SISTEM MANAJEMEN DATA BASE
PEMELIHARAAN JALAN
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Data Base Management System
for Road Maintenance
Based on Geographic Information System
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Teknik
Disusun oleh:
M E L L Y N I T A
S940809107
MAGISTER TEKNIK SIPIL KONSENTRASI
TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
SISTEM MANAJEMEN DATA BASE
PEMELIHARAAN JALAN
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Disusun oleh :
MELLYNITA
NIM. S940809107
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Tim Pembimbing :
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Ir. Ary Setyawan, M.Sc(Eng), Ph.D.
NIP. 196612041995121001
... ...
Pembimbing II Ir. Agus P. Saido, M.Sc.
NIP. 195505011986011001
... ...
Mengetahui :
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS. NIP. 194804221985032001
SISTEM MANAJEMEN DATA BASE
PEMELIHARAAN JALAN
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Disusun oleh:
M E L L Y N I T A
S940809107
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Tesis Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta
pada hari Rabu, tanggal 2 Februari 2011
Dewan Penguji:
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua S.A. Kristiawan, S.T., M.Sc.,Ph.D.
NIP. 196905011995121001
...
Sekretaris Prof. Dr. Ir. Sobriyah, M.S.
NIP. 194804221985032001
...
Penguji I Ir. Ary Setyawan, M.Sc(Eng), Ph.D.
NIP. 196612041995121001
...
Penguji II Ir. Agus P. Saido, M.Sc.
NIP. 195505011986011001
...
Mengetahui:
Direktur Program Ketua Program Studi
Pascasarjana Magister Teknik Sipil
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. Prof. Dr. Ir. Sobriyah, M.S.
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:N a m a
: Mellynita
NIM
: S 940809107
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul:
SISTEM MANAJEMEN DATA BASE PEMELIHARAAN JALAN
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, tertulis dalam tesis tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka,
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari gelar tersebut.
Surakarta, Februari 2011
Yang membuat pernyataan
commit to user
vUCAPAN TERIMA KASIH
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Sistem Manajemen Basis Data Pemeliharaan Jalan Berbasis Sistem Informasi Geografis dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yan sebesar-besarnya kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta;
2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta;
3. Pusat Pembinaan Keahlian Teknik Konstruksi (PUSBIKTEK), Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia, Kementrian Pekerjaan Umum yang telah memberikan beasiswa pendidikan kepada penulis;
4. Prof. Dr. Ir. Sobriyah, M.S., selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret atas saran dan kritiknya;
5. Ir. Ary Setyawan, M.Sc.(Eng.), Ph.D., dan Ir. Agus P. Saido, M.Sc., atas dukungan, bimbingan, petunjuk dan saran yang diberikan selama penelitian dan penyusunan tesis ini;
6. S. A. Kristiawan, S.T., M.Sc., Ph.D., atas saran dan kritiknya;
7. Seluruh dosen dan staf, atas ilmu, dukungan dan fasilitas yang diberikan;
8. Bupati Kabupaten Cirebon yang telah mengijinkan penulis mengikuti pendidikan; 9. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Daerah Kabupaten Cirebon dan Dinas
Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Cirebon yang telah mengurus segala administrasi kepegawaian selama penulis mengikuti pendidikan,
10. Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cirebon, Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Cirebon dan Kepolisian Resor Cirebon atas dukungan data dan informasi yang diberikan;
11. Aries Susanto, S.Sos., dan Tseiraya A. K., suami tercinta dan putri kecilku sang pelangi hati atas pengertian, kasih sayang, doa, motivasi dan dukungan yang tiada tara; 12. H. Singgih Prayitno dan Hj. Mossi Mekani, orangtua terkasih yang selalu memberikan
kasih sayang, doa dan dukungan atas segala keberhasilan; 13. Ibu mertua Hj. Suningsih, akan kasih sayang dan doanya;
14. Saudara-saudara kandung saya Bayu Pramos, Gerry Sigit, Zicco Hudyoro dan ipar-ipar saya serta keluarga besar atas bantuan, dukungan dan doanya;
15. Ibu Pemi Nuraheni, Mas Erwan Andreas dan Ginan, atas kesediaannya menampung saya selama tinggal di Kota Surakarta.
16. Teman-teman mahasiswa MTRPBS angkatan 2009, untuk persahabatan, kebersamaan dan kerjasamanya;
17. Semua sahabat Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Cirebon yang telah memberikan bantuan, doa dan dukungannya akan penelitian ini;
18. Dhamayanti S.T. dan Sri Rahayu, S.T., akan waktu dan bantuannya dalam menyelesaikan penelitian ini;
19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga bantuan yang telah bapak dan ibu berikan bernilai ibadah dan mendapat ridha dari Allah SWT. Amin.
commit to user
viiABSTRAK
Pembangunan jalan kabupaten di Kabupaten Cirebon merupakan pembangunan yang dilaksanakan secara sinergis, efektif dan berkelanjutan. Strategi penanganan jalan di Kabupaten Cirebon diprioritaskan pada jaringan jalan strategis untuk meningkatkan pelayanan jasa distribusi dalam memajukan empat sektor ekonomi andalan yaitu pertanian, industri, perdagangan dan pariwisata. Salah satu kawasan andalan yang terletak di sentral Kabupaten Cirebon adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Bina Marga Plumbon yang merupakan wilayah administrasi, industri, pariwisata, perdagangan dan penggerak perekonomian. Guna menunjang pembangunan tersebut maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat menentukan kondisi jaringan jalan kabupaten dengan sistematis dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat basis data teknis jaringan jalan kabupaten berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Jalan yang berkelanjutan berbasis SIG.
Tahapan penelitian meliputi penyusunan basis data berupa inventarisasi jaringan jalan kabupaten di Unit Pelaksana Teknis Dinas Bina Marga Plumbon Kabupaten Cirebon. Pemilihan lokasi tersebut berdasarkan ketersedian data yang ada. Metode penelitian yang diterapkan adalah penelitian survai dengan strategi deskriptif kuantitatif berdasarkan parameter SPM Jalan dalam menentukan pemenuhan SPM Jalan kabupaten yang meliputi aspek aksesibilitas, aspek mobilitas, aspek keselamatan, aspek kondisi jalan dan aspek pelayanan jalan yang berbasis pada Sistem Informasi Geografis. Kelima parameter tersebut menghasilkan peringkat tiap-tiap parameter SPM dan nilai pemenuhan parameter SPM untuk menentukan kategori pemenuhan jalan kabupaten yaitu dengan hasil rekomendasi pemenuhan syarat SPM dari aspek jaringan jalan dan aspek ruas jalan yang disajikan dalam format SIG berupa data spatial maupun tabel atribut data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan SIG telah dapat disusun suatu basis data digital berupa peta dan attribut tabel yang berisi inventarisasi data teknis jaringan jalan kabupaten di Unit Pelaksana Teknis Dinas Bina Marga Plumbon Kabupaten Cirebon berdasarkan Standar Pelayanan Minimal Jalan terhadap pengguna jalan. Hasil analisa yang didapat yaitu berupa hasil pemenuhan SPM jaringan jalan yaitu aspek aksesibilitas, mobilitas dan keselamatan yang seluruhnya tidak memenuhi syarat SPM, sedangkan pemenuhan dari SPM ruas jalan terdapat delapan ruas jalan sepanjang 34,86 km (18,56 %) yang memenuhi semua aspek SPM ruas jalan yaitu aspek kondisi jalan, lebar jalan dan pelayanan jalan, 37 ruas jalan sepanjang 111,60 km (59,41 %) yang hanya memenuhi aspek kondisi jalan dan pelayanan jalan dan 13 ruas jalan sepanjang 37,80 km (20,12%) yang hanya memenuhi aspek pelayanan jalan, serta terdapat dua ruas jalan sepanjang 3,60 km (1,92%) yang termasuk dalam kategori tidak Memenuhi Syarat SPM.
ABSTRACT
Construction of district roads in Cirebon District are conducted in a synergistic, effective and sustainable development. Road management strategies in the Cirebon District priority on the strategic road network to improve distribution service in advancing the economic mainstay of the four sectors of agriculture, industry, commerce and tourism. One of the key region that is located in the central District of Cirebon is a Technical Implementation Unit Department of Highways (TIUDH) Plumbon which is the administrative region, industry, tourism, trade and economy stimulus. To support such development is required of a Geographic Information System (GIS) that can determine the condition of the district road network systematicly and sustainable. This research aims to create a technical data based of district road network based on sustainable Road Minimum Service Standards (RMSS) and GIS.
