• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KADMIUM TERHADAP KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA KERANG AIR TAWAR (Elongaria orientalis Lea, 1840)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KADMIUM TERHADAP KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA KERANG AIR TAWAR (Elongaria orientalis Lea, 1840)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

1 Abstract

Kadmium merupakan salah satu logam berat yang banyak ditemukan di lingkungan perairan, memiliki waktu paruh yang lama dan bersifat toksik. Di perairan, logam tersebut dapat terserap oleh organisme akuatik melalui organ pernapasan dan organ pencernaan. Kadmium yang masuk ke dalam tubuh dapat mempengaruhi kandungan karbohidrat. Karbohidrat merupakan salah satu sumber nutrien yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme dalam tubuh kerang. Karbohidrat, protein, dan kalsium dibutuhkan untuk pembentukan cangkang kerang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadmium terhadap kandungan karbohidrat pada kerang air tawar Elongaria orientalis. Kerang dipelihara dalam akuarium dengan exposure Cd selama 24 hari dan depurasi sampai hari ke-36. Pengambilan sampel kerang berupa insang dan ginjal dilakukan pada hari ke-0, 1, 6, 12, 18, 24, 30, dan 36. Kandungan karbohidrat ditentukan dengan Microplate Reader. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi karbohidrat pada organ (insang, ginjal, mantel dan kelenjar pencernaan) kerang mengalami penurunan selama masa pemaparan. Namun pada masa depurasi, konsentrasi karbohidrat mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi kadmium menyebabkan gangguan yang terjadi bersifat reversible.

PENGARUH KADMIUM TERHADAP KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA KERANG AIR TAWAR (Elongaria orientalis Lea, 1840)

Akhmad Syakur

ahmadherlang@gmail .co.id

Keywords :

© 2017 Universitas Cokroaminoto palopo

p-ISSN 2573-5163 e-ISSN 2579-7085 Correspondence Author :

Kampus 1 Universitas Cokroaminoto Palopo. Jl.Latamacelling No. 19 Email Kadmium, karbohidrat, kerang air tawar Biogenerasi 1 (2) (2017)

Biogenerasi

Jurnal Pendidikan Biologi

http://www.jurnalbiogenerasi.com /

(2)

2 A. PENDAHULUAN

Kadmium secara alami ditemukan di alam dalam bentuk mineral greennockite (CdS). Logam inimerupakan hasil sampingan proses peleburan bijih seng (Zn), timbal (Pb) dan tembaga (Cu) (Palar, 2008). Peningkatan pencemaran logam berat Cd disebabkan karena aktivitas antropogenik melalui pemanfaatan Cd dalam berbagai industri, seperti tekstil, baterai, plastik, dan elektroplating (Xuan et al., 2011; Fitriawan et al., 2011; Pytharopoulou et al., 2013). Pengolahan limbah Cd yang tidak efektif akan berdampak terhadap lingkungan. Kadmium dalam air laut berupa senyawa klorida (CdCl2), sedangkan dalam air tawar berupa senyawa karbonat (CdCO3) (Adriyani and Mahmudiono, 2009). Kandungan Cd di perairan tawar berkisar antara 0,0001-0,001 mgL-1 (Effendi, 2003).

Logam berat dalam lingkungan perairan akan terserap oleh organisme akuatik melalui insang dan saluran pencernaan, terakumulasi dalam tubuh (Adriyani and Mahmudiono, 2009). Jumlah logam yang terakumulasi dalam tubuh organisme perairan akan terus mengalami peningkatan dengan adanya proses biomagnifikasi. Proses ini menyebabkan tingginya konsentrasi logam dalam tubuh organisme dengan tingkat

trofik lebih tinggi dalam rantai makanan (Vogiatzis and Loumbourdis, 1999; Rumahlatu, 2012; Xuan et al., 2011).

Penggunaan indikator kimiawi untuk pencemaran badan air seringkali mempunyai keterbatasan karena pencemaran terikat oleh bahan partikulat maupun terendapkan dalam sedimen. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, bioindikator dapat merefleksikan tingkat pencemaran dalam bentuk terikat maupun tidak terikat dengan periode waktu yang panjang (Sunarto, 2011). Kerang air tawar merupakan salah satu organisme akuatik yang memiliki pergerakan terbatas dan memiliki kemampuan untuk mengakumulasi logam di ekosistem air tawar melalui transpor air secara langsung melewati insang, dan melewati saluran pencernaan dari partikel yang tersuspensi dan partikel dalam sedimen (Bat et al., 2012; Lu et al., 2010).

Kerang air tawar tergolong filter feeder, yaitu hewan yang mendapatkan makanan dengan jalan menyaring air yang masuk ke dalam tubuhnya. Selain itu, kerang mampu bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang tercemar termasuk logam berat yang tersuspensi dalam perairan (Sunarto, 2011). Logam berat Cd yang masuk ke dalam tubuh organisme akan berikatan dengan protein dan tersimpan dalam jaringan dengan

(3)

3 jangka waktu yang lama (Adriyani and

Mahmudiono, 2009).

Protein merupakan makromolekul yang paling berlimpah dalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering sel (Campbell et al., 2002). Protein memegang peranan penting dalam proses biologis dalam tubuh diantaranya sebagai enzim yang mengkatalisasi reaksi kimia yang khusus di dalam organisme, sebagai media transpor molekul ke dalam atau ke luar sel (Nugroho and Frank, 2012). Karbohidrat juga merupakan makromolekul penting yang sangat dibutuhkan kerang sebagai sumber energidalam proses metabolisme. Selain itu, organisme juga membutuhkan mineral kalsium sebagai zat aktif dalam metabolisme. Kerang membutuhkan kalsium, karbohidrat, dan protein untuk pembentukan cangkang kerang (Nugroho and Frank, 2012; Pynnonen et al., 1987).

Logam Cd yang masuk ke dalam tubuh organisme memiliki kemampuan untuk berikatan dengan gugus S (sulfur) dan karboksi (-COOH) dari molekul-molekul protein, sehingga menghambat enzim yang berperan penting dalam proses metabolisme (Palar, 2008). Larsson and Haux (1982) melaporkan bahwa logam berat Cd mempengaruhi metabolisme karbohidrat pada ikan. Metabolisme protein dan karbohidrat merupakan jalur metabolisme utama yang terlibat dalam

metabolisme molekul yang lain. Kepiting air tawar Sinopotamon yangtsekiense dengan pendedahan Cd menurunkan konsentrasi glikogen otot dan glukosa hemolimfa (Xuan et al., 2011). Cd juga berinteraksi dengan metabolisme kalsium dalam tubuh. Palar (2008) melaporkan bahwa kasus keracunan Cd di Jepang disebabkan karena masyarakat mengkonsumsi makanan dan minuman yang tercemar oleh logam Cd. Penderita mengalami kerapuhan tulang dengan gejala rasa sakit pada persendian tulang belakang dan tulang kaki. Efek yang ditimbulkan Cd terhadap tulang disebabkan karena kekurangan kalsium (Ca) dalam makanan yang tercemar Cd, sehingga fungsi kalsium dalam pembentukan dan perawatan tulang digantikan oleh logam Cd yang ada.

Respon fisiologis dan biokimiawi oleh organisme merupakan parameter awal yang dapat digunakan untuk mengetahui toksisitas senyawa dalam tubuh (Xuan et al., 2011). Perubahan respon fisiologis suatu organisme dapat mempengaruhi perkembangan dan keberlangsungan populasi suatu spesies. Pada penelitian ini akan digunakan kerang air tawar (Elongaria orientalis Lea, 1840) sebagai organisme model untuk mengetahui respon fisiologis kerang air tawar pada kandungan karbohidrat terhadap paparan logam Cd. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari

(4)

4 pengaruh logam berat kadmium (Cd)

terhadap fisiologi kerang air tawar (Elongaria orientalis Lea, 1840).

B. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pada bulan Juli- Desember 2016. Analisis kandungan karbohidrat dilakukan di Laboratorium Sains Universitas Cokroaminoto Palopo.

Bahan

Kerang air tawar Elongaria orientalis (Lea, 1840), larutan CdSO4, akuades, larutan HNO3 dan HCl.

