SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Oleh:
LINDA FITRIANI
0712010242 / FE / EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya yang diberikan kepada penulis ehingga skripsi yang berjudul
“PENGARUH LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DAN
PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA
PERUSAHAAN FARMASIYANG GO PIBLIK DI BEI” dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian
Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik
moril, spirituil maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur. SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
dan sekaligus selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan Skripsi sehingga penulis bisa merampungkan
tugas skripsinya.
3. Bapak Dr Muhadjir Anwar MM. Selaku Ketua Jurusan Fakultas
Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
i
5. Kepada kedua orang tuaku, kakak, dan adik ku yang telah memberikan
dukungan baik moril, spirituil ataupun materiil.
6. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam
skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran
dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Surabaya, Desember 2010
DAFTAR GAMBAR ... iii
2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan ... 10
2.2.2 Laporan Keuangan ... 11
2.2.2.1 Arti Pentingnya Laporan Keuangan ... 11
2.2.2.2 Pihak yang Berkepentingan Terhadap Posisi Keuangan ... 12
2.2.3.2 Dasar Pembanding Analisa Laporan Keuangan ... 14
2.2.4 Pengertian Pasar Modal ... 15
2.2.8 Leverage ... 23
2.2.9 Firm size (Ukuran Perusahaan) ... 25
2.2.10 Profitabilitas ... 26
2.2.11 Pengaruh Antar Variabel ... 27
2.2.11.1 Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan ... 27
2.2.11.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan ... 29
2.2.11.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan ... 30
2.3 Kerangka Pikir ... 31
2.4 Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33
3.2 Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 35
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 37
3.4.1 Regresi Linier Berganda ... 37
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 38
3.4.2.1 Multikolinearitas ... 39
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 44
4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ... 44
4.1.2 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 45
4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ... 47
4.1.4 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ... 47
4.1.5 Sejarah Perusahaan Obyek Penelitian ... 49
4.3.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 71
4.3.5. Koefisien Determainansi (R2) ... 73
4.3.6. Uji t ... 74
4.4. Pembahasan ... 75
4.4.1. Leverage Terhadap Nilai Perusahaan ... 75
4.4.2. Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan ... 76
4.4.3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan .. 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 79
5.2. Saran ... 79
Tabel 1. Nilai perusahaan pada Perusahaan Farmasi yang go public di BEI
Tahun 2005-2008 (Dalam Jutaan) ... 5
Tabel 2. Leverage (X2) Perusahaan Farmasi yang go public di BEI Tahun 2005-2008 ... 61
Tabel 3. Ukuran Perusahaan (X3) Perusahaan Farmasi yang go public di BEI Tahun 2005-2008 ... 63
Tabel 4. Profitabilitas (X4) Perusahaan Farmasi yang go public di BEI Tahun 2005-2008 ... 64
Tabel 5. Nilai Perusahaan (Y) Perusahaan Farmasi yang go public di BEI Tahun 2005-2008 ... 65
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas ... 66
Tabel 7. Hasil Nilai Mahalanobis Distance ... 67
Tabel 8. Hasil Uji Multikolonieritas ... 68
Tabel 9. Hasil Uji Durbin Watson ... 69
Tabel 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 71
Tabel 11. Statistik Deskriptif ... 72
Tabel 12. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 72
Econometrics, Penerbit Erlangga ... 40
Gambar 2. Struktur Organisasi PT BEI ... 49
Gambar 3. Hasil Uji Statistik d Durbin-Watson, Gujarati Damodar,
Oleh :
Linda Fitriani
Abstraksi
Perusahaan menggunakan leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Ukuran perusahaan menunjukkan besar atau kecilnya kekayaan (assets) yang dimiliki suatu perusahaan. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui ukuran perusahaan supaya dapat membedakan secara kuantitatif antara perusahaan besar dan perusahaan kecil. Leverage dan ukuran perusahaan yang relatif besar perlu didukung oleh kemampuan memperoleh laba. Para investor menanamkan saham pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan oleh investor. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi akan diminati sahamnya oleh para investor. Dengan demikian dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan farmasi yang go public dan masih terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia sebanyak 9 perusahaan. Dengan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari pihak instansi terkait yang digunakan sebagai data pendukung dalam pengumpulan data. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa variable Leverage secara parsial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Nilai Persahaan, Ukuran Persahaan secara parsial berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan, dan Profitabilitas secara parsial berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan.
Keyword : Leverage, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Nilai
1 1.1 Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan sumber berbagai macam informasi
bagi investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan investasi di pasar modal. Pada pasar modal yang efisien, harga
saham mencerminkan semua informasi yang relevan dan pasar akan
bereaksi apabila terdapat informasi baru. Maka dari itu setiap tahun
perusahaan publik yang terdaftar di BEI berkewajiban untuk
menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada Bursa Efek, para
investor, dan publik.
Meningkatnya persaingan usaha dan semakin rumitnya situasi yang
dihadapi oleh perusahaan modern masa kini menuntut ruang lingkup dan
peran seorang manajer keuangan yang semakin luas. Perusahaan melalui
manajer keuangan harus mampu menjalankan fungsinya didalam
mengelola keuangan dengan benar dan seefisien mungkin. Ukuran yang
digunakan untuk menilai keberhasilan seorang manajer keuangan dalam
mengelola keuangan perusahaan adalah dengan melihat nilai perusahaan.
Suatu keputusan dikatakan benar apabila dapat meningkatkan nilai
perusahaan (Husnan, 1994 : 4).
Tujuan perusahaan adalah memaksimalisasi nilai pemegang saham
nilai perusahaan meningkat yang ditandai dengan tingkat pengembalian
investasi yang tinggi kepada pemegang saham.
Nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang bersedia dibayar
oleh calon investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Nilai
perusahaan tercermin dari harga saham yang stabil dan dalam jangka
panjang mengalami kenaikan. Semakin tinggi harga saham maka
semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi
menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang
tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Untuk
mencapai hal tersebut, perusahaan mengharapkan manajer keuangan
akan melakukan tindakan terbaik bagi perusahaan dengan
memaksimalkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran (kesejahteraan)
pemilik atau pemegang saham dapat tercapai. (Husnan, 2000 : 7)
Sektor farmasi adalah sektor yang kurang mendapat perhatian dari
investor. Tidak seperti saham emiten tambang yang selalu berfluktuasi
dengan tajam, saham farmasi cenderung kurang likuid. Berdasarkan data
historis di BEI, saham emiten farmasi hanya bergerak aktif di saat
tertentu saja. Misalnya saat merebaknya kekhawatiran penyebaran virus
flu babi. Atau saat nilai tukar rupiah berfluktuasi tajam. Sebenarnya,
saham perusahaan farmasi sangat menarik untuk dikoleksi mengingat
besarnya omset penjualan produk farmasi di dalam negeri. Saat ini, nilai
pasar obat di Indonesia lebih dari US$ 0,5 miliar atau sekitar Rp 23
akan meningkatkan laba bersih perusahaan farmasi. (Vibiznews.com 17
desember 2009).
