• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA MASYARAKAT TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI DESA KEBOAN ANOM KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA MASYARAKAT TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI DESA KEBOAN ANOM KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK KEBIJ AKAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA

MASYARAKAT TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI

DESA KEBOAN ANOM KECAMATAN GEDANGAN

KABUPATEN SIDOARJ O

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syar atan Dalam Memper oleh Gelar Sar jana Ekonomi Pr ogr a m Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan

Oleh :

RADITYA TRI WARDANI

0911010043/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

KEBOAN ANOM KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJ O

Yang diajukan

RADITYA TRI WARDANI

0911010043/FE/IE

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

DRA. EC. TITIK NURHIDAYATI Tanggal:………

NIP. 195101051990091001

Mengetahui,

Ketua Progdi Ekonomi Pembangunan

(3)

USULAN PENELITIAN

DAMPAK KEBIJ AKAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA MASYARAKAT TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI DESA KEBOAN ANOM KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJ O

Yang diajukan

RADITYA TRI WARDANI

0911010043/FE/IE

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

DRA. EC. TITIK NURHIDAYATI Tanggal:………

NIP. 195101051990091001

Mengetahui,

Ketua Progdi Ekonomi Pembangunan

(4)

Diajukan Oleh :

RADITYA TRI WARDANI

0911010043/FE/IE

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim penguji Skripsi Pr ogram Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal : 22 November 2013

Pembimbing :

Univer sitas Pembangunan Nasional “”Veteran” J awa Timur

(5)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan

inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“DAMPAK KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA

MASYARAKAT TERHADAP AKTIVITAS MASYARAKAT DI DESA KEBOAN

ANOM KECAMATAN GEDANGAN KABUPATEN SIDOARJO”. Adapun

penulisan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi

program S1 pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur khususnya Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. Sholawat serta

salam selalu tercurah pada qudwah khasanah kita Nabi Muhammad SAW yang selalu

kita nantikan syafaatnya kelak di yaumul qiyamah.

Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam penulisan skripsi ini, namun

dengan kerja keras serta tekad besar serta adanya bimbingan dan bantuan dari

pihak-pihak yang penulis sayangi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,

dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT yang sebagaimana telah memberikan rahmat dan hidayahnya

(6)

ii

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional“ Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr.Dhani Ichsanudin Nur,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Dra. Niniek Imaningsih, Mp selaku ketua program study Ilmu Ekonomi

Study Pembangunan.

6. Ibu Dra. Ec. Titik Nurhidayati Selaku Dosen pembimbing yang telah

membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan

skripsi hingga ujian akhir skripsi ini

7. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” JawaTimur, yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan

pelayanan akademik bagi penulis.

8. Saudara-saudara penulis yang telah memberi dukungan terus –menerus

Riva Eko, Risky Dwi, Ira Juwita dan lain-lain yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu, Terima kasih atas semangat serta perhatiannya.

9. Teman-teman penulis Irwanto, heri, Hafis, Eli, Edi, dan lain-lain yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih doa dan dukungannya

(7)

iii

10.Some One yang telah memberikan dukungan lebih dalam menyelesaikan

tugas akhir ini hingga selesai.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam segala hal terutama yang

berkaitan dengan kelancaran penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari, masih banyak kekurangan yang ditemukan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan

yang sifatnya membangun. Selanjutnya apabila terdapat kesalahan baik dalam materi

yang tersaji maupun dalam teknik penyelesaiannya, penulis mohon maaf yang

sebesar-besarnya. Dan dengan segala kerendahan hati, semoga apa yang terdapat

dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.

Surabaya, November 2013

(8)

iv

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFRAT GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1Hasil Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Landasan Teori ... 11

2.2.1 Konsumsi ... 11

2.2.1.1 Teori Konsumsi John Maynard Keynes ... 14

2.2.1.2 Teori Konsumsi Kuznets ... 15

2.2.1.3 Hipotesis Siklus Kehidupan ... 18

2.2.2 Produksi ... 19

2.2.2.1 Fungsi Produksi ... 23

(9)

v

2.2.3.1 Pemberian BLSM Untuk Masyarakat Miskin ... 27

2.2.3.2 BLSM Merupakan Beban Untuk Masyarakat Miskin ... 30

2.3 Kerangka Pemikiran ... 31

2.4 Hipotesis . ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 35

3.2 Sumber dan Jenis Data ... 35

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 35

3.3.1 Pengukuran Variabel ... 36

3.4 Teknik Penentuan Sampel ... 37

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.5.1 Pengumpulan Data ... 38

3.6 Teknik Analisis Data ... 38

3.6.1 Analisis Regresi Berganda ... 39

3.6.2 Uji Kualitas Data ... 40

3.6.2.1 Uji Validitas Data ... 40

3.6.2.2 Uji Reabilitas ... 40

3.6.3 Uji Asumsi Klasik ... 40

3.6.3.1 Uji Normalitas ... 41

3.6.3.2 Uji Multikoliniaritas ... 41

3.6.3.3 Uji Heteroskedastisitas ... 41

3.6.3.4 Uji Autokorelasi ... 42

(10)

vi

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 46

4.4.1 Perkembanga Bantuan Langsung Tunai Masyarakat ... 46

4.2 Penyajian Data . ... 48

4.2.1 Deskripsi Variabel BLSM ... 48

4.2.2 Deskripsi Variabel Konsumsi Rumah Tangga ... 50

4.2.3 Deskripsi Variabel Produksi Rumah Tangga ... 52

4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 53

4.3.1 Uji Validitas ... 53

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 54

4.4 Uji Hipotesis Secara Parsial ... 55

4.4.1 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 56

4.5 Pembahasan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Saran ... 61 DAFTAR PUSTAKA

(11)

vii

DAFTAR TABEL

TABEL 3.2 Autokorelasi Durbin-Watson ... 42

TABEL 4.1 Hasil Kuesioner dari Responden BLSM ... 48

TABEL 4.2 Hasil Kuesioner dari Responden Variabel Konsumsi ... 50

TABEL 4.3 Hasil Kuesioner dari Responden Variabel Produksi ... 52

TABEL 4 Uji Validitas BLSM ... 53

TABEL 5 Uji Validitas Konsumsi ... 53

TABEL 6 Uji Validitas Produksi ... 54

TABEL 7 Hasil Uji Reliabilitas ... 55

(12)

viii

Gambar 2.2 Pola Pendapatan dan Konsumsi Menurut Siklus Hidup ... 18 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 34 Gambar 3.2 Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara Parsial ... 44 Gambar 4.1 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor BLSM (X)

terhadap Konsumsi Rumah Tangga (Y1) ... 57

Gambar 4.2 Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial Faktor BLSM (X)

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data variabel dependen dan independen Lampiran 2 Regression Konsumsi

Lampiran 3 Regression Produksi

(14)

xi Oleh :

RADITYA TRI WARDANI Abstraksi

Upaya pengentasan kemiskinan selalu menjadi salah satu program pemerintah dari masa ke masa. Melihat hal yang diambil saat ini oleh pemerintah mengenai cara peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat kurang tepat dikarenakan hal yang sama pernah dilakukan dan hasilnya pun sangat tidak memuaskan. Solusi yang seharunya dikeluarkan pemerintah saat ini harus yang bersifat jangka panjang yang bukan hanya dapat langsung dinikmati hasilnya saat itu saja oleh penduduk miskin. Pendidikan dan kesehatan bisa dikatakan sebagai kunci untuk membuat solusi baru dimana dapat meningkatkan kualitas pembangunan manusia di Indonesia. Mekanisme yang ditawarkan dalam program BLSM pun dapat dikatakan sangat tidak efektif karena banyak BLSM yang jatuh pada sasaran yang tepat dan bisa dikatakan pula kebijakan BLSM yang tidak memiliki syarat yang kongkrit tentang bagaimana cara memperolehnya justru malah membuat ketergantungan bagi penduduk miskin dinegara kita.

