Melalui Facebook)
SKRIPSI
Oleh :
DININTA SEPTIANTI HAPSARI
NPM. 0743010203
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Disusun oleh :
DININTA SEPTIANTI HAPSARI NPM. 0743010203
Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui, Dosen Pembimbing,
Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1
Mengetahui, DEKAN
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 1 95507 181 983 022 001
iii Oleh :
DININTA SEPTIANTI HAPSARI NPM. 0743010203
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 1 Desember 2010
Dosen Pembimbing Tim Penguji : 1. Ketua
Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si Ir. Didiek Tranggono, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1 NIP. 19581225 19900 1001
2. Sekretaris
Dra. Diana Amelia, M.Si NIP. 19630907 199103 2001
3. Anggota
Yuli Candrasari, S.Sos, M.Si NPT. 3 7107 94 0027 1
Mengetahui, DEKAN
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya, Skripsi yang berjudul MOTIF REMAJA DALAM SHOPPING ONLINE MELALUI FACEBOOK dapat penulis susun dan selesai sebagai wujud pertanggung jawaban atas
terlaksananya kegiatan perkuliahan penulis.
Dalam proses penyelesaian Skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada pihak-pihak berikut ini:
1. Dra. Hj. Suparwati.M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.
2. Juwito, S.Sos, M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
3. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.
4. Dosen Pembimbing Skripsi Penulis, Ibu Yuli Candrasari, S.Sos, M.si,.
Terima kasih atas bantuan Ibu dalam penyusunan Proposal Skripsi ini. 5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan
FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.
6. Orang Tua penulis, Kakak, Adek, terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini yang telah memberikan semangat kepada penulis.
v
8. Seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan atas keterbatasan halaman ini, untuk segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis ucapkan terima kasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik maupun saran penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.
Surabaya, 15 November 2010
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 10
1.4 Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
2.1 Landasan Teori ... 12
2.1.1 Internet sebagai Media Transisional ... 12
2.1.2 Situs Facebook ... 16
2.1.3 Remaja Perempuan dalam menggunakan Facebook ... 19
2.1.4 Computer Mediated Communication (CMC) ... 22
2.1.5 Technological Determinism Theory ... 27
2.2 Kerangka Berpikir... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.4 Teknik Analisis Data... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 44
4.1 Gambaran Umum Objek dan Penyajian data... 44
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian... 44
4.1.1.1 Facebook ... 44
4.1.1.2 Aplikasi Online Shop Pada Facebook... 46
4.1.2 Identitas Informan ... 47
4.1.3 Penyajian Data dan Analisis Data ... 48
4.1.3.1 Pengetahuan Remaja Tentang Online Shop... 48
4.1.3.2 Motif Remaja Di Surabaya Dalam Shopping Online Melalui Facebook... 51
4.1.3.3 Intensitas Waktu Dalam Belanja Online ... 62
4.1.3.4 Manfaat Shopping Online Pada Facebook... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
5.1 Kesimpulan ... 67
5.2 Saran... 68
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2. Transkrip Wawancara Informan 1 ... 71
Lampiran 3. Transkrip Wawancara Informan 2 ... 73
Lampiran 4. Transkrip Wawancara Informan 3 ... 75
Lampiran 5. Transkrip Wawancara Informan 4 ... 77
Lampiran 6. Transkrip Wawancara Informan 5 ... 79
ix
DALAM BELANJA ONLINE MELALUI FACEBOOK (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Motif Remaja Dalam Belanja Online Melalui Facebook)
Penelitian ini berdasarkan adanya fenomena gaya hidup Shopping Online (Belanja Online) remaja yang di Surabaya melalui Facebook. Hal ini terkait dengan gaya hidup remaja sekarang yang masih berada pada tahap pencarian identitas diri, jadi banyak meniru apa yang dilihat dan didengar melalui media. Jika ada barang model baru seperti pakaian, handphone, tas, sepatu, dan jam tangan, mereka akan berlomba-lomba satu sama lain untuk mendapatkan barang tersebut untuk menunjang eksistensinya.
Penelitian menaruh perhatian pada gaya hidup remaja dalam melakukan Shopping Online melalui Facebook, baik berupa alasan, sifat, topik maupun nilai-nilai dalam melakukan hal tersebut. Teori yang digunakan adalah Computer Mediated Communications ( CMC ) dan Technological Determinism Theory.
Metode dalam penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, yaitu sebuah metode yang lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, menyajikan secara langsung hubungan antara peneliti dengan objek peneliti, lebih peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Teknik analisis data dalam penelitian ini ialah metode deskriptif, yaitu data yg dikumpulkan berupa kata-kata.
Hasil penelitian ialah dapat mengetahui Motif Remaja di Surabaya dalam melakukan Shopping Online melalui Facebook yaitu untuk eksistensi diri, mencari barang-barang baru.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan
sebagai alat informasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan. Saat ini, pengguna intenet banyak didominasi oleh pelajar dan mahasiswa
karena dengan kecanggihan teknologi internet dapat diakses kapan saja melalui media handphone ataupun memakai fasilitas wi-fi.
Menurut Supriyanto, dengan adanya internet saat ini rasanya
manusia yang menggunakannya seolah bisa “menggenggam dunia” (2005 : 15). Karena segala sesuatu yang dibutuhkan tersedia pada
internet baik yang gratis maupun membayar, dengan internet manusia bisa melakukan komunikasi data teks, gambar, video, suara bahkan komunikasi audio-visual secara langsung. Dengan internet pula
memungkinkan orang berbicara kepada berbagai orang di berbagai negara di seluruh dunia dan tentunya untuk berkomunikasi dengan
berbagai orang tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal seperti telepon.
Tidak dapat dipungkiri dunia maya mulai berkembang dalam
kehidupan dunia nyata, hal ini dibuktikan dengan survey menurut Houghton dalam Tjiptono, perkembangan internet terus berlangsung
sehingga semakin banyak pula bermunculan situs-situs baru yang dapat
diakses oleh para pengguna internet dan mereka berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan user yang sebanyak-banyaknya untuk mengakses
internet.
Belanja telah berkembang dengan pertumbuhan teknologi. Menurut penelitian yang ditemukan dalam Journal of Electronic
Commerce (2007), jika kita berfokus pada karakteristik demografis
pembelanja di-rumah, secara umum, semakin tinggi tingkat pendidikan,
pendapatan, dan pekerjaan dari kepala rumah tangga, maka konsumen akan mempersepsi bahwa belanja online lebih menguntungkan daripada belanja di toko. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam sikap
konsumen terhadap belanja non-toko adalah paparan teknologi, karena telah menunjukkan bahwa peningkatan eksposur untuk meningkatkan teknologi kemungkinan mengembangkan sikap positif terhadap belanja
baru dengan teknologi internet.
Belanja Online memperluas target untuk pria dan wanita dari kelas
menengah. Pada awalnya, para pengguna utama dari belanja online adalah orang-orang muda dengan tingkat pendapatan yang tinggi dan pendidikan universitas. Tetapi sekarang sudah berubah, sebagai contoh
di Amerika Serikat pada tahun-tahun awal internet ada sedikit perempuan pengguna, tetapi pada tahun 2001 konsumen yang
keputusan pembelian mereka, sementara wanita terutama remaja putri
lebih sering melakukan shoping online demi menuruti kemauan mereka untuk gaya hidup jaman sekarang.
