BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB)
BADAN PUSAT STATISTIK (BPS)
UNITED NATIONS POPULATION FUND (UNFPA)
PILOT SURVEI
PENGETAHUAN,
SIKAP & PERILAKU
KESIAPSIAGAAN
MENGHADAPI BENCANA
KOTA PADANG 2013
Pengarah
Sutopo Purwo Nugroho Razali Ritonga
Rosilawati Anggraini
Penyunting
Agus Wibowo Indra Murty Surbakti Ridwan Yunus Ario Akbar Lomban Narwawi Pramudhiarta Hermawan Agustina Poetrijanti Teguh Harjito Dendi Handiyatmo Dian OktiariPenulis
Ratih Nurmasari Suprapto NurainiTrophy Endah Rahayu Dwi Trisnani
Sri Wahyuni Parwoto
Yogo Aryo Jatmiko
Pengolah Data
Apriliani Nurida DA Elfrida Zoraya Diah DaniatyCOVER : Bencana Tanah Longsor di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Sumber : BNPB
PENYUSUN
Perancang Peta
Sri Dewanto Edi P Aulia Ismi Savitri Nurul Maulidhini Adi Kurniawan Felix YanuarPerancang Grafis
Ignatius Toto Satrio Budi AssaudiKontributor
Armando LevinsonISBN
123-456-789-01-2Copyright
Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jakarta, INDONESIA
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (Knowledge, Attitude and Practice) Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Kota Padang 2013 ini dapat diselesaikan. Laporan ini merupakan salah satu media diseminasi hasil kegiatan yang dikeluarkan oleh Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB bekerjasama dengan Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS dengan difasilitasi oleh UNFPA.
BNPB bekerjasama dengan BPS telah melakukan pilot survei yang bertujuan untuk menghimpun pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat yang disebut dengan KAP (Knowledge, Attittude and
Practice) di daerah pesisir Kota Padang dalam menghadapi bencana gempabumi dan tsunami. Pilot
survei ini dilakukan di 10 kelurahan yang masuk dalam kategori tinggi bahaya bencana gempabumi dan tsunami. Dengan dilakukannya pilot survei ini, diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi peningkatan kesiapsiagaan dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana yang pada akhirnya dapat mengurangi risiko bencana yang akan terjadi.
Semoga laporan ini dapat menjadi rujukan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya untuk mengevaluasi seberapa jauh keberhasilan program terkait kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana yang telah dilaksanakan dan perencanaan program selanjutnya dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang tanggap, tangkas dan tangguh menghadapi bencana. Selain itu, kami juga sangat mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan laporan berikutnya.
Jakarta, Oktober 2013
Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat, BNPB
Dr. Sutopo Purwo Nugroho
Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan, BPS
SAMBUTAN KEPALA BNPB
A
lhamdulilah kami panjatkan puji syukur kepada ALLAH SWT, Tuhan Yang Maha Esa dengan telah terbitnya Hasil Pilot Survey Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (Knowledge, Attitude and Practice) Kesiapsiagaan Masyarakat Kota Padang. Kegiatan ini merupakan kerjasama antara BNPB dengan Badan Pusat Statistik untuk menggali pengetahuan, perilaku dan sikap masyarakat yang tinggal di daerah dengan tingkat rawan bencana gempabumi tinggi di Kota Padang. Hasil ini merupakan dokumentasi kegiatan Pilot Survei KAP dalam memperkaya Masterplan Tsunami Indonesia.“Jauhkan masyarakat dari bencana, jauhkan bencana dari masyarakat, hidup harmoni dengan risiko
bencana, menggali dan mengembangkan kearifan lokal masyarakat”, merupakan empat strategi
menuju bangsa yang tangguh yang harus iringi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini menjadi modal dalam mewujudkan pengurangan risiko bencana dan menuju bangsa yang tanggap tangkas dan tangguh.
Kegiatan ini sebagai wujud pembelajaran yang tidak pernah berhenti dari pemerintah, masyarakat dan dunia usaha atas kejadian gempabumi 11 April 2012 8,5 SR di Simelue Aceh, dimana masih terdapat hal yang terlewati dari gambaran kesiapsiagaan masyarakat pada saat itu. Laporan ini diharapkan mampu menangkap kekurangan pengetahuan, pola pikir dan tingkah laku masyarakat terhadap bencana. Kejadian bencana alam harus mendorong bangsa ini untuk senantiasa melaksanakan pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan masyarakat sebagai upaya memperkuat daya lenting menghadapi bencana yang tidak pernah terduga.
Semoga kolaborasi antara BNPB dan BPS dapat memberikan manfaat dan pelajaran bagi kita semua untuk senantiasa melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana. Program seperti ini harus dapat terus dikembangkan oleh pekerja kemanusiaan dalam rangka meminimalisir korban jiwa, harta benda dan membantu masyarakat yang hidup di wilayah rawan bencana gempabumi dan tsunami.
Terima kasih kepada seluruh tim penyusun baik BNPB maupun BPS serta penghargaan khusus kepada UNFPA yang mendukung kegiatan ini dari awal sampai dengan akhir. Besar harapan kami agar kerjasama dan kegiatan ini dapat terus terbangun dimasa mendatang sebagai panggilan kita untuk misi kemanusiaan.
Salam Kemanusiaan! Jakarta, Oktober 2013
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana
SAMBUTAN UNFPA REPRESENTATIVE
A
kses ke data merupakan hal yang sangat penting pada setiap tahap penanggulangan bencana. Data yang akurat merupakan landasan bagi kesiapsiagaan bencana, pencegahan konflik, bantuan darurat bencana, proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang efektif. Munculnya teknologi baru menambah nilai penting data dalam kesiapan untuk menghadapi keadaan darurat bencana yaitu melalui penyusunan rencana kontijensi, analisis kerentanan, dan indikator data dasar. Pada tahap akut, data sangat penting dalam penerapan dan pemilihan respon yang efektif. Pada tahap kronis bencana, data dapat digunakan untuk merencanakan dan menyusun program-program kemanusiaan jangka pendek, serta monitoring dan evaluasi. Data yang dapat dipercaya juga diperlukan dalam penyusunan program untuk rehabilitasi dan rekonstruksi selama tahap paska bencana.Data yang dikumpulkan melalui program Kependudukan dan Pembangunan UNFPA telah terbukti sangat bernilai selama bantuan kemanusiaan UNFPA di tahun 2005, setelah terjadinya konflik dan bencana di Aceh. UNFPA melakukan analisa berbasis gender untuk mengevaluasi kondisi sosial, ekonomi, dan perubahan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari pengungsi yang tinggal di tenda dan tempat penampungan sementara. Sensus penduduk tahun 2005 yang dilakukan di Aceh dan Nias paska konflik dan bencana merupakan sebuah kegiatan yang unik dan belum pernah terjadi sebelumnya bila dilihat dari segi waktu, teknik dan metodologi yang digunakan, juga dikarenakan situasi politik dan konflik selama pelaksanaan kegiatan sensus. Hasil sensus tersebut terbukti menjadi satu-satunya data dan informasi kependudukan yang komprehensif yang tersedia di wilayah tersebut. UNFPA berkomitmen untuk melanjutkan dukungan teknis dibidang data kependudukan untuk manajemen penanggulangan bencana. Salah satu hasil kerjasama antara BNPB, BPS, dan UNFPA adalah tersedianya data dan informasi dasar yang merupakan hasil penggabungan antara Sensus Penduduk 2010 dan Potensi Desa 2011. UNFPA juga merasa bangga dapat berkontribusi dalam publikasi hasil survei Pengetahuan, Sikap dan Prilaku (KAP) dengan memberikan dukungan teknis dalam pengembangan metodologi dan kuesioner yang digunakan dalam survey ini, selain itu juga dalam melakukan analisis tentang kerentanan dan keterpaparan penduduk Kota Padang terhadap bahaya gempabumi dan tsunami yang merupakan bagian dari buku ini.
Saya berharap dengan terintegrasinya data kependudukan kedalam rencana nasional penanggulangan bencana, BNPB mampu mempersiapkan dan memberikan respon yang lebih baik pada situasi bencana di masa mendatang di Indonesia.
Jakarta, Oktober 2013 UNFPA Representative
Hotel rusak akibat gempabumi Padang.
