PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG MUNDURNYA HARY TANOE SOEDIBYO DARI PARTAI HANURA PADA MEDIA ONLINE
(Analisis Fr aming Zhongdang Pan dan Ger ald M. Kosicki Tentang Ber ita Mundur nya Har y Tanoe dar i Par tai Hanur a di Vivanews.com dan Tempo.com Per iode Tanggal 17
s.d. 23 Mei 2014)
SKRIPSI
Oleh :
TIARA SARI 1043010167
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG PENGUNDURAN DIRI HARY TANOESOEDIBJ O DARI PARTAI HANURA PADA MEDIA ONLINE (Analisis Fr aming Zhongdang Pan dan Ger ald M. Kosicki Tentang Ber ita Mundur nya Har y Tanoe dar i Par tai Hanur a di Vivanews.com dan Tempo.co
Per iode Tanggal 17 s.d 23 Mei 2014)
Oleh :
TIARA SARI
NPM. 10403010167
Telah diper tahankan dihadapkan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi J ur usan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “ Veeter an” J awa Timur Pada Tanggal 18 J uli 2014
Pembimbing Tim Penguji :
1. Ketua
Dr s. Kusnar to, M.Si J uwito, S.Sos, M.Si
NIP. 1958080 1198402 1001 NPT. 3 6704 95 00361
PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG PENGUNDURAN DIRI HARY TANOESOEDIBJ O DARI PARTAI HANURA PADA MEDIA ONLINE (Analisis Fr aming Zhongdang Pan dan Ger ald M. Kosicki Tentang Ber ita Mundur nya Har y Tanoe dar i Par tai Hanur a di Vivanews.com dan Tempo.co
Per iode Tanggal 17 s.d 23 Mei 2014)
Oleh :
TIARA SARI
1043010167
Telah disetujui mengikuti Ujian Skr ipsi
Menyetujui,
Pembimbing
Dr s. Kusnar to, M.Si
NIP. 1958080 1198402 1001
Mengetahui,
Dekan
Dr a. Hj. Supar wati, M.Si
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rakhmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi dengan judul “PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNDURAN DIRI HARY TANOE SOEDIBJ O PADA MEDIA ONLINE” ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Kusnarto, Msi. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. Dan juga penulis menerima bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra.Hj. Suparwati, Msi. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Juwito, S.Sos, Msi. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Drs. Sumardjijati, Msi. Selaku penyemangat untuk penulis dalam mengerjakan skripsi.
4. Papa dan Mama untuk doa dan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis.
5. Ibu ku yang selalu memberi dukungan melalui BBM
6. “RF” yang memberi semangat menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga tercinta yang selalu memberi canda dan tawa pada saat penulis lelah dalam mengerjakan skripsi ini.
8. Keluarga Cherry Guruh, Shilby, Funni, Shinta atas waktu yang diberikan untuk memberi masukan kepada penulis.
9. Keluarga kampus “TH” Indro sigito,Anis,Aya,Dhenz,Achwan,Danton,Deny,Rekad dan.Keluarga “IKOM” Mas Andre,Wulan,Mertien,Shani, dan rekan-rekan seperjuangan yang selalu memberi dukungan.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang penulis miliki semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak umumnya dan penulis khususnya.
Surabaya, 03 Juni 2014
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN UJ IAN
SKRIPSI ... i
HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI... ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 12
2.1 Landasan Teori ... 12
2.1.1 Penelitian Terdahulu ... 13
2.1.2 Media Massa ... 13
2.1.3 Konstruksi Realitas ... 15
2.1.4 Jurnalisme Online Sebagai Media Massa ... 19
2.1.5 Situs Berita Online ... 21
2.1.7 Berita Sebagai Hasil Konstruksi Realitas ... 27
2.1.8 Kecenderungan Hierarchy Of Influence ... 28
2.1.9 Framing Termasuk Paradigma Konstruksionis ... 30
2.1.10 Komunikasi Politik di Media Massa... .... 31
2.1.11 Analisis Framing ... 32
2.1.12 Perangkat Framing Pan dan Kosicki ... 35
2.1.13 Priming... 41
2.2. Kerangka Berpikir ... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45
3.1 Metode Penelitian ... 45
3.2 Subjek dan Objek Penelitian ... 46
3.3 Unit Analisis ... 46
3.4 Populasi dan Korpus ... 47
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.6 Teknik Analisis Data... 49
3.7 Langkah-Langkah Analisis Framing ... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………...………... 51
4.1 Gambaran Umum Penelitian………. 51
4.1.1 Gambaran Umum Media Online Vivanews.com…….. 51
4.1.2 Gambaran Umum Media Online Tempo.co………….. 53
4.2 Analisis Data………. 55
4.2.2 Analisis Data Media Online Tempo.co………. 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. . 86
5.1 Kesimpulan………. . 86
5.2 Saran……… . 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Hierarchy Of Influence
(Shoemaker dan Rease dalam Sobur 2002:138) ... 28
Tabel 2.2 Skema Perangkat Framing Zhongdang Pan dan
Gerald M. Kosicki ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Berita Vivanews.com... 93 19 Mei 2014 “Hary Tanoe dukung Prabowo-Hatta Hanura Pecah”
Lampiran 2 20 Mei 2014... 95 “Dukung Prabowo Hary Tanoe terancam dipecat dari Hanura”
Lampiran 3 21 Mei 2014...97 “Hary Tanoe dan Fuad Bawazier mundur Hanura pecah”
Lampiran 4 Berita Tempo.com...101 17 Mei 2014 “Koalisi dengan PDIP Wiranto ceraikan Hary Tanoe”
Lampiran 5 20 Mei 2014...103 “Dukung dua Capres Hary Tanoe mundur dari Hanura”
ABSTRAK
Tiar a Sar i, 1043010167 PEMBINGKAIAN BERITA PENGUNDURAN DIRI HARY TANOESOEDIBJ O DARI PARTAI HANURA PADA MEDIA ONLINE (Analisis fr aming menggunakan metode Pan dan Kosicki tentang Ber ita Mundur nya Har y Tanoe dar i Par tai Hanur a di Vivanews.com dan Tempo.com Per iode Tanggal 17 s.d. 23 Mei 2014).
Media online merupakan media massa generasi ketiga setelah media cetak seperti koran, tabloid,majalah, buku dan media elektronik, dan sifatnya yang memiliki keunggulan dibanding media konvensional yang lain memiliki ketertarikan sendiri pada peminat massa. Semua media online memberitakan isu tersebut tidak terkecuali Vivanews.com dan Tempo.co yang turut memberi ruang yang begitu banyak pada timeline websitenya, bahkan mejadikan isu tersebut sebagai headline dalam situs onlinenya tersebut.
Metode yang digunakan adalah analisis framing milik Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki untuk mengetahui konstruksi berita yang dibuat oleh kedua media online tersebut. Metode tersebut termasuk dalam penelitian kualitatif. Disini analisis framing digunakan untuk mengetahui bagaimana kedua media dalam membentuk ideologi dalam berita yang disajikan kepada khalayak.
Hasil penelitian ini berdasarkan analisis data yang didapat dari berita pada media online menunjukkan bahwa Vivanews.com mengkonstruksi berita bahwa pengunduran diri Hary Tanoeseodibjo karena adanya perbedaan sikap politik terhadap partai, sedangkan Tempo.co mengkonstruksi berita bahwa Pemecatan Hary Tanoesoedibjo dari Partai Hanura karena kurangnya integritas Hary Tanoe dalam mendukung pencapaian partai. Berdasarkan hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa Vivanews.com dan Tempo.co dalam memberitakan suatu isu masih terpengaruh oleh organisasional yang melingkupinya.
Kata Kunci : Framing, Media Online, Ideologi Media
ABSTRACT
Tiar a Sar i, 1043010167 fr aming NEWS Har y Tanoesoedibjo RESIGNATION OF PARTIES TO THE MEDIA ONLINE HANURA (fr aming analysis using the method of Pan and Kosicki News Har y Tanoe r esignation of Hanur a in Vivanews.com and Tempo.com Per iod Date 17 to May 23, 2014)
Online media is a third-generation media after the print media such as newspapers, tabloids, magazines, books and electronic media, and the nature of which has advantages over other conventional media have their own interest at the interest of the masses. All online media proclaim these issues are no exception Vivanews.com and Tempo.co that helped give so much space on the timeline website, even mejadikan the issue as a headline in its online site is.