Sebagian besar konsumen, memilih shopping online untuk lebih cepat dan lebih efisien pengalaman belanja. Satu keuntungan dari shopping online adalah mampu dengan cepat mencari penawaran untuk
barang atau jasa dengan vendor yang berbeda (meskipun beberapa search engine lokal benar-benar ada untuk membantu konsumen
menemukan barang untuk dijual di toko-toko terdekat). Search engine, layanan perbandingan harga online yang dapat digunakan untuk mencari penjual suatu produk atau jasa tertentu.
Pesatnya jaringan internet secara tidak langsung membawa fenomena baru atau gaya hidup baru di kalangan masyarakat yang suka memanfaatkan fasilitas internet, salah satunya adalah shopping online.
Seperti diketahui banyak barang kebutuhan, fashion, elektronik yang ditawarkan di internet dan menawarkan kemudahan dalam cara
berbelanja dan pembayaran.
Budaya belanja online yang sebelumnya telah melanda negeri jiran seperti Singapura dan Malaysia, sebentar lagi juga akan melanda
Indonesia. Pasalnya, masyarakat Indonesia dinilai telah akrab dengan penggunaan internet. Jumlah pengguna internet di Indonesia dari tahun
awal berkembangnya penggunaan internet ke arah baru, yakni belanja
online. Selain itu, "Pertumbuhan internet di Indonesia terbesar ketiga di dunia. Sementara pengguna facebook yang sekarang mencapai 14,6 juta
orang di Indonesia terbesar keempat di dunia. Melihat hal itu, dalam waktu dekat belanja online sepertinya akan menjadi fase baru masyarakat internet Indonesia.
Keunggulan facebook dalam hal ini adalah Facebook termasuk dalam kategori situs jejaring sosial seperti Friendster, MySpace,
Multiply, twitter, blog, dll yang menyediakan media bagi para penggunanya untuk saling bertukar informasi dan berinteraksi.
Luar biasa sekali, ternyata untuk urusan Facebook, Indonesia
menempati posisi ke-7 pada tahun 2007 kategori jumlah member. Ini membuktikan situs jejaring sosial buatan Mark Zuckerberg ini telah berhasil merebut simpati masyarakat Indonesia, walaupun keberhasilan
ini apakah sesuatu yang mesti dibanggakan atau tidak tapi setidaknya posisi 7 di Dunia untuk pengguna Facebook dengan total member
11,759,980 sebagai bukti bahwa rakyat Indonesia menyukai situs pertemanan ini. Kemudian, di awal Agustus 2010 jumlah pengguna facebook di indonesia sudah mencapai 500 juta. Hal ini membuat
Sebagaimana yang telah dituliskan di atas bahwa facebook sebagai
salah satu bentuk media sosial online memberikan banyak keuntungan bagi penggunanya diantarnya adalah memudahkan dalam bertukar
informasi. Pertukaran informasi tersebut tidak hanya berupa informasi pribadi tetapi sekarang ini informasi yang diberikan juga berupa penawaran suatu produk atau jasa. Bisa dikatakan bahwa facebook telah
menjadi “iklan” bagi penggunanya untuk mengenalkan dan menawarkan .produk atau jasa yang dimilikinya. Melalui facebook, para shopholic
sebutan bagi para para pengguna media oline berbelanja, bisa menjelajahi bahkan mendapatkan informasi berbagai jenis barang yang ditawarkan dengan mudah.
Shopping online menyuguhkan beberapa jenis kebutuhan konsumen dalam bentuk yang praktis. Mulai dari segi penjualan hingga transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Di
Shopping Online, user dapat memilih segala kebutuhannya dengan melihat foto yang telah di desaign dengan konsep katalog yang hanya
menampilkan bentuk, bahan, dan harga barang tesebut. Apabila user tertarik dan ingin membeli barang tersebut, hanya dengan melakukan transaksi dengan cara memesan barang melalui pesan di akun tersebut
atau melalui pesan ke nomor telepon yang telah dicantumkan. Setelah terjadi kesepakatan barang yang di pesan dan kapan barang tersebut
Menurut Jurnal Women and Social Media Study (2009), sebuah
penelitian di Amerika menjelaskan bahwa sebanyak 83 % wanita pada usia 18 – 26 tahun menggunakan media sosial seperti facebook, twitter,
blog, my space. Dalam media sosial tersebut mereka tidak hanya membicarakan tentang pendidikan, gosip, seks, bisnis, gaya hidup, fashion, tetapi mereka juga membicarakan tentang shopping. Dua
sampai tiga kali dalam seminggu mereka mengakses media sosial tersebut. Yang biasa dilakukan mereka dalam media sosial facebook
adalah membuat status, memberi komentar pada status temannya ataupun saling memberikan informasi. Sebanyak 68% dari mereka yang menggunakan facebook membahas tentang shopping online pada
facebook. Pemilik akun online shop pada facebook dapat dengan mudah untuk mempromosikan barang yang di jual, hanya upload foto dan menandai foto tersebut ke semua friend list secara random. Setelah itu,
tidak lupa mereka mencantumkan harga, bahan dasar, kualitas dari barang yang dijual serta bagaimana cara pemesanan dan pembayarannya.
Karena berbelanja online melalui facebook dianggap sudah cukup efisien, mereka tidak perlu keluar dari rumah jika ingin membeli barang yang diinginkan.
Kelompok remaja merupakan pihak yang menjadi sasaran utama dari para produsen di dalam memasarkan produknya. Hal ini
terbujuk rayuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis, dan
cenderung boros dalam menggunakan uangnya. Sifat-sifat remaja inilah yang kemudian di manfaatkan oleh para produsen, tidak terkecuali
adalah para facebooker yang ingin memasarkan produknya kepada konsumen melaui media facebook.
Apalagi di masa sekarang di mana teknologi sudah berkembang
pesat, termasuk perkembangan dari dunia maya. Sebagaimana sifat teknologi bahwa teknologi diciptakan untuk memberikan kemudahan
dalam kehidupan manusia, maka demikian halnya dengan internet. Menyadari akan kemudahan dan beragamnya manfaat yang diperoleh para pengguna internet maka saat ini semakin banyak produsen atau para
pebisnis menawarkan produknya melalui internet.
Beberapa penelitian juga menujukkan bahwa pada dasarnya terdapat perbedaan pola belanja antara remaja putra dengan remaja putri
(Putra, Adit, 2009). Perbedaan tersebut diantaranya adalah bahwa remaja pria ketika melakukan belanja mudah terpengaruh oleh bujukan
penjual, kurang teliti dan sabar dalam memilih barang, dan sering terburu-buru dalam mengambil keputusan membeli. Sedangkan sifat remaja putri dalam berbelanja menurut penelitian tersebut adalah:
remaja putri lebih tertarik pada warna dan model atau bentuk, jadi jarang mempertimbangakan apakah barang tersebut bermanfaat atau tidak
maka bisa disimpulkan bahwa sebenarnya antara remaja pria dengan
remaja putri sebenarnya senang melakukan belanja dan cenderung konsumtif. Selain itu juga karena perbedaan pola dan sifat dalam belanja
tersebut maka bisa jadi akan terjadi pula motif remaja pria dengan motif remaja putri dalam melakkan belanja online khususnya di media sosial facebook.
