SKRIPSI
Diajukan Oleh :
0412010263/FE/EM Deva Septiananda
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PENGARUH PERLUASAN MEREK TERHADAP LOYALITAS
MEREK FILMA DI SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Diajukan Oleh : Deva Septiananda 0412010263/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
SKRIPSI
PENGARUH PERLUASAN MEREK TERHADAP LOYALITAS
MEREK FILMA DI SURABAYA
Yang diajukan
Deva Septiananda 0412010263/FE/EM
Disetujui untuk ujian lisan oleh :
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Hj. Nur Mahmudah, MS. Tanggal : ...
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran”
Jawa Timur
PENGARUH PERLUASAN MEREK TERHADAP LOYALITAS
MEREK FILMA DI SURABAYA
USULAN PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Oleh : Deva Septiananda 0412010263/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
USULAN PENELITIAN
PENGARUH PERLUASAN MEREK TERHADAP LOYALITAS
MEREK FILMA DI SURABAYA
Yang diajukan
Deva Septiananda 0412010263/FE/EM
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Hj. Nur Mahmudah, MS. Tanggal : ...
Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen
USULAN PENELITIAN
PENGARUH PERLUASAN MEREK TERHADAP LOYALITAS
MEREK FILMA DI SURABAYA
Yang diajukan
Deva Septiananda 0412010263/FE/EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Hj. Nur Mahmudah, MS. Tanggal : ...
Mengetahui
Ketua Jurusan Manajemen
i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah dan terima kasih kepada junjungan tertinggi,
ALLAH SWT atas kemampuan dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH PERLUASAN MEREK TERHADAP LOYALITAS MEREK FILMA DI SURABAYA”.
Penyusunan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat
memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dengan selesainya penulisan
skripsi ini penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang bersedia untuk
memberikan bantuan dan dukungannya baik secara materiil maupun moril kepada
penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Hj. Nur Mahmudah, MS, selaku Dosen Pembimbing Utama
yang telah mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan
ii
5. Seluruh staf Dosen dan Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Bapak dan Ibu serta Saudara-saudaraku tercinta yang sudah mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih ada
kekurangan dan perlu adanya perbaikan, oleh karenanya penulis senantiasa
mengharapkan kritik dan saran serta masukan-masukan bagi peneliti yang lain di
masa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Desember 2010
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 10
2.2.1. Pengertian Pemasaran ... 10
2.2.2. Pengertian Manajemen Pemasaran ... 11
2.2.3. Perilaku Konsumen ... 12
2.2.4. Perluasan Merek ... 12
2.2.4.1. Keuntungan dan Kerugian Strtegi Perluasan Merek ... 13
iv
2.2.4.3. Cara Melakukan Perluasan Merek ... 18
2.2.4.4. Hasil-Hasil Perluasan Merek... 19
2.2.4.5. Indikator Perluasan Merek ... 22
2.2.5. Loyalitas Merek (Brand Loyalty) ... 24
2.2.5.1. Indikator Loyalitas Merek ... 26
2.2.6. Pengaruh Perluasan Merek TerhadapLoyalitas Merek 27 2.3. Model Penelitian ... 29
2.4. Hipotesis ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31
3.1.1. Definisi Operasional ... 31
3.1.2. Pengukuran Variabel ... 32
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
3.2.1. Populasi ... 33
3.2.2. Sampel ... 33
3.3. Jenis Data ... 34
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 35
3.5. Teknik Analisis SEM dan Pengujian Hipotesis ... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Responden ... 40
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43
4.2.1. Deskripsi Variabel Perluasan Merek (X) ... 43
v
4.3. Deskripsi Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 47
4.3.1. Evaluasi atas Outlier ... 47
4.3.2. Uji Reliabilitas ... 48
4.3.3. Uji Validitas ... 49
4.3.4. Uji Construct Reliability dan Variance Extracted ... 50
4.3.5. Uji Normalitas ... 51
4.3.6. Structural Equation Modeling (SEM) dan Pengujian Hipotesis ... 52
4.3.6.1. Evaluasi Model One Step Approach to SEM ... 52
4.3.6.2. Analisis Unidimensi First Order ... 55
4.3.6.3. Uji Hipotesis Kausalitas ... 55
4.4. Pembahasan ... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 58
5.2. Saran ... 58
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Top Brand Index Minyak Goreng Tahun 2007 - 2009 ... 4
Tabel 1.2. Top Brand Index Margarin Tahun 2007 - 2009 ... 4
Tabel 3.1. Goodness of Fit Indices ... 39
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasar Umur ... 40
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin ... 41
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasar Pendidikan Terakhir ... 41
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasar Pekerjaan ... 42
Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden Untuk Perluasan Merek(X). ... 43
Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden Untuk Loyalitas Merek(Y) ... 45
Tabel 4.7. Uji Outlier Multivariate ... 48
Tabel 4.8. Reliabilitas Data ... 49
Tabel 4.9. Validitas Data ... 50
Tabel 4.10. Construct Reliability & Variance Extrated ... 51
Tabel 4.11. Normalitas Data ... 52
Tabel 4.12. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices ... 53
Tabel 4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices Modifikasi ... 54
Tabel 4.14. Unidimensi First Order ... 55
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Model Penelitian ... 29
Gambar 4.1. Evaluasi Model One Step Approach to SEM ... 53
ix
PENGARUH PERLUASAN MEREK TERHADAP LOYALITAS
MEREK FILMA DI SURABAYA
Oleh : Deva Septiananda
ABSTRAKSI
Persaingan di era globalisasi akan semakin mengerahkan sistem perekonomian ke arah yang pada akhirnya memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar. Strategi perluasan merek memberikan keuntungan bagi perusahaan karena dengan menggunakan merek yang sudah terkenal akan memberikan pengakuan dan penerimaan yang lebih cepat pada kategori produk baru. Hal ini diharapkan dapat memberikan jaminan kualitas dan keyakinan kepada para konsumen atas merek tersebut.Dalam persaingan merek akhir-akhir ini menunjukan terdapat persaingan yang ketat. Dari temuan hasil dilapangan tentang peringkat indeks loyalitas konsumen terhadap minyak goreng dan margarin merek Filma yang berada di peringkat kedua dan ketiga di bawah merek pesaingnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Perluasan Merek terhadap Loyalitas Merek Filma di Surabaya.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelanggan (masyarakat di Surabaya) yang memakai merek Filma. Skala pengukuran menggunakan skala interval dan skala pembentukan menggunakan skala likert. Teknik pengambilan sampel menggunakan Non Probability Sampling dengan metode Purposive Sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 108 pelanggan. Data yang digunakan adalah data primer dengan menyebarkan kuesioner kepada pelanggan (masyarakat di Surabaya) merek Filma yang membeli dan memakai merek tersebut lebih dari 1x dalam 1 bulan terakhir. Teknik analisis yang digunakan adalah SEM (Structural Equation Modeling) untuk melihat hubungan kausalitas antar faktor.
Hasil pengujian memperlihatkan bahwa perluasan merek berpengaruh positif signifikan terhadap loyalitas merek. Dengan penerapan strategi perluasan merek Filma yang tepat dari perusahaan maka loyalitas pelanggan terhadap merek Filma tercapai.
1
1.1. Latar Belakang Masalah
Persaingan di era globalisasi akan semakin mengerahkan sistem
perekonomian ke arah yang pada akhirnya memposisikan pemasar untuk
selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar. Salah satu aset untuk
mencapai hal itu adalah produk yang dewasa ini berkembang menjadi
sumber aset terbesar bagi perusahaan. Dalam kondisi pasar yang konpetitif
preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci kesuksesan. Dengan
demikian, pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran persepsi
konsumen dan tidak lagi sekedar pertempuran produk.