The method used is owned framing analysis Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki to know the news construction made by both the online media. The method is included in the qualitative research. Here the framing analysis is used to determine how the two media in shaping the ideology of the news presented to the audience.
integrity Hary Tanoe in support of the party. Based on the results of this study concluded that Vivanews.com and Tempo.co in reporting an issue still affected by surrounding organizational.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peran media massa dalam kehidupan sosial kerap dipandang secara
berbeda-beda, namun tidak ada yang menyangkal atas perannya yang signifikan dalam
masyarakat modern. Menurut Mc Quail, dalam bukunya Mass Communication
Theoris (2000:6), menyebutkan bahwa peran media sebagai Window on event and
experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak
“melihat” apa yang terjadi diluar sana. Selain itu, media massa sebagai “filter” atau
“gate keeper” yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media
massa senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk konten lain berdasarkan standar
pengelolanya. Khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak
diketahui dan mendapat perhatian. Disini, pentingnya peran media massa sebagai
realitas simbolik yang dianggap mempresentasikan realitas objektif sosial dan
berpengaruh pada realitas sosial dan berpengaruh pada realitas subjektif yang ada
pada perilaku interaksi sosial.
Ketika produk media massa sampai kepada masyarakat sesungguhnya
merupakan hasil “ rekonstruksi realita “. Bahwa peristiwa yang disaksikan atau
dialami oleh reporter dan juru kamera diproses melalui editing dan re-editing
penyuntingan ulang, baik oleh reporter dan juru kamera maupun oleh editor dan
redaktur maupun pemimpin redaksi. Suatu proses yang cukup kompleks meskipun
berlangsung cepat. Ini yang disebut sebagai rekonstruksi atas realita (Pareno, 2005 : 4
Untuk membuat informasi menjadi lebih bermakna biasanya sebuah media
melakukan penonjolan-penonjolan terhadap suatu berita. Dalam mengambil
keputusan mengenai isi mana yang akan ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan
ideologi pada wartawan yang terlibat dalam proses produksi dalam sebuah berita. (
Sobur, 2001 : 163 )
Jurnalistik online didefinisikan sebagai suatu proses pelaporan fakta yang
diproduksi dan didistribusikan melalui saluran internet. Pada dasarnya jurnalistik
konvensional dan jurnalistik online tidak berbeda jauh, yang membedakan hanya
medium penyebaranluasannya saja. Dari segi sifat, keduanya sama-sama dituntut
untuk menyajikan berita paling up to date secepat mungkin dan se-aktual mungkin.
Karena dalam media online ketepatan dan kecepatan dalam penyebaran dan
pengeluaran berita merupakan kewajiban yang harus dilakukan dari setiap media
online sehingga masyarakat akan percaya dan beranggapan bahwa media tersebut
menjadi dan menampilkan berita yang hangat yang sedang terjadi, jadi intinya setiap
ada informasi atau peristiwa terbaru, mereka langsung melaporkannya. Perbedaan
yang paling jelas terletak pada media dan mekanisme efisiensi pencarian, pengolahan
dan penyebaran beritanya. Jurnalistik online merupakan jurnalistik yang menganut
proses pencarian,pengolahan dan penyebarluasan informasi melalui fasilitas dalam
internet. Akan tetapi dalam jurnalistik online tidak terpaku pada kaidah bahasa yang
digunakan dalam jurnalistik secara umum. Karakteristik jurnalistik online yang paling
terasa meskipun belum tentu disadari adalah kemudahan bagi penerbit maupun
masyarakat untuk membuat pralihan waktu penerbitan dan pengaksesan. Penerbit
online bisa menerbitkan maupun mengarsipkan artikel-artikel untuk dapat dilihat saat
ini maupun nanti. Ini sebenarnya dapat dilakukan oleh jurnalistik konvensional,
karena informasi yang disebarluaskan bisa lebih cepat daripada jurnalistik
konvensional.
Menurut Foust (2005, 12) media online merupakan media massa yang tersaji
secara online di situs web internet. Media online merupakan media massa generasi
ketiga setelah media cetak seperti koran, tabloid,majalah, buku dan media elektronik,
dan sifatnya yang memiliki keunggulan dibanding media konvensional yang lain
memiliki ketertarikan sendiri pada peminat massa. Salah satunya karena kemampuan
media massa konvensional seperti televisi, radio dan surat kabar mulai dibentuk untuk
dapat diakses dalam bentuk online. Khalayak yang mengkonsumsi berita melalui
surat kabar kini dapat menikmati berita dalam bentuk digital atau versi online.
Media online pun mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang sama dengan
media lainnya. Jurnalistik online adalah tipe baru jurnalistik karena sejumlah fitur dan
karakteristik berbeda dengan jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka
adalah teknologinya, menawarkan kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan
menyebarkan berita. Dalam buku Journalism and New Media karangan J.Pavlik
menyebut tipe baru jurnalisme ini sebagai “ contextualized journalism”, karena
mengintegrasikan tiga fitur komunikasi yang unik : kemampuan – kemampuan
multimedia berdasarkan platform digital, kualitas-kualitas interaktif komunikasi
online dan fitur-fitur yang ditatanya.
( Santana,2005:137 )
“ Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Hanura Hary Tanoesoebdibjo
mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa sebagai calon Presiden dan Wakil
Presiden dalam Pemilu Presiden 9 Juli 2014”.
Petikan isi berita diatas adalah salah satu kutipan berita berjudul Hary Tanoe
Vivanews.com tanggal 19 Mei 2014 berita yang sama dimuat pada Tempo.co dengan
headline “ Koalisi dengan PDIP, Wiranto “ceraikan” Hary Tanoe” berita ini dilansir
pada tanggal 17 Mei 2014. Dari pemberitaan yang dimuat pada media online
Vivanews.com dan Tempo.co konstruksi media terlihat sama, dari berita tersebut
peneliti akan mencari tahu bagaimana media menjaga netralitasnya dalam
memberitakan suatu peristiwa. Peneliti tertarik untuk meneliti berita tersebut karena
Hary Tanoe adalah Cawapres yang diusung oleh Partai Hanura untuk mewakili
Capres Wiranto dan merupakan mogul media di Indonesia. Kemudian melihat pada
kampanye yang dilakukan oleh mantan Capres dan Cawapres tersebut yang
memenuhi salah satu stasiun televisi swasta milik Hary Tanoe tersebut. Dalam berita
tersebut dijelaskan bahwa terdapat perbedaan dukungan yang diinginkan oleh
keduanya, disebutkan juga bahwa Hary tanoe gagal dalam mempromosikan Hanura.
Disisi lain berita tentang mundurnya Hary Tanoe tersebut tidak terdapat pada media
miliknya sehingga peneliti tertarik untuk meneliti berita tersebut.
Alasan peneliti memilih media online sebagai objek untuk diteliti karena
maraknya pertumbuhan media online. Perkembangan teknologi memiliki banyak
implikasi pada seluruh manusia. Perkembangan teknologi yang begitu pesat ikut
mempengaruhi proses eksistensi media. Hal tersebut juga terjadi karena pola
perkembangan manusia modern yang cenderung serba instan. Media massa sedikit
banyak akan mengalami progres atau resolusi ke arah yang lebih canggih. Mulai dari
buku, majalah, surat kabar, atau media cetak lainnya tidak memakai kertas lagi karena
kita bisa membacanya secara online. Perkembangan media online sejalur dengan
makin merambahnya internet di setiap pelosok Indonesia, serta merebaknya
Media online mengubah para pelaku bisnis media yang sebelumnya
berpikiran bahwa media cetak sudah ideal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Televisi dan radio, dianggap tidak akan mampu menandingi pencapaian media cetak
dari sisi kedalaman dan kebebasan mengulas sesuatu. Sekalipun televisi dan radio
memiliki kelebihan sendiri. Tapi tetap tidak memiliki apa yang telah dicapai cetak.
Pada perkembangannya ketiga jenis media ini dianggap sebagai media tradisional
karena muncul yang namanya new media. Generasi ini datang ke Indonesia seperti
ingin mengganti media tradisional Indonesia. Dengan argumentasi peningkatan
pelayanan dan kepuasan terhadap pembaca, pemodal media cetak maupun televisi
ikut merambah dunia online. Para pebisnis media ini tidak ingin ditinggal
pembacanya yang telah menikmati kemudahan akses dengan new media ini. Namun
pada dasarnya, tidak serta merta media tradisional yang masuk ke dunia online ini
dapat menerapkan apa yang ada di media konvensionalnya ke dalam new media,
karena karakteristik yang terdapat di kedua media tersebut sedikit terdapat perbedaan.