Industri farmasi Indonesia bisa memanfaatkan pasar bebas
Asean-China (ACFTA) untuk mendapatkan bahan baku murah sehingga produk
jadinya bisa lebih kompetitif. Dengan mendapatkan bahan baku murah,
industri farmasi Indonesia bisa menekan biaya produksi yang pada
gilirannya dapat menekan harga jual obat, sehingga bisa mengekspor
produknya ke negara-negara yang masih menerapkan tarif impor bahan
baku. Secara keseluruhan, perdagangan produk farmasi Indonesia hingga
kini masih mengalami defisit dengan kecenderungan berfluktuasi. Jika
pada 2001 defisitnya sebesar US$ 19 juta, pada 2007 melonjak menjadi
US$ 123,5 juta, namun tahun berikutnya (2008) turun menjadi US$
110,3 juta. Pada sisi lain, industri farmasi Indonesia cukup memiliki
daya saing di pasar ekspor untuk produk tertentu, seperti obat
ethical,serum,dan vaksin. Pada obat ethical, neraca perdagangan selalu
surplus, namun sayang volume perdagangan obat jenis ini relatif kecil.
(bisnis.com , 25 maret 2010)
Memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan
memaksimumkan harga pasar saham. Hal ini dapat dijelaskan secara
sederhana sebagai berikut : nilai perusahaan (V=value) adalah hutang
(D=debt) ditambah modal sendiri (E=equity). Jika diasumsikan hutang
sendiri akan meningkatkan harga per lembar saham perusahaan. (Lukas
setia atmaja, 1999:4)
Menurut pendapat Weston & Copeland (1992 : 53), bahwa dengan
menggunakan leverage, nilai perusahaan akan meningkat karena adanya
manfaat perlindungan pajak. Dalam perhitungan pajak, bunga hutang
dikurangkan terlebih dahulu, ini berarti penggunaan hutang
mengakibatkan keringanan pajak untuk arus kas perusahaan. Jadi nilai
perusahaan akan naik dengan naiknya hutang jika satu-satunya pengaruh
terhadap operasi perusahaan adalah pengaruh perlindungan pajak akibat
naiknya hutang.
Menurut Sujoko (2007) ukuran perusahaan yang besar
menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor
akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pangsa
pasar relatif menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibanding
pesaing utamanya. Investor akan merespon positif sehingga nilai
perusahaan akan meningkat.
Signally theory, Bhattacarya (1979) dalam Sujoko (2007)
mengemukukan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek
perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan
nilai perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin
meningkat menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus sehingga
investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan
Nilai perusahaan dapat diproksikan dengan price to book value
(PBV). Price to book value merupakan pembagian nilai pasar saham
dengan nilai buku per lembar saham. Nilai PBV yang lebih dari 1
dikatakan sebagai overvalued yang dapat diartikan bahwa saham
perusahaan dinilai lebih tinggi dibandingkan nilai bukunya. Nilai PBV
yang kurang dari 1 dikatakan sebagai undervalued yang dapat diartikan
bahwa saham perusahaan dinilai lebih rendah dibandingkan nilai
bukunya. Nilai PBV yang sama dengan 1 dapat diartikan bahwa saham
perusahaan dinilai sama dengan nilai bukunya (Damodaran, 1997 : 108)
Table 1: Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Farmasi yang Go
Publik di BEI Tahun 2005-2008 (Dalam Jutaan)
NO Nama Perusahaan NILAI PERUSAHAAN
2005 2006 2007 2008
1 PT BRISTOL‐MYERS SQUIBB 97,314 514,374 97,314 481,936
2 PT DARYA‐VARIA LABORATORIA 420,000 845,600 896,000 537,600
3 PT INDOFARMA 356,415.76 309,926.75 635,349.84 154,963.38
4 PT KALBE FARMA 10,054,454.28 12,085,657.15 12,796,578.17 4,062,405.77
5 PT KIMIA FARMA 805,330 916,410 1,693,970 422,104
6 PT MERCK 544,320 896,000 1,176,000 795,200
7 PT PYRIDAM FARMA 24,078.60 26,754 43,341.48 26,754
8 PT SCHERING PLOUGH INDO 39,600 32,400 77,400 37,260
9 PT TEMPO SCAN PASIFIC 25,425,000 4,050,000 3,375,000 1,800,000
Sumber: laporan keuangan 2005-2008 (Bursa Efek Indonesia)
Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah perdagangan
produk farmasi Indonesia hingga kini masih mengalami defisit dengan
kecenderungan berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai
perusahaan pada perusahaan farmasi yang dari tahun 2005-2008
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan Farmasi
yang go publik di Bursa Efek Indonesia memiliki Nilai Perusahaan yang
berfluktuasi. Hal ini disebabkan karena sektor perusahaan farmasi
kurang mendapat perhatian dari investor yang mengakibatkan saham
emiten perusahaan farmasi kurang likuid sehingga saham emiten farmasi
hanya bergerak aktif di saat tertentu saja.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
penelitian ini menetapkan untuk mengambil judul ”PENGARUH
LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN FARMASI YANG GO
PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan pokok
permasalahannya adalah sebagai berikut :
1. Apakah leverage berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan pada
perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai perusahaan pada
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh leverage terhadap Nilai
perusahaan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh ukuran perusahaan
terhadap Nilai perusahaan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek
Indonesia.
3. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh profitabilitas terhadap
Nilai perusahaan pada perusahaan farmasi di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi :
1. Ilmu Pengetahuan
Untuk menganalisa faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
nilai perusahaan, dan seberapa besar faktor tersebut mempengaruhi
nilai perusahaan.
2. Pengambil Keputusan
Memberikan sumbangan pemikiran pada analisis, investor dan
para pemegang saham serta manajemen investasi dalam menentukan
keputusan serta strategi keuangan.