Stages of research include the preparation of an inventory database of district road network in the TIUDH Plumbon, Cirebon District. Selection of location was based on the availability of existing data. Research method applied is survey with research descriptive quantitative strategies based on parameters in determining the fulfillment of RMSS that covers aspects of accessibility, mobility, safety, road conditions and road service based on Geographic Information System. All five of these parameters produce ratings for each parameter and value fulfillment of RMSS parameters to determine which category of district compliance with the recommendations of the RMSS eligibility of the road network and road segment aspects that are presented in GIS formats in the form of spatial data and attribute data tables.
The results showed that the GIS has to be compiled a digital database of maps and attribute table containing technical data inventory district road network in the TIUDH Plumbon Cirebon District based on RMSS to road users. Analysis results obtained in the form of RMSS road network that is aspects of accessibility, mobility and safety are entirely ineligible RMSS, while the fulfillment of the RMSS road segment are eight roads along the 34.86 km of roads (18.56%) that meet all aspects of the RMSS with aspects of roads conditions, roads wide and roads services, 37 road segments along 111 , 60 km (59.41%) who only fulfills the conditions of roads and services of roads and 13 road segments along the 37.80 km (20.12%), which meets only aspect of the services roads, and there are two road segments along the 3.60 km (1.92%) included in the category are not eligible to RMSS.
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
ii
LEMBAR PENGESAHAN ...
iii
PERNYATAAN KEASLIAN ...
iv
UCAPAN TERIMA KASIH ...
v
ABSTRAK ...
vii
ABSTRACT ...
viii
KATA PENGANTAR ...
ix
DAFTAR ISI ...
x
DAFTAR TABEL ...
xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii
DAFTAR SINGKATAN ... xxvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang……… ...
1
1.2. Rumusan Masalah……… ...
2
1.3. Tujuan Penulisan……… ...
3
1.4. Manfaat Penulisan..……… ...
3
1.5. Batasan Masalah ...
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1.
Tinjauan Pustaka...
5
2.1.1. Standar Pelayanan Minimal Jalan ...
5
2.1.2. Sistem Informasi Geografis ...
6
2.2.
Landasan Teori ...
8
2.2.1. Peran, Pengelompokan, dan Bagian-Bagian Jalan ...
9
2.2.1.1. Peran
Jalan………...
9
2.2.1.3. Pengelompokan Jalan Menurut Fungsi………….
9
2.2.1.4. Pengelompokan Jalan Umum Menurut Status…..
10
2.2.1.5. Kriteria Jalan Menurut Pelayanan……….
10
2.2.1.6. Kelas
Jalan……….
11
2.2.2. Bagian-Bagian Jalan ...
11
2.2.3. Penguasaan, Wewenang Pemerintah, Pemerintah Propinsi,
dan Pemerintah Kabupaten ...
11
2.2.3.1. Penguasaan
Atas
Jalan………..
11
2.2.3.2. Penyelenggaraan
Jalan Berdasarkan
kewenangannya……….
11
2.2.4. Pembangunan Jalan Umum ...
12
2.2.4.1. Pembangunan jalan secara Umum………
12
2.2.4.2. Pembangunan Jalan Nasional………
13
2.2.4.3. Pembangunan.Jalan
Propinsi………
13
2.2.4.4. Pembangunan Jalan Kabupaten………
13
2.2.4.5. Pembangunan Jalan Kota………..
14
2.2.5. Pengawasan Jalan Umum ...
14
2.2.5.1.
Pengawasan Jalan Secara Umum……….
14
2.2.5.2. Pengawasan
Jalan Provinsi………...
14
2.2.5.3. Pengawasan
Jalan
Kabupaten………..
14
2.2.5.4. Pengawasan
Jalan Kota………
15
2.2.6. Peran Masyarakat ...
15
2.2.7. Pemeliharaan Jalan ...
15
2.2.8. Peningkatan jalan ...
17
2.2.9. Konstruksi jalan baru ...
17
2.3.
Standar Pelayanan Minimal Jalan ...
19
commit to user
xii
2.3.2. Standar Pelayanan Minimal Ruas Jalan……… ...
22
2.3.2.1.
Aspek Kondisi Jalan………
22
2.3.2.2.
Aspek Pelayanan Jalan………
25
2.3.3. Pedoman SPM Jalan Wilayah………....
25
2.4.
Sistem Informasi Geografis………
28
2.4.1. Subsistem dalam SIG……….
28
2.4.2. Pengertian Peta Digital……… .
30
2.4.3. Aplikasi SIG dalam Bidang Jalan……… .
32
2.4.4. Operasi Arc.Toolbox……… .
33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian………
36
3.2.
Metode Penelitian……… 37
3.3. Tahapan
Penelitian……….
37
3.3.1. Teknik Pengumpulan Data………
38
3.3.1.1. Data
Sekunder………..
38
3.3.1.2.
Data Primer………...
39
3.3.2 Teknik Pengolahan data ………
40
3.3.2.1.
Teknik Pengolahan Data berdasarkan Standar
Pelayanan Minimal Jalan……….
40
3.3.2.2.
Teknik Pengolahan Data berdasarkan
Penyusunan Sistem Informasi Geografis ………
41
3.4. Bagan
Alir
Penelitian……….
43
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.
Data……….
45
4.1.1 Pemerintahan ………
45
4.1.2 Kependudukan………..
45
4.1.2.1.
Kabupaten Cirebon……….
45
4.1.2.2.
Wilayah Kerja UPTD Bina Marga Plumbon……
47
4.1.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)………
51
4.1.5. Jaringan Jalan……….
56
4.1.6. Lalu Lintas……….
62
4.1.7. Data Road Condition Index (RCI)……….
64
4.1.8. Data Kecepatan Kendaraan………...
68
4.1.9. Peta………
71
4.1.9.1.
Peta Bakosurtanal………
71
4.1.9.2.
Peta Tematik………
74
4.2.
Tahapan Metode Sistem Informasi Geografis………
76
4.2.1 Bagan
Alir
SIG………..
76
4.2.2. Transfer Peta……….
82
4.2.3. Pengecekan Kondisi Peta Bakosurtanal……….
83
4.2.3.1
Transfer Gambar Peta pada Global Mapper……
83
4.2.3.2
Pengecekan peta pada Google Earth……… 85
4.2.3.3
Transfer File Google Earth menjadi Shapefile…. 87
4.2.4. Proses
Digitasi………
88
4.2.4.1
Digitasi Jalan pada Google Earth………. 89
4.2.4.2
Digitasi Batas Administrasi pada Google Earth... 90
4.2.5 Membuat
Shapefile Baru……….
91
4.2.6
Membuat Layer Baru………..
93
4.2.6.1. Layer Administrasi………...
93
4.2.6.2. LayerTransportasi……….
94
4.2.6.3. Layer Parameter………
96
4.2.6.4. Layer
Pemenuhan SPM………..
96
4.2.7. Membuat Geodatabase……….. 97
4.2.8. Proses Editing Peta………. 102
commit to user
xiv
4.2.9.2.
Pengisian Kolom Atribute………. 107
4.2.9.3.
Membuat Hyperlink Peta………. 108
4.2.10. Analisa Data pada Layer Parameter SPM………. 112
4.2.10.1. Layer Aksesibilitas……… 112
4.2.10.2. Layer Mobilitas………. 116
4.2.10.3. Layer Keselamatan……… 119
4.2.10.4. Layer Pelayanan Jalan……….. 122
4.2.10.5. Layer Lebar Jalan……….. 127
4.2.10.6. Layer Kondisi Jalan……….. 131
4.2.11. Layer Pemenuhan SPM………. 133
4.3.
Analisis Parameter Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Jalan
Kabupaten di UPTDPlumbon………. 135
4.3.1. Aspek Aksesibilitas……… 135
4.3.2. Aspek Mobilitas………. 138
4.3.3. Aspek Keselamatan……… 141
4.3.4. Aspek Kondisi Jalan……….. 144
4.3.5. Aspek Tingkat Pelayanan Jalan……….. 151
4.3.6. Pemenuhan Aspek SPM………. 154
4.4.