Untuk membangun persepsi dapat dilakukan melalui jalur merek
dan memahami perilaku merek. Merek yang prestisius memiliki ekuitas
merek yang kuat. Semakin kuat ekuitas merek suatu produk maka semakin
kuat daya tariknya untuk mengiring konsumen mengkonsumsi produk
tersebut. Itu berarti akan menghantarkan perusahaan meraup keuntungan
dari waktu ke waktu. Karena merek aset amat penting dan bernilai. Maka
hal itu merupakan visi mengenai bagaimana mengembangkan,
memperkuat, mempertahankan, dan mengelola suatu perusahaan. Sehingga
akan menjadi lebih penting untuk memiliki pasar ketimbang memiliki
pabrik. Dan satu-satunya cara untuk memiliki pasar adalah memiliki yang
2
Krisis ekonomi yang berkepanjangan membuat kemampuan daya
beli masyarakat menurun. Kejadian ini berpengaruh terhadap tindakan
konsumsi masyarakat. Mereka akan lebih penuh pertimbangan dalam
melakukan kegiatan konsumsi masyarakat. Mereka akan lebih penuh
pertimbangan dalam melakukan kegiatan konsumsi. Dan fakta dilapangan
menunjukkan bahwa produk yang harganya relatif murah akan cepat laku
dipasaran. Karena terkadang dalam pembelian tersebut mereka tidak
begitu berfikir tentang kualitas barang namun cenderung melihat harga
barang. Apalagi jika produk atau barang tersebut berasal dari merek yang
sudah terkenal tetapi harganya relatif murah, maka akan cepat diserbu
konsumen.
Konsumen dalam pasar yang jenuh sudah berpengalaman dan
mereka lebih menuntut. Mereka mengenal dengan baik merek pesaing dan
biasanya menampilkan merek-merek preferensi untuk merek-merek
khusus yang akan mereka beli. Sehingga pada umumnya preferensi
konsumen dalam lingkungan pasar seperti ini cenderung kurang stabil.
Untuk dapat meraup konsumen yang besar maka perusahaan harus
membutuhkan biaya besar, antara lain dengan iklan dan promosi lainnya.
Namun, ada gambaran umum bahwa dalam pasar yang sudah dapat
(hypercompetition) banyak produk / merek serta kecepatan munculnya produk baru yang diiklankan, maka merek sulit menancap dibenak
konsumen. Konsumen juga kesulitan untuk mengevaluasi klaim yang
tersebut hampir semuanya inovatif. Hanya iklan yang benar-benar kreatif
yang bisa membuat posisi suatu merek dibenak konsumen menjadi
istimewa.
Dalam bisnis merek persaingan sangat dituntut strategi-strategi
khusus untuk dapat memasuki bahkan menguasai pasar. Strategi itu bisa
dilakukan dengan memanfaatkan asosiasi-asosiasi yang melekat pada
merek / produk. Karena asosiasi dapat menciptakan sikap atau perasaan
positif yang berkaitan dengan merek. Asosiasi kunci dari produk/ merek
dapat digunakan sebagai dasar positioning pada kelas produk tertentu. Jika merek / produk mencoba melakukan serangan frontal dengan mengklaim
keunggulan, akan terhadap masalah kredibilitas. Pada competitor mungkin dipaksa untuk menemukan basis lain dalam persaingan. Karena itu, sebuah
asosiasi bisa menjadi halangan bagi para competitor.
Menurut Aaker (1997:162) menyebutkan bahwa asosiasi merek
dapat dijadikan sebagai landasan untuk perluasan. Suatu asosiasi dapat
menghasilkan suatu perluasan dengan menciptakan rasa kesesuaian antara
merek dan sebuah produk baru, atau dengan menghadirkan alasan untuk
membeli produk perluasan tersebut. Strategi perluasan merek memberikan
keuntungan bagi perusahaan karena dengan menggunakan merek yang
sudah terkenal akan memberikan pengakuan dan penerimaan yang lebih
cepat pada kategori produk baru. Hal ini diharapkan dapat memberikan
jaminan kualitas dan keyakinan kepada para konsumen atas merek
4
Dalam persaingan merek akhir-akhir ini menunjukan terdapat
persaingan yang ketat. Dari temuan hasil dilapangan tentang peringkat
indeks loyalitas konsumen indonesia yang dikeluarkan majalah SWA dan
badan survei MARS ( 2007-2009)
Tabel 1.1. Top Brand Index Minyak Goreng Tahun 2007 - 2009 Merek
Sumber : SWA Digital (Internet)
Tabel 1.2. Top Brand Index Margarin Tahun 2007 - 2009 Merek
Sumber : SWA Digital (Internet)
Dari data tersebut di atas dapat diketahui top brand index untuk minyak goreng merek Filma menduduki peringkat kedua setelah minyak
goreng merek Bimoli. Dan untuk produk margarin merek Filma berada di
merek sudah memasuki pasar hypercompetition ditandai dengan banyaknya yang masuk, tingginya kecepatan masuknya merek/produk
baru, makin pendeknya usia produk/merek baru, beberapa pemain
memusatkan pada ceruk pasar yang lainnya menggabung/pengambil alihan
pasar dari pangsa pasar yang ditinggalkan, terjadi penurunan permintaan
dan kapasitas secara berlahan-lahan. Dengan kata lain pasar hampir
mencapai puncak potensinya. Karakteristik pasar yang jenuh ini adalah
persaingan yang gencar, penekanan pada biaya dan pelayanan,
pengurangan arus produk baru, persaingan internasional, peningkatan
kekuatan dalam saluran organisasi yang menghubungkan pabrik dan
pemakai akhir.
Dengan memanfaatkan beberapa asosiasi kunci yang terdapat pada
merek Filma untuk kategori minyak goreng, maka Filma mencoba
menstransfernya untuk produk perluasannya. Asosiasi-asosiasi yang kuat
akan membentuk brand image merupakan kata kunci (keyword) dalam perluasan produk tersebut. Diharapkan asosiasi-asosiasi yang kuat dari
merek induk akan mudah dicerna oleh konsumen tentang merek
perluasannya. Dalam hal ini diharapkan konsumen masih memiliki
persepsi yang sama dengan Minyak Goreng sehingga konsumen pun akan
memiliki terhadap Margarin Filma yang sudah terbentuk dan dikenal oleh
banyak konsumen. Untuk menetapkan asosiasi-asosiasi yang lain tersebut
akan digali dari masyarakat dalam hal ini adalah konsumen Minyak
6
dapat diandalkan untuk digunakan dalam penelitian untuk memecahkan
masalahnya.
Loyalitas merek memberikan keuntungan bagi perusahaan karena
penelitian membuktikan bahwa konsumen yang loyal pada suatu merek
akan mencoba segala varian yang ada dalam merek tersebut. Selain itu,
mereka juga akan mencoba kategori produk yang berbeda dalam merek
tersebut atau mencoba produk hasil perluasan merek tersebut, sehingga
dapat disimpulkan bahwa perluasan merek berpengaruh positif terhadap
loylitas merek. Hal ini didukung oleh (Kumar, 2002) dalam Fajrianthi dan
Farrah (2005:286) yang mengatakan bahwa dengan strategi perluasan
merek yang baik maka loyalitas merek tercapai.
Penelitian tehadap asosiasi-asosiasi dari merek induk yang akan
mendukung keberhasilan merek perluasan (brand extension) dalam memasuki pasar, ini akan didukung dengan melakukan penelitian pada
konsumen potensial. Diharapkan data yang diperoleh dapat menjawab dari
masalah penelitian ini. Fakta membuktikan bahwa gencarnya iklan yang
dilakukan oleh merek Filma menunjukkan betapa besar keinginan merek
Filma untuk berhasil dalam perluasan merek ini.
