DAMPAK KEBIJ AKAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA
MASYARAKAT TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI
DESA KEBOAN ANOM KECAMATAN GEDANGAN
KABUPATEN SIDOARJ O
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syar atan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi Pr ogr a m Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan
Oleh :
RADITYA TRI WARDANI
0911010043/FE/IE
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
KEBOAN ANOM KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJ O
Yang diajukan
RADITYA TRI WARDANI
0911010043/FE/IE
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
DRA. EC. TITIK NURHIDAYATI Tanggal:………
NIP. 195101051990091001
Mengetahui,
Ketua Progdi Ekonomi Pembangunan
USULAN PENELITIAN
DAMPAK KEBIJ AKAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA MASYARAKAT TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI DESA KEBOAN ANOM KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJ O
Yang diajukan
RADITYA TRI WARDANI
0911010043/FE/IE
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
DRA. EC. TITIK NURHIDAYATI Tanggal:………
NIP. 195101051990091001
Mengetahui,
Ketua Progdi Ekonomi Pembangunan
Diajukan Oleh :
RADITYA TRI WARDANI
0911010043/FE/IE
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim penguji Skripsi Pr ogram Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal : 22 November 2013
Pembimbing :
Univer sitas Pembangunan Nasional “”Veteran” J awa Timur
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“DAMPAK KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA
MASYARAKAT TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI DESA KEBOAN
ANOM KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJO”. Adapun
penulisan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi
program S1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jawa Timur khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Sholawat serta
salam selalu tercurah pada qudwah khasanah kita Nabi Muhammad SAW yang selalu
kita nantikan syafaatnya kelak di yaumul qiyamah.
Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam penulisan skripsi ini, namun
dengan kerja keras serta tekad besar serta adanya bimbingan dan bantuan dari
pihak-pihak yang penulis sayangi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,
dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang sebagaimana telah memberikan rahmat dan hidayahnya
ii
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional“ Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr.Dhani Ichsanudin Nur,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
5. Ibu Dra. Niniek Imaningsih, Mp selaku ketua program study Ilmu Ekonomi
Study Pembangunan.
6. Ibu Dra. Ec. Titik Nurhidayati Selaku Dosen pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi hingga ujian akhir skripsi ini
7. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” JawaTimur, yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan
pelayanan akademik bagi penulis.
8. Saudara-saudara penulis yang telah memberi dukungan terus –menerus
Riva Eko, Risky Dwi, Ira Juwita dan lain-lain yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, Terima kasih atas semangat serta perhatiannya.
9. Teman-teman penulis Irwanto, heri, Hafis, Eli, Edi, dan lain-lain yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih doa dan dukungannya
iii
10.Some One yang telah memberikan dukungan lebih dalam menyelesaikan
tugas akhir ini hingga selesai.
11.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam segala hal terutama yang
berkaitan dengan kelancaran penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari, masih banyak kekurangan yang ditemukan dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan
yang sifatnya membangun. Selanjutnya apabila terdapat kesalahan baik dalam materi
yang tersaji maupun dalam teknik penyelesaiannya, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Dan dengan segala kerendahan hati, semoga apa yang terdapat
dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.
Surabaya, November 2013
iv
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFRAT GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 5
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1Hasil Penelitian Terdahulu ... 7
2.2 Landasan Teori ... 11
2.2.1 Konsumsi ... 11
2.2.1.1 Teori Konsumsi John Maynard Keynes ... 14
2.2.1.2 Teori Konsumsi Kuznets ... 15
2.2.1.3 Hipotesis Siklus Kehidupan ... 18
2.2.2 Produksi ... 19
2.2.2.1 Fungsi Produksi ... 23
v
2.2.3.1 Pemberian BLSM Untuk Masyarakat Miskin ... 27
2.2.3.2 BLSM Merupakan Beban Untuk Masyarakat Miskin ... 30
2.3 Kerangka Pemikiran ... 31
2.4 Hipotesis . ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 35
3.2 Sumber dan Jenis Data ... 35
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35
3.3.1 Pengukuran Variabel ... 36
3.4 Teknik Penentuan Sampel ... 37
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38
3.5.1 Pengumpulan Data ... 38
3.6 Teknik Analisis Data ... 38
3.6.1 Analisis Regresi Berganda ... 39
3.6.2 Uji Kualitas Data ... 40
3.6.2.1 Uji Validitas Data ... 40
3.6.2.2 Uji Reabilitas ... 40
3.6.3 Uji Asumsi Klasik ... 40
3.6.3.1 Uji Normalitas ... 41
3.6.3.2 Uji Multikoliniaritas ... 41
3.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 41
3.6.3.4 Uji Autokorelasi ... 42
vi
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 46
4.4.1 Perkembanga Bantuan Langsung Tunai Masyarakat ... 46
4.2 Penyajian Data . ... 48
4.2.1 Deskripsi Variabel BLSM ... 48
4.2.2 Deskripsi Variabel Konsumsi Rumah Tangga ... 50
4.2.3 Deskripsi Variabel Produksi Rumah Tangga ... 52
4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 53
4.3.1 Uji Validitas ... 53
4.3.2 Uji Reliabilitas ... 54
4.4 Uji Hipotesis Secara Parsial ... 55
4.4.1 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 56
4.5 Pembahasan ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
TABEL 3.2 Autokorelasi Durbin-Watson ... 42
TABEL 4.1 Hasil Kuesioner dari Responden BLSM ... 48
TABEL 4.2 Hasil Kuesioner dari Responden Variabel Konsumsi ... 50
TABEL 4.3 Hasil Kuesioner dari Responden Variabel Produksi ... 52
TABEL 4 Uji Validitas BLSM ... 53
TABEL 5 Uji Validitas Konsumsi ... 53
TABEL 6 Uji Validitas Produksi ... 54
TABEL 7 Hasil Uji Reliabilitas ... 55
viii
Gambar 2.2 Pola Pendapatan dan Konsumsi Menurut Siklus Hidup ... 18 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 34 Gambar 3.2 Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara Parsial ... 44 Gambar 4.1 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor BLSM (X)
terhadap Konsumsi Rumah Tangga (Y1) ... 57
Gambar 4.2 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor BLSM (X)
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data variabel dependen dan independen Lampiran 2 Regression Konsumsi
Lampiran 3 Regression Produksi
xi Oleh :
RADITYA TRI WARDANI Abstraksi
Upaya pengentasan kemiskinan selalu menjadi salah satu program pemerintah dari masa ke masa. Melihat hal yang diambil saat ini oleh pemerintah mengenai cara peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat kurang tepat dikarenakan hal yang sama pernah dilakukan dan hasilnya pun sangat tidak memuaskan. Solusi yang seharunya dikeluarkan pemerintah saat ini harus yang bersifat jangka panjang yang bukan hanya dapat langsung dinikmati hasilnya saat itu saja oleh penduduk miskin. Pendidikan dan kesehatan bisa dikatakan sebagai kunci untuk membuat solusi baru dimana dapat meningkatkan kualitas pembangunan manusia di Indonesia. Mekanisme yang ditawarkan dalam program BLSM pun dapat dikatakan sangat tidak efektif karena banyak BLSM yang jatuh pada sasaran yang tepat dan bisa dikatakan pula kebijakan BLSM yang tidak memiliki syarat yang kongkrit tentang bagaimana cara memperolehnya justru malah membuat ketergantungan bagi penduduk miskin dinegara kita.