Remaja memiliki keinginan besar untuk diterima dalam lingkungan baru. Pada situs-situs jejaring sosial seperti Facebook, seseorang merasa
diterima menjadi bagian dari sebuah komunitas besar. Remaja sangat ingin mendapatkan tempat dalam lingkungan yang diinginkannya. Oleh sebab itu, ia lebih mudah bersikap terbuka dan berkompromi dengan
keinginan calon temannya. Dengan kata lain mereka lebih mudah membina kepercayaan dalam berinteraksi. Kepercayaan ini membantu remaja mengeksplor perasaan mereka sendiri, mendefinisikan identitas
mereka, dan memvalidasi harga diri mereka (Papalia, dkk. Hal : 620). Meskipun kebanyakan remaja mengalami transisi dari masa anak ke
masa dewasa yang lebih positif dibandingkan dengan yang digambarkan oleh orang dewasa dan media, banyak juga remaja sekarang ini yang tidak memperoleh cukup kesempatan dan dukungan untuk menjadi
orang dewasa yang kompeten ( Lerner, Entwisle, & Mauser, 1994 ; Takanishi, 1993 ). Melalui media, remaja masa kini dihadapkan pada
didengar melalui media, termasuk media sosial. Tidak heran jika
kemudian remaja mudah untuk “tergoda” untuk melakukan belanja online guna memenuhi gaya hidupnya. Terbukti banyak kemudian
remaja yang melakukan belanja online karena daya tarik promosi produk yang mereka dapatkan dengan mudah di akun facebook yang dimilikinya tanpa harus browsing pada website yang menawarkan
shopingonline. Hal ini terbukti dengan adanya komunitas online shopping dimana anggotanya adalah para remaja dengan status pelajar
dan mahasiswa. Bagi produsen, kelompok remaja adalah salah satu pasar yang potensial. Alasannya antara lain karena pola konsumsi seseorang terbentuk pada usia remaja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
ada perbedaan pola belanja antara remaja laki-laki dan remaja putri. Bisa jadi ini akan berdampak pada perbedaan motif remaja putri dan remaja putra dalam melakukan belanja online.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap fenomena maraknya
belanja online melalui media sosial facebook. Peneliti memilih user Facebook khususnya remaja sebagai obyek penelitian. Selain itu juga hal ini terkait dengan gaya hidup remaja sekarang yang masih berada pada
tahap pencarian identitas diri, jadi banyak meniru apa yang dilihat dan didengar melalui media. Jika ada barang model baru seperti pakaian,
eksistensinya. Dengan karakteristik facebook yang menarik dan mudah
dalam mendapatkan informasi tentang suatu produk tanpa harus browsing dalam mendapatkan informasi tentang sebuah produk
menawarkan produk. Melalui facebook segala kebutuhan yang diinginkan cepat dan instan.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang diajukan adalah: Bagaimana motif
remaja dalam melakukan shopping online di facebook ?
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
motif user facebook yang lebih di spesifikasikan kepada remaja dalam melakukan Shopping Online.
I.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap konsep
2. Manfaat Praktis
Kegunaan praktis yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah agar pihak-pihak yang tertarik dalam kajian masalah yang sama dapat
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Internet sebagai Media Transisional
Keberadaan internet seperti sekarang ini, sebagai media baru tentunya tidak terlepas dari awal dibuatnya internet yang waktu itu internet
berawal dari sebuah jaringan yang disebut ARPANET (Advance Research Projects Agency Network) yang dibuat sekitar tahun 1980. ARPANET ini
merupakan proyek dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat yang mula-mula hanya menghubungkan para peneliti diberbagai pusat komputer yang terpencil sehingga memungkinkan mereka salingberbagi informasi
perangkat keras dan lunaknya. Di awal tahun 1980 ARPANET pecah menjadi dua jaringan yakni ARPANET dan Milnet, yaitu suatu jaringan militer rahasia. Perkembangan jaringan komputer yang sangat pesat, maka
jaringan computer ini tidak dapat lagi disebut ARPANET karena semakin banyak komputer dan jaringan-jaringan regional yang terhubung. Konsep
ini yang kemudian berkembang dan dikenal sebagai konsep Internetworking. Oleh karena itu istilah internet menjadi semakin popular,
dan orang menyebut jaringan besar computer tersebut dengan istilah
Mengkategorikan internet ke dalam salah satu bentuk media massa
yang ada sekarang ini memang tidaklah mudah karena internet menawarkan potensi komunikasi yang lebih terdesentralisasi dan lebih
demokratis dibandingkan yang ditawarkan oleh media massa sebelumnya (Supriyanto, 2005:445) karena itulah banyak pakar menyebut internet sebagai media transisional. Berikut beberapa cirri dari internet yang biasa
dikatakan sebagai media transaksional menurut McManus dalam Severin dan Tankard (2005 : 4) :
1. Teknologi yang dahulu berbeda dan terpisah seperti percetakan dan penyiaran sekarang bergabung dalam internet.
2. Internet merupakan pergeseran dari kelangkaan media menuju media
yang melimpah.
3. Internet merupakan pergeseran dari mengarah kepuasan massa audiens kolektif menuju kepuasan grup atau individu.
4. Internet merupakan pergeseran dari media satu arah ke media interaktif
Ciri lain dari internet adalah interaktivitas yaitu kemampuan
pengguna untuk berkomunikasi secara langsung dengan komputeer dan memiliki dampak pada pesan apapun yang sedang dibuat, program – program yang dapat digunakan dalam berinteraksi dengan orang lain
internet sebagai media informasi dan komunikasi mereka. Interaktivitas
yang lebih besar dalam internet akan terjadi dengan cara pemberian informasi daripada dengan persuasi, lebih banyak kontrol oleh pengguna,
lebih banyak aktivitas oleh pengguna, bukan komunikasi satu arah tapi dua arah, komunikasi terjadi pada waktu–waktu yang fleksibel dan komunikasi terjadi di tempat yang tidak sebenarnya. ( Severin dan Tankard,
2005:448-449 )
Transisi dari internet ke lingkungan multimedia dan evolusi media
1. Cats ( Hiburan )
Internet digunakan untuk mencari gambar-gambar lucu, mencari hal-hal yang dapat memberikan kesenangan
2. Social Networks
Internet merupakan jaringan sosial untuk mencari teman baru secara acak dari berbagai tempat
3. Pornografi
4. Fails ( mengatasi kegagalan )
Melalui internet seseorang dapat membangun rasa percaya diri di saat sedang mengalami depresi atau dapat juga dikatakan untuk
mengatasi jika sedang mengalami kegagalan. 5. Knowledge search
Internet, selain untuk mencari tahu tentang gosip artis seputar gaya
hidup artis tersebut 6. Productivity
Setelah kebutuhan-kebutuhan telah terpenuhi, pengguna internet dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih produktif
2.1.2 Situs Facebook
FACEBOOK merupakan website jaringan sosial, dimana para penggunanya dapat bergabung dalam suatu komunitas seperti kota, pekerjaan, sekolah dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi
satu sama lain. Pengguna juga dapat menggunakan daftar teman mereka, mengirim pesan, dan memperbaharui profil pribadinya agar penggguna
lain dapat melihat secara lebih detail. Facebook merupakan salah satu dari sekian banyak situs jaringan sosial yang beberapa tahun terakhir ini berhasil menarik perhatian para pengguna internet, yang dimaksud
jaringan social atau biasa disebut social networking adalah fasilitas teknologi yang dibuat untuk bersosialisasi di internet, apabila dahulu kita
teman lewat internet dan bias dilakukan tanpa tatap muka secara langsung.
Hal itulah yang menarik minat pengguna internet karena konsep ini menawarkan sesuatu yang lain dibandingkan situs-situs lainnya dan yang
paling digemari dari situs ini adalah mereka bisa berinteraksi dengan orang lain dengan membuat jaringan pertemanan online, dengan cari mencari teman baru lewat jaringan pertemanan yang dimiliki teman kita yang lain.
Jadi ada keterkaitan antara kita dan teman-teman kita tersebut.
