• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi komparasi perilaku kegiatan konsumsi sehari hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta di kota Yogyakarta tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi komparasi perilaku kegiatan konsumsi sehari hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta di kota Yogyakarta tahun 2013"

Copied!
264
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KOMPARASI PERILAKU KEGIATAN KONSUMSI

SEHARI-HARI ANTARA SISWA SMA NEGERI DAN SMA

SWASTA DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh: Dwi Haryanti NIM : 091324011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas berkat dan kasih karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu. Kupersembahkan karya ini untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menolong, mambantu, dan memnyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Kedua Orang Tua ku, Bapak Hardi Susanto dan Ibu Elisabeth Samijem yang selalu memberikan semangat, motivasi, kasih sayang serta Do’a yang tiada henti-hentinya dihaturkan untuk mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

3. Kakak ku tercinta Sergius Eko Hartasan yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada penulis, semoga Tuhan memberikan kesembuhan untuk kakinya sehingga dapat menghadiri acara wisuda penulis nantinya.

4. Pacarku tersayang Ardy Wiranata Panjaitan yang telah memberikan motivasi, dukungan, semangat, dan pinjaman motor sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian sampai skripsi selesai.

(6)

MOTTO

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa

depan dengan ketakutan; tapi lihatlah sekitar anda dengan penuh

kesadaran.

(James Thurber)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak

menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka

menyerah.

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Oktober 2013

(8)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Dwi Haryanti

Nomor Mahasiswa : 091324011

Demi majunya ilmu pengetahuan dan pendidikan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Studi Komparasi Perilaku Kegiatan Konsumsi Sehari-Hari antara Siswa SMA Negeri

dan SMA Swasta di Kota Yogyakarta Tahun 2013”. Dengan demikian saya memberikan karya ilmiah kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 25 Oktober 2013

Yang menyatakan

(9)

ABSTRAK

STUDI KOMPARASI PERILAKU KEGIATAN KONSUMSI SEHARI-HARI ANTARA SISWA SMA NEGERI DAN SMA SWASTA DI KOTA

YOGYAKARTA TAHUN 2013

Dwi Haryanti Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi pengetahuan tentang ekonomi, status sosial ekonomi, media massa, dan lingkungan pergaulan terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

Penelitian ini adalah penelitian komparatif yang dilaksanakan di SMA Negeri 8 Yogyakarta, SMA Negeri 11 Yogyakarta, SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, dan SMA Bopkri 2 Yogyakarta. Populasi dari penelitian berjumlah 940 siswa. Sampel diambil dengan teknik sampel acak atau random, jumlah sampel sebanyak 200 siswa. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan analisis regresi linier berganda dan uji beda rata-rata (chi kuadrat).

(10)
(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kasih atas segala berkat-Nya sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Studi Komparasi Perilaku kegiatan konsumsi Sehari-hari antara Siswa SMA Negeri Dan SMA Swasta Di Kota Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat, dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si dan Bapak Y.M.V Mudayen S.Pd., M.Sc selaku dosen pembimbing dalam menyelesaikan skripsi.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi serta para staf karyawan USD Yogyakarta yang telah memberikan bimbingan dan pelayanan selama penulis belajar di USD.

(12)

6. Kedua orang tua ku, Bapak Hardi Susanto dan Ibu Elisabeth Samijem yang selalu memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis.

7. Kakak ku tercinta Sergius Eko Hartasan yang telah mendukung dan memberikan semangat kepada penulis, semoga Tuhan memberikan kesembuhan untuk kakinya sehingga dapat menghadiri acara wisuda penulis nantinya.

8. Kakek, Nenek, dan Saudara-saudaraku, yang sangat aku sayangi.

9. Sahabat-Sahabatku yang sangat aku cintai Faustina Ita Soke, Rahmawati, Widya Wanti, Hanun Prastiwi, Hesti Eka Yulia, Agustina Handayani, Putri Indah, Kylla, Mb Asri, Mb Eta, Anton, Doly, Oky, cangly, Niko, Bosmen,

Cungkring, K’Hendrik, K’Tinus, dan teman-teman PE semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10.Pacarku tersayang Ardy Wiranata Panjaitan yang telah memberikan motivasi, dukungan, semangat, dan pinjaman motor sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian sampai skripsi selesai.

11.Teman-teman penghuni Kost Dahlia 1, terima kasih atas kerjasamanya dan dukungannya.

12.Ibu Kost Dahlia 1, terima kasih atas bimbingan, saran, motovasi, dukungan, dan kebaikan hati serta kemurahan hatinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan tenang di kost.

(13)

14.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat di sebut satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... .. viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... . xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 13

(15)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Deskripsi Teori ... 16

1. Perilaku Kegiatan Konsumsi ... 16

2. Pendidikan ... 26

3. Sekolah ... 28

4. Pengetahuan Tentang Ekonomi ... 35

5. Status Sosial Ekonomi ... 37

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ... 51

1. Variabel Perilaku Kegiatan Konsumsi ... 52

2. Variabel Pengetahuan Tentang Ekonomi ... 53

3. Variabel Status Sosial Ekonomi ... 54

4. Variabel Media Massa... 58

5. Variabel Lingkungan Pergaulan ... 59

F. Instrumen Penelitian... 60

1. Uji Validitas ... 60

2. Uji Reliabilitas ... 64

(16)

H. Analisis Data ... 70

1. Uji Prasyarat ... 70

2. Uji Asumsi Klasik ... 72

3. Uji Hipotesis ... 75

I. Uji Beda Rata-rata ... 81

BAB IV HASIL TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN ... 83

A. Gambaran Umum Sekolah ... 83

1. SMA Negeri 8 Yogyakarta... 83

2. SMA Negeri 11 Yogyakarta... 85

3. SMA Pangudi Luhur Yogyakarta... 88

4. SMA Bopkri 2 Yogyakarta ... 91

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 92

1. Analisis Deskriptif ... 92

2. Analisis Data ... 101

3. Pengujian Hipotesis ... 109

4. Pembahasan ... 117

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 139

1. Kesimpulan ... 139

2. Keterbatasan Penelitian ... 141

3. Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 143

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Skoring Berdasarkan Skala Likert ... 52

Tabel 3.2 Kisi-kisi Intrumen untuk Mengukur Perilaku Kegiatan Konsumsi ... 52

Tabel 3.3 Variabel Pengetahuan Tentang Ekonomi ... 53

Tabel 3.4 Variabel Status Sosial EKonomi ... 54

Tabel 3.4.1 Pendidikan Orang tua (Ayah) ... 54

Tabel 3.5 Variabel Media Massa ... 58

Tabel 3.6 Variabel Lingkungan Pergaulan... 59

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Kegiatan konsumsi ... 61

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Validitas Variabel Media Massa ... 62

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Validitas Variabel Lingkungan Pergaulan ... 63

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Penelitian ... 65

Tabel 3.11 Mean Pengetahuan Tentang Ekonomi Siswa ... 67

Tabel 3.12 Mean Status Sosial Ekonomi Orang tua (Ayah) ... 68

Tabel 3.13 Mean Media Massa ... 68

Tabel 3.14 Mean Lingkungan Pergaulan ... 69

Tabel 3.15 Mean Perilaku Kegiatan Konsumsi ... 69

Tabel 3.16 Uji Statistik Durbin Watson ... 75

Tabel 3.17 Uji Hipotesis Negeri... 76

Tabel 3.18 Uji Hipotesis Swasta ... 77

Tabel 4.1 Deskriptif Frekuensi Pengetahuan Tentang Ekonomi Siswa SMA Negeri dan SMA Swasta ... 92

(18)

dan SMA Swasta ... 98

Tabel 4.4 Deskriptif Frekuensi Lingkungan Pergaulan Siswa SMA Negeri dan SMA Swasta ... 99

Tabel 4.5 Deskriptif Frekuensi Perilaku Kegiatan Konsumsi Siswa SMA Negeri dan SMA Swasta ... 100

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Negeri ... 102

Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas Negeri ... 103

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolonearitas ... 105

Tabel 4.9 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 106

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 108

Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji Asumsi Klasik ... 108

Tabel 4.12 Pengujian Hipotesis ... 109

Tabel 4.13 Pengujian Hipotesis secara Bersama-sama untuk SMA Negeri ... 113

Tabel 4.14 Pengujian Hipotesis secara Bersama-sama untuk SMA Swasta ... 114

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang selalu memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhannya semaksimal mungkin untuk mendapatkan utilitas atau manfaat yang besar dari kegiatan konsumsi yang dilakukannya. Pemenuhan kebutuhan sudah menjadi harga mutlak yang harus dilakukan agar kelangsungan hidup seseorang tidak terganggu. Dalam pemenuhan kebutuhan terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, hal ini yang dikatakan sebagai tindakan ekonomi.