Tujuan dari Peneliti ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana mencari solusi untuk mengatasinya, dari hasil yang dibicarakan oleh pemerintah kita maka diambilah sebuah keputuan mengenai subsidi yang diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu yang diharapkan dapat membangun semangat untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik kedepannya. Untuk mengurangi beban masyarakat tersebut di atas, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 12/2005 tentang pemberian subsidi langsung tunai (SLT) kepada rumah tangga miskin yang kemudian diperbaharui dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) untuk Rumah Tangga Sasaran.
Setelah melihat hasil regresi yang didapat maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (X1), terhadap Konsumsi Rumah Tangga(Y1), Produksi Rumah Tangga(Y2) tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan). Hal ini disebabkan karena besaran BLSM yang diberikan sangat minim dibandingkan naiknya biaya yang harus ditanggung. Begitu harga BBM naik rata-rata 33,3 % (premium naik 44,4 % dan solar naik 22,3 %), ongkos transportasi pun naik rata-rata 20 – 35 persen. Dan juga dikarenakan dengan besaran Rp.300.000 per tiga bulan untuk melakukan produksi sangatlah kurang.
Kata Kunci :Bantuan Langsung Sementara Masyarakat, Kosumsi Rumah Tangga,
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan sepertinya tidak akan jauh meninggalkan bangsa kita ini, karena begitu banyak rakyat yang menderita kemiskinan. Ini menandakan bahwa rencana pemerintah untuk menuntaskan kemiskinan sepertinya hanya bertahan sementara dan salah satu cara dengan mengadakan BLT. Secara garis besar Bantuan Langsung Tunai (BLT) dapat dipahami sebagai pemberian sejumlah uang (dana tunai) kepada masyarakat miskin setelah pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM dengan jalan mengurangi subsidi namun selisih dari subsidi itu diberikan kepada masyarakat miskin. Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau sekarang yang sudah berganti nama menjadi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) merupakan salah satu tindakan yang diambil oleh pemerintah kita untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang membutuhkan di Indonesia. Begitu banyak pro dan kontra yang muncul atas kebijakan yang diambil pemerintah dalam membantu masyarakat di Indonesia. Sebelum kita membahas lebih mendalam mengenai kebijakan yang diambil pemerintah ini mari kita pahami dulu bagaimana BLT/BLSM ini bisa menjadi kebijakan yang diambil oleh pemerintah kita (Novyan, 2012 : 53).
kemiskinan, dll. Hal tersebut menjadi hal yang paling sering dibahas didalam ruang DPR mengingat tentang bagaimana mencari solusi untuk mengatasinya, dari hasil yang dibicarakan oleh pemerintah kita maka diambilah sebuah keputuan mengenai subsidi yang diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu yang diharapkan dapat membangun semangat untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik kedepannya. (Anonim 2008).
Upaya pengentasan kemiskinan selalu menjadi salah satu program pemerintah dari masa ke masa. Pemberian BLT secara langsung ke masyarakat miskin pada awalnya ditujukan untuk mengurangi dampak dari kebijakan peningkatan harga bahan bakar minyak. Selain itu, bantuan pendidikan (kebijakan pembebasan biaya pendidikan pada tingkat tertentu, pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM), dan biaya pengobatan gratis pada masyarakat miskin (Jamkeskin) merupakan salah satu bentuk investasi sumberdaya manusia. Investasi sumberdaya manusia merupakan seluruh kegiatan yang mempengaruhi pendapatan maupun konsumsi di masa yang akan datang (Anonim 2008).
3
Untuk mengurangi beban masyarakat tersebut di atas, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 12/2005 tentang pemberian subsidi langsung tunai (SLT) kepada rumah tangga miskin yang kemudian diperbaharui dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (Anonim 2008).
Berdasarkan Inpres tersebut maka masyarakat miskin mendapat BLT sebesar Rp100.000 per rumah tangga per bulan. Rumah tangga miskin didefinisikan sebagai mereka yang mempunyai pengeluaran per kapita per bulan Rp175.000 atau kurang, berdasarkan identifikasi Badan Pusat Statistik (BPS) 3 dengan menggunakan metode uji pendekatan kemampuan (proxy means testing ).
BLT merupakan implementasi dari Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang pelaksanaan program bantuan langsung tunai (BLT) untuk rumah tangga
sasaran (RTS) dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM. Program BLT-RTS ini dalam pelaksanaanya harus langsung menyentuh dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat miskin (yang terkategori sebagai RTS),
mendorong tanggung jawab sosial bersama dan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang secara konsisten mesti benar-benar
memperhatikan Rumah Tangga Sasaran yang pasti merasakan beban berat sebagai akibat dari kenaikan harga BBM. BLT yang idealnya harus memenuhi tugas hakikinya yakni membantu masyarakat miskin dengan dasar hukum InPres
1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya;
2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat
kesulitan ekonomi;
3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.
Dengan tujuan itu, maka penerima bantuan langsung tunai adalah Rumah
Tangga Sasaran sebanyak 19,1 Juta Rumah Tangga Sasaran hasil pendataan oleh BPS. yang meliputi Rumah Tangga Sangat Miskin (poorest), Rumah Tangga Miskin (poor) dan Rumah Tangga Hampir Miskin (near poor) di seluruh wilayah
Indonesia. Kebijakan pemberian BLT bagi 19,1 juta RTS seluruh Indonesia yang dilakukan karena pemerintah telah memutuskan untuk menaikkan harga dasar
BBM, kenaikan harga dapat mengakibatkan harga kebutuhan pokok meningkat dan bagi masyarakat miskin dapat mengakibatkan daya beli mereka semakin menurun. Penurunan ini dikarenakan mereka akan mengalami kesulitan untuk
beradaptasi dengan perkembangan harga di pasar.
Dari data tersebut dapat dilihat masyarakat miskin akan terkena dampak
sosial yakni semakin menurun taraf kesejahteraannya atau menjadi semakin miskin. Untuk itu diperlukan program perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dalam bentuk program kompensasi (compensatory program) yang sifatnya
khusus (crash program) atau program jaring pengaman sosial (social safety net), seiring dengan besarnya beban subsidi BBM semakin berat dan resiko
terjadinya defisit yang harus ditanggung oleh pemerintah. Selain itu, akibat selisih harga BBM dalam negeri dibanding dengan luar negeri berakibat memberi peluang peningkatan upaya penyelundupan BBM ke luar negeri. Sehingga
5
selama ini subsidi dinikmati juga oleh golongan masyarakat mampu yang kemudian dana itu dialihkan untuk golongan masyarakat miskin. Dan harus diakui
program ini setelah dilaksanakan memang melahirkan penilaian yang pro dan kontra terkait keberhasilannya.