Pada Juli 2007, facebook memiliki jumlah pengguna terdaftar
paling besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia. Dari September 2006 hingga September 2007, peringkatnya naik dari posisi
ke-60 ke posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi, dan merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika Serikat, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya.
Kemudiaan, awal Agustus 2010 ini Indonesia masuk ranking 3 pengguna Facebook terbanyak. Facebook telah mengumumkan jumlah
akun penggunanya yang mencapai 500 juta. Sayangnya, situs yang paling digawangi oleh Mark Zuckenberg ini tidak memperinci negara-negara mana saja yang menyumbangkan kontribusi besar dalam total akun
tersebut. Situs Royal Pingdom mencoba untuk membeberkan secara detail negara-negara pengakses Facebook terbanyak. Royal Pingdom
online., menyatakan bahwa 550 juta akun menyambangi Facebook setiap
bulan. Angka ini melampaui data yang dirilis oleh facebook. Dengan perhitungan 550 juta akun ini, Royal Pingdom mencatat negara-negara
yang mendongkrak jumlah akun jejaring sosial ini. Sepuluh negara yang ada di Facebook nyatanya telah menyumbang 58 persen dari total pemilik akun di Facebook. Indonesia ada di peringkat ketiga setelah Amerika
Serikat dan Inggris.
Saat ini Facebook tidak hanya dimanfaatkan sebagai situs untuk
menambah teman dari berbagai kota maupun negara. Tetapi, Facebook sudah berkembang digunakan untuk berbisinis seperti Online shop. Pada Online Shop ini terdapat berbagai macam barang yang di jual, seperti :
pakaian, sepatu, parfum, tas ,dll. Para user Facebook, khususnya remaja putri yang berbelanja pada Online Shop tidak perlu lagi repot untuk pergi ke mall atau toko untuk membeli barang yang di sukai. Namun saat ini
user dapat melakukan semua tansaksi jual beli melalui media internet atau sering disebut dengan Shopping Online. Hal ini sesuai dengan teori
Computer Mediated Communication, yaitu teori yang terkait dengan penggunaan jaringan computer sebagai medium tengah antara sumber dengan penerima yang merupakan pengguna teknologi yang dihasilkan
Adapun kebutuhan – kebutuhan yang dapat mendorong seseorang
untuk menggunakan media tertentu antara lain adalah kebutuhan yang bersifat fisiologis yang menurut pendapat Maslow di dalam bukunya yang
berjudul Motivation and Personality (1995) mengatakan bahwa kebutuhan
– kebutuhan fisiologis memiliki pengaruh yang cukup besar pada tingkah
laku manusia hanya dapat dibenarkan sejauh kebutuhan – kebutuhan
tersebut itu tidak terpuaskan. Kebutuhan-kebutuhan itulah yang akhirnya
menimbulkan motif seseorang untuk menggunakan media tertentu, adapun
menurut Thornburg (Effendy, 2000 : 34) motif merupakan sesuatu yang menggerakkan tingkah laku, selain itu motif juga memberikan arah bagi tingkah laku yang juga dapat menimbulkan intensitas dalam bertindak,
serta merupakan kunci pemuas kebutuhan. Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Individu merespon kebutuhan tersebut dengan tingkah laku, bertindak untuk memenuhi kebutuhan
tersebut memenuhi kebutuhan tersebut melalui penggunaan media.
2.1.3 Remaja Dalam Menggunakan Facebook
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam http://rumahbelajarpsikologi.com /2009/05/23/remaja.). Banyak tokoh
yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan
remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui
pengertian masa remaja (adolescence). (http://rumahbelajarpsikologi.com /2009/05/23/remaja)
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi
kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi
memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa
transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams & GullotTa (dalam http://rumahbelajarpsikologi.com /2009/05/23/remaja) masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun.
Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh
Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Papalia & Olds (2001)
bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi
perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua
dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami
namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis
misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir
secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara
kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia
dan Olds, 2001, dalam http://rumahbelajarpsikologi.com /2009/05/23/remaja).
Seorang peneliti Carol Giligan (1990), mengungkapkan bahwa
seorang anak mengungkapkan secara konsisten pengetahuannya tentang hubungan manusia yang didasari oleh kemampuan mendengar dan melihat
masa remaja. Meskipun kebanyakan remaja mengalami transisi dari masa
anak ke masa dewasa yang lebih positif dibandingkan dengan yang digambarkan oleh orang dewasa dan media, banyak juga remaja sekarang
ini yang tidak memperoleh cukup kesempatan dan dukungan untuk menjadi orang dewasa yang kompeten ( Lerner, Entwisle, & Mauser, 1994 ; Takanishi, 1993 ). Melalui media, remaja masa kini dihadapkan pada
pilihan gaya hidup yang kompleks. Dapat disimpulkan bahwa, remaja pada saat ini masih berada pada tahap pencarian identitas diri, jadi banyak
meniru apa yang dilihat dan didengar melalui media.
Berdasarkan penelitian dari Woman and Social Media Study (2009), sebanyak 68% remaja perempuan membahas tentang shopping
online pada facebook. Untuk menunjang eksistensinya mereka saling berlomba untuk mendapatkan barang model terbaru, mulai dari pakaian, sepatu, tas, dan handphone. Dengan melakukan shopping online pada
facebook, mereka cepat sekali mendapatkan info tentang fashion yang sedang tren saat ini.
2.1.4 Computer Mediated Communication (CMC)
Kini internet telah menjadi salah satu mediator manusia untuk saling berkomunikasi dan berhubungan; atau yang disebut Computer Mediated Communications (CMC), yaitu interaksi antar manusia melalui
komputer, melibatkan orang-orang, berada dalam konteks yang terbatas,
dan saling berkaitan dalam proses membentuk media untuk tujuan yang beraneka ragam. Salah satu perangkatnya adalah Groupware, yang dapat
memudahkan untuk komunikasi bersama dan update real time ( segera dan saat itu juga). Keuntungan dengan adanya Groupware adalah setiap orang dapat mengerjakan apa pun, dimana saja, kapan saja, meskipun antara
anggota terpisah jarak, jadi lebih efisien biaya dan waktu. CMC melibatkan pertukaran informasi dalam format tekstual, audio dan atau
video yang dikirim dan dikendalikan menggunakan komputer dan teknologi komunikasi.
Jadi pengetahuan tentang Teori dan fenomena Computer Mediated
Communication sangat penting untuk kolaborasi melalui internet. Salah satu media yang paling efektif digunakan untuk bekerja sama adalah internet. Pada kondisi sosial tertentu, dengan adanya teknologi
orang-orang yang berbeda tempat dapat berkomunikasi dengan baik satu sama lain tanpa harus bertatap muka ( Walther, 1997 ).
Berdasarkan definisi John December (1997), yang dimaksud dengan Computer Mediated Communications adalah proses komunikasi manusia melalui komputer, melibatkan orang-orang, berada dalam konteks
yang terbatas, dan saling berkaitan dalam proses membentuk media untuk tujuan yang beraneka ragam. Sedangkan Susan Herring (1996)
(Thurlow, Lengel & Tomic, 2004). Dan dengan perkembangan waktu dan
era modernisasi, keberadaan internet benar-benar menjawab dan mengaplikasikan definisi-definisi CMC di atas. Menurut pakar Computer
Mediated Communications yaitu Joseph Walther dan Malcolm Parks, berikut merupakan bentuk teknologi internet yang cenderung menarik di Computer Mediated Communications (Thurlow, Lengel & Tomic, 2004) :
• E-mail, listserve dan mailing list • Newsgroup, bulletin board dan blog
• Internet relay chat dan instant messaging • Metaworld dan visual chat
• Personal homepage dan webcam
Dan saat ini banyak sekali perusahaan-perusahaan media online yang membuka sarana atau wadah untuk menggalakkan tren CMC ini kepada khalayak luas. Diantaranya adalah Yahoo, Google!, Hotmail, MSN,
Friendster,OTCBB,MySpace,Facebook, Kaskus, Detik, TheBulletinBoard, Gmail, MIRC, Wikipedia,Tamil Chat, IndonesiaTopBlog, OkeZone, Hi5,
dan lain-lain.