Dari dua media online yang digunakan peneliti yaitu Vivanews.com dan
Tempo.co termasuk media yang menyoroti peristiwa tentang mundurnya Hary
Tanoesoedibjo dari partai Hanura. Berikut kutipan berita pada Vivanews.com :
Pada tanggal 19 Mei 2014 Vivanews.com menurunkan berita dengan headline “Hary Tanoe Dukung Prabowo-Hatta, Hanura Pecah” dengan kutipan berita “dalam pertemuan, kata Fadli, Bos Media Nusantara Citra (MNC) itu menyatakan dukungannya kepada Prabowo”.
Pada tanggal 22 Mei 2014 menurunkan judul berita “Hary Tanoe dan Fuad Bawazier Mundur, Hanura Pecah?” dengan kutipan berita “pengusaha Hary Tanoesoedibjo mundur dari partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Pilihan koalisi yang berbeda dengan Ketua Umumnya, Wiranto, disinyalir menjadi penyebab. Langkah mundur Hary Tanoe juga diikuti Ketua DPP Partai Hanura, Fuad Bawazier. Alasannya makin tidak aspiratif dan banyak hal lain”.
Sedangkan pada Tempo.co dalam memberitakan mundurnya Hary Tanoe dari
Partai Hanura dengan alasan yang sama. Berikut kutipan berita pada Tempo.co :
Kutipan berita Tempo.co yaitu :
Pada tanggal 17 Mei 2014 Tempo.co menurunkan headline berita “Koalisi dengan PDIP, Wiranto “Ceraikan” Hary Tanoe. Dengan kutipan berita “Wiranto tak menjawab saat ditanyai apakah pembubaran paket WIN-HT akan dilakukan secara resmi dalam forum internal partainya. Ia hanya menegaskan pembubaran itu otomatis terjadi setelah berkoalisi dengan PDI Perjuangan”.
Pada tanggal 20 Mei 2014 Tempo.co kembali menurunkan headline “Dukung dua capres, Hary Tanoe mundur dari Hanura” dengan kutipan berita “wakil sekretaris jenderal partai Hati Nurani Rakyat Saleh Husein menytakan Hary Tanoesoedibjo selaku ketua dewan pertimbangan Hanura mengundurkan diri dari jabatan dan kegiatan politik di partainya. Pengunduran diri itu menyusul keinginan Hary yang tidak hanya mendukung Joko Widodo dalam pemilihan presiden, tapi juga Prabowo Subianto”.
Pada tanggal 23 Mei 2014 Tempo.co menurunkan headline “Sokong kampanye Prabowo, ini kekayaan Hary Tanoe” dengan kutipan berita “mundur dari Hanura, pemilik MNC Group Hary Tanoesoedibjo memberikan dukungan untuk kemenangan calon presiden dan wakil presiden yang diusung koalisi pimpinan Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Bantuan itu, kata dia, bisa dalam bentuk dana ataupun jaringan”.
Menurut pengamatan peneliti, pemberitaan mundurnya Hary Tanoe dari
Partai Hanura tersebut mendapatkan porsi yang besar selama berhari-hari di media
online. Dari berbagai fakta mengenai proses mundurnya Hary Tanoe yang disajikan
oleh Vivanews.com dan Tempo.co, terdapat beberapa fakta yang sama pada
pemberitaan yang disajikan. Hal itu dapat dilihat pada beberapa tema yang sama
dalam pemberitaan yang disajikan. Meskipun tema yang diberitakan media online
tersebut terdapat beberapa persamaan, namun keduanya memiliki kekhasan
Hary Tanoesoedibjo dari Partai Hanura. Keduanya memiliki kebijakan redaksional
yang dapat membatasi kebebasan wartawan dalam menulis berita. Kebijakan
redaksional tersebut menjadi pedoman dan ukuran sebuah berita dalam menentukan
peristiwa apa yang akan diberitakan dan pembingkaian seperti apa yang akan
disampaikan pada khalayak. ( Rosi, 2012 : 12 )
Masing-masing institusi media tentunya memiliki ideologi serta visi dan misi
tersendiri. Ideologi tersebut akan mempengaruhi kebijakan redaksional media.
Seorang wartawan yang bekerja di suatu media dengan kebijakan redaksional
tentunya akan mencari, meliput, menulis dan melaporkan peristiwa atas realitas
berdasarkan kebijakan redaksional media. Kebijakan redaksional tersebut cara dia
menuliskan berita, akan mencerminkan ideologi institusi media dimana dia bernaung.
Sikap atau tendensi sang wartawan dalam meliput atau melaporkan sebuah berita
akan sekaligus menunjukkan sikap dan tendensi institusi media tempat mereka
bernaung. Seperti halnya parameter yaitu seorang wartawan dalam peliputan ada
hal-hal lain yang harus dihindari dan bahkan harus diketahui, semua itu tidak jauh beda
dari media yang diikuti.
Perspektif media juga menentukan fakta yang dipilih dan ditonjolkan.
Penonjolan merupakan proses membuat informasi jadi lebih bermakna. Realitas yang
disajikan secara menonjol memiliki potensial untuk dipertahankan dalam
mempengaruhi pembaca dalam memahami realitas.
Untuk melihat perbedaan dan gambaran berita, peneliti menggunakan metode
analisis framing. Metode tersebut akan mengupas bagaimana media menggambarkan
realitas (berita). Analisis framing ini dipilih karena analisis ini memusatkan perhatian
untuk memilih peristiwa tertentu untuk diberitakan dan menekankan aspek tertentu
dari peristiwa. Eriyanto menjelaskan bahwa framing adalah metode untuk melihat
cara bercerita ( story telling ) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada
“ cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini
berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. ( Eriyanto, 2005 : 10 )
Konstruksi realitas yang dilakukan kedua media online dalam membingkai
mundurnya Hary Tanoesoedibjo dari Partai Hanura akan dilihat melalui analisis
framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, karena pada perangkat
framing Kosicki menyebutkan bahwa framing sebagai cara untuk mengetahui
bagaimana suatu media mengemas berita dan mengkonstruksi realitas melalui
pemaknaan kata, kalimat, lead, hubungan antar kalimat, foto, grafik, dan perangkat
lain untuk membantu dirinya mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat
dipahami oleh pembaca. Karena berita dilihat terdiri dari berbagai simbol yang di
susun lewat perangkat simbolik yang dipakai yang akan dikontruksi dalam memori
khalayak. Dengan kata lain tak ada pesan atau simuli yang bersifat obyektif,
sebaliknya berita dilihat sebagai seperangkat kode yang membutuhkan interpretasi
makna. Teks berita tidak hadir begitu saja sebaliknya teks berita dilihat sebagai teks
yang dibentuk lewat struktur dan formasi tertentu, melibatkan proses produksi dan
konsumsi dari suatu teks.(Eriyanto, 2002 : 251 )
Serta terdapat empat perangkat framing. Pertama, struktur sintaksis yaitu
bagaimana wartawan menyusun peristiwa, opini dalam bentuk susunan berita. Kedua,
struktur skrip yaitu berhubungan dengan bagaimana wartawan menceritakan peristiwa
ke dalam bentuk berita. Ketiga, struktur tematik yaitu bagaimana wartawan
struktur retoris yaitu bagaimana wartawan menekankan arti tertentu ke dalam berita.
(Eriyanto, 2001 : 254-256)
Alasan peneliti menggunakan perangkat framing model Pan dan Kosicki
sebab model ini membuat bagaimana wartawan mengkonstruksi dan memproses
mundurnya Hary Tanoesoedibjo dari Partai Hanura baik dari nilai-nilai sosial maupun
dari segi pemakaian kalimat, lead maupun perangkat lain untuk mengungkapkan fakta
serta pemaknaan sehingga dapat dimengerti oleh pembaca. Sehingga dengan jelas
dapat terlihat maksud-maksud yang tersembunyi dalam pembingkaian berita yang
dilakukan media online Vivanews.com dan Tempo.co dalam memberitakan
Mundurnya Hary Tanoesoedibjo dari Partai Hanura yang ada tersebut.