3. Peneliti
Peneliti dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian lebih
8 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan pihak lain yang dapat
dipakai sebagai penyajian yang berkaitan dengan penelitian ini
dilakukan oleh :
1 Michell Suharli (2006), penelitian dengan judul “studi empiris
terhadap faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan pada
perusahaan go public di Indonesia”. Dalam penelitian ini sample
yang digunakan adalah diambil secara random (acak), dimana semua
perusahaan yang terdaftar di BEJ mempunyai peluang yang sama
untuk dipilih dan pengujian dilakukan dengan menggunakan analisa
multiple regression. Berdasarkan analisis dan pembahasan dari
penelitian Michell Suharli (2006) menunjukkan bahwa dalam
penelitian tersebut didapatkan hasil dimana pada tahun 2002 variabel
independen yaitu skala perusahaan (S), penanaman modal asing (A),
dan profitabilitas (P) mempengaruhi nilai perusahaan (N) secara
tidak signifikan, kecuali umur perusahaan (U) mempengaruhi nilai
perusahaan (N) secara signifikan. Pada tahun 2003 variabel
independen skala perusahaan (S) mempengaruhi nilai perusahaan
secara signifikan (N), sedangkan variabel independen lain yaitu umur
mempengaruhi nilai perusahaan (N) secara tidak signifikan. Hal ini
disebabkan, karena pada tahun 2002 dan 2003 keadaan ekonomi,
politik, kurs, dan keamanan di Indonesia masih belum stabil, dimana
keadaan ekonomi di Indonesia baru bangkit dari keterpurukan
setelah mengalami krisis yang mengakibatkan kurs di bursa saham
tidak menentu, sehingga nilai asssets yang ada dalam perusahaan
yang tertera dalam laporan keuangan cukup tinggi, padahal hal ini
disebabkan karena, harga dari assets yang dibeli pada tahun tersebut
cukup tinggi akibat pengaruh inflasi.
2 Sujoko & Ugy Soebiantoro (2007) dengan judul “Pengaruh Struktur
Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern Dan Faktor Ekstern
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi empirik pada perusahaan
manufaktur dan non manufaktur di Bursa Efek Jakarta)”. Dalam
penelitian ini sample yang digunakan adalah purposive sampling,
yaitu sampel yang memiliki kriteria tertentu dan pengujian dilakukan
dengan menggunakan AMOS. Berdasarkan analisis dan pembahasan
dari penelitian Sujoko & Ugy Soebiantoro (2007) menunjukkan
bahwa variabel profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan
leverage mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Penelitian ini belum memberikan informasi seberapa
konflik keagenan bisa semakin kreatif. Kepemilikan perusahaan
publik yang diamati dalam penelitian ini juga belum mengamati
kepemilikan oleh pemilik asing. Penelitian mendatang perlu
memasukkan kepemilikan oleh investor asing agar kita bisa
mengamati bagaimana pelaksanaan good corporate governance
dalam perusahaan publik. Analisa good corporate governance dalam
penelitian ini juga hanya didasarkan pada data sekunder.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat
diartikan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan
usaha-usaha mendapatkan dana perusaha-usahaan dengan biaya yang murah serta usaha-usaha
untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien
(Sutrisno, 2003:3)
Menurut Husnan (2004: 4), manajemen keuangan menyangkut
kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan.
Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer
kauangan. Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas
dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur
Keuangan, Kepala Bagian Keuangan dan sebaliknya, mungkin sekali
melakukan kegiatan keuangan. Sebagai misal, keputusan untuk
memperluas kapasitas pabrik, menghasilkan produk baru jelas akan
oleh Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh
manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka.
Meskipun demikian kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana (allocation
of funds) dan mencari pendanaan (raising of funds). Dua kegiatan utama
(atau fungsi) tersebut disebut sebagai fungsi keuangan.
Manajemen keuangan merupakan bidang yang terluas dari tiga
bidang keuangan dan memiliki kesempatan karir yang sangat luas.
Manajemen keuangan sangat penting dalam semua jenis perusahaan,
termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya serta perusahaan industri
dan ritel. Manajemen keuangan juga penting dalam kegiatan pemerintah,
mulai dari sekolah, rumah sakit, hingga departemen jalan tol (Brigham dan
Houston, 2001 : 6)
2.2.2 Laporan Keuangan
2.2.2.1 Arti Pentingya Laporan Keuangan
Pada mulanya laporan keuangan bagi semua perusahaan hanyalah
sebagai alat penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk
laporan keuangan tidak hanya sebagai dasar untuk dapat menentukan atau
menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil
analisisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu
2.2.2.2 Pihak yang Berkepentingan Terhadap Posisi Keuangan
Pihak-pihak tersebut adalah para pemilik perusahaan, manajer
perusahaan yang bersangkutan, kreditur, bankers, para investor dan
pemerintah (Munawir, 2002 : 2)
2.2.2.3 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data
keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang
berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Menurut
Myer dalam bukunya Financial Statement Analisys mengatakan bahwa
yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang disusun
oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar
adalah neraca dan daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah
menjadi kebiasaan bagi perseroan untuk menambah daftar ketiga yaitu
laba ditahan (Munawir, 2002 : 5)
2.2.2.4 Sifat Laporan Keuangan
(Munawir, 2002 : 6)
a. Fakta yang telah dicatat
b. Prinsip dan kebiasaan didalam akuntansi
2.2.2.5 Bentuk Laporan Keuangan
a. Neraca
Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah
untuk menunjukkan posisi keuangan sauatu perusahaan pada suatu
tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan
ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender,
sehingga neraca sering disebut dengan balance sheet (Munawir, 2002
: 13).
Bentuk Neraca:
1) Skonto
Dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri atau debet
dan hutang sebelah kanan atau kredit.
2) Vertical
Dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang
selanjutnya diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang
jangka panjang dan modal.
3) Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau
posisi keuangan perusahaan (Munawir, 2002 : 20)
b. Laporan Rugi Laba
Merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan,
biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selam periode
Bentuk Laporan Rugi Laba:
1. Bentuk single step yaitu dengan menggabungkan semua
penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu
kelompok, sehingga untuk menghitung rugi laba bersih hanya
memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap
total penghasilan.
2. Bentuk multiple step yaitu bentuk ini dilakukan pengelompokkan
yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara
umum.