Tujuan dari Peneliti ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana mencari solusi untuk mengatasinya, dari hasil yang dibicarakan oleh pemerintah kita maka diambilah sebuah keputuan mengenai subsidi yang diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu yang diharapkan dapat membangun semangat untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik kedepannya. Untuk mengurangi beban masyarakat tersebut di atas, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 12/2005 tentang pemberian subsidi langsung tunai (SLT) kepada rumah tangga miskin yang kemudian diperbaharui dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) untuk Rumah Tangga Sasaran.

Setelah melihat hasil regresi yang didapat maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (X1), terhadap Konsumsi Rumah Tangga(Y1), Produksi Rumah Tangga(Y2) tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan). Hal ini disebabkan karena besaran BLSM yang diberikan sangat minim dibandingkan naiknya biaya yang harus ditanggung. Begitu harga BBM naik rata-rata 33,3 % (premium naik 44,4 % dan solar naik 22,3 %), ongkos transportasi pun naik rata-rata 20 – 35 persen. Dan juga dikarenakan dengan besaran Rp.300.000 per tiga bulan untuk melakukan produksi sangatlah kurang.

Kata Kunci :Bantuan Langsung Sementara Masyarakat, Kosumsi Rumah Tangga,

(15)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan sepertinya tidak akan jauh meninggalkan bangsa kita ini, karena begitu banyak rakyat yang menderita kemiskinan. Ini menandakan bahwa rencana pemerintah untuk menuntaskan kemiskinan sepertinya hanya bertahan sementara dan salah satu cara dengan mengadakan BLT. Secara garis besar Bantuan Langsung Tunai (BLT) dapat dipahami sebagai pemberian sejumlah uang (dana tunai) kepada masyarakat miskin setelah pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga BBM dengan jalan mengurangi subsidi namun selisih dari subsidi itu diberikan kepada masyarakat miskin. Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau sekarang yang sudah berganti nama menjadi Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) merupakan salah satu tindakan yang diambil oleh pemerintah kita untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang membutuhkan di Indonesia. Begitu banyak pro dan kontra yang muncul atas kebijakan yang diambil pemerintah dalam membantu masyarakat di Indonesia. Sebelum kita membahas lebih mendalam mengenai kebijakan yang diambil pemerintah ini mari kita pahami dulu bagaimana BLT/BLSM ini bisa menjadi kebijakan yang diambil oleh pemerintah kita (Novyan, 2012 : 53).

(16)

kemiskinan, dll. Hal tersebut menjadi hal yang paling sering dibahas didalam ruang DPR mengingat tentang bagaimana mencari solusi untuk mengatasinya, dari hasil yang dibicarakan oleh pemerintah kita maka diambilah sebuah keputuan mengenai subsidi yang diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu yang diharapkan dapat membangun semangat untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik kedepannya. (Anonim 2008).

Upaya pengentasan kemiskinan selalu menjadi salah satu program pemerintah dari masa ke masa. Pemberian BLT secara langsung ke masyarakat miskin pada awalnya ditujukan untuk mengurangi dampak dari kebijakan peningkatan harga bahan bakar minyak. Selain itu, bantuan pendidikan (kebijakan pembebasan biaya pendidikan pada tingkat tertentu, pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM), dan biaya pengobatan gratis pada masyarakat miskin (Jamkeskin) merupakan salah satu bentuk investasi sumberdaya manusia. Investasi sumberdaya manusia merupakan seluruh kegiatan yang mempengaruhi pendapatan maupun konsumsi di masa yang akan datang (Anonim 2008).

(17)

3

Untuk mengurangi beban masyarakat tersebut di atas, pemerintah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 12/2005 tentang pemberian subsidi langsung tunai (SLT) kepada rumah tangga miskin yang kemudian diperbaharui dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (Anonim 2008).

Berdasarkan Inpres tersebut maka masyarakat miskin mendapat BLT sebesar Rp100.000 per rumah tangga per bulan. Rumah tangga miskin didefinisikan sebagai mereka yang mempunyai pengeluaran per kapita per bulan Rp175.000 atau kurang, berdasarkan identifikasi Badan Pusat Statistik (BPS) 3 dengan menggunakan metode uji pendekatan kemampuan (proxy means testing ).

BLT merupakan implementasi dari Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang pelaksanaan program bantuan langsung tunai (BLT) untuk rumah tangga

sasaran (RTS) dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM. Program BLT-RTS ini dalam pelaksanaanya harus langsung menyentuh dan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat miskin (yang terkategori sebagai RTS),

mendorong tanggung jawab sosial bersama dan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang secara konsisten mesti benar-benar

memperhatikan Rumah Tangga Sasaran yang pasti merasakan beban berat sebagai akibat dari kenaikan harga BBM. BLT yang idealnya harus memenuhi tugas hakikinya yakni membantu masyarakat miskin dengan dasar hukum InPres

(18)

1. Membantu masyarakat miskin agar tetap dapat memenuhi

kebutuhan dasarnya;

2. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat

kesulitan ekonomi;

3. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama.

Dengan tujuan itu, maka penerima bantuan langsung tunai adalah Rumah

Tangga Sasaran sebanyak 19,1 Juta Rumah Tangga Sasaran hasil pendataan oleh BPS. yang meliputi Rumah Tangga Sangat Miskin (poorest), Rumah Tangga Miskin (poor) dan Rumah Tangga Hampir Miskin (near poor) di seluruh wilayah

Indonesia. Kebijakan pemberian BLT bagi 19,1 juta RTS seluruh Indonesia yang dilakukan karena pemerintah telah memutuskan untuk menaikkan harga dasar

BBM, kenaikan harga dapat mengakibatkan harga kebutuhan pokok meningkat dan bagi masyarakat miskin dapat mengakibatkan daya beli mereka semakin menurun. Penurunan ini dikarenakan mereka akan mengalami kesulitan untuk

beradaptasi dengan perkembangan harga di pasar.

Dari data tersebut dapat dilihat masyarakat miskin akan terkena dampak

sosial yakni semakin menurun taraf kesejahteraannya atau menjadi semakin miskin. Untuk itu diperlukan program perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dalam bentuk program kompensasi (compensatory program) yang sifatnya

khusus (crash program) atau program jaring pengaman sosial (social safety net), seiring dengan besarnya beban subsidi BBM semakin berat dan resiko

terjadinya defisit yang harus ditanggung oleh pemerintah. Selain itu, akibat selisih harga BBM dalam negeri dibanding dengan luar negeri berakibat memberi peluang peningkatan upaya penyelundupan BBM ke luar negeri. Sehingga

(19)

5

selama ini subsidi dinikmati juga oleh golongan masyarakat mampu yang kemudian dana itu dialihkan untuk golongan masyarakat miskin. Dan harus diakui

program ini setelah dilaksanakan memang melahirkan penilaian yang pro dan kontra terkait keberhasilannya.

Melihat hal yang diambil saat ini oleh pemerintah mengenai cara peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat kurang tepat dikarenakan hal yang sama pernah dilakukan dan hasilnya pun sangat tidak memuaskan. Solusi yang seharunya dikeluarkan pemerintah saat ini harus yang bersifat jangka panjang yang bukan hanya dapat langsung dinikmati hasilnya saat itu saja oleh penduduk miskin. Pendidikan dan kesehatan bisa dikatakan sebagai kunci untuk membuat solusi baru dimana dapat meningkatkan kualitas pembangunan manusia di Indonesia. Mekanisme yang ditawarkan dalam program BLSM pun dapat dikatakan sangat tidak efektif karena banyak BLSM yang jatuh pada sasaran yang tepat dan bisa dikatakan pula kebijakan BLSM yang tidak memiliki syarat yang kongkrit tentang bagaimana cara memperolehnya justru malah membuat ketergantungan bagi penduduk miskin dinegara kita.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yang akan dikemukakan yaitu :

1. Apakah dampak Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) terhadap aktifitas masyarakat ?

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan kebijakan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) terhadap aktifitas masyarakat ?