Alat

Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 2 set akuarium, kelereng berukuran kecil sebanyak 8 kg untuk tiap akuarium, 2 set alat bedah, kertas saring, gelas ukur, cawan petri, aluminium foil, pp tube, microtube, micropipet beserta tip, neraca analitik, oven, hot plate, erlenmeyer, labu ukur, satu, dan satu set Microplate Reader. Metode

Kerang yang diperoleh diaklimatisasi selama 14 hari dalam 50 L air. Setelah diaklimatisasi, kerang dibagi menjadi 2 kelompok : 1) merupakan kelompok kontrol, sebanyak 24 kerang dipelihara dalam 50 L air tanpa bahan pencemar; 2). merupakan kelompok perlakuan, sebanyak

24 kerang dipelihara dalam 50 L air mengandung 20 µg/L Cd. Exposure dilakukan selama 24 hari. Depurasi dimulai setelah hari 24 sampai hari ke-36. Selama masa depurasi, kerang kelompok (1) dan (2) dipelihara dalam 50 L air tanpa bahan pencemar.

Pengambilan sampel dilakukan pada hari ke-0, 1, 6, 12, 18, dan 24 (pemaparan) serta hari ke-30 dan 36 (depurasi). Masing-masing 3 kerang dari akuarium (1) dan (2) diambil dan dianestesi dengan es selama 10 menit kemudian dilakukan pembedahan untuk memisahkan insang, ginjal, mantel dan kelenjar pencernaan. Organ tersebut dicuci dengan akuades kemudian dikeringkan dengan kertas saring. Selanjutnya, sampel dibungkus aluminum foil dan ditimbang berat basahnya. Semua sampel diinkubasi dalam oven pada suhu 950C sampai diperoleh berat kering konstan (Nugroho and Frank, 2011, dengan modifikasi).

Analisis kandungan karbohidrat

Sebanyak 0,1 gram sampel dihancurkan dengan mencampurkan lisosim 25 µL ditambahkan dengan 400 µL 50 mM buffer tris-HCl pH 7,5 yang sudah dicampurkan dengan proteaseinhibitor cocktail. Sampel disentrifugasi pada 40C dengan kecepatan 10.000 rpm selama 30 menit. Analisa kandungan karbohidrat menggunakan Uji

(5)

5 Fenol-Asam Sulfat. 50 µL supernatan

ditambahkan 200 µLAsam Sulfat dan 50 µL Phenol 5% kemudian mikrotube digoyang-goyangkan agar homogen dan diinkubasi selama 10 menit. Kandungan karbohidrat diukur dengan Microplate Reader pada panjang gelombang 490 nm. Larutan standar yang digunakan adalah glikogen.

Analisis Data

Analisis kandungan karbohidrat pada organ dalam Elongaria orientalis diolah secara statistik menggunakan analisis of variance (ANOVA) two-way. Apabila terjadi beda nyata, dilanjutkan dengan uji perbandingan Dunnet. Perbedaan kandungan karbohidrat antara kelompok kontrol dan perlakuan dianalisis mengunakan independent T-test.

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen dalam bentuk molekul sederhana maupun kompleks. Karbohidrat paling sederhana adalah monosakarida, gula tunggal yang disebut juga gula sederhana.

Disakarida adalah gula ganda yang terdiri atas dua monosakarida yang dihubungkan melalui kondensasi. Karbohidrat yang merupakan makromolekul adalah polisakarida yaitu polimer yang terdiri dari banyak gula (Campbell et al., 2002).

Pemaparan Cd selama 24 hari pada E.orientalis menurunkan kandungan karbohidrat dalam ginjal, insang, mantel, dan kelenjar pencernaan (Gambar 1). Selama masa depurasi, kandungan karbohidrat kembali meningkat,yaitu pada hari ke-30 dan 36.

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada hari ke-0, kandungan karbohidrat terrtinggi ditemukan pada kelenjar pencernaan (18,4 mg/g), diikuti oleh mantel (12,6 mg/g), ginjal (4,8 mg/g), dan insang (1,4 mg/g). Setelah pemaparan Cd selama 24 hari, kandungan karbohidrat dalam keempat organ tersebut mengalami penurunan yang signifikan mencapai 40-66% dari kandungan karbohidrat awal. Persentase penurunan pada insang > mantel > kelenjar pencernaan > ginjal berturut-turut sebesar 66,2% (0,5 mg/g), 62,3% (4,9 mg/g), 56,9% (7,9 mg/g), 43,5% (2,7 mg/g).

a

(6)

6

Gambar 1. Kandungan karbohidrat total pada beberapa organ Elongaria orientalis: (a) Ginjal (b) Insang (c) Mantel (d) Kelenjar pencernaan (Ket: ◊ = kontrol; ■ = perlakuan). Beda nyata terhadap kontrol

hari 0 ditandai dengan o. Huruf yang sama menunjukkan pemaparan tidak beda nyata terhadap

kontrol pada setiap kali pengambilan sampel (p< 0.05).

c

(7)

7 Analisis Independent T-test terhadap

kandungan karbohidrat pada ginjal (Gambar 1a) menunjukkan bahwa perbedaan kandungan karbohidrat secara signifikanantara kelompok kontrol dan perlakuan tampak mulai hari ke-12 pemaparan hingga akhir masa depurasi (p<0,05). Pada kelompok perlakuan, penurunan karbohidrat dalam ginjal secara nyata terjadi mulai hari ke-12 pemaparan hingga akhir masa depurasi.

Pada insang, kandungan karbohidrat (Gambar 1b) pada kelompok perlakuan menunjukkan beda nyata dengankontrol mulai hari ke-6 pemaparan hingga akhir masa depurasi. Selama perlakuan Cd, penurunan kandungan karbohidrat dalam insang terlihat secara nyata mulai hari ke-1 (p<0,05). Pada mantel dan kelenjar pencernaan,kandungan karbohidrat antara kelompok kontrol dan perlakuan menunjukkan beda nyata antara mulai hari ke-1 pemaparan hingga akhir masa depurasi. Pada kelompok perlakuan, kandungan karbohidrat dalam organ tersebut menurun secara signifikan mulai hari ke-1 pemaparan (p<0,05).

Berdasarkan Gambar 1, kandungan karbohidrat pada keempat organ meningkat selama depurasi dalam jangka waktu 12 hari. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa peningkatan kandungan karbohidrat cenderung lambat. Peningkatan kandungan karbohidrat pada

hari ke-30 mencapai 20%. Persentase peningkatan kandungan karbohidrat pada hari ke-30 organ ginjal dan insang, yaitu sebesar 20,1% (3,3 mg/g) dan 19,7% (0,6 mg/g), sedangkan pada mantel dan kelenjar pencernaan 18,5% (5,8 mg/g), dan 2,2% (8,1 mg/g).

Karbohidrat adalah makromolekul penting untuk memenuhi kebutuhan energi organisme. Penurunan kandungan karbohidrat di dalam tubuh sangat berpengaruh pada proses metabolisme tubuh. Leung and Furness (2001) menyatakan bahwa pemaparan Cd menyebabkan penurunan ketersediaan energi pada moluska. Parameter fisiologis seperti kandungan protein dan karbohidrat merupakan parameter yang menggambarkan respon tubuh dalam menghadapi stres lingkungan. Di bawah kondisi terpapar Cd, kerang akan memanfaatkan sebagian besar energi yang tersedia dengan memecah karbohidrat (Ngo, 2008). Peningkatan aktivitas katabolik karbohidrat, menyebabkan kandungan karbohidrat total pada organ menurun.

Organ yang mengalami penurunan kandungan karbohidrat tertinggi pada penelitian ini adalah kelenjar pencernaan dan mantel. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Hemerlraad et al. (1990) yang menunjukkan penurunan kandungan

(8)

8 glikogen setelah A.cygnea dipaparkan Cd

(50 µg/L) selama 8 minggu. Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Ngo (2008), penurunan kandungan glikogen terjadi pada kelenjar pencernaan dan mantel setelah pemaparan dosis subletal Cd pada A.anatina.