2.2.3 Analisa Laporan Keuangan
2.2.3.1 Tujuan Analisa
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil
yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan
tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila
data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau lebih. Dan anlisis
lebih lanjut sehingga dapat diperoleh data yang akan dapat mendukung
keputusan yang akan diambil. (Munawir, 2002 : 31)
2.2.3.2 Dasar Pembanding Analisa Laporan Keuangan
(Munawir, 2002 : 65)
a Perbedaan letak perusahaan dengan tingkat harga dan biaya
b Jumlah aktiva tetap yang dimiliki perusahaan yang
bersangkutan yang digunakan dalam operasi
c Adanya perbedaan umur kekayaan yang dimiliki diantara
perusahaan-perusahaan tersebut.
d Perbedaan kebijaksanaan yang dilakukan masing-masing
perusahaan
e Perbedaan struktur permodalan yang dimiliki oleh
perusahaan-perusahaan yang bersangkutan
f Perbedaan sistem dan prosedur akuntansi yang digunakan
2.2.4 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan
jangka panjang atau Long Term Financial Asset. Pasar modal
memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka panjang untuk
investasi jangka panjang dalam bentuk bangunan, peralatan dan sarana
produksi lainnya (Sartono, 2001:21). Bentuk umum surat berharga yang
diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi, saham preferen dan saham
biasa.
Menurut Darmaji (2001 : 1) pada dasarnya pasar modal (capital
market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka
panjang yang biasa diperjualbelikan baik dalam bentuk uang ataupun
modal sendiri. Kalau pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga
jangka pendek. Baik pasar modal maupun pasar uang merupakan bagian
Pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dengan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya sebagai lembaga profesi yang
berkaitan dengan efek (Fakhrudin, 2001:2)
Pengertian pasar modal secara umum menurut keputusan menteri
keuangan RI No.1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal adalah
suatu sistem keuangan yang terorganisasi termasuk didalamnya adalah
bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan
serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan dalam arti
sempit pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang
mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa
efek. (Sutrisno, 2001 : 341)
Menurut Sunariyah (2004: 5), pasar modal adalah tempat
pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat
inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang
mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam
surat berharga yang ditawarkan oleh emiten.
2.2.4.1Fungsi Pasar Modal
Fungsi dari pasar modal / bursa efek (Sartono, 2001 : 23)
a Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan
melalui mekanisme pasar.
b Membantu pembelajaran (pemenuhan dana) dunia usaha melalui
c Menghimpun proses perluasan partisipasi masyarakat dalam
kepemilikan saham-saham perusahaan
2.2.4.2Manfaat Pasar Modal
Menurut Anoraga dan Pakarti (2001 : 12) manfaat pasar modal
adalah:
a) manfaat pasar modal bagi emiten/perusahaan adalah:
1) jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar
2) dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar
perdana selesai
3) solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra
perusahaan
4) ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil
5) cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari
harga nominal perusahaan.
6) Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang
berisiko tinggi
7) Tidak ada beban financial
8) Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas
9) Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu
10)Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
b) Manfaat pasar modal bagi investor / pemodal adalah:
1) Nilai investasi berkembang mengikuti harga saham yang
2) Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau
memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang
mengambang bagi pemegang obligasi.
3) Mempunyai hak suara dalam RUPS (rapat umum
pemegang saham) bagi pemegang saham, mempunyai hak
suara dalam RUPO(rapat umum pemegang obligasi) bila
diadakan bagi pemegang obligasi
4) Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi, misal
dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan
keuntungan atau mengurangi risiko.
c) Manfaat Pasar Modal bagi Lembaga Penunjang adalah:
1) Menuju ke arah professional di dalam memberikan
pelayanannya sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
2) Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.
3) Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang.
4) Likuiditas efek semakin tinggi
d) Manfaat Pasar Modal bagi Pemerintah adalah:
1) Mendorong laju pembangunan.
2) Mendorong investasi.
3) Pencipta lapangan kerja.
4) Mengurangi anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik
2.2.5 Investasi di Pasar Modal
Investasi menurut Jogiyanto (2000 : 5), merupakan penundaan
konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien
selama periode tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas
membutuhkan kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu
unit konsumsi mendatang. Dengan demikian investasi dapat di definisikan
sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi
yang efisien selama periode waktu tetentu.
Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang
dengan harapan untuk menghasilkan arus kas dana masa datang dengan
jumlah yang lebih besar dari dana di lepaskan pasa saat investasi awal
(Moeljadi, 2006 : 121)
Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya bejangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal
tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai
kelebihan dana (Sunariyah, 2003 : 4).
Di dalam investasi ada dua potensi keuntungan dari investasi bursa
efek, yaitu berupa keuntungan yang diperoleh perusahaan yang dibagikan
kepada pemegang saham (deviden) dan jika investor menjual sahamnya di
atas harga belinya. Dividen perusahaan sangat berkaitan dengan
performance perusahaan, sedangkan capital gain tidak begitu di pengaruhi
jika harga jual saham di bawah harga beli (capital lost), sedangkan
deviden tidak bisa negatif (Arogana dan Pakarti, 2003 : 81)
Menurut Usman dkk (1990 : 144), setiap pemodal memiliki tujuan
tertentu yang ingin di capainya melalui keputusan investasi yang diambil.
Secara umum tertentu saja motif investasi adalah : memperoleh
keuntungan, namun di kaitkan dengan karakteristik instrument di pasar
modal pada dasarnya ada 5 sasaran yang ingin dicapai oleh pemodal,
antara lain:
a Keamanan
b Pendapatan
c Pertumbuhan
d Fasilitas pajak
e Spekulasi
2.2.6 Penilaian Harga Saham
Tinggi rendahnya harga saham benar-benar merupakan penilaian
sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang termasuk diantaranya
adalah kondisi performance perusahaan dan faktor penawaran dan
permintaan saham serta kemampuan dalam menganalisis efek.
Dalam analisis fundamental laporan keuangan perusahaan
memegang peranan penting dengan mengevaluasi laporan keuangan, akan
mengetahui perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan. Hal ini
pendekatan dalam analisis investasi yang umumnya digunakan dalam
melakukan penilaian saham, yaitu:
a Analisis Teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis ini
adalah bahwa harga saham yang mencerminkan informasi yang
relevan, bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di
waktu yang lalu dan karenanya perubahan harga saham akan
mempunyai pola tertentu.
b Analisis Fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan mengestimate nilai faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan
datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga
diperoleh taksiran harga saham.
