POLA
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
WILAYAH SUNGAI ROKAN
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1
Latar Belakang ... 1
1.2
Maksud, Tujuan, dan Sasaran. ... 3
1.2.1
Maksud... 3
1.2.2
Tujuan ... 3
1.2.3
Sasaran... 3
1.2.4
Visi dan misi ... 4
1.3
Isu-Isu Strategis... 4
1.3.1
Isu Strategis Nasional. ... 4
1.3.2
Isu Strategis Regional... 5
BAB II KONDISI PADA WILAYAH SUNGAI ROKAN ... 7
2.1
Peraturan Perundang-Undangan di Bidang SDA dan Peraturan
Lainnya yang Terkait... 7
2.2
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air ... 9
2.2.1
Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air ... 9
2.2.2
Kebijakan Daerah Terkait Sumber Daya Air ... 11
2.2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Provinsi Riau ... 11
2.2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Provinsi Sumatera Barat ... 11
2.2.2.3 Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Provinsi Sumatera Utara... 12
2.3
Inventarisasi Data ... 12
2.3.1
Data Umum ... 12
2.3.1.1 Tata Ruang ... 12
2.3.1.2 Pendapatan Domestik Regional Bruto... 13
2.3.1.3 Kependudukan ... 15
2.3.1.4 Topografi... 15
2.3.1.5 Lahan Kritis... 16
2.3.2
Data Sumber Daya Air ... 18
2.3.2.1 Iklim ... 18
Halaman
2.3.2.3 Erosi dan Sedimentasi ... 21
2.3.2.4 Cekungan Air Tanah ... 22
2.3.2.5 Kualitas Air... 24
2.3.2.6 Genangan Banjir... 30
2.3.2.7 Tampungan Air ... 32
2.3.2.8 Kekeringan... 32
2.3.3
Kebutuhan Air ... 32
2.3.3.1 RKI ... 32
2.3.3.2 Irigasi... 33
2.3.3.3 Perikanan ... 36
2.3.3.4 Prasarana Sumber Daya Air... 36
2.3.3.5 Neraca Air Eksisting ... 38
2.4
Identifikasi Kondisi Lingkungan dan Permasalahan ... 47
2.4.1
Aspek Konservasi Sumber Daya Air ... 47
2.4.2
Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air ... 49
2.4.3
Aspek Pengendalian Daya Rusak Air... 51
2.4.4
Sistem Informasi Sumber Daya Air (SISDA) ... 52
2.4.5
Aspek Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha52
2.5
Identifikasi Potensi yang Dapat Dikembangkan... 54
2.5.1
Aspek Konservasi Sumber Daya Air ... 54
2.5.2
Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air ... 55
2.5.3
Aspek Pengendalian Daya Rusak Air... 58
2.5.4
Pengembangan Sistem Informasi Sumber Daya Air
(SISDA) ... 58
2.5.5
Aspek Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha59
BAB III ANALISA DATA ... 60
3.1
Asumsi, Kriteria dan Standar ... 60
3.2
Beberapa Skenario pada WS Rokan... 71
3.2.1
Skenario Ekonomi Rendah ... 74
3.2.2
Skenario Ekonomi Sedang... 75
3.2.3
Skenario Ekonomi Tinggi... 76
3.3
Alternatif Pilihan Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air ... 77
3.3.1
Aspek Konservasi Sumber Daya Air... 78
Halaman
3.3.3
Aspek Pengendalian Daya Rusak Air ... 83
3.3.4
Aspek Sistem Informasi dan Data Sumber Daya Air... 85
3.3.5
Aspek Pemberdayaan dan Peningkatan Peran
Masyarakat ... 86
BAB IV KEBIJAKAN OPERASIONAL PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 1 Daftar DAS pada WS Rokan ... 2
Tabel 1 2 Wilayah Administrasi Pemerintahan di WS Rokan... 3
Tabel 2.1 Luas Kawasan Lindung per Kabupaten/Kota ... 13
Tabel 2.2 Kawasan Budidaya per Kabupaten/Kota ... 13
Tabel 2.3 PDRB berdasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota Dumai ... 14
Tabel 2.4 Jumlah, Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk WS Rokan
Menurut DAS Periode Tahun 2005-2009... 15
Tabel 2.5 Luas Lahan Kritis per Kabupaten/Kota ... 17
Tabel 2.6 Ketersediaan Data Klimatologi WS Rokan... 18
Tabel 2.7 Ketersediaan Data Hujan di WS Rokan... 19
Tabel 2.8 Curah Hujan Maksimum Rata-rata di WS Rokan ... 19
Tabel 2.9 Debit rata rata per DAS di WS Rokan ... 20
Tabel 2.10 Erosi dan Bobot Erosi per DAS di WS Rokan... 21
Tabel 2.11 Sedimentasi di WS Rokan... 22
Tabel 2.12 Cekungan Air Tanah di WS Rokan... 22
Tabel 2.13 Produktivitas Aquifer... 23
Tabel 2.14 Lokasi dan Waktu Pemantauan Kualitas Air WS Rokan ... 24
Tabel 2.15 Evaluasi Kualitas Air Sungai Rokan Terhadap Klasifikasi BMA
Keputusan Gubernur Riau Nomor 6 Tahun 2005 ... 27
Tabel 2.16 Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Sumber
Air ... 28
Tabel 2.17 Status Mutu Air WS Rokan... 29
Tabel 2.18 Genangan Banjir di WS Rokan per Kabupaten/Kota ... 30
Tabel 2.19 Kondisi Daerah Pantai di WS Rokan... 31
Tabel 2.20 Kebutuhan Air Bersih Rumah tangga, Perkotaan dan Industri
(RKI) ... 33
Tabel 2.21 Luas Daerah Irigasi WS Rokan ... 34
Tabel 2.22 Luas Daerah Rawa di WS Rokan ... 35
Tabel 2.23 Potensi Daerah Irigasi di WS Rokan... 56
Tabel 2.24 Potensi Energi Terbarukan ... 57
Halaman
Tabel 3.1 Kriteria dan Standar dalam Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber
Daya Air WS Rokan ... 60
Tabel 3.2 Rekapitulasi Curah Hujan Rencana WS Rokan ... 63
Tabel 3.3 Rekapitulasi Debit Banjir Rencana WS Rokan ... 64
Tabel 3.4 Proyeksi Erosi dan TBE DAS WS Rokan ... 65
Tabel 3.5 Perkembangan Erosi Total DAS WS Rokan Tahun 2015, Tahun
2020 dan Tahun 2031... 66
Tabel 3.6 Proyeksi Kebutuhan RKI dan Irigasi sampai Tahun 2031 ... 68
Tabel 3.7 Kualitas Limbah Cair PKS dalam satuan mg/liter ... 77
Tabel 3.8 Alternatif Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air untuk
Aspek Konservasi Sumber Daya Air... 78
Tabel 3.9 Alternatif Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air untuk
Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air... 79
Tabel 3.10 Alternatif Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air untuk
Aspek Pengendalian Daya Rusak Air ... 83
Tabel 3.11 Alternatif Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air untuk
Aspek Sistem Informasi dan Data Sumber Daya Air ... 85
Tabel 3.12 Alternatif Strategi Pengelolaan Sumber Daya Air untuk
Aspek Pemberdayaan dan Peningkatan Peran Masyarakat ... 86
Tabel 4. 1 Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air di WS
Rokan Skenario Ekonomi Rendah (<4,5%)... 89
Tabel 4. 2 Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air di WS
Rokan Skenario Ekonomi Sedang (4,5% - 6,5%) ... 129
Tabel 4. 3 Kebijakan Operasional Pola Pengelolaan Sumber Daya Air di WS
Rokan Skenario Ekonomi Tinggi (6,5% > %) ... 169
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Peta Lokasi Wilayah Sungai Rokan... 1
Gambar 2.1 Rata-rata pertumbuhan ekonomi WS Rokan dan Pembanding
Periode Tahun 2005-2009 (%) ... 14
Gambar 2.2 Peta Topografi WS Rokan... 16
Gambar 2.3 Peta Lahan Kritis WS Rokan... 17
Gambar 2.4 Debit Kebutuhan Tahun 2011 dan Debit Potensial... 20
Gambar 2.5 Peta Cekungan Air Tanah WS Rokan... 23
Gambar 2.6 Peta Hidrogeologi WS Rokan... 24
Gambar 2.7 Lokasi Pos Pantau Kualitas Air... 25
Gambar 2.8 Grafik Pasang Surut di Muara Sungai Rokan ... 31
Gambar 2.9 Kebutuhan Air Irigasi Per Hektar Per Bulan ... 34
Gambar 2.10 Lokasi Prasana Irigasi ... 37
Gambar 2.11 Lokasi Prasarana Irigasi Rawa... 37
Gambar 2.12 Neraca Air Eksisting WS Rokan... 38
Gambar 2.13 Neraca Air Eksisting DAS Rokan ... 39
Gambar 2.14 Neraca Air Eksisting DAS Sinaboi... 40
Gambar 2.15 Neraca Air Eksisting DAS Parit Aman... 40
