• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PERSAJAKAN DALAM LIRIK LAGU LIZA AULIA. oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "POLA PERSAJAKAN DALAM LIRIK LAGU LIZA AULIA. oleh"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PERSAJAKAN DALAM LIRIK LAGU LIZA AULIA oleh

Rizki Yuniar*, Mukhlis**, & Muhammad Iqbal**

rizki_yuniar@yahoo.com, mukhlis@fkip.unsyiah.ac.id, &

muhammad.iqbal@fkip.unsyiah.ac.id ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pola Persajakan dalam Lirik Lagu Liza Aulia”. Rumusan masalah penelitian ini adalah jenis pola persajakan apakah yang banyak terkandung dalam lirik lagu Liza Aulia. Tujuan penelitian iniadalah untuk mengetahui pola persajakan yang dominan muncul dalam lirik lagu Liza Aulia. Penelitian ini tergolong ke dalam jenis penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data penelitian ini diperoleh dari album lagu “Kuthidhieng”.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan teknik telaah dokumen dan kajian pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwapola persajakan di dalam lirik lagu Liza Aulia secara keseluruhan memakai pola /abbc/, /aabb/, /aaab/, /abbb/, /aaaa/, /abab/, /abcd/, /aaba/, dan /abac/. Untuk penggolongan rima berdasarkan baris yang sering muncul dalam lirik lagu adalah (1) rima tak sempurna, (2) rima mutlak, (3) rima sempurna. Sedangkan untuk rima dalam bunyi paling sering digunakan adalah (1) rima patah, (2) rima sejajar, (3) rima kembar, (4) rima bersilang.

Kata kunci: pola persajakan, lirik lagu

ABSTRACT

The research is titled "Pattern of Feeds in Liza AuliaSong Lyrics". The formulation of this research problem is what kind of pattern of piracy is contained in many lyrics of Liza Aulia. The purpose of this research is to know the dominant pattern of piracy appear in the lyrics of the song Liza Aulia. This research belongs to the type of qualitative research. The approach used is qualitative approach with descriptive method. The source of this research data is obtained from the album song "Kuthidhieng". Data collection is done by using the technique of document review and literature review. The results show that the pattern of piracy in the lyrics of the song Liza Aulia as a whole using the pattern / abbc /, / aabb /, / aaab /, / abbb /, / aaaa /, / abab /, / abcd /, / aaba /, and / Abac /. For rhyme classification based on lines that often appear in song lyrics are (1) imperfect rhyme, (2) rhyme absolute, (3) perfect rhyme. As for the rhymes in the most commonly used sounds are (1) rhyme fracture, (2) rhyme parallel, (3) rhinous twins, (4) rhymes crossed.

Keywords: patterns of piracy, song lyrics

* Mahasiswa Jurusan PBSI Unsyiah

** Dosen Jurusan PBSI Unsyiah

(2)

Pendahuluan

Kesusastraan dapat dibedakan menjadi sastra lisan dan tulisan. Dalam sejarah dikatakan sastra lisan Melayu lama tersebar hanya dari mulut ke mulut (lisan) saja. Hal tersebut disebabkan masyarakat pada saat itu belum mengenal tulisan. Setelah huruf Arab tersebar dengan masuknya Islam, mulailah diadakan penulisan sastra Melayu dengan huruf Arab dan berangsur-angsur diubah menggunakan bahasa nasional dan bahasa daerah (Soetarno, 2008: 6).

Sastra lisan salah satu bentuk kreativitas sekelompok masyarakat yang menyanjung tinggi nilai-nilai sosial yang ada di lingkungan sekitar sehingga dapat dikatakan bahwa memudarnya tradisi sastra lisan di masyarakat merupakan salah satu indikasi telah memudarnya ikatan sosial di antara mereka dan sebaliknya (Soetarno, 2008: 6).