Melihat hal yang diambil saat ini oleh pemerintah mengenai cara peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat kurang tepat dikarenakan hal yang sama pernah dilakukan dan hasilnya pun sangat tidak memuaskan. Solusi yang seharunya dikeluarkan pemerintah saat ini harus yang bersifat jangka panjang yang bukan hanya dapat langsung dinikmati hasilnya saat itu saja oleh penduduk miskin. Pendidikan dan kesehatan bisa dikatakan sebagai kunci untuk membuat solusi baru dimana dapat meningkatkan kualitas pembangunan manusia di Indonesia. Mekanisme yang ditawarkan dalam program BLSM pun dapat dikatakan sangat tidak efektif karena banyak BLSM yang jatuh pada sasaran yang tepat dan bisa dikatakan pula kebijakan BLSM yang tidak memiliki syarat yang kongkrit tentang bagaimana cara memperolehnya justru malah membuat ketergantungan bagi penduduk miskin dinegara kita.
1.2 Perumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikemukakan yaitu :
1. Apakah dampak Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) terhadap aktifitas masyarakat ?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan kebijakan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) terhadap aktifitas masyarakat ?
2. Untuk mengetahui variabel manakah yang paling besar pengaruhnya terhadap aktifitas masyarakat ?
1.1. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan dan sekaligus sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Masyarakat
7
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini juga pernah diangkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari penelitian-penelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.
0,05. Kesimpulan serupa juga berlaku bagi pengujian parsial, antara masing-masing variabel bebas dengan variabel tak bebas.
9
3. Triana ( 2011 ) dalam penelitian yang berjudul “ Pengaruh kebijakan subsidi beras miskin dan bantuan langsung tunai terhadap pengeluaran telekomunikasi dan rokok rumah tangga miskin di pulau jawa”. Tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat adalah pola konsumsi rumah tangga. Pola konsumsi rumah tangga menggambarkan alokasi pengeluaran untuk pangan dan non pangan yang dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa sedikitnya ada satu orang perokok dalam sebagian besar rumah tangga di Indonesia. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penurunan harga telekomunikasi, peningkatan harga rokok dan pemberian subsidi raskin meningkatkan permintaan komoditi pangan, rokok dan telekomunikasi namun menurunkan permintaan komoditi non pangan. Penurunan harga telekomunikasi, peningkatan harga rokok dan pemberian subsidi BLT meningkatkan permintaan untuk semua komoditi. Hal ini mengingat preferensi rumah tangga miskin yang lebih mengutamakan rokok dan telekomunikasi dibandingkan makanan pokok bila ada tambahan proporsi pengeluaran.
11
Penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang memang berbeda, namun memiliki persamaan yaitu berkaitan tentang respon masyarakat terhadap program berupa bantuan dan penellitian ini menggunakan variabel yang berbeda dengan penelitian yang sebelumnya serta dilakukan pada tahun yang berbeda dan tempat penelitian yang berbeda.
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Konsumsi
Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya ìeconomicsî memberikan pengertian tentang konsumsi yaitu merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (dalam satu tahun) pengeluaran. Konsumsi berasal dari bahasa Inggris yaitu ìConsumptionî. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).
dengan tingkat Produksi Nasional atau Pendapatan Nasional. Diduga bahwa dengan bertambahnya pendapatan nasional akan bertambah pula jumlah konsumsi. Penelitian ini memperlihatkan bagaimana belanja ini berubah-ubah sesuai dengan naik turunnya pendapatan keluarga. Penelitian yang sudah ada di Indonesia adalah perubahan proporsi belanja makanan dana bukan makanan dari seluruh jumlah uang yang dibelanjakan. Selanjutnya dari angka-angka pendapatan nasional juga kita dapat memperoleh gambaran perubahan konsumsi ini (Partadiredja, 2001).
Konsumsi (yaitu pengeluaran untuk konsumsi) tergantung dari pendapatan tetapi kita juga harus mengetahui bahwa pendapatan sebaliknya juga tergantung pada pengeluaran. Seakan-akan kita melihat sebuah lingkaran yang tidak berujung pangkal. Maka akan timbul pertanyaan : apakah kita perlu mengetahui besarnya konsumsi agar dapat menghitung besarnya pendapatan (Sudarsono, 2000).
13
sebagai konsumsi. Penelitian empiris tentang perubahan pendapatan sisa dari tahun ke tahun dan konsumsi untuk suatu periode selama sepuluh tahun telah menemukan hubungan yang erat antara keduanya. Umumnya, tahun dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi biasanya juga merupakan tahun-tahun dengan tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada rata-rata (Lipsey dan Steiner, 2003).
Pengeluaran konsumsi atau private consumption expenditure meliputi semua pengeluaran rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembelian barang-barang tahan lama yang baru seperti mobil, pesawat televisi dan sebagainya selain bangunan rumah termasuk variable ekonomi pengeluaran konsumsi (Soediyono, 2004).
Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposabel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan:
C = a + bY ... (Dumairy, 2004)
2.2.1.1 Teori Konsumsi J ohn Maynar d Keynes
Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi. Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.
15
C = a + bY, a > 0, 0 < b < 1 ... (2.2)
1. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.
2. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income.
3. Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya.
4. Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung.
2.2.1.2 Teori Konsumsi Kuznets
Keynes berpendapat bahwa pengeluaran konsumsi hampir secara penuh dipengaruhi oleh kekuatan pendapatan. Fungsi konsumsi menurut Keynes menunjukan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang kedua-duanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan, bukan hubungan antara pedapatan nasional dengan konsumsi nominal.
Secara umum fungsi Keynes sederhana dapat ditulis dalam persamaan linier sebagai berikut:
C = C0 + cY
Dimana: C : konsumsi masyarakat riil
C0 : konsumsi nominal pada saat Y=0
c : MPC = hasrat mengkonsumsi marginal
Y : pendapatan nasional riil
17
C
C = C0 + cY
C0
0 Y
Gambar 2.1 Fungsi Konsumsi Menurut Keynes
2.2.1.3Hipotesis Siklus Kehidupan
Teori konsumsi yang dikaitkan dengan siklus hidup manusia ini dikembangkan oleh A. Ando, R. Brumberg dan F. Mondigliani. Seperti kita ketahui bahwa secara umum, siklus hidup manusia terdiri dari masa kanak kanak, dewasa, dan tua. Teori daur hidup ini menyatakan bahwa individu merencanakan pola konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama hidup mereka ( Manga, 2001 )
Pendapatan C
CC B
A YY
Usia
0 A B
2.2 Pola Pendapatan dan Konsumsi Menurut Siklus Hidup
Keterangan: a = dissaving 1 b = saving c = dissaving 2
19
pendapatan. Kurva CC menggambarkan besarnya pengeluaran konsumsi pertahun dari waktu ke waktu, sementara kurva YY menunjukkan besarnya pendapatan pertahun dari waktu ke waktu. Pada saat seseorang lahir, ia sudah memerlukan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, sementara disisi lain jelas ia belum dapat menghasilkan pendapatan (pendapatan yang diperoleh nol).
