• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis wacana kritis perkembangan wacana CSR di Indonesia pada harian Kompas tahun 2007 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis wacana kritis perkembangan wacana CSR di Indonesia pada harian Kompas tahun 2007 2016"

Copied!
238
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS WACANA KRITIS: PERKEMBANGAN

WACANA CSR DI INDONESIA PADA HARIAN

KOMPAS TAHUN 2007-2016

TESIS

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh:

Tappin Pandapotan Saragih

152222107

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ANALISIS WACANA KRITIS: PERKEMBANGAN

WACANA CSR DI INDONESIA PADA HARIAN

KOMPAS TAHUN 2007-2016

TESIS

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN

MENCAPAI DERAJAT SARJANA S-2

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan oleh:

Tappin Pandapotan Saragih

152222107

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Syukur bagi Tuhan atas segala rahmat dan kesempatan yang diberikan sehingga penulisan tesis ini dapat selesai dengan baik. Tesis ini adalah buah dari proses pembelajaran dengan berbagai pengalaman suka-duka yang menyertainya.

Secara pribadi saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Drs. T. Handono Eko Prabowo, MBA, Ph.D selaku ketua program studi Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma, Dr. Titus Odong Kusumajati, MA dan YB. Cahya Widiyanto, M.Si., Ph.D sebagai pembimbing saya dan Dr. Fransisca Ninik Yudianti, M.Acc., QIA dan Dr. Lukas Purwoto, M. Si selaku penguji tesis saya.

Terima kasih juga bapak A. Triwanggono yang tidak pernah lelah mengajak saya dan teman-teman untuk selalu berpikir kritis dan gemar membaca supaya ‘kepala’ dan ‘ekor’ selalu sama, dan begitu juga para dosen yang lain. Saya juga tidak lupa pada Bang Simon Saragih yang selalu memberi dukungan moral dan nasihat-nasihat yang menguatkan iman.

Secara khusus, saya mengucapkan pada Kompas, Mas Subur, Pak Moh. Nasir beserta jajaran pimpinan yang sudah mengijinkan saya melakukan penelitian dan juga wawacara untuk kebutuhan tesis ini. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Untuk kedua orang tua dan juga adik-adik saya, terima kasih yang setulus-tulusnya karena kalian selalu mencintai dan menerima segala kekuranganku.

Akhirnya, saya juga dengan sangat bangga memiliki teman-teman MM USD khususnya angkatan IV dengan berbagai latarbelakang, keunikan dan kegilaan yang dimiliki, saya belajar banyak hal selama dalam proses pembelajaran bersama kalian. Semoga teman-teman semakin menemukan arti hidup sejati. Carpe Diem!

Tuhan selalu menyertai dan memberkati kita semua.

Yogyakarta, 27 Juli 2017

(8)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ... iii

Lembar Persetujuan Pembimbing ... iv

Pernyataan ... v

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar... xii

Daftar Lampiran ... xiii

Abstrak ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Pertanyaan Penelitian ... 7

1.3.TujuanPenelitian ... 7

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 7

1.4.2. Manfaat Praktis ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Pengantar ... 9

2.2.Wacana... 10

2.2.1. Pengertian ... 10

2.2.2. Jenis-Jenis Wacana ... 11

2.2.3. Analisis Wacana sebagai Disiplin Ilmu ... 11

2.2.4. Pendekatan dalam Analisis Wacana ... 13

2.2.5. Metode-Metode Analisis Wacana ... 13

2.2.6. Analisis Wacana CSR ... 15

2.3.CSR ... 16

2.3.1. Sejarah ... 16

(9)

2.3.3. Ruang Lingkup CSR ... 22

2.3.4. Contoh Bentuk-Bentuk Wacana CSR ... 24

2.3.5. Pro dan Kontra ... 26

2.3.6. Aktor Penyebaran CSR ... 27

2.4.Media ... 28

2.4.1. Isi, Nilai dan Bentuk Berita ... 29

2.4.2. Fungsi Media dan Elemen Jurnalistik ... 30

2.4.3. Proses dan Faktor yang Mempengaruhi dalam Menghimpun Berita ... 30

2.4.4. Strategi Media dalam Mengkonstruksi Realitas (Berita) ... 31

2.4.5. Kerangka Teori ... 34

BAB III METODOLOGI 3.1.Pengantar ... 35

3.2.Paradigma, Strategi dan Fokus Penelitian ... 35

3.3.Metode Penelitian ... 36

3.3.1. Kerangka Analisis ... 38

3.3.2. Prosedur Penelitian ... 41

3.4.Kualitas dan Keterbatasan Penelitian ... 44

3.5.Kerangka Metode Penelitian ... 47

BAB IV GAMBARAN HARIAN KOMPAS 4.1. Sejarah Singkat ... 48

4.2. Visi-Misi dan Nilai Keutamaan Harian Kompas ... 51

4.3. Kebijakan Redaksional Kompas ... 52

4.4. Struktur Organisasi dan Redaksi Harian Kompas ... 53

4.5. Rubrik Harian Kompas ... 54

4.6. Keunggulan Harian Kompas ... 55

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengantar ... 57

5.2. Deskripsi ... 62

5.3. Interpretasi ... 71

5.3.1.Faktor-Faktor Internal ... 78

(10)

5.4. Eksplanasi ... 85

5.5. Ketidakberesan Sosial ... 92

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 95

6.2. Saran ... 97

6.2.1. Bagi Kompas ... 97

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Bentuk-Bentuk Wacana CSR ... 24

Tabel 3.1 Level Analisis dan Metode Penelitian ... 39

Tabel 3.2 Instrumen Analisis Eklektif ... 40

Tabel 4.1 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kompas ... 49

Tabel 4.2 Unit Bisnis Kompas Gramedia ... 50

Tabel 5.1 Hasil Pencarian VS Cetak ... 58

Tabel 5.2 Jumlah Data Kategori Berita (Penulis menggunakan Nama Inisial) ... 62

Tabel 5.3 Contoh Penggunaan Analisis secara Intuitif ... 64

Tabel 5.4 Bentuk-Bentuk Wacana CSR secara Umum dari Tahun 2007-2016 ... 64

Tabel 5.5 Bentuk-Bentuk Wacana CSR dari Data Terpilih Tahun 2007-2016 ... 66

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Penampang Lingkaran ... 23

Gambar 2.2 Model Lingkaran yang Memusat ... 23

Gambar 2.3 Model Piramida ... 23

Gambar 2.4 Hubungan antara Makna dan Realitas... 33

Gambar 2.5 Kerangka Teori... 34

Gambar 3.1 Dimensi Wacana Fairclough ... 38

Gambar 3.2 Kerangka Analisis Wacana Fairclough ... 39

Gambar 3.3 Form Pencarian Data ... 42

Gambar 3.4 Hasil Pencarian Data ... 42

Gambar 3.5 Prosedur Penelitian ... 44

Gambar 3.6 Kerangka Metode Penelitian ... 47

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Harian Kompas ... 53

Gambar 4.2 Struktur Redaksi Harian Kompas ... 54

Gambar 5.1 Hasil Pencarian Klipping Tahun 2007 ... 57

Gambar 5.2 Perbandingan Jumlah Data Masing-Masing Kategori ... 59

Gambar 5.3 Advertisement VS NV ... 60

Gambar 5.4 Jumlah Data NV ... 61

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 (Pengelompokan Data) ... 108

Lampiran 2 (Analisis Perspektif pada Rangkuman 1121 Data) ... 110

Lampiran 3 (Wacana-Wacana Muncul Dalam X Kali) ... 151

Lampiran 4 (Analisis Perspektif pada 83 Data Terpilih) ... 153

Lampiran 5 (Analisis dengan Teks Eklektif pada 30 Data Terpilih) ... 168

Lampiran 6 (Data Muncul Sebanyak X Kali) ... 204

Lampiran 7 (Transkrip Wawacara dengan Moh. Nasir) ... 207

(14)

ABSTRACT

Media is one among actors that have important role in constructing and spreading

the discourse of CSR. This research aims to seek what were the forms of CSR

discourse and how the CSR discourses were constructed by Kompas during

2007-2016 in Indonesia. This research applied the critical paradigm and the research

strategy was critical discourse analysis with socio-cultural change approach. The

critical discourse analysis framework (CDA) of Faiclough consisting of three

dimensions of text, discursive practice and social praxis was used to answer the

research questions. The findings of this research are first, in general the forms of CSR discourse appeared annually and dominant in the last ten years were environment, economy, business, banking, education, corporation, commitment, development, community, vulnerable group, partnership and health. In the perspective of triple bottom lines, the developing discourse was more inclined to the economic dimension. Second, in constructing CSR Kompas tend to emphasize economic meaning and use positive tone. Kompas seemed to protect the business sustainability of the company itself and the reader (advertisers). The writer suggests further researches on similar issues with more specific topics by comparing several media.