Semakin meluasnya penggunaan media baru ini, otomatis memicu
para peneliti untuk menemukan dampaknya terhadap perilaku penggunanya. Dengan melalui berbagai macam metode riset baik survey,
penggunaan internet sebagai media baru dimana beberapa diantaranya
akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Perilaku Antisosial
Merupakan bentuk perilaku yang berlawanan dengan norma social yang berlaku di masyarakat, yang meliputi pelanggaran hukum maupun perilaku menyimpang. Berdasarkan penelitian, penggunaan
komputer terutama game yang mengandung kekerasan akan memberikan efek yang sama dengan terpaan kekerasan yang
ditampilkan di televisi. Hal ini akan membuat anak tidak dapat membedakan antara dunia nyata dan maya sehingga kekerasan dapat dipraktikkan dan menjadi hal yang biasa dalam kehidupannya
sehari-hari.
2. Computer Anxiety
Merupakan ketakutan terhadap computer atau disebut juga dengan
cyberphobia dan computerphobia. Orang-orang yang terkena efek ini kebanyakan adalah individu yang lemah dalam hal-hal teknis,
matematis dan biasanya pernah mengalami hal buruk dengan komputer, misalnya mengkonsumsi komputer berlebihan sehingga memicu penyakit vertigo, nausea dan keringat dingin. Cyberphobia
juga disebabkan karena adanya dorongan dari diri individu yang menolak komputer karena mereka takut mengacaukan komputer
perlindungan privasi yang dijanjikan provider internet, dan perasaan
bersalah yang berlebihan ketika gagal memecahkan masalah yang dihadapi dengan komputer.
3. Addiction
Kemampuan komputer untuk menampilkan audio dan visual secara interaktif membuat penggunanya untuk terus kembali dan
menggunakannya, baik sebagai hiburan maupun sebagai pemenuhan kebutuhan dalam mencari informasi. Pengguna komputer terutama
anak-anak cenderung ”ketagihan” ketika mereka mulai mengenal permainan komputer. Mereka asyik bermain, berpetualang di dunia maya dan melupakan tugas-tugas dan kehidupannya di dunia nyata.
Pengguna yang mengkonsumsi komputer diatas 4 jam termasuk dalam kategori heavy sehingga berpotensi untuk menjadi pecandu teknologi ini. Apabila sudah mengalami kecanduan, maka penggunanya tidak
tanggung-tanggung untuk menghasbiskan uang dan melakukan apapun demi mendapatkan dan terus memperoleh akses terhadap
komputer dan internet.
Ahli psikologi, Sherry Turkle memaparkan bahwa kekuatan komputer untuk memberikan efek ini tidak datang dari ekternalnya melainkan
dari apa yang dipelajari dan didapat pengguna ketika berinteraksi dengan komputer. Kecanduan akan muncul ketika pengguna merasa
mampu mengekspresikan diri dengan caranya sendiri serta mampu
mendapatkan pembenaran/justifikasi terhadap dirinya.
2.1.5 Technological Determinism Theory
Teori ini menjelaskan bahwa teknologi media membentuk individu bagaimana cara berpikir dan berperilaku dalam masyarakat. Teknologi
tersebut akhirnya mengarahkan manusia untuk bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi yang lain (Nurudin, 2003:174). Teori yang
dicetuskan pertama kali oleh McLuhan ini terkenal dengan pernyataannya bahwa “medium is the message” yang berarti bahwa dampak yang paling penting dari media komunikasi adalah bahwa media komunikasi
mempengaruhi kebiasaan persepsi dan berpikir kita (Sevevin dan Tankard, 2005:336).
Pada teori ini McLuhan berpikir bahwa budaya kita dibentuk oleh
bagaimana cara kita berkomunikasi. Adapun tahapan-tahapannya adalah sbagai berikut :
1. penemuan dalam teknologi komunikasi menyebabkan perubahan budaya
2. perubahan dalam jenis-jenis komunikasi akhirnya membentuk
3. manusia membentuk peralatan untuk berkomunikasi dan akhirnya
peralatan untuk berkomunikasi yang kita gunakan itu membentuk atau mempengaruhi kehidupan kita sendiri. (Nurudin, 2003:174)
Motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang suatu organisme yang berbuat sesuatu, sedikit banyaknya ada kebutuhan didalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak dicapai. Kebutuhan inilah yang
menyebabkan timbulnya motif yang mendorong aktivitas individu menggunakan media tertentu, artinya individu mencari pemuasan sejumlah
kebutuhan dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya (Gerungan, 2002:140-142).
Dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia
berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif, Menurut Basu Swasta dan Handoko (1997), motif - motif manusia dalam melakukan pembelian untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya dapat dibedakan atas:
1. Motif pembelian primer adalah motif yang menimbulkan perilaku pembelian terhadap kategori-kategori umum (biasa) pada suatu produk,
seperti membeli televisi dan pakaian.
2. Motif pembelian selektif adalah motif yang mempengaruhi tentang
model dan merek dari kelas-kelas produk, atau macam penjual yang dipilih untuk suatu pembelian. Motif ekonomi, status, keamanan, dan
3. Motif rasional adalah motif yang didasarkan pada kenyataan-kenyataan
seperti yang ditunjukkan oleh suatu produk kepada konsumen. Faktor yang dapat dipertimbangkan dapat berupa harga, kualitas, pelayanan,
ketersediaan barang, keawetan, ukuran, kebersihan efisiensi dalam penggunaan. Sebagai contoh: motif pembelian pada sepeda motor yang hemat bahan bakar, atau merek tertentu karena kualitasnya sudah
terpercaya.
4. Motif emosional adalah motif pembelian yang berkaitan dengan dengan perasaan atau emosi individu, seperti pengungkapan rasa cinta, kebanggaan, kenyamanan, kesehatan, keamanan dan kepraktisan.
Berdasarkan motif-motif inilah yang kemudian mendorong individu untuk memenuhi kebutuhannya dalam mengakses situs facebook.
Jadi dalam penelitian ini, penelitian ini hanya dibatasi pada motif yang mendorong individu untuk memenuhi kebutuhan melalui pola penggunaan
internet sebagai media dalam mengakses situs facebook dan membuka akun online shop untuk berbelanja. Dan disamping itu adanya tahap-tahapan dari dalam individu dalam mengambil sebuah keputusan membeli
atau berbelanja melalui shopping online. Menurut Philip Kotler ( 2001 ) Tahapan proses membeli merupakan sebuah pendekatan
1. Menganalisa kebutuhan dan keinginan.
Penganalisaan kebutuhan dan keinginan ini ditujukan terutama
untuk mengetahui adanya kebutuhan dan keinginan yang belum
terpenuhi atau terpuaskan. Jika kebutuhan dan keinginan diketahui,
maka konsumen atau user akan berusaha untuk memenuhinya. Dari
tahap inilah proses pembelian itu dimulai. Kebutuhan dipicu oleh
stimuli intern dan ekstern. Stimuli intern yakni dorongan yang
muncul dari diri dalam pribadi pembeli, sedangkan stimuli ekstern
adalah dorongan yang muncul dari pengaruh luar pembeli. Adanya
kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi tersebut sering
diketahui secara tiba-tiba pada saat konsumen sedang berjalan-jalan
ke toko atau berbelanja, melalui iklan dan kegiatan promosi
lainnya, maupun informasi dari orang lain.