Gambar 1 menunjukkan kandungan karbohidrat pada keempat organ kerang semakin menurun seiring lama waktu pemaparan. Cicik and Engin (2005) menunjukkan bahwa Cd menyebabkan penurunan kandungan karbohidrat karena peningkatan aktivitas enzim glikolitik, laktat dehidrogenase, piruvat dehidrogenase, dan suksinat dehidrogenase.

Penelitian oleh Hemelraad et al. (1990) menyatakan bahwa hewan yang terpapar Cd membutuhkan energi yang tinggi sebagai respon terhadap toksisitas untuk menjaga agar sel berfungsi dengan normal. Kim et al. (2006) menyebutkan masuknya toksikan ke dalam tubuh memicu detoksifikasi logam untuk menurunkan toksisitas logam. Proses detoksifikasi logam memerlukan energi sehingga terjadi pengalihan pemanfaatan energi. Energi yang awalnya dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan, dialihkan untuk proses detoksifikasi. Energi tersebut diperoleh dari perombakan karbohidrat.

Semakin lama pemaparan, toksikan yang masuk ke dalam tubuh semakin tinggi dan semakin meningkatkan kebutuhan energi untuk proses detoksifikasi. Setelah karbohidrat, protein merupakan makromelekul yang dapat dirombak untuk menghasilkan energi. Peningkatan aktivitas degradasi protein menyebabkan tingginya perombakan protein pada organ dalam tubuh kerang dan menyebabkan penurunan kandungan protein pada organ kerang.

D. KESIMPULAN

Kadmium (Cd) berpengaruh pada kandungan karbohidrat. Pemaparan kadmium menurunkan kandungan karbohidrat pada organ (insang, ginjal, mantel dan kelenjar pencernaan) kerang air tawar Elongaria orientalis. Peningkatan kandungan karbohidrat selama masa depurasi menunjukkan bahwa konsentrasi tersebut menyebabkan gangguan yang terjadi bersifat sementara.

SARAN

Saran untuk penelitian selanjutnya, perlu dilakukan uji kandungan makromolekul yang lain seperti kandungan protein, lemak dan kalsium. Selain itu, perlu dilakukan pemaparan kadmium melalui jalur makanan untuk mendapatkan perbandingan pengaruh kadmium secara

(9)

9 menyeluruh terhadap kandungan

karbohidrat pada kerang air tawar.

DAFTAR PUSTAKA

Adriyani, R. and Mahmudiono, T. 2009. Kadar logam berat cadmium, protein dan organoleptik pada daging bivalvia dan perendaman larutan asam cuka. J. Penelit. Med. Eksakta 8(2):152-161.

Bat, L., Ustin, F. and Baki, O.G. 2012. Trace element concentrations in the Mediterranean mussel Mytilus galloprovincialis Lamarck, 1819 from Sinop Coast of the Black Sea, Turkey. The Open Marine Biology Journal 6:1-5.

Campbell, N.A., Reece, J.B., and Mitchell, L.G. 2002.Biologi. Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Cicik, B. and Engin, K. 2005. The effect of cadmium on levels of glucose in serum and glycogen reserves in the liver and muscle tissues of Cyprinus carpio (L, 1758). Turk J. Vet Anim Sci 29:113-117.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Fitriawan, F., Sutarno and Sunarto. 2011. Microanatomy alteration of gills and kidneysin freshwater mussel (Anodonta woodiana) due cadmium exposure. Bioscience 3(I):28-35.

Hemelraad, J., Holwerda, D.A., Zandee, H.J.H.a.D.I. 1990. Effects of cadmium infreshwater clams. III. Interaction with energy metabolism in Anodonta cygnea.Arch. Environ. Contain. Toxicol. 19 (5): 699-703.

Kim, S.G., Eom, K., Kim, S., Jin, H., Kang, J. 2006. Kinetics of Cd accumulation and elimination in tissues of juvenile rockfish (Sebates schlegeli) exposed to dietary Cd. Marine Environmental Research. 62: 327-340.

Larsson, A. and Haux, C. 1982. Altered carbohydrate metabolism in fish exposed to sublethal level of cadmium. J. Environ. Biol 3:71-81. Leung, K.M.Y. and Furness, R.W., 2001.

Survival, growth, metallothionein and glycogenlevels of Nucella lapillus (L.) exposed to sub-chronic cadmium stress: theinfluence of nutritional state and prey type. Mar. Environ. Res. 52: 173-194. Lu,H., Yang, J., and Gan, J. 2010. Trace

element accumulation in bivalve mussels Anodonta woodiana from Taihu Lake, China. Arch. Environ. Contam. Toxicol 59:593-601. Ngo, H.T.T. 2008. Effects of cadmium on

calcium homeostasis and physiological conditions of the freshwater mussel Anodonta anatina. Disertasi. University of Bayreuth: Germany.

Nugroho, A.P. and Frank, H. 2012. Effect of copper exposure on calcium, carbohydrate, and protein levels in the freshwater mussel Anodonta anatina. Toxicological & Environmental Chemistry 94(I):99-108.

Palar, H. 2008. Pencemaran dan toksikologi logam berat. Jakarta: Rineka Cipta.

Pynnonen, K., Holwerda, D.A., and Zandee, D.I. 1987. Occurence of calcium concretions in various tissues of freshwater mussels, and

(10)

10 their capacity for cadmium

sequestration. Aquatic Toxicology 10:101-114.

Pytharopoulou, S., Kournoutou, G.G., Leotsinidis, M., Georgiou, C.D., Kalpaxis, D.L. 2013. Cadmium versus copper toxicity: insight from an uintegral dissection of protein syhthesis pathway in the digestive glands of mussel Mytilus galloprovincialis. Journal of Hazardous Materials 260: 263-271.

Rumahlatu, D. 2012. Biomonitoring: Sebagai alat asesmen kualitas perairan akibat logam berat kadmium pada invertebrata perairan. Saintis I(1):10-34.

Sunarto. 2011. Karakteristik pola pita protein Anodonta woodiana Lea akibat terpapar logam berat cadmium (Cd). Jurnal Ekosains 3 (I): 41-46.

Vogiatzis, A.K. and Loumbourdis, N.S. 1999. A study of glycogen, lactate, total fats, protein, and glucose concentration in the liver of the frog Rana ridibunda, after exposure to cadmium for 30 days. Environmental Pollution 104:335-340.

Xuan, R., Wang, L., Sun, M., Ren, G., and Jiang, M. 2011. Effect of cadmium on carbohydrate and protein metabolisms in the freshwater crab Sinopotamon yangtsekiense. Comparative Biochemistry and Physiology, Part C 154: 268-274

(11)

Jurnal Biogenerasi, Februari 2017 Vol. 01. No. 01

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KONSEP DIRI DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA NEGERI DI KABUPATEN JENEPONTO

Fitrah Al Anshori1

Universitas Cokroaminoto Palopo1 Email: fitrahbio@uncp.ac.id

Abstrak.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar biologi SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto, (2) hubungan konsep diri dengan hasil belajar biologi siswa SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto dan (3) secara bersama-sama hubungan kecerdasan emosional dan konsep diri dengan hasil belajar biologi siswa kelas XI SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto. Penelitian ini merupakan penelitian Ex Post Facto dengan populasi penelitian adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto tahun pelajaran 2014/2015. Pengambilan sampel menggunakan teknik Cluster sampling area sehingga dipilih 3 sekolah sebagai sampel dengan jumlah siswa 170. Data dikumpulkan dengan metode kuesioner dan pencatatan dokumen, dan selanjutnya dianalisis dengan teknik statistik yaitu korelasi product moment dan analisis regresi ganda dengan bantuan program SPSS 20.0 For Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto dengan nilai r = 0, 911, terdapat hubungan positif konsep diri dengan hasil belajar biologi siswa SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto dengan nilai r = 0,862, terdapat hubungan positif kecerdasan emosional dan konsep secara bersama – sama dengan hasil belajar biologi siswa SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto dengan nilai r= 0,917 dengan nilai F = 439,720 dengan α = 0,000. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dan konsep diri dengan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA di Kabupaten Jeneponto.

Kata Kunci : Kecerdasan Emosional, Konsep Diri, Hasil Belajar Biologi.

A. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah sarana untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang maupun suatu bangsa. Setiap bangsa memiliki tujuan pendidikan yang berbeda – beda sesuai dengan karakteristik warga dan kondisi lingkungan masyarakatnya. Indonesia juga memiliki tujuan pendidikan yang telah termaktub dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 menggariskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkaan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadiaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Adapun sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan dapat mengembangkan manusia secara utuh

(12)

12 menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa

terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki budi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, memiliki kepribadian mantap dan mandiri serta dapat bertanggung jawab terhadap masyarakat dan bangsa Indonesia.

Pendidikan nasional juga diharapkan dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air, memperkuat semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka dalam proses belajar mengajar dikembangkan suasana pembelajaran yang dapat menimbulkan rasa percaya diri serta sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif sehingga kelak dapat dihasilkan manusia – manusia yang dapat membantu dalam pembangunan bangsa Indonesia. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkaan kualitas pendidikan agar tujuan tujuan pendidikan dapat segera dicapai, mulai kurikulum pendidikan di Indonesia yang terus berbenah menyesuaikan kondisi masyarakat dan kebutuhan di kehidupan sosial. Sejak tahun 1947 hingga kurikulum terbaru bernama kurikulum 2013 di desain agar tujuan pendidikan Indonesia dapat tercapai, selain itu sarana dan prasarana di sekolah juga selalu ditingkatkan, pelatihan guru juga sudah sangat rutin diberikan.

Usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan Indonesia tidak selalu berjalan

mulus. Banyak masalah yang di hadapi negara Indonesia dalam mencapai tujuan pendidikan, salah satunya adalah rendahnya hasil belajar siswa yang dibuktikan masih banyak siswa yang tidak dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan KKM ketika mengikuti ujian mid semester maupun pada saat ujian akhir terutama di bidang studi biologi. Dampak yang dirasakan guru maupun siswa apabila tidak mencapai standar nilai KKM adalah siswa harus mengikuti kegiatan remedial hingga nilainya mencapai standar KKM. Wawancara awal yang dilakukan peneliti dengan beberapa guru yang ada di kabupaten Jeneponto memperlihatkan bahwa hasil belajar siswa belum mampu mencapai batas standar KKM dengan nilai 70 pada pelajaran biologi.

Biologi merupakan salah satu bidang studi yang dianggap sulit bagi siswa sehingga banyak sekali metode dan model pembelajaran yang dikembangkan agar bidang studi biologi mudah dipahami oleh siswa seperti pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Selain itu kurikulum 2013 juga mengharuskan siswa lebih mandiri dan lebih aktif mencari referensi belajar sendiri melalui banyak sumber salah satunya dari internet.

Banyaknya sumber belajar yang sudah memadai seperti saat ini harusnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Namun jika hal tersebut masih tidak dapat meningkatkan

(13)

13 hasil belajar siswa maka kita juga mengamati

faktor lain. Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal. faktor internal meliputi faktor fisiologis seperti kesehatan tubuh, kondisi lelah atau capek, faktor psikologis seperti meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik. Sementara itu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar berasal dari faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

Salah satu faktor Internal penentu keberhasilan pembelajaran siswa di dalam kelas adalah Emosional Inteligensi (EQ). Kecerdasan Emosional adalah keterampilan yang dimiliki siswa yang berhubungan dengan memahami emosi diri sendiri dan emosi orang lain, kemampuan untuk mengerti emosi, menggunakan, dan memanfaatkan emosi untuk membantu pikiran, mengenal emosi dan pengetahuan emosi, dan mengarahkan emosi secara reflektif sehingga menuju pada perkembangan emosi dan intelektual. Faktanya banyak sekali kasus perkelahian antar siswa, tawuran antara pelajar kerapkali dipicu masalah sepele dan berujung pada kematian rekannya. Tawuran pelajar ini membuktikan kondisi kecerdasan emosional dalam mengelola emosi dan mengenali emosi orang lain tergolong rendah.

Faktor internal kedua dalam menentukan hasil belajar adalah Konsep Diri. Konsep diri

adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikirannya, perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Dalam proses pembelajaran masih banyak siswa yang belum dapat mengoptimalkan potensi dirinya, masih banyak banyak siswa yang kurang percaya diri sebagai contoh malu bertanya dalam proses belajar teerhadap – hal yang masil belum dipahami. Akibatnya ketika ujian berlangsung maka budaya mencontek kerap kali terjadi akibat krisis kepercayaan diri. Perilaku menyontek ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Nur Cholila pada tahun 2011 menunjukkan terdapat korelasi antara konsep diri dan perilaku menyontek siswa. Siswa yang memiliki konsep diri positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, termasuk kegagalan yang dialaminya. Mereka juga dapat menghargai dirinya dan melihat hal – hal positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka peneliti akan melakukan penelitian untuk melihat apakah benar bahwa kecerdasan emosional dan dan konsep diri memiliki hubungan terhadap hasil belajar.

(14)

14 B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah “ex-post facto” merupakan penelitian yang bertujuan menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variabel terikat yang secara keseluruhan sudah terjadi. Penelitian ini bersifat korelasional karena diselidiki hubungan antara dua variabel (variabel bebas dan variabel terikat). Penelitian ini dilaksanakan pada SMA Negeri yang ada di Kabupaten Jeneponto. Sekolah yang dijadikan sampel penelitian adalah SMAN 1 Bangkala Barat, SMAN 1 Turatea, SMAN 1 Kelara dengan total sampel 170 responden. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Sampling (Area Sampling). Teknik pengumpulan data menggunakan angket skala likert dengan 5 pilihan jawaban dan tes hasil belajar biologi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistic baik secara deskriptif maupun inferensial. Untuk keperluan pengujian hipotesis digunakan model analisis regresi linear berganda.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar biologi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional siswa SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto berdasarkan

pengkategorian berada pada kategori tinggi. Kecerdasan emosional adalah kemampuan siswa daalam mengendalikan emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan dengan orang lain. Kecerdasan emosional adalah faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Kecerdasan emosional diatur dn dikendalikan Kecerdasan emosionl seseorang diatur dan dikendalikan dari dalam otak yng disebut amygdale. Amygdala merupakan komponen utama penghasil emosi, otak kita memiliki dua amygdala yang ukurannya lebih besar dibandingkan dengan makhluk lain. Oleh sebab itu jika ada seseorang yang amygdalanya diambil untuk alasan medis ataupun karena sebab lain, maka orang tersebut mengalami gangguan emosi dan bisa jadi tidak tertarik untuk berinteraksi dengan orang lain.

Aspek kecerdasan emosionaal yang berperan pling besar dalam menentukan hasil belajar siswa SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto adalah memotivasi diri dan membina hubungan. Aspek motivasi sangat penting dalam meningkatkan kesuksesan seseorang karena bila seseorang memiliki motivasi belajar yang tinggi maka ia akan cenderung sangat bersemangat dalam menggapai segala cita – cita yang di idamkannya. Aspek kedua adalah membina hubungan dengan orang lain dimana siswa

(15)

15 yang memiliki kemampuan membina

hubungan baik dengan orang lain maka ia akan lebih mudah untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesamanya seperti bekerja kelompok dan berdiskusi bersama – sama.

Koefisien korelasi antara kecerdasan emosional dan hasil belajar siswa SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto sebesar 0,911 menunjukkan bahwa faktor kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat besar dan patut dipertimbangkan untuk membantu meningkatkan hasil belajar siswa nantinya. Guru dan lingkungan berperan besar dalam meningkatkan motivasi siswa dan hubungan siswa dengan sesamanya.

Penelitian serupa mengenai kecerdasan emosional dilakukan oleh Adjeng (2013) dengan judul penelitian Kecerdasan Emosional, Dukungan Sosial dan Kecenderungan Burnout. Menguatkan bukti bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang tinggi dalam perilaku positif seeseorang. Melalui dukungan sosial dari lingkungan keluarga, sekolah maupun teman – teman sebaya dapat membantu mengurangi stress yang dialami siswa sehingga siswa akan kecil kemungkinannya gagal dalam memperoleh hasil belajar. Sering kali siswa terganggu sat ujian dan belajar ketika ada masalah yang berhubungan dengan drinya sehingga terbawa hingga ke kemampuan menerima pelajaran.

