• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PERKEMBANGAN SPKLU DI INDONESIA DAN ANALISIS KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MEWUJUDKAN EKOSISTEM KBL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PERKEMBANGAN SPKLU DI INDONESIA DAN ANALISIS KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MEWUJUDKAN EKOSISTEM KBL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

TINJAUAN PERKEMBANGAN SPKLU DI INDONESIA DAN

ANALISIS KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MEWUJUDKAN

EKOSISTEM KBL

Oleh: Tata Sutardi, Ferdi Armansyah, Rivaldi Mardani, Danang Yogisworo.

Balai Besar Teknologi Konversi Energi, B2TKE-BPPT

Disampaikan pada kegiatan Seminar Nasional Teknologi Bahan Dan Barang Teknik “Teknologi Penyimpan Energi Untuk Mendukung Pembangunan Industri Kendaraan Listrik Nasional” Agustus 2020

(2)

PENDAHULUAN

• Upaya menerapkan KBLBB di Indonesia telah dimulai sejak tahun 2012, dengan dibuatnya kendaraan listrik milik anak bangsa, meskipun masih dalam skala prototipe.

• Produk komersial KBLBB telah masuk ke Indonesia, Desember tahun 2019 KBLBB roda 4 sekitar 100 unit, dan di bulan Juli 2020 diperkirakan sekitar lebih dari 600 unit

• Untuk KBL roda 2, pabrikan lokal seperti Gesits, Viar, Kymco dan Selis telah melakukan penetrasi pasar, dengan jumlah penjualan pada 2019 mencapai ratusan unit, dan diprediksikan pada 2020 jumlah motor listrik mencapai puluhan ribu unit.

• Indikator pertumbuhan KBLBB di Indonesia ini ditandai dengan berdirinya komunitas pengguna, seperti Tesla Club Indonesia (TCI), Komunitas sepeda/motor listrik Indonesia (KOSMIK), dan EV Jakarta (tahun 2019).

(3)

MOMENTUM PERCEPATAN KBLBB

• Di Dunia: Kesadaran untuk memanfaatan green energy dan fossil fuel akan habis. Peningkatan jumlah EV dunia, tidak dapat terpisah dengan peningkatan jumlah fasilitas pengisian listrik. Sampai akhir tahun 2018, diestimasikan terdapat 5.2 juta charging station/CS (SPKLU) dari 630 ribu charging point, meningkat 44% dari tahun 2017, dan peningkatan terbesar terjadi pada charging station yang dimiliki pihak swasta. Menurut European Union Alternative Fuels Infrastructure Directive (EC, 2014), rasio ideal antara SPKLU dan KBL adalah 1 banding 10, sedangkan di US rasio SPKLU dan KBL dapat mencapai sekitar 1 berbanding 32

• Di Indonesia: Puncaknya, Perpres No. 55 tahun 2019, pada tanggal 8 Agustus 2019 mendorong percepatan implementasi ekosistem KBLBB di Indonesia. Geliat implementasi ekosistem KBL mulai ditunjukkan dan diinisiasi oleh Pemerintah, melalui Kementerian terkait, Lembaga Negara, BUMN, dan bahkan pihak swasta. Namun, Perpres tersebut tidaklah cukup untuk mengatur secara baik pertumbuhan ekosistem KBLBB di Indonesia, sehingga diperlukan aturan-aturan turunan yang lebih teknis.

(4)

METODE

Makalah ini disusun dengan menggunakan

metode

kualitatif

. Meliputi: Data collection via

desk-study

,

survey

/pengumpulan data sekunder,

interview

dan

forum diskusi, dan

pengamatan

(5)

PERKEMBANGAN SPKLU DI INDONESIA

• Stasiun pengisi daya di Indonesia pertama kali dikembangkan oleh PT. PLN (Persero) dengan istilah SPLU (stasiun pengisian listrik umum). Daya yang terpasang sebesar 5.5 kVA – 22 kVA

• SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum). SPKLU memiliki kapasitas daya ≥ 22 kW dan memiliki beberapa tipe charging plug sesuai dengan standar. Daya yang besar akan mempersingkat waktu yang

diperlukan untuk pengisian daya (fast/ultra-fast charging).