Dari uraian tersebut, maka dipandang perlu untuk mengadakan
penelitian dengan judul “PENGARUH PERLUASAN MEREK
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka dapat diambil
suatu rumusan sebagai berikut :
Apakah perluasan merek berpengaruh terhadap loyalitas merek
Filma di Surabaya?
1.3. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian
ini sebagai berikut :
Untuk menganalisis pengaruh perluasan merek terhadap loyalitas
merek Filma di Surabaya.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Memberi kesempatan untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh
dibangku kuliah, khususnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Memberikan pengalaman yang beharga kepada penulis didalam
memahami bidang pemasaran secara nyata.
3. Tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca sebagai masukan,
saran, atau pengetahuan.
4. Penelitian ini dengan segala kekuranganya, dapat digunakan sebagi
referensi bagi dunia kepustakaan serta penelitian selanjutnya yang
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Untuk penelitian dengan masalah perluasan merek (brand
extension) memang sudah ada yang melakukan pada penelitian sebelumnya.
Seperti penelitian :
1. Fajrianthi dan Farrah (2005) dengan topik mengenai “Strategi
Perluasan Merek dan Loyalitas Konsumen”. Fenomena tentang perluasan
merek telah menjadi sesuatu yang tidak asing bagi kita para konsumen.
Kita telah melihat berbagai merek melakukan strategi ini untuk
memasarkan produknya. Contohnya merek Adidas yang semula kita
kenal sebagai merek sepatu olah raga, saat ini telah memperluas
penggunaan mereknya pada produk pakaian bahkan parfum. Merek
Gillete yang semula hanya digunakan pada produk silet kini digunakan
pada produk alat pencukur dan after shave lotion.
Merek Sony yang pada awalnya digunakan pada produk tape
recorder kemudian memperluas penggunaan mereknya ke berbagai
produk seperti televisi, radio, VCD, DVD bahkan laptop dan handphone
yang berbeda dari parent brand. Kemudian Honda, merek ini tidak hanya
sekedar dikenal dengan produk mobilnya, tetapi juga produk sepeda
motor, penyapu salju, pemotong rumput, mesin kapal dan mobil salju.
juga oleh merek yang nasional merek ABC yang semula kita kenal
sebagai merek kecap telah memperluas penggunaan mereknya untuk
produk lain seperti, sirup, mie instan dan saus tomat serta sambal.
Begitupula dengan merek Pepsodent yang semula hanya digunakan
sebagai merek pasta gigi, saat ini telah meluas pada produk cairan
pembersih mulut dan permen.
2. Dharmayanti (2006) dengan judul “Analisa Sensitivitas Respon
Konsumen Terhadap Ekstensifikasi Merek (Brand Extension) Pada
Margarine Merek Filma Di Surabaya”. Penelitian ini bertujuan
mengetahui seberapa besar tingkat sensitivitas respon konsumen terhadap
kehadiran margarine merek Filma.
Hasil penelitian menunjukkan sensitivitas respon konsumen
terhadap brand extension dari minyak goreng menjadi margarine adalah
5,86 yang termasuk dalam kategori sensitif. Perubahan stimuli perluasan
merek (brand extension) dari minyak goreng ke margarine Filma
berdasarkan atribut produk dan tahapan hierarchi of effect menunjukkan
nilai positif 71. Nilai positif ini menunjukkan bahwa stimuli yang
melekat pada margarine Filma mendapat respon lebih tinggi dari para
konsumen dibandingkan dengan minyak goreng Filma yang telah ada
10
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan pokok yang
dilakukan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,
berkembang dan mendapatkan laba. Inti kegiatan-kegiatan pemasaran
seperti pengembangan produk, penelitian komunikasi, distribusi,
penetapan harga, dan pelayanan. Diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan melalui proses pertukaran.
Menurut Kotler (2005:10), pemasaran adalah suatu proses sosial
yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara
bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.
Sedangkan menurut Stanton (1984:7), pemasaran adalah sistem dari
kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,
memproduksi, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat
memenuhi keinginan baik konsumen saat ini maupun konsumen potensial.
Dari kedua pengertian tersebut dapat diartikan bahwa pemasaran
adalah kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen. Jadi pemasaran sebenarnya mempunyai arti
menggabungkan beberapa kegiatan yang dirancang untuk memberi
pelayanan, memuaskan konsumen sambil mencapai tujuan organisasi.
Kegiatan pemasaran timbul apabila manusia memutuskan untuk memenuhi
Jadi pemasaran merupakan suatu interaksi yang bertujuan untuk
memberikan kepuasan baik kepada penjual maupun pembeli.
2.2.2 Pengertian Manajemen Pemasaran
Menurut Kotler (1997:13), manajemen pemasaran adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta
penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Agar tujuan organisasi tercapai maka tergantung penawaran
organisasi dalam memenuhi kebutuhan pasar dengan menentukan harga,
mengadakan komunikasi dan distribusi yang efektif untuk memberi tahu,
mendorong serta melayani pasar. Jadi manajemen pemasaran dirumuskan
sebagai suatu proses manajemen yang meliputi penganalisaan,
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pemasaran yang
dilakukan oleh perusahaan.
Kegiatan ini bertujuan menimbulkan pertukaran yang diinginkan,
baik yang menyangkut barang maupun jasa. Proses pertukaran baik yang
ditimbulkan oleh penjual maupun pembeli akan menguntungkan kedua
belah pihak, maka penentuan produk, harga, promosi dan tempat
disesuaikan dengan sikap dan perilaku konsumen. Sebaliknya sikap dan
perilaku konsumen dipengaruhi sehingga menjadi sesuai dengan
12
2.2.3 Perilaku Konsumen
Menurut Mowen dan Minor (2002:6), perilaku konsumen
didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses
pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan
barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.
Definisi yang lain menurut Louden dan Bitta (dalam Angipora,
2002:119), perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan
kegiatan fisik individu dalam upaya memperoleh dan menggunakan barang
dan jasa (evaluasi, memperoleh, menggunakan atau menentukan barang
atau jasa).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dengan
mempelajari Perilaku Konsumen maka pemasar dapat mengetahui secara
jelas proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh konsumen dan
kegiatan fisik yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai,
mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa serta pengaruh-pengaruh
yang dihadapi dalam usaha memperoleh barang dan jasa tersebut.
2.2.4 Perluasan Merek
Menurut Aaker (1997:255) dalam Dharmayanti (2005:68),
perluasan merek adalah penggunaan sebuah merek yang telah mapan pada
suatu kelas produk untuk memasuki kelas produk yang lain. Perluasan
merek merupakan strategi alamiah bagi perusahaan yang sedang tumbuh
cara menggunakan aset tersebut untuk penetrasi pada kategori produk baru
atau memberi lisensinya pada produk lain.
Menjalankan strategi perluasan merek bukanlah hal yang mudah.
Sebuah merek bisa gagal dalam membentuk perluasan atau bisa
menciptakan asosiasi-asosiasi yang dapat merusak perluasan tersebut.
Suatu keputusan perluasan yang salah bisa mengakibatkan kerusakan yang
strategis.
Perluasan merek secara umum dapat dibedakan menjadi dua Aaker
(1997:255) dalam Dharmayanti (2005:68) yaitu :
1. Perluasan lini (lini extension)
Artinya perusahaan membuat produk baru dengan menggunakan merek
lama yang terdapat pada merek induk. Meskipun target pasar produk
yang baru tersebut berbeda, tetapi kategori produknya sudah dilayani
oleh merek induk.