Melalui analisis framing tersebut, nantinya dapat diketahui pembingkaian
yang dilakukan dan dalam menyajikan pemberitaan Mundurnya Hary Tanoesoedibjo
dari Partai Hanura. Peneliti memilih media online Vivanews.com karena media
online ini adalah milik salah satu koalisi pengusung Prabowo-Hatta yaitu Aburizal
Bakrie. Dari sisi tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana netralitas media online
tersebut dalam memberitakan mundurnya Hary Tanoe dari Partai Hanura. Sebagai
pilihan kedua, peneliti memilih media yang netral dari kedua kubu Capres dan
Cawapres 2014 yaitu Tempo.co sebagai objek penelitian karena kedua media online
tersebut memiliki konstruksi berita secara berbeda pada berita mundurnya Hary
Tanoesoedibjo dari Partai Hanura.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan masalah
penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana media online Vivanews.co.id dan Tempo.co dalam
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah
diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembingkaian
berita Mundurnya Hary Tanoesoedibjo dari partai Hanura pada media online
Vivanews.com dan Tempo.co
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk menambah kajian dalam bidang Ilmu Komunikasi
menggunakan metode kualitatif dan analisis framing pada khususnya. Dan
memberikan ciri ilmiah pada sebuah penelitian dengan mengaplikasikan
teori-teori khususnya teori-teori komunikasi tentang pemahaman pesan yang dikemas
oleh media melalui analisis framing, sebagai fenomena komunikasi yang
memiliki signifikasi, teoritis, metodologis dan praktis pada studi analisis
framing yang sedang berkembang pada disiplin Ilmu Komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan pemikiran pada pihak-pihak terkait, media online Kompas.com
dan Detik.com khususnya dalam membingkai, mengkonstruksi suatu realita.
Serta pada mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi yang tertarik untuk
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Penelitian Ter dahulu
Dalam penelitian terdahulu yang berjudul “ANALISIS FRAMING
PEMBERITAAN MERGER AREMA ISL DAN PELITA JAYA DI SITUS
ONGISNADE.COM DAN WEAREMANIA.NET” hasil penelitian menunjukkan
bahwa Pemberitaan Ongisnade.co.id lebih mengarah pada konsekuensi jika Arema
ISL dan Pelita Jaya melakukan merger. Sebaliknya, penelitian ini menemukan situs
Wearemania.net mengkonstruksi realitas dengan cara menonjolkan fakta yang
cenderung mengesankan bahwa merger itu baik dan membuat fakta yang cenderung
mengesankan bahwa merger itu baik dan membuat fakta yang memandang merger itu
buruk menjadi sesuatu yang kurang menonjol. Jurnal tersebut menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan metode framing miliki Zhongdang
Pan dan Gerald M. Kosicki. Sedangkan pada penelitian terdahulu yang kedua
berjudul “ANALISIS FRAMING TENTANG PEMBERITAAN KRISIS
KEPENGURUSAN PSSI di Okezone.com dan viva.co.id Edisi Januari – Februari
2012”. Penelitian ini menganalisis konstruksi media massa atas realitas pemberitaan
krisis kepengurusan PSSI pada media online dan bagaimana media tersebut membuat
penilaian moral atas krisis tersebut dan bagaimana bentuk penyelesaian masalah yang
ditawarkan kedua media dengan menggunakan analisis framing model Robert
N.Entman dan metode penelitian kualitatif. Berdasarkan kedua jurnal yang diperoleh
digunakan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media online Vivanews.com
dan Tempo.co dengan berita Mundurnya Hary Tanoesoedibjo dari Partai Hanura.
Peneliti menggunakan analisis framing milik Zhongdang Pan dan Gerald. M Kosicki.
2.1.2 Media Massa
Media massa merupakan “kependekan” dari media komunikasi massa. Media
massa merupakan channel of mass communication, yaitu saluran,alat, atau sarana
yang dipergunakan dalam proses komunikasi massa. Karakteristik media massa
meliputi publisitas, yaitu disebarluaskan kepada khalayak. Universalitas, pesannya
bersifat umum. Periodesitas, tetap atau berkala. Kontinuitas, berkesinambungan.
Aktualitas, berisi hal-hal baru. Fungsi media massa adalah tugas khusus yang
dibebankan pada media massa yaitu fungsi penyalur informasi, fungsi mendidik,
fungsi menghibur dan fungsi mempengaruhi. Keempat fungsi tersebut melekat dalam
media massa secara utuh, dalam arti harus dilaksanakan secara bersama-sama, tidak
boleh, mengutamakan satu atau dua fungsi tapi mengabaikan fungsi lainnya.
Menurut Prof. Dr. H. Sam Abede Pareno, MM secara umum media massa
memiliki karakteristik,yaitu :
1. Komunikatornya melembaga
2. Pesannya serempak
3. Komunikannya heterogen
4. Umpan baliknya tertunda
Media online atau situs jaringan berita internet telah memenuhi karakteristik
dijalankan oleh situs internet untuk menyalurkan informasi,mendidik, menghibur, dan
mempengaruhi.(Pareno, 2005 : )
2.1.3 Konstr uksi Realitas
Teori Media Massa dan Konstruksi Realitas awalnya dikembangkan oleh
Peter L Berger dan Thomas Luckman (1990). Teori ini berpandangan bahwa realitas
tidak dibentuk secara ilmu, namun realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh
manusia. Sehingga dari pemahaman tersebut, realitas dapat memiliki konstruksi yang
berbeda dan setiap orang dapat memiliki konstruksi yang berbeda dan setiap orang
dapat memiliki konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas.
Produk interaksi wartawan dan fakta dapat disebut sebagai realitas. Menurut
Eriyanto, dalam pembentukan realitas, terdapat tiga tahapan yang terjadi yakni
internalisasi, objektivasi dan eksternalisasi. Dalam proses internalisasi, realitas
diamati dan diserap oleh wartawan. Sedangkan dalam proses eksternalisasi, wartawan
melibatkan dirinya untuk memahami realitas tersebut. dengan demikian, teks berita
yang dibaca di surat kabar atau pun berita yang didapat dari media-media lain
merupakan hasil dari proses interaksi wartawan terhadap fakta yang dilihatnya
dengan proses pemaknaannya dalam memaknai peristiwa tersebut.(Eriyanto,
2002:32)
Proses konstruksi realitas oleh media dapat dirangkum dalam enam perspektif :
1. Fakta/Peristiwa merupakan Hasil Konstruksi
Bagi kaum konstruktivis, realitas adalah bersifat subjektif. Realitas hadir
karena diciptakan dan dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Pernyataan
sendiri. Pembacalah yang memberikan definisi dan menentukan fakta tersebut
sebagai realitas.
2. Media sebagai Agen Konstruksi
Dalam pandangan konstruktivis, media sebagai subjek yang mengkonstruksi
realitas, lengkap dengan pandangan dan pemihaknya. Media dipandang
sebagai agen yang mengkonstruksi realitas dan menunjukkan pendapat
sumber berita, tetapi juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai
instrumen yang dimilikinya, media juga ikut membentuk realitas yang tersaji
dalam pemberitaannya.
3. Berita bukan Refleksi dari Realitas melainkan Konstruksi atas Realitas
Menurut pandangan konstruktivis, sebuah berita merupakan hasil konstruksi
sosial dimana selalu melibatkan pandangan,ideologi dan nilai-nilai dari
wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dihajdikan berita tergantung
pada fakta yang dipahami dan dimaknai wartawan atau pembuat berita. Proses
pemaknaannya selalu emlibatkan nialai-nilai tertentu. Sehingga realitas yang
sama dapat menghasilkan berita yang berbeda-beda karena cara melihatnya
yang berbeda.
4. Berita bersifat Subjektif atas Realitas
Wartawan sendiri yang melihat dengan perspektifnya dan berbagai
pertimbangan subjektifnya. Penempatan sumber berita yang lebih ditonjolkan
dari sumber lainnya, menempatkan wartawan sebagai seorang tokoh yang
lebih besar dari tokoh lainnya.