Sumber : BNPB
PENYUSUN ii
KATA PENGANTAR iii
SAMBUTAN KEPALA BNPB v
SAMBUTAN KEPALA BPS vi
SAMBUTAN UNFPA REPRESENTATIVE vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xiv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 2
Maksud dan Tujuan 3
KERENTANAN DAN KETERPAPARAN PENDUDUK TERHADAP BAHAYA
GEMPABUMI DAN TSUNAMI DI KOTA PADANG 5
Kondisi Geografis 6
Kependudukan dan Ketenagakerjaan 8
Kondisi Kebencanaan di Kota Padang 10
Bahaya Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang 14
Kerentanan dan Keterpaparan Penduduk 24
METODOLOGI 51
Pengambilan Sampel 52
Instrumen Survei 53
Organisasi Lapangan 55
Penghitungan Indeks Kesiapsiagaan 56
Pengolahan Data 57
PELAKSANAAN LAPANGAN 61
Pelatihan Petugas 62
Pelaksanaan Lapangan 67
HASIL DAN PEMBAHASAN 71
Profil Rumah Tangga dan Status Sosial 73
Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga 90
PENUTUP 107
Kesimpulan dan Saran 108
Rekomendasi 109
DAFTAR PUSTAKA 111
Tabel 2.1 Kondisi Geografis Wilayah Kota Padang 6 Tabel 2.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan
Jumlah Rumah Tangga di Kota Padang 8
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Sektor Mata Pencaharian di Kota Padang 10 Tabel 2.4 Jumlah Kejadian, Korban Jiwa, dan Kerusakan Rumah Akibat Bencana
di Kota Padang, Tahun 2000 - 2012 12
Tabel 2.5 Luas Wilayah dan Jumlah Desa Terpapar Bahaya Gempabumi
menurut Kecamatan dan Kelas Bahaya 21
Tabel 2.6 Luas Wilayah dan Jumlah Desa Terpapar Bahaya Tsunami menurut
Kecamatan dan Kelas Bahaya 23
Tabel 2.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Terpapar Bahaya Gempabumi
Kelas Tinggi menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 25
Tabel 2.8 Jumlah dan Persentase Penduduk Terpapar Bahaya Gempabumi
Kelas Sedang menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 26
Tabel 2.9 Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 0-4 Tahun Terpapar Bahaya
Gempabumi Kelas Tinggi menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 29
Tabel 2.10 Jumlah dan Persentase Penduduk Usia 0-4 Tahun Terpapar Bahaya
Gempabumi Kelas Sedang menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin 29
Tabel 2.11 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur 60 Tahun Ke Atas,
Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi 30
Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur 60 Tahun Ke Atas,
Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang 31
Tabel 2.13 Jumlah Rumah Tangga Dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan 32
Tabel 2.14 Jumlah Rumah Tangga dengan Anggota Rumah Tangga Berjumlah
1 Orang dan Berumur 60 Tahun Ke Atas 34
Tabel 2.15 Jumlah Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi 35 Tabel 2.16 Jumlah Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang 36 Tabel 2.17 Jumlah Desa, Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk 38
Tabel 2.18 Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi 40
Tabel 2.19 Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Sedang 41
Tabel 2.20 Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Rendah 41
Tabel 2.21 Jumlah Penduduk Kelompok Umur 0 – 4 tahun Terpapar Bahaya
Tsunami Kelas Tinggi 42
Tabel 2.22 Jumlah Penduduk Kelompok Umur 60+ Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi 44
Tabel 2.23 Jumlah Rumah Tangga dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan
Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi 44
Tabel 2.24 Jumlah Rumah Tangga Dengan Anggota Rumah Tangga Satu Orang
dan Berusia 60 Tahun Ke Atas Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi 45
Tabel 2.25 Jumlah Penyandang Cacat Terpapar Bahaya Tsunami Kelas Tinggi 47
Tabel 3.1 Daftar Kelurahan Terpilih Survei KAP 2013 53
Tabel 3.2 Hasil Jawaban dari Tiap Pertanyaan Rumah Tangga 56
Tabel. 3.3 Parameter Indeks Kesiapsiagaan 56
Tabel 3.4 Pengkelasan Indeks Kesiapsiagaan 57
Tabel 4.1 Daftar Petugas Lapangan Pilot Survei KAP 64
Tabel 5.1 Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin 72
Tabel 5.2 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 Tahun ke Atas
menurut Kelompok Umur dan Status Perkawinan 73
Tabel 5.3 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden menurut Kelompok Umur
dan Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga 74
Tabel 5.4 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun ke Atas
menurut Kelompok Umur dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 76
Tabel 5.5 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun ke Atas menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga dan Jenis
Pelatihan/Seminar/Simulasi/Pertemuan Terkait Bencana 77
Tabel 5.6 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 Tahun ke Atas
menurut Kelompok Umur dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu 79 Tabel 5.7 Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Bencana Berdasarkan
Jenis Kejadiannya 83
Tabel 5.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan Mengenai Tanda-Tanda
Terjadinya Bencana Menurut Jenis Kejadian 85
Tabel 5.9 Persentase Pengetahuan Rumah Tangga tentang Sumber Peringatan Bencana 87 Tabel 5.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Pelatihan dan atau Simulasi yang
Pernah Diikuti 89
Tabel 5.11 Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan Tentang Cara
Menyelamatkan Diri dari Bencana 89
Tabel 5.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan yang Masih Dapat
Digunakan jika Terjadi Bencana 90
Tabel 5.14 Nilai Paramater Pengetahuan Bencana Per Desa 91 Tabel 5.15 Komponen Paramater Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana dalam Kuesioner 93
Tabel 5.16 Nilai Paramater Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana Per Desa 93
Tabel 5.17 Nilai Paramater Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana Per Desa 95
Tabel 5.18 Nilai Paramater Rencana Tanggap Darurat Per Desa 95
Tabel 5.19 Komponen Paramater Peringatan Dini Bencana dalam Kuesioner 97
Tabel 5.20 Nilai Paramater Peringatan Dini Bencana Per Desa 99
Tabel 5.21 Komponen Paramater Mobilisasi Sumberdaya dalam Kuesioner 99
Tabel 5.22 Nilai Paramater Mobilisasi Sumberdaya Per Desa 101
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Wilayah Administrasi Kota Padang 7
Gambar 2.2 Peta Kepadatan Penduduk Kota Padang 9
Gambar 2.3 Persentase Jumlah Kejadian Bencana di Kota Padang, Tahun 2000 - 2012 11 Gambar 2.4 Jumlah Korban Meninggal Akibat Bencana di Kota Padang Tahun 2000-2012 12
Gambar 2.5 Sebaran Kejadian Bencana Gempabumi, Tahun 1900 - 2012 13
Gambar 2.6 Lokasi Pusat Gempabumi 30 September 2009 15
Gambar 2.7 Peta Shakemap Epicentrum 11 April 2012 di Pulau Simelue, Aceh 16
Gambar 2.8 Peta Bahaya Gempabumi di Kota Padang 19
Gambar 2.9 Kejadian Bencana Gempabumi di Sesar Sumatera, Tahun 1900 - 2012 20
Gambar 2.10 Peta Bahaya Tsunami Kota Padang 22
Gambar 2.11 Peta Bahaya Gempabumi Kota Padang 28
Gambar 2.12 Peta Bahaya Tsunami Kota Padang 33
Gambar 2.13 Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi 37
Gambar 2.14 Kepadatan Penduduk di Kota Padang 39
Gambar 2.15 Peta Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Tsunami 43
Gambar 2.16 Jumlah Rumah Tangga dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan 46
Gambar 2.17 Peta Lokasi Fasilitas Umum Terpapar dalam Zona Bahaya Tsunami 48
Gambar 3.1 Tahapan Pemilihan Sampel 52
Gambar 3.2 Peta Lokasi Kelurahan Terpilih Survei KAP 2013 54
Gambar 3.3 Diagram Proses Pengolahan Survei KAP 2013 58
Gambar 5.1 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 Tahun ke Atas
menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin 73
Gambar 5.2 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden menurut Kelompok Umur
dan Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga 75
Gambar 5.3 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun ke Atas
menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 76 Gambar 5.4 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 5 Tahun ke Atas
menurut Jenis Kelamin dan Jenis Pelatihan/Seminar/Simulasi/Pertemuan
Terkait Bencana 78
Gambar 5.5. Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Berumur 10 Tahun ke Atas
menurut Jenis Kelamin dan Jenis Kegiatan Selama Seminggu yang Lalu 80 Gambar 5.6 Persentase Anggota Rumah Tangga Responden Menurut Jenis Kegiatan
Mengakses Sumber Informasi 81
Gambar 5.8 Persentase Sumber Informasi yang Digunakan Rumah Tangga dalam
Menerima Informasi Mengenai Cara Penyelamatan Diri Terhadap Bencana 82 Gambar 5.9 Persentase Rumah Tangga menurut frekuensi Gempabumi yang pernah dialami 84 Gambar 5.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Pendapat Mengenai Besarnya
Kemungkinan Bencana Gempabumi Akan Menimpa Wilayah Mereka 86
Gambar 5.11 Persentase Rumah Tangga menurut ketersediaan Peralatan/Fasilitas
yang Sudah Ada di Wilayah Tempat Tinggal Responden 87
Gambar 5.12 Persentase Rumah Tangga Menurut Pengetahuan Mengenai Upaya Pemerintah dalam Memberitahukan Masyarakat Tentang Kemungkinan
Terjadinya Bencana 88
Gambar 5.13 Sebaran Parameter Pengetahuan Bencana Per Desa 92
Gambar 5.14 Sebaran Parameter Kebijakan Kesiapsiagaan Bencana Per Desa 94
Gambar 5.15 Sebaran Parameter Rencana Tanggap Darurat Per Desa 96
Gambar 5.16 Sebaran Parameter Peringatan Dini Bencana Per Desa 98
Gambar 5.17 Sebaran Parameter Mobilisasi Sumberdaya Per Desa 100
Gambar 5.18 Sebaran Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Per Desa 103
Gambar 5.19 Grafik Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Per Desa 104
Lokasi bencana Tanah Longsor di Padang Pariaman.
Sumber : BNPB
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bencana gempabumi yang disertai tsunami menimpa sejumlah wilayah di Aceh pada tahun 2004. Korban jiwa akibat bencana ini tidak kurang dari 220.000 jiwa. Bencana ini selain melanda di Indonesia juga melanda negara lain, seperti Srilanka, India dan Thailand. Selain Indonesia, ketiga negara tersebut merupakan negara dengan jumlah korban terbesar. Bencana tersebut telah membuka mata pemerintah Indonesia mengenai arti penting manajemen penanggulangan bencana beserta seluruh perangkat pendukung di dalamnya.
Penetapan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana merupakan jawaban tegas dari pemerintah untuk pengelolaan bencana secara komprehensif. Lahirnya Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah merupakan wujud nyata keseriusan pemerintah untuk melindungi warga negara dari bencana yang tak pernah terduga. Pembelajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan yang melibatkan seluruh unsur kementerian maupun lembaga sesuai tugas dan fungsinya masing-masing merupakan bagian yang tidak terpisahkan didalam proses manajemen penanggulangan bencana yang senantiasa berkembang lebih dinamis.
Pasca gempabumi dan tsunami Aceh tahun 2004, gempabumi kembali terjadi beberapa kali di sekitar wilayah Serambi Mekah tersebut, di antaranya gempabumi berkekuatan 8,9 SR yang berpusat di dekat Pulau Simelue pada tanggal 11 April 2012. Kejadian tersebut kembali mengingatkan semua pihak tentang arti penting sebuah konsep pengurangan risiko bencana dan arti kesiapsiagaan secara menyeluruh. Belajar dari kejadian tersebut dan menindaklanjuti arahan Presiden RI kepada Kepala BNPB, Indonesia saat ini sedang menyempurnakan dokumen perencanaan dalam kesiapsiagaan menghadapi bahaya bencana tsunami yaitu Masterplan Pengurangan Risiko Bencana
Tsunami. Dokumen tersebut disusun sebagai upaya pengembangan kesiapsiagaan dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana gempabumi dan tsunami dengan tujuan untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat di daerah rawan bencana gempabumi dan tsunami.
