kegiatan siswa
a)
Pendahuluan. Pada bagian ini dicantumkan jadwal modul lainnya dan
kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan siswa. Disamping itu,
memuat tujuan yang dicapai dan materi yang akan dipelajari oleh
siswa.
c)
Kegiatan belajar. Pada bagian ini, terdiri dari beberapa kegiatan
masing-masing kegiatan memuat tujuan yang akan dicapai. Materi
pokok yang akan dipelajari dan uraian materinya. Pada akhir uraian
materi pelajaran, disajikan tugas atau masalah yang harus dipecahkan
maupun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab siswa mengenai
materi pelajaran yang telah dipelajari. Tugas-tugas ini, diberikan agar
siswa dapat menilai hasil belajarnya sendiri.
d)
Kunci tugas. Kunci tugas disediakan pada akhir kegiatan siswa
dengan harapan agar siswa dapat dengan segera mengetahui apakah
tugas-tugas yang dikerjakannya benar.
8) Tes akhir modul
Setiap modul dilengkapi dengan tes akhir modul. Dari hasil tes
siswa, guru dapat mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang
ditetapkan telah tercapai atau belum. Cakupan tes akhir modul antara lain
dapat mengukur aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
9) Kunci tes akhir modul
Y Z
Kekurangan dan Kelebihan Modul
Pembelajaran menggunakan modul lebih menekankan siswa untuk
belajar mandiri. Menurut Suparman (1993:197), menyatakan bahwa bentuk
kegiatan belajar mandiri ini mempunyai kekurangan-kekurangan sebagai
berikut :
a)
Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
b)
Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki
oleh siswa pada umumnya dan siswa yang belum
matang pada
khususnya.
c)
Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus
menerus mamantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi
secara individu setiap waktu siswa membutuhkan.
Utomo
(1991:72), juga mengungkapkan beberapa hal yang
memberatkan belajar dengan menggunakan modul, yaitu:
1) Kegiatan
belajar memerlukan organisasi yang baik, 2) Selama proses belajar perlu
diadakan beberapa ulangan/ujian, yang perlu dinilai sesegera mungkin
sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, maka
pembelajaran semakin efektif dan efisien.
Tjipto (1991:72), mengungkapkan beberapa keuntungan yang
diperoleh jika belajar menggunakan modul, antara lain:
a) Motivasi siswa dipertinggi karena setiap kali siswa mengerjakan tugas
pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya.
b) Sesudah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar siswa yang
berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil.
c) Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
d) Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.
e) Pendidikan lebih berdaya guna.
[\ ]^_
u
l
` abi
c an
Keterampilan Proses Sains
Modul latihan keterampilan proses sains adalah modul yang mencakup
keseluruhan keterampilan proses sains, dalam hal ini mengacu kepada
keterampilan proses terintegrasi yang dikemukakan SAPA (Padilla: 1990) dan
Nuryani (1995) yang mencakup sembilan keterampilan proses sains.
4. Kinematika Gerak
a. Pengantar Kinematika Gerak
Kinematika gerak merupakan ilmu dari fisika klasik yang sudah ada
sejak jaman dahulu. Berbagai penelitian telah dilakukan diantaranya
Aristoteles yang merupakan salah satu filsuf dan ilmuwan terbesar Yunani. Ia
kemudian menjelaskan fenomena gerak dengan membuat klasifikasi.
Aristoteles membagi gerakan dalam dua tipe: gerakan alami dan gerakan
gangguan.
mengakibatkan gerakan. Angin menimbulkan gerakan terhadap kapal laut. Hal
mendasar tentang gerakan gangguan adalah disebabkan oleh penyebab luar
dan diberikan kepada benda. Benda bergerak bukan karena dirinya, tetapi
karena didorong atau ditarik.