Analisa Pemenuhan SPM Jalan Kabupaten Cirebon di UPTD
Plumbon……….. 159
4.4.1. Rencana Strategis Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon
Tahun 2009-2013………... 159
4.4.1.1.
Visi dan Misi Dinas Bina Marga Kab. Cirebon… 159
4.4.1.2.
Tujuan, Sasaran dan Indikator Kinerja…………. 159
4.4.1.3.
Daftar Skala Prioritas Kegiatan……… 160
4.4.2. Analisa Pemenuhan SPM berdasarkan peringkat parameter
SPM………... 161
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan………...
170
Daftar Pustaka……… ... 172
Lampiran……… ...
175
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Tiga Sub-sistem Penyusun Sistem Informasi Geografis ... 28
Gambar 2.2. Konsep Data Geospatial ... 30
Gambar 2.3. Ilustrasi Analisis Merge ... 33
Gambar 2.4. Ilustrasi Analisis Dissolve ... 33
Gambar 2.5. Ilustrasi Analisis Intersect ... 34
Gambar 2.6. Ilustrasi Analisis Erase ... 34
Gambar 2.7. Ilustrasi Analisis Buffer ... 35
Gambar 3.2. Peta Perbatasan UPTD Bina Marga Kab. Cirebon ... 35
Gambar 3.3. Bagan Alir Penelitian ... 43
Gambar 4.1. Kepadatan Penduduk Kabupaten Cirebon ... 47
Gambar 4.2. Kepadatan Penduduk UPTD Plumbon ... 51
Gambar 4.3. PDRB Kabupaten Cirebon ... 53
Gambar 4.4. Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Cirebon ... 54
Gambar 4.5. Kecelakaan Lalu Lintas di UPTD Plumbon Tahun 2010 ... 55
Gambar 4.6. Kondisi Jalan Kabupaten di UPTD Plumbon Tahun 2008-2010 ... 57
Gambar 4.7. Layer Administrasi Batas Kecamatan ... 71
Gambar 4.8. Layer Administrasi Batas Desa……… 72
Gambar 4.9. Layer Transportasi ... 72
Gambar 4.10. Batas Kecamatan di UPTD Plumbon Sebelum Pemekaran
Kecamatan
...
73
Gambar 4.11. Ketidaksesuaian Peta Bakosurtanal dengan yang di lapangan ... 73
Gambar 4.12. Peta Jaringan Jalan Kabupaten Cirebon ... 74
Gambar 4.13. Peta Jaringan Transportasi Kabupaten Cirebon ... 75
Gambar 4.14. Peta Batas Administrasi Kabupaten Cirebon ... 76
Gambar 4.15. Bagan Alir SIG ... 77
Gambar 4.16. Select Input MapInfo TAB Files pada Proses Transfer Peta Digital ... 82
Gambar 4.17. Destination pada Proses Transfer Peta Digital ... 83
Gambar 4.18. Open Data File pada Proses Transfer Shapefile ke File Google Earth 84
Gambar 4.19. Export Data pada Proses Transfer Shapefile ke File Google Earth .... 84
Gambar 4.20. KLM/KMZ Export Options pada Proses Transfer Shapefile ke File
Google Earth ... 85
Gambar 4.21. Proses Pengecekan peta pada Google Earth ... 85
Gambar 4.22. Proses Pengecekan Jalan Berdasarkan peta Bakosurtanal pada
Google Earth ... 86
Gambar 4.23. Proses Pengecekan Batas Kabupaten Peta Bakosurtanal pada Google
Earth ... 86
Gambar 4.24. Proses Transfer File Google Earth menjadi Shapefile ... 87
Gambar 4.25. Export Data pada Proses Transfer File Google Earth menjadi
Shapefile ... 87
Gambar 4.26. Shapefile Export Options pada Proses Transfer File Google Earth
menjadi Shapefile ... 88
Gambar 4.27. Add Path pada Proses Digitasi Jalan Kabupaten di Google Earth ... 89
Gambar 4.28. Proses Digitasi Jalan Kabupaten di Google Earth ... 90
Gambar 4.29. Proses Digitasi Batas UPTD Plumbon di Google Earth ... 91
Gambar 4.30 . Open Arc. Gis Proses Membuat Shafefile Baru ... 91
Gambar 4.31. Proses Membuat Shafefile Baru ... 92
Gambar 4.32. Coordinate System Proses Membuat Shafefile Baru ... 93
Gambar 4.33. Proses Pembuatan Layer Baru ... 94
Gambar 4.34. Proses Pembuatan Layer Peringkat SPM ... 97
Gambar 4.35. Rename feature class ... 97
Gambar 4.36. Proses Membuat Geodatabase ... 98
Gambar 4.37. Membuat Dataset pada Geodatabase ... 98
Gambar 4.38. New feature Dataset pada Proses Membuat Geodatabase ... 99
commit to user
xx
Gambar 4.44. Editing Feature Class yang Error ... 101
Gambar 4.45. Pengecekan Topology ... 102
Gambar 4.46. Proses Editing dengan Append ... 102
Gambar 4.47. Input Dataset pada Proses Editing dengan Append ... 103
Gambar 4.48. Proses Editing pada Jalan Lokal Kabupaten dengan Merge ... 103
Gambar 4.49. Proses Editing pada Merge ... 104
Gambar 4.50. Proses Editing dengan Split Tool/Add vertex ... 105
Gambar 4.51. Proses Editing Split tool pada Feature Class Jalan ... 105
Gambar 4.52. Snaping pada Proses Editing dengan Split tool/Add vertex ... 106
Gambar 4.53. Proses Membuat Field ... 106
Gambar 4.54. Pemberian Nama dan Type pada Add Field ... 107
Gambar 4.55. Proses Pengisian Field dengan Cara Field Calculator ... 107
Gambar 4.56. Proses Pengisian Field dengan Cara Select By Attribute ... 108
Gambar 4.57. Proses Membuat Hyperlink Peta ... 109
Gambar 4.58. Proses Editing dalam Membuat Hyperlink Peta ... 109
Gambar 4.59. Penentuan Task dan Target pada Proses Membuat Hyperlink Peta ... 110
Gambar 4.60. Proses menyimpan dalam Membuat Hyperlink Peta ... 110
Gambar 4.61. Pengaturan Document Properties pada Proses Membuat Hyperlink
Peta ... 111
Gambar 4.62. Proses Menampilkan Hyperlink pada Layer ... 111
Gambar 4.63 Tampilan Hyperlink Foto ... 112
Gambar 4.64 Menghitung Aksesibilitas Eksisting ... 113
Gambar 4.65 Memasukan indeks Aksesibilitas yang dipersyaratkan pada Nilai
Aksesibilitas ... 113
Gambar 4.66 Mencari Nilai Parameter Aksesibilitas ... 114
Gambar 4.67 Attribute yang ter-select ... 114
Gambar 4.68 Pemberian Nilai Parameter Aksesibilitas ... 115
Gambar 4.69 Memberi Tanda Symbology ... 115
Gambar 4.70 Penentuan Color dan Width pada Symbology Layer Aksesibilitas ... 116
Gambar 4.72 Menghitung PDRB Perkapita ... 117
Gambar 4.73 Menghitung Mobilitas Eksisting ... 117
Gambar 4.74. Memasukkan Indeks Mobilitas yang dipersyaratkan pada Nilai
Mobilitas ... 118
Gambar 4.75 Mencari Nilai Parameter Mobilitas ... 118
Gambar 4.76 Selected Attribute pada Layer Mobilitas 2010 ... 119
Gambar 4.77 Pemberian Nilai Parameter Mobilitas ... 119
Gambar 4.78 Menghitung Kecelakaan (Jiwa) ... 120
Gambar 4.79 Memasukan indeks Keselamatan yang dipersyaratkan pada Nilai