(15)

ABSTRAK

Media adalah salah satu aktor yang memiliki peranan penting dalam mengkonstruksi dan menyebarkan wacana CSR. Penelitian ini ingin mengetahui apa saja bentuk-bentuk wacana CSR dan bagaimana wacana CSR tersebut dikonstruksi oleh Harian Kompas pada tahun 2007-2016 di Indonesia. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dan strategi penelitian yang dipilih adalah analisis wacana kritis dengan pendekatan perubahan sosial budaya. Kerangka analisis wacana kritis (CDA) dari Faiclough yang terdiri dari tiga dimensi yaitu teks, praktik diskursif dan praksis sosial digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Temuan penelitian ini adalah pertama, secara umum bentuk-bentuk wacana CSR yang muncul setiap tahun dan dominan dalam sepuluh tahun terakhir adalah lingkungan, ekonomi, bisnis, perbankan, pendidikan, korporasi, komitmen, pembangunan, komunitas, kelompok rentan, kemitraan dan kesehatan. Dalam perspektif triple bottom lines, wacana yang berkembang lebih condong ke dimensi ekonomi. Kedua, Kompas mengkonstruksi wacana CSR cenderung lebih bermakna ekonomis dan bernada positif. Kompas tampaknya lebih memperjuangkan kelangsungan hidup perusahaan dan pembaca (pemasang iklan). Penelitian berikutnya dapat dilakukan dengan topik yang lebih spesifik dengan membandingkan beberapa media sekaligus.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini, masyarakat luas dan para investor menilai sebuah perusahaan bukan lagi hanya sebatas performa keuangan perusahaan tetapi juga apa yang dilakukan oleh perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya menyangkut masalah sosial dan lingkungan. Baik atau buruk sebuah perusahaan ditentukan oleh apa yang dipikirkan dan diharapkan oleh masyarakat atas perusahaan tersebut. Untuk mendapatkan kepercayaan (pengakuan) dari masyarakat, perusahaan membangun sebuah wajah dengan melibatkan dirinya dalam berbagai masalah sosial dan lingkungan. Keterlibatan perusahaan ini kemudian dilihat masyarakat sebagai tanggungjawab perusahaan (Sunyoto dan Putri, 2016; Tang, 2012; Plantos, 2001; Carroll, 1999; Carroll, 1991; Carroll, 1979).

(17)

Plantos, 2001; Carroll, 1999; Carroll, 1979; Friedman, 1970). Beberapa ahli sudah mencoba menjawab kebingungan tersebut misalnya Carroll (1979, 1999) mengembangkan konsep dan model tanggungtawab perusahaan yang meliputi empat kategori tanggungjawab yaitu ekonomi, hukum, etika dan filantropi.

Konsep CSR berkembang dan bertumbuh sama seperti konsep manajemen lainnya misalnya total quality management (TQM) dan new public management (NPM). Konsep-konsep manajemen tersebut selalu mengalami perubahan mengikuti tren yang sedang berkembang dengan berbagai alasan keunggulan misalnya terkait efektivitas dan efisiensi. Windell (2007) menjelaskan bahwa menerapkan konsep manajemen itu tidak serta merta membuat perusahaan menjadi sukses, tetapi konsep tersebut dilegitimasi akan meningkatkan kesuksesan perusahaan. Konsep CSR sebagai sebuah tren baru dalam dunia bisnis diterapkan oleh berbagai perusahaan sebagai bentuk legitimasi bahwa mereka adalah perusahaan yang bertanggungjawab. Konsep ini terus berkembang dan menyebar luas lewat berbagai aktor seperti pemerintah, perusahaan, konsumen, LSM, sekolah, peneliti, dan media (Tang, 2012; Hond, et al., 2007).

(18)

only game in town (Carroll, 2011). Media sering digunakan perusahaan untuk berkomunikasi dengan masyarakat luas. Melalui media, perusahaan lebih mudah membangun wajah perusahaan. Selain itu, media juga bisa berfungsi sebagai pengawas yang memonitor praktik-praktik yang dilakukan oleh berbagai perusahaan misalnya, Kompas memberitakan praktik buruk yang dilakukan oleh perusahaan tambang ANTAM di pulau Halmahera Timur, Maluku (Kompas via CSRindonesia.com, 2016).

Dalam pemberitaan sebuah peristiwa, media lebih sering berperan sebagai claim-maker. Media memotret peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat dan berfokus pada aspek-aspek tertentu yang mendukung pandangan mereka. Media memiliki peranan penting dalam memberikan gambaran sebuah peristiwa dan membentuk cultural awareness bagi masyarakat dengan berbagai informasi yang dihadirkan (Virkus, 2014; Van Dijk,1996). Kesadaran inilah yang kemudian bisa mendorong para pengambil keputusan membuat sebuah perubahan di dalam organisasi yang mereka pimpin.

(19)

pemerintah dalam mengkonstruksi makna CSR. CSR dimaknai hanya sebagai tanggungjawab perusahaan kepada komunitas, pekerja dan pelanggan. Mereka kurang bersikap kritis dan lebih sering bernada positif dalam penyampaian isu-isu CSR. Barros et al. (2014) menemukan isu CSR dan sustainability pada Exame masih didominasi paradigma ekonomis. Publikasi masih berkonsentrasi pada dasar keuntungan (profit) semata dan mengejar peluang-peluang bisnis.

Sustainability tidak dipandang sebagai perlindungan alam dan sosial tapi sebagai sebuah keputusanbisnis semata.

Dalam konteks Asia seperti Indonesia, penelitian seputar isu-isu CSR masih relevan dilakukan baik itu di tataran praktik maupun teoritis karena berbagai alasan misalnya kurangnya literatur dan penelitian CSR khususnya pada media seperti surat kabar (Idowu dan Celine L., 2011; Garriga dan Mele, 2004; Tang, 2012; Carroll, 2011; Plantos, 2001; Dahlsrud, 2008; Hond, et al., 2007). Peranan surat kabar Indonesia dalam mengkonstruksi dan menyebarkan konsep CSR menjadi menarik untuk diteliti dengan beberapa alasan. Pertama, jumlah perusahaan pers (termasuk surat kabar) cukup banyak di Indonesia

(http://dewanpers.or.id/perusahaan, 31 oktober 2016). Kedua, Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 mengenai Perseroan Terbatas ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatur serta mewajibkan para pengusaha melaksanakan tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan (Sunyoto dan Putri, 2016;

http://www.hukumonline.com, diakses 25 Juli 2016); Untung, 2014; Solihin,

(20)

Kementerian Negara Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa tidak ada satu perusahaan pun yang berperingkat emas dari 400an perusahaan yang dipantau

(http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/ diakses 25 Juli 2016, PROPER, 2015).

Dari sekian banyak surat kabar yang ada di Indonesia, salah satu surat kabar besar, mapan dan memiliki pasar yang luas adalah Harian Kompas (selanjutnya disebut Kompas saja). Kompas berdiri sejak 28 Juni 1965. Kompas merupakan salah satu surat kabar tertua Indonesia yang masih eksis hingga saat ini dengan pencapaian oplah sebesar 530.000 eksemplar setiap hari di seluruh provinsi Indonesia. Berdasarkan 4 International Media & Newspaper, Kompas menduduki peringkat 43 dalam Top 200 Newspapers In The World (2016) dan Kompas menjadi satu-satunya surat kabar dari Indonesia yang masuk dalam daftar tersebut. Untuk Top 100 Newspapers In Asia (2016), Kompas menduduki peringkat 13 (http://www.4imn.com/top200/). Berdasarkan Indonesia Best Brand Award (2014), Kompas merupakan salah satu brand terbaik pada kategori Media

& telecommunication (http://www.marsindonesia.com/awards/ibba/winners/

2014). Ada banyak penghargaan yang sudah diraih oleh Kompas, dua diantaranya misalnya pengakuan internasional dari World WAN/IFRA dan Asia Pasific WAN/IFRA sebagai ‘Community Services for Youth’, penghargaan khusus IMA

(Indonesia MDG (millennium development goals) awards) 2012 (Sularto (ed.), 2013).

Kompas sering digunakan sebagai acuan atau referensi misalnya dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baku. Kompas adalah ‘pabrik gagasan’ yang

(21)

(Hamad, 2004). Hal itu sangat wajar karena media memang masih jauh lebih dipercaya oleh publik dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar (Tang, 2012; Carroll, 2011). Oleh karena itu, Van Dijk (1988) mengatakan bahwa berita pertama-tama harus dikaji sebagai wacana publik. Apa yang dikonstruksi dan disebarkan oleh media akan membangun sebuah cara berpikir atau cara berbicara masyarakat mengenai sebuah fenomena dan kemudian itu akan mendorong terjadinya sebuah realitas sosial yang baru (perubahan) dalam masyarakat.

(22)

permasalahan penelitian. Data utama penelitian adalah data sekunder yaitu teks yang berkaitan dengan isu-isu CSR yang pernah dimuat pada rentang waktu yang dipilih pada Kompas versi cetak . Data akan diambil dari data base, Pusat Informasi Kompas (PIK).