Seseorang dengan pendapatan sebesar nol, untuk memenuhi kebutuhannya terpaksa dilakukan dissaving (tabungan negatif atau mencarihutang). Baru setelah ia memperoleh penghasilan maka dissaving yang terjadi semakin lama semakin kecil hingga sampai umur A besarnya dissaving tidak terlihat lagi (dissaving = 0). Setelah titik A terlalui maka saving mulai bertanda positif. Karena kemampuan seseorang untuk memperoleh penghasilan ada batasnya sesuai dengan berjalannya umur, maka pada titik B kemampuan seseorang untuk memperoleh penghasilan yang lebih banyak sudah mencapai puncaknya, sehingga setelah titik ini kurva YY mempunyai arah menurun. Dengan kurva konsumsi CC mulai umur C maka dissaving terjadi lagi (Manga, 2001: 117-118).
Dalam hal ini pola pengeluaran konsumsi seseorang secara umum dipengaruhi oleh mana siklus hidupnya. Jika digambarkan secara grafik maka pola pengeluaran konsumsi sejak lahir hingga meninggal dapat dijelaskan pada gambar berikut (Manga, 2001: 117-118).
2.2.2 Produksi
memenuhi kebutuhan kepuasan manusia. Setiap proses untuk menghasilkan barang dan jasa dinamakan “Proses Produksi”. Produksi dalam artian lebih “operasional” adalah suatu proses dimana satu atau beberapa barang dan jasa yang disebut “input” diubah menjadi barang dan jasa yang disebut “output. Dalam suatu proses produksi digunakan berbagai jenis input. Konsep dari fungsi fungsi produksi didefinisikan sebagai persamaan matematika yang menunjukkan kuantitas maksimum output yang dapat dihasilkan dari serangkaian input. Produksi dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dari kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan usaha salak maupun lainnya.
Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Lebih lanjut Putong (2002) mengatakan produksi atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum.
21
komoditi bukan hanya dalam bentuk output barang, tetapi juga jasa. Menurut Salvatore (2001) produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input
atau sumber daya menjadi output beberapa barang atau jasa.
Dalam menggambarkan fungsi produksi dalam dua dimensi dapat menggunakan kurva isokuan. Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input dan teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu hubungan antara input dan output tercermin pada funsgi produksinya. Suatu fungsi produksi menggambarkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan Output tertentu dalam jumlah yang sama dapat digambarkan dengan kurva isokuan (isoquant), yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi yang menghasilkan produksi yang sama.
Adam Smith mengatakan bahwa terdapat tiga masalah pokok berupa mencari jawaban atas pertanyaan 1) Apa yang akan diproduksi dan berapa jumlahnya, 2) Bagaimana cara menghasilkan/memproduksi barang atau jasa tersebut, 3) Untuk siapa barang atau jasa tersebut dihasilkan/diproduksi. Perusahaan yang akan menghasilkan suatu produk menghadapi keterbatasan sumber daya (faktor produksi), sehingga perusahaan memilih alternatif terbaik yang akan digunakan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Cara perusahaan menghasilkan produk yang diingikan tergambar dalam proses produksi. Setiap produksi memiliki elemen utama seperti input, proses dan output.
Menurut Nicholson (2003:50) menyatakan produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi mengandung hubungan antar tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh. Sehingga produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas dengan memanfaatkan beberapa masukan alat input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.
Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara menghubungkan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi dan
23
serangkaian input tertentu. Faktor produktivitas adalah kunci untuk mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law variable proportion faktor
memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam sebuah sistem produksi.
Biaya produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai variabel akan tingkat produksi. Umumnya faktor-faktor utama utama untuk mempengaruhi produksi adalah faktor lahan, tenaga kerja, modal untuk pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, teknologi dan manajemen (Rahim dan Hastuti, 2007:45).
2.2.2.1 Fungsi Produksi
Dalam proses produksi, perusahaan mengubah masukan (input), yang juga disebut sebagai faktor produksi (factors of production) termasuk segala sesuatunya yang harus digunakan perusahaan sebagai bagian dari proses produksi, menjadi keluaran (output). Misalnya sebuah pabrik roti menggunakan masukan yang mencakup tenaga kerja, bahan baku seperti; terigu, gula dan modal yang telah diinvestasikan untuk panggangan, mixer serta peralatan lain yang digunakan.
menjelaskan kombinasi-kombinasi input yang diperlukan untuk menghasilkan output, para ekonom menggunakan sebuah fungsi yang disebut fungsi produksi.
Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya dapat diberi ciri khusus berupa suatu fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan jumlah hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang digunakan. Jumlah hasil produksi merupakan “dependent variabel” dan jumlah faktor produksinya sebagai “independent variabel”. Secara matematis fungsi produksinya ditulis sebagai berikut :
Q = f (X1, X2, X3, ...Xn)
Dimana Q : hasil produksi fisik (matrik) X1...Xn : faktor-faktor produksi
Bentuk hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
Q = f{K, L}
Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh hukum ekonomi produksi, yaitu “Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang (The Law of Diminishing Return)”. Hukum ini menyatakan bahwa jika faktor produksi terus menerus ditambahkan pada faktor produksi tetap maka tambahan jumlah produksi per satuan akan semakin berkurang. Hukum ini menggambarkan adanya kenaikan hasil yang negatif dalam kurva fungsi produksi.
2.2.3 Bantuan Langsung Sementar a Masyarakat
25
tindakan yang diambil oleh pemerintah kita untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang membutuhkan di Indonesia. Begitu banyak pro dan kontra yang muncul atas kebijkan yang diambil pemerintah dalam membantu masyarakat di Indonesia. Sebelum kita membahas lebih mendalam mengenai kebijakan yang diambil pemerintah ini mari kita pahami dulu bagaimana BLT/BLSM ini bisa menjadi kebijakan yang diambil oleh pemerintah kita. (Novyan, 2012 : 53)
Tingkat kesejahteraan di negara kita dianggap masih sangat kuramg dikarenakan masih begitu banyak masyarakat yang memiliki kehidupan yang kurang layak yang diakibat oleh beberapa faktor seperti pengangguran, kelaparan, kemiskinan, dll. Hal tersebut menjadi hal yang paling sering dibahas didalam ruang DPR mengingat tentang bagaimana mencari sosuli untuk mengatasinya, dari hasil yang dibicarakan oleh pemerintah kita maka diambilah sebuah keputuan mengenai subsidi yang diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu yang diharapkan dapat membangun semangat untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik kedepannya. Ini adalah 14 syarat atau cirri-ciri warga yang menerima BLSM antara lain :
1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter persegi untuk masing-masing anggota keluarga.