Keselamatan ... 120
Gambar 4.80 Mencari Nilai Parameter Keselamatan ... 121
Gambar 4.81 Selected Attribute pada Layer Keselamatan 2010 ... 121
Gambar 4.82 Pemberian Nilai Parameter Keselamatan ... 122
Gambar 4.83 Selected By Attribute untuk Pengisian Field Kecepatan Minimum ... 123
Gambar 4.84 Pengisian Field Kecepatan Minimum ... 124
Gambar 4.85 Memasukkan Nilai SPM Pelayanan ... 124
Gambar 4.86 Pengisian Nilai SPM Pelayanan ... 125
Gambar 4.87 Pengisian Nilai Parameter Pelayanan ... 125
Gambar 4.88 Memberi Tanda Symbology ... 126
Gambar 4.89 Penentuan Color dan Width pada Symbology Layer Pelayanan ... 126
Gambar 4.90 Penggantian Nama Label pada Symbology Layer Pelayanan ... 126
Gambar 4.91 Select By Attribute pada Layer Lebar jalan ... 128
Gambar 4.92 Pengisian Field “Lebar_Min” ... 128
Gambar 4.93 Memasukkan Nilai SPM Lebar Jalan ... 129
Gambar 4.94 Pengisian Nilai SPM Lebar Jalan ... 129
commit to user
xxii
Gambar 4.100 Pengisian Nilai SPM pada Layer Pemenuhan SPM ... 134
Gambar 4.101 Symbology pada layer “Pemenuhan SPM” ... 134
Gambar 4.102 Indeks Aksesibilitas Jaringan Jalan Kabupaten di UPTD Plumbon
Kabupaten
Cirebon Tahun 2007-2010 ... 137
Gambar 4.103Pemenuhan SPM Aspek Aksesibilitas Jaringan Jalan Kabupaten di
UPTD Plumbon Kab. Cirebon Tahun 2007-2010 ... 137
Gambar 4.104 Indeks Mobilitas Jaringan Jalan Kabupaten di UPTD Plumbon
Kabupaten Cirebon Tahun 2007-2010 ... 140
Gambar 4.105 Pemenuhan SPM Aspek Mobilitas Jaringan Jalan Kabupaten di UPTD
PlumbonKab. Cirebon Tahun 2007-2010 ... 140
Gambar 4.106 Indeks Kecelakaan Lalu lintas Jarinngan Jalan Kabupaten di UPTD
Plumbon Kab. Cirebon Tahun 2007-2010 ... 143
Gambar 4.107 Pemenuhan SPM Aspek Keselamatan Jaringan Jalan Kabupaten di
UPTD Plumbon Kab. Cirebon Tahun 2007-2010 ... 143
Gambar 4.108 Pemenuhan SPM Aspek Kondisi Jalan di UPTD Plumbon Berdasarkan
Lebar Jalan Tahun 2010 ... 150
Gambar 4.109 Pemenuhan SPM Aspek Kondisi Jalan di UPTD Plumbon Berdasarkan
RCI Tahun 2010 ... 150
Gambar 4.110Pemenuhan SPM Aspek Pelayanan Jalan di UPTD Plumbon Tahun
2010 ... 154
Gambar 4.111 Prosentase Pemenuhan SPM Jalan Kabupaten Di UPTD Plumbon
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Peta ……….. L-A
Peta Batas Kecamatan (Bakosurtanal, 1999)……… L-A1
Peta Batas Desa (Bakosurtanal, 1999)……….. L-A2
Peta Transportasi (Bakosurtanal, 1999)……… L-A3
Peta Jaringan Jalan Kabupaten (Bina Marga)………... L-A4
Peta Rencana Jaringan Transportasi (Bappeda)………... L-A5
Peta Batas Administrasi dan Transportasi (BPN)……… L-A6
Peta Administrasi……….. L-A7
Peta Transportasi……….. L-A8
Peta Aksesibilitas 2010………... L-A9
Peta Mobilitas 2010……….…. L-A10
Peta Keselamatan 2010………. L-A11
Peta Pelayanan 2010………. L-A12 Peta Lebar Jalan 2010………... L-A13 Peta Kondisi Jalan 2010………... L-A14 Peta Pemenuhan SPM 2010……….. L-A15
Lampiran B Foto-foto Survey Ruas Jalan Kabupaten di UPTD Plumbon... L-B
Foto Ruas Jalan Kalitanjung – Sumber……… .L-B1
Foto Ruas Jalan Sindangjawa – Mandirancan……….. L-B2
Foto Ruas Jalan Jamblang – Cikeduk……….. L-B3
Foto Ruas Jalan Plumbon – Kenanga………... L-B4
Foto Ruas Jalan Tegalsari – Lemahtamba……… L-B5
Foto Ruas Jalan Clancang – Pangkalan……… L-B6
Foto Ruas Jalan Kecomberan – Sarwadadi……….. L-B7
Foto Ruas Jalan Pecilon – Kertawinangun………... L-B8
Foto Ruas Jalan Cideng – Kertawinangun………... L-B9
Foto Ruas Jalan Jalan Pembangunan……… L-B10 Foto Ruas Jalan Jalan Wiratama………... L-B11 Foto Ruas Jalan Komp. Ibukota Sumber……….. L-B12
commit to user
xxivFoto Ruas Jalan Jamblang – Bakung……… L-B19 Foto Ruas Jalan Watubelah – Karangsari………. L-B20 Foto Ruas Jalan Sidawangi – Matangaji………... L-B21 Foto Ruas Jalan Beber – Ciwangi………. L-B22
Foto Ruas Jalan Gesik – Sendang……… L-B23
Foto Ruas Jalan Sendang – Kubang………. L-B24 Foto Ruas Jalan Mandala – Pasawahan……… L-B25 Foto Ruas Jalan Komp. Wisata Cikalahang………. L-B26 Foto Ruas Jalan Bobos – Cikalahang………... L-B27 Foto Ruas Jalan Plumbon – Marikangen……….. L-B28 Foto Ruas Jalan Kertawinangun – Kalikoa……….. L-B29 Foto Ruas Jalan Kedawung – Warungasem………. L-B30 Foto Ruas Jalan Plumbon – Pangkalan………. L-B31 Foto Ruas Jalan Wanakaya – Cangkring……….. L-B32 Foto Ruas Jalan Halimpu – Ciwangi……… L-B33
Foto Ruas Jalan Warukawung – Kepuh………... L-B34
Foto Ruas Jalan Kenanga – Warukawung………... L-B35
Foto Ruas Jalan Tukmudal – Lurah………. L-B36
Foto Ruas Jalan Lurah – Waruroyom……….. L-B37
Foto Ruas Jalan Jamblang – Kasugengan……… L-B38
Foto Ruas Jalan Kebarepan – Kejuden……… L-B39
Foto Ruas Jalan Kedungsana – Pangkalan………... L-B40 Foto Ruas Jalan Batembat – Kalibaru……….. L-B41 Foto Ruas Jalan Keduanan – Karangwangi……….. L-B42 Foto Ruas Jalan Sitiwinangun – Danawinangun……….. L-B43 Foto Ruas Jalan Weru – Sarabahu……….... L-B44 Foto Ruas Jalan Panembahan – Trusmi……… L-B45 Foto Ruas Jalan Jalan Tembus Ibukota Sumber………... L-B46 Foto Ruas Jalan Karangmulya – Marikangen………... L-B47 Foto Ruas Jalan Kalitengah – Trusmi………... L-B48
Foto Ruas Jalan Getasan – Waruroyom………... L-B49
Foto Ruas Jalan Ciperna – Warungasem……….. L-B50
Foto Ruas Jalan Dawuan – Wanakaya………. L-B51
Foto Ruas Jalan Setukulon – Megu……….. L-B52 Foto Ruas Jalan Trusmi – Kaliwulu………. L-B53 Foto Ruas Jalan Pasalakan Kertasari……… L-B54 Foto Ruas Jalan Serang – Beberan………... L-B55
Foto Ruas Jalan Cempaka – Karangsari………... L-B56 Foto Ruas Jalan Purwawinangun – Muara………... L-B57
Foto Ruas Jalan Kebarepan – Kedungsana……….. L-B58
Foto Ruas Jalan Kepongpongan – Cirebongirang………….... L-B59 Foto Ruas Jalan Jalan Tuparev………. L-B60
Lampiran C Tabel Jaringan Jalan dan Administrasi
Kabupaten(Bakosurtanal)………. L-C1
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1.
Program penanganan jalan ………...
17
Tabel 2.2. Kondisi jalan dan kegiatan penanganan jalan………...
18
Tabel 2.3.
Kelas rencana lalu lintas………...
18
Tabel 2.4.