Sastra lisan merupakan suatu cabang disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri di Indonesia yang sering dikenal dengan sebutan foklor. Kata foklor adalah pengindonesiaan kata Inggris yaitu floklore. Kata itu adalah kata mejemuk yang berasal dari dua kata dasar, yaitu flok dan lore yang berarti tradisi dari sekelompok masyarakat yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik dan sosial dan kebudayaan yang boleh membedakan kelompok lainnya. Jadi floklore atau tradisi lisan adalah warisan rakyat yang diturunkan dari generasi ke generasai berikutnya dalam bentuk lisan (Danandjaja, 2007: 1-2).

Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 2007: 19), ada empat fungsi folkore yaitu sebagai (1) sistem proyeksi atau cermin angan-angan pemiliknya, (2) alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga kebudayaan, (3) alat pendidikan anak, dan (4) alat pemaksa dan pengawas agar norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektifnya.

Adapun jenis-jenis sastra lama atau sastra lisan daerah Aceh di antaranya: (1) pantun, (2) syair, (3) nazam, (4)

peribahasa, (5) pepatah, (6) perumpamaan, (7) tamsil, (8) Ibarat, (9) pemeo, (10) idiom, (11) mantra, (12) teka-teki, (13) shalawat, (14) meurukôn (Harun, 2012: 163).

Atmazaki (1993: 86), mengelompokkan fungsi sastra lisan sebagai berikut:

1) sastra lisan diciptakan sebagai alat untuk masyarakat khususnya untuk nenek monyang kita terlebih dahulu menyampaikan gejolak jiwanya atau renungannya tentang kehidupan saat itu dapat disampaikan ke dalam puisi agar masyarakat yang moderen seperti saat ini tahu sedikit banyaknya tentang bagaimana mereka saat itu,

2) sebagai alat untuk hiburan yang dapat menyegarkan pikiran serta perasaan, 3) sebagai alat untuk memuja pemimpin

dan orang-orang yang dianggap suci, keramat, dan berwibawa.

Aceh merupakan salah satu daerah yang menjunjung tinggi nilai adat-istiadat di lingkungan masyarakat. Ini dibuktikan dengan adanya syair-syair Aceh yang hingga saat ini masih dinyanyikan oleh masyarakat Aceh. Tidak hanya itu, pantun, mantra, dan hadih maja dulunya menjadi hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat Aceh. Hadih maja adalah berbagai ucapan idiom sastrawi dan filosofis khas Aceh yang keluar dari mulut para tokoh, ulama, penyair, orator pujangga, dan orang bijak di Aceh di masalalu yang dihubungkan dengan berbagai kenyataan menarik (Hamzah, 2007: 1). Oleh sebab itu, kedudukan sastra lisan menduduki peringkat ketiga dalam hidup orang Aceh yang pertama Alquran, yang kedua Hadis- hadis Nabi dan yang ketiga adalah petatah-petitih.

Danandjaja (2007: 46) mengutarakan bahwa kesusastraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya, biasanya terjadi dari beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara atau hanya

(3)

berdasarkan irama. Keindahan kata-kata yang digunakan dapat dinilai dari kerumitan atau kesederhanaan dalam mengungkapkannya.

Sebagaimana halnya sastra yang diketahui oleh kebanyakan orang, sastra Aceh memilki masa-masa pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika peradaban manusia Aceh.

Sastra Aceh dapat dikelompokkan ke dalam lima periode atau zaman, yaitu (1) periode animisme, (2) periode Hindu, (3) periode antara Hindu dan Islam, (4) periode Islam, dan (5) periode mutakhir.

Lirik lagu yang terdapat dalam album Liza Aulia sebagian besarnya ialah syair-syair yang menceritakan tentang budaya, sosial, dan agama karena lirik lagu Liza Aulia berasal dari garapan syair tarian Likok Pulo, Seudati, Rapa’i Saman, Top Dabôh, dan Meuseukat.