Dalam penyusunan Masterplan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami tersebut dilakukan analisis kajian risiko bencana berdasarkan tingkat ancaman, kerentanan dan kapasitas yang dimiliki oleh masing-masing wilayah. Salah satu unsur penting kerentanan yang dibahas dalam dokumen tersebut adalah tentang penduduk yang terpapar terhadap risiko bencana gempabumi dan tsunami. Profil penduduk, termasuk kesiapsiagaan mereka dalam menghadapi bencana, merupakan aspek yang perlu diketahui agar Masterplan Pengurangan Risiko Bencana Tsunami dapat disusun dengan baik. BNPB bekerjasama dengan BPS serta dengan bantuan teknis dari UNFPA melakukan sebuah survei yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan (Knowledge), sikap (Attitude) dan perilaku (Practice), atau disingkat dengan KAP, dari masyarakat yang berada di wilayah pesisir pantai Kota Padang. Survei ini berusaha menangkap gambaran mengenai kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana, terutama bencana gempabumi dan tsunami.
Persiapan pelaksanaan Pilot Survey KAP ini telah dimulai sejak Mei 2013 oleh Tim Pusat Data Informasi dan Humas serta Direktorat Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan, diawali dengan penyusunan kuesioner dan pedoman pencacahan untuk menangkap pengetahuan, sikap dan perilaku yang diinginkan guna menggambarkan kesiapsiagaan masyarakat Kota Padang. Koordinasi ke BPBD dan BPS Provinsi Sumatera Barat, BPS Kota Padang. Hal tersebut sangat perlu dilakukan khususnya untuk pemanfaatan KSK
(Koordinator Statistik Kecamatan) dan Blok Sensus (BS) terpilih serta Koordinator Lapangan pada saat pencacahan dilakukan.
Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, dipilih sebagai pilot survei karena wilayah ini terletak di pesisir dan telah mengalami beberapa kali bencana gempabumi. Wilayah pesisir dipilih karena memiliki tingkat bahaya gempabumi dan tsunami yang tinggi. Diharapkan survei KAP ini nantinya dapat dilakukan di seluruh wilayah pesisir di Indonesia yang memiliki kategori kerawanan tinggi terhadap bencana gempabumi dan tsunami.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari pelaksanaan pilot survei KAP di Kota Padang adalah untuk melakukan survei tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di daerah pesisir Kota Padang dalam menghadapi bencana gempabumi dan tsunami. Hasil pilot survei KAP ini dapat digunakan sebagai :
• Informasi dasar yang memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat di daerah pesisir tersebut.
• Berguna dalam kegiatan penyusunan baseline data pra bencana di tahun 2014 yang akan datang. • Mengembangkan upaya-upaya yang tepat untuk
mencegah atau mengurangi terjadinya dampak bencana bagi masyarakat, serta memberikan perlindungan bagi masyarakat di daerah rawan bencana gempabumi dan tsunami.
• Tertatanya suatu kawasan dengan mempertimbangkan potensi bencana dan secara umum perlu pemahaman terhadap sumber bencana.
Idealnya seluruh penduduk yang tinggal di wilayah terpapar bencana gempabumi dan tsunami disurvei, karena terbatasnya waktu dan biaya maka tidak seluruh penduduk disurvei. Pilot survei dilakukan terhadap 250
Rombongan Gubernur Sumatera Barat meninjau lokasi gempa di Padang Pariaman.
Sumber : BNPB
rumah tangga yang tinggal di wilayah yang terpapar bencana di Kota Padang. Adapun tujuan lebih rinci dari kegiatan pilot survei ini adalah:
• Mengembangkan formulir kuesioner dan petunjuk survei KAP.
• Melakukan pilot survei KAP di Kota Padang.
• Melakukan uji coba survei KAP dengan komputer tablet.
• Melakukan pengolahan dan analisis data hasil pilot survei.
Masyarakat korban gempa Padang terpaksa tinggal di tenda darurat.
Sumber : BNPB
BAB 2
KERENTANAN
DAN KETERPAPARAN
PENDUDUK TERHADAP
BAHAYA GEMPABUMI
DAN TSUNAMI
DI KOTA PADANG
Kondisi Geografis
Kota Padang adalah ibukota Provinsi Sumatera Barat yang terletak di pantai barat pulau Sumatera dan berada antara 0O 44’ 00” - 1O 08’ 35” Lintang Selatan
dan 100O 05’ 05” - 100O 34’ 09” Bujur Timur. Menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980, luas Kota Padang adalah 694,96 km2 atau setara dengan
1,65 persen dari luas Provinsi Sumatera Barat. Kota Padang terdiri dari 11 kecamatan dengan kecamatan terluas adalah Koto Tangah yang mencapai 232,25 km2, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Dari keseluruhan luas Kota Padang sebagian besar atau 51,01 persen berupa hutan yang dilindungi oleh pemerintah. Berupa bangunan dan pekarangan seluas 51,08 km2 atau 7,35 persen.
Selain daratan pulau Sumatera, Kota Padang memiliki 19 pulau di mana yang terbesar adalah Pulau
Bintangur seluas 56,78 ha, kemudian Pulau Sikuai di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 48,12 ha dan Pulau Toran di Kecamatan Padang Selatan seluas 33,67 ha.
Ketinggian wilayah daratan Kota Padang sangat bervariasi, yaitu antara 0 – 1.853 m di atas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan Kota Padang mencapai rata-rata 302.35 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari per bulan pada tahun 2009. Suhu udaranya cukup tinggi yaitu antara 21,6O
– 31,7O C. Kelembabannya berkisar antara 78 – 85
persen. Berikut adalah Tabel 1 yang menunjukkan kondisi geografis wilayah kota Padang.
No. Unsur Geografis Keterangan
1. Letak Daerah 00O 44' 00'' - 01O 08'' 35'' LS
100O 05' 05'' – 100O 34' 09'' BT
2. Luas Daerah 694,96 Km2
3. Panjang Pantai 68,126 Km, di luar pulau-pulau kecil
(menurut PP No. 17 Tahun 1980)
4. Jumlah Sungai 5 buah Besar 16 buah Kecil
5. Temperatur 22O C - 31,7O C
6. Curah Hujan 384,88 mm / bulan
7. Keliling 165,35 Km
8. Daerah Efektif (termasuk Sungai) 205,007 Km2
9. Daerah Bukit (termasuk Sungai) 486,209 Km2
10. Jumlah Pulau 19 pulau
Sumber : Kota Padang Dalam Angka Tahun 2011, BPS Kota Padang
Tabel 2.1
Sumber : Peta Rupabumi Digital, BIG, 2007
Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Berdasarkan data hasil sensus penduduk tahun 2010, Kota Padang memiliki jumlah penduduk sebesar 833.562 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 194.293 rumah tangga. Dari 11 kecamatan yang ada di Kota Padang, Kecamatan Kuranji memiliki jumlah penduduk yang paling banyak yaitu 126.729 jiwa dan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung yaitu sejumlah 22.896 jiwa. Rincian jumlah penduduk di masing-masing Kecamatan di Kota Padang dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.
Berdasarkan Tabel 2.2 dapat diketahui bahwa Kecamatan Padang Timur memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi yaitu sejumlah 125 jiwa/ha, hal tersebut disebabkan wilayah Kecamatan Padang Timur memiliki
Kecamatan
Luas
Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Jumlah Rumah Tangga (Ha) Laki-Laki Perempuan Total (Jiwa/Ha)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Bungus Teluk Kabung 8.527,93 11.762 11.134 22.896 3 4.847 Koto Tangah 23.099,93 81.590 80.489 162.079 7 36.164 Kuranji 2.175,17 62.912 63.817 126.729 58 28.520 Lubuk Begalung 1.241,81 53.715 52.717 106.432 86 24.736 Nanggalo 928,79 27.774 29.501 57.275 62 13.300 Padang Barat 545,66 22.862 22.518 45.380 83 11.012 Padang Selatan 1.260,12 28.910 28.808 57.718 46 13.182 Padang Timur 622,69 38.650 39.218 77.868 125 18.723 Padang Utara 821,92 32.732 36.387 69.119 84 18.368 Lubuk Kilangan 8.289,32 24.563 24.287 48.850 6 11.034 Pauh 16.085,44 29.845 29.371 59.216 4 14.407 Total 39.224,01 415.315 418.247 833.562 21 194.293 Tabel 2.2
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk, dan Jumlah Rumah Tangga di Kota Padang
luas wilayah yang tidak terlalu luas yaitu sebesar 622,69 ha dan jumlah penduduk yang cukup besar yaitu 77.868 jiwa.
Wilayah kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk paling rendah berada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung yaitu sejumlah 3 jiwa/ha. Beberapa kecamatan lain yang juga memiliki jumlah kepadatan penduduk cukup tinggi yaitu Kecamatan Lubuk Begalung, Padang Utara, Padang Barat, Nanggalo, dan Kuranji. Sebagian besar dari wilayah kecamatan tersebut berada di pinggir pantai atau berbatasan langsung dengan laut, dengan demikian dapat dikatakan bahwa konsentrasi penduduk di wilayah Kota Padang berada di wilayah pinggiran pantai, hal tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Peta Kepadatan Penduduk Kota Padang
Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 yang ditunjukkan pada Tabel 2.3, jumlah penduduk di wilayah Kota Padang yang berusia 15 tahun ke atas dan sedang bekerja berjumlah 279.543 jiwa atau sebesar 33,53 persen dari total jumlah penduduk di Kota Padang. Dari jumlah tersebut sebesar 77.996 jiwa atau 27,90 persen bekerja pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor mata pencaharian lainnya yang juga cukup besar yaitu pendidikan, industri, dan jasa. Hal tersebut menunjukkan bahwa mata pencharian utama sebagian besar penduduk di Wilayah Kota Padang bukan di bidang pertanian atau perikanan seperti bekerja sebagai nelayan ataupun petani melainkan pada bidang perdagangan dan jasa. Kecamatan yang memiliki penduduk yang bekerja dibidang perdagangan, jasa, ataupun industri adalah Kecamatan Lubuk Begalung, Padang Selatan, Padang Utara dan Padang Barat. Apabila kita lihat pada Gambar 2.3, kecamatan-kecamatan tersebut berada di wilayah pesisir pantai.