Nilai IRI berdasarkan pengamatan visual untuk jalan beraspal...
22
Tabel 2.5.
Penentuan nilai RCI ……….…
23
Tabel 2.6.
Hubungan antara IRI dengan RCI………
24
Tabel 2.7.
Pedoman SPM Jalan Wilayah………...
26
Tabel 3.1
Rekapitulasi sumber data dan jenis data sekunder berdasarkan
referensi………
38
Tabel 4.1.
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Cirebon
46
Tabel 4.2.
Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk UPTD Plumbon….
49
Tabel 4.3.
Produk Domestik Regional Bruto menurut lapangan usaha
Kabupaten Cirebon………...
52
Tabel 4.4. Data Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Cirebon…………...
54
Tabel 4.5. Data Kecelakaan Lalu Lintas di UPTD Plumbon Tahun 2010…
55
Tabel 4.6. Kondisi Jalan Kabupaten di UPTD Plumbon tahun 2008 – 2010
56
Tabel 4.7.
Jaringan jalan kabupaten menurut kondisi di UPTD Plumbon
tahun 2010………
58
Tabel 4.8.
Lalu Lintas Harian Rata-rata UPTD Plumbon……….
62
Tabel 4.9.
Nilai RCI Jaringan Jalan di UPTD Plumbon………
65
Tabel 4.10.
Data Kecepatan Kendaraan di UPTD Plumbon………...
68
Tabel 4.11.
Pemenuhan SPM jaringan jalan kota di UPTD Plumbon dari
aspek aksesibilitas……….
136
Tabel 4.12.
Pemenuhan SPM jaringan jalan kota di UPTD Plumbon dari
aspek mobilitas……….
139
Tabel
4.13. Pemenuhan SPM Jaringan jalan kabupaten di Kabupaten
Cirebon dari aspek kecelakaan lalu-lintas………
142
Tabel 4.14.
Pemenuhan SPM ruas jalan kabupaten di UPTD Plumbon dari
aspek kondisi jalan berdasarkan lebar jalan……….
144
Tabel 4.15.
Pemenuhan SPM ruas jalan kabupaten di UPTD Plumbon dari
aspek kondisi jalan berdasarkan nilai RCI………...
147
Tabel 4.16. Pemenuhan SPM ruas jalan kabupaten di UPTD Plumbon dari
aspek tingkat pelayanan………
151
Tabel 4.17.
Pemenuhan kelima aspek SPM………
155
Tabel 4.18.
Peringkat Parameter SPM dan Nilai Pemenuhan Parameter
SPM………. 161
Tabel 4.19.
Klasifikasi Nilai Pemenuhan SPM Tahun 2010………..
163
Tabel 4.20.
Kombinasi Nilai Alternatif dari Pemenuhan Nilai SPM Ruas
Jalan……….
commit to user
xxviDAFTAR SINGKATAN
Bakosurtanal : Badan Koordinasi Survai dan Pemetaaan Nasional
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
BPN : Badan Pertanahan Nasional
DSP : Daftar Skala Prioritas
GE : Google Earth
IRI : International Roughness Index
JJS : Jaringan Jalan Strategis
LU : Layanan Umum
MS : Memenuhi Syarat
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
RCI : Road Conditon Index
Renstra : Rencana Strategis
SIG : Sistem Informasi Geografis
SPM : Standar Pelayanan Minimal
TMS : Tidak Memenuhi Syarat
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Sistem Manajemen Data Base Pemeliharaan Jalan Berbasis Sistem Informasi Geografis. Tesis ini sebagai salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Pascasarjana pada bidang keahlian Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tesis ini mengangkat permasalahan tentang sistem informasi berupa basis data jaringan jalan kabupaten yang digunakan untuk menentukan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal jalan terhadap pengguna jalan guna menunjang kegiatan rehabilitasi dan pemeliharaan jalan kabupaten dengan menggunakan aplikasi program Sistem Informasi Geografis yang sistematis dan berkelanjutan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kebaikan laporan ini. Semoga semua amal sholeh diterima Allah SWT. dan laporan tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, Februari 2011
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kabupaten Cirebon secara geografis terletak di antara 108º20’- 108º35’ BT dan 06º35’-06º45’ LS yang memiliki luas wilayah 990,36 km², dengan jarak terjauh Barat-Timur 54 km dan Utara-Selatan 39 km. Secara administrasi Kabupaten Cirebon berbatasan dengan beberapa kabupaten, yaitu (Anonim, 2009b):
1) Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Indramayu. 2) Sebelah Barat Laut berbatasan dengan wilayah Kabupaten Majalengka. 3) Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kuningan. 4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Brebes (Jawa Tengah).
Pembangunan jalan kabupaten di Kabupaten Cirebon merupakan pembangunan yang dilaksanakan secara sinergis, efektif dan berkelanjutan. Guna menunjang hal tersebut maka diperlukan strategi penanganan jalan yang tepat sasaran. Penanganan rehabilitasi dan pemeliharaan jaringan jalan diprioritaskan pada perwujudan kondisi jaringan jalan yang mantap guna meningkatkan pelayanan jasa dan distribusi dalam memajukan empat sektor ekonomi andalan yaitu pertanian, industri, perdagangan dan pariwisata. Sektor andalan tersebut berada di sentral Kabupaten Cirebon, tepatnya terletak di wilayah kerja Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon yaitu di Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Plumbon. Pada tahun 2010 ini UPTD Plumbon memiliki panjang ruas jalan 187,86 km dengan kepadatan penduduk berdasarkan data sensus penduduk tahun 2009 mencapai 3.563 jiwa/km² (ibid, 2009b).
Peran infrastruktur jalan kabupaten di UPTD Plumbon sangat penting dalam memberikan dukungan terhadap perkembangan dan perubahan tata guna lahan di wilayah tersebut. Hal tersebut harus diimbangi dengan pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Jalan, sehingga akan memudahkan pergerakan sektoral maupun pergerakan antar zona yang menghubungkan wilayah UPTD Plumbon dengan wilayah di sekitarnya. Kondisi jaringan dan ruas jalan kabupaten yang ada merupakan prasarana dasar dalam menentukan tingkat aksesibilitas dan mobilitas yang dapat mendukung produktivitas kegiatan ekonomi masyarakat.
2 Pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan dan keputusan sebagai dasar pemenuhan SPM untuk menciptakan standar pelayanan publik, diantaranya:
1) Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman SPM Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum.
2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan SPM.
SPM tentang jalan dipertegas dalam Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 Pasal 112 dan 113. Pada Pasal 112 ayat 1 – ayat 3 dinyatakan bahwa pelayanan jalan umum ditentukan dengan kriteria yang dituangkan dalam SPM yang terdiri dari standar pelayanan jaringan jalan dan SPM ruas jalan. SPM jaringan jalan meliputi aksesibilitas, mobilitas dan keselamatan. SPM ruas jalan meliputi kondisi jalan dan kecepatan.
Keterbatasan data dan informasi terutama yang berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) yang digunakan sebagai alat atau media untuk mengetahui lokasi jaringan infrastruktur jalan merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka perlu dilakukan penelitian terhadap pemenuhan SPM jaringan dan ruas jalan kabupaten yang berbasis SIG di wilayah kerja UPTD Plumbon Kabupaten Cirebon. Penggunaan aplikasi program SIG yang berbasis spatial (peta) digital ini dapat mempersiapkan sebuah sistem manajemen perencanaan pemeliharaan dan peningkatan infrastruktur jalan kabupaten secara lebih efisien, handal dan efektif yang diharapkan dapat memudahkan dalam pengawasan, evaluasi dan dapat di-update dari waktu ke waktu secara berkelanjutan.
1.2
Rumusan Masalah
3 1) Sistem Informasi berupa bank data/basis data untuk menentukan pemenuhan SPM jalan guna menunjang kegiatan rehabilitasi dan pemeliharaan jalan kabupaten dengan menggunakan aplikasi program SIG terhadap pengguna jalan.
2) Visualisasi pemenuhan SPM jalan dalam dua kategori pemenuhan yaitu yang memenuhi syarat ataupun yang tidak memenuhi syarat SPM jalan pada setiap ruas jalan kabupaten dengan menggunakan aplikasi program SIG.