(20)

Remaja yang sekolah di SMA Swasta tidak jauh berbeda dengan remaja di SMA Negeri. Siswa SMA Negeri juga melakukan kegiatan ekonomi dalam mengonsumsi, memproduksi, dan distribusi. Remaja SMA Negeri masih wajar dalam mengonsumsi barang dan jasa, karena orang tua (Ayah) yang berada di golongan menengah kebawah.

Konsumsi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan ekonomi. Hampir seluruh masyarakat melakukannya, tidak terkecuali para siswa SMA Negeri dan SMA Swasta. Kegiatan ekonomi konsumsi dilakukan sehari-hari oleh para siswa yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring berjalannya waktu banyak siswa SMA Negeri dan SMA Swasta yang melakukan kegiatan konsumsi barang dan jasa baik yang dipakai sekali saja maupun barang yang dapat dipakai beberapa kali.

Banyak para remaja jaman sekarang yang melakukan kegiatan konsumsi barang dan jasa yang berlebihan. Bisa kita lihat bagaimana remaja menggunakan fasilitas yang ada untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melihat dari segi fashion

(21)

Selain fashion, style juga bisa menjadi perbandingan antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta. Style atau gaya yang melekat pada siswa SMA Negeri dan SMA Swasta sangat terlihat dalam perilaku sehari-hari. Misalnya makanan, biasanya siswa SMA Negeri mau makan di tempat apa saja berbeda dengan siswa SMA Swasta harus memilih tempat yang enak misalnya KFC. Selain makanan, tempat bermain atau nongkrong remaja jaman sekarang juga berbeda.

Semakin banyaknya trend masa kini maka remaja melakukan konsumsi yang berlebihan walaupun barang tersebut tidak dibutuhkan, mereka hanya ingin mengikuti mode, ingin mencoba produk baru, dan supaya tidak dianggap ketinggalan jaman. Remaja biasanya mudah tergoda dengan iklan, suka ikut-ikutan teman, dan cenderung boros dalam menggunakan uangnya, lebih mudah terpengaruh teman sebaya dalam hal berperilaku dan biasanya lebih mementingkan gengsinya untuk membeli barang-barang bermerk agar mereka dianggap tidak ketinggalan jaman. Remaja sangat mudah dipengaruhi oleh faktor yang ada di luar dirinya seperti keluarga, lingkungan pergaulan, teman sebaya dan teman sekolah.

(22)

sangat dibutuhkan oleh siapa saja tidak mengenal usia, tempat, gender, suku, pendidikan, dan lain-lain.

Pengetahuan tentang ekonomi telah mengubah remaja untuk mengonsumsi barang dan jasa yang dibutuhkan. Remaja akan mengikuti pola pengetahuan ekonomi yang baik atau yang buruk bagi dirinya sendiri. Ketika remaja memenuhi kebutuhannya, mereka belajar untuk menjelaskan merubah pola perilaku konsumsinya yang konsumtif. Pengetahuan tentang ekonomi berpengaruh dengan perilaku kegiatan ekonomi remaja, karena remaja yang paham materi ekonomi maka kemungkinan besar akan membatasi pola konsumsi yang berlebihan dan mengonsumsi barang dan jasa yang mereka butuhkan.

(23)

Status sosial ekonomi dapat dilihat dari pendidikan orang tua (Ayah), jenis pekerjaan orang tua (Ayah), dan pendapatan orang tua (Ayah). Orang tua (Ayah) yang berpendidikan mudah dalam mencari pekerjaan sehingga akan mendapatkan penghasilan yang layak guna untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan berpengaruh pada uang saku siswa. Kaitan antara status sosial ekonomi dengan perilaku kegiatan ekonomi siswa sehari-hari berpengaruh pada uang saku siswa. Status sosial ekonomi Orang tua (Ayah) siswa ada yang berada ditingkat tinggi, sedang, dan rendah. Uang saku yang diberikan oleh masing-masing orang tua (Ayah) kepada anaknya pasti berbeda, tergantung kondisi ekonomi orang tua (Ayah). Siswa yang uang sakunya pas-pasan maka akan lebih mendahulukan kebutuhan dari pada keinginan untuk mengonsumsi barang yang kurang bermanfaat. Berbeda dengan siswa yang mendapat uang saku lebih, siswa tersebut bisa mengonsumsi barang yang dibutuhkan dan barang yang di inginkan tanpa memikirkan manfaat kedepannya.

(24)

kerudung, anrok panjang, dan baju panjang sehingga siswa tersebut kurang bisa mengekpresikan dirinya di sekolahan. Sekolah negeri dikenal dengan biaya yang murah karena sebagian biaya ditanggung oleh pemerintah.

Media massa dapat dilihat dari media elektronik dan media cetak. Media elektronik misalnya internet, HP, televisi, dan lain-lain. Sedangkan media cetak majalah, tabloid, surat kabar, buletin, dan lain-lain. Kaitan antara media massa dengan perilaku kegiatan ekonomi sangat berpengaruh untuk remaja karena media massa memberikan banyak penawaran barang dan jasa yang sedang populer dikalangan remaja dengan memberikan kemudahan dalam memperoleh barang dan jasa tertentu, sehingga dapat menyebabkan remaja menjadi konsumtif. Misalnya pesan terlebih dahulu melalui sistem on-line di internet. Dengan berbagai media massa yang beranekaragam dan canggih membuat siswa SMA Negeri dan SMA Swasta mudah mendapatkan informasi yang di inginkan terutama informasi tentang barang dan jasa yang mereka butuhkan.

(25)

tempat tinggal. Terkadang di dalam lingkungan tempat tinggal banyak sekali godaan untuk melakukan kegiatan konsumsi.

Teman bergaul berpengaruh terhadap pola perilaku kegiatan ekonomi remaja dalam mengonsumsi barang dan jasa. Pengaruh teman dalam pergaulan remaja lebih besar daripada pengaruh orang tua dalam memberikan pertimbangan untuk mengonsumsi barang dan jasa tertentu, kerena pendapat teman lebih berarti daripada orang tua. Teman bergaul lebih mengerti mengenai barang dan jasa yang akan dikonsumsi, memberikan penilaian dan pertimbangan mengenai baik dan buruk karena mereka memiliki kesamaan dalam hal tertentu yaitu sama-sama berada di usia remaja. Remaja senang sekali berkelompok dengan memiliki kesamaan-kesamaan, misalnya menyukai merk barang dan jasa yang sama, memiliki hobi yang sama, memiliki kebiasaan yang sama dalam mengonsumsi barang-barang yang sedang populer, dan sama-sama suka dengan barang-barang yang unik/langka.

(26)

berlebihan mengonsumsi barang dan jasa. Perilaku kegiatan ekonomi antara masyarakat kota dan masyarakat desa sangat berbeda.