Ada dua pendekatan fundamental yang umumnya digunakan dalam
melakukan penilaian saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang
(present value Approach) dan pendekatan PER (P/E ratio appoach)
(Jogiyanto, 2000 : 89)
2.2.7 Nilai Perusahaan
Rasio price to book value mengaitkan harga saham denga labanya
dan dengan nilai buku per saham. Nilai buku per saham menentukan harga
pasar saham yang bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum investor
memutuskan untuk membeli atau menjual saham, mereka harus
membandingkan dengan harga yang ditawarkan. Nilai buku per saham
mencerminkan nilai perusahaan, dan nilai perusahaan tercermin pada nilai
kekayaan bersih ekonomis yang dimilikinya (Halim, 2003 : 16)
Pengertian nilai perusahaan menurut Suad Husnan (2000:7) sebagai
berikut:
“nilai perusahan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual”
Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga
saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai
perusahaan (Suad Husnan, 2000 :11)
Memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan
memaksimumkan harga pasar saham. Hal ini dapat dijelaskan secara
sederhana sebagai berikut : nilai perusahaan (V=value) adalah hutang
(D=debt) ditambah modal sendiri (E=equity). Jika diasumsikan hutang
tetap, nilai perusahaan naik maka modal sendiri naik. Naiknya modal
sendiri akan meningkatkan harga per lembar saham perusahaan. (Lukas
setia atmaja, 1999:4)
Pada prinsipnya, seperti yang dikatakan oleh Van Horne (1998:4)
bahwa harga pasar saham merupakan ukuran indeks prestasi perusahaan,
yaitu seberapa jauh manajemen telah berhasil mengelola perusahaan untuk
mendapatkan laba dimasa mendatang atas nama pemegang saham.
Pemegang saham yang tidak puas dengan prestasi manajemen akan
ini dilakukan oleh para pemegang saham, maka ini akan merupakan
kekuatan pasar yang akan menurunkan harga pasar saham perusahaan,
dengan kata lain rasio ini mengindikasi tentang pendapat investor terhadap
kinerja perusahaan dimasa lalu dan prospeknya dimasa depan. Rasio price
to book value membandingkan harga pasar saham dengan nilai buku
ekuitas.
2.2.8 Leverage
Sutrisno (2001 : 227) mengartikan leverage sebagai penggunaaan
aktiva (asset) atau sumber dana, dan sebagai akibat dari penggunaan dana
tersebut perusahaan harus membayar biaya tetap. Perusahaan
menggunakan leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh
lebih besar dari pada biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian
akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Istilah leverage
digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan menggunakan
aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat
penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan. Dengan memperbesar
tingkat leverage berarti tingkat ketidakpastian dari return yang akan
diperoleh pemilik perusahaan akan semakin tinggi pula, tetapi pada saat
yang bersamaan hal tersebut juga akan memperbesar jumlah retun yang
akan diperoleh pemilik perusahaan.
Sumber pendanaan suatu perusahaan dapat diperoleh dari modal
internal dan modal eksternal. Modal internal berasal dari laba ditahan
satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk
membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan akan
penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap
yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan
meningkatnya leverage keuangan. Semakin tinggi tingkat leverage akan
semakin tinggi risiko yang dihadapi serta semakin besar tingkat return atau
penghasilan yang diharapkan.
Penggunaan hutang yang berbeban bunga mempunyai keuntungan
dan kelemahan bagi perusahaan. Keuntungan penggunaan hutang bagi
perusahaan diantaranya adalah : a) biaya bunga mengurangi bebab pajak,
b) bondholder hanya mendapat bunga yang relatif tetap sehingga
kelebihan keuntungan menjadi milik perusahaan sepenuhnya, c)
bondholder tidak memiliki hak suara sehingga pemilik dapat
mengendalikan perusahaan dengan dana yang lebih kecil. Penggunaan
hutang juga mempunyai kelemahan karena : a) hutang yang semakin tinggi
meningkatkan risiko insolvency, b) bila bisnis perusahaan tidak bagus,
pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup menutup biaya bunga,
maka kerugian ini dapat membahayakan perusahaan karena perusahaan
terancam mengalami kebangkrutan.
Tandelilin (2001:73) mengatakan bahwa semakin tinggi financial
leverage, berarti semakin besar pula beban tetap yang harus ditanggung
perusahaan. Dalam kondisi ekonomi yang memburuk, dimana keuntungan
mempercepat perusahaan menjadi bangkrut. Investor oblogasi perlu
menilai besar kecilnya hutang dari perusahaan yang menerbitkan obligasi.
Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Weston dan Copeland
(1995 : 22) bahwa financial leverage yang lebih besar tidak diragukan lagi
meningkatkan risiko bagi para pemegang saham. Risiko financial
dimaksud adalah suatu keadaan dimana perusahaan tidak mampu menutup
biaya-biaya finansialnya. Peningkatan financial leverage akan
memperbesar risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan karena
kenaikan beban financial akan memaksa perusahaan untuk
mempertahankan EBIT yang lebih besar. Apabila perusahaan tidak
mampu membayar kewajiban-kewajiban financial tersebut maka
kemungkinan perusahaan tidak akan dapat melanjutkan usahanya karena
para kreditur yang merasa tidak terjamin akan dapat memaksa perusahaan
untuk membayar bunga serta pinjaman pokoknya dengan segara.
Disamping itu berpengaruh terhadap risiko, financial leverage juga
mempengaruhi tingkat dan perbedaan laba perusahaan setelah pajak dan
juga mempengaruhi keseluruhan pengembalian dan risiko perusahaan
(Horne et, al., 1998 : 440).
2.2.9 Firm size (ukuran perusahaan)
Firm size merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dapat
dilihat dari tingkat penjualan, jumlah karyawan dan total aktiva yang
dimiliki perusahaan. Perusahaan besar yang sudah well-established akan
kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki
fleksibilitas yang lebih besar pula. (Agus Sartono, 2002 : 249)
Menurut Riyanto (1984 : 1), bahwa suatu perusahaan besar dengan
saham tersebar sangat luas, perluasan saham akan mempunyai pengaruh
yang kecil terhadap kemungkinan hilang atau tergesernya kontrol dari
pihak dominan dari perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya,
perusahaan kecil yang sahamnya sangat tersebar dilingkungan kecil,
penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang paling besar
terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap
perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian pula perusahaan besar
yang sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan
saham-saham dalam memenuhi kebutuhan dananya dibandingkan dengan
perusahaan kecil.
2.2.10 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan salah satu kemampulabaan. Menurut
Sugiyarso dan Winarni (2005 : 118), profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan
penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Rasio ini menunjukkan
pengukuran efektivitas manajemen dalam memanfaatkan sumber dananya
untuk menghasilkan keuntungan yang merupakan hasil kegiatan atas
penggunaan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva. Jika
suatu perusahaan mempunyai tingkat modal sendiri yang tinggi maka akan
membiayai kegiatan opersinya menggunakan modal sendiri yang dimiliki
perusahaan.