Dalam pandangan konstruktivis, wartawan tidak bisa ,enyembunyikan pilihan
moral dan keberpihakannya. Karena ia merupakan bagian yang intrinsik
dalam pembentukan berita. Dan juga karena berita bukan hanya produk
individual, melainkan bagian dari proses organisasi dan interaksi antara
wartawannya. Wartawan tidak hanya melaporkan peristiwa, namun juga turut
mendefinisikan apa yang terjadi dan secara aktif membentuk peristiwa dalam
pemahaman mereka.
6. Etika, Pilihan Moral dan Keberpihakan Wartawan
Ketiga hal tersebut merupakan bagian dalam Produksi Berita.
7. Aspek Etika, moran dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dalam
pemberitaan media. (Eriyanto, 2002:17-18)
Etika dan moral dalam banyak hal dapat berarti keberpihakan pada suatu
kelompok atau integral yang tidak terpisahkan dalam membentuk dan
mengkonstruksi realitas. Water Lippman (dalam Eriyanto 2002:29)
mengatakan bahwa wartawan menyimpulkan dulu atas realitas atau sebuah
peristiwa yang ada, lalu baru melihat fakta apa yang akan dikumpulkan untuk
memperkuat kesimpulan tersebut.
Sebagai konsumen media, apapun yang kita terima dari media itulah yang
dalam tulisan ini kita sebut sebagai informasi. Informasi tersusun atas serangkaian
bahasa yang terstruktur menurut aturan kelaziman pemakaian, sehingga antara iklan
dan berita tertentu mempunyai jenis, kadar dan muatan tersendiri. Bahasa menempati
posisi terpenting dalam proses produksi dan distribusi informasi. Isi media notabene
merupakan sekumpulan bahasa yang terangkai menjadi satuan-satuan struktural yang
pada dasarnya adalah realitas tersendiri. Bahasa bukan saja mampu mengkorup
realitas sedemikian rupa sehingga ia tidak selalu sama persis dengan realitas
sesungguhnya, melainkan juga mampu menciptakan citra yang berlebihan terhadap
realitas yang sesungguhnya.(Sobur, 2002:90) Bahasa mampu memperlihatkan
bekerjanya bahasa di dalam mereproduksi realitas yang disampaikan pada khalayak
melalui media. Dalam ungkapan singkat, bahasa memproduksi wacana, yakni ketika
suatu informasi direproduksi melalui praktik berbahasa tertentu untuk
menghubungkan antara realitas yang diinformasikan dengan khalayak media.
Dari keenam perspektif diatas, dapat dilihat bahwa pekerjaan media adalah
sebuah pekerjaan yang berhubungan dengan pembentukan realitas. Realitas bukan
lagi sesuatu yang telah tersedia dan diambil oleh wartawan. Namun semua jurnalis
pada dasarnya adalah agen dari bagaimana terjadinya sebuah peristiwa yang acak,
kompleks, lalu disusun sedemikian rupa dan membentuk sebuah berita. Wartawan
yang membuatnya teratur, menjadi dipahami dan memilih aktor-aktor yang
diwawancarai sehingga membentuk sebuah berita yang layak dibaca khalayaknya.
2.1.4 J ur nalisme Online Sebagai Media Massa
Media massa bertambah anggota dengan kelahiran situs-situs berita di ruang
cyber. Publik dewasa ini tak hanya mengenal surat kabar,majalah,kantor berita, radio
dan televisi sebagai media massa, tetapi juga situs-situs berita di ruang cyber.
Jurnalisme Online adalah tipe baru jurnalisme karena memilki sejumlah fitur
dan karakteristik berbeda dari jurnalisme tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka
dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan
menyebar berita. J. Pavlik dalam bukunya Journalism and New Media menyebut tipe
tiga fitur komunikasi yang unik : kemampuan - kemampuan multimedia berdasarkan
platform digital,kualitas-kualitas interaktif komunikasi online dan fitur-fitur
ditatanya. Jurnalisme online didefinisikan sebagai sesuatu proses pelaporan fakta
yang diproduksi dan didistribusikan melalui saluran internet. Pada dasarnya
jurnalisme konvensional dan jurnalisme online tidak jauh berbeda jauh. Yang
membedakan hanya medium penyebarluasannya saja. Dari segi fiat, keduanya
sama-sama dituntut untuk menyajikan berita paling up to date secepat mungkin. Setiap ada
informasi atau peristiwa terbaru, mereka langsung melaporkannya. Perbedaan yang
paling jelas terletak pada media dan mekanisme efisiensi pencarian, pengolahan dan
penyebarluasan beritanya. Jurnalisme online merupakan jurnalisme yang menganut
proses pencarian, pengolahan, dan penyebarluasan informasi melalui fasilitas internet.
Akan tetapi dalam jurnalisme online tidak terpaku pada kaidah bahasa yang
digunakan dalam jurnalistik secara umum. Karakteristik jurnalisme online yang
paling terasa meskipun belum tentu disadari adalah kemudahan bagi penerbit maupun
masyarakat untuk membuat peralihan waktu penerbitan dan pengaksesan. Penerbit
online bisa menerbitkan maupun mengarsipkan artikel-artikel untuk dapat dilihat saat
ini maupun nanti. Ini sebenarnya dapat dilakukan oleh jurnalisme konvensional,
namun jurnalisme online dimungkinkan untuk melakukannya lebih mudah dan cepat
karena informasiyang disebarluaskan bisa lebih cepat daripada jurnalisme
konvensional.
Berikut adalah keuntungan jurnalisme online, seperti yang tertulis dalam buku
Online Jurnalism,Principles, and Practices of New For The Web (Holcomb
1. Audience Contr ol. Jurnalisme online memungkinkan audience untuk bisa
lebih leluasa dalam memilih berita yang ingin didapatnya.
2. Nonlinear ity. Jurnalisme online memungkinkan setiap berita yang
disampaikan dapat berdiri sendiri sehingga audience tidak harus membaca
secara berurutan untuk memahami.
3. Stor age And Retr ieval. Jurnalisme online memungkinkan berita tersimpan
dan diakses kembali dengan mudah oleh audience.
4. Unlimited Space. Jurnalisme online memungkinkan jumlah berita yang
disampaikan / ditayangkan kepada audience dapat menjadi jauh lebih lengkap
ketimbang media lainnya.
5. Immediacy. Jurnalisme online memungkinkan informasi dapat sampai
secara cepat dan langsung kepada audience.
6. Multimedia Capability. Jurnalisme online memungkinkan bagi tim
redaksi untuk menyertakan teks, suara, gambar, video dan komponen lainnya
di dalam berita yang akan diterima audience.
7. Inter activity. Jurnalisme online memungkinkan adanya peningkatan
partisipasi audience dalam setiap berita.
2.1.5 Situs Ber ita Online
Sejarah media massa memperlihatkan bahwa teknologi baru tidak pernah
meninggalkan teknologi yang lama, namun mensubtitusinya. Hal ini dapat dilihat dari
suatu contoh yaitu keberadaan radio yang tidak menggantikan surat kabar, namun
menjadi sebuah alternatif menciptakan sebuah kerajaan dan khalayak baru. Teori
konvergensi menyatakan bahwa berbagai perkembangan bentuk media massa terus
cenderung merupakan perpanjangan, atau evolusi dari model- model terdahulu.
Media baru adalah istilah umum yang ditujukan pada perubahan bentuk penyajian
informasi dan hiburan pada khalayak yang menjadi terus-menerus. Untuk saat ini
yang termasuk dalam media baru antara laian : internet, Telepon Seluler dengan fitur
WAP, Televisi digital, dll. Internet adalah saluran berita yang paling sesuai karena
bisa menyajikan informasi kedalam segala bentuk format media tradisional yaitu
gambar, teks, video dan suara ( Stovall, 2005 : 116 ). Internet adalah medium terbaru
yang mengkonvergensikan seluruh karakteristik dari bentuk-bentuk terdahulu. Karena
itu, yang berubah bukanlah substansinya, melainkan model-model produksi dan
perangkatnya yang content oriented. Untuk lebih tepatnya berorientasi penyajian
informasi berupa berita. Secara umum, situs berita online biasa diidentikkan dengan
media tradisional lainnya, namun berisi online yang berbeda adalah situs berita online
tidak terbit berkala, institusi media dapat memuat atau meng up-load artikel atau
materi terbaru. Setiap ada perkembangan dan perubahan.( Hill,
Situs berita online merupakan situs yang ditujukan untuk menyampaikan
berita dan informasi secara periodik kepada khalayak. Dalam produksinya, situs
berita menggunakan kebijakan dan praktik jurnalisme tradisional dalam
mengumpulkan, menulis dan menyajikan berita. Situs berita online merupakan sarana
untuk sebuah institusi media menyajikan dan mendistribusikan isinya. Isi berita
tersebut ditujukan kepada khalayak yang terbagi berdasarkan minat dan wilayah
geografis ( Stovall, 2005 : 124 ).