2. Perluasan Kategori (category extension)
Artinya perusahaan tetap menggunakan merek induk yang lama untuk
memasuki kategori produk yang sama sekali berbeda dari dilayani oleh
merek induk sekarang.
2.2.4.1 Keuntungan dan Kerugian Strategi Perluasan Merek
Keuntungan dari perluasan merek menurut Keller (1998:455)
dalam Dharmayanti (2005:68) antara lain :
14
a. Mengurangi resiko yang dirasakan konsumen.
Dengan perluasan merek, konsumen dapat membuat kesimpulan
dan membetuk harapan sepertia apa komposisi dan kinerja produk
baru akan didasarkan.
b. Meningkatkan kemungkinan memperoleh distribusi dan trial
karena potensi peningkatan permintaan kosumen dihasilkan dari
perkenalan produk baru, sebagai sebuah perluasan, akakn lebih
mudah untuk meyakinkan retailer untuk mengadakan persediaan
dan mempromosikan perluasan merek.
c. Meningkatkan efisiensi pengeluaran promosi.
Akan lebih mudah untuk menambah hubungan dari merek yang
sudah ada dalam ingatan pada produk baru daripada harus
memantapkan merek kedalam ingatan konsumen untuk yang
pertama kali dan kemudian juga menghubungkan produk baru pada
merek tersebut.
d. Mengurangi biaya perkenalan dan progam pemasaran lanjutan.
e. Menghindari biaya perkembangan merek baru untuk melakukan
riset konsumen yang diperlukan dan mempekerjakan personel yang
berketrampilan untuk mendesain nama merek yang berkualitas,
logo, symbol, pengemasan, cirri, dan slogan yang bisa sangat
mahal, dan tidak ada jaminan sukses.
Kemasan dan label yang mirip untuk perluasan merek dapat
menghasilkan biay produksi yang lebih rendah.
g. Mengijinkan konsumen mencari variable
Dengan menawarkan berbagi variasi kategori produk pada
konsumen, konsumen yang memerlukan perubahan karena bosan,
puas, atau apapun dapt berpindah pada tipe produk jika mereka
juga menginginkan sesuatu tanpa harus meninggalkan brandfamily.
2. Menyediakan manfaat timbal balik pada merek asal
a. Memperjelas arti merek
Perluasan dapat membantu menjelaskan arti sebuah merek pada
konsumen dan mendefinisikan segala hal tentang pasar penting.
b. Meningkatkan citra merek asal.
Berdasarkan pada model ekuitas merek berbasis pelanggan (the
customer based brand equity model) satu hasil yang diinginkan
dari perluasan merek yang berhasil adalah kemungkinan
meningkatkan citra merek asal dengan memperkuat asosiasi merek
yang sudah ada, memasukkan ketertarikan pada asosiasi merek
yang sudah ada, dan atau menambah asosiasi merek baru. Satu cara
penting agar perluasan merek mempengaruhi citra merek asal
adalah dengan memantapkan asosiasi merek asal. Asosiasi merek
asal adalah atribut dan manfaat yang menjadi cirri semua produk
dalam lini merek yang diasosiasikan paling kuat.
16
d. Mengaktifkan kembali merek.
e. Mengijinkan perluasan yang berikutnya.
Kerugian dari perluasan merek menurut Keller (1998:455) dalam
Dharmayanti (2005:68) antara lain :
1. Dapat membingungkan atau menyebabkan konsumen frustasi.
2. Dapat mengancam ketahan retailer.
3. Dapat merusak citra merek.
Skenario terburuk yang mungkin dari perluasan merek adalah tidak
hanya terjadi kerusakan, tapi membahayakan citra merek asal dalam
banyak cara. Bagaimanapun pengaruh negatif ini bisa terjadi
sewaktu-waktu.
4. Bisa sukses tetapi mengkanibalisasi penjualan merek asal.
Bila penjualan perluasan merek tinggi dan memenuhi target, mungkin
pendapatan ini bisa hanya dihasilkan dari peralihan konsumen pada
perluasan dari produk yang ada yang ditawarkan merek asal dalam
efek kanibalisasi merek asal dengan berkurangnya penjualan.
5. Bila sukses tapi mengurangi identifikasi dengan satu kategori lain.
Satu resiko menghubungkan banyak produk pada satu merek adalah
merek mungkin tidak diidentifikasi dengan kuat. Perluasan merek bisa
tidak jelas mengidentifikasi merek dengan kategori asalnya dan
mengurangi awareness merek asal.
Jika perluasan mempunyai atribut atau asosiasi manfaat yang tidak
konsisten mungkin bisa terjadi konflik dalam hubungan asosiasi untuk
merek asal, dan sebagai hasilnya, konsumen mungkin mengubah
persepsi mereka terhadap asal.
7. Bila merusak arti merek.
Kekurangan potensial dari identifikasi dengan satu kategori lain dan
citra yang lemah mungkin secara khusus ditandai dengan kualitas yang
tinggi atau merek prestise.
8. Bisa membatalkan kesempatan untuk mengembangkan merek baru.
Satu hal yang mudah untuk melihat kerugian dari perluasan merek
adalah dengan memperkenalkan produk sebagai perluasan merek,
perusahaan membatalkan kesempatan untuk menciptakan merek baru
dengan citra dan ekuitas yang unik.
2.2.4.2 Perluasan Merek Yang Berhasil
Suatu perluasan merek cenderung berhasil atau dapat diterima oleh
pelanggan, bila (Aaker, 1997: 347-348) :
1. Asosiasi-Asosiasi merek yang kuat memberikan suatu poin pembeda
dan keuntungan untuk perluasan merek.
2. Perluasan merek tersebut membantu merek asal dengan cara
menguatkan asosiasi-asosiasi kunci, menghindari asosiasi-asosiasi
18
3. Kategori produk yang baru tidak akan mendukung sumber daya yang
diperlihatkan untuk memantapkan suatu nama baru.
2.2.4.3 Cara Melakukan Perluasan Merek
Tiga langkah sistematis dalam mengembangkan sebuah perluasan
merek (Aaker, 1997: 340-347) dalam Dharmayanti (2005:69) yaitu :
1. Mengidentifikasi asosiasi-asosiasi merek.
Asosiasi-asosiasi merek akan menjadi lebih berguna jika berbagai
asosiasi tersebut bisa memunculkan suatu kaitan (suatu basis
kesesuaian) dengan kategori-kategori lain, dan memberikan dorongan
yang kompetitif perluasan merek.
2. Mengidentifikasi produk-produk yang berkaitan dengan
asosiasi-asosiasi merek.
Pendekatan yang dapat digunakan adalah memfokuskan pada beberapa
basis kesesuaian sebagai komplementaritas, tras
3. Memilih calon terbaik dari daftar produk tersebut untuk menguji
konsep dan pengembangan produk baru.
Calon produk yang telah dipilih untuk dieksplorasi melalui tahp
pengujian konsep. Dua kriteria utama yang seharusnya digunakan,
yaitu: pertama, merek tersebut dianggap sesuai dengan perluasannya.
Kedua, merek tersebut seharusnya memberikan beberapa poin
2.2.4.4 Hasil-Hasil Perluasan Merek
Perluasan merek dapat menghasilkan (Aaker, 1997: 312-340) antara lain :
1. The good : merek inti membantu perluasan merek.
Suatu asosiasi yang kuat bisa membantu tugas komunikasi dan
positioning suatu merek. Asosiasi perlu ditransferkan ke kelas produk
baru karena terdapat banyak sekali asosiasi merek yang bisa
memberikan poin-poin pembeda untuk suatu perluasan merek.
Bersaing dengan berlandaskan pada kesan kualitas yang tinggi.