2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu, kayu berkualitas rendah.
4. Fasilitas jamban tidak ada, atau ada tetapi dimiliki secara bersama-sama dengan keluarga lain.
5. Sumber air untuk minum/memasak berasal dari sumur/mata air tak terlindung, air sungai, danau, atau air hujan.
6. Sumber penerangan di rumah bukan listrik.
7. Bahan bakar yang digunakan memasak berasal dari kayu bakar, arang, atau minyak tanah.
8. Dalam seminggu tidak pernah mengonsumsi daging, susu, atau hanya sekali dalam seminggu.
9. Dalam setahun paling tidak hanya mampu membeli pakaian baru satu stel.
10.Makan dalam sehari hanya satu kali atau dua kali.
11.Tidak mampu membayar anggota keluarga berobat ke puskesmas atau poliklinik.
12.Pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan setengah hektare, buruh tani, kuli bangunan, tukang batu, tukang becak, pemulung, atau pekerja informal lainnya dengan pendapatan maksimal Rp600 ribu per bulan.
27
14.Tidak memiliki harta senilai Rp. 500 ribu seperti tabungan, perhiasan emas, TV berwarna, ternak, sepeda motor [kredit/non-kredit], kapal motor, tanah, atau barang modal lainnya
2.2.3.1 Pemberian BLSM Untuk Masyarakat Miskin
Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) ditengarai bertujuan untuk membantu rakyat miskin menikmati subsidi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diberikan pemerintah (anonim, 2012 : 41).
BLSM adalah pengalihan kompensasi yang tepat guna mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) agar dinikmati rakyat miskin. Bambang mengatakan, ratusan triliun yang dikucurkan pemerintah dalam bentuk subsidi BBM, sebanyak 80 persen dinikmati orang kaya. Adapun warga miskin hanya menikmati sisa kecil dari subdisi yang dikucurkan pemerintah. Karena itu, dia menilai lebih tepat kalau subsidi BBM diganti dengan BLSM, sekitar Rp 18 triliun yang diberikan kepada 18,5 juta warga miskin. Adapun sebanyak 30 persen warga miskin lapisan terbawah mendapat kucuran dana Rp 900 ribu selama enam bulan atau Rp 150 ribu per bulan. Tidak memungkiri kalau terjadi penyimpangan penyaluran BLSM bakal menciptakan masalah di tataran masyarakat.
a) Terdaftar diBadan Pusat Statistik sebagai orang yang tidak mampu.
b) Setelah terdaftar, Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dibagikan melalui Pos Indonesia.
c) Bila telah menerima KPS, maka anda pergi ke Kantor Pos yang ditunjuk. d) Kemudian, anda mengantre untuk selanjutnya mendapatkan kartu antrean.
Bawalah Kartu Perlindungan Sosial sebagai buktinya.
e) Seusai mendapatkan kartu antrian, masyarakat menunggu kembali untuk dilakukan verifikasi.
f) Setelah lolos verifikasi untuk KPS, (KTP) dan kartu normatif, masyarakat baru berhak menerima Bantuan BLSM yang diberikan pemerintah sebesar Rp300.000.
29
Selain itu KPS dapat juga digunakan untuk mendapatkan manfaat program Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Pemerintah mengeluarkan Kartu Perlindungan Sosial ini kepada 15,5 juta Rumah Tangga Miskin dan rentan yang merupakan 25% Rumah Tangga dengan status sosial ekonomi terendah di Indonesia. Kartu Perlindungan Sosial dikirimkan langsung ke alamat Rumah Tangga Sasaran (RTS) oleh PT Pos Indonesia (Persero).(anonim 3013). Syarat dan ketentuan KPS ini :
a) Kepala Rumah Tangga beserta seluruh Anggota Rumah Tangganya berhak menerima Program Perlindungan Sosial sesuai ketentuan yang berlaku.
b) Kartu ini harus disimpan dengan baik, kehilangan atau kerusakan Kartu menjadi tanggung jawab Pemegang Kartu.
c) Penerima Program Perlindungan Sosial harus dapat menunjukan kartu ini pada saat pengambilan manfaat program.
d) Kartu tidak dapat dipindah tangankan.
e) Nomor Kartu Keluarga yang tercantum pada KPS tidak menjadi persyaratan utama bagi penerima kartu untuk memperoleh manfaat dari program perlindungan sosial.
2.2.3.2 BLSM Merupakan Beban Untuk Masyarakat Miskin
Pemberian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) membebani masyarakat. Beragam konflik sosial baru bakal menghantui pelaksanaannya jika rencana kenaikan harga BBM disetujui. Dibalik niat meredam dampak inflasi dan penurunan daya beli masyarakat dalam waktu beberapa bulan, malah muncul banyak kontroversi. Kontroversi terjadi karena pencabutan subsidi, terutama di maraknya korupsi dan tingginya beban utang. Sehingga melukai masyarakat karena beban makin besar ditanggung bersama.
Beban yang dimaksudnya karena pembayaran utang dan bunga dari luar negeri semakin bertambah. Sementara dari sektor internal ada ketidakmampuan mengoptimalkan penerimaan pajak.
Ada empat program yang disiapkan. Yakni Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang sifatnya terdiri dari :
a) Cash transfer
b) Penambahan subsidi siswa miskin
c) Penambahan jumlah penyaluran raskin
d) Subsidi pengelola angkutan masyarakat/desa
31
sudah pernah digulirkan pemerintah pada 2005 dan 2009 lalu. Hanya bedanya, jika sebelumnya setiap kepala keluarga memperoleh Rp100.000, kini meningkat menjadi Rp150.000 dan diberikan untuk setiap warga. Mereka akan mendapatkan selama sembilan bulan. Meski pemerintah pusat sudah merilis jumlah penerima, hingga saat ini pemerintah di daerah belum mengetahui jumlah warganya yang akan mendapatkan. Padahal dari sejumlah pernyataan dari pejabat di Jakarta, April atau saat harga BBM dinaikkan, menjadi waktu pencairan BLT.
Hindari sedini mungkin konflik di masyarakat dengan cara memastikan data yang valid bagi penerima BLSM. Faktor kemudahan pencairan dan manusiawi harus ditekankan dalam proses pencairan. Jangan sampai korban timbul lagi dalam pencairan kali ini. Selain itu, baik pemerintah maupun pihak lain harus mengawasi secara ketat pencairan BLSM kali ini. Pasalnya dalam pencairan program sebelumnya dengan dalih kearifan lokal, pemotongan-pemotongan masih saja terjadi. Jika sejumlah masalah itu tidak diatasi, tujuan BLSM untuk membantu warga miskin justru akan terjadi sebaliknya.