2. Pencarian informasi dan penilain sumber-sumber
Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan
konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau
melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan tersebut. Pengaruh relatif dari sumber informasi ini
produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh pemasar.
Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam
mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk bagi pembeli. Misalnya, dokter pada
umumnya belajar mengenai obat baru cari sumber komersial, tetapi bertanya kepada dokter lain untuk informasi yang evaluatif.
3. Penilaian dan seleksi terhadap alternatif pembelian
Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam
perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk.
Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik
masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total
konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda
konsumen dan keputusan pembelian. Bagaimana konsumen
mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam
beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka
membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli sendiri;
kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian. Pemasar harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka mengetahui proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan
membeli. Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk
alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai
kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda menurut
mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut. Keempat,
harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap
terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian.
Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi
membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi
atau tidak sama sekali; mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli sendiri; kadang-kadang mereka
bertanya pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian. Pemasar harus mempelajari
pembeli untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka mengetahui proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar dapat membuat
langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan membeli.
4. Keputusan untuk membeli
membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai,
tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain,
yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang
diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian Dalam tahap evaluasi, konsumen
membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara
niat untuk membeli dan keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah
faktor situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-peristiwa
yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian 5. Tingkah laku pasca pembelian
Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil
tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak
produk tidak memenuhi harapan, konsumen merasa tidak puas, bila
memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa puas. Konsumen mendasarkan harapan
mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman dan sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya
ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini
menunjukkan bahwa pembeli harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan puas.
2.2 Kerangka Berpikir
Pada masa sekarang ini tidak bisa dipungkiri jika internet telah membawa banyak perubahan dan kemudahan dalam kehidupan manusia.
Tidak heran jika kemudian banyak individu dengan sangat cepat menggunakan internet dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk juga
remaja. Saat ini remaja merupakan pengguna internet terbesar. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa remaja dalam menggunakan internet khususnya pada media sosial lebih banyak membicarakan tentang bisnis,
pendidikan, sex, gossip, fashion, tetapi mereka juga membicarakan tentang shopping online. Sebanyak 68% dari mereka yang menggunakan facebook
Satu keuntungan dari belanja online adalah mampu dengan cepat
mencari penawaran untuk barang atau jasa dengan vendor yang berbeda (meskipun beberapa search engine lokal benar-benar ada untuk membantu
konsumen menemukan barang untuk dijual di toko-toko terdekat). Search engine, layanan perbandingan harga online yang dapat digunakan untuk mencari penjual suatu produk atau jasa tertentu.
Hal ini menunjukkan bahwa benar internet telah memberikan kemudahan dalam kehidupan manusia. Sebagaimana yang dikemukakan
oleh CMC Theory, bahwa melalui internet seseorang dapat dengan mudah berhubungan dengan siapa saja dan dimana saja tanpa harus bertatap muka jadi lebih efisien biaya dan waktu. Dalam menggunakan internet seseorang
sampai rela mengahabiskan uang atau waktunya untuk mencari informasi penting ataupun hanya sekedar mencari hiburan. Seperti hal nya dalam melakukan shopping online pada facebook, seseorang akan terus mencari
tahu produk-produk baru apa saja yang ditawarkan pemilik online shop. Media sosial online telah mampu mengubah perilaku individu
dalam berbelanja. Salah satunya adalah penggunaan facebook, saat ini facebook juga telah menjadi sarana yang ampuh dalam memasarkan suatu produk. Terbukti banyak pihak yang kemudian menggunakan facebook
sebagai alat untuk mengenalkan dan memasarkan produk-produknya. Dengan demikian para pengguna facebook dengan mudah mendapatkan
remaja, untuk membeli produk yang ditawarkan atau diinformasikan
dalam akun facebooknya.
Hal ini menunjukkan betapa media sosial online mampu mengubah
perilaku individu dan budaya individu dalam berbelanja. Sebagaimana yang diungkapkan oleh McLuhan dalam Technological Determinant Theorynya, bahwa teknologi akan mengubah dan membentuk ataupun
mempengaruhi pikiran manusia. Motif tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan seseorang untuk berbuat sesuatu yang hendak dicapai.
Kebutuhan itu lah yang menimbulkan motif yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas, seperti aktivitas dalam berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Seseorang didorong oleh motif
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan deskriptif, yakni penelitian yang memberikan gambaran atas uraian suatu keadaan sejernih mungkin, tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti (Kountur, 2003:53).
Metode ini merupakan suatu metode yang berupaya memberikan gambaran tentang suatu fenomena tertentu secara terperinci, sehingga
akhirnya diperoleh pemahaman yang lebih jelas tentang fenomena yang sedang diteliti.
Pendekatan yang digunakan ialah pendekatan kualitatif, yaitu suatu
pendekatan yang tidak menggunakan statistik dan menggunakan angka-angka tertentu. Hasil dari penelitian kualitatif ini tidak dapat
digeneralisasikan (membuat kesimpulan yang berlaku umum) atau bersifat universal. Jadi, hanya dapat berlaku pada situasi dan keadaan yang sesuaidengan situasi dan keadaan dimana penelitian yang serupa dilakukan
(Kountur, 2003:29).
Terdapat beberapa faktor pertimbangan dalam menggunakan
deskriptif kualitatif, yaitu pertama metode deskriptif kualitatif akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini kenyataannya ganda, kedua metode deskriptif kualitatif menyajikan secara langsung hubungan antara
peka serta dapat menyesuaikan diri dengan banyak pengaruh terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2002: 33).
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif bertujuan
untuk menggali atau menjelaskan makna dan realitas yang sedang terjadi. Dalam penelitian ini, akan digali tentang : motif remaja di surabaya dalam melakukan shopping online pada facebook.
3.2 Informan
Jenis penelitian ini adalah riset kualitatif. Riset kualitatif tidak bertujuan untuk membuat generalisasi hasil riset. Hasil riset lebih bersifat kontekstual dan kasuistik, yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu
sewaktu riset dilakukan. Karena itu pada riset kualitatif tidak dikenal istilah sampel. Sampel pada riset kualitatif disebut informan atau subjek penelitian (Kriyantono, 2007:161).
Pada penelitian ini, yang menjadi informan atau subjek penelitian yaitu :
1. Pengguna facebook di surabaya khususnya remaja yang melakukan shopping online
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan bentuk penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data penelitian ini sebagai
berikut:
1. Observasi dengan pengamatan berperan serta
Teknik yang digunakan dalam menggali data dari sumber data yang
berupa peristiwa, tempat, lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Teknik observasi berperan serta ialah terbukanya kesempatan bagi
peneliti untuk mengambil bagian nyata dalam kegiatan kelompok, atau bahkan mengikuti peristiwa yang tak dapat dilakukan bagi proses penelitian atau kegiatan ilmiah lainnya. Keuntungan lainnya yang
dimiliki, yaitu kesempatan untuk menangkap realitas dari pandangan seorang yang memang benar-benar terlibat dalam kasus yang sedang diteliti.