Pada penelitian berikutnya, peneliti lain bisa mengkaji lebih dalam wacana CSR ini dengan membandingkan beberapa surat kabar (lokal atau nasional) atau penelitian lewat media selain surat kabar untuk melihat perkembangan wacana CSR yang lebih menyeluruh dari perspektif media karena sekali lagi, media memang memiliki daya jangkauan yang luas, kemampuan melipat-gandakan pesan dan kemampuan membentuk rantai informasi yang bisa membangun kesadaran masyarakat dan mendorong perusahaan-perusahaan menjalankan perusahaannya secara bertanggungjawab.

1.2Pertanyaan Penelitian

1.2.1 Apa saja bentuk-bentuk wacana CSR yang dikonstruksi dan disebarkan oleh Kompas pada tahun 2007-2016?

1.2.2 Bagaimana wacana CSR dikonstruksi pada Kompas pada tahun 2007-2016?

1.3Tujuan Penelitian

(23)

1.3.2 Untuk mengetahui realitas (konstruksi makna yang dibangun, citra yang diberikan, pemihakan yang dilakukan serta kepentingan yang diperjuangkan) dibalik teks CSR yang dimuat oleh kompas pada tahun 2007-2016.

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.1.1Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi pada pengembangan pengetahuan dan memperkaya kajian Manajemen Tanggungjawab Sosial khususnya mengenai wacana CSR pada surat kabar.

1.4.1.2Mengembangkan konsep penelitian kualitatif dalam Manajemen Tanggungjawab Sosial dengan pendekatan analisis wacana kritis.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1Memberikan rekomendasi konstruksi wacana CSR yang seharusnya pada media yang bersangkutan untuk mendorong perubahan (emansipasi) atau penyadaran (advokasi) masyarakat dan pelaku bisnis.

(24)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengantar

Dengan adanya perubahan iklim dan juga kondisi lingkungan yang semakin rusak, perlindungan lingkungan hidup menjadi perhatian serius bagi banyak kalangan terutama para pelaku bisnis. Selain itu, permasalahan kemanusiaan seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan, dan HAM juga menjadi perhatian serius dunia. Pemerintah bersama-sama dengan pihak swasta termasuk perusahaan bisnis bekerja sama untuk menangani berbagai persoalan tersebut. Berbagai aturan dan kebijakan pun hadir untuk mengatur perilaku perusahaan dengan harapan kehidupan manusia dan lingkungan menjadi lebih baik. Peraturan legal seperti European Union (EU), Bruntland Commission dan UNCTAD (1972) yang meminta perusahaan-perusahan agar memperhatikan keberlanjutan (sustainability) ekosistem secara umum tentu ikut mempengaruhi gaya atau model manajemen sebuah perusahaan (Idowu dan Celine L., 2011). Konsep

(25)

media berperan penting dalam mengkonstruksi dan menyebarkan wacana CSR di dalam sejarah perkembangannya.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji wacana CSR pada teks-teks

CSR yang dimuat oleh Kompas. Oleh karena itu, pemahaman seputar wacana,

CSR dan media akan dibahas lebih mendalam pada bab ini sebagai landasan teori

penelitian.

2.2 Wacana 2.2.1 Pengertian

Kata wacana sering dipakai oleh banyak bidang mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra, dan sebagainya (Eriyanto, 2011). Setiap bidang ilmu tersebut menggunakan defenisi dan batasan yang berbeda-beda atas wacana. Sara Milis (1997) dalam Eriyanto (2011) menyebutkan beberapa pengertian mengenai wacana. Tiga diantaranya adalah sebagai berikut.

Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman (Roger Fowler, 1977).

(26)

2.2.2 Jenis-Jenis Wacana

Wacana memiliki jenis yang beragam dengan ciri khas yang berbeda-beda. Berikut ini peneliti merangkum jenis-jenis wacana yang dipaparkan oleh Arifin (2012) dalam tulisannya.

Pertama, wacana berdasarkan acuannya dibagi menjadi dua yaitu wacana nonfiksi dan fiksi. Kedua adalah wacana berdasarkan bentuk penyajian, yaitu wacana deskriptif (gambaran secara rinci), wacana naratif (rangkaian sebuah peristiwa), wacana eksplikatif (berisi penjelasan), wacana instruktif (petunjuk atau pedoman), wacana argumentatif (pendapat yang bertujuan mempengaruhi atau mengubah) dan wacana informatif. Ketiga, wacana berdasarkan saluran komunikasi dibagi dua menjadi lisan dan tulisan.

Keempat, wacana berdasarkan fungsi bahasa yaitu fungsi referensial (karya ilmiah), fungsi ekspresif (surat cinta), fungsi konotatif (kampanye politik), fungsi fatik (curriculum vitae), fungsi puitik (lagu), dan fungsi metalinguistik (berpusat pada kode-kode). Kelima, wacana berdasarkan peserta komunikasi dibagi menjadi dua yaitu monolog dan dialog. Keenam yaitu wacana berdasarkan eksistensinya yang dibagi menjadi dua yaitu verbal dan nonverbal. Terakhir adalah wacana berdasarkan bahasa yang digunakan yaitu bahasa daerah, bahasa nasional dan bahasa internasional.

2.2.3 Analisis Wacana sebagai Disiplin Ilmu

(27)

humaniora dan sosial (Arifin, 2012). Pada awalnya, analisis wacana hanya berfokus pada kajian kebahasaan struktural dan deskriptif dengan batas-batas lingustik dan antropologi dan analisisnya lebih ke arah kajian wacana popular seperti dongeng, cerita rakyat dan ritual-ritual (Arifin, 2012; Karlberg, 2005). Sejak tahun 1960an, analisis wacana semakin berkembang baik dari segi teoritis maupun metodologis.

(28)

2.2.4 Pendekatan dalam Analisis Wacana

Ada tiga pendekatan dalam analis wacana. Pertama, pendekatan formal. Ibrahim (1999) dalam Arifin (2012) menyebutkan pendekatan ini memandang bahasa sebagai sistem tanda yang terpisah dari faktor-faktor eksternal bahasa. Oleh karena itu, bahasa harus memiliki unsur-unsur bahasa (fonologi, morfologi dan sitaksis) dan kaidah-kaidah atau struktur bahasa. Pendekatan kedua adalah pendekatan fungsional. Pendekatan ini memandang bahasa sebagai sistem terbuka yang tidak terlepas dari faktor-faktor eksternalnya (konteks) seperti ciri sosial, ciri biologis dan demografi. Pendekatan terakhir adalah pendekatan kritis (dialektika) yaitu pendekatan yang memandang perlunya membahas teks dan konteks sekaligus untuk memahami sebuah fenomena.

2.2.5 Metode-Metode Analisis Wacana

Pada prinsipnya, wacana merupakan perpaduan dari empat jenis struktur, yaitu struktur gagasan, proses pikiran pembicara, pilihan bahasa pembicara dan situasi. Analisis wacana hadir untuk menggali aspek-aspek dan struktur suatu wacana. Ada 12 metode analisis wacana yang sudah dikembangkan dan diterapkan oleh para ahli wacana hingga saat ini (Titcher, et al. dalam Arifin, 2012).

(29)

pada tindakan dan situasi yang problematis dan mencoba mengkonseptualisasikan data dengan fokus kajian pada eksplorasi dan penciptaan hipotesis. Metode

Etnografi. Metode ini memberi penjelasan secara lengkap dan

menginterpretasikan teks berdasarkan latar belakang struktur budaya yang mengkonstruksi budaya masyarakat. Metode MCD (Membership Categorization Device) Etnometodologis. Menurut Silverman (1993) dalam Arifin (2012) metode ini bertujuan untuk memahami kapan dan bagaimana anggota masyarakat membuat sebuah deskripsi agar bisa menggambarkan mekanisme yang digunakan untuk menghasilkan uraian yang tepat dan cocok. Metode Analisis Percakapan Etnometodologis. Metode ini berusaha menemukan prosedur dan prinsip generatif yang digunakan oleh partisipan untuk menghasilkan struktur karakteristik dan tatanan dari sebuah situasi komunikatif. Metode Semiotik Naratif. Metode ini mencoba mengidentifikasi struktur naratif sebuah teks yang menjembatani struktur batin (deep structure) yang memiliki makna mendasar (underlying meaning) dengan struktur lahir (surface structure) pada tataran kata dan sintaksis.

Metode SYMLOG (System for the Multiple Level Observation of Group).

(30)

dengan bahasa kita bisa melakukan sesuatu. Metode pragmatik fungsional memandang dirinya sebagai sebuah reaksi terhadap proses tambahan yang termanifestasi dalam penciptaan istilah-istilah seperti pragmalinguistik, atau psikolinguistik, sosiolinguistik. Metode Teori Pembedaan. Dengan metode ini, komunikasi dipandang sebagai proses penyeleksian komponen informasi, ujaran, dan pemahaman. Unit analisis teori pembedaan adalah satuan gramatikal. Metode

Hermeneutik Objektif. Hardiman (2002) dalam arifin (2012) menyebutkan hermeneutik adalah metode analisis untuk mengungkapkan atau menafsirkan pikiran-pikiran seseorang dalam kata-kata yang tertuang dalam teks yang telah disusunnya. Metode Framing. Analisis Framing adalah bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian tentang wacana persaingan antarkelompok yang muncul atau tampak di media.