Kesadaran akan perilaku konsumtif tidak terlepas dari keberadaan media yang cenderung memberikan informasi akan mode terkini tentang gaya hidup. Namun tidak terlepas dari realitas kehidupan sehari-hari kita yang menunjukan kemajuan teknologi yang canggih, memungkinkan dapat melihat apa saja yang terjadi. Siswa SMA Negeri dan SMA Swasta yang berperilaku konsumtif rela mengeluarkan uangnya hanya untuk menjaga gengsi di lingkungan pergaulannya. Baik itu masalah makanan, minuman, pakaian, dan hiburan. Hal ini dikarenakan agar setiap orang dianggap eksis dalam lingkungan pergaulannya.

(27)

yang boros akan menimbulkan kecemburuan sosial, mengurangi kesempatan untuk menabung, cenderung tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang.

Banyak yang menganggap bahwa siswa SMA Negeri dan SMA Swasta ibarat anak kandung dan anak tiri atau tangan kanan dan tangan kiri. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian tentang studi komparasi perilaku kegiatan ekonomi sehari-hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta, yaitu ingin membandingkan perilaku kegiatan ekonomi yaitu konsumsi, produksi, dan distribusi sehari-hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta. Dalam hal ini yang menjadi dasar komparasi peneliti adalah peneliti ingin mengetahui sekolah mana yang cenderung lebih dominan mempengaruhi perilaku kegiatan ekonomi siswa SMA Negeri dan SMA Swasta dalam mengonsumsi, memproduksi, dan mendistribusikan barang dan jasa.

(28)

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah ada kontribusi pengetahuan tentang ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta?

2. Apakah ada kontribusi status sosial ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta?

3. Apakah ada kontribusi media massa terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta?

4. Apakah ada kontribusi lingkungan pergaulan terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta?

5. Apakah ada kontribusi pengetahuan tentang ekonomi, status sosial ekonomi, media massa, dan lingkungan pergaulan terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta?

6. Apakah ada perbedaan perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta?

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Perilaku Kegiatan Konsumsi

(29)

membeli (pakaian, aksesoris, kosmetik) karena menarik, siswa mengonsumsi makanan dan minuman favorit sehari-hari, siswa mengonsumsi makanan seperti: KFC, Burger, Mc Donalds, dan makanan cepat saji. Alat yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah kuesioner.

2. Pengetahuan Tentang Ekonomi

Pengetahuan tentang ekonomi adalah pemahaman siswa tentang materi ekonomi untuk melakukan kegiatan ekonomi yaitu konsumsi, produksi, dan distribusi sehari-hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta. Pengetahuan tentang ekonomi dapat diukur dengan melihat nilai raport mata pelajaran ekonomi semester genap baik SMA Negeri maupun SMA Swasta di Kota Yogyakarta sesuai dengan sampel yang telah ditentukan oleh peneliti.

3. Status Sosial Ekonomi

(30)

cara memilih salah satu tingkat pendidikan yang diambil oleh orang tua (Ayah) yaitu SD, SMP, SMA, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3. Sedangkan jenis pekerjaan orang tua (Ayah) dapat diukur dengan melihat orang tua (Ayah) berada pada tingkat pendidikan apa sehingga dapat menentukan jenis pekerjaan yang sesuai. Misalnya buruh, wiraswasta, PNS. Alat yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah kuesioner.

4. Media massa

Media massa adalah alat yang digunakan siswa SMA Negeri maupun SMA Swasta untuk mendapatkan berbagai informasi yang ingin diketahuinya yang akan mempengaruhi kegiatan konsumsinya. Variabel media massa diukur dengan menggunakan 4 indikator yakni televisi, HP, internet, dan tabloid. Cara mengukur media televisi yaitu siswa menonton acara di televisi untuk hiburan, siswa menggunakan produk yang di iklankan di televisi. Media komunikasi HP dapat diukur dengan cara siswa menggunakan HP untuk membuka situs online shop di internet, siswa menggunakan HP untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan tugas sekolah. Cara mengukur media Internet yaitu siswa menggunakan internet untuk mencari tugas sekolah, siswa menggunakan internet sebagai sarana hiburan seperti: games on-line dan download lagu, video dan memlihat situs

(31)

(fashion). Alat yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah kuesioner.

5. Lingkungan pergaulan

Lingkungan pergaulan adalah tempat siswa berada dan bergaul dalam lingkungan sosial yang akan mempengaruhi perilaku kegiatan konsumsi siswa SMA Negeri dan SMA Swasta baik secara langsung maupun tidak langsung. Variabel lingkungan pergaulan diukur dengan menggunakan 2 indikator meliputi lingkungan tempat tinggal (keluarga), dan teman bergaul. Cara mengukur lingkungan tempat tinggal yaitu siswa diberi kebebasan oleh keluarga untuk membeli (pakaian, kosmetik, makanan, dan handphone), siswa ditemani keluarga saat berbelanja. Sedangkan teman bergaul dapat diukur yaitu siswa dan teman-teman menggunakan produk yang diiklankan di televisi, siswa memakai (pakaian, aksesoris, sepatu, kosmetik, dan makanan) karena saran dari teman. Alat yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah kuesioner.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

(32)

2. Untuk mengetahui kontribusi status sosial ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

3. Untuk mengetahui kontribusi media massa terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

4. Untuk mengetahui kontribusi lingkungan pergaulan terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

5. Untuk mengetahui kontribusi pengetahuan tentang ekonomi, status sosial ekonomi, media massa, dan lingkungan pergaulan terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

6. Untuk mengetahui perbedaan perilaku kegiatan konsumsi antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi di perpustakaan Universitas Sanata Dharma dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya.

2. Bagi Sekolah

(33)

3. Bagi Siswa

Para siswa khususnya siswa IPS diharapkan dapat menerapkan ilmu ekonomi diluar pelajaran yang bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain.

4. Bagi Mahasiswa

(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Perilaku Kegiatan Konsumsi

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain, perilaku pada umumnya dimotivasi oleh suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Kebutuhan ataupun keinginan setiap orang sangat banyak, apabila dihitung tidak akan ada habis-habisnya. Oleh karena itu, dalam kehidupan selalu dihadapkan dengan berbagai alternatif pilihan dan harus selalu melakukan pilihan sehubungan dengan sumber daya yang tersedia. Di dalam kegiatan ekonomi ada berbagai kegiatan yakni konsumsi, produksi, dan distribusi, maka konsumsi tidak dapat dipisahkan dari kegiatan ekonomi.

a. Pengertian Konsumsi

Dalam kehidupan sehari-hari, istilah konsumsi biasa dikaitkan dengan makanan, minuman, dan pakaian yang diperlukan untuk melakukan kegiatan tertentu. Dalam ilmu ekonomi, pengertian konsumsi tidak hanya terbatas pada persoalan makan, minum, dan pakaian, tetapi menyangkut semua kebutuhan hidup di masyarakat baik kebutuhan rohani maupun jasmani.

(35)

kegiatan.html). Konsumsi yang lebih bijaksana artinya adanya keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran/konsumsi seseorang, baik secara rutin maupun harian, mingguan, bulanan serta tahunan. Jangan sampai besar pasak dari pada tiang. Lebih besar pengeluaran dari pada pendapatan. Pendapatan masyarakat yaitu balas jasa dari pihak produsen, karena masyarakat telah menyerahkan faktor produksi, misalnya tenaga kerja, maka balas jasa yang diterima masyarakat tersebut adalah gaji atau upah.