Hasil penelitian lain yang dilakukan cenik (2013) dengan judul “Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kesehatan fisik untuk memprediksi prestasibelajar mahasiswa akuntansi” menyatakan bahwa terhadap hubungan yang signifikan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mahasiswa. Hal ini membuktikan peran yang sangat besar kecerdasan emosional terhadap kecerdasan seseorang.

b. Hubungan konsep diri dengan hasil belajar biologi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri siswa SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto berada pada kategori tinggi. Konsep diri siswa terbentuk sejak kecil yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Konsep diri terbentuk secara perlahan – lahan dan tersimpan di dalam diri siswa tersebut gambaran mengenai kemampuan dirinya. Bagian otak yang terlibat dalam pembentukan konsep diri adalah Hipokampus, Amigdala, Korteks serebri. Hipokampus adalah bagian dalam otak yang berperan besar dalam memproses informasi menjadi memori. Amigdala, bagian yang brebentuk almond didekat hipokampus, yang memproses emosi dan membantu membentuk memori yang melibatkan memori

Korteks serebri, adalah bagian luar otak yang paling banyak menyimpan memori jangka panjang yang terbagi dalam beberapa

(16)

16 zona penyimpanan tergantung proses

informasi: zona bahasa, sensorik, pemecahan masalah.

Konsep diri yang terbentuk di dalam diri siswa akan sulit untuk diubah atau membutuhkan waktu yang lama jika ingin di ubah karena berhubungan dengan memori yang tersimpan. Namun konsep diri yang dimiliki siswa SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto masuk dalam kategori tinggi. Aspek konsep diri berhubungan dengan hasil belajar siswa karena seseorang yang memiliki konsep diri bagus berpotensi memiliki hasil belajar yang bagus pula. Aspek konsep diri yang paling besar pengaruhnya terhadap hasil belajar adalah konsep diri sosial. Hal ini menguatkan hasil penelitian mengenai kecerdasan emosional dimana aspek hubungan sosial menjadi faktor penentu hasil belajar siswa.

Data ini memberikan gambaran bahwa siswa sudah memiliki komponen-komponen konsep diri, meliputi nilai, prinsip hidup yang konsep diri akademik biologi, konsep diri sosial, yang di kaitkan dengan biologi. Konsep diri yang tinggi akan memberikan sugesti positif dalam diri siswa, dan keyakinan bahwa dirinya mampu untuk mengatasi masalah pribadi (diri sendiri), maupun saat bersosialisasi dengan orang lain. Konsep diri yang tinggi akan membantu siswa dalam merespon setiap perubahan yang

terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Hasil penelitian serupa dilakukan oleh Auliah (2013) dengan judul penelitian Hubungan konsep diri dengan motivasi belajar menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan konsep diri dengan motivasi belajar dengan kategori cukup sehingga semakin baik konsep diri siswa maka semakin baik pula motivasi belajarnya. Hal ini membuktikan bahwa peran konsep diri yang baik dapat membantu peningkatan hasil belajar siswa di sekolahnya.

c. Hubungan Kecerdasan Emosional dan Konsep Diri Secara bersama – sama dengan hasil belajar.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara kecerdasan emosional dan konsep diri dengan hasil belajar yang dibuktikan dengan nilai r sebesar 0,917. Namun bila dibandingkan dengan kontribusi masing – masing variabel terlihat bahwa variabel kecerdasan emosional memiliki kontribusi lebih besar yaitu 0,911 dibandingkan dengan konsep diri yang hanya berkontribusi sebesar 0,862. Hal ini disebabkan karena di dalam aspek kecerdasan emosional terdapat aspek motivasi yang menjadi kekuatan dalam membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar. Bila siswa tidak memiliki motivasi yang tinggi maka semangat belajarnya akan besar sehingga lebih banyak

(17)

17 buku yang dipelajari terutama saat menjelang

ujian berlangsung.

Kecerdasan emosional siswa sangat penting untuk di tingkatkan karena dapat memperbaiki perilaku siswa tersebut terhadap orang lain, terhadap sesama temannya baik di dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Kecerdasan emosional juga memberikan kontribusi sangat kuat terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto sehingga dipastikan bahwa kecerdasan emosional menjadi faktor penting yang harus di perhatikan agar siswa memperoleh nilai hasil belajar yang baik pula. Siswa harus mendapat dukungan penuh dari orang tua, teman – teman sebaya , guru agar kecerdasan emosional siswa tumbuh dengan baik dan tidak melenceng menyebabkan siswa lebih sering tawuran.

Konsep diri merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dimana siswa harus memiliki konsep diri yang selalu positif sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya dalam belajar di sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wayan (2014) dengan judul Hubungan Konsep Diri Dan Interaksi Sosial Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Sukasada Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dengan kategori tinggi antara konsep diri dengan interaksi sosial siswa di sekolah dan di masyarakat. Hal ini

memperkuat pentingnya konsep diri dimana konsep diri berkontribusi positif terhadap hasil belajar siswa. Kondisi konsep diri khusus siswa SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto yang meliputi konsep diri akademik, konsep diri sosial, dan konsep diri prestasi diri sudah sangat tinggi. Hal ini didukung oleh fasilitas yang ada di sekolah yang sudah mendukung proses pembelajaran seperti laboratorium, guru yan berkompetensi dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa. Konsep diri yang tinggi dari siswa selain baik dalam peningkatan hasil belajar juga dapat membantu siswa dalam berinteraksi sosial dengan masyarakat sekitar rumahnya. Siswa yang memiliki konsep diri tinggi akan pandai dalam bersosialisasi dengan siapa saja. Penelitian ini juga mengambil kondisi lingkungan siswa meliputi lokasi tempat tinggal, penghasilan orang tua, jenis pekerjaan orang tua, jumlah saudara kandung, fasilitas yang digunakan untuk berangkat ke sekolah. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi sampel pada daerah dataran rendah, dataran tinggi, daerah pesisir. Namun data yang berhasil di kumpulkan peneliti ternyata tempat tinggal siswa hanya didominasi pada daerah dataran tinggi dan dataran rendah, tidak ada siswa yang tinggal di daerah dekat dengan pesisir karena letak sekolah yang berada di dataran rendah dan jauh dari pesisir. Selain itu dominasi pekerjaan orang tuanya

(18)

18 adalah petani jagung dan padi yang menjadi

penghasilan utama daerah jeneponto.

Kondisi emosi siswa yang diteliti secara umum sama, tidak ada bagian pada wilayah tertentu yang penduduknya memiliki emosi negatif yang tinggi. Hal ini disebabkan karena lingkungan tempat tinggal siswa yang selalu mengajarkan tata karma yang baik. Namun dari gaya berbicara terlihat bahwa siswa yang tinggal di daerah pegunungan tinggi memiliki gaya bicara yang lebih tinggia dibandingkan dengan yang tinggal di daerah dataran rendah. Hal ini disebabkan karena siswa banyak membantu orang tuanya bertani selepas sekolah. Saat bertani tersebut di daerah pegunungan lebih sering bersuara keras saat berkomunikasi dengan orang lain yang jaraknya lebih jauh. Sedangkan di daerah dataran rendah . Kondisi lahan pertanian yang lebih berdekatan satu sama lain sehingga saat berkomunikasi mereka tidak perlu mengeluarkan suara yang keras, demikian pula dengan siswa yang tinggal di daerah kota kabupaten Jeneponto.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa para siswa sulit mengendalikan emosinya bila sedang marah. Hal ini menyebabkan bahwa seseorang terlihat lebih pemarah dilihat dari ekspresi wajah walaupun tidak disertai dengan tindakan. Faktor yang menyebabkan siswa jeneponto mudah marah menurut peneliti disebabkan karena suhu lingkungan di Kabupaten Jeneponto yang lebih panas di

bandingkan dengan kabupaten di sekitarnya. Penyebabnya karena sebagian besar lahan digunakan untuk menanam tanaman musiman jangka pendek bukan tanaman jangka panjang. Bila suhu lingkungan yang cukup tinggi dapat mempengaruhi sifat marah seseorang sejalan dengan penelitian yang dilakukan para peneliti di Amerika Serikat, VoaIndonesia (2013) mengatakan bahwa pemanasan global menyebabkan hati menjadi ikut panas dan menyebabkan seseorang mudah marah. Walaupun kenaikan suhu hanya sedikit sekali atau hujan yang frekuensinya sangat sedikit.