Gambar 2.16 Neraca Air Eksisting DAS Rajab ... 41
Gambar 2.17 Neraca Air Eksisting DAS Bagan Timur ... 41
Gambar 2.18 Neraca Air Eksisting DAS Tj. Penyebal ... 42
Gambar 2.19 Neraca Air Eksisting DAS Sentaluhu ... 42
Gambar 2.20 Neraca Air Eksisting DAS Geniyut... 43
Gambar 2.21 Neraca Air Eksisting DAS Buluhala... 43
Gambar 2.22 Neraca Air Eksisting DAS Teras... 44
Gambar 2.23 Neraca Air Eksisting DAS Mampu ... 44
Gambar 2.24 Neraca Air Eksisting DAS Masigit ... 45
Gambar 2.25 Neraca Air Eksisting DAS Dumai... 45
Gambar 2.27 Neraca Air Eksisting DAS Guntung ... 46
Halaman
Gambar 3.1 Peta Tingkat Bahaya Erosi WS Rokan ... 67
Gambar 3.2 Kebutuhan Air Irigasi sampai tahun 2031... 68
Gambar 3.3 Skematisasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air di WS Rokan ... 70
Gambar 3.4 Grafik Pemenuhan Kebutuhan Air Skenario Ekonomi Rendah ... 74
Gambar 3.5 Grafik Pemenuhan Kebutuhan Air Skenario Ekonomi Sedang.... 75
Gambar 3.6 Grafik Pemenuhan Kebutuhan Air Skenario Ekonomi Tinggi... 76
Gambar 4.1 Peta Tematik Aspek Konservasi Sumber Daya Air Skenario
Pertumbuhan Ekonomi Tinggi ... 209
Gambar 4.2 Peta Tematik Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air Skenario
Pertumbuhan Ekonomi Tinggi ... 210
Gambar 4.3 Peta Tematik Aspek Pengendalian Daya Rusak Air Skenario
Pertumbuhan Ekonomi Tinggi ... 211
Gambar 4.4 Peta Tematik Aspek Pemberdayaan dan Peningkatan Peran
Masyarakat Dan Dunia Usaha Skenario Pertumbuhan Ekonomi
Tinggi ... 212
Gambar 4.5 Peta Tematik Aspek Sistem Informasi Sumber Daya Air
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Wilayah Sungai Rokan yang selanjutnya disebut WS Rokan dengan luas kurang
lebih 22.454 km
2adalah suatu Wilayah Sungai yang berhulu di rangkaian Bukit
Barisan yang memanjang pada sisi barat Pulau Sumatera,mengalir kearah
timur dan bermuara pada pantai timur Pulau Sumatera, di Selat Malaka. WS
Rokan merupakan WS lintas provinsi, WS Rokan berada diwilayah Provinsi
Sumatera Barat, Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Riau. Kewenangan
pengelolaannya berada di Pemerintah Pusat, sesuai Keputusan Presiden Nomor
12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai. Secara geografis WS Rokan
terletak antara 99.622 BT – 101.809 BT serta 0.068 LU – 2.307 LU, dengan
Kode WS: 01.23.A2. Lokasi dari WS Rokan sebagaimana terlihat pada Gambar
1.1. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS dalam WS Rokan
tertera di Tabel 1.1.
POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS ROKAN
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air, Pasal 11, ayat (1), ayat (2) dan (3), pola pengelolaan sumber
daya air disusun berdasarkan wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan
antara air permukaan dan air tanah. Pola pengelolaan sumber daya airadalah
kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air, pengendalian daya rusak air, peningkatan peran masyarakat dan
dunia usaha, serta pengembangan Sistem Informasi Sumber Daya Air yang
selanjutnya disingkat SISDA.
Tabel 1.1 Daftar DAS pada WS Rokan
Sumber: Keppres 12 Tahun 2012 dan Hasil Analisa Tahun 2011
WS Rokan masuk dalam 3 (tiga) wilayah administrasi Pemerintahan Daerah
Provinsi, Provinsi Riau, Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara.
Data luas wilayah administrasi pemerintahan di WS Rokan, tertera pada Tabel
1.2.
NO DAS
LUAS (Km
2)
1
DAS ROKAN
19.150
2
DAS PARITAMAN
194
3
DAS RAJAB
209
4
DAS SENABOI
239
5
DAS BAGAN TIMUR
166
6
DAS TANJUNG PENYEBAL
204
7
DAS SENTALUHU
124
8
DAS GENIYUT
22
9
DAS BULUHALA
237
10
DAS TERAS
65
11
DAS MAMPU
235
12
DAS MASIGIT
483
13
DAS DUMAI
480
14
DAS GUNTUNG
428
15
DAS PELENTUNG
211
TOTAL
22.453
Tabel 1.2 Wilayah Administrasi Pemerintahan di WS Rokan
PROVINSI/ KABUPATEN
LUAS (Km
2)
PROSENTASE DALAM WS
PROVINSI RIAU
16.828
74.95 %
KAB. BENGKALIS
1.347
6.00%
KAB. KAMPAR
78
0.35%
KAB. ROKAN HILIR
6.472
28.82%
KAB. ROKAN HULU
6.359
28.32%
KAB. SIAK
332
1.48%
KOTA DUMAI
2.240
9.98%
PROVINSI SUMATERA BARAT
2.179
9.71%
KAB. PASAMAN
2.179
9.71%
PROVINSI SUMATERA UTARA
3.446
15.35%
KAB. LABUHAN BATU SELATAN
623
2.77%
KAB. MANDAILING NATAL
218
0.97%
KAB. PADANG LAWAS
2.060
9.18%
KAB PADANG LAWAS UTARA
545
2.43%
TOTAL
22.453
100.00%
Sumber: Kabupaten/Kota Dalam Angka dan Hasil Analisa, Tahun 2011
1.2. Maksud, Tujuan, dan Sasaran.
1.2.1 Maksud
Maksud penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Rokan adalah
untuk membuat kerangka dasar dalam pengelolaan sumber daya air di WS
Rokan, untuk dijadikan acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan,
dan pelestarian sumber daya air.
1.2.2 Tujuan
Tujuan penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Rokan adalah
untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya airsecara
berkelanjutan yang dapat memberikan manfaat sebesar besarnya bagi
masyarakat dan dunia usaha khususnya di WS Rokan.
1.2.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya
Air WS Rokan adalah memberikan:
a. Arahan tentang kebijakan dalam konservasi sumber daya air di WS
Rokan;
c. Arahan tentang kebijakan dalam pengendalian daya rusak air di WS
Rokan;
d. Arahan tentang kebijakan dalam meningkatkan peran masyarakat dan
dunia usaha dalam pengelolaan sumber daya air WS Rokan;
e. Arahan tentang kebijakan pelaksanaan Sistim Informasi Sumber Daya Air
(SISDA) di WS Rokan.
1.2.4 Visi dan Misi
Visi pengelolaan sumber daya air adalah terwujudnya penyelenggaraan
pengelolaan sumber daya air di WS Rokan yang dapat memberikan manfaat
sebesar besarnya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat secara
berkelanjutan.
Misi pengelolaan sumber daya air adalah :
a. Mewujudkan konservasi sumber daya air di WS Rokan, berkelanjutan
dan berbasis peran masyarakat dan dunia usaha,
b. Mewujudkan pendayagunaan sumber daya air di WS Rokan yang adil
dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat baik secara kuantitas
maupun kualitas,
c. Mewujudkan pengendalian daya rusak air di WS Rokan melalui
pendekatan preventif dan korektif,
d. Mewujudkan peningkatan peran masyarakat bersama Pemerintah dalam
semua aspek pengelolaan sumber daya air di WS Rokan,
e. Mewujudkan keterbukaan serta ketersediaan data dan informasi,
kemudahan akses bagi masyarakat terhadap informasi yang terkait
dalam pengelolaan sumber daya air di WS Rokan.
1.3. Isu-Isu Strategis
1.3.1 Isu Strategis Nasional
a. Pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) program, pemenuhan
kebutuhan air baku masyarakat miskin dan upaya pengentasan
kemiskinan. Secara rata rata dalam WS Rokan pada Tahun 2000 ada
31% penduduk telah terlayani dengan air bersih dan sanitasi. Sedangkan
dalam pergaulan masyarakat internasional, Indonesia terikat pada
kesepakatan MDG’s dan Johannesburg Summit 2002 yang mentargetkan
b. Lahan irigasi fungsional sekitar 75% dari luas potensionalnya (14.271ha),
sementara lahan irigasi rawa fungsional hanya 50% dari luas
potensionalnya (35.142 ha). Sementara seluruh kabupaten/kota dalam
WS Rokan belum swasembada pangan.