Kondisi Kebencanaan di Kota Padang
Kota Padang merupakan daerah yang memiliki tingkat rawan bencana tinggi, data dari Indeks Rawan Bencana Tahun 2013 BNPB menyebutkan bahwa Kota Padang masuk dalam kategori rawan bencana tinggi dan berada pada peringkat 10 secara nasional atau peringkat 1 dari wilayah kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan data dari DIBI (Data dan Informasi Bencana Indonesia) BNPB pada periode tahun 2000 sampai dengan 2012 telah terjadi 66 kali kejadian bencana yang menimbulkan korban jiwa dan harta benda, kejadian bencana tersebut meliputi 9 jenis bencana yaitu banjir, banjir dan tanah longsor, tanah longsor, gempabumi, angin puting beliung, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, gelombang pasang/abrasi, dan kecelakaan transportasi. Dari kesembilan jenis bencana tersebut bencana banjir merupakan bencana yang
Kecamatan
Penduduk Usia 15 Tahun
Keatas yang Bekerja
Sektor Mata Pencaharian Pertanian Industri Perdagangan,Hotel, dan
Restoran Jasa Pendidikan Kesehatan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Bungus Teluk Kabung 8.067 3.037 802 2.054 881 950 61
Koto Tangah 54.549 5.531 8.216 13.970 7.094 12.399 1.397 Kuranji 41.133 3.442 7.405 9.734 4.692 9.815 1.263 Lubuk Begalung 35.809 1.808 6.462 10.004 5.649 8.693 806 Nanggalo 16.315 1.029 4.791 3.632 2.458 2.678 363 Padang Barat 19.067 576 3.034 5.195 2.304 5.124 746 Padang Selatan 17.658 459 1.306 7.489 1.868 5.219 390 Padang Timur 20.906 975 2.463 6.677 2.958 6.378 394 Padang Utara 27.934 419 3.619 9.336 3.275 7.685 1.236 Lubuk Kilangan 20.236 641 2.721 6.105 2.369 5.625 787 Pauh 17.869 1.975 4.162 3.800 2.282 3.429 442 Total 279.543 19.892 44.981 77.996 35.830 67.995 7.885 Tabel 2.3
paling sering terjadi yaitu sebanyak 32 kejadian atau sebesar 48 persen pada periode tahun 2000 – 2012 hal tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.3.
Apabila dilihat dari segi dampak yang ditimbulkan maka jenis bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa dan harta benda di Kota Padang adalah bencana gempabumi, pada Tabel 2.4 ditunjukkan bahwa korban jiwa meninggal akibat bencana gempabumi pada tahun 2000 – 2012 sejumlah 774 jiwa dan jumlah rumah rusak berat 79.016 unit. Sehingga meskipun secara frekuensi jumlah kejadian bencana gempabumi terhitung cukup kecil yaitu 3 kali selama periode 2000 – 2012, akan tetapi dampak yang ditimbulkan sungguh luar biasa, sehingga hal tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah setempat terutama dalam hal
BANJIR 46%
BANJIR DAN TANAH LONGSOR 4% GELOMBANG PASANG / ABRASI 8% GEMPA BUMI 11% KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN 2% KECELAKAAN TRANSPORTASI 4% KEKERINGAN 2% PUTING BELIUNG 8% TANAH LONGSOR 15% BANJIR
BANJIR DAN TANAH LONGSOR GELOMBANG PASANG / ABRASI GEMPA BUMI
KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN KECELAKAAN TRANSPORTASI KEKERINGAN
PUTING BELIUNG TANAH LONGSOR
Gambar 2.3 Persentase Jumlah Kejadian Bencana di Kota Padang, Tahun 2000 - 2012
kesiapsiagaan dan mitigasi bencana.
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa jenis bencana yang paling banyak menimbulkan korban dan kerugian adalah gempabumi, maka kalau dilihat dari perkembangan kejadian bencana sejak tahun 2000 sampai dengan 2012 tampak bahwa jumlah korban meninggal tertinggi adalah saat terjadi gempabumi pada tanggal 30 September 2009 dengan kekuatan 7,6 SR. Gambar 2.4 menunjukkan jumlah korban meninggal akibat bencana pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2012, terlihat bahwa selain bencana gempabumi pada tahun 2009, jenis bencana lainnya yang juga menimbulkan korban jiwa yang cukup banyak adalah bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi pada tahun 2005 dengan korban jiwa meninggal sebanyak 54 jiwa dan 6 orang luka-luka. Sumber : Http ://dibi.bnpb.go.id
Jenis Bencana Jumlah Kejadian Korban Jiwa
Jumlah Rumah Rusak Meninggal Hilang Luka-Luka Berat Sedang Ringan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Banjir 22 7 2 2 135 172 374
Banjir Dan Tanah Longsor 2 25 - 18 9 -
-Gelombang Pasang/Abrasi 4 1 - 3 440 - 616
Gempabumi 5 387 2 1.238 39.508 - 83.616
Kebakaran Hutan dan Lahan 1 - - - - -
-Kecelakaan Transportasi 2 6 3 4 - - -Kekeringan 1 - - - - - -Puting Beliung 4 - - 3 3 - -Tanah Longsor 7 25 2 5 11 1 3 Total 48 451 9 1.273 40.106 173 84.609 Tabel 2.4
Jumlah Kejadian, Korban Jiwa, dan Kerusakan Rumah Akibat Bencana di Kota Padang, Tahun 2000 - 2012
Sumber : http ://dibi.bnpb.go.id
Gambar 2.4 Jumlah Korban Meninggal Akibat Bencana di Kota Padang Tahun 2000-2012
13
Pilot Survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Menghadapi Bencana Gempabumi dan Tsunami di Padang Gambar 2.5 Sebaran Kejadian Bencana Gempabumi, Tahun 1900 - 2012
Sumber : Data Titik Koordinat Pusat Gempabumi, BMKG
Bahaya Gempabumi dan Tsunami di Kota Padang
Ancaman atau bahaya bencana menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai suatu kejadian atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana sedangkan bahaya bencana alam merupakan sebuah peristiwa yang terjadi secara alami dan memiliki efek negatif pada manusia, bencana alam ada, dan akan selalu ada secara alami di bumi. Sebagai contoh bencana alam yang disebabkan oleh proses geologi yang disebut sebagai bencana geologi yaitu gempabumi, tsunami, letusan gunungapi, tanah longsor, dan adapula bahaya bencana yang disebabkan oleh faktor cuaca seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, angin puting beliung, dan gelombang pasang yang disebut sebagai bencana hidrometeorologi. Kota Padang merupakan daerah yang memiliki tingkat rawan bencana alam tinggi, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu jenis bencana yang memiliki dampak paling besar adalah bencana gempabumi, sejarah kejadian bencana menunjukkan bahwa wilayah Kota Padang sering dilanda oleh gempabumi skala kecil (< 5 SR) ataupun gempabumi skala besar (> 5 SR) yang sering menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Sebaran titik pusat kejadian bencana gempabumi (epicenter) selama periode tahun 1900 – 2012 ditunjukkan pada Gambar 2.5.Pada tanggal 30 September 2009, gempabumi besar (7,6 SR) melanda Kota Padang di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, dan menyebabkan lebih dari 300 korban jiwa. Gempabumi kedua berukuran 6,6 SR, yang disebut sebagai Gempabumi Jambi, melanda Provinsi Jambi di Sumatera bagian tengah pada tanggal 1 Oktober 2009, pukul 09.00, pusat gempabumi dilaporkan pada kedalaman 15 kilometer, sekitar 46 kilometer selatan-timur dari Sungai Penuh.
Gempabumi ini berhubungan dengan Sesar Besar Sumatera, terjadi di wilayah dengan populasi yang
tidak begitu banyak sehingga perhatian yang diberikan terhadap gempabumi ini kurang begitu besar dibandingkan dengan gempabumi Padang yang jauh lebih merusak.
Kerusakan yang terjadi di Provinsi Sumatera Barat akibat gempabumi pada tanggal 30 September 2009 menunjukkan apa yang para ahli katakan tentang rendahnya kualitas konstruksi di wilayah rawan bencana gempabumi. Di ibukota provinsi, sekolah, toko-toko, hotel dan kantor pemerintah runtuh dan mengubur ratusan orang. Korban tewas resmi secara keseluruhan adalah lebih dari 1.100 orang. Salah satu daerah yang paling terkena dampak adalah Kabupaten Padang Pariaman yang terletak di utara Kota Padang. Gambar 2.6 menunjukkan lokasi pusat gempabumi tanggal 30 September 2009, yang berkekuatan 7,9 SR.
Menurut data dari pemerintah, sekitar 200.000 rumah dan 2.000 bangunan lainnya rusak, dengan kondisi setengah hancur. Dampak yang menghancurkan dari gempabumi 30 September 2009 telah banyak didokumentasikan. Memahami bahaya, keterpaparan dan kerentanan dapat mengidentifikasi faktor utama risiko bencana dalam masyarakat dan membantu dalam mengembangkan strategi yang sesuai untuk pengurangan risiko bencana.
Sedangkan dampak dari gempabumi 8.5 SR pada 11 April 2012 di Simelue, Aceh tercatat 10 orang meninggal dunia, korban luka 9 orang, 5 unit rumah rusak ringan, 1 perkantoran rusak ringan dan 1 jembatan rusak. Namun yang perlu dingat dari kejadian itu adalah proses evakuasi yang belum terstruktur, dimana masih banyaknya masyarakat yang evakuasi dengan membawa kendaraan pribadi sehingga menimbukan “high traffic’ disejumlah titik dan sangat membahayakan apabila tsunami benar terjadi. Hal lain yang perlu dicatat pula adalah sistem peringatan dini yang kurang
Gambar 2.6 Lokasi Pusat Gempabumi 30 September 2009
Rumah sakit Restu Ibu Padang rusak parah akibat gempabumi.
terkoordinasi dengan baik oleh instansi terkait. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat perilaku masyarakat yang kurang memahami proses evakuasi mandiri dan perlu solusi nyata dari pemerintah untuk merubah perilaku dan penambahan pengetahuan kesiapan masyarakat saat terjadi gempabumi yag berpotensi tsunami.