2.3 Kerangka Pemikiran
dilakukan dan hasilnya pun sangat tidak memuaskan. Solusi yang seharunya dikeluarkan pemerintah saat ini harus yang bersifat jangka panjang yang bukan hanya dapat langsung dinikmati hasilnya saat itu saja oleh penduduk miskin. Pendidikan dan kesehatan bisa dikatakan sebagai kunci untuk membuat solusi baru dimana dapat meningkatkan kualitas pembangunan manusia di Indonesia. Mekanisme yang ditawarkan dalam program BLSM pun dapat dikatakan sangat tidak efektif karena banyak BLSM yang jatuh pada sasaran yang tepat dan bisa dikatakan pula kebijakan BLSM yang tidak memiliki syarat yang kongkrit tentang bagaimana cara memperolehnya justru malah membuat ketergantungan bagi penduduk miskin dinegara kita.(Novyan, 2012 : 53)
Bantuan Langsung Tunai sebagai program jangka pendek yang tujuan utamanya adalah menjaga agar tingkat konsumsi Rumah Tangga Sasaran (RTS), yaitu rumah tangga yang tergolong sangat miskin , miskin, dan dekat miskin/near poor, tidak menurun pada saat terjadi kenaikan harga BBM dalam negeri. Dengan demikian, walaupun program BLT bukan satu-satunya program yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan, namun diharapkan dapat mendorong pengurangan tingkat kemiskinan pada saat terjadi penyesuaian harga-harga kebutuhan pokok menuju keseimbangan yang baru (Dep. Sosial RI, 2008 :6).
33
pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.
Menurut Miller (2000:295) Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi. Dari situ juga dapat disimpulkan bahwa faktor produksi sangat mempengaruhi bagi Bantuan Langsung Tunai menurut Sugianto dan kawan-kawan (2000:314) yang berisi sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapat sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan jumlah uang keluar yang dicatat.
Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumber : Peneliti
2.4 Hipotesis
Dengan memperhatikan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) sangatlah berpengaruh bagi masyarakat miskin di Desa Keboan Anom Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.
1. Diduga jika BLSM naik maka konsumsi rumah tangga naik.
2. Diduga jika BLSM naik maka produksi juga naik. BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA
MASYARAKAT ( X)
PRODUKSI RUMAH TANGGA
(Y2)
KONSUMSI RUMAH TANGGA
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini untuk melihat bagaimana dampak kebijakan BLSM
terhadap aktivitas masyarakat di Desa Keboan Anom Kecamatan Gedangan Kabupaten
Sidoarjo.
3.2. Sumber dan jenis data
Data yang digunakan adalah data primer. Data ini diperoleh dari jawaban
responden terhadap kuisioner yang telah disebarkan pada lokasi penelitian terhadap
objek, subjek ataupun kejadian tertentu. Sebanyak tiga puluh (36) responden didaerah
yang akan diteliti yaitu Desa Keboan Anom Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.
3.3. Definisi Operasional dan pengukur an var iabel
Definisi Operasional adalah pernyataan tentang definisi, arti, batasan, pengertian,
dan pengukuran variable secara operasional, baik berdasarkan teori yang telah ada
maupun secara empiris.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
a. Variabel Terikat (Y1)
Adalah variabel yang tidak dapat berdiri sendiri (dependent variabel), dalam hal
ini dinyatakan dalam (Y1), yaitu Konsumsi rumah tangga. Pengukuran variabel
ini dinyatakan dalam (Y2), yaitu Produksi rumah tangga. Pengukur variable
dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).
c. VariabelBebas (X1)
Adalah variable yang dapat berdiri sendiri (independen variable), dalam hal ini
dinyatakan dalam (X1), yaitu Bantuan Langsung Tunai atau Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat. Pengukur variable dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).
3.3.1 Pengukur anVar iabel
Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel-variabel tersebut adalah skala
interval, dengan teknik skala Semantic Differensial Scale yaitu merupakan skala
pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian lima (5) butir yang menyatakan
secara verbal dua kutub (bipolar) penilaian yang ekstrim dan dapat dinyatakan dengan
pecahan. Dua kutub ekstrim ini dapat berupa penilaian mengenai baik-buruk,
cepat-lambat, dan kuat-lemah (Indr iantor o, 2002 : 105)
1 2 3 4 5
Sangat setuju setuju ragu-ragu tidak setuju sangat tidak setuju
Skala tersebut di susun dalam suatu garis continue dengan jawaban sangat positif
terletak disebelah kanan, dan jawaban sangat negative terletak disebelah kiri, atau
sebaliknya.
37
3.4. TeknikPenentuanSampel
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat sekitar dan khususnya di Desa
Keboan Anom Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik sama
dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004:44). Dalam melakukan penarikan sampel,
digunakan metode Simple Random Sampling, yaitu teknik penarikan sampel dimana cara
pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa
memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Riduwan, 2004:58).
Rumus teknik pengambilan sampel :
=
. ( Riduwan, 2004:65)
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah ukuran populasi
d2 = presisi yang ditetapkan (5%)
Maka sampel yang digunakan adalah :
N = 40
40 (5%)2 + 1
= 40
= 36,36
= 36 responden
3.5. Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Pengumpulan data
a. Metode Direct Observation
Metode dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap konsumen
yang berhubungan dengan permasalahan penelitian dan mencatat kegiatan yang ada.
b. Metode Kuisioner
Metode ini dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan (angket) tertulis ke
pada responden.
c. Metode Interview
Metode ini dilakukan dengan jalan penelitian mengadakan wawancara secara
langsung ke pada responden.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier
berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel
satu dengan variabel lain.Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka pengujian asumsi
klasik juga perlu dilakukan untuk memastikan apakah model regresi linier berganda yang
digunakan tidak terdapat masalah antara lain normalitas, multikolonieritas,heterokedastisitas, dan
39
3.6.1 Analisis Regresi Berganda
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen
(Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) terhadap variabel dependen (konsumsi rumah tangga
dan produksi rumah tangga ) maka digunakan model regresi linier berganda yang dirumuskan
sebagai berikut:
Y1 = β0 + β1X1i+Ui
Y2 = β0 + β1X1i+Ui………….(Sudrajat, 2000:79).