Secara garis besar karakteristik situs berita online yaitu :
1. Real Time, informasi atau berita dapat dipublikasikan dalam waktu seketika, baik
ini dapat ditemukan pada kedua situs berita yang dipilih peneliti. Kecepatan
update berita kedua situs sudah tidak diragukan lagi, waktu upload berita
seringkali berjarak tidak terlalu jauh dengan waktu kejadian peristiwa dan jarak
antar berita satu dengan yang lain ataupun update berita berikutnya juga tidak
terlalu berjauhan.
2. Multimedia. Pada jenis ini membuat berita dapat dimasukkan elemen multimedia
seperti teks, grafis, suara, music, motion video atau flash, dan animasi tiga
dimensi. Pada Merdeka.com setiap berita yang disajikan tentu saja disertai dengan
grafis yang memperjelas berita. Dan juga adanya gambar atau grafis yang
ditempatkan pada konten tersendiri yaitu “ foto “. Begitu juga dengan Utusan.com
yang menyajikan berita disertai dengan gambar atau grafis.
3. Inter active. Adanya hyperlinks yang mewakili mekanisme utama interaktifitas
pada web, sehingga memberi pilihan pada publik untuk memberi tanggapan,
berinteraksi atau bahkan meng- customize (menyesuaikan denan kebutuhan dari
keinginan publik bersangkutan ) terhadap berita-berita tertentu ( interactivity ) .
Kedua situs berita tentunya saja telah menyediakan fasilitas seperti ini bagi
khalayak penggunaannya. Pada Merdeka.com kolom interaktif disebut “ Suara
Pembaca” yang fungsinya memberikan komentar, kritik, dan saran bagi
pemberitaan di Merdeka.com, begitu juga di Utusan.com nama juga cenderung
sama yaitu “ surat pembaca “.
4. Asvnchr onous. Penditribusian informasi atau berita melewati batas waktu.
Sehingga tidak harus mengakses berita atau informasi dalam waktu yang
bersamaan. Dengan kata lain kita yang ingin mencari berita hanya tinggal mencari
tentang I-phone 5S, kita tinggal menuliskan keyword dikolom “search” atau
“cari”.
5. Hyper textual, adalah inovasi teknologi internet lainnya yang sering disebut yang
memungkinkan pengguna untuk mengerti arti dari seluruh keajdian dalam satu
hari dalam konteks yang personal. Proses ini terdiri dari dalam bentuk
alamat-alamat atau link yang menghubungkan pengumuman atau berita pendek ke dalam
konteks yang lebih dalam, penuh dan ilustrasi, informasi latar dan
pernyataan-pernyataan sebelumnya pada subjek yang sama ( berita terkait ).
6. Digital. Media memproses data-data yang masuk dan mengubah menjadi
angka-angka bukannya menjadi obyek yang lain. Data ini dapat berupa cahaya, suara
atau bentuk apapun ( teks, gambar, foto dll ). Data ini kemudian diproses menjadi
angka dan dihasilkan atau diambil kembali dalam bentuk sumber online, digital
disk atau drive memory yang kemudian diuraikan kembali kedalam tampilan layar
atau dibuat hardcopy-nya.
Sebagai bagian dari media massa, jurnalisme online pun memiliki dan
menjalankan fungsi-fungsi media massa yaitu :
1. Fungsi Infor masi
Melalui media massa, baik cetak maupun elektronik, masyarakat
mendapatkan informasi mengenai berbagai fenomena kehidupan bermasyarakat dan
benegara, mulai dari informasi mengenai aspek sosial, kriminalitas, budaya, ekonomi
sampai dengan informasi mengenai politik. Media juga menjadi sarana komunikasi
yang efektif antara pemerintah sebagai pengambil kebijakan denga masyarakat.
Dalam berbagai aspek, media merupakan pemberi informasi yang pemberi informasi
2. Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi merupakan fungsi yang dilakukan oleh media massa dalam
memberikan pendidikan kepada masyarakat, baik mengenai nilai-nilai maupun
norma-norma yang mampu memberikan penyadaran kepada masyarakat seperti
mengenai ekonomi, politik, hukum, sosial budaya dan aspek-aspek lainnya yang pada
intinya informasi yang diberikan merupakan upaya pemberdayaan masyarakat.
3. Fungsi Hibur an
Media massa juga memiliki fungsi hiburan,terlebih dengan media elektronik
yang secara umum merupakan sarana hiburan bagi masyarakat Indonesia pada
umumnya. Setiap hari berbagai acar hiburan ditayangkan di televisi, baik hiburan
untuk anak-anak mapun orang dewasa. Bahkan media massa sekarang ini sudah
menjadi “ agama baru “ yang menggeser nilai-nilai moral dan isntitusi yang lain, baik
keluarga, sekolah maupun agama.
4. Fungsi Kontr ol Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, media juga melakanakan
fungsi kontrol sosial. Media memberikan sosialisasi nilai-nilai yang baik dan buruk,
dan media menjadi saran efektif dalam memberikan kontrol kepada pengambil
kebijakan dengan memberikan isu-isu yang memancing opini publik.
2.1.6 Ideologi Media
Konsep ideologi dalam sebuah institusi media massa ikut berpengaruh dalam
menentukan arah pemberitaan yang akan disampaikan kepada pembaca. Hal ini
disebabkan karena teks, percakapan dan lainnya adalah bentuk dari praktek ideologi
atau pencerminan dari ideologi tertentu. Teori-teori klasik tentang ideologi
dengan tujuan memproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Salah satu strategi
utamanya adalah dengan membuat kesadaran pada khalayak bahwa dominasi itu
diterima secara taken for granted. Ideologi dari kelompok dominan hanya efektif jika
didasarkan pada kenyataan bahwa anggota komunitas termasuk yang dominasi
menganggap hal tersebut sebagai kebenaran dan kewajaran. Disini, Van Djik, dapat
menjelaskan fenomena apa yang disebut sebagai “kesadaran palsu”, bagaimana
kelompok dominan memanipulasi ideologi kepada kelompok yang tidak dominan
melalui kampanye disinformasi, melalui kontrol media dan sebagainya. (Eriyanto,
2004: 13)
Pertimbangan ideologi suatu media massa biasanya ditentukan oleh latar
belakang pendiri atau pemiliknya, baik itu latar belakang agama maupun nilai-nilai
yang dihayati. Tetapi pertimbangan ideologis itu bukan hanya agama, melainkan juga
nilai-nilai yang dihayati, seperti kemanusiaan, kebangsaan, dan sebagainya. Setiap
kali terjadi peristiwa yang terkait dengan nilai-nilai tersebut, maka hal itu menjadi
dasar pertimbangan untuk menyiarkan suatu berita. (Tebba, 2005: 152)
Dalam produksi berita selalu melibatkan pandangan dan ideologi wartawan
atau bahkan media yang bersangkutan. Ideologi ini menentukan aspek fakta dipilih
dan membuang apa yang ingin dibuang. Artinya jika seorang wartawan menulis berita
dari salah satu sisi, menampilkan sumber dari satu pihak dan memasukkan opininya
pada berita semua itu dilakukan dalam rangka pembenaran tertentu. Dapat dikatakan
media bukanlah merupakan sarana yang netral dalam menampilkan kekuatan dan
kelompok dalam masyarakat secara apa adanya tetapi kelompok dan idelogi yang
dominan dalam media itulah yang akan ditampilkan dalam
2.1.7 Ber ita Sebagai Hasil Konstr uksi Realitas
Berita adalah laporan tentang sesuatu yang baru dan menarik (perhatian)
audience tertentu, apakah dalam lingkup dunia, Negara, atau lainnya. Berita
merupakan nyawa dari media massa. Keberadaan media massa baik apda awal
kelahirannya, masa perkembangannya maupun sampai di era kejayaannya sekarang
ini sehingga memasuka era informasi, bukan saja penting tetapi sangat menentukan
arah peradaban manusia. ( Pareno, 2005:2)
Berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa sutau berita
setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita
tanpa peristiwa atau peristiwa tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita.