Hasil penelitian ini di perkuat oleh penelitian Wayan (2014) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar. Penelitian serupa dilakukan oleh Nuri (2014) membuktikan bahwa terdapat hubungan negatif antara kecerdasan emosional dengan perilaku tawuran siswa SMK.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Kecerdasan Emosional berhubungan

sangat kuat dan signifikan dengan hasil belajar biologi siswa di SMA Negeri Kabupaten Jeneponto. Nilai korelasi kedua variabel sebesar 0,911. 2. Konsep diri berhubungan sangat kuat

(19)

19 biologi di SMA Negeri di kabupaten

Jeneponto. Nilai koefisien korelasi kedua variabel sebesar 0,862.

3. Kecerdasan emosional dan konsep diri berhubungan sangat kuat dan signifikan dengan hasil belajar biologi SMA Negeri di Kabupaten Jeneponto, Nilai koefisien korelasi sebesar 0,917. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, saran yang dianggap perlu sebagai berikut :

1. Siswa sebaiknya melakukan lebih banyak interaksi dengan berbagai tipe orang di sekitarnya agar dapat meningkatkan kecerdasan emosionalnya dan tidak mudah terpengaruh pada hal – hal buruk. Agar konsep diri siswa bisa meningkat maka perlu pembiasaan terhadap kepercayaan dirinya seperti melakukan presentase dan mengemukakan pendapat sehingga setiap siswa diharapkan akan memiliki konsep diri positif.

2. Guru dan orang tua sebaiknya lebih memperhatikan kondisi siswanya saat dalam proses pembelajaran Memberikan model pembelajaran yang dapat meningkatkan konsep diri siswa dan meningkatkan kepedulian dengan sesama teman sebayanya. 3. Seluruh pihak yang berkaitan dengan

siswa sebaiknya mengamati setiap

perkembangan siswa dan diarahkan agar tidak sampai mengalami depresi dan kurang percaya diri. Orang tua juga selalu mengontrol siapa saja teman sebaya anaknya karena teman tersebut sangat berperan dalam membentuk kecerdasan emosional dan konsep diri siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Adjeng, raden. 2013. Kecerdasan Emosional, Dukungan Sosial dan Kecenderungan Burnout .Persona, Jurnal Psikologi Indonesia, Mei 2013, Vol. 2, No. 2 Diakses 20 mei 2015.

Agustian, A. G. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ: Emotional Spiritual Quotient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: ARGA Publishing.

Artaria, M. D. 2010. Perbedaan Antara Laki-laki dan Perempuan: Penelitian Antropometris pada Anak-Anak Umur 6-19 Tahun. Jurnal Masyarakat Kebudayaan Dan PolitikVolume 22, Nomor 4: 343-349.

Auliyah, Nur. 2013. Hubungan konsep diri dengan motivasi belajar. Jurnal keperawatan Akper 17 Karanganyar. Volume 1. No 1. Diakses 20 Mei 2015.

(20)

20 Cenik, Ardana . 2013. Kecerdasan

intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kesehatan

fisik untuk memprediksi

prestasibelajar mahasiswa akuntansi.Jurnal Akuntansi Volume XVII, No. 03, September 2013: diakses 20 mei 2015.

Dalyono, 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rhineka cipta

Daud, Firdaus. (2012). Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, Volume 19, Nomor 2, Oktober.UNM : Makassar. Djaali, 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta :

Bumi Aksara.

Efendi, A. 2005. Revolusi Kecerdasan Abad 21 kritik MI, EI, SQ, AQ, & Successful

Intelligence Atas IQ. Bandung:

Alfabeta.

Fauziah, I, N dan Ekasari, A. 2008.

Hubungan Antara Konsep Diri

dengan Kecerdasan Emosional

Remaja. Jurnal Soul, (online). Vol. 1,

No. 2. Diakses 7 Oktober 2014.

Ginanjar, Ari. 2008. Emotional Spiritual Quontient. Jakarta Agra Publishing.

Goleman, D 2003. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak PrestasiCet V. Jakarta: Gramedia..

Hamalik, oemar. 2010. Psikologi Belajar dan

Mengajar. Bandung: Sinar baru

algesindo.

Jambiweb. (2014). Faktor – faktor yang mempengaruhi konsep diri remaja. (Online),

http://jambi.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/ DispForm.aspx? Diakses mei 2015. Komang. 2014. Hubungan Konsep Diri

Akademik dengan Motivasi Berprestasi pada Remaja Awal yang Tinggal di Panti Asuhan di Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana 2014, Vol. 1, No. 2, 261-270

Nurhayati dan Abdul H, 2010. Psikologi

dalam Pendidikan. Bandung:

Alfabeta.

Nuri. 2014. Hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku tawuran pada remaja laki – laki yang pernah terlibat tawuran di SMK (B) Jakarta. Jurnal

Psikologi Pendidikan dan

Perkembangan. Vol. 3. No. 01. April. Patton, P. 2002. EQ Pengembangan Sukses

Lebih Bermakna. Bandung: Mitra Media

Purwanto, N. 2010 Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwanto. 2013. Evaluasi hasil Belajar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Risnawita. 2012. Teori – Teori Psikologi. Yogyakarta. Ar-ruz media.

(21)

21

Sahabuddin. 2007. Mengajar dan Belajar. Makassar ; Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar.

Santrock, John W. 2007. Remaja Edisi 11 jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. 2009. Psikologi

Pendidikan. (Edisi 3). Jakarta:

Salemba Humanika.

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta,

Sugiyono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Syaodih, N. S, 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda

Tiro, A. 2012. Analisis Korelasi dengan Data Kategori. Makassar: Andira Publisher. Voaindonesia. 2013. Pemanasan Global Sebabkan Orang Jadi Mudah Marah. (Online) www.voaindonesia.com . Diakses 29 Juli 2015

Walgito, B. 2011. Teori – Teori Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset.

Wayan, I Budiarta. 2014. Hubungan antara

kecerdasan emosional dan

Kecerdasan intelektual dengan Prestasi belajar ipa kelas v Desa pengeragoan. e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014).

Wayan, Ni Wiwik Puspitayanti, 2014. Hubungan Konsep Diri Dan Interaksi Sosial Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Sukasada Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014. e-journal Undiksa Jurusan Bimbingan Konseling Volume: 2 No 1, Tahun 2014.

(22)

22 PERAPAN METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING (PETA PIKIR) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

KELAS XI IPA1SMA NEGERI 1 MAIWA KABUPATEN ENREKANG

Saparuddin

Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Cokroaminoo Palopo Email: Saparuddinappi@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar Biologi siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Maiwa Kabupaten Enrekang melalui penerapan Metode Pembelajaran Mind Mapping (peta pikir). Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi: perencanaan, pelaksanaan, tindakan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Maiwa Kabupaten Enrekang dengan subyek penelitian siswa kelas XI IPA1 dengan jumlah 18 siswa, berlangsung pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Maiwa kelas XI IPA1 maka dapat disimpulkan bahwa (1) Hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Maiwa melalui penerapan metode pembelajaran mind mapping menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I yakni 66,56 dan pada siklus II 78,22. (2) Aktivitas belajar siswa selama diterapkan metode pembelajaran mind mapping dalam proses pembelajaran biologi siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Maiwa menunjukkan bahwa setiap indikator yang diamati mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.