2. Untuk mengetahui variabel manakah yang paling besar pengaruhnya terhadap aktifitas masyarakat ?

1.1. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan dan sekaligus sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

2. Bagi Masyarakat

(21)

7

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini juga pernah diangkat sebagai topik penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Maka peneliti juga diharuskan untuk mempelajari penelitian-penelitian terdahulu atau sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian ini.

(22)

0,05. Kesimpulan serupa juga berlaku bagi pengujian parsial, antara masing-masing variabel bebas dengan variabel tak bebas.

(23)

9

3. Triana ( 2011 ) dalam penelitian yang berjudul “ Pengaruh kebijakan subsidi beras miskin dan bantuan langsung tunai terhadap pengeluaran telekomunikasi dan rokok rumah tangga miskin di pulau jawa”. Tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat adalah pola konsumsi rumah tangga. Pola konsumsi rumah tangga menggambarkan alokasi pengeluaran untuk pangan dan non pangan yang dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa sedikitnya ada satu orang perokok dalam sebagian besar rumah tangga di Indonesia. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penurunan harga telekomunikasi, peningkatan harga rokok dan pemberian subsidi raskin meningkatkan permintaan komoditi pangan, rokok dan telekomunikasi namun menurunkan permintaan komoditi non pangan. Penurunan harga telekomunikasi, peningkatan harga rokok dan pemberian subsidi BLT meningkatkan permintaan untuk semua komoditi. Hal ini mengingat preferensi rumah tangga miskin yang lebih mengutamakan rokok dan telekomunikasi dibandingkan makanan pokok bila ada tambahan proporsi pengeluaran.

(24)
(25)

11

Penelitian terdahulu dengan penelitian yang sekarang memang berbeda, namun memiliki persamaan yaitu berkaitan tentang respon masyarakat terhadap program berupa bantuan dan penellitian ini menggunakan variabel yang berbeda dengan penelitian yang sebelumnya serta dilakukan pada tahun yang berbeda dan tempat penelitian yang berbeda.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Konsumsi

Dilihat dari arti ekonomi, konsumsi merupakan tindakan untuk mengurangi atau menghabiskan nilai guna ekonomi suatu benda. Sedangkan menurut Draham Bannoch dalam bukunya ìeconomicsî memberikan pengertian tentang konsumsi yaitu merupakan pengeluaran total untuk memperoleh barang dan jasa dalam suatu perekonomian dalam jangka waktu tertentu (dalam satu tahun) pengeluaran. Konsumsi berasal dari bahasa Inggris yaitu ìConsumptionî. Konsumsi adalah pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan tersebut. Pembelanjaan masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang diproduksi untuk digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).

(26)

dengan tingkat Produksi Nasional atau Pendapatan Nasional. Diduga bahwa dengan bertambahnya pendapatan nasional akan bertambah pula jumlah konsumsi. Penelitian ini memperlihatkan bagaimana belanja ini berubah-ubah sesuai dengan naik turunnya pendapatan keluarga. Penelitian yang sudah ada di Indonesia adalah perubahan proporsi belanja makanan dana bukan makanan dari seluruh jumlah uang yang dibelanjakan. Selanjutnya dari angka-angka pendapatan nasional juga kita dapat memperoleh gambaran perubahan konsumsi ini (Partadiredja, 2001).

Konsumsi (yaitu pengeluaran untuk konsumsi) tergantung dari pendapatan tetapi kita juga harus mengetahui bahwa pendapatan sebaliknya juga tergantung pada pengeluaran. Seakan-akan kita melihat sebuah lingkaran yang tidak berujung pangkal. Maka akan timbul pertanyaan : apakah kita perlu mengetahui besarnya konsumsi agar dapat menghitung besarnya pendapatan (Sudarsono, 2000).

(27)

13

sebagai konsumsi. Penelitian empiris tentang perubahan pendapatan sisa dari tahun ke tahun dan konsumsi untuk suatu periode selama sepuluh tahun telah menemukan hubungan yang erat antara keduanya. Umumnya, tahun dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi biasanya juga merupakan tahun-tahun dengan tingkat konsumsi yang lebih tinggi daripada rata-rata (Lipsey dan Steiner, 2003).

Pengeluaran konsumsi atau private consumption expenditure meliputi semua pengeluaran rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga-lembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembelian barang-barang tahan lama yang baru seperti mobil, pesawat televisi dan sebagainya selain bangunan rumah termasuk variable ekonomi pengeluaran konsumsi (Soediyono, 2004).

Fungsi konsumsi adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan di antara tingkat konsumsi rumah tangga dalam perekonomian dengan pendapatan nasional (pendapatan disposabel) perekonomian tersebut. Fungsi konsumsi dapat dinyatakan dalam persamaan:

C = a + bY ... (Dumairy, 2004)

(28)

2.2.1.1 Teori Konsumsi J ohn Maynar d Keynes

Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas. Kekuatan kebijakan fiskal untuk mempengaruhi perekonomian seperti ditunjukkan oleh pengganda kebijakan fiskal muncul dari umpan balik antara pendapatan dan konsumsi. Kedua, Keynes menyatakan bahwa rasio konsumsi terhadap pendapatan, yang disebut kecenderungan mengkonsumsi rata-rata (avarage prospensity to consume), turun ketika pendapatan naik. Ia percaya bahwa tabungan adalah kemewahan, sehingga ia berharap orang kaya menabung dalam proporsi yang lebih tinggi dari pendapatan mereka ketimbang si miskin. Ketiga, Keynes berpendapat bahwa pendapatan merupakan determinan konsumsi yang penting dan tingkat bunga tidak memiliki peranan penting. Keynes menyatakan bahwa pengaruh tingkat bunga terhadap konsumsi hanya sebatas teori.

(29)

15

C = a + bY, a > 0, 0 < b < 1 ... (2.2)

1. Variabel nyata adalah bahwa fungsi konsumsi Keynes menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang keduanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan.

2. Pendapatan yang terjadi disebutkan bahwa pendapatan nasional yang menentukan besar kecilnya pengeluaran konsumsi adalah pendapatan nasional yang terjadi atau current national income.

3. Pendapatan absolute disebutkan bahwa fungsi konsumsi Keynes variabel pendapatan nasionalnya perlu diinterpretasikan sebagai pendapatan nasional absolut, yang dapat dilawankan dengan pendapatan relatif, pendapatan permanen dan sebagainya.

4. Bentuk fungsi konsumsi menggunakan fungsi konsumsi dengan bentuk garis lurus. Keynes berpendapat bahwa fungsi konsumsi berbentuk lengkung.

2.2.1.2 Teori Konsumsi Kuznets

(30)

Keynes berpendapat bahwa pengeluaran konsumsi hampir secara penuh dipengaruhi oleh kekuatan pendapatan. Fungsi konsumsi menurut Keynes menunjukan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang kedua-duanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan, bukan hubungan antara pedapatan nasional dengan konsumsi nominal.