(36)

b. Perilaku Konsumsi

Menurut Adji (2007: 94) bila dilihat dari segi pertimbangan rasional (akal sehat), perilaku konsumen dalam berbelanja dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Perilaku Konsumsi Rasional

Perilaku konsumsi rasional adalah perilaku konsumen yang didasari atas pertimbangan rasional (nalar) dalam mengonsumsi suatu produk. Suatu pembelian dapat dikatakan rasional, bila dasar pertimbangannya adalah sebagai berikut:

a) Produk tersebut mampu memberikan kegunaan optimal (optimum utility) bagi konsumen

b) Produk tersebut benar-benar dibutuhkan konsumen c) Mutu produk terjamin

d) Harga terjangkau dan sesuai dengan kemampuan konsumen yang membeli

2) Perilaku Konsumsi Tidak Rasional (Irrasioanl)

Perilaku konsumsi tidak rasional adalah sebuah tindakan dalam berbelanja dapat dikatakan tidak rasioanl bila seseorang konsumen memutuskan membeli barang tanpa pertimbangan yang baik. Dadar perilaku konsumsi tidak rasional adalah sebagai berikut:

a) Membeli barang hanya kerena tertarik dengan iklan

(37)

c) Membeli barang hanya karena obral atau untuk memperoleh bonus d) Konsumsi hanya untuk pamer atau gengsi, bukan karena kebutuhan

akan barang tersebut.

Rasional atau tidaknya seseorang konsumen dalam melakukan tindakan konsumsi sangat dipengaruhi oleh:

a) Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka cenderung semakin rasional pilihan yang dibuat orang tersebut. Sebaliknya, bila orang tersebut memiliki pendidikan yang rendah maka seringkali pengambilan keputusan dalam membeli barang tidak rasional. b) Tingkat Kedewasaan

Semakin dewasa seseorang, maka orang tersebut cenderung semakin bijaksana dalam bertindak. Kedewasaan tidak berhubungan dengan usia, ada orang dewasa yang tingkat pemikirannya masih seperti anak-anak, atau sebaliknya. Meskipun demikian memang orang yang usianya lebih tua diharapkan memiliki tingkat kedewasaan yang lebih.

c) Kematangan Emosional

(38)

Menurut Sukwiaty (2009: 29) perilaku konsumen dalam konsumsi pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain, perilaku pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Kebutuhan merupakan alasan-alasan yang melandasi perilaku. Kebutuhan ataupun keinginan setiap orang sangat banyak, apabila dihitung tidak akan ada habis-habisnya. Oleh karena itu, dalam hidup individu selalu dihadapkan dengan berbagai alternatif pilihan dan harus selalu melakukan pilihan sehubungan dengan sumber daya yang tersedia. Konsep pilihan merupakan perilaku konsumen yang mendasar. Konsep dasar perilaku konsumen menyatakan bahwa pada umumnya konsumen selalu berusaha untuk mencapai kepuasan yang maksimal dari pemakaian benda.

c. Ciri-ciri barang konsumsi

Menurut Sukwiaty (2009: 28) ciri barang konsumsi adalah:

1) Barang yang dikonsumsi adalah barang yang dihasilkan oleh manusia. 2) Barang yang dikonsumsi ditujukan langsung untuk memenuhi

kebutuhan hidup.

(39)

d. Tujuan Konsumsi

Menurut Sukwiaty (2009: 28) tujuan kegiatan konsumsi adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup secara langsung. Hal itu berarti, bahwa penggunaan barang diluar tujuan tersebut tidak dapat dimasukkan sebagai kegiatan konsumsi.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi

Menurut Wahyu Adji (2007: 92) faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi konsumen dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Faktor Internal a) Pendapatan

Pendapatan konsumen berpengaruh pada besarnya konsumsi yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan konsumen, konsumsi cenderung semakin besar. Sebaliknya, konsumen yang berpendapatan rendah biasanya tidak akan banyak melakukan kegiatan konsumsi karena daya belinya juga rendah. Pendapatan dan konsumsi dapat digambarkan dengan rumus sebagai berikut:

Di mana: Y = pendapatan C = konsumsi S = tabungan

(40)

b) Motivasi

Setiap orang mempunyai motivasinya sendiri-sendiri dalam melakukan kegiatan konsumsi. Ada yang melakukan kegiatan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan yang benar-benar diperlukan. Namun ada pula orang yang membeli barang hanya karena ikut-ikutan orang lain, padahal ia tidak membutuhkannya. Sebagian lain mengonsumsi barang atau jasa tertentu demi memperlihatkan status sosial atau gengsi.

c) Sikap dan kepribadian

Sikap dan kepribadian individu juga mempengaruhi perilaku konsumsinya. Orang yang hemat hanya akan membeli barang-barang yang telah direncanakan. Orang yang menyukai barang-barang antik akan berani membeli barang-barang kuno dengan harga tinggi, sementara orang yang tidak menyukai barang antik, tidak akan mau memiliki barang tersebut meskipun diberi gratis.

d) Selera

(41)

2) Faktor Eksternal a) Kebudayaan

Kebudayaan yang terdapat di suatu daerah berpengaruh pada pola konsumsi masyarakat di daerah tersebut. Di Jepang dan Cina, orang makan dengan menggunakan sumpit. Sedangkan di negara barat, sendok dan garpu seringkali ditemani pisau. Tidak heran bila konsumsi sumpit di Jepang dan Cina lebih tinggi daripada di negara barat.

b) Status sosial

Status atau posisi seseorang di dalam masyarakat dengan sendirinya akan membentuk pola konsumsi orang tersebut.

c) Harga barang

Sudah menjadi hukum ekonomi bahwa bila harga barang naik, konsumsi akan menurun dan bila harga barang rendah maka konsumsi akan tinggi.

Menurut Gilarso (2001: 112) Faktor-faktor yang ikut mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengonsumsi barang dan jasa adalah sebagai berikut:

1) Faktor Individu

(42)

Lingkungan yang mempengaruhi tidak hanya apa yang dikonsumsikan, tetapi juga kapan, berapa, model-modelnya, dan sebagainya.

2) Faktor Ekonomi

Selain harga barang, pendapatan konsumen, dan adanya substitusi, ada beberapa hal lain yang ikut berpengaruh terhadap permintaan seseorang/keluarga yaitu:

a) Lingkungan fisik (panas, dingin, basah, kering) b) Kekayaan yang sudah dimiliki

c) Pandangan/harapan mengenai penghasilan di masa yang akan datang

d) Besarnya keluarga (keluarga inti, program KB)

e) Tersedia tidaknya kredit murah untuk konsumsi (koperasi, bank) 3) Faktor Sosial

Orang hidup dalam masyarakat, dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Gaya hidup orang kaya menjadi contoh yang suka ditiru oleh golongan masyarakat lainnya (demonstration effect) padahal pola konsumsi golongan kaya sebagian hanya untuk pamer (conspicuous consumption)barang dibeli justru karena mahal. Dalam masyarakat kita

unsur “tidak mau kalah dengan tetangga” masih sangat kuat dan

(43)

4) Faktor Kebudayaan

Pertimbangan berdasarkan agama dan adat kebiasaan dapat membuat keputusan untuk konsumsi jauh berbeda dengan apa yang diandaikan dalam teori. Misalnya keperluan korban, pakaian adat, peringatan hari (ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000) bagi orang yang sudah meninggal, kebiasaan berhutang, dan sebagainya.

Menurut Gilarso (2002: 63) besarnya pola konsumsi tergantung dari banyak faktor, antara lain:

1) Besarnya pendapatan keluarga yang tersedia (setelah dipotong pajak dan potongan-potongan lain)

2) Besarnya keluarga dan susunannya (jumlah anak, umur anak) 3) Taraf pendidikan dan status sosial dalam masyarakat

4) Lingkungan sosial ekonomi (desa, kota kecil, kota besar) 5) Agama dan adat kebiasaan

6) Musim (panen/paceklik, masa ujian/pendaftaran sekolah) 7) Kebijakan dalam mengatur keuangan keluarga

8) Pengaruh psikologi (mode-mode terbaru, pandangan masyarakat tentang apa yang menaikkan gengsi)

9) Harta kekayaan yang dimiliki (tanah, rumah, uang)

(44)

pola konsumsinya. Pengeluaran dalam sejumlah keluarga ada yang berpenghasilan rendah dan ada juga keluarga yang berpenghasilan cukup kaya. Keluarga yang miskin hampir seluruh penghasilannya akan habis digunakan untuk kebutuhan primer yaitu makanan, sedangkan keluarga yang cukup kaya jumlah pengeluaran uang untuk kebutuhan primer juga akan bertambah banyak.