Pada akhir tahun 2012, BNPB melakukan kajian risiko bencana seluruh Indonesia yang meliputi pemetaan semua daerah bahaya, dan khususnya pemetaan zona bahaya gempabumi dan tsunami. Dalam rangka melakukan penilaian risiko bencana, BNPB mengikuti prosedur standar yang digunakan di negara lain yaitu risiko bencana alam berbanding lurus dengan bahaya (kemungkinan terjadi, intensitas, dan lain-lain), dan kerentanan (sosiodemografi, budaya, ekonomi, fisik, psikologis dan lingkungan), dan berbanding terbalik dengan kapasitas penduduk dan lembaga untuk menahan bahaya (kode bangunan, zona huni, peraturan, kapasitas kelembagaan, sistem peringatan, pendidikan, pelatihan, dan tingkat kesiapan).
Gambar 2.8 menunjukkan peta bahaya gempabumi di wilayah Kota Padang, dimana terdapat dua kelas bahaya yaitu sedang dan tinggi. Kelas bahaya tinggi ditunjukkan dengan warna jingga sampai dengan merah, dimana pada wilayah tersebut juga dimungkinkan terjadinya tanah longsor atau gerakan tanah lainnya yang disebabkan oleh gempabumi. Kelas bahaya sedang ditunjukkan dengan warna kuning yang berada disepanjang garis pantai di wilayah Kota Padang. Kelas bahaya gempabumi tinggi disebabkan wilayah tersebut memiliki nilai peak ground acceleration (PGA) yang tinggi yaitu 0,8-1,5 dan adanya sesar aktif yang sering disebut dengan Sesar Sumatera atau Sesar Semangko. Patahan ini memiliki panjang 1.900 km, sangat aktif dan berupa strike-slip atau sesar geser. Zona sesar ini membentang sepanjang sisi barat Pulau
seismik karena sesar ini melewati kawasan yang padat penduduk di dan sekitar zona sesar.
Patahan Sumatera ini sangat tersegmentasi, Gambar 2.9 menunjukkan sebaran sesar sumatera yang terdiri dari 20 segmen geometris yang didefinisikan utama, yang berkisar panjang dari sekitar 60 sampai 200 km. Panjang segmen ini dipengaruhi dimensi sumber gempabumi dan telah membagi menjadi patahan-patahan lebih pendek yang secara historis telah menyebabkan gempabumi dengan kekuatan antara 6,5 hingga 7,7 Mw. Kecepatan pergeseran yang tercatat disepanjang sesar arah barat laut ini sekitar 5 mm/ tahun, di sekitar Selat Sunda, dan memiliki kecepatan pergeseran hingga 27 mm/tahun di sekitar Danau Toba. Nilai-nilai besaran pergeseran ini yang memberikan data dasar kuantitatif untuk memperhitungkan rata-rata periode timbulnya gempa-gempa ini yang dapat diperhitungkan untuk memperkirakan perulangan gempabumi besar di setiap segmen. Segmen-segmen Patahan Sumatera atau Patahan Semangko yang telah bergerak menimbulkan gempa besar dalam tahun-tahun sebelumnya. Coba perhatikan, segmen-segmen yang bergerak tidak berurutan lokasinya (ditunjukkan dengan warna kuning pada gambar). Selain lokasi juga terjadinya gempa tidak memiliki selang waktu yang sama sehingga terlihat acak.
Sementara di wilayah pantai di Kota Padang sendiri memiliki tingkat bahaya gempabumi sedang karena pada wilayah ini tidak terdapat sesar aktif dan memiliki nilai PGA yang lebih rendah yaitu 0,7 – 0,8.
Berdasarkan peta bahaya gempabumi (Gambar 2.8) dapat terlihat bahwa seluruh wilayah Kota Padang terpapar oleh bahaya gempabumi. Dari 104 kelurahan yang ada, 89 kelurahan berada di wilayah bahaya sedang, dan 15 kelurahan di wilayah bahaya tinggi. Tabel 2.5 menunjukkan jumlah kelurahan dan luas wilayah yang termasuk dalam kategori bahaya tinggi
89 desa berada di wilayah bahaya sedang dan 115 di kelas bahaya tinggi.
Gambar 2.8 Peta Bahaya Gempabumi di Kota Padang
Kecamatan WilayahLuas (Ha)
Kelas Bahaya Sedang Kelas Bahaya Tinggi Luas
(Ha) Persen dariLuas Total JumlahDesa Luas(Ha) Persen dariLuas Total JumlahDesa
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Bungus Teluk Kabung 8.528 5.791 67,90 5 2.737 32,10 1 Koto Tangah 23.100 5.262 22,78 11 17.838 77,22 2 Kuranji 5.158 1.831 35,50 7 3.327 64,50 2 Lubuk Begalung 2.976 2.976 100,00 15 - 0,00 0 Lubuk Kilangan 8.289 449 5,42 2 7.840 94,58 5 Nanggalo 929 929 100,00 6 - 0,00 0 Padang Barat 546 546 100,00 10 - 0,00 0 Padang Selatan 1.393 1.393 100,00 12 - 0,00 0 Padang Timur 857 857 100,00 10 - 0,00 0 Padang Utara 822 822 100,00 7 - 0,00 0 Pauh 16.085 709 4,40 4 15.377 95,60 5 Total 68.684 21.565 31,40 89 47.119 68,60 15 Tabel 2.5
Luas Wilayah dan Jumlah Desa Terpapar Bahaya Gempabumi menurut Kecamatan dan Kelas Bahaya
Sumber : Hasil Kajian Risiko Bencana Tahun 2012, BNPB
Dari Tabel 2.5 dapat diketahui bahwa sebesar 31,40 persen wilayah Kota Padang masuk dalam kategori bahaya sedang dan 68,60 persen masuk dalam bahaya tinggi. Wilayah Kecamatan Lubuk Begalung memiliki jumlah desa yang paling banyak masuk dalam kelas bahaya sedang yaitu sejumlah 15 desa, kecamatan lain yang juga memiliki jumlah desa yang cukup banyak masuk dalam kelas sedang yaitu Kecamatan Padang Selatan, Koto Tangah, Padang Barat, dan Padang Timur, dimana sebagian besar wilayah tersebut terletak di wilayah pantai yang merupakan pusat kegiatan bisnis di Kota Padang. Sementara untuk kelas bahaya tinggi, wilayah Kecamatan Lubuk Kilangan dan Kecamatan Pauh memiliki jumlah desa sebanyak 5 desa. Meskipun dilihat dari persentase wilayah kelas bahaya tinggi cukup besar yaitu 47.119 Ha atau sebesar 68,60 persen dari wilayah Kota Padang namun sebagian besar wilayah bahaya tersebut berada di wilayah perbukitan yang berdekatan dengan sesar sumatera dimana wilayah
tersebut bukan wilayah padat penduduk ataupun pusat kegiatan di Kota Padang, sehingga apabila terjadi bencana gempabumi maka dampak yang ditimbulkan di wilayah bahaya sedang akan lebih besar dibandingkan di wilayah bahaya tinggi. Hal tersebut akan ditunjukkan dalam pembahasan selanjutnya yaitu kerentanan dan keterpaparan penduduk.
Selain bencana gempabumi, bencana lain yang berpotensi terjadi dan menimbulkan dampak yang besar di Kota Padang adalah bencana tsunami. Kota Padang merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam Kawasan Megathrust Mentawai. Kawasan Megathrust Mentawai adalah bagian dari zona penunjaman Sumatera yang merupakan pertemuan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Kawasan ini merupakan daerah yang memiliki tingkat seismisitas yang sangat tinggi dan menjadi sumber dari beberapa gempabumi besar dengan kekuatan lebih dari
8 SR, bahkan hingga mencapai 9,3 SR dengan periode ulang ratusan tahun.
Dalam dua abad terakhir tercatat ada empat gempabumi besar yang terjadi di zona penunjaman Sumatera, yakni pada tahun 1833 dengan magnitudo 8,8–9,2 SR; pada tahun 1861 dengan magnitudo 8,3– 8,5 SR; pada tahun 2004 dengan magnitudo 9,0–9,3 SR, dan pada tahun 2005 dengan magnitudo 8,7 SR. Beberapa penelitian terakhir mengindikasikan bahwa segmen Mentawai dari Megathrust Sumatera kemungkinan besar akan mengalami peruntuhan (rupture) dalam beberapa dekade ke depan, karena energi yang tertumpuk di lokasi ini sudah terlalu besar. Peruntuhan pada zona penunjaman ini dapat memicu gempabumi besar yang berpotensi menimbulkan kerusakan parah di sebagian besar kota-kota di Pulau Sumatera dan memicu bencana tsunami. Bencana tsunami ini akan mengancam beberapa kabupaten/kota terutama di pesisir barat seperti Kota Sibolga, Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Bengkulu.
Berdasarkan peta bahaya tsunami yang dikeluarkan oleh BNPB, terdapat 3 kelas bahaya tsunami di Kota Padang, yaitu bahaya tinggi, sedang, dan rendah seperti ditunjukkan pada Gambar 2.10. Dari keseluruhan wilayah Kota Padang, sebesar 7.613 Ha atau 19,41 % wilayah Kota Padang masuk dalam wilayah bahaya tinggi. Meskipun kurang dari 20 % luas wilayah Kota Padang secara keseluruhan, akan tetapi jika kita perhatikan pada peta tampak wilayah kelas bahaya tinggi menutupi hampir sebagian besar wilayah pesisir pantai Kota Padang terutama di wilayah pusat-pusat penduduk dan aktifitas masyarakat seperti di wilayah Kecamatan Padang Selatan, Padang Utara, Koto Tangah dan Nanggalo. Sehingga dapat kita bayangkan dampak yang luar biasa jika bencana tsunami terjadi. Wilayah-wilayah yang tidak termasuk dalam bahaya tsunami pada umumnya merupakan wilayah yang memiliki topografi perbukitan seperti di wilayah Kecamatan Lubuk Begalung, Padang Selatan, dan sebagian besar wilayah Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Tabel 2.6 menunjukkan luasan area bahaya dan jumlah desa yang masuk dalam wilayah bahaya berdasarkan tingkatan tinggi, sedang, dan rendah.
Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Jumlah Desa Luas (Ha) Persen dari Luas Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Bungus Teluk Kabung 8.528 5 699 8,20
Koto Tangah 23.100 12 4.161 18,01 Kuranji 2.175 2 253 11,63 Lubuk Begalung 1.242 1 21 1,69 Nanggalo 929 6 794 85,49 Padang Barat 546 10 522 95,66 Padang Selatan 1.260 8 253 20,08 Padang Timur 623 3 218 35,01 Padang Utara 822 7 692 84,19 Total 39.224 54 7.613 19,41 Tabel 2.6
Luas Wilayah dan Jumlah Desa Terpapar Bahaya Tsunami menurut Kecamatan dan Kelas Bahaya a. Kelas Bahaya Tinggi
Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Jumlah Desa Luas (Ha) Persen dari Luas Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Bungus Teluk Kabung 8.528 1 185 2,17
Koto Tangah 23.100 1 79 0,34 Kuranji 2.175 2 154 7,08 Lubuk Begalung 1.242 3 72 5,80 Padang Selatan 1.260 1 49 3,89 Padang Timur 623 2 139 22,32 Total 36.928 10 678 1,86
Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Jumlah Desa Luas (Ha) Persen dari Luas Total
(1) (2) (3) (4) (5) Kuranji 2.175 2 36 1,66 Lubuk Begalung 1.242 3 24 1,93 Padang Selatan 1.260 2 65 5,16 Padang Timur 623 3 64 10,28 Total 5.300 10 189 3,56
Sumber : Hasil Kajian Risiko Bencana Tahun 2012, BNPB
b. Kelas Bahaya Sedang
c. Kelas Bahaya Rendah
Apabila kita perhatikan Tabel 2.6 tampak bahwa kelas bahaya tinggi tsunami di Kota Padang lebih besar dibandingkan kelas bahaya sedang ataupun rendah, hal tersebut disebabkan topografi dari wilayah Kota Padang itu sendiri merupakan dataran yang landai dengan ketinggian berkisar antara 1 sampai dengan 10 m diatas permukaan laut, jarak terdekat dengan wilayah perbukitan bervariasi antara 5 – 10 km dari garis pantai. Dari uraian di atas dapat kita ketahui bahwa wilayah Kota Padang di mana pusat kota dan kegiatan penduduknya berada di wilayah pantai dengan topografi datar merupakan wilayah yang rawan bencana gempabumi dan tsunami yang dapat menimbulkan dampak bencana yang besar terhadap penduduk yang ada di wilayah tersebut.
Kerentanan dan Keterpaparan Penduduk
United Nations International Strategy for Disaster Reduction (UNISDR) mendefinisikan kerentanan sebagai
karakteristik dan kondisi dari sebuah masyarakat, sistem, atau aset yang rentan terhadap efek merusak dari bahaya, sedangkan keterpaparan adalah penduduk, properti, sistem, atau elemen lainnya yang berada di wilayah bahaya yang berpotensi mengalami kerugian. Menghitung keterpaparan termasuk didalamnya antara lain jumlah penduduk atau jenis aset yang ada pada suatu wilayah, adalah memungkinkan jika sebuah elemen terpapar tetapi tidak rentan, untuk menjadi rentan terhadap sebuah peristiwa bahaya yang ekstrim maka elemen tersebut perlu terpapar di dalam wilayah bahaya.
Kerentanan berhubungan dengan elemen-elemen yang terpapar seperti manusia, mata pencaharian, dan aset yang akan menderita atau terdampak bila terkena oleh sebuah atau serangkaian peristiwa bahaya.
Untuk lebih memahami kerentanan dan keterpaparan yang ada di wilayah Kota Padang, pembahasan berikut ini akan lebih menjelaskan beberapa indikator terkait kerentanan dan keterpaparan terhadap bahaya bencana gempabumi dan tsunami yang diperoleh dari hasil penggabungan data Sensus Penduduk 2010 dan Potensi Desa 2011.
Kerentanan dan Keterpaparan Penduduk Terhadap Bahaya Gempabumi
Seperti telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa seluruh penduduk yang tinggal di wilayah Kota Padang terpapar dan rentan terhadap bahaya gempabumi. Terdapat dua kelas bahaya gempabumi yaitu tinggi dan sedang. Berdasarkan hasil perhitungan kajian risiko bencana BNPB tahun 2012, sejumlah 145.086 jiwa atau 17,41 persen dari total penduduk berada pada kelas bahaya tinggi sedangkan 688.476 jiwa atau 82,59 persen berada pada kelas bahaya sedang.
Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Terpapar Persentase Penduduk Terpapar Laki -Laki Perempuan Total Laki-Laki Perempuan Total LakiLaki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Bungus Teluk Kabung 11.762 11.134 22.896 2.728 2.594 5.322 23,19 23,30 23,24 Koto Tangah 81.590 80.489 162.079 10.906 10.840 21.746 13,37 13,47 13,42 Kuranji 62.912 63.817 126.729 22.721 22.486 45.207 36,12 35,24 35,67 Lubuk Begalung 53.715 52.717 106.432 - - - 0,00 0,00 0,00 Lubuk Kilangan 24.563 24.287 48.850 19.849 19.626 39.475 80,81 80,81 80,81 Nanggalo 27.774 29.501 57.275 - - - 0,00 0,00 0,00 Padang Barat 22.862 22.518 45.380 - - - 0,00 0,00 0,00 Padang Selatan 28.910 28.808 57.718 - - - 0,00 0,00 0,00 Padang Timur 38.650 39.218 77.868 - - - 0,00 0,00 0,00 Padang Utara 32.732 36.387 69.119 - - - 0,00 0,00 0,00 Pauh 29.845 29.371 59.216 16.923 16.413 33.336 56,70 55,88 56,30 Total 415.315 418.247 833.562 73.127 71.959 145.086 17,61 17,20 17,41 Tabel 2.7
Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Tabel 2.7 dan Tabel 2.8 menunjukkan jumlah penduduk dan persentase penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin yang terpapar oleh bahaya gempabumi berdasarkan kelas bahayanya.
Dari Tabel 2.7 dapat kita ketahui bahwa dari 5 kecamatan yang masuk dalam wilayah bahaya tinggi, terdapat dua kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terpapar lebih dari 50 persen yaitu Kecamatan Lubuk Kilangan sebesar 80,81 persen atau sejumlah 39.745 jiwa dan di Kecamatan Pauh sebesar 55,88 persen atau sejumlah 33.336 jiwa. Untuk kelas bahaya sedang apabila kita perhatikan dari Tabel 2.8 tampak bahwa semua wilayah Kecamatan di Kota Padang terpapar oleh kelas bahaya ini, ada 6 wilayah kecamatan yang seluruh penduduknya terpapar kedalam kelas bahaya sedang yaitu Kecamatan Lubuk Begalung, Nanggalo,
Padang Utara. Jumlah penduduk yang terpapar di 6 kecamatan tersebut yaitu sejumlah 413.792 jiwa atau 49,64 persen dari total penduduk Kota Padang.
Apabila kita perhatikan secara wilayah, yang ditunjukkan melalui Gambar 2.11 tampak sebaran jumlah penduduk yang terpapar bahaya gempabumi, wilayah dengan jumlah penduduk tinggi yaitu lebih dari 14.000 jiwa, terpapar pada bahaya gempabumi kelas sedang berada di sepanjang wilayah pantai Kota Padang, wilayah tersebut ditunjukkan dengan warna coklat gelap pada peta. Meskipun kelas bahayanya sedang akan tetapi melihat besarnya jumlah jiwa yang terpapar pada wilayah ini maka dibutuhkan perhatian lebih dari pemerintah daerah setempat karena apabila bencana terjadi maka wilayah yang paling parah terdampak kemungkinan besar berada pada wilayah Tabel 2.8
Jumlah Penduduk Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Terpapar Persentase Penduduk Terpapar Laki -Laki Perempuan Total Laki-Laki Perempuan Total LakiLaki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Bungus Teluk Kabung 11.762 11.134 22.896 9.034 8.540 17.574 76,81 76,70 76,76 Koto Tangah 81.590 80.489 162.079 70.684 69.649 140.333 86,63 86,53 86,58 Kuranji 62.912 63.817 126.729 40.191 41.331 81.522 63,88 64,76 64,33 Lubuk Begalung 53.715 52.717 106.432 53.715 52.717 106.432 100,00 100,00 100,00 Lubuk Kilangan 24.563 24.287 48.850 4.714 4.661 9.375 19,19 19,19 19,19 Nanggalo 27.774 29.501 57.275 27.774 29.501 57.275 100,00 100,00 100,00 Padang Barat 22.862 22.518 45.380 22.862 22.518 45.380 100,00 100,00 100,00 Padang Selatan 28.910 28.808 57.718 28.910 28.808 57.718 100,00 100,00 100,00 Padang Timur 38.650 39.218 77.868 38.650 39.218 77.868 100,00 100,00 100,00 Padang Utara 32.732 36.387 69.119 32.732 36.387 69.119 100,00 100,00 100,00 Pauh 29.845 29.371 59.216 12.922 12.958 25.880 43,30 44,12 43,70 Total 415.315 418.247 833.562 342.188 346.288 688.476 82,39 82,80 82,59
Wilayah yang terpapar bahaya kelas tinggi sebagian besar wilayahnya memiliki jumlah jiwa terpapar berkisar antara 1.200 sampai dengan 5.000 jiwa, hanya di beberapa wilayah yang tampak memiliki jumlah jiwa terpapar lebih dari 9.500 jiwa.