( Tebba, 2005:55)
Peristiwa-peristiwa yang dijadikan berita oleh media tentunya melalui proses
penyeleksian terlebih dahulu, hanya peristiwa yang memenuhi kriteria kelayakan
informasi yang akan menjadi berita. Peristiwa yang layak untuk dijadikan berita akan
diangkat oleh media massa kemudian ditampilkan kepada khalayak. (Eriyanto,
2004:26)
Setelah proses penyeleksian tersebut, maka peristiwa itu akan dibingkai
sedemikian rupa oleh wartawan tentunya melalui proses konstruksi. Proses konstruksi
atau suatu realitas ini dapat berupa penonjolan dan penekanan pada aspek tertentu
atau dapat juga berita tersebut ada bagian yang dihilangkan, luput, atau bahkan
disembunyikan dalam pemberitaan. ( Eriyanto, 2004:3)
Peristiwa atau realitas yang sama dapat dibingkai oleh media secara baik oleh
masing-masing media (Sobur,2001 : vi), hal ini terkait dengan visi, misi, dan ideologi
tersebut dapat diketahui bahwa media lebih berpihak kepada siapa (jika yang
diberitakan adalah seorang tokoh, golongan atau kelompok tertentu). Keberpihakan
pemberitaan media terhadap salah satu kelompok atau golongan dalam masyarakat,
dalam banyak hal tergantung pada etika, moral, dan nilai-nilai. Aspek-aspek etika,
moral, dan nilai-nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dalam pemberitaan media.
Hal ini merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan
mengkonstruksi suatu realitas. Media menjadi tempat pertarungan ideologi antara
kelompok-kelompok yang ada di masyarakat.
2.1.8 Kecender ungan Hierarchy of Influence
Kecenderungan atau perbedaan setiap media dalam memproduksi infomasi
khalayak dapat diketahui dari pelapisan-pelapisan yang melingkupi institusi media.
Pamela Shoemaker dan Stephen D. Rease membuat model “Hierarchy of Influence”
yang menjelaskan bahwa :
1. Tingkat individual
2. Tingkat rutinitas media
3. Tingkat Organisasi
4. Tingkat ekstramedia
5. Tingkat ideologis
Gambar 2.1 :
1. Pengaruh individu-individu pekerja media. Dia diantaranya adalah pekerja
komunikasi, latar belakang personal dan profesional.
2. Pengaruh rutinitas media. Apa yang dihasilkan oleh media massa dipengaruhi
oleh kegiatan seleksi-seleksi yang akan dilakukan oleh komunikator, termasuk
tenggat (deadline) dan rintangan waktu yang lain, keterbatasan tempat (space),
struktur pramida terbalik dalam penelitian berita dan kepercayaan reporter pada
sumber-sumber resmi dalam berita yang dihasilkan.
3. Pengaruh organisasional, salah satu tujuan yang penting dari media adalah
memberi keuntungan materiil. Tujuan-tujuan dari media akan berpengaruh pada
isi yang dihasilkan.
4. Pengaruh dari luar organisasi media. Pengaruh ini meliput lobi dari kelompok
kepentingan terhadap isi media, pseudoevent dari praktisi public relations dan
pemerintah yang membuat peraturan-peraturan di bidang pers.
5. Pengaruh ideologi, ideologi merupakan sebuah pengaruh yang paling menyeluruh
dari semua pengaruh. Ideologi disini diartikan sebagai mekanisme simbolik yang
menyediakan kekuatan kohesif yang mempersatukan didalam masyarakat.
(Shoemaker dan Rease dalam Sobur, 2002: 138-139)
Pokok perhatian dalam studi mengenai teks atau isi media dan merupakan
tingkatan yang paling menyeluruh adalah ideologi. Begitu pula para pekerja media,
praktisi dan hubungan-hubungannya dapat berfungsi secara ideologis. (Sobur,
2.1.9 Fram ing Ter masuk Par adigma Konstr uksionis
Analisis framing adalah salah satu analisis teks yang termasuk dalam
paradigma konstruksionis. Paradigma ini memandan realitas kehidupan sosial
bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi. Karenanya, konsentrasi
analisis pada paradigma ini adalah menemukan bagaimana cara konstruksi itu
dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruksionais ini sering disebut
sebagai paradigma produksi dan peraturan makna. Yang menjadi titik perhatian
bukan bagaimana masing-masing pihak dalam lalu lintas komunikasi saling
memproduksi dan mempertukarkan makna. Disini diandaikan tidak ada pesan dalam
arti yang statis yang saing dipertukarkan dan disebarkan. Pesan itu sendiri dibentuk
secara bersama-sama antara pengirim dan penerima atau phak yang berkomunikasi
dan dihubungkan dengan konteks sosial dimana mereka berada. Fokus dari
pendekatan ini adalah bagaimana pesan politik dibuat atau diciptakan oleh individu
sebagai penerima.
Ada dua karakteristik penting dari pendekatan konstruksionis. Pertama,
pendekatan kosntruksionis menekankan pada politij pemaknaan dan proses
bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Makna adalah suatu proses
aktif yang ditafsirkan seseorang dalam suatu pesan. Kedua, pendekatan
konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis.
Pendektan konstrusionis memeriksa bagaimana pembentukan pesan disisi
komunikator, dan dalam sisi penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi makna
individu ketika menerima pesan. Pesan dipandang bukan sebagai mirror of reality
yang menampilkan fakta apa adanya. Dalam menyampaikan pesan, seseorang
pemaknaan tersendiri terhadap suatu peristiwa dalam konteks pengalaman,
pengetahuannya sendiri. (Eriyanto, 2005:39-41)
2.1.10 Komunikasi Politik di Media Massa
komunikasi politik merupakan gabungan dari beberapa disiplin ilmu. Dalam
perkembangannya studi tentang komunikasi politik lebih mendapat perhatian oleh
sarjana ilmu politik dibandingkan dengan sarjana ilmu komunikasi. Hal serupa juga
diungkapkan Cangara bahwa di Indonesia pada awalnya perhatian untuk
membicarakan komunikasi politik justru tumbuh di kalangan para sarjana ilmu politik
daripada para sarjana ilmu komunikasi itu sendiri (Cangara, 2009:34).
Kegiatan politik merupakan suatu interaksi atau dapat dikatakan adalah suatu
kegiatan berkomunikasi antara orang-orang. Politik sangat berkaitan erat dengan apa
yang disebut dengan komunikasi. Salah satu kajian penting dalam kegiatan politik
yaitu bahwa semua kegiatan politik sangat berhubungan dengan komunikasi. All
political action is a reaction to communication one of kind or another. There are,
however, different levels and types of communication. Face-to-face communication is
the most basic (Roskin, 1997:166).
Sebagai suatu bentuk kajian yang berhubungan dengan kegiatan
berkomunikasi, beberapa ahli juga menjelaskan beberapa unsur-unsur komunikasi
politik melalui beberapa sudut pandang yang berbeda-beda. Cangara dalam bukunya
menyebutkan unsur komunikasi politik meliputi sumber (komunikator), pesan, media
atau saluran, penerima dan efek (Cangara, 2009:37).
1. Komunikator politik
Semua pihak yang ikut terlibat dalam proses penyampaian pesan. Pihak-pihak ini
2. Pesan Politik
Pesan politik merupakan pernyataan yang disampaikan baik itu tertulis maupun
tidak, dalam bentuk simbol atau verbal yang mengandung unsur politik missal
pidato politik, UU, dll.
3. Saluran atau Media Politik
Dalam perkembengan sekarang ini, media massa dianggap sebagai saluran yang
paling tepat untuk melakukan proses komunikasi politik.
4. Penerima Pesan Politik
Semua lapisan masyarakat yang diharapkan memberikan respon terhadap pesan
komunikasi politik. Misalnya dengan memberikan suara pada pemilihan umum.
5. Efek atau Pengaruh
Efek merupakan pengukur seberapa jauh pesan politik dapat diterima dan
dipahami.