2. Pendidikan

Menurut UU RI No 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia sertaa keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendapat Van Cleve Morris dalam Dachnel (1988: 5) mengatakan bahwa pendidikan adalah studi filosofis karena ia menjadi alat atau lembaga yang melayani masyarakat mencapai hari depan yang lebih baik. Menurut John Dewey dalam Dachnel (1988: 5) Pendidikan adalah jika kita mau memahami pendidikan sebagai proses pembentukan watak, intelek dan emosi yang sifatnya mendasar ke arah alam dan sesama manusia, maka filsafat dapat ditentukan sebagai teori umum dari pendidikan.

(45)

sekolah-sekolah, tetapi mencakup semua pengalaman-pengalaman belajar. Seluruh pengalaman itu adalah suatu proses dan melalui proses itulah seseorang memperoleh pengertian/pemahaman tentang dirinya sebagaimana ia mengerti lingkungannya.

a. Jalur Pendidikan

Menurut UU RI No 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi 3 pilar: 1) Jalur Formal

a) Pendidikan dasar

Pendidikan dasar mencakup Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (Mts) atau bentuk lain yang sederajat.

b) Pendidikan Menengah

Pendidikan Menengah terdiri atas Pendidikan Menengah Umum dan Pendidikan Menengah Jurusan seperti : SMA, SMK, MA, atau bentuk lain yang sederajat.

c) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi dapat berbentuk : Akademik, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut dan Universitas.

2) Jalur Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

(46)

b. Jenis Pendidikan

Menurut UU RI No 20 Tahun 2003, jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan mencakup umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

3. Sekolah

Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat pembelajaran yang sengaja didesain (by design) sesuai dengan spesifikasi masing-masing berdasarkan tingkatan dan orientasi bidang yang dipelajari. Di dalanya terdapat dua komponen utama, yaitu guru sebagai pendidik dan peserta didik sebagai pihak yang terdidik (Arifin, 2012: 16). Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan, tempat guru mengajar dan tempat murid belajar, maka terjadilah proses belajar mengajar, dimana para murid meningkatkan serta memperkembangkan:

a. Ilmu pengetahuan dan teknologi

(47)

c. Tata pergaulan/hubungan (manusia dengan manusia, manusia dengan masyarakat, manusia dengan lingkungan, dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa)

d. Hasil karya (teknologi, keterampilan, kesenian dll).

Sekolah sebagai masyarakat belajar adalah sekolah yang merupakan pusat nilai-nilai yang disepakati sebagai terpuji, dikehendaki, berguna serta perlu ditaruhkan bagi kehidupan warga, masyarakat dan negara, dan karenanya dianggap perlu dibiasakan kepada anak didik sedini mungkin mengenal, memahami, manggali, menyadari, menguasai, menghayati, dan belajar mengamalkannya melalui proses belajar mengajar di sekolah (Depdikbud, 1984: 3). Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, ia diciptakan oleh masyarakat untuk masyarakat itu sendiri, guru-gurunya adalah warganegara anggota masyarakat biasa, murid-muridnya juga datang dari keluarga biasa, yang lebih banyak menggunakan waktunya di luar sekolah daripada di dalam sekolah, dan sedikit kekecualian mereka mencoba menempatkan diri mereka sendiri di dalam tata-susuan yang sudah ada (Beeby, 1981: 293).

(48)

dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan sebagai manusia, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat.

a. Tujuan dan Fungsi Sekolah

Arifin (2012: 56) mengatakan bahwa tujuan diturunkan dari misi. Tujuan adalah keinginan yang hendak dicapai di masa yang akan datang dan digambarkan secara umum serta bersifat relatif tidak mengenal batas waktu. Tujuan sekolah harus dirumuskan dalam kerangka visi dan misi sekolah. Dalam merumuskan tujuan sekolah hendaknya Permendiknas No. 19 Tahun 2007 dalam Arifin (2012: 56):

1) Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahun)

2) Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat

3) Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah dan pemerintah

4) Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah

(49)

Rawita (2011: 60) menyatakan sekolah berfungsi menyiapkan generasi muda yang kelak mampu mempertahankan eksistensi bangsa yang memiliki kebudayaan berbeda dengan bangsa lain. Bahkan dengan lebih terperinci Nasution (1983) dalam Rawita (2011: 60), menyatakan sekolah di Indonesia berfungsi untuk mempertahankan norma-norma sosial, seperti struktur keluarga, agama, filosofi bangsa untuk mencegahterjadinya perubahan yang dapat mengancam kesatuan bangsa.

b. SMA Negeri dan SMA Swasta

(50)

Berdasarkan penyelenggaraannya, sekolah di Indonesia dibagi menjadi dua yaitu sekolah negeri dan sekolah swasta. Perbedaan lain antara sekolah negeri dan swasta terletak pada biaya pendidikan. Sekolah negeri dikatakan lebih murah dibandingkan sekolah swasta. Biaya pendidikan di sekolah negeri dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat pada umunya. Hal ini tentulah dikarenakan adanya dana subsidi dari pemerintah, sedangkan sekolah swasta seluruh dana operasional sekolah sebagian besar dibebankan kepada para peserta didik.

(51)

Bicara mengenai perbedaan dilihat dari segi perencanaan kurikulumnya. Untuk sekolah negeri, sekolah ini memiliki perencanaan yang teratur dan sangat terjadwal, dan pelaksanaannya juga serentak dengan sekolah-sekolah negeri lainnya. Tapi sekolah swasta memiliki perencanaan kurikulum yang berbeda dan tidak teratur, kemudian pelaksanaannya pun tidak serentak dengan sesama sekolah swasta. Hal-hal seperti ini biasanya bisa membuat siswa malas jika jadwalnya tidak teratur. Meski kurikulumnya tidak teratur, sekolah swasta memiliki strategi pembelajaran yang baik, yaitu tidak terkesan biasa-biasa saja dan membosankan. Terkadang kegiatan pembelajaran dilakukan di luar kelas. Selain itu sekolah swasta ini pembelajarannya menonjolkan ke sistem diskusi (guru ke murid, murid ke guru). Hal ini dapat menumbuhkan suatu interaksi yang baik antara guru dan murid. Sedangkan di sekolah negeri, lebih menonjolkan kemampuan setiap individu. Biasanya di dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah

negeri, menggunakan sistem “siapa maju dapat nilai”. Tentu hal ini akan

menjadi suatu motivasi untuk tiap murid untuk berani tampil sendiri.

c. Iklim SMA Negeri dan SMA Swasta

(52)

Rawita (2011:61) Iklim sekolah dapat didefinisikan sebagai kondisi dan berbagai persepsi dari variabel organisasi yang diperkirakan mempengaruhi fungsi organisasi, seperti semangat guru dan gaya kepemimpinan utama. Guru memegang peranan penting karena guru merupakan tenaga pendidik dan pengajar yang berhubungan langsung dengan peserta didik. Guru sebagai pengajar dan pendidik tidak hanya berperan mentransformasi ilmu pengetahuan melalui proses belajar mengajar, tetapi juga menyangkut pembinaan perkembangan kesadaran dan mental peserta didik terhadap segala hal yang mungkin akan terjadi. Agar fungsi tersebut bisa dijalankan dengan baik dan sempurna diperlukan beberapa aspek iklim sekolah yaitu:

1. Interaksi, yakni interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan guru, peserta didik dengan karyawan, dan peserta didik dengan peserta didik lain.

