NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA
EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J ur usan Manajemen
Diajukan Oleh :
Diajukan Oleh:
RIKE YUNITA 0912010010/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
Diajukan Oleh:
RIKE YUNITA 0912010010/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA
EFEK INDONESIA
Yang diajukan
RIKE YUNITA 0912010010/FE/EM
Disetujui untuk Mengikuti Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr s. Rahman A. Suwaidi, Ms
NIP, 196003301986031003 Tanggal:...
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”J awa Timur
Yang diajukan
RIKE YUNITA 0912010010/FE/EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dr s. Rahman A. Suwaidi, Ms
NIP, 196003301986031003 Tanggal:...
Mengetahui
Ketua J ur usan Program Studi Manajemen
SKRIPSI
NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF
YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh:
RIKE YUNITA
0912010010 / FE / EM
Telah dipertahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Dosen Penguji Skripsi Pr ogram Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada tanggal : 31 Mei 2013
Pembimbing: Tim Penguji:
Pembimbing Utama
Ketua
Dr s. Rahman A. Suwaidi, MS. Dr. Ali Maskun, MS
Sekr etaris
Drs. Rahman A. Suwaidi, MS.
Anggota
Dra. Ec. Nuruni Ika K.W, MM
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM
persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen dalam
jenjang Strata Satu Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang bejudul
“NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO
PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA”
Dalam menulis skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, saran, serta dorongan
moril baik secara langsung maupun tidak langsung sampai terselesaikannya
penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat
dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Icshanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dra. Ec. H. Rahman Amrullah Suwaidi, MS, selaku Wakil Dekan I
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
dan sekaligus selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan Skripsi sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas skripsinya.
4. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, M. Si, selaku Wakil Dekan II Fakultas
5. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Para Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan
Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.
7. Para staf perpustakaan UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan
bantuan terhadap fasilitas peminjaman buku sebagai referensi dalam
penyusunan skripsi.
8. Kedua orang tua dan saudara-saudaraku yang selalu memberikan do’a dan
semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Sahabatku semua yang selalu ada Arla, Dian, Eny dan Widya. Terimakasih
Telah memberikan dukungan dan kenangan yang indah selama kuliah.
10. Berbagai pihak yang turut membantu dan menyediakan waktunya demi
terselesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah Swt, senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada semua pihak yang telah mendukung Penulis dalam penyusunan skripsi
ini. Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, untuk ini
Penulis menghargai segala bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun
karena hal itu sangat membantu dalam penyempurnaan skripsi ini.
Surabaya, 07 Mei 2013
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 10
2.2 Landasan Teori... 12
2.2.1 Mnajemen Keuangan ... 12
2.2.1.1Tujuan Manajemen Keuangan ... 14
2.2.1.2Fungsi Manajemen Keuangan ... 14
2.2.2 Nilai Perusahaan ... 16
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan ... 18
2.3.1 Struktur Modal ... 18
2.3.2 Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 25
2.4 Hubungan Antar Variabel ... 29
2.4.1 Hubungan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan .. 29
2.4.2 Hubungan Ukuaran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan ... 31
2.4.3 Hubungan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan ... 32
2.5 Kerangka Konseptual ... 33
2.6 Hipotesis ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 34
3.1.1 Variabel Bebas (X) ... 34
3.1.2 Variabel Terikat (Y) ... 36
3.2 Teknik Penentuan Sampel ... 36
3.2.1 Populasi ... 36
3.2.2 Sampel ... 37
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.3.1 Jenis Data ... 37
3.3.2 Sumber Data ... 37
3.3.3 Metode Pengumpulan Data ... 38
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 38
3.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda ... 38
3.4.2 Uji Normalitas ... 39
3.4.3 Uji Asumsi Klasik ... 39
4.1.2 PT. Astra Internasional Tbk ... 44
4.1.3 PT. Goodyear Indonesia Tbk ... 45
4.1.4 PT. Indospring Tbk ... 46
4.1.5 PT. Multiprima Sejahtera Tbk... 46
4.1.6 PT. Nipress Tbk ... 47
4.1.7 PT. Selamat Sempurna Tbk ... 47
4.1.8 PT. Astra Otoparts Tbk ... 48
4.1.9 PT. Gajah Tunggal Tbk ... 48
4.1.10 PT.Indo Kordsa Tbk ... 49
4.1.11 PT. Indomobil Sukses InternasionalTbk ... 49
4.1.12 PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk ... 50
4.1.13 PT. Multistrada Arah Sarana Tbk... 50
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 51
4.2.1 Struktur Modal (X₁ ) ... 51
4.2.2 Ukuran Perusahaan/ Firmsize (X₂ )... 52
4.2.3 Profitabilitas (X₃ ) ... 53
4.2.4 Nilai Perusahaan (Y) ... 54
4.3 Uji Normalitas... 55
4.3.1 Uji Asumsi Klasik ... 55
4.4.1 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 58
4.4.2 Uji F (Uji Kecocokan Model) ... 60
4.4.3 Uji T ... 62
4.5 Pembahasan ... 63
4.5.1 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ... 63
4.5.2 Pengaruh Firmsize Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ... 63
4.5.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ... 65
4.6 Perbedaan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu ... 66
4.7 Keterbatasan Penelitian ... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 69
5.2 Saran ... 69
Tabel 4.2 Data Firm Size Perusahaan Otomotif Tahun 2009-2011 ... 52
Tabel 4.3 Data ROE Perusahaan Otomotif Tahun 2009-2011 ... 53
Tabel 4.4 Data Nilai Perusahaan Perusahaan Otomotif Tahun 2009-2011. .. 54
Tabel 4.5 Hasil Uji kolmogorov-Smirnov ... 55
Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson... 56
Tabel 4.7 Nilai VIF (Variance inflation Factor) ... 57
Tabel 4.8 Hasil Korelasi Rank Spearman... 58
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 59
Tabel 4.10 Hasil Analisis Uji F ... 60
Tabel 4.11 Hasil Koefisien Determinasi (R Square / R2) ... 61