• Pada akhir tahun 2018, BPPT telah menginisiasi pengembangan fasilitas SPKLU dengan membangun fast

SPKLU pertama di Indonesia (kapasitas 50 kW dan 22 kW) dipasang di kantor BPPT Thamrin dan Serpong. CS ini memiliki 3 tipe plug (CCS 2 dan CHAdeMO untuk DC (50 kW) dan Tipe 2 untuk AC (43 kW)). Pada akhir tahun 2019, BPPT telah menambah 1 unit CS di PT LEN Bandung dengan spesifikasi dan tipe plug yang sama.

• Pada bulan November 2019, PLN menyediakan SPKLU dengan teknologi ultra-fast charging (150 kW) yang dipasang di Induk distribusi UID Jakarta, Gambir, Jakarta pusat. Dengan daya tersebut, diperlukan waktu

sekitar 20 menit untuk mengisi daya dari kondisi baterai kosong hingga mencapai 80%. SPKLU ini merupakan yang pertama menggunakan teknologi ultra-fast charging di Indonesia.

(6)

DATA HASIL STUDI

No Pemilik Jumlah Lokasi Status

1 PLN 16

Aeon mall, PLN Kantor Pusat, PLN UID Jaya, Senayan city, PLN UID Jawa Barat, PLN UID Bali, Tangcity Mall, PLN UID Jawa Tengah & DIY, PLN ULP Embong Wungu

SPKLU

2 Pertamina 2 SPBU Pertamina Kuningan SPKLU

3 BPPT* 3

Kantor BPPT Thamrin, Kantor BPPT serpong, dan PT LEN -Bandung

SPKLU 4 Bluebird 15 Pool Bluebird Privat 5 Mitsubishi 17 di 16 dealer, Jabodetabek &

Bali Privat

6 Angkasa

Pura II 1 Terminal 3, Bandara Soetta SPKLU 7 Mercedez 1 Dealer Jakarta Privat 8 BMW 2 Dealer Jakarta Privat

(sumber: Presentasi Dirjen Ketenagalistrikan, Kementrian ESDM, di Jakarta pada 20 Juli 2020)

Gambar 1. Roadmap kebutuhan SPKLU

Nasional versi PLN (Sumber: PLN)

(7)

7

PEMBUATAN REGULASI TURUNAN PERPRES 55/2019

Regulasi Turunan

Lembaga Penanggung Jawab

Penyusunan Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2020 untuk

KBL BB (sebagai Kendaraan Dinas Pemerintahan) DJA

Penyusunan kebijakan pengalihan subsidi kepada pembeli KBL BB Kemenkeu, DEN Kebijakan insentif kredit kepemilikan KBL BB (peraturan Bank

Indonesia, OJK, adaptasi skema KUR) BI & OJK Kebijakan konversi mesin konvensional menjadi KBL BB Kemenhub Kebijakan roadmap transformasi kendaraan ICE menjadi KBL BB

hingga tahun 2024 (roda 2/3 dan roda 4/lebih) Kemenperin Kebijakan standardisasi baterai untuk mendukung battery swap

(ukuran dan voltase baterai) BSN, Kemenperin Kebijakan roadmap SPKLU hingga tahun 2024 (target Pemerintah

dan target investasi swasta)

KESDM, BPPT, PLN dan LEN Kebijakan tata kelola baterai bekas (trade in, Kerjasama distributor

dengan industri recycle)

KLHK,

Kemenperin dan Kemendag

Kebijakan insentif oleh pemerintah daerah Kemendagri Kebijakan tanda nomor khusus untuk KBL BB Kepolisian Pengusulan pencantuman KBL BB dalam e-catalog LKPP