Dimana:
X1 = Bantuan Langsung Tunai atau Bantuan Langsung Sementara Masyarakat, dalam
satuan Rupiah (Rp)
Y1 = Konsumsi rumah tangga, dalam satuan Rupiah (Rp)
Y2 =Produksi rumah tangga,dalam satuan rupiah (Rp)
β0 = Konstanta
β1 = Koefisien regresi
Ui= Variabel pengganggu
i = Pengamatan
Suatu penelitian harus memenuhi asumsi regresi linier klasik atau asumsi klasik, yaitu
memiliki distribusi yang normal maupun mendekati normal, tidak terjadi gejala
multikolonearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas sehingga didapatkan hasil penelitian yang
Uji validitas untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuisioner)
megukur apa yang diinginkan, valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan
mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan
dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan. Apabila
korelasi antara skor total dengan skor masing-masing pertanyaan signifikan (ditunjukkan
dengan taraf signifikan < 0,05), maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut
mempunyai validitas (Sumarsono, 2004:31).
3.6.2.2Uji Rea libilitas
Menurut Sumarsono (2004:34), uji realibilitas digunakan untuk mengetahui
apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Dengan perkataan lain hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua
kali atau lebih terhadap objek dan alat pengukur yang sama.
Menurut Nunnaly (1967) dalam Ghozali (2009:46), pengukuran realibitas
menggunakan nilai Cronbach Alpha yaitu suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable
jika memberikan nilai cronbach Alpha > 0,6 (dalam Liandari, 2010).
3.6.3 Uji Asumsi Klasik
Karena data yang digunakan adalah data sekunder maka untuk menentukan ketepatan
model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu : Uji
Normalitas, Multikolonearitas, Heteroskedastisitas, dan Autokorelasi yang secara rinci dapat
41
3.6.3.1 Uji Nor malitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik memiliki
distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah variabel residual
berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik. Sedangkan normalitas suatu variabel
umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik (non - parametrik Kolmogorof - Smirnov
(K-S). Suatu variabel dikatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansinya ≥ 0,05 (Ghozali,
2009:113).
3.6.3.2 Uji Multikolinea r itas
Uji Multikolonearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolonearitas didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan melihat (1)
nilai tolerance dan lawannya (2) variance factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk
menunjukkan adanya multikolonearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF
≥ 10 (Ghozali, 2009:115).
3.6.3.3 Uji Heter oskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini
dapat dideteksi dengan melihat scatterplot antara nilai taksiran Y dengan nilai residual dimana
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas di dalam model regresi dapat dilakukan dengan
Uji Glejser, yakni meregresikan absolut nilai residual sebagai variabel dependen dengan variabel
independen. Jika probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5% maka tidak terdapat
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:121).
3.6.3.4 Uji Autokor elasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya autokorelasi didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan Uji
Durbin - Watson (DW Test). Uji Durbin watson (DW test) digunakan untuk autokorelasi tingkat
satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel
lagi diantara variabel independent, Hipotesis yang diuji adalah (Ghozali, 2009:128)
Tabel 3.2
Autokor elasi Dur bin-Watson
Hipotesis nol Keputusan Jika
43
Sumber: Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP Undip. Semarang. 2009.
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:
1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4 - du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien
autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4 - dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil
daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) ada DW terletak
antara (4 - du) dan (4 - dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
3.6.4 Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh
yang signifikan dari variabel independen ( Bantuan Langsung Sementara Masyarakat ) terhadap
variabel dependen ( Konsumsi Rumah Tangga, Produksi Rumah Tangga ) baik secara parsial
maupun secara simultan. Pengujian tingkat penting (test of significance) ini merupakan suatu
prosedur dimana hasil sampel digunakan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis dengan alat
analisis yaitu uji kesesuaian model, uji t dan nilai koefisien determinasi (R2). Perhitungan
statistik disebut signifikan secara statistik apabila uji nilai statistikanya berada dalam daerah
kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji nilai statistikanya
Uji t berfungsi untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan suatu variabel
bebas secara individual mempengaruhi variabel terikat. Hal ini dapat dirumuskan sebagai
berikut : (Nachrowi dan Usman,2005:19)
1. Hipotesis dapat dirumuskan :
a. H0 : βi = 0 (variabel bebas tidak berpengaruh variabel terikat)
b. H1 : βi ≠ 0 (variabel bebas ada pengaruh pada variabel terikat)
Uji t dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
thitung = β1 Se ( βi )
Dimana :
β1 = Koefisien Regresi
Se = Standart Error
n = Jumlah sampel
k = Jumlah parameter
Gambar 3.2 :
Gambar Distr ibusi Penolakan / Pener imaan Hipotesis Secar a Par sial
Ho ditolak Daerah penerimaan Ho ditolak
( -t α / 2 ; n-k-l ) ( t α / 2 ; n-k-l )
Sumber: Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP Undip. Semarang.
45
3.6.4.2 Uji der ajat deter minasi (R²)
Digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel
terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R 2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien
determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Perhitungan nilai koefisien deteminasi ini diformulasikan sebagai berikut:
R2 = TSS ESS
(Ghozali, 2009)
R2 = Koefisien determinasi majemuk (multiple coeficient of determinant), yaitu proporsi
variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama.
ESS = Explained sum of squares, atau jumlah kuadrat yang dijelaskan atau variabel
nilai variabel terikat yang ditaksir di sekitar rata-ratanya.
TSS = Total sum of squares, atau total variabel nilai variabel terikat sebenarnya di
sekitar rata-rata sampelnya.
Bila R2 mendekati 1 (100%), maka hasil perhitungan menunjukkan bahwa makin baik atau
makin tepat garis regresi yang diperoleh. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0 maka
46 4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitia n
4.1.1 Per kemba nga n Batua n Langsung Sementar a Masya r a kat
Kemiskinan sepertinya tidak akan jauh meninggalkan bangsa kita ini,
karena begitu banyak rakyat yang menderita kemiskinan. Ini menandakan bahwa
rencana pemerintah untuk menuntaskan kemiskinan sepertinya hanya bertahan
sementara dan salah satu cara dengan mengadakan BLT. Secara garis besar
Bantuan Langsung Tunai (BLT) dapat dipahami sebagai pemberian sejumlah uang
(dana tunai) kepada masyarakat miskin setelah pemerintah memutuskan untuk
menaikkan harga BBM dengan jalan mengurangi subsidi namun selisih dari subsidi
itu diberikan kepada masyarakat miskin. Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau
sekarang yang sudah berganti nama menjadi Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat (BLSM) merupakan salah satu tindakan yang diambil oleh pemerintah
kita untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang membutuhkan di
Indonesia. Begitu banyak pro dan kontra yang muncul atas kebijkan yang diambil
pemerintah dalam membantu masyarakat di Indonesia. Sebelum kita membahas
lebih mendalam mengenai kebijakan yang diambil pemerintah ini mari kita pahami
dulu bagaimana BLT/BLSM ini bisa menjadi kebijakan yang diambil oleh
pemerintah kita (Novyan, 2012 : 53).