2.1.11 Analisis Fr aming
Gagasan mengenai framing pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun
1995 (Sudibyo dalam Sobur, 2004: 161). Pada awalnya frame dimaknai sebagai
struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan
politik, kebijakan dan wacana, dan yang menyediakan kategori-kategori standar untuk
mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman
(1974) yang mengendalikan frame sebagai kepingan- kepingan perilaku ( strips of
behaviour ) yang membimbing individu dalam membaca realita.(Sobur, 2001: 162 )
Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk
dan dikonstruksi oleh media. Hasil dari pembentukan dan konstruksi tersebut adalah
khalayak lebih mengingat aspek-aspek tertentu yang ditonjolkan oleh media. Framing
juga merupakan sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media dengan
menekankan, menonjolkan, membesarkan atau bahkan membuang yang tidak perlu
dari suatu peristiwa. Media menyeleksi, menghubungkan dan menonjolkan peristiwa
sehingga maksa dari peristiwa lebih mudah dipahami, dimaknai, dan diingat oleh
khalayak. Bagi khalayak, penyajian realitas yang demikian membuat realitas lebih
bermakna dan dimengerti. ( Eriyanto, 2005 :15)
Penyajian realitas suatu peristiwa tentunya membutuhkan cara pandang
wartawan dalam menyeleksi isu dan menulis berita (Sobur, 2009: 16 ). Wartawan
melihat realitas melalui frame untuk mengemas peristiwa yang kompleks untuk lebih
mudah dipahami dengan perspektif yang berbeda dan lebih menarik perhatian. Frame
media adalah bentuk yang muncul dari pikiran ( kognisi ), penafsiran, dan penyajian
dari seleksi, penekanan, dan penguculan dengan simbol-simbol yang dilakukan secara
teratur dalam wacana yang terorganisir baik dalam bentuk verbal maupun visual.
Pengkontruksian realitas dapat dilihat melalui beberapa elemen teks berita
seperti headline, lead, latar informasi, serta kutipan sumber. Pada headline
mempunyai framing yang kuat. Pembaca cenderung lebih mengingat headline yang
dipakai dibndingkan bagian berita. Hal tersebut disebabkan headline memiliki tingkat
kemenonjolan tinggi menunjukan kecenderungan berita. Pada lead terlihat sudut
pandang dari berita yang menunjukkan perspektif tertentu dari peristiwa yang
diberitakan. (Eriyanto, 2005 : 258)
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruuhi makna yang ingin
khalayak hendak dibawa. Latar merupakan elemen wacana yang dapat menjadi alasan
pembenar gagasan yang diajukan pada lead. (Sobur, 2009: 79)
Pengutipan sumber berita dimaksudkan untuk membangun objektivitas,
prinsip keseimbangan dan tidak memihak. Ia juga merupakan bagian berita yang
menekankan bahwa apa yang ditulis wartawan semata, melainkan pendapat dari
orang yang mempunyai otoritas tertentu.
Pengkonstruksian realita juga dapat ditinjau melalui perangkat framing dari
Pan dan Gerald M. Kosicki. Ada dua konsepsi framing yang saling berkaitan.
Pertama, dalam konsepsi psikologi. Framing dalam konsepsi ini lebih menekankan
pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan
dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah
informasi dan ditunjukkan dalam skema tertentu.
2.1.12 Per angkat Fr aming Pan dan Ger ald M. Kosicki
Dalam penelitian ini, analisis yang digunakan yakni model Pan dan Gerald M.
Kosicki, dimana model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame yang
berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame ini adalah suatu ide yang
dihubngkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita kedalam teks secara
keseluruhan. Frame berhubungan dengan makna. Bagaimana seseorang memakai
suatu peristiwa dapat dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks.
Dalam pendekatan ini, perangkat framing dibagi ke dalam empat struktur
besar.
Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada pengertian susunan dari
bagian berita headline,lead,latar informasi,sumber, penutup dalam satu kesatuan teks
berita secara keseluruhan. Bagian ini tersusun dalam bentuk yang tetap dan teratur
sehingga membentuk skema yang menjadi pedoman bagaimana fakta hendak disusun.
Bentuk sintaksis yang paling populer adalah struktur piramida terbalik yang dimulai
dengan judul headline,lead,episode,latar dan penutup ( Eriyanto,2002:257)
1. Headline : merupakan aspek sintaksis dari wacana berita dengan tingkat
kemenonjolan yang tinggi yang menunjukkan kecenderungan berita.
2. Pembaca cenderung lebih mengingat headline yang dipakai dibandingkan
bagian berita. Headline mempunyai fungsi framing yang kuat. Headline
mempengaruhi bagaimana kisah dimengerti untuk kemudian digunakan
dalam membuat pengertian isu dan peristiwa sebagaimana mereka
beberkan. ( Eriyanto, 2002:257 )
3. Lead : perangkat sintaksis lain yang sering digunakan. Lead yang baik
umunya memberikan sudut pandang berita, menunjukkan perspektif
tertentu dari peristiwa yang diberitakan. Berfungsi sebagai pengantar
ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara
lengkap. ( Eriyanto,2002:257)
4. Pengutipan Sumber Ber ita : bagian ini dalam penelitian berita
dimaksudkan untuk membangun obyektifitas – prinsip keseimbangan tidak
memihak. Ia juga merupakan bagian berita yang menekankan bahwa apa
yang ditulis oleh wartawan bukan pendapat wartawan semata, melainkan
pendapat dari orang yang mempunyai otoritas tertentu. (Eriyanto,2002 :
2. Str uktur Skr ip
Skrip adalah salah satu strategi wartawan dalam mengkonstruksi berita :
bagaimana suatu peristiwa dipahami melalui cara tertentu dengan menyusun
bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skrip memberikan tekanan mana yang didahulukan
dan bagaimana yang bisa kemudian sebagai strategi untuk menyembunyikan
informasi. Upaya penyembunyian itu dilakukan dengan menempatkan dibagian akhir
agar terkesan kurang menonjol. (Eriyanto, 2002:261)
Bentuk umum dari struktur skrip ini adalah pola 5W + 1H, who,
what,when,where,why dan how.
a. Who : Siapa yang terlibat dalam peristiwa ?
b. What : Apa yang terjadi ?
c. When : Kapan peristiwa itu terjadi ?
d. Where : Dimana peristiwa itu terjadi ?
e. Why : Mengapa ( Apa yang menyebabkan) peristiwa itu terjadi ?
f. How : Bagaimana peristiwa itu terjadi ?
Meskipun pola ini tidak selalu dapat dijumpai dalam setiap berita yang
ditampilkan, kategori informasi ini yang diharapkan diambil oleh wartawan untuk
dilaporkan. Unsur kelengkapan berita ini dapat menjadi penanda framing yang
penting. (Eriyanto,2002:260)
3. Str uktur Tematik
Tema yang dihadirkan atau dinyatakan secara tidak langsung atau kutipan
untuk menyebut struktur tematik dari berita. Struktur tematik dapat diamati dari
bagaimana peristiwa itu diungkapkan atau dibuat oleh wartawan. Struktur tematik
berhubungan dengan bagaimana fakta itu ditulis. Bagaimana kalimat yang dipakai,
bagaimana menempatkan dan menulis sumber ke dalam teks berita secara
keseluruhan. (Eriyanto, 2002 : 262)
Ada beberapa elemen yang dapat diamati dari perangkat tematik ini,
diantaranya adalah :
1. Koher ensi : pertalian atau jalinan antar kata, proposisi atau kalimat. Dua
buah kalimat atau proposisi yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat
dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Sehingga fakta yang tidak
berhubungan sekalipun dapat diamati dari perangkat tematik ini. Ada
beberapa macam koherensi. Pertama, koherensi sebab-akibat. Proposisi atau
kalimat satu dipandang akibat atau sebab dari proposisi lain. Kedua,
koherensi penjelas. Proposisi atau kalimat satu dilihat sebagai penjelas atau
proposisi kalimat lainnya. Ketiga, koherensi pembela. Proposisi atau
kalimat satu dipandang kebalikan atau lawan dari proposisi atau kalimat
lain. (Eriyanto, 2002 : 263 )
2. Detail : elemen detail merupakan strategi bagaimana media
mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit. Sikap atau wacana
dikembangkan oleh media kadangkala tidak perlu disampaikan secara
terbuka, tetapi dari detail bagaimana yang dikembangkan dan mana yang
diberitakan dengan detail yang besar, akan menggambarkan bagaimana
wacana yang dikembangkan oleh media. (Eriyanto, 2002 : 238)
3. Maksud : dalam konteks media, elemen maksud menunjukkan bagaimana