2.2.6 Analisis Wacana CSR

(31)

misalnya sosial dan lingkungan, moral dan etika, dan stakeholder dengan perusahaan serta pemerintah.

Hond, et al. (2007) meneliti laporan tahunan dari perusahaan-perusahan yang berada di tiga negara yaitu Belanda, Kanada dan Swedia. Mereka menggunakan metode analisis isi dengan pendekatan lexicological study. Mereka menemukan bentuk-bentuk wacana CSR yang berkembang seperti nilai moral, nilai etika, lingkungan, dan keberlanjutan. Igbal (2011) dalam penelitiannya menggunakan CDA model Fairclough dan menemukan ada sekitar 18 bentuk wacana CSR dari dua perusahaan yang berbeda. Beberapa diantaranya misalnya Animal and plants discourse, Business discourse, Commitment discourse,

Communication discourse, dan Educational discourse.

2.3 CSR 2.3.1 Sejarah

Berikut ini peneliti akan merangkum sejarah penting CSR dari beberapa penulis seperti Carrol (1979, 1999), Solihin (2008), Hond, et all (2007), Buhr dan Grafstrom (2007), Untung (2014), Mardikanto (2014) dan Sunyoto dan Putri (2016).

(32)

jender karena di Amerika saat itu pelaku bisnis masih didominasi kaum pria. Kemudian tahun 1960, Keith Davis menambahkan dimensi lain tanggungjawab sosial perusahaan sebagai “businessmen’s decisions and actions taken for reason at least partially beyond the firm’s direct economic or technical interest” dan

menegaskan adanya “iron law of responsibility”. Inilah yang menjadi cikal bakal

bagi identifikasi kewajiban perusahaan yang mendorong munculnya konsep CSR di era 1970an. Pada saat itu mereka menjalankan perusahaan dengan mengadopsi prinsip derma, prinsip perwalian, dan konsep pemangku kepentingan yang diperkenalkan oleh Stanford Research Institute (SRI) pada tahun 1963.

1970an-1980an. Periode ini merupakan babak penting dalam

(33)
(34)

Perkembangan CSR di masa depan ditanggapi secara optimis misalnya Wood (2010) dalam bukunya “Corporate and The Public Interests: Guiding The

Invisible Hand” yang percaya bahwa peranan stakeholder dan pelaku bisnis bisa

mendorong perkembangan CSR menjadi lebih baik untuk jangka panjang. Sebaliknya, ada juga yang kurang optimis seperti David Vogel dalam bukunya “The Market Virtue: The Potential and Limits of Corporate Social Responsibility

yang mengkritik keberhasilan CSR dan motif atau kepentingan dalam pelaksanaannya.

(35)

Kemudian disambung oleh Pasal 16 huruf d menyatakan bahwa setiap modal bertanggungjawab terhadap kelestarian lingkungan hidup. Pasal 16 huruf e Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyatakan bahwa setiap penanam modal bertanggungjawab untuk mencipatakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteraan pekerja (httprepository.usu.ac.idbitstreamhandle12345678940709Chapter%20II.pdfseque nce=3&isAllowed=y, diakses Rabu, 26 Juli 2017).

2.3.2 Pengertian

Makna dan konsep CSR hingga saat ini belum memiliki satu defenisi yang stabil sehingga masing-masing ahli atau organisasi seringkali mendefenisikannya sesuai dengan konteks mereka masing-masing. Dahlsrud (2008) pada penelitiannya menemukan ada sebanyak 37 defenisi CSR. Beberapa defenisi yang dia sebutkan misalnya:

Corporate social responsibility is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as the local community and society at

large-World Business Council for Sustainable Development

(2000).

Corporate social responsibility is essentially a concept whereby companies decide voluntarily to contribute to a better society and a cleaner environment-Comission of The European communities (2001).

(36)

social responsibility is to create higher and higher standards of living, while preserving the profitability of the corporation, for peoples both within and outside the corporation- Hopkins (2003).

Ahli lain, Coombs dan Holladay (2012) dalam Igbal (2011) menyatakan CSR adalah “the voluntary actions that a corporation implements as it pursues its

mission and fulfills its percieved obligation to stakeholders, including employees,

communities, the environment, and society as a whole”. Oliver Laas dalam Mardikanto (2014) yang menempatkan CSR sebagai strategi bisnis mengartikan CSR sebagai strategi bersaing (Porter dan Kramaer), strategi pengelolaan sumberdaya alam (Wenerfelt dan Banney), strategi memuaskan stakeholders (Freeman), strategi mengatasi isu dan krisis (Ansoff) dan sebagai implementasi strategi filantropi, manajemen lingkungan, dan penilaian dampak.

(37)

2.3.3 Ruang Lingkup CSR

Pada awal abad 21, PBB mempunyai sebuah agenda besar pembangunan di seluruh dunia yang dikenal dengan Millennium Development Goals (MDG’s)

1990-2015 yang terdiri dari 8 butir (Mardikanto, 2014) yaitu 1) pemberantasan kemiskinan dan kelaparan ekstrim, 2) tercapainya pendidikan dasar secara universal, 3) dikedepankannya kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan, 4) pengurangan kematian anak balita, 5) perbaikan kesehatan ibu, 6) peperangan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, 7) kepastian keberlanjutan lingkungan dan 8) pengembangan kemitraan global untuk pembangunan.

Dari situ kemudian, para ahli dan pelaku bisnis mengembangkan model CSR yang sesuai untuk merespon agenda pembangunan tersebut. Geva (2008) mengemukakan paling tidak ada tiga model CSR berkembang saat ini. Model piramida (mengikuti model Carrol (1979)). Asumsi yang mendasari pusat piramida adalah prioritas/hierarki tanggungjawab dimana tanggung prioritas adalah ekonomi, sehingga CSR dalam perumusan piramida dasarnya akomodatif.

Model penampang lingkaran. Asumsinya adalah mengakui kemungkinan

(38)

Gambar 2. 1 Model Penampang Lingkaran

Gambar 2. 2 Model Lingkaran yang Memusat

Gambar 2. 3 Model Piramida

(39)

serta kepedulian pada hidup secara menyeluruh. Ketiga pilar itu harus terintegrasi dalam praktik perusahaan (Dixon, 2014; Igbal, 2011; Idowu dan Celine, 2011).

Waldman (2009) dalam Sunyoto dan Putri (2016) menjelaskan bahwa CSR dilakukan sebagai upaya menjalin hubungan baik dengan anggota masyarakat sehingga dapat mengurangi efek negatif yang ditimbulkan oleh keberadaan perusahaan. Tujuan utama program CSR adalah untuk keberlanjutan jangka panjang perusahaan. Jadi wacana CSR paling tidak harus dilihat dari perspektif triple bottom line yang mencakup dimensi ekonomi, sosial-budaya dan lingkungan.

2.3.4 Contoh Bentuk-Bentuk Wacana CSR

Berikut ini beberapa contoh bentuk-bentuk wacana CSR dan ragam kata yang khas yang digunakan untuk menggambarkan wacana yang bersangkutan (Igbal, 2011; Hond, et al., 2007; Morris, 2016).

Tabel 2. 1 Contoh Bentuk-Bentuk Wacana CSR (Tanggungjawab Sosial Perusahaan)

No. Discourse Typical words

1 Environmental discourse

Environmental sustainability, energy efficiency, waste recovery, nature, greenhouse, factories, biofuels, ecosystem, life cycle approach, , emissions, CO2, eco- design recycle, methane, renewable, F-gasses, chemicals, industrial, air acidification, Ozone depleting, solar energy, polyester, degradation, salinity, hydrocarbon, reduce the effect, climate change, biodiversity, energy, global warming, protected ranch,

(40)

No. Discourse Typical words

scarcity, water

3 Food discourse food, milk, coffee, cocoa, water, freshwater, taste and nutrition, sugar, soya, vanilla, breakfast, cereal 4 Disaster discourse Natural disaster, relief, contributed, emergency,

initiative, donations 5 Animal and plants

discourse

Livestock, animal welfare, animal husbandry, raised, species, breed, dairy farms, meat and fish, slaughter, cocoa, vegetation, conservation, regeneration, trees planted, palm, plantations, planting, seedlings, grow, irrigation,