Kemudian muncul teori Copernicus, tentang pergerakan bumi
mengelilingi matahari, dan dilanjutkan oleh penelitian Galileo. Hipotesis
benda jatuh Aristoteles dengan mudah digugurkan oleh Galileo. Ia melakukan
percobaan dengan menjatuhkan benda dengan beragam berat dari puncak
menara miring di Pisa dan membandingkan waktu jatuhnya. Berlawanan
dengan Aristoteles, ia menemukan batu yang beratnya dua kali lipat dibanding
batu yang lain tidak jatuh lebih cepat dua kali lipat. Kecuali akibat gaya gesek
dengan udara. Galileo kemudian menemukan bahwa benda dengan berat
beragam, ketika dilepaskan pada waktu yang bersamaan, jatuh bersama dan
menyentuh tanah pada waktu yang bersamaan. Dari teori-teori tentang gerak
inilah akhirnya memunculkan kemungkinan Newton untuk menjelaskan
tentang pergerakan alam semesta berdasarkan fisika klasik.
d e
Kinematika gerak lurus
Dalam materi gerak lurus materi yang disampaikan, dapat disajikan
dalam peta konsep berikut:
Gerak lurus adalah kondisi suatu benda berpindah menjauhi posisi titik
acuan dengan lintasan lurus. Titik acuan adalah suatu titik untuk memulai
pengukuran perubahan kedudukan benda. Adapun lintasan adalah titik-titik
yang dilalui oleh suatu benda ketika bergerak. Suatu benda melakukan gerak,
bila benda tersebut kedudukannya (jaraknya) berubah setiap saat terhadap titik
asalnya (titik acuan). Sebuah benda dikatakan bergerak lurus, jika lintasannya
berbentuk garis lurus. Misalnya gerak jatuh bebas dan gerak mobil di jalan.
Gerak lurus yang dibahas ada dua macam yaitu :
a. Gerak lurus beraturan (disingkat GLB)
[image:39.612.154.521.178.470.2]b. Gerak lurus berubah beraturan (disingkat GLBB)
Gambar 2.1 : Peta konsep materi gerak lurus
GERAK LURUS
GLB
Kecepatan
Tetap
GLBB
Percepatan
Tetap
Gerak Dipercepat
Gerak Diperlambat
dapat berupa
dapat berupa
ciri
ciri
1)
Jarak dan perpindahan
Jarak merupakan panjang lintasan yang ditempuh oleh suatu materi
(zat). Sedangkan perpindahan ialah perubahan posisi suatu benda yang
dihitung dari posisi awal. Jarak tidak mempersoalkan ke arah mana benda
bergerak, sebaliknya perpindahan tidak mempersoalkan lintasan suatu benda
yang bergerak. Perpindahan hanya mempersoalkan kedudukan, awal dan akhir
benda itu. Jarak adalah besaran skalar, sedangkan perpindahan adalah vektor.
Dua benda dapat saja menempuh jarak (panjang lintasan) yang sama namun
mengalami perpindahan yang berbeda. Ketika berpindah dari posisi awal
x
i
ke
posisi akhir
x
f
, perpindahan partikel didapat dengan
x
i
- x
f.
. Digunakan simbol
delta ( ) untuk menyatakan perubahan besaran. Sehingga perpindahan
partikel dapat ditulis
x
=
x
i
- x
f.
(2.1)
[image:40.612.150.531.71.467.2]Besaran
x
menyatakan posisi benda relatif terhadap titik tetap yang
dipilih sebagai titik acuan atau titik pusat koordinta. Pada titik pusat koordinat
nila
x=0. Untuk perjanjian, jika benda berada di sebelah kanan titik pusat
koordinat maka nilai
x
positif, sebaliknya jika benda berada di sebelah kiri
titik pusat koordinat nilai
x
negatif. Berdasarkan persamaan 2.1
x
berharga
positif jika
x
f
lebih besar daripada
x
i
fbegitu pula sebaliknya. Dikarenakan
perpindahan bergantung pada arah geraknya, maka perpindahan bisa positif
atau negatif. Perpindahan positif jika arah gerak ke kanan, dan Perpindahan
negatif jika arah gerak ke kiri.
2)
Kecepatan dan kelajuan
Kecepatan rata-rata (
) sebuah partikel didefinisikan sebagai
perpindahan partikel
x
dibagi selang waktu
t
selama perpindahan tersebut
terjadi
=
.