Secara umum fungsi Keynes sederhana dapat ditulis dalam persamaan linier sebagai berikut:

C = C0 + cY

Dimana: C : konsumsi masyarakat riil

C0 : konsumsi nominal pada saat Y=0

c : MPC = hasrat mengkonsumsi marginal

Y : pendapatan nasional riil

(31)

17

C

C = C0 + cY

C0

0 Y

Gambar 2.1 Fungsi Konsumsi Menurut Keynes

(32)

2.2.1.3Hipotesis Siklus Kehidupan

Teori konsumsi yang dikaitkan dengan siklus hidup manusia ini dikembangkan oleh A. Ando, R. Brumberg dan F. Mondigliani. Seperti kita ketahui bahwa secara umum, siklus hidup manusia terdiri dari masa kanak kanak, dewasa, dan tua. Teori daur hidup ini menyatakan bahwa individu merencanakan pola konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama hidup mereka ( Manga, 2001 )

Pendapatan C

CC B

A YY

Usia

0 A B

2.2 Pola Pendapatan dan Konsumsi Menurut Siklus Hidup

Keterangan: a = dissaving 1 b = saving c = dissaving 2

(33)

19

pendapatan. Kurva CC menggambarkan besarnya pengeluaran konsumsi pertahun dari waktu ke waktu, sementara kurva YY menunjukkan besarnya pendapatan pertahun dari waktu ke waktu. Pada saat seseorang lahir, ia sudah memerlukan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, sementara disisi lain jelas ia belum dapat menghasilkan pendapatan (pendapatan yang diperoleh nol).

Seseorang dengan pendapatan sebesar nol, untuk memenuhi kebutuhannya terpaksa dilakukan dissaving (tabungan negatif atau mencarihutang). Baru setelah ia memperoleh penghasilan maka dissaving yang terjadi semakin lama semakin kecil hingga sampai umur A besarnya dissaving tidak terlihat lagi (dissaving = 0). Setelah titik A terlalui maka saving mulai bertanda positif. Karena kemampuan seseorang untuk memperoleh penghasilan ada batasnya sesuai dengan berjalannya umur, maka pada titik B kemampuan seseorang untuk memperoleh penghasilan yang lebih banyak sudah mencapai puncaknya, sehingga setelah titik ini kurva YY mempunyai arah menurun. Dengan kurva konsumsi CC mulai umur C maka dissaving terjadi lagi (Manga, 2001: 117-118).

Dalam hal ini pola pengeluaran konsumsi seseorang secara umum dipengaruhi oleh mana siklus hidupnya. Jika digambarkan secara grafik maka pola pengeluaran konsumsi sejak lahir hingga meninggal dapat dijelaskan pada gambar berikut (Manga, 2001: 117-118).

2.2.2 Produksi

(34)

memenuhi kebutuhan kepuasan manusia. Setiap proses untuk menghasilkan barang dan jasa dinamakan “Proses Produksi”. Produksi dalam artian lebih “operasional” adalah suatu proses dimana satu atau beberapa barang dan jasa yang disebut “input” diubah menjadi barang dan jasa yang disebut “output. Dalam suatu proses produksi digunakan berbagai jenis input. Konsep dari fungsi fungsi produksi didefinisikan sebagai persamaan matematika yang menunjukkan kuantitas maksimum output yang dapat dihasilkan dari serangkaian input. Produksi dapat dinyatakan sebagai perangkat prosedur dari kegiatan yang terjadi dalam penciptaan komoditas berupa kegiatan usaha salak maupun lainnya.

Produksi adalah berkaitan dengan cara bagaimana sumber daya (masukan) dipergunakan untuk menghasilkan produk (keluaran). Menurut Joesron dan Fathorrozi (2003), produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Lebih lanjut Putong (2002) mengatakan produksi atau memproduksi menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula. Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum.

(35)

21

komoditi bukan hanya dalam bentuk output barang, tetapi juga jasa. Menurut Salvatore (2001) produksi adalah merujuk pada transformasi dari berbagai input

atau sumber daya menjadi output beberapa barang atau jasa.

Dalam menggambarkan fungsi produksi dalam dua dimensi dapat menggunakan kurva isokuan. Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input dan teknologi yang dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu hubungan antara input dan output tercermin pada funsgi produksinya. Suatu fungsi produksi menggambarkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan Output tertentu dalam jumlah yang sama dapat digambarkan dengan kurva isokuan (isoquant), yaitu kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi faktor produksi yang menghasilkan produksi yang sama.

(36)

Adam Smith mengatakan bahwa terdapat tiga masalah pokok berupa mencari jawaban atas pertanyaan 1) Apa yang akan diproduksi dan berapa jumlahnya, 2) Bagaimana cara menghasilkan/memproduksi barang atau jasa tersebut, 3) Untuk siapa barang atau jasa tersebut dihasilkan/diproduksi. Perusahaan yang akan menghasilkan suatu produk menghadapi keterbatasan sumber daya (faktor produksi), sehingga perusahaan memilih alternatif terbaik yang akan digunakan untuk menghasilkan produk yang diinginkan. Cara perusahaan menghasilkan produk yang diingikan tergambar dalam proses produksi. Setiap produksi memiliki elemen utama seperti input, proses dan output.

Menurut Nicholson (2003:50) menyatakan produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi mengandung hubungan antar tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh. Sehingga produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas dengan memanfaatkan beberapa masukan alat input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.

Produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara menghubungkan faktor-faktor produksi kapital, tenaga kerja, teknologi dan

(37)

23

serangkaian input tertentu. Faktor produktivitas adalah kunci untuk mendapatkan kombinasi atau proporsi input yang optimal yang harus dipergunakan untuk menghasilkan satu produk yang mengacu pada the law variable proportion faktor

memberikan dasar untuk penggunaan sumber daya yang efisien dalam sebuah sistem produksi.

Biaya produksi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai variabel akan tingkat produksi. Umumnya faktor-faktor utama utama untuk mempengaruhi produksi adalah faktor lahan, tenaga kerja, modal untuk pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, teknologi dan manajemen (Rahim dan Hastuti, 2007:45).

2.2.2.1 Fungsi Produksi

Dalam proses produksi, perusahaan mengubah masukan (input), yang juga disebut sebagai faktor produksi (factors of production) termasuk segala sesuatunya yang harus digunakan perusahaan sebagai bagian dari proses produksi, menjadi keluaran (output). Misalnya sebuah pabrik roti menggunakan masukan yang mencakup tenaga kerja, bahan baku seperti; terigu, gula dan modal yang telah diinvestasikan untuk panggangan, mixer serta peralatan lain yang digunakan.

(38)

menjelaskan kombinasi-kombinasi input yang diperlukan untuk menghasilkan output, para ekonom menggunakan sebuah fungsi yang disebut fungsi produksi.

Hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya dapat diberi ciri khusus berupa suatu fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu hubungan matematis yang menggambarkan jumlah hasil produksi tertentu ditentukan oleh jumlah faktor produksi yang digunakan. Jumlah hasil produksi merupakan “dependent variabel” dan jumlah faktor produksinya sebagai “independent variabel”. Secara matematis fungsi produksinya ditulis sebagai berikut :

Q = f (X1, X2, X3, ...Xn)

Dimana Q : hasil produksi fisik (matrik) X1...Xn : faktor-faktor produksi

Bentuk hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksinya yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

Q = f{K, L}

Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh hukum ekonomi produksi, yaitu “Hukum Kenaikan Hasil yang Semakin Berkurang (The Law of Diminishing Return)”. Hukum ini menyatakan bahwa jika faktor produksi terus menerus ditambahkan pada faktor produksi tetap maka tambahan jumlah produksi per satuan akan semakin berkurang. Hukum ini menggambarkan adanya kenaikan hasil yang negatif dalam kurva fungsi produksi.