2. Aktivitas

3. Kondisi sekolah, maksudnya kondisi sarana dan prasarana sekolah untuk menjalankan kegiatan keagamaan, meliputi sarana ibadah, tempat diskusi, ceramah, seminar dan dialog, serta sarana lain yang mendukung.

(53)

SMA negeri dan SMA swasta memiliki iklim yang berbeda dimana perbedaan yang ada di dalamnya dapat mempengaruhi perkembangan karakter siswanya.

4. Pengetahuan Tentang Ekonomi

Para ahli psikologi kognitif membagi pengetahuan kedalam pengetahuan deklaratif (declarative knowledge) dan pengetahuan prosedur (procedural knowledge). Pengetahuan deklaratif adalah fakta subjektif yang diketahui oleh seseorang. Arti subjektif disini adalah pengetahuan seseorang tersebut mungkin tidak selalu harus sesuai dengan realitas yang sebenarnya. Sedangkan pengetahuan prosedur adalah pengetahuan mengenai bagaimana fakta-fakta tersebut digunakan (Sumarwan, 2002: 120).

(54)

apa yang diketahui. Salah satu unsur utama yang menipu dan menghalangi kita untuk sampai pada pengetahuan sejati adalah pengalaman indrawi kita.

Sukwiaty (2009: 120) Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani

oikonomia. Oikos berarti rumah tangga, sedangkan nomos berarti aturan.

Oikonomia mengandung arti aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga. Paul A. Samuelson seorang ahli ekonomi dari Amerika Serikat dalam bukunya Economics mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai suatu studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih cara menggunakan sumber daya yang langka memproduksi berbagai komoditas, untuk kemudian menyalurkannya, baik saat ini maupun di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Maka dapat disimpulkan bahwa ilmu ekonomi menyangkut hal-hal sebagai berikut:

a. Ekonomi sangat erat kaitannya dengan perilaku individu dan masyarakat. b. Adanya sumber daya yang langka, tetapi memiliki beberapa alternatif

penggunaan.

c. Kegiatan ekonomi terdiri dari produksi, distribusi (penyaluran), dan konsumsi.

d. Konsumen bisa saja dalam bentuk masyarakat kelompok atau individu.

(55)

dibandingkan dengan pengorbanan/biaya yang dikeluarkan, atau suatu cara bertindak yang berusaha mencapai hasil tertentu dengan pengeluaran pengorbanan/biaya sewajarnya atau sesedikit mungkin (tidak lebih dari yang sewajarnya). Ilmu ekonomi secara sistematis mempelajari gejala-gejala dan tingkah laku manusia dalam masyarakat yang muncul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan sumber daya yang terbatas itu (Gilarso, 2002: 34). Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang mengetahui tentang ekonomi akan paham dan mudah melakukan kegiatan ekonomi baik konsumsi, produksi, dan distribusi sehingga mereka tidak termasuk ke dalam pola konsumtif yang hanya menghabiskan pendapatan untuk mengonsumsi barang dan jasa yang sebenarnya kurang atau tidak dibutuhkan.

5. Status Sosial Ekonomi

(56)

digunakan secara bergantian untuk menggambarkan perbedaan kelas atau status di dalam masyarakat (Sumarwan, 2002: 218).

Status pekerjaan akan menentukan kelas sosial seseorang. Status sosial seseorang akan ditentukan oleh keluarga di mana ia tinggal. Pekerjaan yang dilakukan orangtua, baik ayah atau ibu akan menentukan kelas sosial. Di daerah pedesaan di mana penghargaan terhadap guru masih sangat tinggi, maka status pekerjaan sebagai seorang guru dianggap sebagai kelas sosial yang sangat baik atau kelas atas. Status pekerjaan sangat menentukan pendapatan seseorang. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya memperoleh pekerjaan yang baik, dan pekerjaan yang baik akan mendatangkan pendapatan yang lebih baik. Kelas sosial sebenarnya menggambarkan suatu konsep yang kontinus, yaitu suatu penggolongan kelas dari yang paling rendah sampai yang paling atas (Sumarwan, 2002: 220).

(57)

Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berfikir, cara pandang bahkan persisnya terhadap suatu masalah. Konsumen yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk maupun merek. Pendidikan yang berbeda akan menyebabkan selera konsumen juga berbeda (Sumarwan, 2002: 200).

Pendapatan merupakan imbalan yang diterima oleh seseorang konsumen dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah. Pendapatan umumnya diterima dalam bentuk uang. Pendapatan adalah sumber daya material yang sangat penting bagi konsumen. Karena dengan pendapatan itulah konsumen bisa membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli dari seseorang konsumen. Daya beli akan menggambarkan banyaknya produk dan jasa yang bisa dibeli dan dikonsumsi oleh seorang konsumen dan seluruh anggota keluarganya (Sumarwan, 2002: 204).

(58)

oleh total jumlah pendapatan dari semua anggota rumah tangga tersebut (Sumarwan, 2002: 204).

6. Media Massa

Kata media massa berasal dari medium dan massa, kata "medium" berasal dari bahasa Latin yang menunjukkan adanya berbagai sarana atau saluran yang diterapkan untuk mengkomunikasikan ide, gambaran, perasaan dan yang pada pokoknya semua sarana aktivitas mental manusia. Kata "massa" yang berasal dari daerah Anglosaxon berarti instrumen atau alat yang pada hakikatnya terarah kepada semua saja yang mempunyai sifat massif. Tugasnya adalah sesuai dengan sirkulasi dari berbagai pesan atau berita, menyajikan suatu tipe baru dari komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan fundamental dari masyarakat dewasa ini. Media memang bisa dijadikan saluran apa saja, yang baik maupun yang buruk, yang benar maupun yang salah (Hanitzch, 2010: 210). Mengingat betapa luasnya lingkungan pengaruh media, kritisi media Goran Hedebro dalam Hanitzch, (2010: 86) mengatakan, media adalah pembentukan kesadaran sosial yang pada akhirnya menentukan persepsi orang terhadap dunia dan masyarakat tempat mereka hidup.

(59)

dalam beberapa jenis yakni surat kabar, majalah berita, majalah khusus, newsletter, dll. Masing-masing jenis itu berbeda satu sama lain dalam penyajian tulisan dan rubriknya. Sedangkan media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses kontennya. Isi dari jenis media massa ini umumnya disebarluaskan melalui suara (audio) atau gambar dan suara (audio-visual) dengan menggunakan teknologi elektro. Yang menjadi kekuatan dari media elektronik tidak hanya pada tata tulis berita, tapi juga pada tata suara penyiar yang harus enak didengar.

Televisi telah menjadi medium yang sangat banyak menciptakan budaya populer. Televisi adalah medium iklan yang banyak digunakan oleh para produsen, karena jangkauannya yang luas dan kemampuan audio dan visualnya dalam menyampaikan iklan (Sumarwan, 2002: 184). Televisi sendiri bukan satu-satunya media iklan yang sangat menentukan. Walaupun televisi memiliki kemampuan yang tidak dimiliki oleh media massa mana pun, namun dengan menonton iklan televisi tidak menjadi otomatis seseorang dapat menentukan keputusannya. Akan tetapi juga tidak dipungkiri bahwa media televisi menjadi satu-satunya media legitimasi yang luar biasa dibandingkan dengan media-media lainnya (Bungin, 2008: 4).

(60)

ketik manual untuk menulis surat, tetapi sekarang mereka menggunakan komputer untuk menulis dokumen, mengolah data, dan mengolah informasi. Kehadiran teknologi internet menyebabkan pengguna komputer bisa berhubungan dengan dunia luar yang melewati batas-batas geografi, negara, budaya, dan batas sosial (Sumarwan, 2002: 190).

Internet sering disebut dengan dunia maya, yaitu dunia yang tidak nyata tetapi konsumen bisa berhubungan dengan dunia tersebut. Setiap lembaga apapun dari berbagai negara atau perorangan bisa membuat situs tentang lembaga atau informasi pribadi, yang kemudian situs tersebut bisa diakses oleh siapa pun melalui internet. Inilah yang dikenal sebagai WWW atau World Wide Web.