Intensitas tanam lahan irigasi/irigasi rawa kurang dari 200% setahun,
karena keterbatasan pasokan air irigasi pada musim kemarau. Di lain
pihak potensi air permukaan cukup melimpah.
c. Dalam rangka mendukung kebutuhan energi nasional, dibutuhkan
realisasi pembangunan 2 (dua) waduk multipurpose yaitu Waduk Sumpur
dengan volume tampungan 240 juta m
3kapasitas pembangkit 60,8 MW
dan Waduk Rokan kiri dengan volume tampungan 195 juta m
3berkapasitas pembangkit 74,4 MW di Kabupaten Rokan Hulu.
d. Ancaman krisis sumber daya air akibat perubahan iklim global, dapat
menyebabkan WS Rokan yang saat ini belum swasembada pangan, akan
makin merosot ketahanan pangan, akibat banjir dan kekeringan.
Pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim maupun
intensitas kejadian cuaca ekstrim. Cuaca ekstrim ini mengakibatkan
bencana baik banjir maupun kekeringan. 30% kebakaran hutan dan
lahan terjadi dikawasan konservasi/kawasan lindung. Pada Bulan
September 2011 terpantau 249 (dua ratus empat puluh sembilan) titik
api atau hotspot di Provinsi Riau.
1.3.2 Isu Strategis Regional
a. Luas kawasan lindung di WS Rokan 26,80% atau kurang dari 30% luas
WS. Sementara proses alih fungsi lahan terus berlangsung, di mana
kawasan lindung beralih fungsi menjadi kawasan budidaya. Kebun
kelapa sawit di Provinsi Riau Tahun 2009 tercatat seluas 1.307.880 ha
dan ke depan diprediksi makin meluas.
b. Luas lahan kritis di WS Rokan (yang dihitung dari tingkat kekritisan agak
kritis, kritis dan sangat kritis) ± 1.782.802 ha (79%) baik di dalam
maupun di luar kawasan hutan.
c. WS Rokan memiliki daerah dengan tingkat kerawanan banjir tinggi
seluas ± 2.296km
2, pada daerah hulu maupun daerah pesisir akibat
luapan Sungai Rokan maupun air pasang surut dari laut dengan luasan
d. Kegiatan Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI) dan komoditas tambang
mineral bukan logam dan batuanyang tidak mematuhi aturan/prosedur
dalam WS Rokan sering dilakukan di Sungai Batang Lubuk di Kecamatan
Bangunpurba, Kabupaten Rokan Hulu.
e. Kerusakan erosi tebing sungai seperti di Sungai Batang Lubuk di Pasir
Pangarayan, Sungai Rokan di Kecamatan Ujung Batu, dan Sungai Batang
Kumu (Sosa) di Kecamatan Tambusai-Tambusai Utara berpotensi
merusak fasilitas umum.
f. Keterbatasan peran masyarakat dan dunia usaha, sehingga potensi
Corporate Sosial Responsibility (CSR) yang relatif besar di WS Rokan
tidak/belum optimal didayagunakan.
g. Masih banyak komponen masyarakat dan perusahaan perkebunan
melakukan proses pembersihan lahan/land clearing, dengan cara
dibakar, memicu kebakaran hutan dan lahan.
h. Keterbatasan data dan informasi sumber daya air yang benar dan
akurat, dalam mendukung pengambilan keputusan pada berbagai
tingkatan, belum cukup terjamin keakuratan dan kebenarannya, baik
pada tingkat manajerial maupun operasional didalam WS Rokan.
i. Kebun kelapa sawit dikembangkan oleh perusahaan perusahaan
bermodal besar. Di Provinsi Riau Tahun 2009 mencapai luas 1.307.880
ha, merupakan provinsi dengan kebun kelapa sawit terluas di Indonesia,
dan terus makin meluas. Selain memberikan dampak terhadap
memburuknya kelestarian lingkungan dan kualitas air, namun juga
memberikan perluasan lapangan kerja serta merupakan potensi CSR
dalam meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha.
BAB II
KONDISI PADA WILAYAH SUNGAI ROKAN
2.1.
Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Sumber Daya Air dan
Peraturan Lainnya yang Terkait
Peraturan Perundang-undangan (UU) dan Peraturan Pemerintah (PP) yang
terkait dengan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai, khususnya di
Wilayah Sungai Rokan antara lain sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990, tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati;
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan;
4. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah;
5. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004, tentang sumber daya air;
6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah;
8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, tentang Penanggulangan
Bencana;
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang;
10. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
11. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, tentang Pertambangan Mineral
dan BatuBara;
12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
13. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004, tentang Perlindungan
Hutan;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005, tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum;
18. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006, tentang Irigasi;
19. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008, tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional;
20. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008, tentang Pengelolaan
Sumber Daya Air;
21. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008, tentang Air Tanah;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010, tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010, tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai;
25. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang
Kebijakan Energi Nasional;
26. Peraturan Presiden Republik IndonesiaNomor 33 Tahun 2011 tentang
Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air
27. Keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor 12 Tahun 2012 tentang
Penetapan Wilayah Sungai.
28. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya;
29. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan Pola Pengelolaan sumber
daya air;
30. Peraturan Daerah Provinsi Riau Tahun 2011, tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Riau Tahun 2005 - 2025;
31. Peraturan Daerah Provinsi Riau Tahun 2011, tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Riau Tahun 2009 - 2013;
33. Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2000, tentang Retribusi
Izin Pengendalian Pembuangan Limbah Cair;
34. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2011, tentang
Rencana Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 - 2015;
35. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008, tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2005-2025;
36. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Sumatera Utara Tahun
2005 – 2025.
2.2.
Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Air
2.2.1 Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber Daya Air
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2011,
bahwa berbagai permasalahan yang perlu mendapat perhatian dalam
pengelolaan sumber daya air antara lain konflik dalam penggunaaan air,
keterbatasan peran masyarakat dan dunia usaha, tumpang tindihnya peran
lembaga pengelola sumber daya air, keterbatasan data dan informasi sumber
daya air yang benar dan akurat, selain itu tantangan millenium development
goals, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait air. Menghadapi
realita permasalahan dan tantangan sebagaimana tersebut diperlukan
kebijakan nasional pengelolaan sumber daya air yang berfungsi:
1) Memberikan arah pengelolaan sumber daya air di tingkat nasional untuk
periode Tahun 2011 - 2030
2) Menjadi acuan bagi menteri dan pimpinan lembaga pemerintah
nonkementerian dalam menetapkan kebijakan sektoral yang terkait dengan
bidang sumber daya air
3) Menjadi masukan dalam penyusunan rencana pembangunan jangka
menengah nasional dan
4) Menjadi acuan bagi penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air
tingkat Provinsi dan penyusunan rancangan pola pengelolaan sumber daya
air pada WS strategis nasional dan WS lintas negara. Kebijakan Nasional
daya air secara nasional untuk periode 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak
Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2031.
Kebijakan Nasional Sumber Daya Air meliputi:
1) Kebijakan umum, terdiri dari:
a. Peningkatan koordinasi dan keterpaduan pengelolaan sumber daya air;
b. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta budaya terkait air;
c. Peningkatan pembiayaan pengelolaan sumber daya air;
d. Peningkatan pengawasan dan penegakan hukum.
2) Kebijakan peningkatan konservasi sumber daya air secara terus-menerus,
terdiri dari :
a.
Peningkatan upaya perlindungan dan pelestarian sumber air;
b.
Peningkatan upaya pengawetan air;
c.
Peningkatan upaya pengelolaan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air.
3) Kebijakan pendayagunaan sumber daya air untuk keadilan dan
kesejahteraan masyarakat, terdiri dari :
a. Peningkatan upaya penatagunaan sumber daya air;
b. Peningkatan upaya penyediaan air;
c. Peningkatan upaya efisiensi penggunaan sumber daya air;
d. Peningkatan upaya pengembangan sumber daya air;
e. Pengendalian pengusahaan sumber daya air.
4) Kebijakan pengendalian daya rusak air, terdiri dari :
a. Peningkatan upaya pencegahan;
b. Peningkatan upaya penanggulangan;
c. Peningkatan upaya pemulihan.
5) Kebijakan peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam
pengelolaan sumber daya air, terdiri dari :
a. Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam perencanaan;
b. Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pelaksanaan;
c. Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pengawasan.