Halim (2002 : 157), rasio ini digunakan untuk mengukur sampai
seberapa besar efektivitas manajemen dalam mengelola assets dan equity
yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. Tinggi rendahnya
rasio ini sering kali merefleksikan kemampulabaan dan efektivitas
penggunaan asset, semakin tinggi rasio ini semakin baik pula efektivitas
dari pengguanaan asset, dan diharapkan rasio ini dapat diperoleh melebihi
interest rate/cost of capital dari dana yang diinvestasikan. Yang termasuk
rasio profitabilitas anatra lain:
Net Profit Margin =
2.2.11 Pengaruh Antar Variabel
2..2.11.1 Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan
Hutang adalah instrument yang sangat sensitif terhadap perubahan
nilai perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi
harga saham sehingga nilai perusahaan semakin tinggi pula. Leverage
dengan maksud meningkatkan hasil pengembalian (return) bagi para
pemegang saham. Dengan memberikan hasil pengembalian (return) yang
lebih tinggi pada para pemegang saham akan menyebabkan harga saham
menjadi lebih tinggi (Van Horne, 1998 : 1).
Menurut pendapat Weston & Copeland (1992 : 53), bahwa dengan
menggunakan leverage, nilai perusahaan akan meningkat karena adanya
manfaat perlindungan pajak. Dalam perhitungan pajak, bunga hutang
dikurangkan terlebih dahulu, ini berarti penggunaan hutang
mengakibatkan keringanan pajak untuk arus kas perusahaan. Jadi nilai
perusahaan akan naik dengan naiknya hutang jika satu-satunya pengaruh
terhadap operasi perusahaan adalah pengaruh perlindungan pajak akibat
naiknya hutang.
Salah satu teori yang mendasari keputusan pendanaan perusahaan
adalah pecking order theory, menurut Myers (1984) dalam Sujoko (2007)
yang mengemukakan adanya kecenderungan perusahaan untuk
menentukan pemilihan sumber pendanaan atas dasar hirarki risiko
(pecking order theory). Pecking order theory adalah salah satu teori yang
mendasarkan pada asimetris informasi. Asimetris informasi akan
mempengaruhi struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses
pada sumber pendanaan dari luar. Myers dan Majluf (1984) dalam Sujoko
(2007) menunjukkan bahwa dengan adanya asimetris informasi, investor
biasanya akan menginterpretasikan sebagai berita buruk apabila
demikian, perusahaan akan lebih memilih mendanai investasinya
berdasarkan suatu urutan resiko.
Leverage yang semakin tinggi akan menimbulkan financial distress
sehingga nilai perusahaan menurun. Balancing theory, Stigliz (1976)
dalam Sujoko (2007) menyatakan bahwa ada keseimbangan antara
manfaat dan pengorbanan dalam kaitannya dengan hutang.
Dalam penelitian Sujoko (2007) leverage mempunyai pengaruh
negarif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
mendukung teori struktur modal model trade off yang menyatakan bahwa
jumlah hutang yang semakin meningkat akan menurunkan nilai
perusahaan.
2.2.11.2 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahan
Semakin besar perusahaan maka semakin banyak dana yang
digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan. Perusahaan yang
memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana
dari sumber eksternal yang besar (Brigham dan Houston, 2009 : 46)
Besar kecilnya suatu perusahaan akan sangat berpengaruh pada
pendanaanya. Banyak perusahaan besar akan memperoleh dana dengan
menerbitkan obligasi, yang merupakan surat utang jangka panjang yang
dibeli oleh investor. Beberapa perusahaan besar akan memilih untuk
menerbitkan obligasi dibandingkan memperoleh pinjaman dari lembaga
keuangan karena tingkat suku bunganya lebih rendah. Perusahaan kecil
mereka dapat menerbitkan obligasi mereka sendiri, penerbitan obligasi
biasanya akan memerlukan banyak dana yang tidak mampu dikeluarkan
oleh sebuah perusahaan kecil (Madura, 2001:227)
Menurut Sujoko (2007) ukuran perusahaan yang besar menunjukkan
perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon
positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pangsa pasar relatif
menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing
utamanya. Investor akan merespon positif sehingga nilai perusahaan akan
meningkat.
Dalam penelitian Sujoko (2007) ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Temuan ini
konsisten dengan temuan penelitian Sudarma (2003) dan Ratnawati
(2001). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa investor
mempertimbangkan ukuran perusahaan dijadikan patokan bahwa
perusahaan tersebut mempunyai kinerja bagus.
2.2.11.3 Pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan
Menurut Husnan (1998:317), jika kemampuan perusahaan untuk
mengahasilkan laba meningkat, harga saham akan meningkat, dan nilai
perusahaanpun juga akan meningkat.
Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang
baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai
perusahaan meningkat. Signally theory, Bhattacarya (1979) dalam Sujoko
prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif
dan nilai perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin
meningkat menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus sehingga
investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan
meningkat.
Hasil penelitian yang dilakukan Sujoko (2007) profitabilitas
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Temuan penelitian ini mendukung signaling theory, Battacharya (1979)
yang menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai earning yang
semakin meningkat merupakan signal bahwa perusahaan tersebut
mempunyai prospek bagus di masa yang akan datang.
2.3 Kerangka pikir
Leverage (X1)
Nilai Perusahaan (Y)
Firm Size (X2)
2.4 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan diatas dan dari uraian landasan teori
maka dapat diambil satu hipotesis sebagai berikut
a) Leverage mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan Farmasi yang ada di BEI.
b) Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan Farmasi yang ada di BEI.
c) Profitabilitas mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai
33
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dalam hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan
dan menerangkan variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian
dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional
berdasarkan teori yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris.
Definisi operasional dan pengukuran variabel yang digunakan
dalam penelitian ini dibagi menjadi:
a Variabel terikat ( Dependent Variabel )(Y)
Variable terikat (Dependent Variabel) adalah variable yang tidak
dapat berdiri sendiri dan nilainya tergantung pada hasil
pengamatan.Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Nilai
Perusahaan. Nilai perusahan yaitu jumlah saham beredar x harga pasar
saham (Husnan, 1993)
Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang
b Variabel bebas ( Independent Variabel )(X)
Variabel bebas (Independent Variable) yaitu variabel yang dapat
berdiri sendiri dan nilainya tidak tergantung pada hasil pengamatan.
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini ada tiga, yaitu:
1) Leverage
Leverage (X1) adalah rasio yang mengukur sejauh mana
perusahaan dibiayai oleh hutang atau dibiayai oleh pihak luar
(Fakhruddin, Hardianto, 2001 : 61)
Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang
digunakan adalah kali (x)
Rumus:
2) Ukuran Perusahaan (X2)
Merupakan ukuran perusahaan yang menunjukkan besar atau
kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan Suwardjono
(2002).