Tabel 4.12 Uji t ... 62
DAFTAR GAMBAR
Lampiran 3 Uji Asumsi Klasik
NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN
OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA
EFEK INDONESIA
Rike Yunita
Abstraks
Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham, Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan, hal ini terjadi dikarenakan beberapa factor yang mempengaruhi yang diantaranya antara lain : struktur modal, ukuran perusahaan dan profitabilitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur modal, ukuran perusahaan dan profitability terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan Jasa Otomotif di Bursa Efek
Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia sebanyak 12 perusahaan. Dengan teknik sensus sampling yaitu dimana seluruh jumlah populasi di jadikan sebagai sampel yang sejumlah 12 perusahaan otomotif selama 3 tahun yaitu tahun 2009-2011. Data yang dipergunakan adalah data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari pihak instansi terkait yang digunakan sebagai data pendukung dalam pengumpulan data. Sedangkan analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: (1) variable Struktur Modal tidak berpengaruh terhadap Nilai Persahaan, (2) Ukuran Persahaan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan, dan (3) Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan didirikan dan dijalankan untuk mencapai kemakmuran
pemiliknya (Harjito, 2006) dalam Hermuningsih dan Kusuma , dikatakan
makmur apabila pemegang saham memperoleh keuntungan dari setiap lembar
saham atas investasi yang ditanamkannya. Keuntungan yang diperoleh antara
lain bisa berasal dari laba bersih perusahaan dan bisa berasal dari peningkatan
harga saham di bursa efek. Meningkatnya harga saham perusahaan berarti
meningkatnya nilai perusahaan itu sendiri(market value of the firm).Nilai
perusahaan yang semakin meningkat mengindikasikan kemakmuran
pemegang saham juga semakin meningkat.( Soliha dan Taswan, 2002)
Tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan yang
tercermin pada harga sahamnya. Harga saham digunakan sebagai proksi nilai
perusahaan karena harga saham merupakan nilai yang bersedia dibayar
pembeli atau investor. Tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan
fungsi manajemen keuangan dengan hati-hati dan tepat, mengingat setiap
keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi kinerja umum
perusahaan. Kebijakan keuangan berperan penting bagi kelangsungan
perusahaan. Bagi para pemegang saham dengan tujuan investasi jangka
Perusahaan harus mempertimbangkan setiap keputusan strategis yang
akan diambil yang berhubungan dengan kegiatan bisnis perusahaan karena
akan berdampak terhadap para pemegang saham. Kesejahteraan pemegang
saham akan meningkat seiring dengan meningkatnya harga saham
perusahaan. Peningkatan tersebut dapat tercapai apabila perusahaan mampu
memberikan pengembalian investasi yang lebih besar dari biaya modal
investasi yang dikeluarkan. Oleh karena itu, manajemen perusahaan harus
mampu untuk mengelola sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan secara
efektif dan efisien sehingga pada akhirnya bisa meningkatkan nilai
perusahaan.
Perusahaan di sektor otomotif tercatat sebagai perusahaan yang
mencetak pertumbuhan laba tertinggi di negara-negara berkembang
(emerging market) setelah saham perusahaan tersebut jatuh ke level terendah
dalam tiga tahun terakhir. Laba perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam
Indeks MSCI Emerging Markets Discretionary Index pada kuartal II-2012
rata-rata naik 27 persen. Kenaikan ini untuk pertama kalinya sejak tahun
2010. Berdasarkan data Bloomberg, produsen otomotif terbesar di Indonesia,
PT Astra International melaporkan pertumbuhan laba di kuartal kedua 2012
sebesar 17 persen. Adapun laba pada semester I-2012 tercatat naik 13 persen
menjadi Rp9,7 triliun. Prudential Internasional and Investment Advisors dan
GLG Partners menyatakan, fenomena ini memperlihatkan sinyal bahwa
negara-negara berkembang telah memangkas suku bunganya, sehingga
kebijakan pemerintah Brasil dan China yang ingin meningkatkan
pertumbuhan ekonominya setelah mengalami pelemahan sejak 2009," tulis
Pridential, perusahaan yang mengelola aset sekitar US$26 miliar tersebut.
Astra International sebagai agen tunggal pemegang merek (ATPM)
mobil Toyota dan Honda di Indonesia diuntungkan dengan terus melemahnya
suku bunga acuan BI yang saat ini berada di level 5,75 persen. Pesatnya
penjualan mobil di Indonesia juga tak lepas dari pertumbuhan ekonomi pada
kuartal II-2012 yang mencapai 6,4 persen. Sementara valuasi saham Astra
sejak awal tahun 2012 hingga kini mencapai 16 kali. Permintaan mobil
mengalami kenaikan di negara berkembang," kata Kepala Investasi di
Prudential Internasional and Investment Advisors dan GLG Partners, John
Praveen bahwa MSCI Emerging Markets Index turun 0,3 persen menjadi
971,53 pada pukul 01:41 waktu Hong Kong. Indeks MSCI juga turun 11,5
kali pada tanggal 23 Juli, level terendah sejak Maret 2009. (beritasatu.com, 22
Agustus 2012)
Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual (Husnan dan Enny, 2004:6). Bagi
perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang
diperjualbelikan di bursa merupakan indikator nilai perusahaan. Nilai
perusahaan adalah sama dengan nilai pasar saham ditambah pasar hutang.
Apabila besarnya nilai saham akan meningkatkan nilai perusahaan. Apabila
struktur modal akan menguntungkan bagi pemegang saham, jika nilai
perusahaan meningkat.
Memaksimumkan nilai perusahaan sama dengan memaksimumkan
harga pasar saham. Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :
nilai perusahaan (V = value) adalah hutang (D = debt) ditambah modal
sendiri (E-equity). Jika diasumsikan hutang tetap, nilai perusahaan naik maka
modal sendiri naik. Naiknya modal sendiri akan meningkatkan harga per
lembar saham perusahaan. (Atmaja, 2008:4).
Nilai perusahaan dapat diproksikan dengan price to book value (PBV).
Price to book value merupakan pembagian nilai pasar saham dengan nilai
buku per lembar saham. Nilai PBV yang lebih dari 1 dikatakan sebagai
overvalued yang dapat diartikan bahwa saham perusahaan dinilai lebih tinggi
dibandingkan nilai bukunya. Nilai PBV yang kurang dari 1 dikatakan sebagai
undervalued yang dapat diartikan bahwa saham perusahaan dinilai lebih
rendah dibanding nilai bukunya. Nilai PBV yang sama dengan 1 dapat
diartikan bahwa saham perusahaan dinilai sama dengan nilai bukunya.