6 Health/Disease Infected, HIV, malaria, serious diseases, Chronic, diabetes, diarrheal , cancer, treatment, deaths, cardiovascular, osteoporosis , health, wellness, Gastrointestinal, hyperphosphataemia, ageing, Alzheimer’s, healthy kids, maternal health, reduce child mortality, sick, healthy, healthcare, hygiene 7 Human Rights

discourse

Basic Principles of Human Resources Management, discrimination, forced or child labour, freedom of association, non discrimination, conditions of work, complaints and grievance practice, Universal Declaration of Human Rights, UNGC, Human Rights Risk Management System, FTSE4Good 8 Labour discourse Labour practices, child labour, labour rights, labour

unions, forced labour, exploitation, Fair Labour Association, Child Labour Action Group, high risk, regulation, labour conditions, labour law, ILO, Work together, collective bargaining, workforces 9 Stakeholder

discourse

Customers, employees, our people, shareholders, business partners, NGOs, farmers, traders, key processors, civil society, public policy , public sector, multi-stakeholder initiatives, engagement, suppliers, dealers, expectations, relation with stakeholders, relationship, open and fair communication, dialogue, long term relationship, customer satisfaction, mutual support, co-existing , supply chain

10 Educational discourse

(41)

No. Discourse Typical words

Programs, educational systems, training, technical skills, scholarships, literacy, human resource development

2.3.5 Pro dan Kontra

Tanggungjawab utama pimpinan perusahaan adalah meningkatkan profit bagi para pemilik perusahaan atau investor. Artinya perusahaan harus untung. Walau demikian, mereka juga harus berkontribusi pada berbagai permasalahan lingkungan dan sosial yang bisa mengurangi pendapatan perusahaan. Hal ini kemudian menimbulkan persoalan yang tidak mudah karena adanya kepentingan yang tarik menarik, antara shareholders (orang yang berkepentingan) dan stakeholders (yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung).

Menurut Freeman (1984) dalam Plantos (2001) ada empat level stakeholders. Pertama, level sistemik yang termasuk sistem bisnis, sistem sosial, atau sosial dalam arti lebih luas seperti hukum, politik, media, budaya dan alam. Kedua, level operasi yang meliputi supplier, distributor, kompetitor, konsumen, kreditor dan komunitas lokal. Level ketiga berada di antara perusahaan, seperti para atasan dan bawahan, para pekerja dan serikat buruh. Level keempat adalah orang-orang penting yang dekat dengan para pemangku kepentingan seperti keluarga, teman dan lain sebagainya.

(42)

kekayaan para shareholders. Pada kasus lain, CSR hadir sebagai strategi perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan, sekaligus sebagai brand image atau alat legitimasi perusahaan yang ramah lingkungan dan bertanggungjawab. Selain itu, beberapa di luar perusahaan misalnya konsultan bisnis, media atau yang lain mengambil kesempatan ini sebagai cara untuk mencetak pekerjaan dan pendapatan (Hond, et al., 2007). Perdebatan terkait wacana CSR banyak muncul karena berbagai permasalahan sosial dan lingkungan yang terjadi, kegagalan perusahaan dalam menjalankan tanggungjawabnya dan perkembangan pemikiran kritis yang berorientasi kepada kepentingan orang banyak.

2.3.6 Aktor Penyebaran CSR

Konsep CSR sama seperti konsep manajemen lainnya seperti total quality

management (TQM) dan new public management (NPM). Konsep CSR

(43)

perusahaan modern (Hond, et al., 2007). Selain itu, para akademisi dan peneliti juga demikian lewat seminar-seminar, buku-buku atau jurnal ilmiah dan pengajaran yang dilakukan di dalam kelas. Nielsen dan Thomsen (2013) dalam Nielsen, et al. (2013) mengatakan bahwa selain laporan tahunan, relasi perusahaan dengan lingkungannya, dan dialog antara perusahaan dengan stakeholdernya juga sangat berpengaruh dalam membangun wacana CSR.

2.4 Media

Saat ini, media bisa dipahami sebagai pusat realitas masyarakat. Media merupakan tempat mekanisme representasi dan sekaligus menjadi sumber atau referensi untuk memahami realitas yang direpresentasikan (Couldry, 2003). Media dapat kita pahami sebagai pembawa pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Ketika media tersebut membawa pesan kepada banyak orang maka kita menyebutnya sebagai media massa. Media massa yang kita gunakan secara umum adalah radio, televisi, surat kabar (surat kabar), film, majalah dan buku (Happer dan Phillo, 2013; Baran, 2011; Hjavard, 2008; Laughey, 2007).

(44)

dalam peradaban manusia untuk menyebarkan beragam informasi kepada banyak orang (http://www.historicpages.com/nprhist.htm, 2016). Bell (1991) menjelaskan bahwa surat kabar tentu memiliki gaya yang berbeda dengan media yang lain dan bahkan sesama surat kabar pun pasti akan memiliki perbedaan walaupun konten (isi) yang hendak disampaikan adalah sama.

2.4.1 Isi, Nilai dan Bentuk Berita

(45)

2.4.2 Fungsi Media dan Elemen Jurnalistik

Media pada umumnya memiliki fungsi seperti fungsi informatif, fungsi kontrol, fungsi interpretatif dan direktif, fungsi menghibur, fungsi regeneratif, fungsi pengawalan hak-hak warga negara, fungsi ekonomi, dan fungsi swadaya. Wartawan yang bekerja pada media bersangkutan memiliki tugas utama untuk mengumpulkan dan menulis berita (jurnalisme). Ada sembilan elemen penting dalam dunia jurnalisme yaitu 1) loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga; 2) tujuan utama jurnalisme adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup bebas dan mengatur diri sendiri; 3) kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran; 4) intisari jurnalisme adalah sebuah disiplin verifikasi (prinsip intelektual dari laporan ilmiah); 5) wartawan harus tetap independen dari pihak yang mereka liput; 6) wartawan harus bertindak sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan (menyambung lidah yang tertindas); 7) jurnalisme harus menghadirkan sebuah forum untuk kritik dan komentar publik; 8) wartawan harus membuat hal yang penting menjadi menarik dan relevan; dan 9) wartawan harus menjaga berita dalam proporsi dan menjadikannya komprehensif (Sularto, (ed.), 2013; Barus, 2010; Andreas Harsono, 2010; Tim Buku Kompas, 2008; Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, 2006; Purnama dan Hikmat, 2005; Iswara, 2005).

2.4.3 Proses dan Faktor yang Mempengaruhi dalam Menghimpun Berita

(46)

halaman-halaman surat kabar mereka besok hari. Setelah memutuskan apa harus diliput, para redaktur kemudian berkoordinasi dengan wartawan atau koresponden mereka yang berada di luar kota. Jadi, ada sebuah checklist atau planningsheet yang harus dikerjakan atau dikumpulkan oleh para wartawan. Setelah semua materi dikumpulkan, wartawan akan membuat sebuah tulisan lalu diserahkan ke meja redaktur. Di meja redaktur akan dilakukan penulisan dan penyuntingan berita. Kemudian, para redaktur dan pimpinan redaksi akan mengadakan rapat kembali untuk menentukan berita-berita apa saja yang akan diterbitkan dan berita yang menjadi headline (berita utama). Dalam proses menghimpun atau produksi berita tentu ada banyak faktor yang bisa menjadi kendala dan mempengaruhi konten berita misalnya 1) pekerja individu lembaga (perilaku, sikap, keyakinan, latar belakang dan karakteristik pekerja); 2) struktur organisasi atau kepemilikian dan rutinitas yang ada di dalamnya; 3) ideologi (visi-misi) yang dihidupi sebuah lembaga dan 4) 3) faktor eksternal yang ada diluar lembaga seperti aturan pemerintah, pemasang iklan dan audiens, pasar dan teknologi (Purnama dan Hikmat, 2005; Shoemaker dan Reese, 1996).

2.4.4 Strategi Media dalam Mengkonstruksi Realitas (Berita)

(47)

melakukan tiga kegiatan sekaligus yaitu penggunaan simbol-simbol (language), melaksanakan strategi pengemasan pesan (framing strategies), dan melakukan fungsi agenda media (agenda setting).

Pertama, semua isi media (khususnya surat kabar) adalah bahasa baik itu kata, angka, gambar ataupun grafis. Dalam proses konstruksi, bahasa menjadi instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa menjadi alat konseptualisasi dan alat narasi. Untuk media, bahasa bukan hanya sebatas alat untuk menceritakan sebuah realitas tetapi juga penentu makna (citra) mengenai suatu realitas yang akan muncul di benak pembaca. Pilihan kata yang berbeda akan menentukan makna yang berbeda pula. Giles dan Wiemann menjelaskan bahasa bisa menentukan konteks. Melalui bahasa (pilihan kata, gambar, dan cara penyajiannya), media dapat mempengaruhi orang lain atau memanipulasi konteks (Hamad, 2004). Pemilihan kata atau simbol (tanda), pertama-tama bertujuan untuk membangkitkan makna karena tanda selalu dapat dipersepsi oleh perasaan (sense) dan pikiran (reason) manusia. Dengan akal sehat, seseorang akan menghubungkan sebuah tanda pada rujukannya (reference) untuk menemukan makna tanda tersebut. Ada beberapa cara media dalam mempengaruhi makna yaitu mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya, memperluas makna lama dan istilah-istilah lama, mengganti makna lama dengan istilah makna baru dan memantapkan konvensi makna yang telah ada dalam suatu sistem bahasa (Menant, 2014; Hamad, 2004).