Dalam Sujoko Ukuran perusahaan ini diukur berdasarkan :
SIZE = Ln (Total Aktiva)
Skala yang digunakan adalah skala rasio dan satuannya desimal.
3) Profitabilitas (X3)
Merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola
peusahaan. Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan
(1998) dalam Suharli (2006) perhitungan ROE dapat dihitung
3.2 Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek atau obyek yang memiliki
ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan
kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tertentu akan
dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44)
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan 9 perusahaan
yang bergerak dibidang industri farmasi yang telah go public di Bursa
Efek Indonesia sampai saat ini.
3.2.2. Sampel
Menurut Sugiyono (2003:96), ‘sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila populasi relatif kecil, istilah lain sampel jenuh adalah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
Adapun kesembilan perusahaan farmasi yang ditentukan sebagai
sampel penelitian adalah sebagai berikut :
a) PT Bristol-Myers Squibb
c) PT Indofarma
d) PT Kalbe Farma
e) PT Kimia Farma
f) PT Merck
g) PT Pyridam Farma
h) PT Schering Plough Indo
i) PT Tempo Scan Pasific
3.3 Teknik Pengumpulan Data.
3.3.1. Jenis Data.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu
data yang dikumpulkan,diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan
farmasi yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 sampai
tahun 2008.
3.3.2. Sumber Data.
Dalam penelitian ini data bersumber dari PT. BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) berupa laporan keuangan yang terangkum dalam
Indonesia Capital Market Directory (ICMD) perusahaan farmasi yang
telah dipilih sebagai sampel penelitian
3.3.3. Metode Pengumpulan Data.
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan oleh peneliti,
maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
mempelajari catatan perusahaan yang berkaitan. Pengumpulan data
historis perusahaan yang telah didokumentasikan dan masih berlaku saat
ini, kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian
ini.
Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas perdagangan
saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.4 Teknik Analisa dan Uji Hipotesis
3.4.1. Regresi Linier Berganda
Dalam analisis penelitian ini terdapat empat variabel yang terdiri dari
satu variabel terikat dan tiga variabel bebas. Sehingga teknik analisisnya
menggunakan aplikasi khusus regresi linier berganda di mana dalam
persamaan regresinya mengandung unsur interaksi atau perkalian antara
dua atau lebih variabel independen (Ghozali 2001).persamaan regresi
untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
dengan persamaan :
Y = ß0 + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + ei
Keterangan :
Y = Nilai Perusahaan
X1 = Leverage
X2 = Ukuran Perusahaan
ß0 = Intersep (konstanta), menunjukkan pengaruh (efek) rata-rata
semua variabel yang tidak dimasukkan ke dalam model Y.
ß1, ß2, ß3 = Koefisien regresi
e = residual atau kesalahan pengganggu
3.4.2. Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE
(Best,Linier,Unbiased,Estimator) artinya pengambilan keputusan melalui
uji F dan uji t tidak boleh bias. Menurut Sumodiningrat (2002: 115) sifat
blue dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan uji signifikan baku
terhadap α dan ß.
b) Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran.
c) Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter
diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter
sebenarnya.
d) Estimate : e diharapkan sekecil mungkin.
Menurut Gujarati (1995: 13) untuk menghasilkan keputusan yang
BLUE, maka harus dipenuhi oleh regresi linier berganda, yaitu :
a) Nilai tengah (mean value) dan komponen penganggu e yang
ditimbulkan dari variabel eksplanatory harus sama dengan nol.
b)Varian dari komponen penganggu & harus konstan dalam
c) Tidak terjadi autokorelasi antar komponen penganggu.
d)Variabel eksplanatory harus non stokastik atau kalaupun stokastik
harus menyebar bebas dari komponen penganggunya.
Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas
atau regresi bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimator) artinya
koefisien regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias
atau tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan persamaan, seperti:
3.4.2.1Multikolinearitas
Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya
lebih dari satu hubungan linier pasti dan istilah kolinearitas berkenaan
dengan terdapatnya satu hubungan linier (Gujarati,1995: 157)
Menurut Widarjono (2003:131), mengemukakan bahwa
multikolinearitas berarti adanya hubungan linier antara variabel
independen di dalam regresi linier berganda dalam suatu persamaan.
Multikolinearitas merupakan korelasi variabel independen dalam regresi
berganda.
Deteksi adanya Multikolinearitas :
a. Besarnya VIF (Variance Inflation Factor)
Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan
adanya multikolinearitas.
b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 dan Condition Index melebihi angka 15
3.4.2.2Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain berbeda, maka disebut Heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang tidak terjadi Heteroskedastisitas. Pengujian
Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara
residual dengan seluruh variabel bebas. Uji yang digunakan dalam
heteroskedastisitas yaitu dengan signifikan antara residual dengan
variabel bebasnya dengan nilai signifikansi > 0,05. (Ghozali, 2001: 69).
3.4.2.3Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu.
Prosedur untuk menguji autokorelasi yang sebenarnya dapat
dijelaskan lebih baik dengan bantuan gambar dibawah ini, yang
menunjukkan batas d adalah 0 dan 4.
Gambar 1. Statistik d Durbin – Watson, (Gujarati, 1995: 216)
Mekanisme tes Durbin-Watson adalah sebagai berikut, dengan
mengasumsikan bahwa asumsi yang mendasari tes dipenuhi :
a.Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan
tertentu dapatkan nilai kritis dL dan du.
b. Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka
jika
d < dL : menolak Ho
d > du : tidak menolak Ho
dL < d < du : pengujian tidak meyakinkan
c.Jika hipotesis nol Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi korelasi
negatif, maka jika
d > 4 – dL : menolak Ho
d < 4 – du : tidak menolak Ho
4 – du < d < 4 – dL : pengujian tidak meyakinkan
d. Jika Ho adalah dua-ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi
baik positif ataupun negatif, maka jika
d < dL : menolak Ho
Seperti langkah tadi menunjukkan, kelemahan besar dari tes d adalah
bahwa jika d tadi jatuh dalam daerah yang meragukan atau daerah
ketidaktahuan, orang tidak dapat menyimpulkan apakah autokorelasi ada
atau tidak ada. Dalam kasus ini orang bisa mungkin terpaksa melakukan
mendapatkan data tambahan data atau sampel yang berbeda. Harus juga
diperhatikan bahwa banyaknya observasi minimum yang diperlukan
sehubungan dengan tabel Durbin Watson adalah 15. Alasannya adalah
bahwa suatu sampel yang lebih kecil dari 15 observasi akan menjadi
sangat sulit untuk bisa menarik kesimpulan yang pasti (definitif)
mengenai autokorelasi dengan memeriksa residual yang ditaksir.