Meskipun secara jumlah jiwa terpapar yang ada di kelas bahaya tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan yang ada di kelas bahaya sedang, wilayah-wilayah ini juga perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah daerah setempat karena melihat tingkat bahayanya yang tinggi yang memungkinkan munculnya bahaya lain seperti tanah longsor, selain itu kondisi topografi di wilayah ini berupa perbukitan sehingga akses untuk pemberian bantuan menuju daerah ini juga relatif lebih sulit.
Berikutnya kita akan melihat kerentanan dari segi kelompok umur. Berdasarkan kelompok umur dapat dipilah kelompok yang rentan terhadap bahaya bencana, yaitu kelompok umur 0-4 tahun (balita) dan kelompok umur 60 tahun keatas (lansia). Kedua kelompok umur tersebut termasuk kedalam kelompok rentan karena apabila terjadi bencana kelompok tersebut pasti membutuhkan bantuan dari orang lain baik untuk menyelamatkan diri atau evakuasi, seperti kelompok balita dan anak-anak yang harus dibantu oleh orang tuanya ketika evakuasi, dan juga kelompok lansia yang biasanya sedikit banyak responnya kurang begitu cepat dalam penyelamatan diri dan juga membutuhkan bantuan orang lain untuk memberi petunjuk ataupun bantuan lain pada saat evakuasi. Tabel 2.9 dan Tabel 2.10 menunjukkan jumlah jiwa terpapar berdasarkan kelompok umur usia 0-4 tahun (balita) berdasarkan kelas bahaya.
Bangunan yang hancur akibat gempabumi di Padang.
Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Terpapar Persentase Penduduk Terpapar Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Bungus Teluk Kabung 1.288 1.229 2.517 300 301 601 23,29 24,49 23,88 Koto Tangah 7.955 7.385 15.340 1.246 1.143 2.389 15,66 15,48 15,57 Kuranji 6.149 5.672 11.821 2.296 2.127 4.423 37,34 37,50 37,42 Lubuk Begalung 5.300 5.133 10.433 - - - -Lubuk Kilangan 2.640 2.480 5.120 2.159 1.984 4.143 81,78 80,00 80,92 Nanggalo 2.488 2.311 4.799 - - - -Padang Barat 1.745 1.642 3.387 - - - -Padang Selatan 2.835 2.639 5.474 - - - -Padang Timur 3.169 3.142 6.311 - - - -Padang Utara 2.363 2.261 4.624 - - - -Pauh 2.759 2.570 5.329 1.560 1.446 3.006 56,54 56,26 56,41 Total 38.691 36.464 75.155 7.561 7.001 14.562 19,54 19,20 19,38 Tabel 2.9
Jumlah Penduduk Usia 0-4 Tahun Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Terpapar Persentase Penduduk Terpapar Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Bungus Teluk Kabung 1.288 1.229 2.517 932 876 1.808 72,36 71,28 71,83 Koto Tangah 7.955 7.385 15.340 6.527 6.066 12.593 82,05 82,14 82,09 Kuranji 6.149 5.672 11.821 3.831 3.524 7.355 62,30 62,13 62,22 Lubuk Begalung 5.300 5.133 10.433 5.220 5.055 10.275 98,49 98,48 98,49 Lubuk Kilangan 2.640 2.480 5.120 473 488 961 17,92 19,68 18,77 Nanggalo 2.488 2.311 4.799 2.480 2.304 4.784 99,68 99,70 99,69 Padang Barat 1.745 1.642 3.387 1.529 1.445 2.974 87,62 88,00 87,81 Padang Selatan 2.835 2.639 5.474 2.710 2.529 5.239 95,59 95,83 95,71 Padang Timur 3.169 3.142 6.311 3.127 3.102 6.229 98,67 98,73 98,70 Padang Utara 2.363 2.261 4.624 2.180 2.085 4.265 92,26 92,22 92,24 Pauh 2.759 2.570 5.329 1.198 1.123 2.321 43,42 43,70 43,55 Total 38.691 36.464 75.155 30.206 28.597 58.803 78,07 78,43 78,24 Tabel 2.10
Jumlah Penduduk Usia 0-4 Tahun Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Berdasarkan Tabel 2.9 dapat kita ketahui bahwa sejumlah 14.562 jiwa atau 19,38 persen dari keseluruhan balita terpapar bahaya gempabumi kelas tinggi, di mana persentase yang cukup tinggi berada di Kecamatan Lubuk Kilangan dan Pauh yaitu masing-masing sebesar 82,96 persen dan 49,22 persen dari jumlah balita yang ada. Sedangkan untuk kelas bahaya sedang persentase balita yang terpapar jumlahnya jauh lebih tinggi yaitu sebesar 58.803 jiwa atau sebesar 78,24 persen dari jumlah balita yang ada seperti ditunjukkan pada Tabel 2.10. Terdapat 5 kecamatan yang memiliki jumlah balita terpapar lebih dari 90 persen pada kelas bahaya sedang, yaitu Kecamatan Lubuk Begalung, Nanggalo, Padang Selatan, Padang Timur, dan Padang Utara. Dengan melihat data tersebut dapat kita ketahui bahwa persentase jumlah balita yang terpapar lebih banyak berada di wilayah bahaya sedang yang mana
merupakan wilayah yang padat penduduk dan berada di wilayah pesisir Kota Padang.
Tabel 2.11 dan Tabel 2.12 menunjukkan jumlah penduduk usia 60 tahun ke atas (lansia) yang terpapar bahaya gempabumi. Berdasarkan hasil perhitungan peta kajian risiko bencana jumlah lansia yang terpapar pada kelas bahaya tinggi sejumlah 7.158 jiwa atau 14,93 persen dari jumlah lansia yang ada sedangkan kelas bahaya sedang sejumlah 39.360 jiwa atau 82,12 persen. Beberapa kecamatan yang memiliki persentase jumlah jiwa terpapar lansia yang cukup tinggi adalah Kecamatan Lubuk Begalung, Nanggalo, Padang Selatan, dan Padang Timur dengan persentase lebih dari 90 persen, atau dapat dikatakan bahwa hampir sebagian besar lansia yang ada di wilayah Kota Padang terpapar bahaya gempabumi kelas sedang.
Tabel 2.11
Jumlah Penduduk Usia 60 Tahun Ke Atas Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Terpapar Persentase Penduduk Terpapar Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Bungus Teluk Kabung 586 718 1.304 148 210 358 25,26 29,25 27,45 Koto Tangah 3.932 4.784 8.716 554 698 1.252 14,09 14,59 14,36 Kuranji 2.911 3.808 6.719 971 1.212 2.183 33,36 31,83 32,49 Lubuk Begalung 2.394 3.068 5.462 - - - -Lubuk Kilangan 1.019 1.328 2.347 868 1.079 1.947 85,18 81,25 82,96 Nanggalo 1.760 2.177 3.937 - - - -Padang Barat 1.614 2.176 3.790 - - - -Padang Selatan 1.547 2.027 3.574 - - - -Padang Timur 2.126 2.907 5.033 - - - -Padang Utara 1.852 2.317 4.169 - - - -Pauh 1.270 1.611 2.881 627 791 1.418 49,37 49,10 49,22 Total 21.011 26.921 47.932 3.168 3.990 7.158 15,08 14,82 14,93
Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Terpapar Persentase Penduduk Terpapar Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Bungus Teluk Kabung 586 718 1.304 411 478 889 70,14 66,57 68,17 Koto Tangah 3.932 4.784 8.716 3.273 3.960 7.233 83,24 82,78 82,99 Kuranji 2.911 3.808 6.719 1.931 2.583 4.513 66,33 67,83 67,17 Lubuk Begalung 2.394 3.068 5.462 2.362 3.022 5.384 98,66 98,50 98,57 Lubuk Kilangan 1.019 1.328 2.347 150 248 398 14,72 18,67 16,96 Nanggalo 1.760 2.177 3.937 1.757 2.173 3.930 99,83 99,82 99,82 Padang Barat 1.614 2.176 3.790 1.445 1.942 3.387 89,53 89,25 89,37 Padang Selatan 1.547 2.027 3.574 1.488 1.952 3.440 96,19 96,30 96,25 Padang Timur 2.126 2.907 5.033 2.097 2.867 4.964 98,64 98,62 98,63 Padang Utara 1.852 2.317 4.169 1.669 2.090 3.759 90,12 90,20 90,17 Pauh 1.270 1.611 2.881 643 820 1.463 50,63 50,90 50,78 Total 21.011 26.921 47.932 17.225 22.134 39.360 81,98 82,22 82,12 Tabel 2.12
Jumlah Penduduk Usia 60 Tahun Ke Atas Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Kedua kelompok umur tersebut merupakan kelompok umur yang rentan terkena dampak dari bahaya bencana gempabumi. Mengingat jumlahnya yang cukup besar tersebut pemerintah perlu memberikan perhatian khusus terhadap kelompok ini seperti dengan memberikan penyuluhan, pelatihan atau simulasi respon kesiapsiagaan menghadapi bahaya bencana melalui sekolah-sekolah, dan penyuluhan kepada rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga lansia untuk lebih memberikan perhatian khusus seperti memberikan prioritas dan bantuan ketika
proses evakuasi atau penyelamatan diri dilakukan.
Indikator lain yang dapat digunakan sebagai indikator kerentanan dari hasil penggabungan data Sensus Penduduk 2010 dan Potensi Desa 2011 adalah jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan dan rumah tangga dengan anggota rumah tangga berjumlah 1 orang dan berumur 60 tahun ke atas. Tabel kedua indikator tersebut ditunjukkan pada Tabel 2.13 dan Tabel 2.14.