(48)

tanda yang berbeda akan memberikan dampak yang berbeda pula. Jadi dapat dikatakan bahwa makna yang dibangun dari penggunaan simbol-simbol (bahasa) mendorong lahirnya sebuah tindakan dan tindakan tersebut akan melahirkan sebuah realitas baru (Hamad, 2004; Couldry, 2003).

Gambar 2. 4 Hubungan antara Makna dan Realitas

Kedua, media melakukan strategi pengemasan/pembingkaian (framing) suatu peristiwa. Keterbatasan kolom dan halaman menyebabkan suatu peristiwa sulit ditampilkan secara utuh. Dengan kata lain, sebuah peristiwa yang panjang akan ‘disederhanakan’ dengan kaidah-kaidah jurnalistik melalui pembingkaian fakta-fakta sehingga layak terbit. Media hanya akan menyoroti dan menyajikan hal-hal penting (mempunyai nilai berita) saja. Pembuatan frame itu juga didasarkan oleh berbagai kepentingan internal maupun ekstenal media baik secara teknis, ekonomis, politis maupun ideologis. ‘Aturan dan norma’ yang terjadi

(49)

waktu dan ruang yang diberikan semakin besar pula perhatian publik akan peristiwa tersebut. Dampak dari agenda setting adalah lahirnya sebuah realitas di benak masyarakat. Apa yang disajikan, itu pula yang akan diingat mereka (Hamad, 2004).

Dari ketiga tindakan tersebut, gambaran (citra) sebuah realitas tergantung pada bagaimana media massa menggunakan simbol-simbol bahasa (language), mengurut-urutkan fakta (framing setting) dan memberikan kesempatan (ruang dan waktu) untuk sebuah peristiwa yang dikomunikasikan kepada publik. Satu hal harus disadari bahwa media berfungsi sebagai pembentuk gambaran realitas yang sangat berpengaruh terhadap banyak orang. Interpretasi media atas suatu peristiwa dapat mengubah interpretasi orang tentang suatu peristiwa (realitas) apalagi bila media tersebut temasuk media prestisius yang biasa dirujuk publik dalam berperilaku (Hamad, 2004).

2.4.5 Kerangka Teori

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pengantar

Media bukanlah sebatas sumber informasi, namun kerap juga menjadi pendorong (trigger) perubahan sosial di dalam masyarakat. Banyak aspek dari media massa yang membuat dirinya menjadi sangat penting dalam perubahan sosial seperti yang sudah disebutkan sebelumnya seperti jangkauannya yang sangat luas, kemampuannya dalam melipatgandakan pesan, kemampuannya dalam membentuk rantai informasi (Hamad, 2004; Eriyanto, 2001). Media memiliki peranan yang sangat penting dalam komunikasi dan pembuatan wacana publik. Bahasa yang digunakan oleh media bukanlah fenomena netral sehingga diperlukan analisis kritis terhadap penggunaan bahasa tersebut. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pendekatan dan metode penelitian yang digunakan.

3.2 Paradigma, Strategi dan Fokus Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan paradigma kritis dimana paradigma ini melihat wacana sebagai bentuk praktik sosial (Arifin, 2012; Eriyanto, 2001). Secara ontologisme, paradigma ini menganggap bahwa realitas dibentuk dan dipengaruhi oleh berbagai kekuatan sosial, politik, budaya, ekonomi, etnik dan lain sebagainya dalam waktu yang panjang (Hamad, 2004).

(51)

yang bertujuan misalnya mempengaruhi, membujuk, menyanggah dan sebagainya. Kedua, konteks (aspek historis) seperti latar, situasi, peristiwa dan kondisi juga memiliki peranan yang penting dalam membentuk makna/wacana. Ketiga, wacana bukanlah sesuatu yang netral tetapi sebuah pertarungan kekuasaan. Terakhir, ideologi suatu media bersifat sosial tidak personal dan biasa digunakan anggota kelompok tertentu sebagai sikap atau identitas yang membedakan dengan kelompok lain (Eriyanto, 2001)

Dengan paradigma kritis ini, strategi penelitian yang dipilih adalah analisis wacana kritis. Dalam analisis wacana kritis, ada lima pendekatan utama yaitu pendekatan analisis bahasa kritis (critical linguistics), pendekatan Prancis (French discourse analysis), pendekatan kognisi sosial (social cognitive approach), pendekatan perubahan sosial budaya (sociocultural change approach), dan pendekatan wacana sejarah (discourse historical approach). Pada penelitian ini akan dipilih pendekatan perubahan sosial budaya yang memandang wacana sebagai praktik sosial dimana dalam praktik tersebut ada hubungan dialektis antara praktik diskursif dengan identitas dan relasi sosial. Wacana juga melekat dalam institusi, kelas sosial dan situasi tertentu. Pendekatan ini dikembangkan oleh Fairclough (Eriyanto (2001). Dengan pertanyaan penelitian yang sudah disebutkan pada BAB I, maka fokus penelitian ini adalah bentuk wacana CSR dan realitas dibalik teks CSR pada Kompas tahun 2007-2016.

3.3 Metode Penelitian

(52)

(sociocultural change approach), dimana pendekatan ini memandang perlunya memahami teks dan konteks sekaligus untuk memahami sebuah fenomena, karena suatu wacana memiliku unsur yang saling mempengaruhi wacana dan sosial. Kerangka analisis wacana kritis (CDA) dari Faiclough akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Fairclough membagi analisis wacana dalam tiga dimensi yaitu teks, praktik diskursif dan praksis sosial. Pertama, teks adalah semua yang mengacu ke wicara, tulisan, grafik, dan kombinasinya atau semua bentuk lingustik teks. Dimensi teks dianalisis secara linguistik dengan melihat kosakata (perbendaharaan kata), penggunaan istilah dan metafora yang mengacu ke makna atau tindakan tertentu.

Kedua, praktik diskursif adalah semua bentuk produksi dan konsumsi teks. Pada dimensi ini ada dua hal yang diperhatikan yaitu intertextuality yang diartikan sebagai hubungan antar teks yang satu dengan yang lain dan interdiscursivity masih bagian dari intertextuality yang merupakan hubungan antara genre, wacana dan style.

(53)

budaya masyarakat secara menyeluruh juga ikut menentukan perkembangan suatu wacana (Iqbal, 2011; Hamad, 2004; Eriyanto, 2001; Sheyholislami, 2001; Janks, 1997). Fairclough (2010) juga menyarankan supaya peneliti 1) berfokus pada “ketidakberesan sosial” dalam aspek semiotiknya, 2) mengidentifikasi hambatan -hambatan untuk menangani “ketidakberesan sosial” tersebut, 3) mempertimbangkan apakah “ketidakberesan sosial” tersebut dibutuhkan dan 4)

mengidentensifikasi cara-cara yang mungkin untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut (Haryatmoko, 2016).

Gambar 3. 1 Dimensi Wacana Fairclough

3.3.1 Kerangka Analisis

(54)

dalam level analisis mikro, tahap interpretasi masuk ke dalam level analisis meso dan tahap eksplanasi masuk ke dalam analisis makro. Berikut ini gambar dan tabel kerangka analisis wacana Fairclough (Hamad, 2004; Eriyanto, 2001; Haryatmoko, 2016).

Gambar 3. 2 Kerangka Analisis Wacana Fairclough

Tabel 3. 1 Level Analisis dan Metode Penelitian

No. Level Masalah Level analisis Metode penelitian

1 Praksis sosial budaya Makro Literatur atau wawancara 2 Praktik diskursif Meso Literatur atau wawancara

3 Teks Mikro Perseptif (naluriah) dan Teks

eklektif

(55)

(including areas of social life) which are represented – the main ‘themes seperti yang disarankan Fairclough (2003). Kemudian, analisis teks eklektif akan dipakai karena sesuai keperluan penelitian dimana berita mencakup minimal tiga aspek yaitu perlakuan atas berita (agenda setting), strategi pengemasan (framing strategies) dan penggunaan simbol-simbol CSR (language of CSR). Pada level ini, teks diurai dan dianalisis secara deskriptif. Berikut tabel instrumen analisis teks eklektif yang dikutip dari Gamson dan Modigliani dalam Hamad (2004).

Tabel 3. 2 Instrumen Analisis teks Eklektif

Unsur kerangka teori

Unsur pembentuk teks

Evidensi Alat pembuktian Bukti

dalam teks

Makna

Fungsi agenda setting

Perlakuan atas peristiwa

Tema yang diangkat

Strategi framing

Sumber yang dikutip

Penempatan berita Nama atribut sosial dan sumber

Cara penyajian

Pilihan fakta yang dimuat

Struktur penyajian Fungsi bahasa Simbol yang

digunakan

Verbal: kata, istilah, frase

Nonverbal: foto, gambar

Jalan pikiran (kesimpulan) yang dibuat:

(56)

pertimbangan apa saja yang digunakan ketika menyusun teks tersebut. Kemudian, pusat penggalian data dihubungkan dengan “text consumtion” yaitu bagaimana faktor pembaca menjadi pertimbangan dalam penyusunan teks. Pada level ini ada sebuah proses interpretasi atas teks dengan menafsirkannya dengan praktik wacana yang dilakukan.