Dibawah ini terdapat tabel nilai perusahaan pada perusahaan Otomotif
yang go public sehingga bisa dilihat dengan jelas naik turunnya yang dialami
oleh perusahaan tersebut. Data nilai perusahaan (PBV) yang digunakan dalam
penelitian ini dapat diperoleh secara langsung pada Indonesian Capital
Market Directory (ICMD 2012).
Tabel 1.1
Nilai Perusahaan (PBV) Pada Perusahaan Otomotif yang Go Publik
di BEI Tahun 2009-2011 (Dalam r upiah)
No Nama Perusahaan
6 PT.Indomobil Sukses Internasional 1,96 5,93 3,48
7 PT.Indospring 0,28 1,73 1,25
Sumber: Indonesian Capital Market Directory tahun 2012
Dari data diatas terlihat dengan jelas bahwa besarnya nilai price book
value (PBV) pertahun dari tahun 2009 sampai 2011 perusahaan Otomotif
yang terdaftar di BEI cenderungan mengalami fluktuasi. Hal ini dapat dilihat
dari rata-rata Price to book value pada tahun 2009 sebesar 1,14, sedangkan
pada tahun 2010 Price to book value mengalami kenaikan menjadi sebesar
menjadi 1,80. Fenomena ini menunjukkan adanya fluktuasi nilai perusahaan
pada perusahaan Otomotif yang mana mengalami kenaikan dan penurunan.
Penurunan PBV disebabkan antara lain oleh faktor struktur modal,
ukuran perusahaan (firm size) dan profitabilitas. Pertumbuhan perusahaan
yang dapat mengukur nilai perusahaan merupakan suatu harapan yang
diinginkan, baik pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal
perusahaa. Pertumbuhan ini diharapkan dapat memberikan aspek yang positif
bagi perusahaan terutama dengan adanya nilai perusahaan.
Struktur modal tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur
modal sendiri. Kebijakan strktur modal melibatkan (trade off) antara resiko
dan tingkat pengembalian. Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi
struktur modal berada di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang
akan meningkatkan nilai perusahaan (Sartono, 2001:15) . Sebaliknya, setiap
jika posisi struktur modal berada di atas titik optimal maka setiap
penambahan hutang akan menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu,
dengan asumsi titik target struktur modal optimal belum tercapai, maka
berdasarkan trade-off theory memprediksi adanya hubungan yang positif
terhadap nilai perusahaan.
profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan
antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan
dengan dengan kekayaan atau asset yang digunakan untuk menghasilkan
Assets adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan
aktiva-aktiva lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh
penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan (Munawir, 2002:87).
Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) Profitabilitas yang tinggi
menunjukkan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan
merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat.
Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) selain profitabilitas ukuran
perusahan juga mempengaruhi nilai perusahaan, ukuran perusahaan yang
besar menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor
akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pangsa pasar
relarif menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing
utamanya. Investor akan merespon positif sehingga nilai perusahaan akan
meningkat. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan diatas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1) Apakah struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan Otomotif yang Go Public di Bursa Efek Indonesia?
2) Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
3) Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan Otomotif yang Go Public di Bursa Efek Indonesia?
1.2 Tujuan Penelitian
Atas dasar perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan Otomotif yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.
2) Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan Otomotif yang Go Public di Bursa Efek
Indonesia.
3) Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan Otomotif yang Go Public di Bursa Efek Indonesia.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengaplikasikan
variabel-variabel penelitian ini untuk membantu meningkatkan nilai
perusahaan serta sebagai bahan pertimbangan emiten untuk mengevaluasi,
memperbaiki, dan meningkatkan kinerja manajemen dimasa yang akan
datang.
2) Bagi calon investor
Dengan adanya kajian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
3) Bagi akademisi
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori
mengenai struktur modal, ukuran perusahaan dan profitabilitas yang
diterapkan pada suatu perusahaan serta pengaruhnya terhadap nilai
perusahaan.
4) Bagi peneliti yang akan datang
Penelitian ini dapat diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan wacana
di bidang keuangan sehingga dapat bermanfaat untuk penelitian
selanjutnya mengenai nilai perusahaan pada masa yang akan datang
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Fakta empiris di indonesia mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap nilai perusahaan telah banyak dilakukan dan masih menunjukkan
perbedaan hasil. Terdapat penelitian terdahulu yang telah dilakukan yang
menguji tentang nilai perusahaan yang dihubungkan dengan berbagai variabel
independen.
1. Sujoko dan Soebiantoro dalam jurnal manajemen dan kewirausahaan, Vol.
9. No. 1, Maret 2007, pp 41-48, dengan Judul “Pengaruh Struktur
Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern, dan Faktor Ekstern Terhadap
Nilai Perusahaan. Dengan menggunakan sampel perusahaan manufaktur dan
non manufaktur yang terdaftar di BEI”. Pengambilan sampel dilakukan
dengan purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
kepemilikan manajerial, keadaan pasar modal, pangsa pasar relatif tidak
berpengaruh signifikan terhadap leverage.Kepemilikan institusional, tingkat
suku bunga, profitabilitas berpengaruh negatif terhadap leverage.
Pertumbuhan pasar, pembayaran deviden, ukuran perusahaan berpengaruh
positif terhadap leverage.Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan.Kepemilikan manajerial, tingkat suku
bunga, leverage berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Keadaan
pasar modal, pertumbuhan pasar, profitabilitas, pembayaran dividen, ukuran
perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung teori keagenan Jensen dan
Meckling (1976) tetapi hasil penelitian ini mendukung Pecking Order
Theory Myer (1984), teori Trade Off Model dan Signaling Theory
Bhattacarya (1979).