1.4
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1) Manfaat teoritis yaitu untuk memperluas kajian ilmu pengetahuan di bidang teknik rehabilitasi dan pemeliharaan infrastruktur khususnya tentang jalan kabupaten dengan aplikasi SIG.
2) Manfaat praktis yaitu hasil program ini dapat diterapkan secara aplikatif oleh Dinas Bina Marga Kabupaten Cirebon sebagai alat pengendali/alat bantu pengambil keputusan dalam perencanaan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan kabupaten.
1.5
Batasan Masalah
Agar tinjauan studi ini tidak meluas dan menyimpang dari masalah diatas, maka batasan dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Jalan yang dikaji adalah jalan kabupaten.
2) Lokasi penelitian dipilih wilayah kerja UPTD Plumbon saja sebagai sampel dengan pertimbangan bahwa wilayah ini merupakan kawasan penggerak perekonomian, admnistrasi, industri, perdagangan dan pariwisata Kabupaten Cirebon.
3) Prosedur standar teknis pelaksanaan konstruksi dan anggaran dana penanganan jalan tidak dibahas, pembahasan hanya pada analisis SPM jalan yang berbasis pada SIG sebagai inventarisasi data dan analisis pemenuhan SPM guna menunjang kegiatan rehabilitasi dan pemeliharaan jalan kabupaten.
4) Penentuan pemenuhan SPM jalan menggunakan parameter dari SPM jalan yaitu yang terdiri dari SPM jaringan jalan yaitu aspek aksesibilitas, aspek mobilitas, aspek keselamatan, dan dari SPM ruas jalan yaitu aspek kondisi jalan dan aspek pelayanan jalan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 SPM Jalan
Hasil penelitian Serunting (2010) menunjukkan bahwa SPM jaringan jalan di Kota Salatiga pada tahun 2008 mempunyai indeks aksesibilitas = 8,535 sudah memenuhi persyaratan, indeks mobilitas = 2,901 sudah memenuhi persyaratan, dan indeks kecelakaan = 0,687. SPM ruas jalan dari aspek kondisi jalan berdasarkan lebar jalan, yang belum memenuhi persyaratan sebanyak 69 ruas sepanjang 89,340 km (73,69%), sedangkan yang sudah memenuhi persyaratan sebanyak 41 ruas sepanjang 31,90 km (26,31%). SPM ruas jalan dari aspek kondisi jalan berdasarkan nilai Road Condition Index (RCI) yang belum memenuhi persyaratan sebanyak 1 ruas sepanjang 1,00 km (0,82%), sedangkan yang sudah memenuhi persyaratan sebanyak 109 ruas sepanjang 120,24 km (99,81%).
Tujuan diadakannya Pavement Management System (PMS) adalah menyelenggarakan pemeliharaan jalan secara efisien dan efektif dengan mengoptimalkan kinerja jaringan jalan agar kondisi jaringan jalan dapat berfungsi dengan baik. Penelitian mengenai PMS telah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Salah satu tahapan dalam PMS adalah maintenance standard. Maintenance standard diartikan bahwa pekerjaan pemeliharaan yang tepat haruslah spesifik dan sesuai dengan hasil penyelidikan. Salah satu upaya untuk menetapkan maintenance standard adalah dengan SPM. SPM merupakan bentuk pelayanan publik yang menyangkut kualitas dan kuantitas pelayanan publik yang disediakan
6 perkerasan maksimum International Roughness Index (IRI), dan pemenuhan nilai kecepatan tempuh minimum (km/jam). Skema alokasi pentahapan dana yang terpilih adalah 50%, 40% dan 10% dari total kebutuhan dana yang dialokasikan pada tahun pertama, kedua dan ketiga secara berurutan. Skema alokasi tersebut menghasilkan kriteria jalan yang sesuai dengan SPM bidang jalan dan menghasilkan pengurangan waktu tempuh kendaraan. Skema alokasi terpilih mampu menghasilkan penghematan Biaya Operasional Kendaraan dan biaya waktu perjalanan pada ruas jalan Kota Batu sebesar Rp 6.541.222.099,00.
Berdasarkan hasil penelitian Senduk (2009), di tingkat jaringan jalan, Provinsi Sulawesi Utara berada dalam kondisi yang cukup baik di ketiga aspek kriterianya, yakni aksesibilitas, mobilitas, dan kecelakaan. Namun, khusus untuk Kota Menado, diperlukan penambahan panjang jalan sepanjang 250,60 km. Jalan menurut tingkat ruas jalan dengan kewenangan jalan nasional dan provinsi dibutuhkan anggaran sebesar Rp821.369.810.100,00 untuk pemenuhan SPM Jalan, serta Rp230.207.711,11 per tahun pada setiap kabupaten/kota untuk penambahan jalan baru sebagai antisipasi pemenuhan SPM di tingkat jaringan.
PMS yang efektif dapat digunakan oleh pengambil keputusan untuk pembangunan yang berkelanjutan, penentuan prioritas pemeliharaan jaringan jalan dari berbagai kelas dan jenis jalan, membantu para engineer untuk mengidentifikasi penanganan yang paling tepat suatu lokasi jaringan jalan dengan menggunakan analisa ekonomi, prediksi model dan informasi dari waktu ke waktu. Hal-hal yang diperlukan dalam PMS adalah data inventory data, condition data, maintenance standards, economic analysis, budgetary analysis, programming, dan work control dan feedback (Oliver, 2002).
2.1.2 Sistem Informasi Geografis
Tujuan penelitian yang dilakukan oleh Jamalurrusid (2009) adalah menerapkan aplikasi program SIG pada jalan lingkungan di Kota Purbolinggo berupa basis data teknis untuk menentukan prioritas pemeliharaan jalan lingkungan pada 76 ruas jalan. Parameter yang digunakan yaitu tingkat kebutuhan biaya pekerjaan, tingkat kerusakan jalan, dan jumlah hunian rumah/pemakai jalan yang tersusun tingkatan prioritas dengan tiga rekomendasi yaitu mendesak sebanyak 18 ruas jalan, segera sebanyak 34 ruas jalan, dan ditunda sebanyak 24 ruas jalan.
7 Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta menyusun Sistem Informasi/data base jaringan jalan raya di kota Surakarta terkini berbasis SIG berupa data base klasifikasi jalan raya, kondisi eksisting geometrik jalan, jenis perkerasan jalan, dan bangunan pelengkap jalan dengan basis data drainase dan gorong-gorong, serta jembatan, dan bangunan. Pengoperasian bangunan tersebut masing-masing dikelola oleh Sub Dinas : Drainase, Bina Marga dan Cipta Karya. Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah: (1) Print out data base jalan dalam bentuk buku A3 dengan gambar peta ukuran A3 dari hasil intregasi wilayah kota Surakarta. (2) Software data base jalan berikut data yang tersimpan dalam satu unit komputer (Anonim, 2007b).
Penelitian ini membahas tentang perkembangan aplikasi SIG yang terpadu dan komprehensif dalam perencanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan. Hal tersebut berupa peningkatan fungsi aplikasi pada perangkat SIG dengan menambahkan model baru dan tools analysis untuk sistem yang sudah ada dengan menggunakan toolkit SIG untuk mendapatkan hasil pengambilan keputusan yang terbaik. Spatial Multi-Criteria Evaluation (SMCE) merupakan bagian terpenting yang digunakan untuk menentukan keberhasilan aplikasi SIG dalam pengambilan keputusan pada saat proses perencanaan melalui beberapa pertimbangan yaitu rekomendasi skenario kegiatan pembangunan dan kendalamya serta dampak di masa yang akan datang. Penelitian ini juga membahas tentang isu-isu pengembangan dan aplikasi SIG lainnya, khususnya kapasitas data dan infrastruktur geodata pada SIG (Yaakup, 2004).
Penerapan aplikasi SIG pada studi kasus Rencana Tata Negara Pahang digunakan untuk penyusunan rencana pengembangan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan di tingkat Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten. Penyusunan rencana pembangunan tersebut bertujuan untuk tercapainya suatu proses perencanaan yang sistematis dan berkelanjutan. Tahapan penelitian ini terdiri dari identifikasi
8 Penerapan sistem infomasi berbasis SIG diperlukan untuk mengatasi kompleksitas dan ketidakpastian dalam proses perencanaan dalam manajemen perencanaan kota. Sistem informasi yang tersusun dibuat secara sistematis dan berkelanjutan yang dapat berfungsi sebagai alat untuk pengembangan proses perencanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan. Perencanaan perkotaan dan sistem pengawasan yang efektif diperlukan mengakomodasi perencanaan strategis, manajemen perencanaan serta pemecahan masalah agar mempermudah dalam pengambilan keputusan. Penggunaan SIG yang berdasarkan analisis data dan pengendalian pembangunan berguna untuk meningkatkan pemodelan spasial dengan tujuan pengembangan perencanaan dan pengawasan pembangunan selanjutnya (Yaakup et al, 2007b).