Pada level makro, penjelasan atas penafsiran pada tahap kedua dengan menghubungkan proses produksi teks dengan konteks (sosial budaya, ekonomi dan politik) dimana media itu berada. Untuk memahami hal tersebut, penggalian data dengan studi pustaka atau wawacara akan dilakukan untuk memahami konteks lebih mendalam.

3.3.2 Prosedur Penelitian

(57)

Gambar 3. 3 Form Pencarian Data

Pada form pencarian data di atas, ‘Sumber’ dipilih ‘semua’ karena sumbernya bisa berupa kata-kata maupun gambar. ‘Media’ dipilih adalah ‘Seluruh Kompas’ supaya halaman tambahan seperti berita daerah juga masuk. ‘Tanpa Arsip iklan’ tidak dicentang sehingga iklan juga ikut masuk. Berikutnya, ‘Kata Kunci’ diketikkan ‘CSR’ dan pada ‘Waktu’ dipilih ‘Antara’ dengan tanggal, bulan dan tahun yang lengkap yaitu 2007-01-01 sampai dengan 2016-12-31. Selain itu, tidak ada yang berubah seperti tampilan di atas, lalu ‘cari’ dan akan muncul tampilan seperti Gambar 3.5 di bawah ini.

(58)

Dari hasil pencarian, ada sebanyak 1121 data yang ditemukan. Data itu dipilah-pilah dan dikelompokkan berdasarkan tahun, bulan dan berdasarkan kategori (news, views, advertisement). Setelah pemilahan dan pengelompokan data dilakukan, maka analisis perseptif (naluriah) dengan cara yang disarankan Fairclough (2003) yaitu identify the main parts of the world (including areas of

(59)

(Harsono, 2010). Kemudian, dua data dengan kategori berita (news) dimana penulisnya menggunakan nama inisial juga dipilih pada bulan tertentu setiap tahunnya. Bulan yang dipilih adalah bulan yang memiliki jumlah data menggunakan penulis inisial terbanyak. Kemudian data itu dianalisis menggunakan teks eklektif. Selanjutnya, dilakukan analisis secara menyeluruh sesuai dengan kerangka analisis yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Gambar 3. 5 Prosedur Penelitian

3.4 Kualitas dan Keterbatasan Penelitian

Dengan mengikuti aturan metodologis paradigma kritis tersebut, ada tiga kriteria kualitas penelitian yang harus dipenuhi. Pertama, penelitian haruslah memperhatikan konteks seperti sosial budaya, ekonomi dan politik (historical situatedness). Kedua, peneliti harus menghindarkan diri dari hal-hal yang seharusnya tidak masuk ke dalamnya, baik karena ketidaktahuan maupun kesalahpengertian. Ketiga, hasil riset harus mendorong perubahan sosial (emansipatoris) (Hamad, 2004).

(60)

sudah dalam bentuk jadi (arsip). Walau demikian peneliti akan mencoba mengatasi kendala ini lewat wawancara untuk melihat proses pembuatan teks mulai dari perencanaan hingga cetak dan studi literatur untuk memperdalam pemahaman dalam analisis. Berikutnya, penelitian ini belum tentu bisa mendorong perubahan sosial secara langsung tapi setidaknya penelitian ini mencoba memberi implikasi ke arah perubahan tersebut. Terakhir, dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat dari luar bukan sebagai partisipan langsung sehingga peneliti belum tentu bisa menangkap secara menyeluruh dinamika di dalam ruang redaksi.

Berikutnya, salah satu kesulitan dalam penelitian ini adalah persoalan kata kunci yang dipakai dalam mencari data. Dalam pencarian data, kata kunci (keyword) yang digunakan adalah seperti CSR, ‘tanggungjawab sosial’, ‘tanggungjawab sosial perusahaan’ dan ‘tanggungjawab sosial dan lingkungan’,

‘tanggungjawab sosial dan lingkungan perusahaan’. Masing-masing memiliki

jumlah (hasil) pencarian yang berbeda-beda. Setelah peneliti memperhatikan, kebanyakan hasil pencarian masing-masing kata kunci ada pada hasil pencarian dengan kata kunci CSR. Tambahan lagi, hasil pencarian dengan kata kunci CSR memiliki jumlah terbanyak dibandingkan kata kunci yang lain. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk menggunakan kata kunci CSR saja dalam penelitian ini. Tentu pilihan ini memiliki konsekuensi karena tidak memberikan ruang pada kata kunci lain misalnya seperti ‘lingkungan’ dan‘sosial’ yang kemungkinan memiliki isi (konten) berkaitan dengan CSR.

(61)

dari Kovach dan Rosenstiel (2006) dan Harsono (2010) yang mengkritik media-media Indonesia karena kurang berani menonjolkan nama dan suara wartawan secara individu (byline) sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dalam dunia jurnalisme. Media-media Indonesia termasuk Kompas lebih senang memuat berita/artikel atas nama institusi/lembaga. Alasan lainnya, penulis melihat jumlah data dengan penulis inisial memang jauh lebih banyak daripada byline. Tentu dengan menyertakan data dengan penulis byline bisa memperkaya penelitian tetapi peneliti membatasi pada data yang menggunakan inisial saja dengan alasan yang sudah disebutkan di atas.

(62)

3.5 Kerangka Metode Penelitian

(63)

BAB IV

GAMBARAN HARIAN KOMPAS

4.1 Sejarah Singkat

Kompas pertama kali terbit pada tanggal 28 Juni 1965. Kompas diterbitkan oleh PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari kelompok usaha Kompas Gramedia (KG). Sejak berdiri, Kompas mengusung semboyan, “Amanat Hati Nurani Rakyat”. Sebelum Kompas berdiri, Petrus

(64)

mengarungi lautan dan rimba”. Berikut ini peneliti mencoba menguraikan

peristiwa penting sejarah Kompas dalam Tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kompas

Tahun Peristiwa penting

1963 Awal kelahiran dari majalah bulanan Intisari, tepatnya pada 17 Agustus 1963 oleh PK Ojong, Jakob Oetama, J. Adisubrata, dan Irawati SH

1965 Surat kabar Kompas terbit pertama kali dari mingguan menjadi dalam dua tahun sejak berdiri dengan oplah 30.650 eksemplar 1970 Berdirinya toko buku Gramedia yang pertama di Jalan Gajah Mada,

Jakarta Pusat

1971 Percetakan Gramedia didirikan di jalan Palmerah Selatan dan diresmikan pada 25 November 1972 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin

1972 Radio Sonora 92.00 FM didirikan

1973 Majalah anak-anak Bobo, teman bermain dan belajar diterbitkan 1974 PT Gramedia Pustaka Utama didirikan sebagai penerbit buku

umum

1984 Rubrik BOLA diterbitkan dan kemudian menjadi tabloid yang berdiri sendiri pada 1988

1985 Elex Media Komputindo didirikan untuk menerbitkan buku-buku komputer, elektronik dan komik

1987 Awal surat kabar Tribun dimulai setelah mengambil alih kepemilikan perusahaan penerbitan Pagi Surya (1986), Sriwijaya Post (1987), Swadesi (1998), Pos Kupang (1992) dan Banjamasin Post (1994)

1988 PT Graham Kerindo Utama didirikan sebagai converting tissue berkualitas dengan brand Tessa

1990 PT Gramedia Widiasarana (Grasindo) didirikan

(65)

Tahun Peristiwa penting

didirikan

1998 Kompas.com pertama kali dilucurkan dibawan naungan PT Kompas Cyber Media (KCM)

1999 Warta Kota untuk warga jakarta dan sekitarnya diterbitkan

2000 PT Duta Visual Nusatara Tivi Tujuh (TV7) didirikan kemudian berubah menjadi Trans 7 pada 2006 setelah masuk PT Trans Corporation dalam kepemilikan saham

2005 Universitas Multimedia Nusantara (2005) didirikan dan dikelola oleh Yayasan Media Informasi Kompas Gramedia

2009 Kompas TV diluncurkan

Saat ini, Kompas yang dulu hanya sebuah surat kabar sudah merambah ke bisnis lain selain surat kabar. Semua unit bisnis Kompas berada di bawah kelompok usaha Kompas Gramedia (KG) . Dalam penelitian ini, peneliti akan tetap berfokus pada Kompas saja walaupun secara tidak langsung bisa dikatakan unit bisnis yang satu dengan yang laintetap memiliki korelasi. Walau demikian peneliti akan memaparkan uni-unit bisnis perusahaan Kompas Gramedia sebagai gambaran umum perusahaan secara menyeluruh dimana Kompas (surat kabar) ada di dalamnya (www.kompasgramedia.com, 2017).