6) Kebijakan pengembangan jaringan sistem informasi sumber daya air (SISDA)
dalam pengelolaan sumber daya air nasional terpadu, terdiri dari :
a. Peningkatan kelembagaan dan sumber daya manusia pengelola SISDA;
b. Pengembangan jejaring SISDA;
2.2.2 Kebijakan Daerah Terkait Sumber Daya Air
2.2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Riau
Dari RPJP Provinsi Riau yang berlaku Tahun 2005 – 2025, tertuang kebijakan
untuk melakukan misi sebagai berikut :
Terciptanya kualitas lingkungan hidup yang baik bagi masyarakat untuk
menyelenggarakan kehidupannya sesuai dengan standar kualitas yang
berlaku,
Penurunan kerusakan kualitas lingkungan yang mengakibatkan banjir,
kebakaran hutan, pencemaran, dan penurunan kualitas lingkungan
lainnya,
Keterlibatan masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam
pengawasan kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan ,
Terlaksananya penegakan hukum di bidang lingkungan hidup,
Terpeliharanya keanekaragaman hayati dan kawasan lindung,
Tercapainya kinerja pengelolaan lingkungan yang baik yang dindikasikan
oleh pengakuan melalui penghargaan di bidang lingkungan.
2.2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Sumatera
Barat
Dari RPJP Provinsi Sumatera Barat berlaku Tahun 2009 – 2029, tertuang
kebijakan untuk melakukan misi sebagai berikut :
Meningkatnya komitmen semua pihak dalam pengembangan dan
pengelolaan irigasi partisipatif,
Pengembangan prasarana sumber daya air meliputi konservasi sumber
daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak
air,
Tercapainya kordinasi dan pengelolaan air baku bagi seluruh lapisan
masyarakat,
Tersusunnya acuan untuk pengembangan irigasi dan irigasi rawa,
2.2.2.3 Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Sumatera
Utara
Dari RPJP Provinsi Sumatera Utara berlaku Tahun 2005 – 2025, tertuang
kebijakan untuk melakukan misi sebagai berikut :
Terselamatkannya kawasan lindung untuk kelestarian dan keberlanjutan
pembangunan,
Kordinasi dalam pengelolaan sumber daya air dan penyediaan air baku
bagi seluruh masyarakat,
Terpeliharanya sarana prasarana sumber daya air dan pengembangan
irigasi dan irigasi rawa,
Meningkatnya ketahanan pangan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
dilahan irigasi dan non-irigasi,
Mendayagunakan sumber daya air secara adil dan selaras.
2.3.
Inventarisasi Data
2.3.1 Data Umum
2.3.1.1 Tata Ruang
Untuk menyelamatkan kelestarian lingkungan, kawasan lindung di WS Rokan
masih mencapai 6.018 km
2atau 26,80% dari luas WS, sehingga perlu
penyelamatan kawasan lindung yang sudah ada, dan menambahkan kuantitas
luas serta kualitas fungsi sebagai kawasan lindung. Untuk itu diperlukan
penataan ruang, yang dituangkan dalam bentuk Penetapan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi tentang tata ruang. Dengan
penetapan Peraturan Daerah itulah alih fungsi lahan, penyusutan kawasan
lindung dapat secara aspek legal dilindungi.Peraturan Daerah tersebut dalam
proses menuju penetapan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Luas kawasan
lindung per kabupaten/kota dan kawasan budidaya per Kabupaten/Kota dapat
dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 berikut ini.
Tabel 2.1 Luas Kawasan Lindung per Kabupaten/Kota
Sumber: Hasil Analisis Konsultan, Tahun 2011
Tabel 2.2 Kawasan Budidaya per Kabupaten/Kota
Sumber : Hasil Analisis Konsultan, Tahun 2011
2.3.1.2 Pendapatan Domestik Regional Bruto
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Periode Tahun 2005-2009 untuk Kota
Dumai sebagai salah satu Kota yang berada di WS Rokan, tertera dalam Tabel
2.3 berikut ini.
Tabel 2.3 PDRB berdasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota Dumai
No Lapangan Usaha (Sektor) Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Rp % Rp % Rp % Rp %
1 Pertanian 125.381 8,37 130.644 8,01 135.952 7,67 141.352 7,36 2 Pertambangan &Penggalian 8.445 0,56 9.261 0,57 10.167 0,57 11.142 0,58 3 Industri Pengolahan 75.599 5,05 82.363 5,05 89.532 5,05 96.882 5,04 4 Lisrik, Gas & Air Bersih 11.688 0,78 12.133 0,74 12.622 0,71 12.891 0,67 5 Bangunan/ Konstruksi 260.397 17,39 283.099 17,3 6 307.820 17,3 7 334.354 17,4 0 6 Perdagangan 418.473 27,94 461.473 28,3 0 508.306 28,6 9 556.766 28,9 8 7 Pengangkutan & Komunikasi 322.338 21,52 350.046 21,4
7 379.885 21,4
4 411.601 21,4
3 8 Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahan 33.060 2,21 36.138 2,22 38.183 2,15 40.499 2,11 9 Jasa-jasa 242.389 16,18 265.506 16,2 8 289.434 16,3 3 315.624 16,4 3 PDRB Kabupaten (Rp Juta) 1.497.773 100,00% 1.630.667 100 % 1.771.9 06 100 % 1.921.1 16 100 % Jumlah Penduduk Kabupaten (Jiwa) 225.249 231.121 236.778 250.367 PDRB Perkapita (Rp Juta) 6,649 7,055 7,483 7,673 Pertumbuhan PDRB (%) 8,87% 8,66% 8,42% Rata-rata Pertumbuhan PDRB (%)
8,65%
Sumber : Kabupaten/ Kota dalam Angka edisi Tahun 2007-2010
Pertumbuhan ekonomi WS Rokan dapat dianggap komposit dari pertumbuhan
ekonomi wilayah-wilayah kabupaten/kota di mana WS Rokan berada. Dari hasil
hitungan dengan metoda interpolasi dapat ditaksir angka rata-rata
pertumbuhan WS Rokan pada periode Tahun 2005-2009 sebesar 5,19%.
Dengan demikian pertumbuhan ekonomi (atas dasar harga konstan Tahun
2000, WS Rokan masuk kategori “pertumbuhan ekonomi sedang” atau moderat
yakni antara 4,5% hingga 6,5%, sebagaimana tertera pada Gambar 2.1 dibawah
ini.
2.3.1.3 Kependudukan
Laju pertumbuhan penduduk WS Rokan 4,11% pertahun, lebih disebabkan
karena hadirnya penduduk pendatang dibanding dengan pertumbuhan karena
angka kelahiran. Tabel 2.4 menjelaskan tentang pertumbuhan penduduk Tahun
2005 sampai Tahun 2009 per DAS dalam WS Rokan.
Tabel 2.4. Jumlah, Kepadatan dan Pertumbuhan Penduduk
WS Rokan Menurut DAS Periode Tahun 2005-2009
No. Nama DAS Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009
Distrib usi % Th 2009 Luas DAS (Km2) Kepa data n* (Jiwa /Km 2) Pertu mbuh an** (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 DAS ROKAN 926.608 957.870 990.186 1.023.592 1.058.126 81,65% 919.193,472 1,2 3,37% 2 DAS PARIT AMAN 10.175 10.650 11.146 11.665 12.209 0,94% 194,801 62,7 4,66% 3 DAS RAJAB 5.098 5.336 5.584 5.844 6.117 0,47% 418,952 14,6 4,66% 4 DAS SENABOI 3.353 3.496 3.646 3.803 3.966 0,31% 717,516 5,5 4,29% 5 DAS BAGAN TIMUR 1.677 1.749 1.824 1.902 1.983 0,15% 499,149 4,0 4,29% 6 DAS TANJUNG PENYEBAL 1.825 1.889 1.956 2.025 2.097 0,16% 204,387 10,3 3,54% 7 DAS SENTALUHU 1.109 1.148 1.188 1.231 1.274 0,10% 124,182 10,3 3,54% 8 DAS GENIYUT 198 206 213 220 228 0,02% 22,234 10,3 3,54% 9 DAS BULUHALA 2.123 2.198 2.276 2.356 2.440 0,19% 237,766 10,3 3,54% 10 DAS TERAS 585 606 627 650 673 0,05% 65,556 10,3 3,54% 11 DAS MAMPU 2.099 2.185 2.275 2.368 2.465 0,19% 471,556 5,2 4,10% 12 DAS MASIGIT 40.671 42.293 43.979 45.733 47.557 3,67% 2.416,560 19,7 3,99% 13 DAS DUMAI 127.967 132.608 137.418 142.402 147.566 11,39% 3.365,803 43,8 3,63% 14 DAS GUNTUNG 5.476 5.658 5.846 6.041 6.242 0,48% 1.285,176 4,9 3,33% 15 DAS PELENTUNG 2.593 2.677 2.763 2.852 2.944 0,23% 423,504 7,0 3,22% Total WS Rokan 1.113.395 1.156.455 1.201.180 1.247.635 1.295.886 100,00% 929.640,614 1,4 3,87% Sumber: Data BPS dengan menggunakan interpolasi dan GIS, Tahun 2011
Keterangan :
*) adalah kepadatan penduduk tahun 2009.