Penelitian tentang analisis kecelakaan ini bertujuan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan tindakan keselamatan penyebab kecelakaan lalu lintas. Aplikasi yang dipakai yaitu menggunakan program SIG untuk menganalisis penyebab kecelakaan dengan metode visualisasi data kecelakaan sehingga menghasilkan prediksi yang lebih akurat berdasarkan parameter yang terkait aspek kecelakaan. Batasan masalah penelitian hanya pada daerah Seremban City Council Negeri Sembilan dan telah melakukan kerja sama dengan The Royal Malaysian Police dan The Road Safety Council (Yaakup et al, 2009).
2.2 Landasan Teori
Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan mengamanatkan bahwa ”hasil penyelenggaraan jalan harus memenuhi SPM yang ditetapkan”. SPM Bidang Jalan telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 534/KPTS/M/2001 (Anonim, 2004b).
Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkokoh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional, serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan nasional.
9 2.2.1 Peran, Pengelompokan, dan Bagian-Bagian Jalan
Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 (UU 38/2004) Bab III Pasal 5,6,7 tentang Jalan dibahas mengenai, peran, pengelompokan dan bagian-bagian jalan, sedangkan bahasan lanjutan yang sangat terkait, yaitu pengelompokan jalan umum berdasar status kepengelolaan dan kelas jalan sesuai dengan pasal 9, 10 dan 11 sebagai berikut (Anonim, 2004b):
2.2.1.1 Pengelompokkan Jalan Menurut Peran
Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara. Jalan yang merupakan satu kesatuan sistem jaringan jalan menghubungkan dan mengikat seluruh wilayah Republik Indonesia.
2.2.1.2 Pengelompokan Jalan Secara Umum
Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Jalan umum dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status dan kelas. Sedangkan jalan khusus bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.
2.2.1.3 Pengelompokan Jalan Menurut Fungsi
Jalan umum menurut fungsinya dikelompokkan sebagai berikut:
1) Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi secara berdaya guna.
2) Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata
10 2.2.1.4 Pengelompokan Jalan Umum Menurut Status
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan sebagai berikut:
1) Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi dan jalan strategis nasional serta jalan tol.
2) Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3) Jalan kabupaten merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4) Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat permukiman yang berada di dalam kota.
5) Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
2.2.1.5 Kriteria Jalan Menurut Pelayanan
Pelayanan yang andal adalah pelayanan jalan yang memenuhi SPM, yang meliputi aspek aksesibilitas (kemudahan pencapaian), mobilitas, keselamatan, kondisi jalan dan kecepatan tempuh rata-rata, sedangkan yang dimaksud dengan jalan prima adalah selalu memberikan pelayanan yang optimal.
Sistem jaringan jalan primer adalah sistem jaringan jalan bersifat menerus yang memberikan pelayanan lalu lintas tidak terputus walaupun masuk ke dalam kawasan perkotaan. Pusat-pusat kegiatan adalah kawasan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan nasional, wilayah dan lokal. Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, serta kegiatan ekonomi.
11 2.2.1.6 Pengelompokkan Menurut Kelas Jalan
Pengaturan penggunaan jalan dan kelancaran lalu lintas, jalan dibagi dalam beberapa kelas jalan. Pembagian kelas jalan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. Pengaturan kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan dikelompokkan atas jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan sedang dan jalan kecil.
2.2.2 Bagian-Bagian Jalan
Bagian-bagian jalan meliputi:
1) Ruang manfaat jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya.
2) Ruang milik jalan meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan.
3) Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan.
2.2.3 Penguasaan dan Wewenang Pemerintah dalam Penyelenggaraan Jalan
Pasal 13, 14, 15 dan 16 UU 38/2004 membahas tentang penguasaan jalan umum, wewenang pemerintah pusat, propinsi maupun kabupaten dalam penyelenggaraan jalan umum tersebut.
2.2.3.1 Penguasaan atas Jalan
Penguasaan atas jalan ada pada negara. Penguasaan oleh negara memberi wewenang kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk melaksanakan penyelenggaraan jalan.
2.2.3.2 Penyelenggaraan Jalan berdasarkan kewewenangnya a. Wewenang Pemerintah
12 b. Wewenang Pemerintah Provinsi
Wewenang pemerintah provinsi dalam penyelenggaraan jalan meliputi penyelenggaraan jalan provinsi. Wewenang penyelenggaraan jalan provinsi meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan jalan provinsi. Apabila Pemerintah Provinsi belum dapat melaksanakan sebagian wewenangnya, maka Pemerintah Provinsi dapat menyerahkan wewenang tersebut kepada Pemerintah. c. Wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota
Wewenang pemerintah kabupaten dalam penyelenggaraan jalan meliputi penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa, sebagai berikut:
1) Wewenang pemerintah kota dalam penyelenggaraan jalan meliputi penyelenggaraan jalan kota.
2) Wewenang penyelenggaraan jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa meliputi pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan.
3) Apabila Pemerintah kabupaten/kota belum dapat melaksanakan sebagian wewenangnya, maka pemerintah kabupaten/kota dapat menyerahkan wewenang tersebut kepada pemerintah provinsi.
2.2.4 Pembangunan Jalan Umum
Pembangunan jalan umum, meliputi pembangunan jalan secara umum, pembangunan jalan nasional, pembangunan jalan provinsi, pembangunan jalan kabupaten dan jalan desa, serta pembangunan jalan kota. Pembahasan mengenai pembangunan jalan terdapat pada pasal 29, 30, 31, 32, 33 dan 34 UU 38/2004.
2.2.4.1 Pembangunan Jalan Secara Umum
Pembangunan jalan secara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 adalah sebagai berikut:
1) Pengoperasian jalan umum dilakukan setelah dinyatakan memenuhi persyaratan laik fungsi secara teknis dan administratif.
2) Penyelenggara jalan wajib memprioritaskan pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan jalan secara berkala untuk mempertahankan tingkat pelayanan jalan sesuai dengan SPM yang ditetapkan.
3) Pembiayaan pembangunan jalan umum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangan masing-masing.
13 4) Apabila pemerintah daerah belum mampu membiayai pembangunan jalan yang
menjadi tanggung jawabnya secara keseluruhan, maka Pemerintah dapat membantu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5) Sebagian wewenang Pemerintah di bidang pembangunan jalan nasional mencakup perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, pengoperasian, dan pemeliharaannya dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
6) Pembentukan peraturan perundang-undangan, termasuk kriteria, persyaratan, standar, prosedur dan manual; penyusunan rencana umum jalan nasional dan pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan memperhatikan masukan dari masyarakat.
2.2.4.2 Pembangunan Jalan Nasional
Pembangunan jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 meliputi: 1) Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan, serta
pelaksanaan konstruksi jalan nasional.
2) Pengoperasian dan pemeliharaan jalan nasional.
3) Pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen jalan nasional. 2.2.4.3 Pembangunan Jalan Propinsi
Pembangunan jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 meliputi: 1) Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan, serta
pelaksanaan konstruksi jalan provinsi.
2) Pengoperasian dan pemeliharaan jalan provinsidan
3) Pengembangan dan pengelolaan sistem manajemen jalan provinsi. 2.2.4.4 Pembangunan Jalan Kabupaten
14 2.2.4.5 Pembangunan Jalan Kota
Pembangunan jalan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 meliputi: 1) Perencanaan teknis, pemrograman dan penganggaran, pengadaan lahan, serta
pelaksanaan konstruksi jalan kota.
2) Pengoperasian dan pemeliharaan jalan kota.