Seringkali penggunaan merek yang mapan merupakan cara yang tepat
untuk meraih suatu persepsi kualitas. Kesan kualitas merek dalam
konteksnya yang asli merupakan jaminan yang signifikan terhadap
evaluasi perluasan merek, sepanjang ada kesesuaian antara dua kelasa
produk yang terlibat. Karena itu, persepsi umum mengenai kualitas
yang berasosiasikan dengan merek mempunyai andil besar terhadap
keberhasilan perluasan merek.
2. More good : perluasan merek bisa menguatkan merek inti.
Perluasan merek seharusnyan bisa menguatkan citra merek asal, yaitu
dengan memberikan fungsi membangun. Suatu perluasan merek bisa
meninmbulkan pengenalan merek dan asosiasi-asosiasi terhadap
berbagai segmen baru.
3. The bad : merek gagal membantu perluasan merek.
Jika perluasan merek dilakukan hanya untuk menimbulkanpengenalan,
20
untuk menjadi rentan terhadap kompetisi, seringkalipun merek tersebut
berhasil pada awalnya. Strategi perluasan merek juga mempunyai
resiko bisa merangsang asosiasi-asosiasi pelengkap yang negatif.
Asosiasi-asosiasi negative adakalanya bisa dikurangi atau ditekan
dengan menambahkan merek kedua yang memiliki konotasi tepat, atau
dengan menguraikan konsep tersebut. Penelitian Aaker dan Keller
(1990; dalam Aaker, 1997) menunjukan bahwa penjabaran konsep
produk bisa mengurangi pengaru dari asosiasi-asosiasi negative.
Keberhasilan tentunya akan bergantung pada sejauh mana
asosiasi-asosiasi tersebut.
Perluasan merek harus menyesuaikan dengan merek asal. Pelanggan
perlu diyakinkan atas konsep merek yang diperluas itu. Jika
kesesuaianya amat lemah, asosiasi yang dikehendaki tidak akan beralih
atau akan menyimpang, atau bahkan menimbulkan kesan menggelikan.
4. The ugly: peluasan merusak merek
Mengalami kegagalan dalam perluasan merek dapat merusak merek
karena terciptanya asosiasi-asosiasi pelengkap yang tidak diinginkan,
merusak kesan kualitas merek, atau mengubah asosiasi-asosiasi merek
yang sudah ada.
Perluasan merek yang menyalurkan asosiasi-asosiasi negatif pada
merek asal (original brand) akan mengecil kemungkinannya apabila
merek asal dan perluasannya begitu ekstrim sehingga membuat
perluasan merek tersebut tampak tidak sebangun.
Karena sebuah merek diperluas, asosiasi-asosiasi kelas produknya
mungkin melemah, namun merek tersebut mungkin juga
mengembangkan asosiasi-asosiasi yang berkaitan dengan tipe produk,
sehingga akan terdapat lebih banyak ruang gerak. Dengan demikian
asosiasi-asosiasi yang telah ada.
Suatu perluasan merek yang dikampanyekan secara besar-besaran
namun mempunyai kualitas yang inferior bisa merusak reputasi kesan
kualitas yang merupakan basis dari keutungan kompetitif yang
berkelanjutan. Tindakan mengaitkan merek dengan tingkat harga yang
rendah akan makin menegaskan resiko terpengaruhnya pencitraan
kualitas.
5. More ugly: perluasan merek mendahului.
Perluasan merek bisa tidak hanya gagal, tetapi judga merusak posisi
merek asal karena perluasan merek terlihat membingungkan dan
merubah persepsi konsumen tentang nilai yang dimiliki merek asal.
Barangkali potensi dampak terburuk dari suatu perluasan merek adalah
peluang yang mendahului (foregene) untuk menciptakan suatu ekuitas
22
2.2.4.5 Indikator Perluasan Merek
Menurut Leif E. Ham et al (2001) dalam Fajrianthi dan Farrah
(2005:283) indikator yang mempengaruhi kesuksesan strategi perluasan
merek adalah:
1. Similarity (kesamaan) adalah tingkatan dimana konsumen menganggap
bahwa produk hasil perluasan memiliki persamaan dengan merek
asalnya. Beberapa studi menunjukkan bahwa semakin besar persamaan
antara produk perluasan merek dengan merek asalnya maka akan
semakin besar pula pengaruh yang diterima oleh konsumen baik positif
maupun negatif dari produk hasil perluasan. Bahkan ada pula
penelitian yang menyebutkan bahwa konsumen akan membangun
sikap yang positif terhadap produk hasil perluasan bila konsumen
tersebut menganggap bahwa produk tersebut memiliki kesamaaan
dengan merek asalnya.
2. Reputation (reputasi) adalah asumsi yang dapat dikemukakan dari
penggunaan reputasi adalah, bahwa merek yang memiliki posisi yang
kuat akan memberikan pengaruh yang besar pada produk hasil
perluasannya (Aaker dan Keller 1992; Smith dan Park 1992) dalam
Fajrianthi dan Farrah (2005:283). Bahkan telah dilaporkan bahwa
merek yang dipersepsi memiliki kualitas yang tinggi dapat melakukan
perluasan produk daripada merek yang memiliki kualitas yang rendah.
Reputasi di sini adalah sejumlah hasil yang diperoleh dari kualitas
3. Perceived Risk adalah konstruk multidimensional yang
mengimplikasikan pengetahuan konsumen secara tidak pasti tentang
suatu produk sebelum dilakukan pembelian didasarkan pada tipe dan
tingkatan kerugian dari produk itu setelah dilakukan pembelian.
Perceived risk biasanya dikonseptualisasi dengan konstruk dua dimensi
yaitu ketidakpastian tentang konsekuensi melakukan kesalahan dan
ketidakpastian tentang hasil yang diperoleh.
4. Innovativeness adalah aspek kepribadian yang berhubungan dengan
penerimaan konsumen untuk mencoba produk baru atau merek baru.
Dan konsumen yang memiliki sifat innovativeness ini suka melakukan
lebih banyak evaluasi pada perluasan merek terutama dalam hal jasa.
Oleh karena itu untuk mengembangkan strategi perluasan merek ini
agar lebih efisien maka pihak perusahaan harus menarik lebih banyak
konsumen yang memiliki sifat innovativeness. Daniel Edelman (http://
poolonline.com) dalam Fajrianthi dan Farrah (2005:283) menyatakan
bahwa kunci kesuksesan dari perluasan merek ditentukan oleh
konsistensi produk perluasan merek dengan merek asal atau merek
induk. Dalam melakukan strategi perluasan merek, persepsi terhadap
kualitas dari merek tersebut tentunya sangat diperhatikan. Sehingga
bila pihak produsen merek tersebut akan membuat produk yang
berbeda kategorinya dengan kategori merek asal maka pihak produsen
harus melihat kualitas yang dipersepsikan konsumen terhadap merek
24
yang memiliki perceived quality yang tinggi dapat ditingkatkan secara
lebih jauh (dapat diperluas) dan mendapat penilaian yang lebih tinggi
bila dibandingkan dengan merek yang memiliki perceived quality yang
rendah (Leif E. Ham et al, 2001) dalam Fajrianthi dan Farrah
(2005:283).
2.2.5 Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu konsep yang
sangat penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang
loyal pada merek sangat diperlukan agar perusahaan dapat bertahan hidup.
Loyalitas dapat diartikan sebagai suatu komitmen yang mendalam untuk
melakukan pembelian ulang produk atau jasa yang menjadi preferensinya
secara konsisten pada masa yang akan datang dengan cara membeli ulang
merek yang sama meskipun ada pengaruh situasional dan usaha pemasaran
yang dapat menimbulkan perilaku peralihan.