Dengan melihat Tabel 2.13 dapat kita ketahui bahwa dari sejumlah 33.967 rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan sebanyak 29.473 rumah tangga terpapar bahaya sedang dan 4.494 terpapar bahaya tinggi, atau masing-masing sebesar 86,77 persen dan 13,23 persen. Dari jumlah rumah tangga yang terpapar kelas bahaya sedang dapat kita ketahui bahwa sebanyak 6 kecamatan terpapar 100 persen, dan untuk kelas bahaya tinggi hanya 1 kecamatan yang terpapar lebih dari 50 persen yaitu di Kecamatan Lubuk Kilangan sejumlah 84,03 persen. Rumah tangga yang dikepalai oleh
perempuan termasuk kedalam kelompok rentan karena pada umumnya perempuan memiliki respons yang lebih lama dibanding laki-laki dalam proses penyelamatan diri dari bahaya, selain itu perempuan didalam rumah tangga biasanya sudah disibukkan dengan urusan rumah tangga seperti memasak, mengasuh anak, dan pekerjaan rumah tangga lainnya, sehingga fokus untuk persiapan penyelamatan diri dari bahaya bencana juga berkurang.
Sebaran dari jumlah rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan dapat dilihat pada Tabel 2.13.
Tabel 2.13
Jumlah Rumah Tangga dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan
Kecamatan
Rumah Tangga dengan Kepala Rumah Tangga
Perempuan
Terpapar Bahaya Persentase Kelas Sedang Kelas Tinggi Kelas Sedang Kelas Tinggi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Bungus Teluk Kabung 545 393 152 72,11 27,89
Koto Tangah 4.860 4.257 603 87,59 12,41 Kuranji 4.341 3.127 1.214 72,03 27,97 Lubuk Begalung 3.480 3.480 100,00 -Lubuk Kilangan 1.296 207 1.089 15,97 84,03 Nanggalo 2.856 2.856 - 100,00 -Padang Barat 2.383 2.383 - 100,00 -Padang Selatan 2.064 2.064 - 100,00 -Padang Timur 3.570 3.570 - 100,00 -Padang Utara 5.697 5.697 - 100,00 -Pauh 2.875 1.439 1.436 50,05 49,95 Total 33.967 29.473 4.494 86,77 13,23
Gambar 2.12 Peta Bahaya Tsunami Kota Padang
Kecamatan
Rumah Tangga dengan Anggota Rumah Tangga Berjumlah 1 Orang dan
Berumur 60 Tahun Ke Atas
Terpapar Bahaya Persentase
Kelas Sedang Kelas Tinggi Kelas Sedang Kelas Tinggi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Bungus Teluk Kabung 72 51 21 70,83 29,17
Koto Tangah 464 374 90 80,60 19,40 Kuranji 358 192 166 53,63 46,37 Lubuk Begalung 229 229 - 100,00 -Lubuk Kilangan 124 26 98 20,97 79,03 Nanggalo 147 147 - 100,00 -Padang Barat 206 206 - 100,00 -Padang Selatan 195 195 - 100,00 -Padang Timur 193 193 - 100,00 -Padang Utara 181 181 - 100,00 -Pauh 172 70 102 40,70 59,30 Total 2.341 1.864 477 79,62 20,38 Tabel 2.14
Jumlah Rumah Tangga dengan Anggota Rumah Tangga Berjumlah 1 Orang dan Berumur 60 Tahun Ke Atas
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Kerentanan lain yang juga ada di wilayah Kota Padang adalah adanya rumah tangga yang hanya berisikan 1 orang dan berusia lebih dari 60 tahun. Rumah tangga tersebut lebih rentan karena orang yang sudah lanjut usia biasanya memerlukan bantuan dari orang lain untuk menyelamatkan diri dan memberikan petunjuk untuk evakuasi, dengan tinggal sendiri membuatnya jauh lebih rentan lagi, karena ketika terjadi bencana tidak akan ada orang terdekat yang akan memberikan bantuan atau pertolongan melainkan hanya dirinya sendiri.
Tabel 2.14 menunjukkan jumlah rumah tangga dengan
anggota rumah tangga berjumlah 1 orang dan berusia 60 tahun ke atas yang terpapar oleh bahaya kelas sedang dan tinggi. Hampir sama dengan kelompok rentan lainnya, sebagian besar rumah tangga ini terdapat di daerah perkotaan di mana terpapar bahaya kelas sedang dengan persentase mencapai 79,62 persen atau sejumlah 1.864 rumah tangga, dari 11 kecamatan di Kota Padang terdapat 6 kecamatan yang 100 persen rumah tangga dalam kategori ini terpapar bahaya sedang yaitu Kecamatan Lubuk Begalung, Nanggalo, Padang Barat, Padang Selatan, Padang Timur, dan Padang Utara. Di mana semua kecamatan tersebut berada di wilayah pantai atau berbatasan langsung dengan laut.
Apabila kita perhatikan data pada kelas bahaya tinggi, terdapat 2 kecamatan yang memiliki persentase lebih dari 50 persen rumah tangga dengan anggota rumah tangga berjumlah 1 orang dan berumur 60 tahun ke atas, kecamatan tersebut adalah Kecamatan Lubuk Kilangan dan Pauh dengan persentase sebesar 79,03 persen dan 59,30 persen atau sejumlah 98 dan 102 rumah tangga. Meskipun jumlah rumah tangga ini populasinya tidak terlalu besar bila dibandingkan total jumlah rumah tangga yang ada di Kota Padang hanya berkisar 1,2 persen namun mengingat tingkat kerentanan yang begitu tinggi pemerintah perlu memberikan perhatian khusus terhadap kelompok ini, karena bukti menunjukkan bahwa banyak dari anggota kelompok umur anak-anak dan lansia yang menjadi
korban ketika bencana terjadi.
Selain kelompok rentan yang telah disebut di atas ada kelompok rentan lain yang juga perlu diperhatikan yaitu kelompok penyandang cacat, kelompok ini perlu mendapatkan perhatian karena merupakan kelompok yang rentan menjadi korban ketika bencana terjadi, individu di dalam kelompok ini membutuhkan bantuan dari orang lain untuk evakuasi atau penyelamatan diri dari bahaya bencana. Tabel 2.15 dan 2.16 menunjukkan jumlah penyandang cacat yang terpapar oleh bahaya gempabumi kelas tinggi dan sedang, dengan jumlah jiwa terpapar untuk penyandang cacat pada kelas bahaya tinggi sejumlah 824 jiwa dan 4.583 jiwa untuk kelas bahaya sedang.
Kecamatan Jumlah Penduduk
Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi
Persentase Usia < 5 Usia 60+ Penyandang Cacat RT dengan Kepala RT Perempuan RT dengan Usia 60 + Sendirian Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Bungus Teluk Kabung 22.896 601 358 40 152 21 1.172 5,12 Koto Tangah 162.079 2.389 1252 141 603 90 4.475 2,76 Kuranji 126.729 4.423 2183 305 1.214 166 8.291 6,54 Lubuk Begalung 106.432 - 0 - 0 -Lubuk Kilangan 48.850 4.143 1947 175 1.089 98 7.452 15,25 Nanggalo 57.275 - 0 - 0 -Padang Barat 45.380 - 0 - 0 -Padang Selatan 57.718 - 0 - 0 -Padang Timur 77.868 - 0 - 0 -Padang Utara 69.119 - 0 - 0 -Pauh 59.216 3.006 1418 163 1.436 102 6.125 10,34 Total 833.562 14.562 7.158 824 4.494 477 27.515 3,30 Tabel 2.15
Jumlah Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Tinggi
Kecamatan Jumlah Penduduk
Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang
Persentase Usia < 5 Usia 60+ Penyandang Cacat Kepala RT Perempuan RT dengan Usia 60 + Sendirian Total (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
Bungus Teluk Kabung 22.896 1.808 889 197 393 51 3.338 14,58 Koto Tangah 162.079 12.593 7.233 722 4.257 374 25.179 15,54 Kuranji 126.729 7.355 4.513 532 3.127 192 15.719 12,40 Lubuk Begalung 106.432 10.275 5.384 647 3.480 229 20.015 18,81 Lubuk Kilangan 48.850 961 398 37 207 26 1.629 3,33 Nanggalo 57.275 4.784 3.930 397 2.856 147 12.114 21,15 Padang Barat 45.380 2.974 3.387 542 2.383 206 9.492 20,92 Padang Selatan 57.718 5.239 3.440 502 2.064 195 11.440 19,82 Padang Timur 77.868 6.229 4.964 570 3.570 193 15.526 19,94 Padang Utara 69.119 4.265 3.759 343 5.697 181 14.245 20,61 Pauh 59.216 2.321 1.463 94 1.439 70 5.387 9,10 Total 833.562 58.803 39.360 4.583 29.473 1.864 134.083 16,09 Tabel 2.16
Jumlah Kelompok Rentan Terpapar Bahaya Gempabumi Kelas Sedang
Sumber : Pengolahan Data Sensus Penduduk 2010, BPS
Pada Tabel 2.15 dan Tabel 2.16 dapat kita ketahui persentase kelompok rentan yang terpapar bahaya gempabumi kelas tinggi dan sedang yaitu masing-masing sebesar 3,30 persen dan 16,09 persen atau sejumlah 27.515 dan 134.083 jiwa. Dari jumlah tersebut apabila kita perhatikan lebih detil lagi dapat kita ketahui bahwa kelompok rentan yang paling besar proporsinya terpapar bahaya gempabumi adalah kelompok anak-anak usia kurang dari 5 tahun dengan jumlah keseluruhan mencapai 73.365 jiwa atau sebesar 8,80 persen dari total jumlah penduduk Kota Padang.
Berdasarkan Tabel 2.15, Tabel 2.16, dan Gambar 2.12 di samping dapat juga kita ketahui bahwa kelompok
rentan lainnya yang terpapar dalam jumlah cukup besar adalah jumlah lansia yaitu penduduk dengan usia 60 tahun ke atas sebesar 46.518 jiwa atau sebesar 5,58 persen dari total jumlah penduduk Kota Padang. Hal tersebut perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah setempat terutama dalam hal kesiapsiagaan bencana sehingga dapat disusun program-program kesiapsiagaan dalam menghadapi bahaya bencana sesuai dengan kelompok rentan yang prioritas seperti penyusunan program sekolah aman, pendidikan sadar bencana sejak usia dini, pelibatan anak-anak dan lansia dalam simulasi kesiapsiagaan, dan program-program lainnya yang efektif dalam membangun kesadaran akan pentingnya kesiapsiagaan dan pengurangan risiko bencana.