**) adalah perkiraan rata-rata pertumbuhan penduduk periode 2005-2009 berdasarkan olahan atas data BPS dan Sistem Informasi Geografis.
2.3.1.4 Topografi
Keadaan topografi di WS Rokan pada umumnya adalah dataran rendah, kondisi
ini tersebar hampir di seluruh wilayah dari sebagian daerah hulu hingga bagian
hilir. Sedangkan di daerah hulu terutama di daerah Sumatera Barat, Kabupaten
Pasaman terbentang perbukitan yang cukup terjal, lebih lengkapnya mengenai
keadaan topografi dapat dilihat pada Gambar 2.2.
POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS ROKAN
Sumber : Peta DEM 30 m dan Analisis Spasial PDSDA 4.0, Tahun 2010
Gambar 2.2 Peta Topografi WS Rokan
2.3.1.5 Lahan kritis
Dari luas WS Rokan 22.454 km
2, kondisi lahan tidak kritis seluas 1.221 km
2atau 5% saja. 95% selebihnya dalam kondisi kritis dalam berbagai katagori,
selengkapnya luas lahan kritis per Kabupaten/Kota tertera pada Tabel 2.5.
Luas lahan kritis dikawasan hulu sungai, di Kabupaten Pasaman, Kabupaten
Rokan hulu, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Mandailing Natal,
Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang Lawas Utara, seluruhnya
mencapai luas 11.984 km
2, merupakan kawasan penyangga keselarasan air.
Lokasi dari Kabupaten tersebut tertera pada Peta wilayah administrasi di
Gambar 2.3.
Tabel 2.5 Luas Lahan Kritis per Kabupaten/Kota
Sumber : BPDAS Indragiri-Rokan,Tahun 2009
POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS ROKAN
Sumber: BP DAS Indragiri – Rokan dan Analisisi Spasial PDSDA 4.0, Tahun 2009
2.3.2 Data Sumber Daya Air
Data sumber daya air yang selanjutnya disingkat SDA, bersifat dinamis karena
merupakan bagian integral dari daur hidrologi. Pemanasan global yang
menyebabkan mencairnya gletser dan salju abadi dipuncak puncak gunung,
mempengaruhi proses daur hidrologi, dan iklim menjadi lebih sulit untuk
diprediksikan. Perlu komitmen kuat untuk mencatat dengan tertib data
hidrologi sumber daya air secara berkala dan berkesinambungan, sebab dari
rangkaian data sumber daya air tersebut kita bisa mengkaji apa yang telah dan
tengah terjadi, dan bisa lebih akurat dalam memperkirakan yang bakal terjadi.
2.3.2.1 Iklim
Wilayah Provinsi Riau beriklim tropis basah. Musim penghujan pada umumnya
terjadi pada Bulan September hingga Bulan April. Bulan-bulan relatif kering
dalam musim kemarau tidak berlangsung lama yaitu sekitar 3 (tiga) bulan
antara Bulan Juni, Bulan Juli hingga Bulan Agustus. Menurut klasifikasi iklim
Koppen, Provinsi Riau memiliki tipe iklim Af (tropika basah) yaitu tipe iklim dari
hujan tropika basah dengan curah hujan tahunan 2.000-3.000 mm tanpa bulan
kering yang nyata. Sedangkan menurut klasifikasi iklim Schmidt-Fergusson
Provinsi Riau memiliki tipe iklim A (sangat basah). Ketersediaan data klimatologi
WS Rokan dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6 Ketersediaan Data Klimatologi WS Rokan
NO STASIUN 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
1 Bangun Jaya 2 Rambah Utama 3 Lubuk Bendahara
Sumber : BWS Sumatera III, Tahun 2011
2.3.2.2 Hujan – Debit
Debit sungai pada DAS-DAS adalah bagian dari air permukaan yang berasal
dari hujan, sehingga ada korelasi antara hujan dan debit. Ketersediaan data
curah hujan tertera pada Tabel 2.7. Curah hujan maksimum rata rata pada
Tabel 2.8.
Tabel 2.7 Ketersediaan Data Hujan di WS Rokan
96 97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 1 Lubuk Bendahara 2 Rambah Utama 3 Ujung Batu 4 Pasar Tangun 5 Dalu Dalu 6 Pekan Tebih 7 Bangun Jaya 8 Sedinginan 9 Bangko Jaya STASIUN HUJAN NO TAHUNSumber : BWS Sumatera III, 2011
Tabel 2.8 Curah Hujan Maksimum Rata-rata di WS Rokan
NO TAHUN ROKAN PARIT
AMAN RAJAB SENABOI BAGAN TIMUR
TANJUNG
PENYEBAL SENTALUHU GENIYUT BULUHALA TERAS MAMPU MASIGIT DUMAI GUNTUNG PELENTUNG 1 1996 71,2 71,2 71,2 71,2 71,2 71,2 71,2 71,2 71,2 71,2 71,2 71,2 71,2 71,2 2 1997 109,0 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 3 1998 110,4 94,5 94,5 94,5 94,5 94,5 94,5 94,5 94,5 94,5 94,5 94,5 94,5 94,5 94,5 4 1999 108,9 93 93 93 93 93 93 93 93 93 93 93 93 93 93 5 2000 98,7 86 86 86 86 86 86 86 86 86 86 86 86 86 86 6 2001 121,6 113 113 113 113 113 113 113 113 113 113 113 113 113 113 7 2002 105,2 80,4 80,4 80,4 80,4 80,4 80,4 80,4 80,4 80,4 80,4 80,4 80,4 80,4 80,4 8 2003 114,0 101,7 101,7 101,7 101,7 101,7 101,7 101,7 101,7 101,7 101,7 101,7 101,7 101,7 101,7 9 2004 130,2 101,2 101,2 101,2 101,2 101,2 101,2 101,2 101,2 101,2 101,2 101,2 101,2 101,2 101,2 10 2005 100,0 92,5 92,5 92,5 92,5 92,5 92,5 92,5 92,5 92,5 92,5 92,5 92,5 92,5 92,5 11 2006 114,2 91 91 91 91 91 91 91 91 91 91 91 91 91 91 12 2007 128,5 171,5 171,5 171,5 171,5 171,5 171,5 171,5 171,5 171,5 171,5 171,5 171,5 171,5 171,5 13 2008 115,8 113,8 113,8 113,8 113,8 113,8 113,8 113,8 113,8 113,8 113,8 113,8 113,8 113,8 113,8 14 2009 112,1 91,5 91,5 91,5 91,5 91,5 91,5 91,5 91,5 91,5 91,5 91,5 91,5 91,5 91,5 15 2010 116,1 123,4 123,4 123,4 123,4 123,4 123,4 123,4 123,4 123,4 123,4 123,4 123,4 123,4 123,4
Sumber : BWS Sumatera III, Tahun 2011
Perhitungan untuk pendekatan hubungan hujan – debit di Wilayah Sungai
Rokan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus umum sebagai berikut :
PPT = I + Ro + Evpt + ΔS
Di mana :
PPT = Curah hujan rata-rata per tahun
I
= Infiltrasi/ peresapan rata-rata per tahun
Ro
= Run off atau limpasan permukaan rata-rata pertahun
Evpt = Evapotranspirasi/penguap-keringatan rata-rata pertahun
ΔS
= Perubahan cadangan air tanah (diasumsikan konstan)
Didapatkan potensi debit rata rata air permukaan yang tersedia pada DAS-DAS
di WS Rokan sebagai tertera di Tabel 2.9.