Loyalitas merek menunjukkan adanya suatu ikatan antara
pelanggan dengan merek tertentu dan ini sering kali ditandai dengan
adanya pembelian ulang dari pelanggan. Mowen (2002:109)
mengemukakan bahwa loyalitas dapat didasarkan pada perilaku pembelian
aktual produk yang dikaitkan dengan proporsi pembelian. Perusahaan yang
mempunyai basis pelanggan yang mempunyai loyalitas merek yang tinggi
dapat mengurangi biaya pemasaran perusahaan karena biaya untuk
mendapatkan pelanggan baru. Loyalitas merek yang tinggi dapat
meningkatkan perdagangan. Dan dapat menarik minat pelanggan baru
karena mereka memiliki keyakinan bahwa membeli produk bermerek
minimal dapat mengurangi risiko. Keuntungan lain yang didapat dari
loyalitas merek adalah perusahaan dapat lebih cepat untuk merespons
gerakan pesaing.
Loyalitas merek adalah pilihan yang dilakukan konsumen untuk
membeli merek tertentu dibandingkan merek yang lain dalam satu kategori
produk (Giddens, 2002) dalam Fajrianthi dan Farrah (2005:278).
Schiffman dan Kanuk (2004) dalam Fajrianthi dan Farrah (2005:278)
mendefinisikan loyalitas merek sebagai preferensi konsumen secara
konsisten untuk melakukan pembelian pada merek yang sama pada produk
yang spesifik atau kategori pelayanan tertentu. Walaupun demikian,
loyalitas konsumen berbeda dengan perilaku pembelian berulang (repeat
purchasing behavior). Perilaku pembelian berulang adalah tindakan
pembelian berulang pada suatu produk atau merek yang lebih dipengaruhi
oleh faktor kebiasaan. Dalam loyalitas merek tersebut dipengaruhi oleh
kesetiaan terhadap merek.
Sedangkan Aaker (1996) dalam Fajrianthi dan Farrah (2005:279)
menyebutkan bahwa loyalitas merek adalah kelekatan konsumen pada nilai
yang tinggi dari suatu merek, dengan kelekatan yang dibangun ini maka
konsumen akan menolak segala strategi yang dilakukan oleh kompetitor
26
merek selama merek tersebut sesuai dengan harapan yang dimiliki oleh
konsumen, bertindak dalam cara-cara tertentu dan menawarkan nilai-nilai
tertentu. Loyalitas pada merek ini timbul karena konsumen
mempersepsikan merek tersebut menghasilkan produk yang memiliki
sejumlah manfaat dan kualitas dengan harga yang sesuai. Loyalitas merek
juga menjadi indikasi adanya kekuatan merek, karena tanpa loyalitas
merek tidak akan tercipta kekuatan merek. Hal ini dapat dilihat pada
merek-merek yang menjadi pemimpin di pasaran, dapat dipastikan bahwa
merek tersebut memiliki pelanggan yang loyal pada merek tersebut.
Dalam kaitannya dengan loyalitas merek suatu produk, didapati
adanya beberapa tingkatan loyalitas merek. Masing-masing tingkatannya
menunjukan tantangan pemasaran yang harus dihadapi sekaligus aset yang
dapat dimanfaatkan.
2.2.5.1 Indikator Loyalitas Merek
Schiffman dan Kanuk (2004) dalam Fajrianthi dan Farrah
(2005:280) menyebutkan indikator yang mempengaruhi terbentuknya/
terciptanya loyalitas merek adalah:
a. Perceived product superiority (penerimaan keunggulan produk)
b. Personal fortitude (keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap
merek tersebut)
c. Bonding with the product or company (keterikatan dengan produk atau
d. Kepuasan yang diperoleh konsumen
2.2.6 Pengaruh Perluasan Merek Terhadap Loyalitas Merek
Strategi perluasan merek memberikan keuntungan bagi perusahaan
karena dengan menggunakan merek yang sudah terkenal akan memberikan
pengakuan dan penerimaan yang lebih cepat pada kategori produk baru.
Hal ini diharapkan dapat memberikan jaminan kualitas dan keyakinan
kepada para konsumen atas merek tersebut (Fajrianthi dan Farrah,
2005:285). Tetapi strategi perluasan merek ini tentunya tidak lepas dari
resiko, karena dapat memberikan pengaruh negatif pada merek mengalami
penipisan merek (brand diluation). Dengan adanya penipisan merek ini
maka konsumen tidak akan menghubungkan merek tersebut dengan
produk yang spesifik (Rangkuti, 2002) dalam Fajrianthi dan Farrah
(2005:285-286).
Dari berbagai penelitian yang telah ditulis diatas dapat dikatakan
bahwa keberhasilan perluasan merek sangat dipengaruhi oleh kualitas dari
merek asalnya. Untuk itu dalam melakukan perluasan merek, pihak
produsen tidak hanya memperhatikan keuntungan bisnis semata tetapi juga
memperhatikan persepsi konsumen terhadap merek asal. Strategi perluasan
merek memberikan keuntungan bagi perusahaan karena dengan
menggunakan merek yang sudah terkenal akan memberikan pengakuan
dan penerimaan yang lebih cepat pada kategori produk baru. Hal ini
28
konsumen atas merek tersebut. Fajrianthi dan Farrah (2005:285)
Keberhasilan produk hasil perluasan akan semakin meningkatkan merek
asal di mata konsumen dan sukses dari produk hasil perluasan merek ini
tidak lepas dari reputasi yang dibangun dari kualitas yang diberikan merek
tersebut dan dapat dirasakan oleh konsumen. Perlu diperhatikan pula,
dalam melakukan perluasan merek, produk yang dihasilkan tetap memiliki
kesamaan dengan merek asal sehingga produk perluasan merek tersebut
tidak membingungkan konsumen, tidak menyebabkan penipisan merek.
Fajrianthi dan Farrah (2005:286) perluasan merek tetap harus
menjaga mutunya karena kesuksesan dari perluasan merek tidak lepas dari
perceived risk yang dimiliki konsumen, sehingga bila konsumen merasa
banyak mendapat kerugian setelah melakukan pembelian produk tersebut,
bukan tidak mungkin hal tersebut akan menggagalkan perluasan merek.
Dengan resiko yang diterima kecil konsumen akan loyal terhadap merek.
Loyalitas merek memberikan keuntungan bagi perusahaan karena
penelitian membuktikan bahwa konsumen yang loyal pada suatu merek
akan mencoba segala varian yang ada dalam merek tersebut. Selain itu,
mereka juga akan mencoba kategori produk yang berbeda dalam merek
tersebut atau mencoba produk hasil perluasan merek tersebut, sehingga
dapat disimpulkan bahwa perluasan merek berpengaruh positif terhadap
loyalitas merek. Hal ini didukung oleh (Kumar, 2002) dalam Fajrianthi dan
Farrah (2005:286) yang mengatakan bahwa dengan strategi perluasan
30
2.4. Hipotesis
Diduga bahwa perluasan merek berpengaruh positif dan signifikan
31
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1 Definisi Operasional
Agar variabel yang digunakan dapat diukur serta-menghilangkan dan
menghindari penafsiran makna, maka perlu adanya definisi yang jelas
mengenai variabel yang akan diteliti, variabel-variabel tersebut sebagai
berikut :
1. Perluasan Merek (X)
Perluasan merek (brand extention) adalah penggunaan merek yang sudah ada pada produk baru dimana produk tersebut memiliki
kategori yang berbeda dengan merek yang digunakannya. Menurut
Fajrianthi dan Farrah (2005:282) indikator perluasan merek meliputi :
1. Similarity (X1)
Adalah kesamaan produk hasil perluasan dengan merek asalnya
Filma dari segi ekonomis menurut pelanggan.