2.2.3 Bantuan Langsung Sementar a Masyarakat

(39)

25

tindakan yang diambil oleh pemerintah kita untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang membutuhkan di Indonesia. Begitu banyak pro dan kontra yang muncul atas kebijkan yang diambil pemerintah dalam membantu masyarakat di Indonesia. Sebelum kita membahas lebih mendalam mengenai kebijakan yang diambil pemerintah ini mari kita pahami dulu bagaimana BLT/BLSM ini bisa menjadi kebijakan yang diambil oleh pemerintah kita. (Novyan, 2012 : 53)

Tingkat kesejahteraan di negara kita dianggap masih sangat kuramg dikarenakan masih begitu banyak masyarakat yang memiliki kehidupan yang kurang layak yang diakibat oleh beberapa faktor seperti pengangguran, kelaparan, kemiskinan, dll. Hal tersebut menjadi hal yang paling sering dibahas didalam ruang DPR mengingat tentang bagaimana mencari sosuli untuk mengatasinya, dari hasil yang dibicarakan oleh pemerintah kita maka diambilah sebuah keputuan mengenai subsidi yang diberikan kepada masyarakat yang kurang mampu yang diharapkan dapat membangun semangat untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik kedepannya. Ini adalah 14 syarat atau cirri-ciri warga yang menerima BLSM antara lain :

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 meter persegi untuk masing-masing anggota keluarga.

2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah, bambu, kayu berkualitas rendah.

(40)

4. Fasilitas jamban tidak ada, atau ada tetapi dimiliki secara bersama-sama dengan keluarga lain.

5. Sumber air untuk minum/memasak berasal dari sumur/mata air tak terlindung, air sungai, danau, atau air hujan.

6. Sumber penerangan di rumah bukan listrik.

7. Bahan bakar yang digunakan memasak berasal dari kayu bakar, arang, atau minyak tanah.

8. Dalam seminggu tidak pernah mengonsumsi daging, susu, atau hanya sekali dalam seminggu.

9. Dalam setahun paling tidak hanya mampu membeli pakaian baru satu stel.

10.Makan dalam sehari hanya satu kali atau dua kali.

11.Tidak mampu membayar anggota keluarga berobat ke puskesmas atau poliklinik.

12.Pekerjaan utama kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan setengah hektare, buruh tani, kuli bangunan, tukang batu, tukang becak, pemulung, atau pekerja informal lainnya dengan pendapatan maksimal Rp600 ribu per bulan.

(41)

27

14.Tidak memiliki harta senilai Rp. 500 ribu seperti tabungan, perhiasan emas, TV berwarna, ternak, sepeda motor [kredit/non-kredit], kapal motor, tanah, atau barang modal lainnya

2.2.3.1 Pemberian BLSM Untuk Masyarakat Miskin

Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) ditengarai bertujuan untuk membantu rakyat miskin menikmati subsidi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diberikan pemerintah (anonim, 2012 : 41).

BLSM adalah pengalihan kompensasi yang tepat guna mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) agar dinikmati rakyat miskin. Bambang mengatakan, ratusan triliun yang dikucurkan pemerintah dalam bentuk subsidi BBM, sebanyak 80 persen dinikmati orang kaya. Adapun warga miskin hanya menikmati sisa kecil dari subdisi yang dikucurkan pemerintah. Karena itu, dia menilai lebih tepat kalau subsidi BBM diganti dengan BLSM, sekitar Rp 18 triliun yang diberikan kepada 18,5 juta warga miskin. Adapun sebanyak 30 persen warga miskin lapisan terbawah mendapat kucuran dana Rp 900 ribu selama enam bulan atau Rp 150 ribu per bulan. Tidak memungkiri kalau terjadi penyimpangan penyaluran BLSM bakal menciptakan masalah di tataran masyarakat.

(42)

a) Terdaftar diBadan Pusat Statistik sebagai orang yang tidak mampu.

b) Setelah terdaftar, Kartu Perlindungan Sosial (KPS) dibagikan melalui Pos Indonesia.

c) Bila telah menerima KPS, maka anda pergi ke Kantor Pos yang ditunjuk. d) Kemudian, anda mengantre untuk selanjutnya mendapatkan kartu antrean.

Bawalah Kartu Perlindungan Sosial sebagai buktinya.

e) Seusai mendapatkan kartu antrian, masyarakat menunggu kembali untuk dilakukan verifikasi.

f) Setelah lolos verifikasi untuk KPS, (KTP) dan kartu normatif, masyarakat baru berhak menerima Bantuan BLSM yang diberikan pemerintah sebesar Rp300.000.

(43)

29

Selain itu KPS dapat juga digunakan untuk mendapatkan manfaat program Bantuan Siswa Miskin (BSM) dan Program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Pemerintah mengeluarkan Kartu Perlindungan Sosial ini kepada 15,5 juta Rumah Tangga Miskin dan rentan yang merupakan 25% Rumah Tangga dengan status sosial ekonomi terendah di Indonesia. Kartu Perlindungan Sosial dikirimkan langsung ke alamat Rumah Tangga Sasaran (RTS) oleh PT Pos Indonesia (Persero).(anonim 3013). Syarat dan ketentuan KPS ini :

a) Kepala Rumah Tangga beserta seluruh Anggota Rumah Tangganya berhak menerima Program Perlindungan Sosial sesuai ketentuan yang berlaku.

b) Kartu ini harus disimpan dengan baik, kehilangan atau kerusakan Kartu menjadi tanggung jawab Pemegang Kartu.

c) Penerima Program Perlindungan Sosial harus dapat menunjukan kartu ini pada saat pengambilan manfaat program.

d) Kartu tidak dapat dipindah tangankan.

e) Nomor Kartu Keluarga yang tercantum pada KPS tidak menjadi persyaratan utama bagi penerima kartu untuk memperoleh manfaat dari program perlindungan sosial.

(44)

2.2.3.2 BLSM Merupakan Beban Untuk Masyarakat Miskin

Pemberian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) membebani masyarakat. Beragam konflik sosial baru bakal menghantui pelaksanaannya jika rencana kenaikan harga BBM disetujui. Dibalik niat meredam dampak inflasi dan penurunan daya beli masyarakat dalam waktu beberapa bulan, malah muncul banyak kontroversi. Kontroversi terjadi karena pencabutan subsidi, terutama di maraknya korupsi dan tingginya beban utang. Sehingga melukai masyarakat karena beban makin besar ditanggung bersama.

Beban yang dimaksudnya karena pembayaran utang dan bunga dari luar negeri semakin bertambah. Sementara dari sektor internal ada ketidakmampuan mengoptimalkan penerimaan pajak.

Ada empat program yang disiapkan. Yakni Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) yang sifatnya terdiri dari :

a) Cash transfer

b) Penambahan subsidi siswa miskin

c) Penambahan jumlah penyaluran raskin

d) Subsidi pengelola angkutan masyarakat/desa

(45)

31

sudah pernah digulirkan pemerintah pada 2005 dan 2009 lalu. Hanya bedanya, jika sebelumnya setiap kepala keluarga memperoleh Rp100.000, kini meningkat menjadi Rp150.000 dan diberikan untuk setiap warga. Mereka akan mendapatkan selama sembilan bulan. Meski pemerintah pusat sudah merilis jumlah penerima, hingga saat ini pemerintah di daerah belum mengetahui jumlah warganya yang akan mendapatkan. Padahal dari sejumlah pernyataan dari pejabat di Jakarta, April atau saat harga BBM dinaikkan, menjadi waktu pencairan BLT.

Hindari sedini mungkin konflik di masyarakat dengan cara memastikan data yang valid bagi penerima BLSM. Faktor kemudahan pencairan dan manusiawi harus ditekankan dalam proses pencairan. Jangan sampai korban timbul lagi dalam pencairan kali ini. Selain itu, baik pemerintah maupun pihak lain harus mengawasi secara ketat pencairan BLSM kali ini. Pasalnya dalam pencairan program sebelumnya dengan dalih kearifan lokal, pemotongan-pemotongan masih saja terjadi. Jika sejumlah masalah itu tidak diatasi, tujuan BLSM untuk membantu warga miskin justru akan terjadi sebaliknya.