(2.2)
Kecepatan rata-rata partikel yang bergerak dalam satu dimensi dapat bernilai
positif atau negatif, bergantung kepada tanda perpindahannya (perhatikan
persamaan 2.1) akan tetapi selang waktu
t
selalu bernilai positif.
partikel, sebuah besaran skalar, didefinisikan sebagai jarak tempuh total
dibagi waktu yang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut.
Kelajuan rata-rata =
..(2.3)
Dalam kehidupan sehari-hari, kelajuan maupun kecepatan senantiasa
berubah-ubah karena berbagai sebab. Misalnya jalanan yang tidak rata. Oleh
karenanya
dapat diartikan bahwa
kelajuan dan kecepatan pada dua
persamaan di atas sebagai kelajuan rata-rata dan kecepatan rata-rata.
3)
Kecepatan dan kelajuan sesaat
Kecepatan didefinisikan sebagai perubahan posisi per satuan waktu.
Kecepatan dari suatu gerak partikel dapat juga diketahui pada saat selang
waktu tertentu saja. Misalnya sebuah partikel bergerak selama sepuluh detik,
maka dapat juga diukur kecepatan pada saat detik ke 0 sampai detik ke 5 saja.
Kecepatan ini disebut kecepatan sesaat, dengan kata lain kecepatan sesaat
v
x
[image:42.612.193.416.507.694.2]sebanding dengan limit rasio
x
/
t
seiring
t
mendekati nol.
Secara grafis kecepatan sesaat dapat didefinisikan sebagai gradient
garis singgung dari kurva posisi
(x)
dan waktu
(t)
pada nilai
t
yang diinginkan.
Grafik pada gambar 2.3 menunjukkan bahwa kecepatan sesaat pada posisi A
didefinisikan dari gradien garis singgung kurva
x(t)
di titik A.
= lim
Dengan demikian kecepatan sesaat di titik A sebesar
=
= ~ , hal ini
berarti pada titik A benda masih dalam keadaan diam sehingga nilai kecepatan
sesaat tidak terdefinisikan. Kecepatan sesaat pada titik B adalah
=
=
5
, dengan demikian kecepatan sesaat di titik B adalah 5 m/s. Kecepatan sesaat
ini bisa bernilai positif maupun negatif bergantung arah gerakannya. Gerak
benda dari A ke B pada grafik 2.1 menunjukkan kecepatan bernilai positif
dikarenakan
berharga positif. Sedangkan gerak dari B ke C sampai F
kecepatan bernilai negatif dikarenakan
berharga negatif.
Kelajuan sesaat didefinisikan sebagai besarnya kecepatan sesaat.
Seperti kelajuan rata-rata, kelajuan sesaat tidak memiliki arah, sehingga tidak
mempunyai tanda di depan besaran nilainya.
4)
Percepatan
Percepatan rata-rata
x
didefinisikan sebagai perubahan kecepatan
v
x
dibagi selang waktu t perubahan tersebut terjadi:
x
=
=
(2.5)
Perubahan kecepatan didapatkan dari selisih kecepatan akhir
dengan
kecepatan awal
.
Selang waktu
t
didapatkan dari selisih waktu akhir awal
pengukuran
dengan waktu awal pengukuran
.
Percepatan sesaat sama dengan turunan kecepatan terhadap waktu, yang
menurut definisi berarti kemiringan grafik kecepatan-waktu.
a
x
=
lim
0
=
(2.6)
percepatan dapat bernilai positif dan negatif. Percepatan bernilai positif
artinya gerak benda mengalami pertambahan kecepatan sehingga
kecepatannya semakin besar. Sedangkan percepatan bernilai negatif artinya
gerak benda diperlambat sehingga kecepatannya semakin kecil bahkan
berhenti, contoh pada gerak mobil yang di rem.