Upaya pengentasan kemiskinan selalu menjadi salah satu program
47
miskin pada awalnya ditujukan untuk mengurangi dampak dari kebijakan
peningkatan harga bahan bakar minyak. Selain itu, bantuan pendidikan (kebijakan
pembebasan biaya pendidikan pada tingkat tertentu, pemberian Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM)), dan biaya
pengobatan gratis pada masyarakat miskin (Jamkeskin) merupakan salah satu
bentuk investasi sumberdaya manusia. Investasi sumberdaya manusia merupakan
seluruh kegiatan yang mempengaruhi pendapatan maupun konsumsi di masa yang
akan datang (Anonim 2008).
Untuk mengurangi beban masyarakat tersebut di atas, pemerintah
mengeluarkan Instruksi Presiden No. 12/2005 tentang pemberian subsidi langsung
tunai (SLT) kepada rumah tangga miskin yang kemudian diperbaharui dengan
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan
Langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (Anonim 2008).
Berdasarkan Inpres tersebut maka masyarakat miskin mendapat BLT
sebesar Rp100.000 per rumah tangga per bulan. Rumah tangga miskin didefinisikan
sebagai mereka yang mempunyai pengeluaran per kapita per bulan Rp175.000 atau
kurang, berdasarkan identifikasi Badan Pusat Statistik (BPS) 3 dengan
menggunakan metode uji pendekatan kemampuan (proxy means testing ).
Melihat hal yang diambil saat ini oleh pemerintah mengenai cara
peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat kurang tepat dikarenakan hal yang
sama pernah dilakukan dan hasilnya pun sangat tidak memuaskan. Solusi yang
seharunya dikeluarkan pemerintah saat ini harus yang bersifat jangka panjang yang
Indonesia. Mekanisme yang ditawarkan dalam program BLSM pun dapat dikatakan
sangat tidak efektif karena banyak BLSM yang jatuh pada sasaran yang tepat dan
bisa dikatakan pula kebijakan BLSM yang tidak memiliki syarat yang kongkrit
tentang bagaimana cara memperolehnya justru malah membuat ketergantungan
bagi penduduk miskin dinegara kita.
4.2. Penyajian Data
Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
tanggapan responden terhadap masing – masing variabel penelitian. Sesuai dengan
penjelasan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa variabel bebas (X) yang
digunakan adalah Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), sedangkan
variabel terikat (Y) yang digunakan adalah Produksi dan Konsumsi. Adapun hasil
analisa terhadap data penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Deskr ipsi Var iabel Bantuan Langsung Sementar a Masyar akat (X1)
Hasil kuesioner dari responden mengenai variabel Bantuan Langsung Sementara
Masyarakat dapat disajikan sebagaimana pada tabel 1 berikut :
49
Berdasarkan tabel 1 diatas dikeyahui bahwa :
1). Untuk indikator ” Apakah bapak/ibu setuju adanya bantuan langsung sementara (
BLSM ) ini” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing –
masing sebanyak 16 responden atau sebesar 44,4 %.
2). Untuk indikator ” Apakah bantuan langsung sementara ini sudah tepat sasaran”
sebagaian besar responden menjawab tidak setuju dengan jumlah masing – masing
sebanyak 21 responden atau sebesar 58,3 %.
3). Untuk indikator ” Apakah bantuan ini menjadikan bapak/ibu bergantung pada setiap
bulannya” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing –
jumlah masing – masing sebanyak 19 responden atau sebesar 52,8 %.
5). Untuk indikator ” Apakah dengan adanya bantuan ini dapat meningkatkan
kesejahteraan bapak/ibu ” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah
masing – masing sebanyak 18 responden atau sebesar 50 %.
6). Untuk indikator ” Apakah anda setuju seandainya Bantuan Langsung Sementara ini
ditiadakan dengan konsekuensi harga bahan pokok diturunkan ” sebagaian besar
responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 17 responden
atau sebesar 47,2 %.
7). Untuk indikator ” Apakah anda setuju dengan jumlah Bantuan Langsung Sementara
yang telah ditentukan oleh pemerintah dan sangat mensyukurinya ” sebagaian besar
responden menjawab tidak setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 18
responden atau sebesar 50 %
b. Deskr ipsi Var iabel Konsumsi Rumah Tangga (Y1)
Hasil kuesioner dari responden mengenai variabel Konsumsi Rumah Tangga dapat
disajikan sebagaimana pada tabel 2 berikut :
51
Berdasarkan tabel 2 diatas dikeyahui bahwa :
1). Untuk indikator ” Apakah bantuan ini berpengaruh bagi konsumsi rumah tangga
bapak/ibu” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing –
masing sebanyak 24 responden atau sebesar 66,7 %.
2). Untuk indikator ” Apakah setelah adanya bantuan ini konsumsi dalam rumah tangga
bapak/ibu bertambah” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah
masing – masing sebanyak 18 responden atau sebesar 50 %.
3). Untuk indikator ” Apakah bantuan ini berlaku terhadap konsumsi rumah tangga dalam
jangka pendek saja” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah
masing – masing sebanyak 20 responden atau sebesar 55,6 %.
4). Untuk indikator ” Apakah hanya kalangan menengah kebawah saja yang berhak
mendapatkan bantuan langsung sementara ini” sebagaian besar responden menjawab
setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 21 responden atau sebesar 58,3 %.
5). Untuk indikator ” Apakah konsumsi rumah tangga tidak bertambah jika bantuan
langsung sementara ini sudah tidak ada lagi ” sebagaian besar responden menjawab
disajikan sebagaimana pada tabel 3 berikut :
Berdasarkan tabel 3 diatas dikeyahui bahwa :
1). Untuk indikator ” Apakah bantuan ini berpengaruh bagi produksi rumah tangga
bapak/ibu” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing –
masing sebanyak 21 responden atau sebesar 58,3 %.
2). Untuk indikator ” Apakah setelah adanya bantuan ini produksi dalam rumah tangga
bapak/ibu bertambah” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah
masing – masing sebanyak 20 responden atau sebesar 55,6 %.
3). Untuk indikator ” Apakah bantuan ini berlaku terhadap produksi rumah tangga dalam
jangka pendek saja” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah
53
4.3 Hasil uji validitas dan r eliabilitas
Untuk menyakinkan bahwa data dalam penelitian ini valid dan dapat
dipercaya, maka dilakukan uji reliabilitas.
4.3.1 Uji va liditas
Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui derajat ketepatan alat ukur
penelitian tentang isi kebenaran yang diukur. Analisis validitas item bertujuan
untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar-benar telah sah, paling tidak
kita dapat menetapakan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh
dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran.
Tabel 4 : Uji Validitas
Validitas Masing – masing Item Var iabel Bantuan Langsung Sementara
Items Coefesien Sig Keterangan
1 0,225 0,000 Valid
Validitas Masing – masing Item Var iabel Konsumsi Rumah Tangga
Items Coefesien Sig Keterangan