2. Euis Soliha dan Taswan tahun 2002 dengan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan serta beberapa
faktor yang mempengaruhinya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kebijakan hutang,insider ownership, profitabilitydan firm size
terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada 95 perusahaan
manufaktur yang telah go public. Pemilihan sampel menggunakan metode
purposive sumpling dengan tipe judgment sampling. Hasil dari penelitian ini
adalah variabel firm size berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang
sedangkan variabel insider ownership tidak sinifikan terhadap kebijakan
hutang. Dan variabel kebijakan hutang, insider ownership, profitability dan
firm size berpengaruh sinifikan terhadap nilai perusahaan.Hasil penelitian
ini konsisten dengan temuan Leland dan Pyle (1977) yang mengindikasikan
bahwa insider ownership merupakan sensitif bagi peningkatan kinerja
perusahaan. Hal ini didukung oleh profitabilitas yang meningkat juga
memberikan nilai perusahaan yang meningkat. Oleh karena itu apabila ini
terjadi pada perusahaan yang punya size besar maka menjadi konsisten
3. Teddy Chandra tahun 2007 dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Struktur Modal terhadap Produktivitas Aktiva, Kinerja Keuangan, dan Nilai
Perusahaan”. Penelitian ini bertujuan untuk memgetahui pengaruh struktur
modal terhadap produktivitas aktiva, kinerja keuangan, dan nilai
perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan go public yang
terdftar pada Bursa Efek Jakarta (BEJ). Pemilihan sampel menggunakan
metode purposive sumpling. Hasil dari penelitian ini adalah variabel
struktur modal berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan, variabel
struktur modal berpengaruh positif terhadap produktivitas aktiva dan nilai
perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan temuan Setyaningsih
(1996) dan Ratnawati (2001) bahwa adanya pengaruh yang positif
signifikan dari struktur modal terhadap nilai perusahaan.
2.2 Landasan Teori
Sebelum dibahas dan dianalisis apa yang menjadi permasalahan, terlebih
dahulu akan dikemukakan teori dari empiris dan buku literatur yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas sebagai landasan
dalam perumusan dan analisis.
2.2.1 Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat
diartikan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan
usaha-usaha mendapatkan dana perusaha-usahaan dengan biaya yang murah serta usaha-usaha
untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien
Menurut Husnan (2004:4) manajemen keuangan menyangkut
kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan.
Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer
keuangan. Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas
dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur
Keuangan, Kepala Bagian Keuangan dan sebaliknya, mungkin sekali
melakukan kegiatan keuangan.Sebagai misal,keputusan untuk memperluas
kapasitas pabrik, menghasilkan produk baru jelas akan dibicarakan dan
diputuskan oleh berbagai Direktur, tidak terbatas hanya oleh Direktur
Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan
dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Meskipun demikian
kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokan menjadi dua kegiatan
utama, yaitu kegiatan menggunakan dana (allocation of funds) dan
mencari pendanaan (raising of funds). Dua kegiatan utama (atu fungsi)
tersebut disebut sebagai fungsi keuangan.
Mnajemen keuangan merupakan bidang yang terluas dari ketiga
bidang yang telah disebutkan sebelumnya, dan yang paling banyak
memiliki peluang pekerjaan. Manajemen keuangan memiliki arti sangat
penting dalam semua jenis bisnis, termasuk perbankan dan lembaga
keuangan yang lainnya serta perusahaan industri dan ritel. Manajemen
keuangan juga penting dalam kegiatan pemerintah, mulai dari sekolah,
2.2.1.1Tujuan Manajemen Keuangan
Menurut Sjahrial (2008:3), tujuan utama manajemen keuangan
adalah “memaksimalkan kemakmuran para pemilik perusahaan/para
pemegang saham”. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan cara
memaksimumkan harga saham adalah dengan mempengaruhi
faktor-faktor sebagai berikut:
a. Laba per lembar saham (Earning Per Share = EPS) masa yang akan
datang.
b. Ketepatan waktu (Timing) dari arus penghasilan.
c. Resiko dari penghasilan yang diproyeksikan.
d. Cara memperoleh sumber dana untuk perusahaan liabilitas atau modal
sendiri.
e. Kebijakan dividen.
2.2.1.2Fungsi Manajemen Keuangan
Menurut Sutrisno (2003:5), Fungsi manajemen keuangan terdiri
dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan:
keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen.
Masing-masing keputusan harus berorientasi pada pencapaian tujuan
perusahaan. Kombinasi dari ketiganya akan memaksimumkan nilai
perusahaan.
Ketiga keputusan keuangan diimplementasikan dalam kegiatan
sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan
tingginya harga saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham
dengan sendirnya bertambah.
1. Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan
harus mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan
dapat mendatangkan keuntungan di masa yang datang. Bentuk, macam,
dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan
menunjang tingkat keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa
depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan
secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengandung risiko atau
ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan
sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai
perusahaan.
2. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur
modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk
mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber
dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai
kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya.
3. Keputusan Dividen
Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan
kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen ini merupakan
Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk
menentukan: (1) besarnya prosentase laba yang dibagikan kepada para
pemegang saham dalam bentuk cash dividen, (2) stabilitas dividen yang
dibagikan, (3) dividen saham (stock dividend), (4) pemecahan saham
(stock split), serta (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang
semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang
saham.
2.2.2 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap
perusahaan, yang sering dikaitkan harga saham. Harga saham yang tinggi
membuat nilai perusahaan juga tinggi. Harga saham merupakan harga
yang terjadi saat saham di perdagangkan di pasar (Fakhrudin and
Hadianto, 2001) dalam Hermuningsih dan Kusuma, 2009. Hal ini juga
menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang
tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha
dan Taswan, 2002).
Memaksimumkan nilai perusahaan sama dengan memaksimumkan
harga pasar saham.Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai
berikut: nilai perusahaan ( V = value) adalah hutang ( D = debt)ditambah
modal sendiri ( E = equity) jika diasumsikan hutang tetap, nilai perusahaan
naik maka modal sendiri naik, naiknya modal sendiri akan meningkatkan
Dalam realitasnya tidak semua perusahaan menginginkan harga
saham tinggi (mahal), karena takut tidak laku dijual atau tidak menarik
investor untuk membelinya. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya
perusahaan-perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia yang
melakukan stokc split (memecah saham). Itulah sebabnya harga saham
harus dapat di buat seoptimal mungkin. Artinya harga saham tidak boleh
terlalu tinggi atau terlalu rendah. Harga saham yang terlalu murah dapat
berdampak buruk pada citra perusahaam dimata investor.
Pada prinsipnya, seperti yang dikatakan oleh Van Horne (2006:5),
bahwa harga pasar saham merupakan ukuran indeks prestasi perusahaan,
yaitu seberapa jauh manajemen telah berhasil mengelola perusahaan untuk
mendapatkan laba di masa mendatang atas nama pemegang saham.
Pemegang saham yang tidak puas dengan prestasi manajemen akan
menjual sahanya dan akan menanamkan di perusahaan lain. Jika hal ini
dilakukan oleh para pemegang saham, maka ini akan merupakan kekuatan
pasar yang akan menurunkan harga pasar saham perusahaan.
Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini menggunakan
indikator Price to Book Value (PBV). Price to book value (PBV) yang
tinggi akan membuat pasar percaya atau prospek perusahaan ke depan.
Price to book value (PBV) atau rasio per nilai buku merupakan
Menurut Hermuningsih dan Kusuma (2009) Price to Book Value (PBV)
ratio dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
PBV = Harga saham
BV
Nilai buku (Book Value/BV)adalah rasio yang dihitung dengan
membagi total aset bersih ( aset - hutang) dengan total saham yang
beredar.
BV (book value) = Total Ekuitas Jumlah saham
Price to book value (PBV) menunjukkan seberapa jauh suatu perusahaan
mampu menciptakan nilai perusahaan yang relatif terhadap jumlah modal yang
diinvestasikan. Rasio ini juga mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan
kepada manajemen dan organisasi sebagai perusahaan yang terus tumbuh.
Semakin tinggi rasio PBV dapat diartikan semakin berhasil perusahaan
menciptakan nilai bagi pemegang saham.
2.3 Faktor-faktor yang Mempengar uhi Nilai Per usahaan
2.3.1 Struktur Modal
Menurut Riyanto (2010:282) struktur modal adalah pertimbangan
antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Menurut Noor (2009:134) struktur modal adalah kombinasi dari
berbagai sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan, dan
menggambarkan modal (cost of capital) yang menjadi beban perusahaan
perusahaan untuk memaksimumkan balas jasa investasi (return), sekaligus
meminimumkan resikonya.
Menurut (Saidi, 2004 dalam Utami, 2009 ) struktur modal
merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang perusahaan (long
term debt) dengan total aktiva (total asset). Struktur modal berkaitan
dengan pengambilan keputusan mengenai pembelanjaan perusahaan.
Struktur modal tercermin pada hutang jangka panjang dan unsur-unsur
modal sendiri. Kebijakan strktur modal melibatkan (trade off) antara resiko
dan tingkat pengembalian (Brigham dan Weston, 2006:150).
Dalam menjalankan kegiatannya perusahaan membutuhkan dana
yang disebut dengan modal. Schwiedland (dalam Riyanto, 2010:18)
memberikan pengertian modal dalam artian yang luas, dimana modal itu
meliputi baik modal dalam bentuk uang mauapun dalam bentuk barang.
Pada dasarnya modal yang dimiliki perusahaan seperti yang terlihat di sisi
pasiva neraca perusahaan yang dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang
sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan
yang bersangkutan modal tersebut merupakan “utang”, yang saatnya
harus dibayar kembali.
2. Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik
perusahaan dan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang
Menurut Riyanto (2010:297) faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal antara lain:
1. Tingkat Bunga
Tingkat bunga yang berlaku saat perencanaan penentuan kebutuhan
modal akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang ditarik,
apakah perusahaan akan mengeluarkan saham atau obligasi
2. Stabilitas dari Earning
Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh suatu perusahaan akan
menentukan apakah perusahaan dibenarkan untuk menaeik modal
dengan beban tetap atau tidak.
3. Susunan dari Aktiva
Perusahaan industri yang sebagian besar modaknya tertanam dalam
aktiva tetap (fixed asset) akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
modalnya dari modal sendiri, sedangkan modal dari hutang jangka
panjang hanya sebagai pelengkap.
4. Kadar Risiko dari Aktiva
Tingkat risiko dari setiap aktiva perusahaan tidak sama, semakin
panjang penggunaan suatu aktiva pada perusahaan maka semakin
besar tingkat risikonya. Prinsip aspek risiko dalam pembelanjaan
perusahaan menyatakan bahwa apabila ada aktiva yang peka risiko,
maka perusahaan harus lebih banyak melakukan pembelanjaan dengan
pembelanjaan dengan modal dari hutang jangka panjang (modal yang
takut risiko).
5. Besarnya Jumlah Modal yang Dibutuhkan
Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan mempunyai pengaruh
terhadap jenis modal yang ditarik. Apabila jumlah modal yang
dibutuhkan dapat dipenuhi dari satu sumber saja, maka tidak perlu
mencari sumber lain.
Berikut ini adalah beberapa teori mengenai struktur modal,
antara lain :
a. Pecking Order Theory
Teori ini diperkenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun
1961 dalam Husnan (2000), pengamatanya terhadap perilaku
struktur modal di Amerika Serikat menunjukkan bahwa perusahaan
yang mempunyai keuntungan tinggi adalah perusahaan yang
cenderung menggunakan hutang lebih renda. Sedangkan
penanaman pecking order theory dilakukan oleh Myers (1984)
dalam Husnan (2000). Teori ini disebut pecking order karena teori
ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hieraki
sumber dana yang paling disukai, berdasarkan asumsi tentang
perilaku keuangan perusahaan secara singkat teori ini menyatakan
bahwa (Brealey and Myers, 1991 dalam Husnan, 2000)
a) Perusahaan menyukai internal financing ( pendanaan dari hasil
b) Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian deviden
yang ditargetkan dengan berusaha menghindari perubahan
pembayaran deviden secara drastis.
c) Kebijakan deviden yang relatif segan untuk diubah, disertai
dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang
tidak bisa diduga, mengakibatkan bahwa dana hasil operasi
kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi,
meskipunpada kesempatan yang lain, mungkin kurang.
Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi,
maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual
sekuritas yang dimiliki.
d) Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan,
maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling
“aman” terlebih dahulu yaitu dimulai dengan penerbitkan
obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik
opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih
belum mencukupi saham baru diterbitkan.
Implikasi pecking order theory adalah perusahaan tidak
menetapkan struktur modal optimal tertentu, tetapi perusahaan
menetapkan kebijakan prioritas sumber dana. Pecking order theory
menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable
(menguntungkan) umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit.
yang rendah, tetapi karena memerlukan external financing yang
sedikit.
Sedangkan perusahaan yang kurang profitable cenderung
mempunyai hutang yang lebih besar karena dana internal tidak cukup
dan hutang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai.