Gradien garis singgung gambar grafik 2.4 didapatkan dari perbandingan
perubahan kecepatan
dengan perubahan waktu
,
sehingga didapatkan
persamaan percepatan sesaat seperti persamaan 2.6
5)
Gerak lurus beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan adalah gerak benda dalam lintasan garis lurus
dengan kecepatan tetap.
Pada grafik 2.3 menyatakan hubungan antara kecepatan (v) dan waktu tempuh
(t) suatu benda yang bergerak lurus. Berdasarkan grafik tersebut kecepatan
benda selalu tetap. Ditinjau dari gerak tiap detik, pada detik pertama
kecepatanya 3 m/s, pada detik kedua kecepatannya 3 m/s dan seterusnya dari
waktu ke waktu yakni tetap sebesar 3 m/s. Jarak total yang ditempuh benda
t (s)
v (m/s)
3
[image:45.612.146.533.63.532.2]1 2 3 4 5
Gambar 2.5 : Grafik GLB
Gambar 2.4: Grafik percepatan sesaat
dapat dihitung dari luas daerah di bawah kurva grafik v-t. Cara lain
menghitung jarak tempuh adalah dengan menggunakan persamaan GLB.
=
(2.7)
Persamaan 2.7 menyatakan hubungan antara
v
gs. dan
t
dimana v adalah
kecepatan gerak benda sedangkan
t
adalah waktu tempuh selama benda
bergerak.
Selain grafik v - t di atas, pada gerak lurus terdapat juga grafik s-t,
yakni grafik yang menyatakan hubungan antara jarak tempuh (s) dan waktu
tempuh (t) seperti grafik pada gambar grafik 2.6
[image:46.612.149.526.226.483.2]Pada saat
t
= 0 s, jarak yang ditempuh oleh benda
s
= 0, pada saat
t
= 1
s, jarak yang ditempuh oleh benda
s
= 2 m, pada saat
t
= 2 s, jarak
s
= 4 m,
pada saat
t
= 3 s, jarak
s
= 6 s dan seterusnya. Berdasarkan data tersebut dapat
dapat dianalisis dengan persamaan 2.7 sehingga diperoleh data kecepatan
pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Analisis Kecepatan pada GLB
Waktu
(t)
Jarak
(s)
Kecepatan
(v)
1s
2m
2 m/s
2s
4m
2 m/s
3s
6m
2 m/s
4s
8m
2 m/s
Selain menggunakan metode persamaan 2.7 kecepatan juga dapat
diturunkan dari gradien kemiringan garis pada grafik 2.4. Gradien garis
tan
=
,
tan
tak lain adalah kecepatan gerak benda.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa benda yang diwakili oleh grafik
s-t
pada gambar 2.4 di atas, bergerak dengan kecepatan tetap 2 m/s.
6)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak benda dalam
lintasan garis lurus dengan percepatan tetap. Jadi, ciri utama GLBB adalah
bahwa dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin lama semakin
cepat. Dengan kata lain gerak benda dipercepat. Namun demikian, GLBB juga
dapat berarti bahwa dari waktu ke waktu kecepatan benda berubah, semakin
lambat hingga akhirnya berhenti. Dalam hal ini benda mengalami percepatan
negatif.
=
=
=
sehingga
v
=
+a.t
.. (2.8)
selain itu berdasarkan persamaan 2.4 v
rata-rata
=
=
=
dan di lain
pihak juga v
rata-rata =
.
Jika kedua persamaan untuk v
rata-rata
ini digabungkan
didapatkan
=
,
sehingga diperoleh
=
.
.
=
(
. )
.
=
. +
(2.9)
atau
=
+
. +
..(2.10)
Persamaan GLBB dengan perhitungan yang tidak mengandung variabel
t
dapat diturunkan dari persamaan 2.8 diperoleh
=
(
)
,
dengan
mensubstitusi ke persamaan 2.10 diperoleh
=
+
+
Diperoleh
= 2 (
)
..(2.11)
[image:48.612.151.527.76.465.2]Gambar grafik 2.7 memperlihatkan gerak benda dengan kecepatan yang
berubah dari v
0
menjadi v
t
dalam selang waktu 0 detik sampai
t
detik.