Dalam penelitian tentang kebahasaan, teknik observasi ini turut melibatkan peneliti dalam bercakap-cakap atau berbicara, dan
menyimak perihal yang dibicarakan atau diucapkan oleh sasaran pengamatan (informan penelitian). Pengamatan dilaksanakan di Facebook sebuah situs jejaring sosial di dunia maya yang banyak
digunakan oleh remaja untuk menunjang eksistensinya terutama dalam melakukan shopping online. Aktivitas Shopping Online yang terjadi di
disampaikan remaja di Surabaya pada fasilitas-fasilitas komunikasi dan
informasi (wall, info, comment) yang tersedia pada Facebook.
2. Wawancara Mendalam (In-Depth-Interview)
Dalam pernyataan Susan Stainback (1988:35) menyampaikan bahwa: “Interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained through observation”.
(“wawancara membuktikan jika peneliti dapat menerima pengertian
mendalam mengenai bagaimana partisipan menginterpretasikan situasi dan fenomena, daripada hanya melalui observasi”).
Selain itu, wawancara terdiri atas orang-orang yang dianggap
mengetahui, memahami permasalahan yang terjadi sesuai substansi penelitian sehingga dapat menghasilkan data berupa bahasa, tulisan, ataupun visual yang memungkinkan narasumber mendefinisikan
dirinya sendiri dan lingkungannya dengan menggunakan istilah-istilah mereka sendiri.
Melalui wawancara, maka peneliti mampu memperoleh data yang tidak dapat ditemukan hanya dengan observasi. Selain itu, peneliti dapat mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan
3. Studi Kepustakaan
Metode ini dilakukan untuk mendapatkan data - data sekunder yang mendukung seperti remaja putri dan teknologi, khususnya
berkaitan dengan media sosial online (Facebook), kajian tentang media sosial online serta termasuk juga motif remaja putri dalam melakukan Shopping Online.
3.4 Teknik Analisis Data
Patton mengungkapkan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Bogdan dan Taylor mendefinisikan
analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan olrh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan
hipotesis itu. (Moleong, 2001:103)
Terdapat langkah-langkah dalam menganalisis data (Moleong,
2001:105):
1. Data yang terkumpul dikategorikan dan dipilah-pilah menurut jenis datanya.
2. Melakukan seleksi terhadap data yang dianggap data inti yang berkaitan langsung dengan permasalahan dan yang hanya merupakan data
3. Menelaah, mengkaji, dan mempelajari lebih dalam data tersebut kemudian
melakukan interpretasi data untuk mencari solusi dalam permasalahan yang diangkat dalam penelitian.
Pada penelitian kualitatif ini, analisis data dilakukan semenjak awal penelitian. Dalam analisis ini dilakukan interpretasi berupa pemberian makna terhadap fakta sosial yang ada melalui keterkaitan antara berbagai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek dan Penyajian Data 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1.1 Facebook
FACEBOOK merupakan website jaringan sosial, dimana para penggunanya dapat bergabung dalam suatu komunitas seperti kota,
pekerjaan, sekolah dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi satu sama lain. Pengguna juga dapat menggunakan daftar teman mereka, mengirim pesan, dan memperbaharui profil pribadinya agar penggguna
lain dapat melihat secara lebih detail. Facebook merupakan salah satu dari sekian banyak situs jaringan sosial yang beberapa tahun terakhir ini berhasil menarik perhatian para pengguna internet, yang dimaksud
jaringan social atau biasa disebut social networking adalah fasilitas teknologi yang dibuat untuk bersosialisasi di internet, apabila dahulu kita
mencari teman lewat filateli maka dijaman internet ini kita bisa mencari teman lewat internet dan bias dilakukan tanpa tatap muka secara langsung. Hal itulah yang menarik minat pengguna internet karena konsep ini
menawarkan sesuatu yang lain dibandingkan situs-situs lainnya dan yang paling digemari dari situs ini adalah mereka bisa berinteraksi dengan orang
lain dengan membuat jaringan pertemanan online, dengan cari mencari
teman baru lewat jaringan pertemanan yang dimiliki teman kita yang lain.
Jadi ada keterkaitan antara kita dan teman-teman kita tersebut.
Pada Juli 2007, facebook memiliki jumlah pengguna terdaftar
paling besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia. Dari September 2006 hingga September 2007, peringkatnya naik dari posisi
ke-60 ke posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi, dan merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika Serikat, mengungguli situs publik lain
seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya.
Kemudiaan, awal Agustus 2010 ini Indonesia masuk ranking 3 pengguna Facebook terbanyak. Facebook telah mengumumkan jumlah
akun penggunanya yang mencapai 500 juta. Sayangnya, situs yang paling digawangi oleh Mark Zuckenberg ini tidak memperinci negara-negara mana saja yang menyumbangkan kontribusi besar dalam total akun
tersebut. Situs Royal Pingdom mencoba untuk membeberkan secara detail negara-negara pengakses Facebook terbanyak. Royal Pingdom
menggunakan data dari Google Ad Planer yang menyediakan data statistik online., menyatakan bahwa 550 juta akun menyambangi Facebook setiap bulan. Angka ini melampaui data yang dirilis oleh facebook. Dengan
perhitungan 550 juta akun ini, Royal Pingdom mencatat negara-negara yang mendongkrak jumlah akun jejaring sosial ini. Sepuluh negara yang
ada di Facebook nyatanya telah menyumbang 58 persen dari total pemilik
akun di Facebook. Indonesia ada di peringkat ketiga setelah Amerika
Serikat dan Inggris.
Saat ini Facebook tidak hanya dimanfaatkan sebagai situs untuk
menambah teman dari berbagai kota maupun negara. Tetapi, Facebook sudah berkembang digunakan untuk berbisinis seperti Online shop. Pada Online Shop ini terdapat berbagai macam barang yang di jual, seperti :
pakaian, sepatu, parfum, tas ,dll. Para user Facebook, khususnya remaja putri yang berbelanja pada Online Shop tidak perlu lagi repot untuk pergi
ke mall atau toko untuk membeli barang yang di sukai. Namun saat ini user dapat melakukan semua tansaksi jual beli melalui media internet atau sering disebut dengan Shopping Online. Hal ini sesuai dengan teori
Computer Mediated Communication, yaitu teori yang terkait dengan penggunaan jaringan computer sebagai medium tengah antara sumber dengan penerima yang merupakan pengguna teknologi yang dihasilkan
oleh internet atau computer.
4.1.1.2 Aplikasi Online Shop pada Facebook
Online Shop pada facebook, biasanya terdapat beberapa aplikasi yang dapat dibuka ataupun dilihat oleh user facebook yang lain untuk
memesan barang yang dipilih. Aplikasi tersebut sangat penting untuk memudahkan user dalam melakukan transaksi pembelian, antara lain :
1. Info
Memuat data pemilik akun online shop, barang apa saja yang dijual, cara pemesanan dan pembayaran dengan mencantumkan nomor
telepon serta nomor rekening, daftar jasa pengiriman yang digunakan beserta harganya.
2. Foto
Pemilik online shop meng-upload semua foto yang ingin ditawarkan kepada user facebook. Biasanya di foto tersebut pemilik menandai
atau tag foto secara acak ke semua friend list akun online shop itu. Kemudian, dibawah foto dicantumkan nama dan kode barang, harga barang, bahan dasar, kualitas, warna dan ukuran yang disediakan.
4.1.2 Identitas Informan
Dalam penelitian ini informan yang berperan sebagai subjek
penelitian, tidak dibatasi dan ditentukan jumlahnya. Kriteria menjadi informan adalah remaja di Surabaya yang memiliki akun pribadi di
Facebook. Informan berusia 13-21 tahun. Informan seringkali melakukan
Shopping online di media sosial online (Facebook) dengan memanfaatkan
fitur foto dalam facebook. Setelah melakukan proses penelitian, peneliti
menemukan empat informan penelitian. Persamaan dari semua informan adalah remaja yang masih menempuh pendidikan di Surabaya.