Tabel 4. 2 Unit Bisnis Kompas Gramedia

Unit bisnis Brand

Surat Kabar (newspaper) Kompas, Banjarmasin Post, Super Ball, Prohaba Kontan, Serambi Indonesia, Sriwijaya Post, Tribun Majalah (magazine) Intisari, Hai, Info Komputer, Angkasa, JIP, IDEA,

(66)

Unit bisnis Brand

Indonesia, National Geographic Traveler, National Geographic kids, Paman Gober, Disney Princess, Donald, Commando, Disneys Cars, Barbie

Tabloid Otoplus, Motorplus, Rumah, Saji, Nova, Nakita, Bola, Kontan

Penerbit (book publisher) Penerbit Buku Kompas, M & C!, Grasindo, BIP, Elex Media Komputindo, KPG, Gramedia Penerbit buku utama

Retail & Distribution Kompas Gramedia, Teeny Teensy, Milors,

Otomontif, Taranaki, Jasatama Pola Media Electronics &

Multimedia

Kompas.com. Kompas TV, Gramedia.com, Tribunnews.com, K-Vision, Kompasiana, Kompas Gramedia Value Card, kompaskarier.com, Wartakotalive, Transito Ad, KTV, Juara Net, Eltira Jogja Spirit, Sonora FM, Grid.id, Otomania.com, Nextren.com, Pijaru, Otobursa.com, Cewekbanget.id, SmartFM, radio Bpost, BangkaJess, Radio Palupi, Raka Bandung, DB Radio Cirebon, Serambi FM, Kalimaya Baskara, Prima, Ria FM Solo, Motion Radio

Training & Education UMN, ELTI Gramedia, Gramedia Academy,

Diginusa, Robolego

Hotels & Resorts Santika Indonesia, amaris Hotel, The Anvaya, The Royal Collection

Manufactures Gramedia Printing Group, Metaform, Tessa, Multi,

Grace Paper, Peemo, Dynasty Creative Business, Event

& Venue

PT Dyandara Promosindo, Grid Sotory Factory, ACT!, Nusa Dua Indonesia

4.2 Visi-Misi dan Nilai Keutamaan Kompas

Visi Kompas adalah “Menjadi institusi yang memberikan pencerahan bagi

(67)

Misi Kompas adalah “Mengantisipasi dan merespon dinamika masyarakat

secara profesional, sekaligus memberi arah perubahan (trendsetter) dengan menyediakan dan menyebarluaskan informasi terpercaya”.

Seluruh kegiatan dan keputusan yang dilakukan harus berdasarkan dan mengikuti nilai-nilai dasar Kompas yaitu menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaan dengan harkat dan martabatnya, mengutamakan watak baik, profesionalisme, semangat kerja tim, berorientasi kepada kepuasaan konsumen (pembaca, pengiklan, mitra kerja penerima proses selanjutnya) dan tanggungjawab sosial, dan bertingkah laku mengikuti nilai-nilai (Sularto (ed.), 2007).

4.3 Kebijakan Redaksional Kompas

(68)

dengan pertimbangan yang dirasa aktual, dapat dijadikan proses pemikiran dan pemahaman pembaca seperti yang dirasakan serta dicoba untuk dikembangkan oleh wartawan. 8) Kompas tidak akan memuat hal-hal yang berbau SARA (httpabstrak.ta.uns.ac.idwisudauploadD1213058_bab2.pdf-diakses12 April 2017).

4.4 Struktur Organisasi dan Redaksi Kompas (Kasman, 2010)

(69)

Gambar 4. 2 Struktur Redaksi Kompas

Moh. Nasir menjelaskan bahwa jumlah karyawan yang berada di bawah PT Kompas Media Nusantara (KMN) saat ini (2017) ada sekitar 700an orang dan 300an di antaranya adalah wartawan yang berada di lapangan. Pada tahun 2006, komposisi usia karyawan Kompas di bawah usia 30 tahun sebesar 38%, usia antara 30-40 tahun sekitar 31%, usia antara 40-50 tahun sebesar 21% dan usia lebih dari 50 tahun sebesar 10 %. Komposisi jenjang pendidikan karyawan kompas di bawah S1 sebesar 43 %, lulusan S1 sebesar 54% dan lulusan S2/S3 sebesar 3%.

4.5 Rubrik Kompas

(70)

Kompas hari minggu, konten di dalamnya berbeda dengan hari biasa. Rubrik Kompas terdiri dari berita utama, politik dan hukum, opini (kolom, tajuk rencana, surat pembaca, artikel opini, analisis ekonomi, analisis politik), internasional (Asia-pasifik, Eropa, Amerika, Timur Tengah, Afrika), pendidikan dan kebudayaan, pengetahuan dan teknologi (sains, lingkungan, kesehatan, gawai, teknotrika), umum, sosok, bisnis dan keuangan (finansial, sektor riil, makro, energi, properti), nusantara, metropolitan, olahraga, multimedia, nama dan peristiwa, dan gaya hidup (gaya, kehidupan, aksen, langgam, ruang dan desain, avontur, kuliner, hobi dan komunitas) (https://kompas.id/ - diakses pada 18 April 2017).

4.6 Keunggulan Kompas

(71)

Peristiwa. Rubrik ini berisi tulisan yang memaparkan secara singkat pengalaman atau peristiwa seseorang yang dikenal oleh masyarakat. Rubrik ini sejak 2007 diletakkan pada halaman tiga puluh dua (32) dan dilengkapi dengan foto. Ketiga adalah Surat Pembaca/Redaksi Yth. Rubrik ini sejak 2005 ditempatkan pada halaman tujuh (7). Pada rubrik ini berisi berbagai respons tertulis dari pembaca yang berisi kritik, klaim, keluhan, usul dan pendapat yang bersangkutan dengan kepentingan masyarakat luas. Keempat, rubrik Tajuk Rencana berisi tulisan pendapat atau sikap Kompas mengenai suatu peristiwa atau persoalan. Rubrik ini diletakkan pada halaman enam (6) sejak 2005. Terakhir adalah rubrik Sosok. Rubrik ini berisi tulisan yang menampilkan sosok seseorang, baik dari segi pengalaman dan pencapaian maupun ketokohannya. Rubrik ini ditempatkan pada halaman enam belas (16) (Sularto (ed.), 2007).

(72)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Pengantar

Sebelum masuk ke dalam tahap analisis, peneliti akan menjelaskan terlebih dahulu mengenai proses dan hasil pemilahan dan pengelompokan data yang dilakukan. Hasil pencarian data selama sepuluh tahun (1 Januari 2007-31 Desember 2016) ada sebanyak 1121 data. Data tersebut dilihat per tahun kemudian memilih tanda cetak (print) seperti pada Gambar 5.1 di bawah ini (contoh tahun 2007) dan hasilnya adalah berupa rangkuman (bukan teks penuh).

Gambar 5. 1 Hasil Pencarian Klipping Tahun 2007

Selanjutnya, data tercetak dikelompokkan berdasarkan tahun, bulan dan kategori data. Kategori tersebut dibuat berdasarkan keterangan yang tersedia (dibuat) pada masing-masing data, misalnya, “Berbagi untuk Anak Negeri *korporational”. Setelah melihat keseluruhan data tercetak, paling tidak ada enam

Gambar

Gambar 2. 2 Model Lingkaran yang Memusat
Tabel 2. 1 Contoh Bentuk-Bentuk Wacana CSR (Tanggungjawab Sosial Perusahaan)
Gambar 2. 4 Hubungan antara Makna dan Realitas
Gambar 2. 5 Kerangka Teori
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan tahap (model) I Analisis Regresi yang menunjukkan kesadaran pada kesehatan atau perhatian pada keamanan makanan berpengaruh positif terhadap

Menurut penulis, berdasarkan hasil wawancara dengan para narasumber, penulis sependapat bahwasanya upaya penanggulangan tindak pidana korupsi penyalahgunaan wewenang dalam

Di gunung lawu / Terdapat padang rumput pegunungan banjaran Festuca nubigena yang mengelilingi sebuah danau gunung di kawah tua menjelang Pos terakhir menuju puncak pada

Disamping tidak dicantumkannya secara tegas asas-asas umum pe nye- lenggaraan bangunan gedung dalam batang tubuh, pengaturan sanksi dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lombok

Berdasarkan dari subtansi latar belakang diatas, maka secara spesifik akan dibahas dan ditinjau secara empiris mengenai kondisi penggunaan utang atau struktur

Pengarang menggambarkan pengalaman tersebut ke dalam tulisan yang menjadikan sebuah karya sastra dalam bentuk fiksi, prosa (drama) ataupun puisi. Novel merupakan contoh

Dan dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana untuk masyarakat, sasaran pembiayaan yang diperioritaskan Bank Muamalat Indonesia Cabang Medan adalah untuk sektor

Pendekatan geofisika yang dilakukan yaitu menggunakan metode Geolistrik Resistivitas sounding yang merupakan upaya lanjutan dari penelitian-penelitian sebelumnya sehingga