3.4.3 Uji Hipotesis
3.4.3.1. Uji Parsial (Uji t)
Uji t adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh
masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat
(Widarjono,2005:58).
Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
a. Ho = β1 = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
Xi terhadap variabel Y.
Hi = β1≠ 0, ada pengaruh yang signifikan β dari variabel Xi
terhadap variabel Y.
b. Menentukan Level of Significant = 10% dengan derajat bebas = (n-k
), dimana n : jumlah data dan k : jumlah variable bebas.
c. thitung =
thitung = t hasil perhitungan
Dimana: βi = koefisien regresi
d. Kriteria pengujian sebagai berikut:
1) Apabila tingkat signifikansi > 0,05 maka Ho ditolak dan Hi
diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
2) Apabila tingkat signifikansi < 0,05 maka Ho diterima dan Hi
ditolak, artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal
Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di
Indonesia pernah di bentuk suatu perserikatan perdagangan Uang dan
Efek yaitu pada tanggal 11 Januari 1952 atau tiga belas tahun setelah
dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian
pada tahun 1927 dibentuk beusa-bursa efek di tiga kota besar di
Indonesia yaitu Jakarta, Semarang, dan Surabaya.
Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan efek di
bursa-bursa efek tersebut praktis terhenti kerena situasi politik saat itu.
Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya Tahun
1951, pemerintah memberlakukan Undang-Undang Darurat No. 13 yang
kemudian disahkan sebagai Undang-Undang yaitu Undang-Undang No.
15 Tahun 1952 tentang Bursa Efek.
Pada tanggal 10 Agustus 1990 berdasarkan keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 52 Tahun 1976, Pasar Modal di Indonesia dari
Tahun 1977 sampai Tahun 1987 kurang memberikan hasil seperti yang
diharapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada
perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal.
Tersedat-sedatnya perkembangan pasar modal selama itu disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi
yang terlalu kedat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan campur
tangan pemerintah pasar perdana.
Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan
pasar modal tersebut diatas, pemerintah mengeluarkan serangkaian
deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal yaitu
Paket Kebijaksanaan Desember (Pakdes 1987), Paket Kebijaksanaan
Oktober 1988 (Pakto 1988), Paket Kebijaksanaan Desember 1988
(Pakdes 1988).
4.1.2 Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )
Pada tanggal 13 Juli 1922, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan
mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan
baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. Pada Tahun
1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di
Indonesia didirikan Batavia, pusat pemerintah colonial Belanda yang
dikenal sebagai Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan
kemudian dibuka lagi pada Tahun 1952. Selain Bursa Batavia,
pemerintah colonial juga mengkeuangkan bursa pararel di Surabaya dan
Semarang. Namun kegiatan Bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi
pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.
Pada Tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham di buka lagi di Jakarta
bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan
program nasionalisme pada Tahun 1956.
Sebelum Tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani
oleh Badan Palaksanaan Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di
bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi
pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar
financial dan sektor swasta. Puncak perkembangannya pada Tahun 1990.
Pada Tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek
Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Tahun 1955 adalah tahun BursaEfek Indonesia memasuki babak
baru. Pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan
Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan
otomotisasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru
ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih
besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan
dibanding sistem perdagangan manual.
Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan
tanpa warkat (Scripless Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan
likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan
Pada Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan
perdagangan jarak jauh (Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan
akses pasar, efesiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )
a. Visi
Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan
kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah Bursa yang
memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa
lain di tingkat Internasional, serta dapat menciptakan suatu
perdagangan yang wajar, teratur, dan efisiensi.
b. Misi
Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama
pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi
investor lokal maupun asing. Menjadi Lembaga bursa yang
berwibawa, transparan, memiliki integritas yang tinggi serta sebagai
institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan
teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.
4.1.4. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ( BEI )
Dalam menjalankan kegiatan usaha, Bursa Efek Indonesia tunduk
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang pasar modal.
Pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Efek Indonesia dilakukan
oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Kekuasaan tertinggi di
Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam struktur organisasi PT. Bursa
Efek Indonesia juga terdapat Dewan Komisaris, yang bertugas dan
berfungsi melakukan pengawasan terhadap kelancaran jalannya
perseroan.
PT. Bursa Efek Indonesia mempunyai direksi sebanyak empat
orang yaitu satu orang Direktur yang membawahi beberapa divisi
operasional. Dalam menjalankan tugasnya, Direktur Utama dibantu oleh
tiga komite yang terdiri dari Komite Perdagangan dan Penyelesaian
Transaksi Efek, Komite Pencatatan dan Komite Disiplin Anggota Bursa.
Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia dapat digambarkan
Gambar 2 : Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia
Sumber : PT. Bursa Efek Indonesia
4.1.5. Sejarah Perusahaan Obyek Penelitian
1. PT. Bristol Myers Squibb Indonesia, Tbk
PT. Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk didirikan dengan nama
PT. Squibb Indonesia Tbk berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal
Asing No. 1 tahun 1967 dan Akta Notaris Abdul Latief, S.H. No.24 tanggal
8 Juli 1970. Akta pendirian perusahaan telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A. 5/27/12
tanggal 20 Februari 1971 serta diumumkan dalam Lembaran Berita Negara
Anggaran Dasar perusahaan telah mengalami beberapa
perubahan. Berdasarkan Akta Notaris Singgih Susilo, S.H. No. 67 tanggal
21 Juni 2002, nama perusahaan berubah menjadi PT. Bristol-Myers Squibb
Indonesia Tbk. Perusahaan telah mendapat persetujuan dari Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusan No. C-12723.HT.01.04.Th.2002 tanggal 11 Juli 2002 dan Badan
Koordinasi Penanaman Modal No. 271/A6.B2/2002 tanggal 2 Agustus
2002. Sesuai dengan pasal 2 dari anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup
kegiatan perusahaan adalah memproduksi dan menjual produk farmasi dan
kesehatan.
Perusahaan memulai kegiatan komersial pada tahun 1972.
Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha (grup) Bristol Myers Squibb
Company, Amerika Serikat. Kantor pusat berlokasi di Wisma Tamara Lt.
10, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 24, Jakarta 12920. Pabrik perusahaan
berlokasi di Jl. Raya Bogor Km. 38, Cilangkap Depok - 16958
2. PT DARYA-VARIA LABORATORIA
PT Darya-Varia Laboratoria Tbk didirikan dalam rangka
Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 berdasarkan
akta notaris No. 5 tanggal 5 Februari 1976 dari notaris Abdul Latief, S.H.
Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No.
Y.A.5/288/11 tanggal 28 Mei 1976 dan diumumkan dalam Tambahan No.