4.1.3 Penyajian Data dan Analisis Data
Proses penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua bulan. Pada penelitian ini, peneliti berupaya menggambarkan motif remaja dalam
melakukan shopping online pada media sosial Facebook. Data diperoleh dengan melakukan observasi berperan serta dan wawancara mendalam (In-Depth-Interview) yang dilakukan terhadap remaja di Surabaya.
Wawancara dilaksanakan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dari informan. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku dan
perkembangan dari situasi yang diteliti itu sendiri. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dan analisis dengan kualitatif sehingga diperoleh gambaran, jawaban, serta kesimpulan dari pokok permasalahan
yang telah ditentukan.
4.1.3.1 Pengetahuan Remaja Tentang Online Shop
Belanja telah berkembang dengan pertumbuhan teknologi. Menurut penelitian yang ditemukan dalam Journal of Electronic
Commerce (2007), jika kita berfokus pada karakteristik demografis
pembelanja di-rumah, secara umum, semakin tinggi tingkat pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan dari kepala rumah tangga, maka konsumen
akan mempersepsi bahwa belanja online lebih menguntungkan daripada belanja di toko. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam sikap konsumen
terhadap belanja non-toko adalah paparan teknologi, karena telah menunjukkan bahwa peningkatan eksposur untuk meningkatkan teknologi
kemungkinan mengembangkan sikap positif terhadap belanja baru dengan
teknologi internet. Belanja Online memperluas target untuk pria dan wanita dari kelas menengah. Pada awalnya, para pengguna utama dari
belanja online adalah orang-orang muda dengan tingkat pendapatan yang tinggi dan pendidikan universitas.
Saat ini banyak remaja yang mengetahui tentang Online Shop yang
ada pada Facebook, artinya pengetahuan remaja tentang Online Shop cukup bagus. Seperti yang di ungkapkan oleh beberapa informan kepada
peneliti berikut ini :
Informan 1
“Namanya juga Online Shop ya pasti tempat jualan barang lah.. tapi kayaknya yang paling banyak orang jualan baju”
(Interview : Senin, 25 Oktober 2010. Pukul : 13.30 WIB. Lokasi: Sekolah Riri)
Informan 2
“Setau aku Shopping Online itu banyak banget ya dari situ aku bisa tau model-model baju baru yang di toko belom ada, harganya juga macem-macem kita ga bisa nebak.”
(Interview : Senin, 25 Oktober 2010. Pukul : 10.30 WIB. Lokasi: Rumah Ichi)
Informan 3
“Sekarang lagi jaman Shopping Online, dimana orang bikin akun Facebook Cuma khusus buat tokonya ya mbak ya.. jadi mereka meng-upload foto dan men-tag ke kita barang-barang mereka dan kalau kita pengen tinggal pesen dan juga transfer ke bank nya gitu kan..”
(Interview : Senin, 18 Oktober 2010. Pukul : 10.00 WIB. Lokasi: Kampus Bayu)
Informan 4
“Online Shop itu biasanya mereka menawarkan barang-barang kayak sepatu, baju kemudian perhiasan,kemudian jam tangan, accesories gitu. Biasanya sistem pembayarannya pun via perbankan atau transfer”
(Interview : Senin, 19 Oktober 2010. Pukul : 14.00 WIB. Lokasi: Sekolah Petra)
Informan 5
“Dapat membeli suatu barang dengan jarak jauh via online yang membutuhkan kepercayaan dalam membeli.”
(Interview : Selasa, 26 Oktober 2010. Pukul : 10.00 WIB. Lokasi: Kampus Ayu)
Hal ini tidak mengejutkan karena sebagian besar remaja adalah pengguna aktif internet. Sebagaimana data hasil penelitian yang dilakukan
oleh Hermawan Karatajaya (2010) yang mengambel sampel 1.500 responden di JABODETABEK, Bandung, Medan, Semarang, Surabaya, Denpasar, Makasar, dan Palembang, bahwa 42% pengguna intenet adalah
remaja dengan rentsng usia 12-25 tahun. Selain dari komputer remaja juga mengakses internet melalui perangkat bergerak seperti handphone.
Hermawan mengatakan jejaring sosial Facebook masih menjadi favorit pengguna internet.
Pada kenyataannya Facebook sekarang ini tidak saja berfungsi
sebagai situs jejaring sosial, tetapi juga sebagai “etalase produk yang ditawarkan” pada para pengguna Facebook.
4.1.3.2 Motif Remaja di Surabaya Dalam Shopping Online Melalui Facebook
A. Untuk Eksistensi Diri
Pesatnya jaringan internet secara tidak langsung membawa fenomena baru atau gaya hidup baru di kalangan remaja yang suka memanfaatkan fasilitas internet, salah satunya adalah Shopping
Online. Dan motif remaja dalam Shopping Online adalah untuk
eksistensi diri, hal tersebut juga dinyatakan oleh Papalia, dkk (2008) :
“Remaja sangat ingin mendapatkan tempat dalam lingkungan yang diinginkannya. Oleh sebab itu, ia lebih mudah bersikap terbuka dan berkompromi dengan keinginan calon temannya. Dengan kata lain mereka lebih mudah membina kepercayaan dalam berinteraksi. Kepercayaan ini membantu remaja mengeksplor perasaan mereka sendiri, mendefinisikan identitas mereka, dan memvalidasi harga diri mereka”
Pernyataan tersebut menyatakan bahwa remaja yang melakukan Shopping Online dalam Facebook adalah untuk meningkatkan
eksistensi dirinya.
Saat melakukan penelitian, peneliti juga menemukan
informan-informan penelitian yang melakukan Shopping Online melalui facebook, karena ingin membangun eksistensi diri mereka. Salah satunya, Riri. Kebanyakan teman-temannya sering melakukan
Shopping Online dalam Facebook. Hal itu memotivasi Riri untuk
melakukan Shopping Online juga dalam Facebook, karena riri juga
ingin eksis seperti teman-temannya. Alasan tersebut dinyatakannya kepada peneliti secara langsung.
Informan 1
“Aku pengen eksis seperti temen-temen lain yang sering belanja online di facebook.”
(Interview : Senin, 25 Oktober 2010. Pukul : 13.30 WIB. Lokasi: Sekolah Riri)
Motif serupa juga dialami oleh Ichi. Dia juga memiliki dorongan
untuk melakukan belanja online dalam Facebook. Di lingkungan teman-teman kampusnya juga sering membicarakan tentang Shopping Online dalam Facebook.
Informan 2
“Biar nggak dibilang gaptek, aku belanja online di facebook. Ya, seenggaknya biar eksis dikit lah..”
(Interview : Senin, 25 Oktober 2010. Pukul : 10.30 WIB. Lokasi: Rumah Ichi)
Informan lainnya juga mengalami hal yang sama, yaitu motif
melakukan Shopping Online karena ingin meng-eksiskan diri. Hal ini disampaikan langsung oleh Bayu dan Petra, berikut ini :
Informan 3
“pertama buat nyari temen, yang kedua pengen eksis gitu lah..tuntutan jaman..”
(Interview : Senin, 18 Oktober 2010. Pukul : 10.00 WIB. Lokasi: Kampus Bayu)
Informan 4
“Yang pertama untuk eksis juga, yang kedua fenomena bahwa temen-temen saya juga memiliki akun facebook, makanya saya juga bikin facebook, nanti di bilang gak gaul.”
(Interview : Senin, 19 Oktober 2010. Pukul : 14.00 WIB. Lokasi: Sekolah Petra)