2.3 Kerangka Pemikiran

(46)

dilakukan dan hasilnya pun sangat tidak memuaskan. Solusi yang seharunya dikeluarkan pemerintah saat ini harus yang bersifat jangka panjang yang bukan hanya dapat langsung dinikmati hasilnya saat itu saja oleh penduduk miskin. Pendidikan dan kesehatan bisa dikatakan sebagai kunci untuk membuat solusi baru dimana dapat meningkatkan kualitas pembangunan manusia di Indonesia. Mekanisme yang ditawarkan dalam program BLSM pun dapat dikatakan sangat tidak efektif karena banyak BLSM yang jatuh pada sasaran yang tepat dan bisa dikatakan pula kebijakan BLSM yang tidak memiliki syarat yang kongkrit tentang bagaimana cara memperolehnya justru malah membuat ketergantungan bagi penduduk miskin dinegara kita.(Novyan, 2012 : 53)

Bantuan Langsung Tunai sebagai program jangka pendek yang tujuan utamanya adalah menjaga agar tingkat konsumsi Rumah Tangga Sasaran (RTS), yaitu rumah tangga yang tergolong sangat miskin , miskin, dan dekat miskin/near poor, tidak menurun pada saat terjadi kenaikan harga BBM dalam negeri. Dengan demikian, walaupun program BLT bukan satu-satunya program yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan, namun diharapkan dapat mendorong pengurangan tingkat kemiskinan pada saat terjadi penyesuaian harga-harga kebutuhan pokok menuju keseimbangan yang baru (Dep. Sosial RI, 2008 :6).

(47)

33

pendek dari tingkat bunga terhadap pengeluaran individu dari pendapatannya bersifat sekunder dan relatif tidak penting.

Menurut Miller (2000:295) Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi. Dari situ juga dapat disimpulkan bahwa faktor produksi sangat mempengaruhi bagi Bantuan Langsung Tunai menurut Sugianto dan kawan-kawan (2000:314) yang berisi sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapat sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan jumlah uang keluar yang dicatat.

(48)

Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran Penelitian

Sumber : Peneliti

2.4 Hipotesis

Dengan memperhatikan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah Bantuan Langsung Tunai (BLT) sangatlah berpengaruh bagi masyarakat miskin di Desa Keboan Anom Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

1. Diduga jika BLSM naik maka konsumsi rumah tangga naik.

2. Diduga jika BLSM naik maka produksi juga naik. BANTUAN LANGSUNG SEMENTARA

MASYARAKAT ( X)

PRODUKSI RUMAH TANGGA

(Y2)

KONSUMSI RUMAH TANGGA

(49)

35

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini untuk melihat bagaimana dampak kebijakan BLSM

terhadap aktivitas masyarakat di Desa Keboan Anom Kecamatan Gedangan Kabupaten

Sidoarjo.

3.2. Sumber dan jenis data

Data yang digunakan adalah data primer. Data ini diperoleh dari jawaban

responden terhadap kuisioner yang telah disebarkan pada lokasi penelitian terhadap

objek, subjek ataupun kejadian tertentu. Sebanyak tiga puluh (36) responden didaerah

yang akan diteliti yaitu Desa Keboan Anom Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

3.3. Definisi Operasional dan pengukur an var iabel

Definisi Operasional adalah pernyataan tentang definisi, arti, batasan, pengertian,

dan pengukuran variable secara operasional, baik berdasarkan teori yang telah ada

maupun secara empiris.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

a. Variabel Terikat (Y1)

Adalah variabel yang tidak dapat berdiri sendiri (dependent variabel), dalam hal

ini dinyatakan dalam (Y1), yaitu Konsumsi rumah tangga. Pengukuran variabel

(50)

ini dinyatakan dalam (Y2), yaitu Produksi rumah tangga. Pengukur variable

dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

c. VariabelBebas (X1)

Adalah variable yang dapat berdiri sendiri (independen variable), dalam hal ini

dinyatakan dalam (X1), yaitu Bantuan Langsung Tunai atau Bantuan Langsung

Sementara Masyarakat. Pengukur variable dinyatakan dalam satuan Rupiah (Rp).

3.3.1 Pengukur anVar iabel

Skala pengukuran yang digunakan untuk variabel-variabel tersebut adalah skala

interval, dengan teknik skala Semantic Differensial Scale yaitu merupakan skala

pengukuran sikap dengan menggunakan skala penilaian lima (5) butir yang menyatakan

secara verbal dua kutub (bipolar) penilaian yang ekstrim dan dapat dinyatakan dengan

pecahan. Dua kutub ekstrim ini dapat berupa penilaian mengenai baik-buruk,

cepat-lambat, dan kuat-lemah (Indr iantor o, 2002 : 105)

1 2 3 4 5

Sangat setuju setuju ragu-ragu tidak setuju sangat tidak setuju

Skala tersebut di susun dalam suatu garis continue dengan jawaban sangat positif

terletak disebelah kanan, dan jawaban sangat negative terletak disebelah kiri, atau

sebaliknya.

(51)

37

3.4. TeknikPenentuanSampel

1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat sekitar dan khususnya di Desa

Keboan Anom Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik sama

dengan populasi tersebut (Sumarsono, 2004:44). Dalam melakukan penarikan sampel,

digunakan metode Simple Random Sampling, yaitu teknik penarikan sampel dimana cara

pengambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tanpa

memperhatikan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut (Riduwan, 2004:58).

Rumus teknik pengambilan sampel :

=

. ( Riduwan, 2004:65)

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah ukuran populasi

d2 = presisi yang ditetapkan (5%)

Maka sampel yang digunakan adalah :

N = 40

40 (5%)2 + 1

= 40

(52)

= 36,36

= 36 responden

3.5. Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Pengumpulan data

a. Metode Direct Observation

Metode dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap konsumen

yang berhubungan dengan permasalahan penelitian dan mencatat kegiatan yang ada.

b. Metode Kuisioner

Metode ini dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan (angket) tertulis ke

pada responden.

c. Metode Interview

Metode ini dilakukan dengan jalan penelitian mengadakan wawancara secara

langsung ke pada responden.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier

berganda untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antara variabel

satu dengan variabel lain.Untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini, maka pengujian asumsi

klasik juga perlu dilakukan untuk memastikan apakah model regresi linier berganda yang

digunakan tidak terdapat masalah antara lain normalitas, multikolonieritas,heterokedastisitas, dan

(53)

39

3.6.1 Analisis Regresi Berganda

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen

(Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) terhadap variabel dependen (konsumsi rumah tangga

dan produksi rumah tangga ) maka digunakan model regresi linier berganda yang dirumuskan

sebagai berikut:

Y1 = β0 + β1X1i+Ui

Y2 = β0 + β1X1i+Ui………….(Sudrajat, 2000:79).

Dimana:

X1 = Bantuan Langsung Tunai atau Bantuan Langsung Sementara Masyarakat, dalam

satuan Rupiah (Rp)

Y1 = Konsumsi rumah tangga, dalam satuan Rupiah (Rp)

Y2 =Produksi rumah tangga,dalam satuan rupiah (Rp)

β0 = Konstanta

β1 = Koefisien regresi

Ui= Variabel pengganggu

i = Pengamatan

Suatu penelitian harus memenuhi asumsi regresi linier klasik atau asumsi klasik, yaitu

memiliki distribusi yang normal maupun mendekati normal, tidak terjadi gejala

multikolonearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas sehingga didapatkan hasil penelitian yang

(54)

Uji validitas untuk mengetahui sejauh mana alat pengukur itu (kuisioner)

megukur apa yang diinginkan, valid atau tidaknya alat ukur tersebut dapat diuji dengan

mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing butir pertanyaan

dengan skor total yang diperoleh dari penjumlahan semua skor pertanyaan. Apabila

korelasi antara skor total dengan skor masing-masing pertanyaan signifikan (ditunjukkan

dengan taraf signifikan < 0,05), maka dapat dikatakan bahwa alat pengukur tersebut

mempunyai validitas (Sumarsono, 2004:31).