(8)

PEMBUATAN REGULASI TURUNAN PERPRES 55/2019

Tabel 3. Regulasi turunan yang sedang diusulkan dan/atau telah menjadi

Permen sebagai turunan Perpres 55 tahun 2019

No Regulasi Turunan Lembaga Penanggung

Jawab

1

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2020 tentang

Penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor tahun 2020

Kemendagri

2

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 44 Tahun 2020 tentang Pengujian Tipe Fisik Kendaraan Bermotor dengan Motor Penggerak Menggunakan Motor Listrik

Kemenhub

3

Peraturan Menteri Perindustrian terkait impor CBU sesuai jangka waktu dan jumlah tertentu, impor IKD (Incompletely Knock Down) maupun CKD (Completely Knock Down) untuk industri KBL BB, tata cara perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk KBLBB dan spesifikasi khusus KBLBB

Kemenperin

4

Peraturan Menteri ESDM terkait Infrastruktur pengisian listrik, wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan, Tarif Tenaga Listrik, dan Pola Kerjasama dengan PT PLN (Persero)

Kemen ESDM

5 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan terkait Penanganan

Limbah dan Apresiasi terhadap kontribusi lingkungan hidup KLHK 6 Peraturan Menteri Keuangan terkait insentif fiskal dan non fiskal KBL BB

(9)

9

ANALISA DAN PEMBAHASAN

• Data sebaran SPKLU menunjukkan bahwa belum semua dapat dikategorikan sebagai SPKLU, dikarenakan untuk mendirikan SPKLU diperlukan persyaratan yang diatur dalam Draft Permen ESDM terkait Infrastruktur pengisian listrik yang wajib memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan, tarif tenaga listrik, dan memiliki pola kerjasama dengan PT PLN (Persero).

• Dalam hal pembangunan CS yang dilakukan oleh BPPT (Lembaga Litbangjirap), Pemanfaatanya dapat dilakukan dengan tujuan optimalisasi dengan tidak mengubah status kepemilikan melalui mekanisme sewa, atau kerja sama pemanfaatan dengan pihak operator, dan atau dengan penyertaan Modal Pemerintah. (sesuai Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah). Diperlukan aturan yang mampu mendukung proses transformasi dari hasil Litbangjirap menuju tahap komersial yang lebih mudah. Terlebih lagi, dalam hal pengembangan CS ini, masih banyak aspek yang masih perlu ditingkatkan melalui kegiatan Litbangjirap.

• Turunan Perpres 55 tahun 2019 yang terkait dengan sektor industri hendaknya harus mendukung pertumbuhan industri dalam negeri, yang tentunya dimulai dari kegiatan riset dan pengembangan. Kegiatan riset/pengembangan harus juga dipertimbangkan dalam penilaian TKDN, sehingga perbaikan yang didapat melalui kegiatan ini dapat diadopsi oleh industri dengan juga mendapat nilai tambah.

• Data lain yang juga menarik untuk dibandingkan adalah dengan mengkorelasikan antara Gambar 1 dan Tabel 1. Informasi ini menunjukkan masih sangat terdapat gap yang jauh untuk pengembangan SPKLU di Indonesia. Untuk itu, diperlukan suatu dorongan dapat berupa insentif atau kemudahan bagi para pelaku usaha agar mau berinvestasi dalam pembangunan SPKLU.

(10)

KESIMPULAN

• Jumlah SPKLU di Indonesia pada saat ini (2020) yang berjumlah 57 unit masih berada di bawah target dari yang direncanakan (sebanyak 180 unit). Regulasi turunan Perpres 55 tahun 2019 sangat diperlukan untuk

mendorong percepatan pembangunan SPKLU dan pertumbuhan KBLBB, sehingga mengurangi gap yang ada.