Penggunaan dana eksternal dalam bentuk hutang lebih disukai dari
pada modal sendiri karena dua alasan; pertama, pertimbangan biaya
emisi dimana biaya emisi obligasi akan lebih murah dari pada biaya
emisi saham baru. Hal ini disebabkan karena penerbit saham baru
akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir
penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para
pemodal, dan membuat harga saham akan turun, hal ini disebabkan
antara lain oleh kemungkinan adanya ketidaksamaan informasi antara
pihak manajemen dengan pihak pemodal ( Husnan, 2000).
b. Agency Theory
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Michael C. Jensen
dan William H. Meckling pada tahun 1976 (dalam Kodrat,
2009:13). Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun
sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai
kelompok kepentingan (Kodrat, 2009). Manajemen merupakan
agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para
pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan
dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus
diberikan imbalan dan pengawasan yang memadai. Pengawasan
dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen,
pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap
keputusan yang dapat diambil.
Pada dasarnya agency theory adalah teori mengenai struktur
kepemilikan perusahaan yang dikelola oleh manajer bukan
pemilik, berdasarkan kenyataan bahwa manajer profesional bukan
agen yang sempurna dari pemilik perusahaan, dengan demikian
belum tentu selalu bertindak untuk kepentingan pemilik. Dengan
kata lain, manajer sebagai manusia rasional dalm pengambilan
keputusan perusahaan akan memaksimalkan kepuasan dirinya
sendiri.
c. Signaling Theory
Isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil
manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor
tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.
Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba
menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal
baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan
hutang yang melebihi target struktur modal yang normal.
cenderung untuk menjual sahamnya, yang berarti mencari
investor baru untuk berbagi kegiatan.
Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya
merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang
prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan
menawarkan penjualan saham baru, lebih dari biasanya, maka
harga sahamnya akan menurun karena menerbitkan saham baru
berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan
harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
2.3.2 Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang
dimiliki perusahaan, ditunjukkan oleh natural logaritma dari total aktiva.
Menurut Yusuf dan Soraya (2004) ukuran perusahaan dapat diukur dengan
total aktiva perusahaan, asumsi yang mendasar adalah bahwa investor akan
membaca atau menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk
pertimbangan keputusan investasi dalam saham perusahaan. Hal itu untuk
mengetahui status suatu perusahaan apakah perusahaan itu mempunyai
keuangan untuk kontinuitas produksinya di masa mendatang atau
sebaliknya.
Menurut Sartono (2002:249). Firm size merupakan ukuran besar
kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat penjualan, jumlah
yang sudah well-established akan mudah memperoleh modal dipasar
modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses
tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar
pula.
Suatu perusahaan yang besar yang sahamnya tersebar sangat luas,
setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak
yang dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan
yang kecil, dimana sahamnya tersebar hanya di lingkungan kecil,
penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap
perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka perusahaan yang
besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi
kebutuhan untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan
perusahaan yang kecil.
Semakin besar total asset suatu perusahaan, berarti resiko yang
akan ditanggung oleh para investor juga akan semakin kecil. Oleh karena
itu diharapkan assets size ini mempunyai pengaruh negatif dengan
perceived risk. Dalam penelitian ini nilai total aktiva diukur dengan len
2.3.3 Pr ofitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba
operasi dengan penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Menurut
sugiyarso dan winarni (2005:118), profitabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total
aktiva, maupun modal sendiri.
Sedangkan menurut Munawir (2002:86) profitabilitas suatu
perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau
laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan dengan
kekayaan atau asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
tersebut (Operating Assets). Yang dimaksud dengan Operating Assets
adalah semua aktiva kecuali investasi jangka panjang dan aktiva-aktiva
lain yang tidak digunakan dalam kegiatan atau usaha memperoleh
penghasilan yang rutin atau usaha pokok perusahaan (Munawir, 2002:87).
Rasio profitabilitas atau rasio kemampulabaan menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.Rasio ini juga
menunjukkan pengukuran efektivitas manajemen dalam memanfaatkan
sumber dananya untuk menghasilkan keuntungan yang merupakan hasil
kegiatan atas penggunaan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva. Jika suatu perusahaan mempunyai tingkat modal sendiri yang tinggi
dalam membiayai kegiatan operasinya menggunakan modal sendiri yang
dimiliki perusahaan ( Kodrat, 2009:62).
Menurut Sartono (2001:122), profitabilitas perusahaan dapat diukur
dengan menggunakan beberapa rasio keuangan, antara lain:
a. Retrun On Assets
Retrun On Asset = Laba setelah pajak
Total asset
ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio profitabilitas.
b. Retrun On Equity
Retrun On Equity = Laba bersih sebelum pajak
Modal sendiri
Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian atas
ekuitas pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih
perusahaan. Return on equity digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang.(Ayudia,2009:
05).
c. Net Profit Margin
Net Profit Margin = Laba setelah pajak Penjualan
NPM berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan
bersih terhadap penjualan bersihnya. Nilai NPM ini juga berada diantara 0
efisien biaya yang dikeluarkan dan juga berarti semakin besar tingkat
kembalian keuntungan bersih.
d. Gross Profit Margin Ratio
Gross Profit Margin = Penjualan – Harga pokok penjualan Penjualan
Gross Profit Margin memberikan gambaran mengenai keuntungan
perusahaan sehubungan dengan penjualan setelah dikurangi cost of goods
sold. Hal inimemberikan indikasi efisiensi operasi perusahaan dan juga
penetapan harga produk.
e. Pre-tax Profit Margin Ratio
Pre-tax Profit Margin = EBIT
Penjualan
Pre-tax Profit Margin Ratio memberikan gambaran mengenai
keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya kecuali pajak
pendapatan.
2.4 Hubungan Antara Variabel
2.4.1 Hubungan Struktur Modal Ter hadap Nilai Per usahaan
Modigliani dan Miller (1963) dalam Utami (2009) berpendapat bahwa
dengan mengubah asumsi tidak adanya pajak menjadi adanya pajak
terhadap penghasilan perusahaan sebagai penentu struktur modal
perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan utang akan
meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga hutang adalah biaya
yang mengurangi pembayaran pajak. Namun di sisi lain, penggunaan utang
terjadi ketika manfaat pengurangan pajak masih lebih tinggi dibandinkan
dengan perkiraan agency cost sehingga perusahaan masih bisa
meningkatkan utangnya. Peningkatan utang harus dihentikan ketika
pengurangan pajak atas tambahan utang tersebut sudah lebih rendah
dibandingkan dengan peningkatan agency cost.