2. Reputation (X2)
Adalah reputasi yang dimiliki merek Filma di mata pelanggan saat
ini.
3. Perceived Risk (X3)
Adalah keuntungan atau manfaat yang diperoleh pelanggan dari
32
4. Innovativeness (X4)
Adalah inovasi – inovasi yang diberikan merek Filma kepada
pelanggan.
2. Loyalitas Merek (Y)
Loyalitas merek adalah kelekatan pelanggan pada nilai yang tinggi
dari suatu merek. Menurut Fajrianthi dan Farrah (2005:278) indikator
loyalitas merek meliputi :
1. Perceived Product Superiority (Y1)
Adalah sejauh mana pelanggan menerima atau menggunakan
merek Filma.
2. Personal Fortitude (Y2)
Adalah keyakinan yang dimiiki pelanggan terhadap merek Filma.
3. Bonding With the Product or Company (Y3)
Adalah keterikatan pelanggan untuk selalu menggunakan merek
Filma.
4. Kepuasan yang diperoleh Pelanggan (Y4)
Adalah kepuasan secara menyeluruh yang dirasakan pelanggan
setelah menggunakan merek Filma.
3.1.2 Pengukuran Variabel
Variabel ini diukur dengan data yang berskala interval (Umar,
menurut Kinnear (1988) dalam (Umar, 2000:137). Skala ini berhubungan
dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu dan
menggunakan skala penilaian tujuh butir 1-7 yang berada dalam rentang
dua sisi mengikuti pola sebagai berikut, misalnya:
1 7
Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju
Tanggapan atau pendapat tersebut dinyatakan dengan memberi
skor dimana nilai 1 menunjukan sangat tidak setuju dan nilai 7 sangat
setuju.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi
Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,
1999:72). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelanggan
(masyarakat di Surabaya) yang memakai merek Filma.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1999:73). Metode pengambilan sampel
34
a) Umur pelanggan minimal 17 tahun. Alasannya, sudah cukup dewasa,
mengerti dan memahami akan merek Filma.
b) Merupakan pelanggan (masyarakat di Surabaya) merek Filma yang
membeli dan memakai merek tersebut lebih dari 1x dalam 1 bulan
terakhir.
Teknik penentuan sampel yang dipergunakan adalah berdasarkan
pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48), antara lain :
1. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum likelihood estimation.
2. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya
adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.
3. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh
variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. bila
terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100-200.
Dalam penelitian ini sampel diambil dari pelanggan (masyarakat di
Surabaya) merek Filma, dengan jumlah 108 pelanggan karena minimal
memakai analisis SEM adalah 100 responden dan dilebihkan menjadi 108
untuk menghindari kesalahan pengisian kuesioner.
3.3 Jenis Data
Data Primer :
Adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden, baik
secara langsung maupun menggunakan kuisioner berupa daftar pertanyaan
3.4 Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara :
Yaitu melakukan wawancara atau tanya jawab dengan pelanggan yang
membeli dan pemakai merek Filma di wilayah Surabaya untuk
memperoleh informasi.
2. Kuesioner :
Merupakan teknik pengambilan data dengan cara menyebarkan daftar
pertanyaan kepada pelanggan yang membeli dan pemakai merek
Filma di wilayah Surabaya.
3.5 Teknik Analisis SEM dan Pengujian Hipotesis
Structural Equation Modeling (SEM) adalah sekumpulan teknik – teknik
statistical yang memungkinkan pengukuran sebuah rangkaian hubungan yang relatif “rumit” secara simultan. Hubungan yang rumit tersebut dibangun antara satu atau beberapa variabel dependen dengan satu atau beberapa variabel independen. Metode ini bukan untuk menghasilkan teori melainkan “mengkonfirmasi” teori.
1. Asumsi Model [Structural Equation Modeling]
a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas
1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data
atau dapat diuji dengan metode-metode statistik.
36
yang biasanya disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai
statistik untuk menguji normalitas itu disebut sebagai Z-value. Pada tingkat signifikansi 1% jika nilai Z lebih besar dari nilai
kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi data adalah tindak
normal.
3) Normal Probability plot
4) Linieritas denagn mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih pasangan data dan dilihat pola penyebarannya
untuk menduga ada tidaknya Linieritas.
b. Evaluasi atas Outlier
1) Mengamati Z-score : ketentuannya diantara ± 3,0 non outlier. 2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis
pada tingkat p < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square [χ] pada df sebesar jumlah variabel bebasnya. Ketentuan : bila
Mahalanobis > dari nilai χ adalah multivariate outlier.
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat berbeda jauh dari
observasi - observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai
ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi
(Hair et. al., 1998) dalam Ferdinand (2002).
c. Deteksi Multicollinierity dan Singularity
[kecil], maka terjadi multikolinieritas dan singularitas (Tabachnick
& Fidell, 1998) dalam Ferdinand (2002).
d. Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah
indikator dalam menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas
apa yang seharusnya diukur. Sedangkan reliabilitas adalah ukuran
mengenai konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah
konstruk yang menunjukkan derajat sampai dimana masing-masing
indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang umum.
Karena indikator multidimensi, maka uji validitas dari setiap
latent variable construct akan diuji dengan melihat loading factor
dari hubungan antara setiap observed variable dan latent variable. Sedangkan reliabilitas diuji dengan construct reliability dan
variance-extracted. Construct reliability dan variance-extracted
dihitung dengan rumus berikut:
Construct Reliability = [ ∑ Standardize Loading ]² [ ∑ Standartdize Loading ]² + ∑Єj ]
Variance Extracted = ∑ [ Standartdize Loading² ] ∑ [ Standartdize Loading²]+∑Єj
Sementara εj dapat dihitung dengan formula εj=1 – [Standardize
38
setiap Construct Standardize Regression weighty terhadap setiap butir sebagai indikatornya.
2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal
Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi
terstandar dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR/Critical Ratio/ p (probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar daripada t tabel berarti signifikan.
3. Evaluasi Model
Hair et.al., 1998 dalam Ferdinand (2002) menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis-hipotesis dengan pengujian fit antara
model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis menggambarkan
“good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai model yang diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori
tersebut mempunyai suatu “poor fit” dengan data. Amos dapat menguji
apakah model “good fit” atau “poor fit”. Jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting dalam penggunaan structural equation modeling.
Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai
Tabel 3.1 Goodness of Fit Indices
X2 Menguji apakah covariance
populasi yang destimasi sama dengan covariance sample
[apakah model sesuai dengan data].
Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks covariance
data dan matriks covariance yang diestimasi.
Minimum 0,1 atau 0,2, atau ≥ 0,05
RMSEA Mengkompensasi kelemahan
Chi-Square pada Sampel.
≤ 0,08
GFI Menghitung proporsi tertimbang
varians dalam matriks sample yang dijelasakan oleh matriks
covariance populasi yang diestimasi [analog dengan R2
≥ 0,90
dalam regresi berganda]
AGFI GFI yang disesuaikan dalam DF. ≥ 0,90
CMIND/DF Kesesuaian antara data dan
model.
≤ 2,00
TLI Pembandingan antara model yang
diuji terhadap baseline model.
≥ 0.95
CFI Uji kelayakan model yang tidak
sensitif tehadap besarnya sample
dan kerumitan model
≥ 0,94
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah keseluruhan pelanggan
(masyarakat di Surabaya) yang membeli dan memakai merek Filma lebih
dari 1x dalam 1 bulan terakhir yang berjumlah 108 orang responden. Serta
bersedia mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti.
1. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 108 orang
pelanggan (masyarakat di Surabaya) yang membeli dan memakai
merek Filma diperoleh gambaran berdasar umur sebagai berikut :
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasar Umur
No Umur Jumlah Prosentase (%)
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini adalah mereka yang berumur antara 17
sampai 25 tahun yaitu sebanyak 45 orang atau 41,67 %, responden
berumur 26-35 tahun sebanyak 37 orang atau 34,26 % sisa responden
berumur lebih dari 35 tahun sebanyak 26 orang atau 24,07 %. : Hasil penyebaran kuesioner
2. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 108 orang
pelanggan (masyarakat di Surabaya)merek Filma diperoleh gambaran
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasar Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah Prosentase (%)
1 Laki-laki 36 33,33
2 Perempuan 72 66,67
Total 108 100,00
Sumber
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan
sebanyak 72 orang atau 66,67 %, sedangkan yang berjenis kelamin
laki-laki yaitu sebanyak 36 orang atau 33,33 %. : Hasil penyebaran kuesioner
3. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 108 orang
pelanggan (masyarakat di Surabaya)merek Filma diperoleh gambaran
berdasarkan pendidikan terakhir adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasar Pendidikan Terakhir
No Pendidikan Terakhir Jumlah Prosentase (%)
1 SLTP 27 25
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini berpendidikan akhir SLTA yaitu
sebanyak 41 orang atau 37,9 %, sedangkan yang berpendidikan akhir
SLTP sebanyak 27 orang atau sebanyak 25 %, responden yang
42
berpendidikan D3 sebanyak 15 orang atau 13,9 %, dan sisanya
berpendidikan lain-lain (D1) sebanyak 6 orang atau 5,6 %.
4. Deskripsi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 108 orang
pelanggan (masyarakat di Surabaya)merek Filma diperoleh gambaran
berdasarkan pekerjaan sebagai berikut:
Tabel 4.4. Karakteristik Responden Berdasar Pekerjaan
No Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)
1 Pelajar 12 11,11
2 Mahasiswa 17 15,74
3 Pegawai swasta 20 18,52
4 Wiraswasta 18 16,67
5 Ibu rumah tangga 36 33,33
6 Lain-lain 5 4,63
Total 108 100,00
Sumber
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga
sebanyak 36 orang atau 33,33 %, responden berprofesi sebagai
pegawai swasta sebanyak 20 orang atau 18,52 % sedangkan yang
berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 18 orang atau sebanyak 16,67
%, responden berprofesi sebagai mahasiswa sebanyak 17 orang atau
15,74 %, responden berprofesi sebagai pelajar sebanyak 12 orang atau
11,11 % dan sisanya berprofesi lain-lain (pegawai negeri) sebanyak 5
orang atau 4,63 %.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Variabel Perluasan Merek (X)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
pelanggan (masyarakat di Surabaya) merek Filma yang membeli dan
memakai merek tersebut lebih dari 1x dalam 1 bulan terakhir yang
berjumlah 108 orang responden serta bersedia mengisi kuesioner diperoleh
jawaban sebagai berikut :
Tabel 4.5. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Perluasan Merek (X)
No Pertanyaan Skor Jawaban Total
1 2 3 4 5 6 7
1 Hasil perluasan merek Filma memiliki kesamaan dengan merek asalnya Filma dari segi ekonomis.
2 Reputasi yang dimiliki merek Filma baik di mata pelanggan. lebih seperti rasa yang gurih bagi anda saat menggunakannya.
Indikator pertama dari Perluasan Merek (Brand Extention) yaitu
Similarity, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 46 orang atau 42,6 %. Artinya, sebagian besar
responden menjawab agak setuju yaitu sebanyak 46 orang atau 42,6 %.
Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden
33 orang atau 30,6 %. Artinya, responden yang menjawab setuju yaitu
44
dengan jumlah responden 20 orang atau 18,5 %. Artinya, responden yang
menjawab netral sebanyak 20 atau 18,5 %.
Indikator kedua dari Perluasan Merek (Brand Extention) yaitu
Reputation, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 58 orang atau 53,7 %. Artinya, sebagian besar
responden menjawab agak setuju yaitu sebanyak 58 orang atau 53,7 %.
Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden
27 orang atau 25 %. Artinya, responden yang menjawab setuju yaitu
sebanyak 27 orang atau 25 %. Dan terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
dengan jumlah responden 15 orang atau 13,9 %. Artinya, responden yang
menjawab netral sebanyak 15 orang atau 13,9 %.
Indikator ketiga dari Perluasan Merek (Brand Extention) yaitu
Perceived Risk, mendapat respon terbanyak pada skor 5 dengan jumlah responden sebanyak 54 orang atau 50 %. Artinya, sebagian besar
responden menjawab agak setuju yaitu sebanyak 54 orang atau 50 %.
Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden
26 orang atau 24,1 %. Artinya, responden yang menjawab setuju yaitu
sebanyak 26 orang atau 24,1 %. Dan terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
dengan jumlah responden 21 orang atau 19,4 %. Artinya, responden yang
menjawab netral sebanyak 21 orang atau 19,4 %.
Indikator keempat dari Perluasan Merek (Brand Extention) yaitu
responden menjawab agak setuju yaitu sebanyak 33 orang atau 30,6 %.
Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 6 dengan jumlah responden
30 orang atau 27,8 %. Artinya, responden yang menjawab setuju yaitu
sebanyak 30 orang atau 27,8 %. Dan terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
dengan jumlah responden 19 orang atau 17,6 %. Artinya, responden yang
menjawab netral sebanyak 19 orang atau 17,6 %.
4.2.2. Deskripsi Variabel Loyalitas Merek (Y)
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada
pelanggan (masyarakat di Surabaya) merek Filma yang membeli dan
memakai merek tersebut lebih dari 1x dalam 1 bulan terakhir yang
berjumlah 108 orang responden serta bersedia mengisi kuesioner diperoleh
jawaban sebagai berikut :
Tabel 4.6. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Variabel Loyalitas Merek (Y)
No
Pertanyaan Skor Jawaban Total
1 2 3 4 5 6 7
1 Anda menerima merek Filma sebagai merek merek Filma dan tidak menggunakan merek
Indikator pertama dari Loyalitas Merek (Brand Loyalty) yaitu
46
dengan jumlah responden sebanyak 37 orang atau 34,3 %. Artinya,
sebagian besar responden menjawab setuju yaitu sebanyak 37 orang atau
34,3 %. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5 dengan jumlah
responden 29 orang atau 26,9 %. Artinya, responden yang menjawab agak
setuju yaitu sebanyak 29 orang atau 26,9 %. Dan terbanyak ketiga terdapat
pada skor 7 dengan jumlah responden 22 orang atau 20,4 %. Artinya,
responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 22 atau 20,4 %.
Indikator kedua dari Loyalitas Merek (Brand Loyalty) yaitu
Personal Fortitude, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 48 orang atau 44,4 %. Artinya, sebagian besar
responden menjawab setuju yaitu sebanyak 48 orang atau 44,4 %.
Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5 dengan jumlah responden
40 orang atau 37 %. Artinya, responden yang menjawab agak setuju yaitu
sebanyak 40 orang atau 37 %. Dan terbanyak ketiga terdapat pada skor 4
dengan jumlah responden 14 orang atau 13 %. Artinya, responden yang
menjawab netral sebanyak 14 orang atau 13 %.
Indikator ketiga dari Loyalitas Merek (Brand Loyalty) yaitu
Bonding With the Product or Company, mendapat respon terbanyak pada skor 6 dengan jumlah responden sebanyak 51 orang atau 47,2 %. Artinya,
sebagian besar responden menjawab setuju yaitu sebanyak 51 orang atau
47,2 %. Kemudian terbanyak kedua terdapat pada skor 5 dengan jumlah
responden 33 orang atau 30,6 %. Artinya, responden yang menjawab agak