Tabel 2.9 Debit rata rata per DAS di WS Rokan
No. NAMA DAS Luas (km2) Debit Rata-rata Q80% Q90% m3/s Juta m3/thn m 3/s Juta m3/thn m 3/s Juta m3/thn 1 DAS ROKAN 19,149.86 691.578 21,810 469.85 14,817 396.27 12,497 2 DAS SENABOI 3.52 0.127 4 0.09 3 0.07 2 3 DAS PARIT AMAN 194.80 7.035 222 4.78 151 4.03 127 4 DAS RAJAB 209.48 7.565 239 5.14 162 4.33 137 5 DAS BAGAN TIMUR 166.38 6.009 189 4.08 129 3.44 109 6 DAS SENABOI 235.66 8.510 268 5.78 182 4.88 154 7 DAS TANJUNG PENYEBAL 204.39 7.381 233 5.01 158 4.23 133 8 DAS GENIYUT 22.23 0.803 25 0.55 17 0.46 15 9 DAS SENTALUHU 124.18 4.485 141 3.05 96 2.57 81 10 DAS TERAS 65.56 2.367 75 1.61 51 1.36 43 11 DAS BULUHALA 237.77 8.587 271 5.83 184 4.92 155 12 DAS MAMPU 235.78 8.515 269 5.78 182 4.88 154 13 DAS MASIGIT 483.31 17.454 550 11.86 374 10.00 315 14 DAS DUMAI 480.83 17.365 548 11.80 372 9.95 314 15 DAS PELENTUNG 211.75 7.647 241 5.20 164 4.38 138 WS ROKAN 22,453.88 810.90 25,573 550.92 17,374 464.64 14,653 Sumber: BWS Sumatera III dan Hasil Analisis, Tahun 2011
Sehingga potensi debit air permukaan WS Rokan adalah 810 m
3/s atau setara
dengan 25 milyar m
3/tahun. Sedangkan potensi debit yang dapat diandalkan
dengan tingkat keandalan 80% adalah 550 m
3/s atau setara dengan 17 milyar
m
3/tahun. Untuk debit rerata bulanan, sepanjang Tahun 2011 tertera dalam
Gambar 2.4.
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Rerata 1,149.00 937.00 963.00 991.00 900.00 531.00 366.00 371.00 577.00 700.00 1,022.00 1,225.00 Q 80 % 861.00 640.00 631.00 687.00 630.00 320.00 267.00 209.00 349.00 520.00 565.00 931.00 Q 90 % 730.00 488.00 552.00 561.00 580.00 249.00 236.00 191.00 284.00 438.00 464.00 802.00 Kebutuhan 2011 19.44 21.58 17.30 16.23 19.44 20.51 16.23 11.95 9.81 8.74 19.44 23.72 Kebutuhan 2031 34.83 37.68 31.97 30.54 34.83 36.25 30.54 24.84 21.98 20.55 34.83 40.53 0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1,000.00 1,200.00 1,400.00 m 3/s
Sumber: BWS Sumatera III dan Hasil Analisis Tahun 2011
2.3.2.3 Erosi dan Sedimentasi
Kemiringan medan, tingginya curah hujan, kurangnya tutupan lahan, jenis
tanah permukaan, merupakan faktor faktor yang mempengaruhi besarnya erosi
dan sebagian erosi akan tersedimentasi. Perhitungan erosi dengan metode The
Universal Soil Loss Equation (USLE), besar erosi dalam ton/ha serta bobot
tingkat bahaya erosi (TBE) kondisi saat ini Tahun 2010, tertera pada Tabel 2.10.
Besarnya sedimentasi pada WS Rokan tertera pada Tabel 2.11.
Tabel 2.10 Erosi dan Bobot Erosi per DAS di WS Rokan
Sumber: BPDAS Rokan – Indragiri, Tahun 2009
No. DAS Saat ini (2010) Erosi (ton/ha/thn) Bobot TBE (1) (2) (3) (4)
1 DAS Rokan 239.407 Berat 2 DAS Parit Aman 132.648 Sedang 3 DAS Rajab 50.264 Ringan 4 DAS Senaboi 197.670 Berat 5 DAS Bagan Timur 105.092 Sedang 6 DAS Tanjung Penyebal 110.930 Sedang 7 DAS Sentaluhu 59.597 Ringan 8 DAS Geniyut 212.009 Berat 9 DAS Buluhala 158.476 Sedang 10 DAS Teras 13.079 Sangat Ringan 11 DAS Mampu 112.314 Sedang 12 DAS Masigit 59.163 Ringan 13 DAS Dumai 193.757 Berat 14 DAS Guntung 176.379 Sedang 15 DAS Pelentung 14.831 Sangat Ringan
Tabel 2.11 Sedimentasi di WS Rokan
No. Sub DAS Luas (Ha)
Saat ini (2010) Sedimentasi (Ton/ha/thn) Sedimen Yield (Ton/thn) (1) (2) (3) (4) (5) 1 DAS Rokan 1,914,986 11.731 22,464,581.2 2 DAS Parit Aman 19,480 14.591 284,239.3 3 DAS Rajab 20,948 5.529 115,820.1 4 DAS Senaboi 23,917 21.744 520,049.3 5 DAS Bagan Timur 16,638 11.560 192,339.9 6 DAS Tanjung Penyebal 20,439 12.202 249,399.0 7 DAS Sentaluhu 12,418 7.748 96,211.7 8 DAS Geniyut 2,223 31.801 70,707.3 9 DAS Buluhala 23,777 17.432 414,483.5 10 DAS Teras 6,556 1.962 12,861.3 11 DAS Mampu 23,578 12.355 291,293.0 12 DAS Masigit 48,331 5.029 243,049.1 13 DAS Dumai 48,083 16.469 791,894.1 14 DAS Guntung 42,839 14.992 642,253.0 15 DAS Pelentung 21,175 1.631 34,544.8
Sumber: BP DAS Rokan-Indragiri, Tahun 2009
2.3.2.4 Cekungan Air Tanah
Berdasarkan data pada Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan
Pertambangan tahun 2005, maka ketersediaan air tanah di Wilayah Sungai
Rokan, terbagi menjadi 3 (tiga) Cekungan Air Tanah (CAT) yang ada di kawasan
pantai timur pulau Sumatera bagian tengah, tertera dalam Tabel 2.12. Lokasi
tertera pada peta di Gambar 2.5.
Tabel 2.12 Cekungan Air Tanah di WS Rokan
No CEKUNGAN AIR
TANAH Provinsi Kategori
Q1 (Juta M3/Th) Q2 (Juta M3/Th Luas dalam WS (Km2) 1 CAT LUBUKSIKAPING Sumbar CAT lintas kabupaten/kota 163 0 216 2 CAT JAMBI-DUMAI Riau - Jambi
- Sumsel
CAT lintas
provinsi 19356 1045 4800 3 CAT PEKANBARU Sumut - Riau CAT lintas
provinsi 7534 704 9998
POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS ROKAN
Sumber : SIG Pusat Lingkungan Geologi, Kementerian ESDM dan Analisa Spasial 4.0, Tahun 2010
Gambar 2.5 Peta Cekungan Air Tanah WS Rokan
Untuk produktivitas dari pada aquifer tergantung kondisi geohidrologinya,
seperti tertera pada Tabel 2.13. Peta hidrogeologi pada WS Rokan tertera pada
Gambar 2.6.
Tabel 2.13 Produktivitas Aquifer
Produktifitas Aquifer Luas (Km2) Persentase
Setempat Aquifer Produktif 15722 70% Produktifitas Aquifer Kecil 5315 24 % Daerah Air Tanah Langka 1223 5 % Tubuh Air 195 1 %
TOTAL 22455
POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS ROKAN
Sumber : Peta Hidrogeologi Indonesia dan Analisa Spasial PDSDA 4.0, Tahun 2010
Gambar 2.6 Peta Hidrogeologi WS Rokan
2.3.2.5 Kualitas air
Pemantauan untuk memperoleh data kualitas air WS Rokan, dilakukan oleh
Bapedalda Provinsi Riau. Terdapat 18 (delapan belas) lokasi pos pantau
sebagaimana tertera pada Tabel 2.14. dan Gambar 2.7. Dalam setiap tahun
pemantauan dilakukan pengukuran dua kali, mewakili musim penghujan dan
kemarau.
Tabel 2.14 Lokasi dan Waktu Pemantauan Kualitas Air WS Rokan
No.
Lokasi
Keterangan
Waktu Pemantauan, Tahun :
2007 2008 2009 20101 SR-1 Tangun Ds. Bangun Purba, Kab. Rokan Hulu
V V V V
2 SR-2 Pasir Pangarayan, Kab. Rokan Hulu V V V V
3 SR-3 Hulu Batang Sosa, Kab. Rokan Hulu -- -- -- V
4 SR-4 Dalu-Dalu, Kab. Rokan Hulu V V V V
5 SR-5 Pekan Tebih Kec. Kepenuhan, Kab. Rokan Hulu
V V V V
6 SR-6 Hulu Rokan IV Koto Tj. Medan, Kab. Rokan Hulu
-- -- -- V
7 SR-7 Ujung Batu Desa Sukadamai, Kab. Rokan Hulu
V V V V
No.