3) Pengembangan dan pengelolaan manajemen pemeliharaan jalan kota. 2.2.5 Pengawasan Jalan Umum
Pengawasan jalan umum meliputi pengawasan jalan secara umum, pengawasan jalan nasional, pengawasan jalan provinsi, pengawasan jalan kabupaten dan jalan desa, serta pengawasan jalan kota. Pembahasan mengenai pengewasan jalan umum tersebut dalam pasal 36, 37, 38, 39 dan 40 UU 38/2004 sebagai berikut:
2.2.5.1 Pengawasan Jalan Secara Umum
1) Pengawasan jalan secara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 meliputi: a) Evaluasi dan pengkajian pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan jalan. b) Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan.
c) Hasil penyelenggaraan jalan harus memenuhi SPM yang ditetapkan. 2) Pengawasan jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 meliputi:
a) Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan nasional.
b) Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan nasional. 2.2.5.2 Pengawasan Jalan Provinsi
Pengawasan jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 meliputi: 1) Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan provinsi.
2) Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan provinsi. 2.2.5.3 Pengawasan Jalan Kabupaten
Pengawasan jalan kabupaten dan jalan desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 meliputi:
1) Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan kabupaten dan jalan desa.
2) Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan kabupaten dan jalan desa.
15 2.2.5.4 Pengawasan Jalan Kota
Pengawasan jalan kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 meliputi: 1) Evaluasi kinerja penyelenggaraan jalan kota.
2) Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan kota. 2.2.6 Peran Masyarakat
Dalam Bab VII pasal 62 UU 38/2004 dibahas mengenai peran masyarakat dimana masyarakat berhak:
1) Memberi masukan kepada penyelenggara jalan dalam rangka pengaturan, pembinaan, pembangunan dan pengawasan jalan.
2) Berperan serta dalam penyelengaraan jalan.
3) Memperoleh manfaat atas penyelenggaraan jalan sesuai dengan SPM yang ditetapkan.
4) Memperoleh informasi mengenai penyelenggaraan jalan.
5) Memperoleh ganti kerugian yang layak akibat kesalahan dalam pembangunan jalan.
6) Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap kerugian akibat pembangunan jalan.
7) Masyarakat wajib ikut serta menjaga ketertiban dalam pemanfaatan fungsi jalan.
2.2.7 Pemeliharaan Jalan
Pengertian pemeliharaan menurut PP 34 Tahun 2006 tentang jalan adalah (Anonim, 2006a):
1) Pemeliharaan jalan adalah penanganan jalan yang meliputi perawatan, rehabilitasi, penunjangan dan peningkatan.
2) Pemeliharaan rutin adalah penanganan yang diberikan hanya terhadap lapis permukaan yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendaraan (Riding
16 4) Peningkatan adalah penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan jalan yang
berupa peningkatan struktural dan atau geometriknya agar mencapai tingkat pelayanan yang direncanakan.
Program pemeliharaan jalan meliputi kegiatan pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan rehabilitasi jalan.
1) Pemeliharaan rutin, merupakan kegiatan merawat serta memperbaiki kerusakan-kerusakan yang terjadi pada ruas-ruas jalan mantap. Jalan dengan kondisi pelayanan mantap adalah ruas-ruas jalan dengan umur rencana yang dapat diperhitungkan serta mengikuti standar tertentu.
Frekuensi pemeliharaan yang dilakukan adalah dengan interval penanganan kurang dari 1 (satu) tahun. Kegiatan pemeliharaan rutin ini dibedakan atas yang direncanakan secara rutin (cyclic) dan tidak direncanakan yang tergantung pada kejadian kerusakan (reactive).
2) Pemeliharaan berkala, merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang diperhitungkan dalam desain agar penurunan kondisi jalan dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai dengan rencana.
Frekuensi pemeliharaan yang dilakukan adalah secara periodik dengan interval penanganan beberapa tahun. Kegiatan pemeliharaan ini dilakukan baik untuk menambah nilai struktural ataupun memperbaiki nilai fungsionalnya yang meliputi kegiatan-kegiatan yang bersifat pencegahan (preventive), pelaburan (resurfacing), pelapisan tambah (overlay), dan rekonstruksi perkerasan (rehabilitation).
3) Rehabilitasi jalan, merupakan kegiatan penanganan terhadap setiap kerusakan yang tidak diperhitungkan dalam desain, yang berakibat menurunnya kondisi kemantapan pada bagian/tempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi pelayanan mantap. Dengan rehabilitasi, maka penurunan kondisi kemantapan tersebut dapat dikembalikan pada kondisi kemantapan sesuai rencana yang diperkirakan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan pada segmen tertentu yang mengakibatkan penurunan yang tidak wajar pada kemampuan pelayanan jalan pada bagian-bagian tertentu.
17 2.2.8 Peningkatan jalan
Peningkatan jalan adalah suatu kegiatan untuk memperbaiki kondisi jalan yang kemampuannya tidak mantap atau kritis, sampai suatu kondisi pelayanan yang mantap sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan. Kegiatan ini merupakan kegiatan penanganan jalan yang dapat meningkatkan kemampuan strukturalnya sesuai dengan umur rencana jalan tersebut.
Program peningkatan jalan meliputi kegiatan peningkatan struktur dan peningkatan kapasitas.
1) Peningkatan struktur, merupakan kegiatan penanganan untuk dapat meningkatkan kemampuan ruas-ruas jalan dalam kondisi tidak mantap atau kritis agar ruas-ruas jalan tersebut sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan.
2) Peningkatan kapasitas, merupakan penanganan jalan dengan pelebaran perkerasan, baik menambah maupun tidak menambah jumlah lajur.
2.2.9 Konstruksi jalan baru
Konstruksi jalan baru merupakan penanganan jalan dari kondisi belum tersedia badan jalan sampai kondisi jalan dapat berfungsi.
Tabel 2.1. Program penanganan jalan (Anonim, 2006a)
Program Penanganan Jalan Kegiatan
Pemeliharaan Jalan
Pemeliharaan Rutin Pemeliharaan Berkala Rehabilitasi
Peningkatan Jalan Peningkatan Struktur
Peningkatan Kapasitas
Konstruksi Jalan Baru Konstruksi Jalan Baru
Masing-masing program berkaitan erat dengan kondisi jalan. Hubungan kondisi jalan dengan program penanganan jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.2 Bina Marga
18 3) Rusak Ringan yaitu apabila jalan aspal dengan kerusakan struktur yang
membutuhkan peningkatan jalan, yang artinya penghancuran dari bagian-bagian yang rusak.
4) Rusak Berat yaitu apabila jalan aspal dengan kerusakan struktural yang serius, sehingga perlu pembangunan jalan baru dan pekerjaan drainase.
Tabel 2.2. Kondisi Jalan dan Kegiatan Penanganan Jalan (Anonim, 2005b)
Kondisi Jalan IRI
(m/km) RCI Penanganan
Baik IRI ≤ 4 RCI ≥ 7,60 Pemeliharaan Rutin
Sedang 4 ≤ IRI ≤ 8 7,60 ≥ RCI ≥ 5,30 Pemeliharaan Berkala
Rusak Ringan 8 ≤ IRI ≤ 12 5,30≥ RCI ≥ 3,53 Peningkatan Jalan
Rusak Berat > 12 < 3,53 Rehabilitasi
Secara praktis dalam menentukan tebal pelapisan ulang (overlay) dari perkerasan jalan yang ada untuk program pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, peningkatan struktur dan peningkatan kapasitas tergantung pada besarnya lalu lintas harian rata-rata (LHR) dan jenis konstruksi perkerasan lama.
Dalam Tata Cara Penyusunan Program Pemeliharaan Jalan Kota No.018/T/BNKT/1990 dan Petunjuk Teknik Survei dan Perencanaan Teknik Jalan Kabupaten No. 013/T/Bt/1995 diberikan tabel kelas rencana lalu lintas sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3. Kelas Rencana Lalu Lintas (Anonim, 1990; 1995a)
KLASIFIKASI JALAN KELAS
LALU LINTAS LHR III 0 < 20 III 1 20 – 50 III 2 50 – 200 III 3 200 – 500 III 4 500 – 2.000 II 5 2.000 – 5.000 II 6 5.000 – 20.000 I 7 20.000 – 50.000 I 8 > 50.000
Catatan mengenai klasifikasi jalan yang diusulkan:
- Kelas III : digunakan untuk klasifikasi jalan kabupaten/kota
- Kelas II : digunakan untuk klasifikasi jalan provinsi