Perubahan kecepatan didapatkan dari v
t
-v
0
yang berharga positif, dan selang
waktu adalah
t
.
Dengan demikian grafik 2.5 merupakan GLBB dipercepat
dengan nilai kecepatan berubah semakin besar seiring bertambahnya waktu.
Nilai percepatan diperoleh dari gradien grafik
v-t
j k lm
n
iliti
noyang relevan
[image:49.612.212.384.71.183.2]1. Penelitian Gina Hanifah Rahmi (2013), bertujuan untuk mengetahui
peningkatan keterampilan proses sains siswa setelah pembelajaran dengan
bantuan buku ajar yang dikembangkan serta mengetahui tanggapan guru dan
siswa terhadap buku ajar yang dikembangkan.
Hasil dari penelitian ini
adalah didapatkannya peningkatan
n-gain
siswa setelah melakukan
pembelajaran berbantuan buku ajar yang dikembangkan sebesar 0,33.
Peningkatan keterampilan proses sains dasar lebih besar dibandingkan
dengan keterampilan proses sains terpadu. Tanggapan guru dan siswa
terhadap buku ajar yang dikembangkan sangat positif. Dengan demikian
Gambar 2.7 : Grafik v-t untuk GLB dipercepat
v
o
[image:49.612.116.528.228.465.2]penggunaan buku ajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan proses sains pada materi pokok optik yang dikembangkan oleh
Gina hanifah ini mendasari penulis untuk mengembangkan modul dengan
materi pokok yang berbeda dan dipilihlah materi kinematika gerak karena
materi ini memerlukan KPS dalam setiap sub bahasannya.
2. Penelitian oleh Haryono (2006), bertujuan untuk mengembangkan model
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains guna meningkatkan
kemampuan proses sains dan hasil belajar siswa Sekolah Dasar. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model yang dikembangkan yaitu merupakan
model dalam proses pembelajaran yang menterjemahkan keterampilan proses
sains ke dalam rangkaian proses pembelajaran di kelas dan dikembangkan
secara terintegrasi dengan pembelajaran yang berpola deduktif. Model
pembelajaran berbasis keterampilan proses sains secara signifikan efektif
untuk meningkatkan kemampuan proses sains siswa dari 46,08% menjadi
67,27%.
Penelitian ini sebagai pendukung bahwa untuk meningkatkan
keterampilan proses sains juga tidak lepas dari model pembelajaran yang
digunakan, sehingga dalam penelitian pengembangan yang dilakukan penulis
harus disusun model pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan KPS
siswa.
ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri datri dua siklus. Pada
siklus kedua keterampilan proses sains siswa meningkat sebesar 17,48% dari
siklus sebelumnya. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran PBL dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
Dengan demikian model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
penelitian
pengembangan
yang
dilakukan
penulis
salah
satunya
menggunakan model pembelajaran PBL.
4. Penelitian oleh Raose Amnah Abd Rauf, et all (2013), bertujuan untuk
mengetahui apakah pendekatan pembelajaran sains pada kelas sains di dua
Smart School
di Malaysia dapat menanamkan keterampilan proses sains serta
mengidentifikasi keterampilan proses sains manakah yang dapat ditanamkan.
Penelitian ini mengungkapkan bahwa proses belajar mengajar sains yang
menggunakan berbagai pendekatan pengajaran dalam satu pelajaran memiliki
keuntungan tambahan dalam hal memberikan kesempatan bagi penanaman
keterampilan proses sains tersebut. Model pembelajaran yang bervariatif
dapat digunakan agar proses melatihkan KPS dapat lebih optimal sesuai
dengan KPS yang sedang dilatihkan.
bahwa metode pembelajaran berbasis proyek lebih efektif untuk memberikan
penilaian terhadap keterampilan proses sains. Berdasarkan kesimpulan dalam
peleitian tersebut, salah satu metode dalam melatihkan KPS yang dapat
digunakan penulis sebagai acuan adalah model pembelajarn berbasis proyek.