Jika pendekatan Modigliani dan Miller dalam kodisi ada pajak
penghasilan perusahaan, maka nilai perusahaan akan meningkat terus karena
penggunaan hutang yang semakin besar. Tetapi perlu diingat bahwa bila
sekarang dari financial distress dan nilai sekarang adalah agrncy cost dapat
mengakibatkan menurunnya nilai perusahaan yang memiliki laverage
(Sartono, 2001). Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur
modal berada di bawah titik optimal maka setiap penambahan hutang akan
meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, setiap jika posisi struktur modal
berada di atas titik optimal maka setiap penambahan hutang akan
menurunkan nilai perusahaan.
Oleh karena itu, dengan asumsi titik target struktur modal optimal
belum tercapai, maka berdasarkan trade-off theory memprediksi adanya
hubungan yang positif terhadap nilai perusahaan.
Sujoko dan Soebiantoro (2007) yang menemukan bahwa kebijakan
hutang yang diukur dengan debt to equity ratio (DER) dan ukuran
perusahaan yang diukur dengan total aset berpengaruh positif dan signifikan
2.4.2 Hubungan Ukur an Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan
yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan. Dengan semakin besar
ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan lebih banyak investor yang
menaruh perhatian pada perusahaan tersebut. Hal ini disebabkan karena
perusahaan yang besar cenderung memiliki kondisi yang lebih stabil.
Kestabilan tersebut menarik investor untuk memiliki saham perusahaan
tersebut. Kondisi tersebut menjadi penyebab atas naiknya harga saham
perusahaan di pasar modal. Investor memiliki ekspektasi yang besar
terhadap perusahaan besar. Ekspektasi insvestor berupa perolehan dividen
dari perusahaan tersebut. Peningkatan permintaan saham perusahaan akan
dapat memacu pada peningkatan harga saham di pasar modal. Peningkatan
tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dianggap memiliki “nilai” yang
lebih besar.
Menurut Sujoko (2007) ukuran perusahaan yang besar menunjukkan
perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon
positif dan nilai perusahaan akan meningkat, Pangsa pasar relarif
menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing
utamanya. Investor akan merespon positif sehingga nilai perusahaan akan
meningkat. Dalam penelitian imi menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
2.4.3 Hubungan Profitabilitas Ter hadap Nilai Per usahaan
Dari sudut pandang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat
dari analisis laporan keuangan sedangkan sudut padang manajemen, analisis
laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi
konsisi-kondisi di masa depan maupun, yang lebih penting lagi, sebagai titik
awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah akan meningkatkan
kinerja perusahaan di masa mendatang. Jika manajemen ingin
memaksimalkan nilai sebuah perusahaan, maka harus mengambil
keuntungan dari kekuatan-kekuatan perusahaan dan memperbaiki
kelemahan-kelmahannya.
Analisis laporan keuangan akan melibatkan membandingkan kinerja
perusahaan dengan kinerja perusahaan-perusahaan lain dalam industri yang
sama dan mengevaluasi tren posisi keuangan dari waktu ke waktu.
Studi-studi ini akan membantu manajemen mengidentifikasikan berbagai
kekurangan yang mereka miliki dan kemudian mengambil tindakan untuk
meningkatkan kinerjanya. Menurut (Brigham dan Houston, 2006:107)
Profitabilitas merupakan hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan
yang dilakukan oleh perusahaan.
Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik
sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan
meningkat. Signally theory, Bhattacarya (1979) dalam Sujoko (2007)
mengemukakan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek
perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat
menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan
tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sujoko (2007) profitabilitas
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Temuan penelitian ini mendukung signaling theory, Battacharya (1979)
dalam Sujoko (2007) yang menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai
earning yang semakin meningkat merupakan signal bahwa perusahaan
tersebut mempunyai prospek bagus di masa yang akan datang.
2.5 Kerangka Konseptual
2.6 Hipotesis
1) Struktur modal berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2) Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
3) Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Stuktur Modal (X₁)
Ukuran Rerusahaan(X₂ )
Profit abilit as (X₃)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Untuk mempermudah dan lebih memperjelas variabel yang digunakan
dalam penelitian ini, maka perlu diberikan definisi operasional. Definisi
operasional adalah pernyataan tentang definisi, batasan dan pengertian
variabel-variabel dalam penelitian secara operasional baik berdasarkan teori
yang ada maupun pengalaman-pengalaman empiris. Variabel adalah suatu
yang menjadi objek pengamatan penelitian atau gejala yang diteliti. Peranan
variabel disini sangatlah penting. Pengidentifikasian, pengetahuan, dan
pemahaman mengenai apa yang menjadi variabel penelitian merupakan hasil
dari kepustakaan yang ditegaskan kembali dalam definisi operasional.
Dalam penelitian ini digunakan tiga variabel bebas (independent
variable), dan satu variabel terikat (dependent variable). Berdasarkan uraian
diatas, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.1.1 Variabel Bebas (X)
1. Struktur Modal (X1)
Struktur modal berkaitan dengan pengambilan keputusan
mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal tercermin pada
hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri. Kebijakan strktur
(Brigham dan Weston, 2006:150). Menurut Sartono (2001:121),
persamaan yang digunakan untuk mengukur struktur modal dalam
penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio (DER), sebagai berikut:
DER = Total hutang
Total modal sendiri
2. Ukuran Perusahaan (X2)
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang
dimiliki perusahaan dengan satuan Size. Ukuran perusahaan dalam
penelitian ini merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang
nampak dalam nilai total aktva perusahaan pada pada neraca akhir tahun,
yang diukur dengan len (Ln) dari total aktiva ( Soebiantoro dan Sujoko,
2007:45).
Firm Size = Ln (Total Aktiva)
3. Pr ofitabilitas (X3)
Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh
laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal
sendiri. Sugiyarso dan Winarni (2005:118),
Sedangkan menurut Wulandari (2009: 05), salah satu proxy dari
profitabilitas adalah Return On Equity yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang.
3.1.2 Variabel Terikat (Y)
1. Nilai Perusahaan (Y)
Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh
calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual (Husnan dan Enny,
2004:6). Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book
value. Price to book value yang tinggi akan membuat pasar percaya atas
prospek kedepan. Hal ini juga menjadi keinginan para pemilik
perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan
kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha dan Taswan, 2002).