(23)

Jurnal Biogenerasi, Februari 2017 Vol. 01. No. 01

A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan suatu negara. Pendidikan nasional merupakan bagian integral dari pembangunan nasional di Indonesia yang akan terwujud melalui pendidikan formal maupun informal. Pendidikan di sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal tidak terlepas dari kegiatan belajar-mengajar. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Kurikulum 2004 berbasis kompetensi (KBK), yang diperbaharui dengan

Kurikulum 2006 (KTSP), telah berlaku selama 5 tahun dan semestinya dilaksanakan secara utuh pada setiap sekolah. Namun pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sekolah, masih kurang memperhatikan ketercapaian kompetensi siswa. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Hal ini tampak pada RPP yang dibuat oleh guru dan dari cara guru mengajar di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu dominan menggunakan metode ceramah-ekspositori. Guru masih menjadi pemain/aktor dalam kelas sedangkan siswa menjadi penonton yang pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah menjadi peradigma membelajarkan siswa. Padahal, tuntutan KBK, pada penyusunan RPP menggunakan istilah skenario pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas, ini berarti bahwa guru sebagai sutradara dan siswa menjadi pemain, jadi guru memfasilitasi aktivitas siswa dalam

(24)

24 mengembangkan kompetensinya

sehingga memiliki kecakapan hidup (life skill) untuk bekal hidup dan penghidupannya sebagai insan mandiri.

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Hal ini akan membuat siswa merasa bosan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa yang cenderung jenuh terhadap kegiatan pembelajaran akan berdampak kurang berminat dalam pembelajaran sehingga perhatian dalam kegiatan pembelajaran juga akan berkurang. Kurangnya perhatian terhadap suatu materi ajar

akan menyebabkan siswa kurang memahami konsep dari suatu materi ajar. Padahal banyak materi ajar yang membutuhkan pemahaman terhadap konsep-konsepnya dan tidak cukup hanya sekedar dihafalkan, salah satunya adalah biologi.

Biologi merupakan salah satu materi ajar yang berkaitan dengan mempelajari tentang mahkluk hidup. Pada kenyataannya penguasaan dan pemahaman konsep siswa dalam materi ajar biologi masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dalam hasil observasi yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Maiwa Kabupaten Enrekang menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Maiwa belum memenuhi standar. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ujian semester ganjil tahun ajaran 2010/2011 untuk mata pelajaran IPA Biologi untuk kelas XI IPA1 hanya 63,25 untuk Standar Ketuntasan Minimum yang ditetapkan oleh sekolah yakni 65,00.

Terlepas dari rendahnya hasil belajar biologi tersebut di atas, pada dasarnya SMAN 1 Maiwa telah menganut kurikulum KTSP, akan

(25)

25 tetapi dalam pelaksanaannya masih

menerapkan pembelajaran konvensional. Hasil observasi menunjukkan bahwa teknik mengajar yang diterapkan oleh guru biologi belum efektif untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru belum mampu melibatkan seluruh siswa dalam proses belajar, memberikan pembelajaran yang menarik, membimbing siswa dalam membuat catatan yang mudah untuk dipahami dan menarik untuk dipelajari. Hal ini terlihat pada saat proses pembelajaran di dalam kelas dimana siswa hanya sebagai pendengar, keterlibatan siswa dalam proses belajar hanya sebatas pada bertanya ataupun menjawab pertanyaan saja dan itupun hanya beberapa siswa saja yang terlibat, selain itu setelah pembelajaran usai siswa tidak memiliki suatu catatan tentang pelajaran yang dijelaskan oleh gurunya, jikalaupun ada hanya berupa suatu catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran yang dijelaskan oleh guru, sehingga catatan terlihat sangat

monoton dan membosankan. Pada dasarnya catatan monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran, sehingga kebanyakan dari materi pelajaran yang kompleks dan membutuhkan pemahaman yang mendalam seperti materi Sistem Pencernaan sangat sukar dipahami oleh siswa dan siswa cenderung belajar menghafal menyebabkan materi tersebut tidak tersimpan dalam kognitif siswa dan siswa cenderung tidak berminat untuk mempelajari catatannya tersebut.

Menyikapi permasalahan tersebut guru perlu melakukan pemilihan metode pembelajaran yang tepat.

Pemilihan metode pembelajaran

yang tepat dapat

menciptakan suasana

pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menarik dan menumbuhkan

pemahaman dan ingatan yang mendalam dan akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat memberikan pemahaman dan ingatan mendalam bagi siswa adalah membuat citra visual dan perangkat grafis dalam bentuk

(26)

26 peta pikiran (mind mapping). Peta

pikiran merupakan teknik mencatat yang dikembangkan oleh Tony Buzan dan didasarkan pada riset tentang cara kerja otak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Dari fakta tersebut maka disimpulkan apabila kita juga menyimpan informasi seperti cara kerja otak, maka akan semakin baik informasi tersimpan dalam otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar kita akan semakin mudah (Buzan, 2009).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Penerapan metode pembelajaran mind mapping (peta pikir) untuk meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Kelas XI IPA1SMA Negeri 1 Maiwa Kabupaten Enrekang”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar Biologi

siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1

Maiwa Kabupaten

Enrekang melalui penerapan Metode

Pembelajaran Mind Mapping (peta pikir).

Hipotesis tindakan penelitian ini adalah “Jika Metode Pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikir) diterapkan dalam pembelajaran, maka aktivitas dan hasil belajar biologi kelas XI IPA1 SMAN 1 Maiwa pada konsep Sistem Pencernaan Makanan dapat meningkat”.

B. METODE PENELITIN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi: perencanaan, pelaksanaan, tindakan, dan refleksi. Adapun faktor yang diselidiki dalam penelitian ini adalah :

a. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aktivitas atau

tindakan siswa di dalam kelas selama menerapkan mind

mapping dalam proses

pembelajaran. b. Mind Mapping

(27)

27 Mind mapping yang dimaksudkan

dalam penelitian ini adalah catatan yang dibuat siswa dalam bentuk konsep ataupun gambar yang skematik yang merupakan buah pikiran siswa setelah membaca modul pembelajaran yang dibagikan. c. Hasil Belajar Biologi

Hasil belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai yang didapatkan oleh siswa melalui tes hasil belajar biologi untuk setiap siklus pada konsep system Pencernaan Makanan dalam bentuk pilihan ganda, yang diberikan setelah mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan metod pembelajaran mind mapping dalam pembelajaran.

Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Maiwa Kabupaten Enrekang dengan subyek penelitian siswa kelas XI IPA1 dengan jumlah 18 siswa, berlangsung pada semester genap tahun ajaran 2015/2016. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus. Setiap siklus akan terdiri atas 3 kali pertemuan (6 x 45 menit), yaitu 2 kali pertemuan (4 x 45 menit) untuk

tatap muka dan 1 kali pertemuan (2 x 45 menit) untuk evaluasi hasil belajar. Setiap pertemuan dilaksanakan dalam 2 x 45 menit. Setiap siklus terdiri atas empat langkah yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut : 1. Data mengenai aktivitas belajar

siswa selama proses belajar mengajar di kelas diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang berisi tentang aktivitas yang diamati.

2. Data mengenai hasil belajar siswa dari tes hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan pada setiap siklus. Teknik Analisis Data

Data keaktifan siswa dianalisis berdasarkan presentase siswa yang melakukan aktivitas pada saat proses belajar mengajar berlangsung.

Data hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif kemudian dianalisis secara statistik deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik subjek

(28)

28 penelitian berupa rata-rata, skor

terendah, skor tertinggi dan standar deviasi

Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian ini adalah Jika jumlah siswa yang melakukan aktivitas pada setiap komponen yang diamati mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus ke II, maka penerapan metode pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Jika nilai rata-rata hasil belajar biologi siswa pada konsep system pencernaan makanan mencapai nilai 70 atau lebih, maka penerapan mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa

C. HASIL DAN PEMBAHASAN Aktivitas Beajar Siswa

Tabel 1. Hasil observasi aktivitas siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Maiwa pada siklus I dan siklus II

Aktivitas yang diamati

Siklus I Siklus II I II I II % % % % Siswa menyimak penjelasan guru 72 72 78 89 Siswa yang bekerjasama dalam kelompoknya (membuat mind mapping) 33 44 83 89 Siwa yang 50 50 78 78 menyelesaikan tugas mind

mapping tepat pada

waktu

yang telah ditentukan Siswayang memiliki tugas mindmapping se suai dengan pokok bahasan yang diajarkan

56 56 78 100

Siswa dalam kelompok yang memberi

tanggapan terhadap hasil persentase kelompok penyaji

28 50 67 72

Hasil penelitian aktivitas belajar siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Maiwa menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Maiwa. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran terlihat adanya peningkatan aktivitas belajar siswa dari siklus I ke siklus II.