Hermaliza (2014: 11) mengemukakan bahwa syair juga dimaknai sebagai kalimat petuah, kalimat suruhan kepada hal-hal kebaikan dan mengandung nilai- nilai pendidikan yang disampaikan dengan konsep dakwah, petuah, dan nasihat melalui syair-syairnya.

Secara garis besar, lirik lagu dibedakan dalam dua jenis yaitu lirik lagu nasional dan lirik lagu daerah. Lirik lagu nasional diidentik dengan lagu perjuangan, biasanya lebih mengarah kepada semangat bangsa Indonesia sebagai perasaan nasionalisme kepada masyarakat Indonesia. Mitargo (2008: 1- 2) menyebutkan lagu perjuangan Indonesia dikenal dengan istilah musik fungsional yaitu musik yang diciptakan untuk tujuan nasional, sedangkan lirik lagu daerah adalah lagu yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menjadi populer karena dinyanyikan oleh rakyat daerah tersebut. Lirik lagu daerah adalah lirik lagu yang diciptakan khusus dengan bahasa daerah tempat lagu tersebut diciptakan. Lirik lagu daerah biasanya mudah dinyanyikan pada tradisi-tradisi tertentu di masing-masing tempat.

Purnomo (2010:3)juga menyebutkan bahwa lirik lagu daerah merupakan salah satu kekayaan budaya negara kita.

Metode Penelitian

Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dengan metode deskripstif. Penelitian kualitatif ialah penelitian yang tidak mengemukakan angka, tetapi menggunakan penghayatan terhadap konsep yang akan diteliti.

Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan, metodologi ini menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati Bodgan dan Taylor (dalam Basrowi 2008: 21).

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian pustaka. Moeleong (2007: 59) menyatakan bahwa kajian pustaka merupakan teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-sumber tertulis yang dimaksud dapat berupa buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Kajian ini digunakan agar dalam penelitian berbagai sumber tertulis terkait dengan membaca dan mempelajari objek penelitian untuk mencatat bagian-bagian penting sehingga data dapat terkumpul. Adapun langkah pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

(1) membaca lirik lagu secara berulang ulang,

(2) mencatat bagian-bagian yang berkenaan dengan pola persajakan atau rima,

(3) mengklasifikasi data ke dalam masing-masing pola persajakan atau rima.

Analisis data menurut Patton (dalam Basrowi, 2008: 91) adalah proses

mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, katagori, dan satuan uraian yang

(4)

besar. Teknik analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang lain sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yangpenting dan mana yang akan dipelajari (Sugiyono, 2010: 334).

Setelah data dikumpulkan pada tahap pengumpulan data, analisis data dilakukan dengan mengikuti langkah- langkah yang ditempuh dalam analisis data. Data yang diperoleh dalam Album lagu “Kuthidhieng”dianalisis dengan memilih hal-hal yang pokok terlebih dahulu, fokus pada hal-hal penting dan membuang yang tidak perlu, dalam penelitian ini. Adapun fokus dalam penelitian ini adalah tentang pola persajakan yang terdapat dalam lirik lagu.

Langkah-langkah penelitian kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) menganalisispola persajakan atau rima di dalam lirik lagu Liza Aulia, (2) mendeskripsikan pola persajakan atau

rima dalam lirik lagu Liza Aulia, (3) menyimpulkan hasil analisis pola

persajakan atau rima yang terdapat dalam lirik lagu Liza Aulia.

Hasil Penelitian

Setelah membaca, mencatat, dan mengklasifikasi, penulis menyimpulkan bahwa pola persajakan yang terdapat dalam lirik lagu pada album

“Kuthidhieng” terbit tahun 2009, produksi Kangsa Record pada umumnya menggunakan pola /abbc/, /aabb/, /aaaa/, /aaab/, /abbc/, /abac/, /abcd/, /aabc/, /abcb/, /aaba/, /abab/, /abca/, dan /abcc/.