6. Penelitian oleh Audrey N. Tomera (1974). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana keterampilan proses sains mengamati dan
membandingkan digunakan dalam konten materi yang berbeda dari matei
ketika keterampilan proses tersebut dilatihkan. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa keterampilan proses sains dasar dapat diajarkan dan
ketika telah dipelajari, dapat menunjang siswa untuk belajar dengan
menerapkannya pada situasi atau materi yang baru. Dengan demikian penting
adanya penanaman KPS terhadap siswa untuk menumbuhkan jiwa saintis dan
menunjang pembelajaran.
pq
Kerangka Berpikir
Pembelajaran
fisika dengan keterampilan proses sains di
SMA/MA
memiliki
arti
penting
dalam kegiatan
belajar
mengajar.
Hal
tersebut
tidak
melihat
mata
pelajaran
berdiri
sendiri. Mereka melihat objek atau
peristiwa yang ada memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran.
Berdasarkan wawancara dengan siswa SMAN 2 Ponorogo, pengalaman
belajar yang diperoleh di kelas nyatanya belum utuh sehingga orientasi
tercapainya kompetensi inti dan kompetensi dasar belum maksimal. Pembelajaran
lebih bersifat
rs turt
r
-centered,
guru
hanya
menyampaikan
sains
sebagai
produk
dan
siswa menghafal
informasi
faktual.
Siswa
belum mahir
mempelajari
sains
pada
domain kognitif
yang
tinggi.
Siswa
belum
dibiasakan
untuk
mengembangkan
potensi berpikirnya. Fakta di lapangan
menunjukkan bahwa banyak siswa yang cenderung menjadi malas belajar secara
mandiri. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru adalah keterbatasan
waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah siswa per kelas yang terlalu
banyak. Dalam kenyataan, memang tidak banyak siswa yang menyukai kajian
sains karena dianggap sukar, keterbatasan kemampuan siswa, atau karena
mereka tidak berminat menjadi ilmuwan atau ahli teknologi. Namun demikian,
mereka tetap berharap agar pembelajaran sains di sekolah dapat disajikan
secara menarik, efisien, dan efektif.
menyeluruh. Dalam pembelajaran fisika tersebut dilatihkan
keterampilan-keterampilan untuk melakukan pengamatan, pengukuran, pengelompokan,
berkomunikasi, menarik kesimpulan, dan memberikan prediksi. Keenam hal
tersebut adalah beberapa aspek keterampilan proses sains.
Pengembangan modul yang dapat melatihkan keterampilan proses sains
diharapkan dapat memberikan pembelajaran kepada siswa tentang keterampilan
proses sains secara utuh tanpa terkendalan adanya keterbatasan waktu, sarana,
dan lingkungan belajar yang tidak mendukung. Dengan adanya modul fisika
berbasis keterampilan proses, diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan dari
tujuan pembelajaran fisika itu sendiri.
Penelitian pengembangan ini bertujuan menghasilkan modul fisika latihan
keterampilan proses sains, dengan model pengembangan 4-D yang memiliki
tahapan
Define, Design, Develop,
dan
Disseminate
atau diadaptasi menjadi model
4-P, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran.
pembelajaran yang meliputi pengujian, evaluasi, dan revisi produk. Perangkat
serta modul pembelajaran akan dievaluasi dengan divalidasi oleh ahli dalam
bidangnya dan guru. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan modul
yang dikembangkan. Langkahnya adalah melakukan revisi apabila pada kegiatan
evaluasi masih ditemukan hal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Selanjutnya adalah tahap implementasi dan penyebaran. Pada tahap ini peneliti
akan melakukan kegiatan uji coba lapangan terhadap produk yang dihasilkan.
Uji coba berupa pembelajaran di kelas yang akan menggunakan kelas
w x wy yy
z{ | }~{{ { y| yx x z
l
n
m
¡¢ £ ¤¥¦§¨ ¡© ª «£ ¬ ® ¯ ° ¯± ± ± ± ² ³ ´µ³ ´ ±
X
° ± ¯ ° ±± ® ± ± ¶ ¯± ± ± ± .