Aktivitas yang mengalami peningkatan diantaranya siswa yang menyimak penjelasan guru pada saat penyampaian materi, siswa yang

bekerjasama dalam

kelompoknya dalam

hal membuat mind mapping, siswa yang menyelesaikan tugas mind mapping tepat pada waktu yang telah ditentukan, siswa yang memiliki tugas mind mapping sesuai dengan pokok bahasan yang diajarkan dan

(29)

29 siswa yang memberi tanggapan

terhadap hasil persentase kelompok penyaji.

Peningkatan aktivitas ini terjadi karena dilakukan pembentukan kelompok kembali, dimana siswa yang memiliki nilai tuntas kategori baik dan baik sekali serta siswa yang sudah memiliki aktivitas bagus yang dilihat dari pengamatan siklus I dikelompokkan dengan siswa yang memiliki nilai kateogori cukup dan kurang serta siswa yang memiliki aktivitas kurang pada siklus I. Selain itu pada siklus II seluruh siswa diberikan modul pembelajaran sehingga seluruh siswa bisa mengetahui pokok bahasan yang diajarkan serta merangsang siswa dalam memberikan gagasan atau ide dalam pembuatan mind mapping karena semua siswa memiliki kemampuan dalam dirinya untuk memberiken ide atau gagasan. Menurut

Peaget dalam mahmuddin (2009), setiap anak memiliki skema (scheme) yang merupakan konsep atau kerangka yang eksis di dalam pikiran individu yang dipakai untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan informasi.

Hasil belajar siswa

Tabel 2. Hasil belajar siswa kelas XI.IPA1 SMA Negeri 1 Maiwa pada siklus I dan siklus II

Uraian Siklus I Siklus II

Mean (rata-rata kelas) 66,56 78,22

Standar deviasi 9,31 6,65

Nilai Maksimum 80,00 90,00

Nilai Minimum 50,00 67,00

Tabel di atas menunjukkan bahwa metode pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA1 SMAN 1 Maiwa. Selain hasil belajar yang meningkat, aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar juga meningkat. Ini sesuai yang dikatakan dengan Sadiman (2009) bahwa “belajar berarti usaha mengubah tingkah laku”. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang balajar. Perubahan ini tidak hanya berkaitan dengan panambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, minat dan penyesuaian diri.

Terjadinya peningkatan persentase aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran mind mapping dapat menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan serta mampu

(30)

30 menjawab permaslahan peserta didik

dalam proses belajar khususnya pada mata pelajaran biologi.

Menurut Yovan dalam Mahmuddin (2009), hambatan pemrosesan

informasi (belajar) terletak pada dua hal utama, yaitu proses pencatatan dan proses penyajian kembali. Keduanya merupakan proses yang saling berhubungan satu sama lain. Dalam hal pencatatan, seringkali individu tanpa disadari membuat catatan yang tidak efektif. Sebagian besar melakukan pencatatan secara linear, bahkan tidak sedikit pula yang membuat catatan dengan menyalin langsung seluruh informasi yang tersaji pada buku atau penjelasan lisan. Hal ini mengakibatkan hubungan antaride/informasi menjadi sangat terbatas dan spesifik, sehingga berujung pada minimnya kreativitas yang dapat dikembangkan setelahnya. Selain itu, bentuk pencatatan seperti ini juga memunculkan kesulitan untu mengingat dan menggunakan seluruh informasi tersebut dalam belajar atau bekerja. Sedangkan dalam hal penyajian kembali informasi,

kemampuan yang paling dibutuhkan

adalah memanggil

ulang (recalling) informasi yang telah dipelajari. Pemaggilan ulang merupakan kemampuan menyajikan secara tertulis atau lisan berbagai informasi dan hubungannya, dalam format yang sangat personal. Hal ini merupakan salah satu indikator pemahaman individu atas informasi yang diberikan. Dengan demikian, proses pemanggilan ulang sangat erat hubungannya dengan proses pengingatan atau remembering.

Salah satu hal yang berperan dalam pengingatan adalah asosiasi yang kuat antarinformasi dengan interpretasi dari informasi tersebut. Kondisi ini, hanya bisa terjadi ketika informasi tersebut memiliki representasi mental di pikiran. Hubungan tersebut perlu dipahami secara personal, sehingga setelahnya tercipta representasi mental yang lebih mudah diingat. Bentuk pencatatan yang dapat mengakomodir berbagai maksud di atas adalah dengan peta pikiran (Mind Mapping). Dengan peta pikiran, individu dapat mengantisipasi derasnya laju informasi dengan memiliki

(31)

31 kemampuan mencatat yang

memungkinkan terciptanya “hasil cetak mental” (mental computer printout). Hal ini tidak hanya dapat membantu dalam mempelajari informasi yang diberikan, tapi juga dapat merefleksikan pemahaman personal yang mendalam atas informasi tersebut (Silberman, 2006). Menurut Hamalik (2004), pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri anak (siswa) belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetauan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup bermasyarakat.

Refleksi a. Siklus I Penerapan

metode pembelajaran Mind

Mapping pada siklus I telah menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar pada dari pertemuan pertama ke pertemuan kedua pada siklus I ini, akan tetapi belum mencapai 65% untuk setiap indikator yang diamati. Begitu pula dengan

hasil belajar yang diperoleh siswa dari evaluasi siklus I belum mencapai nilai 70 untuk rata-rata kelas. Hal ini terjadi karena masih terdapt masalah-masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran. Masalah-masalah tersebut selanjutnya dijadikan sebagai refleksi untuk perbaikan tindakan pada siklus II. Adapun permasalahan yang ditemukan selama proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Siswa belum

mampu bekerjasama dalam kelompoknya dalam membuat mind mapping. Hanya beberapa siswa saja yang aktif, beberapa siswa tidak bisa menerima siswa lain yang menjadi anggota kelompoknya, karena biasanya siswa membentuk kelompok belajar cenderung memilih temannya yang lebih dekat dibandingkan membentuk kelompok secara heterogen.

2) Sebagian siswa belum berani mengajukan ide dan gagasan di dalam kelompoknya.

3) Siwa belum

Gambar

Tabel  1.  Hasil  observasi  aktivitas  siswa  kelas  XI  IPA 1   SMA  Negeri 1 Maiwa pada  siklus  I dan siklus II
Gambar 3.1 Diagram Alur  Pengembangan Instrumen Penilaian
Tabel 3. Rata-rata Skor Pretest-Postest Hasil Belajar Biologi  Hasil Belajar Biologi
Gambar  3.1  Desain  penelitian  tindakan  kelas  (Arikunto, 2001)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalah tersebut maka pada Lembaga Pemasyarakatan Kelas 1 Makassar, dibutuhkan suatu tempat yang dapat memfasilitasi para narapidana dalam proses

a. Persamaan dalam subyek dan obyek yang diteliti yaitu tentang etika, moral dan budi pekerti. Persamaan penerapannya yaitu menerapkan konsep pendidikan kecerdasan

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi (11) Pendapatan komprehensif lain tahun berjalan - net pajak penghasilan terkait 3.569. 5.794

Kebijakan perundang-undangan yang ada masih belum memberikan pembagian urusan yang jelas dalam bidang kepurbakalaan, alokasi sumber daya manusia dan anggaran yang tidak

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di hutan pinus dan hutan campuran, diketahui bahwa total jenis burung yang ditemukan dikedua tipe habitat tersebut sebanyak 38 jenis,

Risdawati Lubis : Uji Jarak Cerobong Udara Dan Lama Pengeringan Terhadap Mutu Kunyit Kering Alat Pengering...,2005.. un JAKAK CEROBONG UDAKA D4.N LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU

Dalam penelitian ini, data yang digunakan oleh peneliti menggunakan data kuantitatif dan didukung oleh data kualitatif, yaitu dari perhitungan kuesioner dan wawancara yang

Salah satu contoh media yang interaktif, kreatif dan edukatif untuk anak usia dini yaitu media permainan Ular Tangga “Jejak Petualang”.. Permainan ular tangga adalah salah satu