Selanjutnya, untuk rima berdasarkan baris dalam lirik lagu cenderung menggunakan (1) rima sempurna, (2) rima tak sempurna, (3) rima mutlak. Lalu, yang dominan muncul dalam rima dalam bunyi adalah (1) rima patah, (2) rima kembar, (3) rima bersilang, (4) rima

berpeluk, (5) rima awal, (6) rima rangkai, dan (7) rima sejajar

Pola persajakan dalam lirik lagu Liza Aulia tidak selalu berbunyi /aaaa/, /abab/ seperti yang diketahui oleh masyarakat pada umumnya dan tidak selalu berada di akhir baris. Akan tetapi bisa di awal, juga di tengah lirik lagu.

Selaras dengan pendapat Atmazaki (1993: 80) yang mengemukakan bahwa sajak atau rima itu berulang secara terpola dan biasanya terdapat di akhir baris tetapi kadang-kadang juga terdapat di awal atau tengah baris

Lirik lagu pada umumnya bersifat absolut atau tidak terbatas dalam penggunaan kata. Maka dari itu, lirik lagu tidak terikat dengan unsur kebahasaan.

Kalaupun ditekakan pada struktur bahasa maka akan menghilangkan nilai estetika dan gaya magis yang terdapat dalam lirik lagu. Dengan kata lain, sastra lisan tidak mementingkan unsur kebahasaan terutama sintaksis karena sastra lisan lebih cenderung mengedepankan keindahan sebuah kata, sama sekali berbeda dengan prosa. Penyimpangan ini disebabkan oleh kepentingan irama, penekanan sebuah kata atau karena ingin memunculkan efek dan kesan tertentu kepada pendengarnya. Oleh karena itu, rima adalah bagian penting yang harus diperhatikan dalam semua karya sastra yang berbentuk lisan.

Sudah menjadi hal yang lumrah, jika lirik lagu dalam bahasa Aceh satu bait lagunya diulang-ulang. Tidak terkecuali lirik lagu dalam album

“Kuthidhieng”. Biasanya bait lagu pertama menjadi selingan antara bait kedua dengan ketiga, bait ketiga dengan keempat, lalu bait keempat dengan bait kelima sampai seterusnya. Pada akhirnya, dalam satu buah lagu hanya terdapat 4 sampai 5 bait yang berbeda yang lain hanya pengulangan dari bait yang disebutkan tadi. Hal tersebut secara langsung mempengaruhi jumlah bait lagu yang diteliti. Total bait lagu yang ditetili

(5)

bisa dikatakan sangat sedikit dari jumlah bait yang ditulis pada deskripsi lirik lagu di atas. Dengan kata lain, penelitian ini hanya fokus pada bait-bait yang berbeda dalam sebuah lirik lagu.

Hasil analisis pola persajakan dalam lirik lagu Liza Aulia bisa dikatakan beragam. Dari 8 buah lirik lagu yang penulis analisis, pola persajakan yang terkandung dalam lirik lagu tersebut pada umumnya menggunakan pola /abbc/, /aabb/, /aaaa/, /aaab/, /abac/, /abcd/, /aabc/, /abcb/, /aaba/, /abab/, /abca/, dan /abcc/. Selanjutnya, pola yang dominan muncul atau yang paling sering ditemukan adalah /abcd/, /aabb/, dan /abab/. Pola persajakan yang digunakan dalam satu buah lagu cenderung tidak sama, maksudnya jika bait pertama menggunakan pola /abab/ maka bait kedua menggunakan pola /abcd/, bait ketiga menggunakan pola /aaaa/, dan sebagainya. Selain itu, pola zig-zag yang biasanya digunakan dalam syair Aceh juga ditemukan di dalam lirik lagu

“Keunebah Endatu” pada bait 1, 2, 4, dan 7.