³ ¯ ± ¯ ° ¯± ± °± ± ¯4-
· ¸¦¹º£ ¨¦ ¢ ¥¬ ¯°»° ® 1974: 5
¬.
w ¼
o
s
u
r
n
m
¯± ± ¯
4-
· ¸¦¹ £ ¨ ¦ ¢ ¥¬ ¯° »° ® 1974
¬.
³ ¯ 4
° ½ £ ¸¾ ¡¿ £¾ À ¡¿ £¤ ¥¦§¿ £¾ ¨¾¡© ± ® ³¯
4-
,
Á ± ,
 ½ ½ à ® ¯4-
· ± ° :
1.
® ¯4-
·°½2.
´ ° Ä ± ® Â ¯ ® Á ° ± °±
.
ÇÈÉÊÈË
3.1.
Ì ÍÎÈÏ ÐÑ ÍÐÏ ÒÈ ÏÈ ÐÑË ÓÔÕÖ× ÓÔÕÒÑÍÉÊ ÍÒÈØÈË È ÐÙÏ ÎÏ ÖÈ2003: 6
ßàá
u
l
â ãäå æ ãn
çè äè éã êë å ì ãíî éàïèïð ãåí ï ñèòåï åóô éãõ äó ó ö÷ øù úûüýþÿø
ñèòå ïåó ó
ñèòå ïåó ó ó
üøøøü
,
ý ø,
üüþø÷ üþûþü÷ üü îèíáèõ åí å ïåãí
þøø üúüþüüüýøþøüú
þüø ü ú
ô éãõ äó
úþþûøûø øþøü
î èéèíãíããí
ôéãõäó ó ó
ö÷ øù úûüøý þü üøø üø
îèí èê ãí ãí
þ üüú øþü üøþúü üø
ü üøü! þ þ ûüüúøüøüøþü ø" îèí#è ãéãí
%& ' () (*+,- .,/ 0-010(-
(Define)
2 345 36747 87 94 : 3;<=> =94 =4 <=? @34 3<9A?94 594 @3453 67 4787 ?94 ?3:=< =B94
-
?3: =<=B94 57 59C9@ A;D838 A3@: 3C9 >9;94E F7 59C 9@ @34 3<9A?94 ? 3: =<=B94A3@: 3C9 >9 ;94 B9C G94H A3;C = 57 A3;B 9<7 ?94 94 <9 ;9 C 97 4 @34H 3497 ?3838=97 94 ?3: =< =B94 A3@:3C9 >9;94 5 34H94 ?=;7?=C =@ G9 4H : 3;C 9 ?=I <7 4H ?9 < 9<9= <9B9 AA3 ;?3@: 94H948 7 8J9,
594?D457 878 3?DC9BEK& ' () (*+,L(-M(-N(-
(Design)
2959 <9B9 A 747 57 C9 ?=?94 A3;94O94H94 A ;D<D<7A3 A3;94H ?9 < A3@: 3C9 >9 ;94:3;=A9@D5 =C
.
P9B9 AA3;94 O94H94747< 3;57 ;759 ;7:
9
.
2 3@7 C7B94Q D;@9 <2 3@7C7 B94 6D;@9< 57838=97 ?94 5 34H94 6D ;@ 9< ?;7<3;7 9 @D5 =C
G9 4H57959 A<98 759;76D;@9 <?;7<3;79: =?=G9 4H57?3C =9 ;?94DC 3BRST2
.
:E F38 97 4UJ9CVD5 =CF9C 9@ A34G=8 =494 9J9C 5 ;96 @ D5 =C 9 ?94 57B98 7 C?94 5;96 @ D5 =C W 5 34H9483?=;94H
-
?=;94H4G9@ 34 O9 ?=A5759C9@4G9,
G9 7 <=X1
YZ=5 =C @D5 =C G9 4H @34HH9 @:9 ;?94 @9 <3;7 G9 4H 9 ?94 57 < =94H ?94
5759C 9@@D5 =C
.
2