Lokasi
Keterangan
Waktu Pemantauan, Tahun :
2007 2008 2009 201011 SR-11 Sungai Rangau, Kab. Rokan Hilir V V V V
12 SR-12 Penyeberangan Feri Desa Sintong, Kab. Rokan Hilir
V V -- V
13 SR-13 Desa Sedinginan, Kab. Rokan Hilir V V V V
14 SR-14 Ujung Tanjung, Kab. Rokan Hilir V V V V
15 SR-15 Tanjung Melawan, Kec.Tanah Putih, Kab. Rokan Hilir
V V V V
16 SR-16 Jembatan Jumrah, Kab. Rokan Hilir V V V V
17 SR-17 Sungai Bangko, Kab. Rokan Hilir -- -- -- V
18 SR-18 Batang Kumu, Kab. Rokan Hilir -- -- -- V Sumber : BLHD Provinsi Riau, Tahun 2010
POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WS ROKAN
Sumber: BLHD Provinsi Riau, Tahun 2010
Gambar 2.7 Lokasi Pos Pantau Kualitas Air
Untuk menganalisis hasil pemantauan kualitas air di WS Rokan, dilakukan
dengan cara membandingkan hasil pengukuran terhadap Kriteria dan Standar
Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai Rokan yang dikeluarkan melalui
Peraturan Gubernur Riau Nomor 6 Tahun 2005, tentang “Peruntukan dan Baku
Mutu Air Sungai Rokan Provinsi Riau”.
Peruntukan dan klasifikasi air sungai di sepanjang Sungai Rokan ditetapkan :
a. Kelas 1 (satu): air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku
air minum dengan teknologi sederhana, dan peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b. Kelas 2 (dua): air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku
air minum dengan teknologi yang sesuai dengan pengelolaan air minum,
prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
Peruntukan air sungai Sungai Rokan dibagi dalam 2 ruas sungai, yaitu:
a. Ruas Sungai I : Peruntukan Kelas 1 (satu)
b. Ruas Sungai II : Peruntukan Kelas 2 (dua)
Ruas I (satu), mulai dari Kuala Sako dengan koordinat LU: 01
023’ 44” dan BT:
100
056’ 17” sampai ke Hulu Sungai Rokan, yaitu Hulu Sungai Rokan Kanan di
Ujung Batu dengan koordinat LU: 00
042’ 52” dan BT: 100
031’ 07”.
Hulu Sungai Rokan Kiri di Tangun dengan koordinat LU: 00
052’ 57” dan BT:
100
010’ 10”, dan hulu Sungai Sosa di Dalu-Dalu dengan koordinat LU: 01
004’
39” dan BT: 100
015’ 03” termasuk anak sungaiyang berada didalamnya.
Ruas II (dua), mulai dari Kuala Sako dengan koordinat LU: 01
023’ 44” dan BT:
100
056’ 17” ke arah hilir tepatnya di Jembatan Jumrah dengan koordinat LU:
01
047’ 18” dan BT: 101
001’ 39”.
Klasifikasi Baku Mutu Air Sungai Rokan berdasarkan Keputusan Gubernur
Riau Nomor 6 Tahun 2005 disajikan pada Tabel 2.15 berikut ini.
Tabel 2.15 Evaluasi Kualitas Air Sungai Rokan Terhadap Klasifikasi BMA
Keputusan Gubernur Riau Nomor 6 Tahun 2005
No Lokasi
Keterangan
BMA
1 SR-1 Tangun Ds.Bangun Purba, Kab. Rokan Hulu Kelas I 2 SR-2 Pasir Pangarayan, Kab. Rokan Hulu Kelas I 3 SR-3 Hulu Batang Sosa, Kab. Rokan Hulu Kelas I 4 SR-4 Dalu-Dalu, Kab. Rokan Hulu Kelas I 5 SR-5 Pekan Tebih Kec. Kepenuhan, Kab. Rokan
Hulu Kelas I
6 SR-6 Hulu Rokan IV Koto Tj. Medan, Kab. Rokan
Hulu Kelas I
7 SR-7 Ujung Batu Desa Sukadamai, Kab. Rokan
Hulu Kelas I
8 SR-8 Pujud, Kab. Rokan Hilir Kelas I
9 SR-9 Kuala Sako, Kab. Rokan Hilir Kelas II 10 SR-10 Desa Sikapas, Kab. Rokan Hilir Kelas II 11 SR-11 Sungai Rangau, Kab. Rokan Hilir Kelas II 12 SR-12 Penyeberangan Feri Desa Sintong, Kab.
Rokan Hilir Kelas II 13 SR-13 Desa Sedinginan, Kab. Rokan Hilir Kelas II 14 SR-14 Ujung Tanjung, Kab. Rokan Hilir Kelas II 15 SR-15 Tanjung Melawan, Kec.Tanah Putih, Kab.
Rokan Hilir Kelas II 16 SR-16 Jembatan Jumrah, Kab. Rokan Hilir Kelas II 17 SR-17 Sungai Bangko, Kab. Rokan Hilir Kelas II 18 SR-18 Batang Kumu, Kab. Rokan Hilir Kelas II
Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2010
Status Mutu Air WS Rokan ditentukan berdasarkan Metode Storet dari Kepmen
LH Nomor 115 Tahun 2003, tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
(SMA). Prosedur Penentuan Status Mutu Air dengan Metoda Storet dilakukan
sebagai berikut :
1) Mengumpulkan data kualitas air Sungai Rokan secara periodik dari
Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2010 yang membentuk data seri.
pada Keputusan Gubernur Riau Nomor 6 Tahun 2005, tentang
Peruntukan dan Baku Mutu Air Sungai Rokan Provinsi Riau.
3) Jika hasil pengukuran memenuhi nilai BMA (lebih kecil dari BMA), diberi
skor 0.
4) Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai BMA (lebih besar dari BMA),
skor sesuai Tabel 2.16.
5) Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status
mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan sistem nilai dari US
EPA(Environmental Protection Agency), yaitu :
(1) Kelas A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu
(2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 cemar ringan
(3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 cemar sedang
(4) Kelas D : buruk, skor = -31 cemar berat
Tabel 2.16 Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Sumber
Air
Jumlah Contoh(*) Kadar Skor Parameter
Fisika Kimia Biologi
< 10 Minimum - 1 - 2 - 3 Maksimum - 1 - 2 - 3 Rata-rata - 3 - 6 - 9 >10 Minimum - 2 - 4 - 6 Maksimum - 2 - 4 - 6 Rata-rata - 6 - 12 - 18 Sumber : Canter (1977)
Catatan :(*) Jumlah parameter untuk penentuan status mutu air.
Evaluasi SMA WS Rokan dengan Metoda Storet mengacu pada Kelas I dan Kelas
II BMA Keputusan Gubernur Riau Nomor 6 Tahun 2005. Untuk mendapatkan
SMA WS Rokan, lokasi pemantauan kualitas air sungai nomor 1 sampai dengan
nomor 8, dievaluasi terhadap Kelas I, dan lokasi pemantauan kualitas air
sungai nomor 9 sampai dengan no 18, dievaluasi terhadap Kelas II, dijelaskan
pada Tabel 2.17.
Hasil pemantauan Tahun 2010 dan menggunakan metode storet, didapat status
kualitas air pada WS Rokan, tertera pada Tabel 2.17.
Tabel 2.17 Status Mutu Air WS Rokan
No WS Rokan, di Lokasi
Status Mutu Air Dengan Metoda Storet Kep.Gubernur Riau
Nomor 6 Tahun 2005 Skor Keterangan
1 Tangun Ds. Bangun Purba, Kab. Rokan
Hulu Kelas I
-166 Cemar
Berat 2
Pasir Pangarayan, Kab. Rokan Hulu Kelas I -180 Cemar
Berat
3 Hulu Batang Sosa, Kab. Rokan Hulu Kelas I (-)
4 Dalu-Dalu, Kab. Rokan Hulu
Kelas I -162 Cemar
Berat
5 Pekan Tebih Kec. Kepenuhan, Kab. Rokan
Hulu Kelas I
-200 Cemar
Berat
6 Hl Rokan IV Koto Tj. Medan, Kab. Rokan
Hulu Kelas I
(-)
7 Ujung Batu Desa Sukadamai, Kab. Rokan
Hulu Kelas I
-208 Cemar
Berat
8 Pujud, Kab. Rokan Hilir Kelas I -242 Cemar
Berat
9 Kuala Sako, Kab. Rokan Hilir Kelas II -176 Cemar
Berat
10 Desa Sikapas, Kab. Rokan Hilir Kelas II -168 Cemar
Berat
11 Sungai Rangau, Kab. Rokan Hilir Kelas II -196 Cemar
Berat
12 Penyeb. Feri Ds.Sintong, Kab. Rokan Hilir Kelas II -192 Cemar
Berat
13 Desa Sedinginan, Kab. Rokan Hilir Kelas II -134 Cemar
Berat
14 Ujung Tanjung, Kab. Rokan Hilir Kelas II -154 Cemar
Berat
15 Ti. Melawan, Kec.Tanah Putih, Kab. Rokan
Hilir Kelas II
-134 Cemar
Berat
16 Jembatan Jumrah, Kab. Rokan Hilir Kelas II -134 Cemar
Berat
17 Sungai Bangko, Kab. Rokan Hilir Kelas II (-)
2.3.2.6 Genangan banjir
Sebagian besar keadaan topografis WS Rokan adalah datar dan sangat datar,
sehingga genangan banjir terjadi relatif luas. Terutama di Kabupaten Rokan
Hulu, Kabupaten Rokan Hilir dan Kota Dumai. Disebabkan elevasi muka air
banjir di sungai Rokan, lebih tinggi dibanding elevasi muka tanah/medan.