Rima yang digunakan dalam semua lirik lagu yang disebutkan pada landasan teori hampir semua terdapat dalam lirik lagu Liza Aulia. Adapun rima yang paling sering muncul di dalam lirik lagu berdasarkan baris adalah (1) rima sempurna, (2) rima tak sempurna, (3) rima mutlak. Lalu, yang dominan muncul dalam rima dalam bunyi adalah (1) rima patah, (2) rima kembar, (3) rima bersilang, (4) rima berpeluk, (5) rima awal, (6) rima rangkai, dan (7) rima sejajar.

Dalam album “Kuthidhieng” secara keseluruhan tidak mementingkan perpaduan bunyi awal ataupun bunyi akhir. Dari semua lagu yang dianalisis, hanya tiga buah lirik lagu yang terdapat keselarasan bunyi yaitu pada lirik lagu

“Kuthidhieng”, “Mala Bayeun” dan

“Keunebah Endatu”. Keselarasan bunyi ini artinya yang digunakan adalah rima dengan pola /abab/, aabb/, dan /aaaa/.

Penutup

Dalam Album “Kuthidhieng” juga terdapat pesan moral yang bermanfaat bagi pendengar. Pesan-pesan tersebut di antaranya mengenai seruan untuk menuntut ilmu, bersabar, bertawakkal, bersyukur, mematuhi segala perintah Allah swt. dan menjauhi larangan-Nya.

Dengan demikian, semua lagu yang terdapat dalam album lagu ini memerintahkan serta mengajak pendengar untuk berbuat baik. Dengan kata lain, lagu ini memotivasi seseorang dengan hal-hal yang positif sehingga layak untuk didengarkan oleh semua kalangan, baik anak-anak, remaja, dan orang tua.

Daftar Pustaka

Atmazaki. 1993. Analisis Sajak Teori, Metodologi, dan Afiksasi. Bandung:

Angkasa.

Basrowi, Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Rineka Cipta.

Djanandjaja, James. 2007. Foklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Grafiti.

Harun, Mohd. 2012. Pengantar Sastra Aceh. Bandung: Media Perintis.

Hermaliza, Essi, dkk. 2014. Seudati di Aceh. Banda Aceh: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisi Aceh.

Mitargo,Wisnu. 2008. Musik Revolusi Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

Moeleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Mitargo,Wisnu. 2008. Musik Revolusi Indonesia. Yogyakarta: Ombak.

(6)

Purnomo, Wahyu. 2010. Terampil Bermusik SMP dan MT. Jakarta: PT Wangsa Jahtra Lestari.

Soetarno, H. 2008. Peristiwa Sastra Melayu Lama. Surakarta: PT Widya Duta Grafika.

Sugiono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Classroom

Manajerial Kepala Sekolah di SMK Merdeka Bandung dapat dikatakan tinggi. Gambaran kinerja guru di SMK Merdeka Bandung, yang terdiri dari 5 dimensi. yaitu: 1) Kualitas Kerja; 2)

Kegiatan Workshop “Gender Mainstreaming untuk Lebih Meningkatkan Gender Responsif dlam FM & SNRM bagi MSF Working Group/GRPs, pendamping, dan motivator desa dilaksanakan selama 2

Sebabnya adalah karena agama merupakan pedoman hidup manusia, dan di dalam agama islam selain komponen-komponen akidah yang merupakan sikap hidup seorang muslim, terdapat

Dalam pengambilan keputusan karyawan kurang dilibatkan karena perusahaan ini sudah mempunyai standart yang harus dikerjakan jadi hal ini mengakibatkan penurunan

2) Penggunaan bitcoin juga sama dengan cash money yang juga bisa hilang atau kecurian. Kemungkinan penggunaan mata uang ini akan di hack melalui malware dan

Proses filtrasi dilakukan oleh akar tanaman yang terdapat dalam reaktor, dimana proses tersebut terjadi karena sistem perakaran membentuk filter yang dapat menahan

16 Penggunaan audio visualdalam penelitian ini sangat membantu dan mempermudah ibu untuk melihat dan memahami bagaimana berprilaku yang baik dalam memeberikan ASI