Menurut Hermuningsih dan Kusuma (2009), formula untuk menghitung
price to book value ditunjukkan sebagai berikut:
PBV= Harga saham BV
Nilai buku (Book Value/BV)adalah rasio yang dihitung dengan
membagi total aset bersih ( aset - hutang) dengan total saham yang
Populasi merupakan kelompok subjek atau objek yang memiliki
ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik tertentu yang berbeda dengan
kelompok subyek atau obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan di
dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia sampai tahun 2013 sejumlah 12 perusahaan.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel
harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono,2004:44).
Teknik sampel dalam penelitian ini menggunakan sensus yaitu dimana
seluruh jumlah populasi di jadikan sebagai sampel yang sejumlah 12
perusahaan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 J enis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
data yang dikumpulkan dari pihak instansi terkait yang digunakan sebagai data
pendukung dalam pengumpulan data. Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data laporan keuangan perusahaan Otomotif yang go public di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai tahun 2011.
3.3.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini data bersumber dari PT. BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) berupa laporan keuangan yang terangkum dalam
Indonesia Capital Market Directory (ICMD) perusahaan Otomotif yang
3.3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan maka metode
pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi. Metode
dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang berkaitan dengan obyek
penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan selama penelitian sebagai
berikut:
1. Dokumenter
Yaitu suatu cara yang digunakan dalam pengumpulan data atau informasi
yang digunakan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan
yang telah ada dan berkaitan dengan penelitian.
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Analisis Regr esi Linier Berganda
Dalam analisis penelitian ini terdapat empat variabel yang terdiri dari
satu variabel terikat dan tiga variabel bebas.Analisis ini merupakan analisis
data untuk pengujian hipotesis dengan menganalisis regresi berganda.
Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui
pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan (SIZE), dan Profitabilitas
terhadap Nilai Perusahaan. Persamaan regresi untuk melihat hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan persamaan:
Y = + ₁ ₁ + ₂ ₂ + ₃ ₃ +
Dimana:
X₁ = Struktur Modal
X₂ = Ukuran Perusahaan
X₃ = Profitabilitas
= Konstantan
₁ , ₂ , ₃ =Koefisien regresi
= Standard error
3.4.2 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
mengikuti sebarab normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data
tersebut mengikuti sebaran normal dan dapat dilakukan dengan berbagai
metode kolmogorov smirnov (Sumarsono, 2004 :40).
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah data
mengikuti distribusi normal adalah :
1.Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi data tidak normal.
2.Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5 %, maka
data berdistribusi normal (Sumarsono, 2004 : 43).
3.4.3 Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi, multikolinieritas, dan heterokedastisitas dalam hasil
estimasi.Persamaan regresi tersebut di atas harus bersifat BLUE (Best
uji t dan uji f tidak boleh bias. Menurut sumodiningrat (2004: 115) sifat
blue dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Best : Pentingnya sifat ini kelihatan bila diterapkan dalam uji signifikan
baku terhadap dan .
2. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan perhitungan dalam
penaksiran
3. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter
diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter
sebenarnya.
4. Estimator : e diharapkan sekecil mungkin
Menurut Gujarati (2007: 183) untuk menghasilkan keputusan yang
BLUE, maka harus dipenuhi oleh regresi linier berganda yaitu :
a. Nilai tengah (mean value) dan komponen pengganggu e yang
ditimbulkan dari variabel eksplanatory harus sama dengan nol.
b. Varian dari komponen pengganggu dan tidak konstan dalam
memenuhi syarat heteroskedasitas.
c. Tidak terjadi autokorelasi antara komponen pengganggu.
d. Variabel eksplanatory harus non stokastik atau kalaupun stokastik
harus menyebar bebas dari komponen pengganggunya.
Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas atau
regresi bersifat BLUE ( Best, Linier, Unbiased, Estimator) artinya koefisien
regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias atau tidak
1) Multikolinieritas
Multikolinier adalah terjadinya hubungan linier antar variabel
bebas dalam persamaan regresi linier berganda. Apabila ternyata ada
hubungan linier antar variabel bebas, maka persamaan regresi linier
berganda tersebut terjadi multikolinier. Menurut (Ghozali, 2009:95),
untuk mendeteksi atau pedoman suatu model regresi yang bebas
multikolinieritas dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) kurang dari angka
aa10.
b. Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1.
2) Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lainnya. Salah satu cara untuk mendeteksi
ada atau tidak adanya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan
uji rank spearman yaitu dengan membandingkan antara residu dengan
seluruh variabel bebas. Deteksi adanya heteroskedastisitas adalah
sebagai berikut :
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas
b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heteroskedastisitas
3) Autokorelasi
Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara kesalahan
t-1(sebelumnya). autokorelasi muncul pada data observasi yang
berurutan sepanjan waktu berkaitan satu sama lain, masalah ini timbul
karena residual tidak bebas dari stu observasi lainnya. Uji untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat digunakan uji Durbin
Watson (DW test) dibantu dengan membandingkan niliai pada table
statistic d dari Durbin Watson yang menggunakan derajat kepercayaan
0,05. (Ghozali, 2009 : 99).
3.4.4 Uji Hipotesis
Prosedur pengujian hipotesis statistiknya adalah :
1. Uji hipotesis yang pertama adalah Uji F. Untuk memprediksi keakuratan
atau kecocokan model regresi yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilakukan dengan menggunakan uji F, dengan prosedur sebagai berikut :
a. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat
bebas
(n – k), dimana n : jumlah pengamatan dan k = jumlah variabel.
b. Kriteria Keputusan :
Uji Kecocokan Model ditolak jika > 0,05
Uji Kecocokan Model diterima jika < 0,05
2. Uji hipotesis yang kedua adalah Uji t, untuk melihat pengaruh
masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat
(Widarjono, 2005: 58), dengan prosedur sebagai berikut:
a. Ho = ₁ = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel Xi
b. Menentukan level of Significant = 10% dengan derajat bebas = (n-k),
dimana n : jumlah data dan k : jumlah variabel bebas.
c.
t
hitung = iSe ( i)
t
hitung = t hasil perhitunganDimana : i = koefisien regresi
Se ( i) = Standar error
d. Kriterian pengujian sebagai berikut:
1) Apabila tingkat signifikansi > 0,05 maka Ho ditolak dan Hi
diterima, Berarti tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
2) Apabila tingkat signifikansi < 0,05 maka Ho diterima dan Hi
ditolak, artingya ada pengaruh antara variabel bebas dengan