3.6.2.2Uji Rea libilitas

Menurut Sumarsono (2004:34), uji realibilitas digunakan untuk mengetahui

apakah jawaban yang diberikan responden dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

Dengan perkataan lain hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua

kali atau lebih terhadap objek dan alat pengukur yang sama.

Menurut Nunnaly (1967) dalam Ghozali (2009:46), pengukuran realibitas

menggunakan nilai Cronbach Alpha yaitu suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable

jika memberikan nilai cronbach Alpha > 0,6 (dalam Liandari, 2010).

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

Karena data yang digunakan adalah data sekunder maka untuk menentukan ketepatan

model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik yang digunakan yaitu : Uji

Normalitas, Multikolonearitas, Heteroskedastisitas, dan Autokorelasi yang secara rinci dapat

(55)

41

3.6.3.1 Uji Nor malitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik memiliki

distribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mendeteksi apakah variabel residual

berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik. Sedangkan normalitas suatu variabel

umumnya dideteksi dengan grafik atau uji statistik (non - parametrik Kolmogorof - Smirnov

(K-S). Suatu variabel dikatakan terdistribusi normal jika nilai signifikansinya ≥ 0,05 (Ghozali,

2009:113).

3.6.3.2 Uji Multikolinea r itas

Uji Multikolonearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya multikolonearitas didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan melihat (1)

nilai tolerance dan lawannya (2) variance factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk

menunjukkan adanya multikolonearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF

≥ 10 (Ghozali, 2009:115).

3.6.3.3 Uji Heter oskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini

dapat dideteksi dengan melihat scatterplot antara nilai taksiran Y dengan nilai residual dimana

(56)

maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain itu untuk

mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas di dalam model regresi dapat dilakukan dengan

Uji Glejser, yakni meregresikan absolut nilai residual sebagai variabel dependen dengan variabel

independen. Jika probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5% maka tidak terdapat

heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:121).

3.6.3.4 Uji Autokor elasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk mendeteksi

ada atau tidaknya autokorelasi didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan Uji

Durbin - Watson (DW Test). Uji Durbin watson (DW test) digunakan untuk autokorelasi tingkat

satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel

lagi diantara variabel independent, Hipotesis yang diuji adalah (Ghozali, 2009:128)

Tabel 3.2

Autokor elasi Dur bin-Watson

Hipotesis nol Keputusan Jika

(57)

43

Sumber: Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP Undip. Semarang. 2009.

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4 - du), maka

koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl), maka koefisien

autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4 - dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil

daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl) ada DW terletak

antara (4 - du) dan (4 - dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3.6.4 Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh

yang signifikan dari variabel independen ( Bantuan Langsung Sementara Masyarakat ) terhadap

variabel dependen ( Konsumsi Rumah Tangga, Produksi Rumah Tangga ) baik secara parsial

maupun secara simultan. Pengujian tingkat penting (test of significance) ini merupakan suatu

prosedur dimana hasil sampel digunakan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis dengan alat

analisis yaitu uji kesesuaian model, uji t dan nilai koefisien determinasi (R2). Perhitungan

statistik disebut signifikan secara statistik apabila uji nilai statistikanya berada dalam daerah

kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya, disebut tidak signifikan bila uji nilai statistikanya

(58)

Uji t berfungsi untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan suatu variabel

bebas secara individual mempengaruhi variabel terikat. Hal ini dapat dirumuskan sebagai

berikut : (Nachrowi dan Usman,2005:19)

1. Hipotesis dapat dirumuskan :

a. H0 : βi = 0 (variabel bebas tidak berpengaruh variabel terikat)

b. H1 : βi ≠ 0 (variabel bebas ada pengaruh pada variabel terikat)

Uji t dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

thitung = β1 Se ( βi )

Dimana :

β1 = Koefisien Regresi

Se = Standart Error

n = Jumlah sampel

k = Jumlah parameter

Gambar 3.2 :

Gambar Distr ibusi Penolakan / Pener imaan Hipotesis Secar a Par sial

Ho ditolak Daerah penerimaan Ho ditolak

( -t α / 2 ; n-k-l ) ( t α / 2 ; n-k-l )

Sumber: Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. BP Undip. Semarang.

(59)

45

3.6.4.2 Uji der ajat deter minasi (R²)

Digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R 2 ≤ 1). Tujuan menghitung koefisien

determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Perhitungan nilai koefisien deteminasi ini diformulasikan sebagai berikut:

R2 = TSS ESS

(Ghozali, 2009)

R2 = Koefisien determinasi majemuk (multiple coeficient of determinant), yaitu proporsi

variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas secara bersama-sama.

ESS = Explained sum of squares, atau jumlah kuadrat yang dijelaskan atau variabel

nilai variabel terikat yang ditaksir di sekitar rata-ratanya.

TSS = Total sum of squares, atau total variabel nilai variabel terikat sebenarnya di

sekitar rata-rata sampelnya.

Bila R2 mendekati 1 (100%), maka hasil perhitungan menunjukkan bahwa makin baik atau

makin tepat garis regresi yang diperoleh. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0 maka

(60)

46 4.1. Deskr ipsi Obyek Penelitia n

4.1.1 Per kemba nga n Batua n Langsung Sementar a Masya r a kat

Kemiskinan sepertinya tidak akan jauh meninggalkan bangsa kita ini,

karena begitu banyak rakyat yang menderita kemiskinan. Ini menandakan bahwa

rencana pemerintah untuk menuntaskan kemiskinan sepertinya hanya bertahan

sementara dan salah satu cara dengan mengadakan BLT. Secara garis besar

Bantuan Langsung Tunai (BLT) dapat dipahami sebagai pemberian sejumlah uang

(dana tunai) kepada masyarakat miskin setelah pemerintah memutuskan untuk

menaikkan harga BBM dengan jalan mengurangi subsidi namun selisih dari subsidi

itu diberikan kepada masyarakat miskin. Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau

sekarang yang sudah berganti nama menjadi Bantuan Langsung Sementara

Masyarakat (BLSM) merupakan salah satu tindakan yang diambil oleh pemerintah

kita untuk memberikan subsidi kepada masyarakat yang membutuhkan di

Indonesia. Begitu banyak pro dan kontra yang muncul atas kebijkan yang diambil

pemerintah dalam membantu masyarakat di Indonesia. Sebelum kita membahas

lebih mendalam mengenai kebijakan yang diambil pemerintah ini mari kita pahami

dulu bagaimana BLT/BLSM ini bisa menjadi kebijakan yang diambil oleh

pemerintah kita (Novyan, 2012 : 53).

Upaya pengentasan kemiskinan selalu menjadi salah satu program

(61)

47

miskin pada awalnya ditujukan untuk mengurangi dampak dari kebijakan

peningkatan harga bahan bakar minyak. Selain itu, bantuan pendidikan (kebijakan

pembebasan biaya pendidikan pada tingkat tertentu, pemberian Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Khusus Murid (BKM)), dan biaya

pengobatan gratis pada masyarakat miskin (Jamkeskin) merupakan salah satu

bentuk investasi sumberdaya manusia. Investasi sumberdaya manusia merupakan

seluruh kegiatan yang mempengaruhi pendapatan maupun konsumsi di masa yang

akan datang (Anonim 2008).

Untuk mengurangi beban masyarakat tersebut di atas, pemerintah

mengeluarkan Instruksi Presiden No. 12/2005 tentang pemberian subsidi langsung

tunai (SLT) kepada rumah tangga miskin yang kemudian diperbaharui dengan

Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Program Bantuan

Langsung Tunai (BLT) untuk Rumah Tangga Sasaran (Anonim 2008).