Kehadiran WWW di internet memungkinkan setiap konsumen bisa mencari atau memperoleh dan mengakses informasi mengenai apapun di internet (Sumarwan, 2002: 191).

(61)

7. Lingkungan Pergaulan

Dalam konteks perilaku konsumen, konsep lingkungan pergaulan atau faktor sosial merupakan gagasan yang sangat penting dan berpengaruh besar. Lingkungan pergaulan adalah setiap orang atau sekelompok orang yang dianggap sebagai dasar perbandingan bagi seseorang dalam membentuk nilai-nilai dan sikap umum atau khusus. Konsep dasar ini memberikan prespektif yang berharga untuk memahami pengaruh orang lain terhadap kepercayaan, nilai, dan perilaku konsumsi seseorang.

Lingkungan merupakan tempat berinteraksi mahluk hidup. Sedangkan

menurut “Peter dan Olson” yang dikutip oleh Sumarwan, 2011:323, mengartikan

lingkungan sebagai “the enfironment refres to all the physical and social

caracteristich of a consumer’s external world, including physical object (product

and stores), spatial relationship (location of stores and products in store), and

social behafior of other pople (who is around and what they are doing)”.

Berdasarkan definisi tersebut, lingkungan konsumen terbagi menjadi:

a. Lingkungan Tempat Tinggal

(62)

Anggota keluarga akan saling mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pembelian produk dan jasa.

b. Teman Bergaul

Menurut Sumarwan (2011: 308), konsumen membutuhkan teman atau sahabat sesamanya. Memiliki teman atau sahabat merupakan naluri dari konsumen sebagai mahluk sosial. Teman dan sahabat bagi seorang konsumen akan memenuhi beberapa kebutuhan konsumen: kebutuhan akan kebersamaan, kebutuhan rasa aman, dan kebutuhan untuk mendiskusikan berbagai masalah ketika konsumen enggan untuk membicarakannya kepada orang tua (Ayah) atau saudara kandung. Konsumen memiliki teman adalah tanda bahwa ia telah membina hubungan sosial dengan dunia luar. Pendapat dan kesukaan teman sering kali mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen dalam membeli dan memilih produk atau merek. Kelompok persahabatan adalah kelompok informal dan mungkin bisa berbentuk kelompok primer maupun sukunder.

B. Kerangka Berfikir

(63)

Keterangan:

X1 = Pengetahuan Tentang Ekonomi X2 = Status Sosial Ekonomi

X3 = Media Massa

X4 = Lingkungan Pergaulan Y = Perilaku Kegiatan Ekonomi

C. Hipotesis Penelitian

Menurut Sekaran dalam Noor (2005:79), hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkap dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan landasan teori diatas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh pengetahuan tentang ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

2. Terdapat pengaruh status sosial ekonomi terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

X1

X2

X3

Y

(64)

3. Terdapat pengaruh media massa terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

4. Terdapat pengaruh lingkungan pergaulan terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

5. Terdapat pengaruh pengetahuan tentang ekonomi, status sosial ekonomi, media massa, dan lingkungan pergaulan terhadap perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

6. Terdapat perbedaan perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

D. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Elisabet Rina Wahyuni (2006)

Penelitian yang dilakukan Elisabet Rina Wahyuni (2006) meneliti tentang: pengaruh status sosial ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orang tua terhadap pola konsumsi remaja. Kasus: siswa kelas X dan XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

Tujuan penelitian Elisabet Rina Wahyuni (2006) adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh status sosial ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan, dan pola pengasuhan orang tua secara bersama-sama terhadap pola konsumsi remaja.

(65)

normalitas, dan uji linearitas), uji asumsi klasik (uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas), dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukan:

a. Status sosial ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orang tua secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap pola konsumsi remaja (Fhit = 4,374, Sig = 0,005)

b. Hipotesis didukung sebagian, variabel status sosial ekonomi orang tua (βSSE =

0,274, SigSSE = 0,080), dan lingkungan pergaulan (βLP = -0,004, SigLP = 0,951)

tidak berpengaruh terhadap pola konsumsi remaja, sedang pola pengasuhan

orang tua (βPP = -0,244, SigSEE = 0,002) berpengaruh positif terhadap pola

konsumsi remaja

c. Pengaruh status sosial ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan dan pola pengasuhan orang tua secara bersama-sama terhadap pola konsumsi remaja sebesar 6,6 % sedangkan sisanya 93,4 % dipengaruhi oleh faktor lain.

2. Penelitian Namira Suada Bachrie

Penelitian yang dilakukan Namira Suada Bachrie (2009) meneliti tentang: hubungan jenis sekolah dan identifikasi nilai moral individualisme terhadap kesadaran sosial siswa SMA di Jakarta.

Tujuan penelitian Namira Suada Bachrie (2009) adalah untuk melihat hubungan antara jenis sekolah dengan identifikasi nilai moral individualisme terhadap kesadaran sosial siswa SMA di Jakarta.

(66)

bentuk kesadaran sosial. Teknik analisis yang digunakan adalah pengujian reliabilitas. Seluruh dimensi bentuk kesadaran sosial dalam SAI memiliki tingkat

reliabilitas yang baik, berkisar antara α = 0,74 sampai α = 0,84. Hasil penelitian

Namira Suada Bachrie (2009) menunjukkan bahwa:

a. Terdapat hubungan yang berarti antara jenis sekolah dengan kesadaran sosial siswa SMA negeri dalam menunjukkan bentuk kesadaran sosial yang merujuk kepada diri mereka sebagai target penilaian.

b. Secara keseluruhan, tidak terdapat hubungan yang berarti antara identifikasi nilai moral individualisme dengan kesadaran sosial siswa SMA.

(67)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian komparatif. Menurut Sugiyono (2009:36), metode penelitian komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan perilaku kegiatan konsumsi sehari-hari antara siswa SMA Negeri dan SMA Swasta.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri dan SMA Swasta Kota Yogyakarta. Alasan peneliti memilih lokasi di Kota Yogyakarta dalam penelitian ini adalah:

1) Lokasi SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Yogyakarta cukup strategis untuk dijangkau sehingga secara tidak langsung memberikan kemudahan bagi peneliti untuk melakukan penelitian.

(68)

b. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada awal bulan Juli hingga akhir bulan Agustus 2013.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Yogyakarta. Adapun pemilihan sekolah

didasarkan pada keunggulan akreditasi “A” masing-masing sekolah yang telah dipilih secara acak. Empat (4) dari lima puluh satu (51) sekolah yang telah dipilih secara acak yaitu SMA Negeri 11 Yogyakarta dengan jumlah 256 siswa, SMA Negeri 8 Yogyakarta dengan jumlah 264 siswa, SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan jumlah 210 siswa, dan SMA Bopkri 2 Yogyakarta dengan jumlah 210 siswa. Jadi total populasi 940 siswa dari 4 sekolah. Sekolah SMA Negeri dan SMA Swasta di Kota Yogyakarta ada 51 sekolah, yang di dalamnya ada 12 SMA

Negeri dan 39 SMA Swasta. Dari 51 sekolah tersebut yang berakreditasi “A” ada

43 sekolah baik SMA Negeri maupun SMA Swasta.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

(69)

melakukan penelitian di masing-masing sekolah. Penentuan sampel yang peneliti gunakan adalah secara random (acak). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan cluster sampling (teknik klaster). Sukardi (2003: 61),

cluster sampling ini memilih sampel bukan didasarkan pada individu, tetapi lebih didasarkan pada kelompok, dan daerah yang secara alami berkumpul bersama. Dalam hal ini yang akan dijadikan populasi adalah siswa kelas XI dari 4 sekolah yang telah ditentukan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar kuesioner. Kuesioner adalah menyebarkan daftar pernyataan kepada responden yang nantinya akan membantu peneliti dalam pengambilan data.