Sehingga terjadi genangan cukup luas, dengan berbagai tinggi genangan sebagai
tertera pada Tabel 2.18. Di kawasan muara sungai dan pesisir pantai pada DAS
Rokan, DAS Parit Aman, DAS Sinaboi, DAS Rajab, DAS Bagan Timur, DAS
Tanjung Penyebal, DAS Sentahulu, DAS Buluhala, DAS Geniyut, DAS Teras,
DAS Mampu, DAS Masigit, DAS Dumai, DAS Guntung, dan DAS Pelentung
terjadi genangan banjir akibat air pasang laut. Para penduduk daerah
genangan banjir telah mengimplementasikan kearifan lokal, dengan
membangun rumah panggung, sehingga hidup serasi dengan genangan banjir.
Tinggi perbedaan elevasi saat muka air pada saat pasang naik dan elevasi saat
pasang surut, sebagai tertera pada Gambar 2.8. Dari hasil pengamatan
tersebut diperoleh: data maksimum: (elevasi) 9.97; Minimum:5.03; elevasi
rata-rata:7.24 m; perbedaan elevasi/range:4.94m.
Tabel 2.18 Genangan Banjir di WS Rokan per Kabupaten/Kota
4.50 5.50 6.50 7.50 8.50 9.50 10.50 0 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 264 288 312 336 360 384
El
ev
as
i
(m
)
Waktu (Jam)
Grafik Elevasi Muka Air Hasil Pengamatan
di Muara Sungai Rokan
Sumber: Hasil Pengamatan, Tahun 2010
Gambar 2.8 Grafik Pasang Surut di Muara Sungai Rokan
Pantai-pantai di WS Rokan merupakan bagian dari Pantai Timur Sumatera.
Pantai-pantai ini berbatasan dengan Selat Malaka. Beberapa pantai mengalami
kerusakan akibat pengaruh gelombang laut Selat Malaka, terutama akibat
hilangnya/rusaknya hutan mangrove yang merupakan pelindung alami pantai.
Pada Tabel 2.19, tertera kondisi daerah pantai di WS Rokan.
Tabel 2.19 Kondisi Daerah Pantai di WS Rokan
No Lokasi Kecamatan Panjang Garis Pantai
Panjang Pantai Yang Rusak
Klasifikasi Kerusakan
1 Bagan siapiapi Bangko 73.480 m Abrasi = 2.500 m,
Sedimentasi = 3.500 m Rusak Berat 2 Basilambaru Bukit Kapur 8.190 m Abrasi = 1.000 m Rusak Sedang
3 Kota Sinaboi Sinaboi 19.080 m Abrasi = 3.000 m,
Sedimentasi = 1.000 m Rusak Berat 4 Lubuk Gaung Bukit Kapur 86.390 m Abrasi = 3.000 m Rusak Berat 5 Medang Kampai Medang Kampai 26.450 m Abrasi = 4.000 m Rusak Berat 6 Mundam Dumai Timur 12.790 m Abrasi = 4.500 m Rusak Berat 7 Pangkalan Sesai Dumai Barat 9.920 m Abrasi = 2.000 m Rusak Berat 8 Pelintung Medang Kampai 26.450 m Abrasi = 6.500 m Rusak Berat 9 Puak Dumai Timur 12.790 m Abrasi = 1.500 m Rusak Berat 10 Pulau Bagan Bangko 73.480 m Abrasi = 4.000 m Rusak Sedang
11 Pulau Barkey Bangko 73.480 m Abrasi = 2.000 m,
Sedimentasi = 1.000 m Rusak Berat
12 Pulau Sinaboi Sinaboi 19.080 m Abrasi = 3.000 m,
No Lokasi Kecamatan Panjang Garis Pantai Panjang Pantai Yang Rusak Klasifikasi Kerusakan
15 Sungai Sembilan Bukit Kapur 86.390 m Abrasi = 2.000 m Rusak Ringan 16 Tanjung Palas Dumai Timur 12.790 m Abrasi = 2.500 m Rusak Berat
Sumber: BWS Sumatera III Tahun 2009
2.3.2.7 Tampungan Air
Tampungan air berupa telaga/danau alami. Kapasitas tampungan berkisar
antara 1–3 juta m
3, berada di Kabupaten Pasaman, Kabupaten Mandailing
Natal, Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padang Lawas Utara.
Tampungan air berupa danau yang rencananya juga akan dijadikan sebagai
obyek wisata terdapat di Kabupaten Rokan Hilir yaitu Napangga (kapasitas
tampungan sekitar 60 Juta m
3) dan Putat (kapasitas tampungan sekitar 18 Juta
m
3)
2.3.2.8 Kekeringan
Iklim di WS Rokan batasan Smith & Ferguson adalah tipe A, amat basah. Bulan
kemarau umumnya berlangsung selama 3 (tiga) bulan, antara Bulan Juli –
Bulan September. Kekeringan pada bulan kemarau senantiasa memicu terjadi
kebakaran hutan dan lahan, menurut pantauan satelit NOAA, pada Bulan
September 2011 terjadi 249 (dua ratus empat puluh sembilan) titik api atau
hotspot di Provinsi Riau. Menurut Kepala BLHD Provinsi Riau, 30% kebakaran
hutan dan lahan terjadi dikawasan konservasi/kawasan lindung.
2.3.3 Kebutuhan Air
2.3.3.1 RKI
Kebutuhan air bersih untuk Rumah tangga, Perkotaan dan Industri (RKI) Tahun
2011, sesuai dengan jumlah penduduk. Data jumlah penduduk dan kebutuhan
airnya tertera pada Tabel 2.20.
Tabel 2.20 Kebutuhan Air Bersih Rumah Tangga, Perkotaan dan
Industri (RKI)
DAS Jumlah Jiwa Tahun 2011Air Rumah Tangga dan
Perkotaan (RK) Air Industri (I) Kebutuhan Air Rumah Tangga dan Industri(RKI) Kriteria Kebu tuhan Dg Kehila ngan Air Kriteria Kebutuhan Dg Kehila ngan Air
(L/O/H) (L/det) (L/det) (L/O/H) (L/det) (L/det) (L/det) (M3/hari)
1.DAS Rokan 1,143,082 240 3175.23 5196.8 30 396.90 649.6 5846.4 505,126 2.DAS Parit Aman 13,373 96 14.86 24.3 12 1.86 3.0 27.4 2,364 3.DAS Rajab 6,700 96 7.44 12.2 12 0.93 1.5 13.7 1,184 4.DAS Senaboi 4,340 96 4.82 7.9 12 0.60 1.0 8.9 767 5.DAS Bagan Timur 2,135 96 2.37 3.9 12 0.30 0.5 4.4 377 6.DAS Tanjung Penyebal 2,248 96 2.50 4.1 12 0.31 0.5 4.6 397 7.DAS Sentaluhu 1,366 96 1.52 2.5 12 0.19 0.3 2.8 241 8.DAS Geniyut 245 96 0.27 0.4 12 0.03 0.1 0.5 43 9.DAS Buluhala 2,615 96 2.91 4.8 12 0.36 0.6 5.4 462 10.DAS Teras 721 96 0.80 1.3 12 0.10 0.2 1.5 127 11.DAS Mampu 2,646 96 2.94 4.8 12 0.37 0.6 5.4 468 12.DAS Masigit 51,036 144 85.06 139.2 18 10.63 17.4 156.6 13,532 13.DAS Dumai 158,075 160 292.73 479.1 20 36.59 59.9 539.0 46,569 14.DAS Guntung 6,658 96 7.40 12.1 12 0.92 1.5 13.6 1,177 15.DAS Pelentung 3,156 96 3.51 5.7 12 0.44 0.7 6.5 558 J u m l a h 1,398,395 6,636 573,393
Sumber: Kabupaten Dalam Angka dan Hasil Analisa, Tahun 2011