Berdasarkan Inpres tersebut maka masyarakat miskin mendapat BLT

sebesar Rp100.000 per rumah tangga per bulan. Rumah tangga miskin didefinisikan

sebagai mereka yang mempunyai pengeluaran per kapita per bulan Rp175.000 atau

kurang, berdasarkan identifikasi Badan Pusat Statistik (BPS) 3 dengan

menggunakan metode uji pendekatan kemampuan (proxy means testing ).

Melihat hal yang diambil saat ini oleh pemerintah mengenai cara

peningkatan kesejahteraan masyarakat sangat kurang tepat dikarenakan hal yang

sama pernah dilakukan dan hasilnya pun sangat tidak memuaskan. Solusi yang

seharunya dikeluarkan pemerintah saat ini harus yang bersifat jangka panjang yang

(62)

Indonesia. Mekanisme yang ditawarkan dalam program BLSM pun dapat dikatakan

sangat tidak efektif karena banyak BLSM yang jatuh pada sasaran yang tepat dan

bisa dikatakan pula kebijakan BLSM yang tidak memiliki syarat yang kongkrit

tentang bagaimana cara memperolehnya justru malah membuat ketergantungan

bagi penduduk miskin dinegara kita.

4.2. Penyajian Data

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan

tanggapan responden terhadap masing – masing variabel penelitian. Sesuai dengan

penjelasan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa variabel bebas (X) yang

digunakan adalah Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM), sedangkan

variabel terikat (Y) yang digunakan adalah Produksi dan Konsumsi. Adapun hasil

analisa terhadap data penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Deskr ipsi Var iabel Bantuan Langsung Sementar a Masyar akat (X1)

Hasil kuesioner dari responden mengenai variabel Bantuan Langsung Sementara

Masyarakat dapat disajikan sebagaimana pada tabel 1 berikut :

(63)

49

Berdasarkan tabel 1 diatas dikeyahui bahwa :

1). Untuk indikator ” Apakah bapak/ibu setuju adanya bantuan langsung sementara (

BLSM ) ini” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing –

masing sebanyak 16 responden atau sebesar 44,4 %.

2). Untuk indikator ” Apakah bantuan langsung sementara ini sudah tepat sasaran”

sebagaian besar responden menjawab tidak setuju dengan jumlah masing – masing

sebanyak 21 responden atau sebesar 58,3 %.

3). Untuk indikator ” Apakah bantuan ini menjadikan bapak/ibu bergantung pada setiap

bulannya” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing –

(64)

jumlah masing – masing sebanyak 19 responden atau sebesar 52,8 %.

5). Untuk indikator ” Apakah dengan adanya bantuan ini dapat meningkatkan

kesejahteraan bapak/ibu ” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah

masing – masing sebanyak 18 responden atau sebesar 50 %.

6). Untuk indikator ” Apakah anda setuju seandainya Bantuan Langsung Sementara ini

ditiadakan dengan konsekuensi harga bahan pokok diturunkan ” sebagaian besar

responden menjawab setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 17 responden

atau sebesar 47,2 %.

7). Untuk indikator ” Apakah anda setuju dengan jumlah Bantuan Langsung Sementara

yang telah ditentukan oleh pemerintah dan sangat mensyukurinya ” sebagaian besar

responden menjawab tidak setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 18

responden atau sebesar 50 %

b. Deskr ipsi Var iabel Konsumsi Rumah Tangga (Y1)

Hasil kuesioner dari responden mengenai variabel Konsumsi Rumah Tangga dapat

disajikan sebagaimana pada tabel 2 berikut :

(65)

51

Berdasarkan tabel 2 diatas dikeyahui bahwa :

1). Untuk indikator ” Apakah bantuan ini berpengaruh bagi konsumsi rumah tangga

bapak/ibu” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing –

masing sebanyak 24 responden atau sebesar 66,7 %.

2). Untuk indikator ” Apakah setelah adanya bantuan ini konsumsi dalam rumah tangga

bapak/ibu bertambah” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah

masing – masing sebanyak 18 responden atau sebesar 50 %.

3). Untuk indikator ” Apakah bantuan ini berlaku terhadap konsumsi rumah tangga dalam

jangka pendek saja” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah

masing – masing sebanyak 20 responden atau sebesar 55,6 %.

4). Untuk indikator ” Apakah hanya kalangan menengah kebawah saja yang berhak

mendapatkan bantuan langsung sementara ini” sebagaian besar responden menjawab

setuju dengan jumlah masing – masing sebanyak 21 responden atau sebesar 58,3 %.

5). Untuk indikator ” Apakah konsumsi rumah tangga tidak bertambah jika bantuan

langsung sementara ini sudah tidak ada lagi ” sebagaian besar responden menjawab

(66)

disajikan sebagaimana pada tabel 3 berikut :

Berdasarkan tabel 3 diatas dikeyahui bahwa :

1). Untuk indikator ” Apakah bantuan ini berpengaruh bagi produksi rumah tangga

bapak/ibu” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah masing –

masing sebanyak 21 responden atau sebesar 58,3 %.

2). Untuk indikator ” Apakah setelah adanya bantuan ini produksi dalam rumah tangga

bapak/ibu bertambah” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah

masing – masing sebanyak 20 responden atau sebesar 55,6 %.

3). Untuk indikator ” Apakah bantuan ini berlaku terhadap produksi rumah tangga dalam

jangka pendek saja” sebagaian besar responden menjawab setuju dengan jumlah

(67)

53

4.3 Hasil uji validitas dan r eliabilitas

Untuk menyakinkan bahwa data dalam penelitian ini valid dan dapat

dipercaya, maka dilakukan uji reliabilitas.

4.3.1 Uji va liditas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui derajat ketepatan alat ukur

penelitian tentang isi kebenaran yang diukur. Analisis validitas item bertujuan

untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar-benar telah sah, paling tidak

kita dapat menetapakan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh

dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran.

Tabel 4 : Uji Validitas

Validitas Masing – masing Item Var iabel Bantuan Langsung Sementara

Items Coefesien Sig Keterangan

1 0,225 0,000 Valid

Validitas Masing – masing Item Var iabel Konsumsi Rumah Tangga

Items Coefesien Sig Keterangan

Gambar

Gambar 2.1 Fungsi Konsumsi Menurut Keynes
Gambar 2.3 : Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 3.2
Gambar Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis Secara Parsial
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari sisi pembiayaan perbankan, realisasi kredit investasi pada triwulan laporan tumbuh sebesar 67,36% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 yang

Agar dalam pembahasan penelitian ini dapat lebih fokus dan terarah, maka dalam penelitian ini permasalahan yang hendak dibahas terbatas pada : penggunaan pendekatan

Pengembangan pendidikan karakter mengupayakan agar individu-individu memiliki karakter, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka penerapan kesehatan dan keselamatan kerja siswa kelas XI Desain Produksi Kriya Tekstil pada mata pelajaran

Jika dilihat dari aspek regulasi terkait yaitu UU Pilkada, UU ASN, dan UU Kepolisian, disebutkan bahwa yang dapat menduduki jabatan sebagai Pj Gubernur yaitu jabatan pimpinan

Strategi prinsip dan tujuan konstitusional Indonesia dalam masalah kebijakan politik luar negeri adalah argumentasi inward-looking yang berarti memberikan celah terbuka

1100- Manajemen nutrisi (hal.274) 5246- Konseling nutrisi (hal.276).. Hasil Workshop Nasional Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia tahun 2014 *Regional Barat: Jakarta,

Perubahan dalam proses produksi mengakibatkan penentuan harga pokok dengan sistem biaya tradisional (konvensional) akan memberikan hasil yang kurang tepat. Harga pokok