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran

(70)

Tabel. 3.1.

Catatan: skala likert diatas digunakan untuk jawaban responden pada pernyataan bagian II (perilaku kegiatan konsumsi), bagian IV (media massa), dan bagian V (lingkungan pergaulan).

1. Variabel Perilaku Kegiatan Konsumsi

Tabel. 3.2.

Kisi-Kisi Instrumen Untuk Mengukur Perilaku Kegiatan Konsumsi No Dimensi Indikator No. Pernyataan

1 Konsumsi a. Kebiasaan membeli kebutuhan sekolah (tas, sepatu, alat tulis) b. Kebiasaan berbelanja

c. Kebiasaan mengganti mode pakaian

d. Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman favorit e. Kebiasaan makan dan minum

(71)

2. Variabel Pengetahuan Tentang Ekonomi

Tabel. 3.3.

Variabel Pengetahuan Tentang Ekonomi

No Klasifikasi Kriteria Huruf Mutu

1 Amat Baik 81-100 A

2 Baik 66-80 B

3 Cukup 56-65 C

4 Kurang 46-55 D

5 Buruk 0-45 E

(72)

3. Variabel Status Sosial Ekonomi

Tabel. 3.4.

Variabel Status Sosial Ekonomi No Indikator

1 Pendidikan orang tua (Ayah) 2 Pekerjaan orang tua (Ayah) 3 Penghasilan orang tua (Ayah)

Dasar pengukuran variabel status sosial ekonomi adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan Orang tua (Ayah)

Tingkat pendidikan dapat diukur dengan memilih salah satu tingkat pendidikan yang diambil oleh orang tua (Ayah) yaitu SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan yang dicapai orang tua (Ayah) antara lain:

a) SD 1

b) SMP 2

c) SMA 3

d) Perguruan Tinggi 4

Tabel. 3.4.1.

Pendidikan Orang tua (Ayah)

Pendidikan Kategori

SD - SMP Rendah

SMA Sedang

(73)

Kriteria pendidikan: a) Pendidikan rendah

Pendidikan rendah artinya siswa yang memiliki orang tua (Ayah) dengan latar belakang pendidikan SD hingga SMP. Dalam hal ini pendidikan rendah ditinjau dari seberapa banyak jumlah lulusan orang tua (Ayah) siswa yang mampu menamatkan sekolah antara SD maupun SMP.

b) Pendidikan Sedang

Pendidikan sedang artinya siswa yang memiliki orang tua (Ayah) dengan latar belakang pendidikan SMA. Dalam hal ini pendidikan sedang ditinjau dari seberapa banyak jumlah lulusan orang tua (Ayah) siswa yang mampu menamatkan sekolah SMA.

c) Pendidikan Tinggi

Pendidikan tnggi artinya siswa yang memiliki orang tua (Ayah) dengan latar belakang pendidikan diploma dan sarjana. Dalam hal ini pendidikan tinggi ditinjau dari seberapa banyak jumlah lulusan orang tua (Ayah) siswa yang mampu menamatkan sekolah diploma dan sarjana.

2) Pekerjaan Orang tua (Ayah)

(74)

Menurut Spillane yang dikutip oleh Chatrin Fanni Ambaria dalam penelitian tahun 2012, pekerjaan atau jabatan seseorang dikelompokan sebgai berikut: a) Golongan A: Pensiunan, Tidak mempunyai pekerjaan

b) Golongan B: Buruh nelayan, Buruh tani, Petani kecil, Penebang kayu c) Golongan C: Petani penyewa, Buruh tidak tetap, Penarik becak d) Golongan D: Pembantu, Penjual keliling, Tukang cuci

e) Golongan E: Seniman, Buruh tetap, Montir, Pandai besi, Penjahit, Sopir bus/colt, Tukang kayu, Tukang listrik dan Tukang mesin

f) Golongan F: Pemilik bus/colt, Pengawas keamanan, Petani pemilik tanah, pegawai sipil (ABRI), Mandor, Pemilik perusahaan/toko/pabrik, Pedagang, Pegawai kantor, Peternak, Tuan tanah

g) Golongan G: ABRI (Tamtama s/d Bintara), pegawai badan hukum, Kepala kantor pos cabang, Manajer perusahaan kecil, Supervisor/pengawas, Pamong Praja, Guru SD, Kepala bagian, Pegawai negeri sipil (Golongan I A s/d I D)

h) Golongan H: Guru SMA/SMP, Perawat, Pekerja sosial, Perwira ABRI (Letda, Lettu, Kapten), PNS (Golongan II A s/d II D), Kepala sekolah, Kontraktor, Wartawan.

(75)

Berdasarkan penggolongan diatas, penulis membagi menjadi 5 golongan, yaitu:

Golongan 1: A diberi skor 1

Golongan 2: B – D diberi skor 2

Golongan 3: E diberi skor 3

Golongan 4: F diberi skor 4

Golongan 5: G – I diberi skor 5 3) Penghasilan Orang tua (Ayah)

Penghasilan orang tua (Ayah) merupakan pendapatan yang di dapat setiap bulan oleh orang tua (Ayah) dengan menggunakan nilai rupiah (Rp). Untuk melihat tinggi atau rendahnya pendapatan yang diterima orang tua (Ayah), diberikan 5 alternatif pilihan. Pendapatan minimum mengacu pada pendapatan minimum (UMK) yang telah berlaku di Yogyakarta tahun 2013, yaitu Rp 1.065.247,00. Adapun alternatif pilihan jumlah penghasilan tersebut antara lain:

a) Penghasilan kurang dari Rp 1.100.000,00 (diberi skor 1)

(76)

4. Variabel Media Massa

Tabel. 3.5. Variabel Media Massa

No Indikator No. Pernyataan

1 Televisi 1, 2, 3, dan 4

2 Telepon Genggam (HP) 5, 6, dan 7

3 Internet 8, 9, 10, 11, dan 12

4 Tabloid 13 dan 14

Dasar pengukuran variabel media massa adalah sebagai berikut: a. Televisi

Media televisi dapat diukur dengan menonton acara di televisi setiap hari, tujuan menonton televisi adalah untuk hiburan, menggunakan produk yang di iklankan di televisi (pakaian, kosmetik, makanan dan Handphone).

b. Telepon Genggam

Media komunikasi HP dapat diukur dengan menggunakan HP untuk internet, telepon dan SMS, menggunakan HP untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan tugas sekolah, menggunkan HP untuk membuka situs online shop di internet.

c. Internet

Gambar

Tabel. 3.2.
Tabel. 3.3.
Tabel. 3.4.
Tabel. 3.5.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian di Puskesmas Kotagede I Yogyakarta, dari 43 responden diketahui bahwa sebagian besar responden telah melaksanakan imunisasi campak booster untuk

Dengan demikian pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi saat ini dapat dijadikan sebagai sintesis antara “civic education”, “democracy education”,

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Balai POM di Pangkalpinang tidak dapat berjalan sendiri, sehingga diperlukan kerjasama atau kemitraan dengan pemangku kepentingan

Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol

adalah baik atau tidaknya mutu produk yang dihasilkan dengan membandingkan standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah mutu

Dalam analisis prosentase ini, peneliti menyajikan data yang telah diperoleh dari dokumentasi penelitian serta rekapitulasi data hasil angket tentang hubungan

Fasilitas dan peralatan rehabilitasi medik Sesuai persyara tan kelas rumah sakit Fisioterapi s Fisiotera pis Fisiotera pis Fisiotera pis Fisiotera pis Sesuai persyara

Kemudian berdasarkan analisis mengenai pola interaksi sosial masyarakat Manggarai (Teori Interaksionisme Simbolik), partisipasi politik dan respon perempuan serta