• Regulasi yang menjembatani antara kegiatan riset dan pengembangan terkait SPKLU dan KBLBB dari Lembaga Litbangjirap dengan kegiatan komersial yang dilakukan oleh badan usaha, pada saat ini masih kurang mendukung untuk implementasi pengembangan SPKLU. Hal tersebut menyebabkan lambatnya

perkembangan inovasi untuk pengembangan industri dalam negeri. Untuk itu, diperlukan regulasi yang dapat menjembatani kegiatan riset dan pengembangan dengan pelaku industri agar tercipta industri nasional yang inovatif.

• Pengembangan untuk peningkatan TKDN dalam industri KBLBB hanya dapat ditempuh melalui kerja sama yang dapat saling menguntungkan antara pelaku industry nasional dan lembaga litbangjirap yang didukung oleh regulasi dari pemerintah. Oleh sebab itu, penyusunan regulasi turunan Perpres 55 tahun 2019 dapat

dijadikan sebagai momentum yang tepat untuk menyusun rencana pengembangan KBLBB di Indonesia yang juga mendukung pertumbuhan industri dalam negeri.

(11)

SARAN

• Untuk mempercepat pertumbuhan ekosistem KBLBB di Indonesia, maka diperlukan penerapan peraturan turunan dari Perpres 55 tahun 2019. Dalam penyusunan peraturan turunan ini, diharapkan dapat melibatkan

stake holder KBLBB yang ada di Indonesia. Rencana pemerintah untuk memulai penggunaan KBLBB

melalui penggunaan di instansi pemerintah dapat dipertimbangkan sebagai langkas awal dalam implementasi ekosistem KBLBB.

• Lebih lanjut, untuk mencapai tahap industrialisasi KBLBB, maka perlu diperkuat peran penelitian dan

pengembangan teknologi. Dan hal ini sebaiknya tercantum secara jelas dalam turunan regulasi dari Perpres 55 tahun 2019. Peran industry baik BUMN ataupun swasta harus didukung dengan memanfaatkan sebisa

(12)

Gambar

Gambar 1. Roadmap kebutuhan SPKLU Nasional versi PLN (Sumber: PLN)
Tabel 2. Regulasi turunan Perpres 55/2019
Tabel 3. Regulasi turunan yang sedang diusulkan dan/atau telah menjadi Permen sebagai turunan Perpres 55 tahun 2019

Referensi

Dokumen terkait

 Pelaksanaan kegiatan riset dengan cara individu/kemitraan merupakan pelaksanaan riset dan pengembangan utama oleh satu lembaga tempat peneliti utama bernaung.  Proposal

Aktivitas Bisnis TNI secara tidak langsung adalah setiap kegiatan usaha komersial yang dimiliki dan dikelola oleh TNI, dilakukan melalui Koperasi atau

Pada Undang-undang RI nomor 16 tahun 2012 dikatakan bahwa Industri Pertahanan adalah industri nasional yang terdiri atas badan usaha milik Negara (BUMN) dan badan usaha milik

Penyiapan KPBU yang selanjutnya disebut dengan Penyiapan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/direksi Badan Usaha Milik Negara/direksi Badan

Dalam sektor kepelabuhanan, terdapat 14 Pelabuhan dalam lingkup Proyek Strategis Nasional yang dikelola oleh Kementerian dan Badan Usaha. Daftar

Ciri utama BUMDes yang membedakan lembaga komersial lain [3] adalah (1) Badan usaha merupakan milik desa dan pengelolaannya dilakukan secara bersama - sama; (2)

 Pelaksanaan kegiatan riset dengan cara individu/kemitraan merupakan pelaksanaan riset dan pengembangan utama oleh satu lembaga tempat peneliti utama bernaung.  Proposal

Kegiatan riset terkait pengembangan peningkatan kapasitas usaha Bumdes dilakukan secara bertahap yang diawali dengan mengenal potensi desa melalui kegiatan survey bentang alam dan