• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM PERCAKAPAN SANTRIWATI MUSTAWA AWAL MA HAD ABU UBAIDAH BIN AL-JARAAH MEDAN SKRIPSI SARJANA OLEH: WINDI PRANSISKA GINTING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS CAMPUR KODE DALAM PERCAKAPAN SANTRIWATI MUSTAWA AWAL MA HAD ABU UBAIDAH BIN AL-JARAAH MEDAN SKRIPSI SARJANA OLEH: WINDI PRANSISKA GINTING"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM PERCAKAPAN SANTRIWATI MUSTAWA AWAL MA’HAD ABU UBAIDAH BIN AL-JARAAH

MEDAN SKRIPSI SARJANA

OLEH:

WINDI PRANSISKA GINTING 140704028

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)

ANALISIS CAMPUR KODE DALAM PERCAKAPAN SANTRIWATI MUSTAWA AWAL MA’HAD ABU UBAIDAH BIN AL-JARAAH MEDAN

SKRIPSI SARJANA O

L E H

WINDI PRANSISKA GINTING NIM.140704028

Pembimbing

Drs. Mahmud Khudri, M.Hum NIP. 196005041987031005

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA Dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(3)

Disetujui oleh :

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Ketua, Sekretaris

Dra. Rahlina Muskar Nst, M.Hum, Ph.D Drs. Bahrum Saleh, M.Ag NIP. 196112161982032001 NIP. 196209191990031003

(4)

PENGESAHAN : Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian SARJANA LINGUISTIK Dalam Ilmu Bahasa Pada Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, Pada :

Tanggal : Hari :

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

Dr. Drs. Budi Agustono M.S NIP.196008051987031001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1 Drs. Mahmud Khudri, M.Hum (………)

2 Prof. Dr. Khairina Nasution, MS (………)

3 Drs. Bahrum Saleh, M.Ag (………)

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah dituliskan atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila pernyataan yang saya perbuat tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.

Medan, 03 Juli 2020

Windi Pransiska Ginting NIM.140704028

(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Campur Kode Dalam Percakapan Santriwati Mustawa Awal Ma’had Abu Ubaidah Bin Al-Jaraah Medan”.

Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dan rasul yang menjadi suri tauladan umat manusia di muka bumi ini. Semoga dengan banyak mengucapkan sholawat kepada beliau mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapat naungan Allah di hari kiamat nanti.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang peneliti miliki. Oleh karena itu, peneliti berharap saran dan kritikan yang membangun dari semua pihak agar skripsi ini dapat tersusun dengan lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya.

Windi Pransiska Ginting NIM.140704028

(7)

ii

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamuʻalaikum Warahmatullāhi Wabarakātuh

Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah- Nya sehingga skripsi ini dapat diwujudkan. Semoga kita semua mendapatkan rahmat dan karunia Allah SWT baik di dunia maupun di akhirat. Peneliti menyadari terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan motivasi berbagai pihak. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah mengelola universitas sesuai dengan visi misi universitas.

2. Bapak Dr. Budi Agustono M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Bapak Prof Drs. Mauly Purba, M.A, Ph.D selaku Wakil Dekan I, Ibu Dra. Heristina Dewi, M.Pd selaku Wakil Dekan II, Bapak Prof. Ikhwanuddin Nasution, M.Si selaku Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan kepada sivitas akademika yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang mana telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Rahlina Muskar Nasution,M.Hum,Ph.D selaku Ketua Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan kepada Bapak Drs.Bahrum Shaleh M.Ag selaku Sekretaris Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk membantu peneliti menyelesaikan penelitian ini.

4. Bapak Drs. Mahmud Khudri, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang dengan penuh perhatian telah memberikan nasehat, bimbingan, dan memberikan inspirasi dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat peneliti selesaikan dengan baik.

(8)

5. Ibu Prof. Dr. Khairina, MS dan Bapak Drs. Bahrum Saleh, M.Hum. selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu dan pikirannya dalam membantu proses penyelesaian skripsi ini hingga selesai.

6. Ibu Dra. Khairawati M.A., Ph.D, selaku Dosen Penasehat Akademik yang dengan sabar telah memberikan banyak ilmu serta arahan dan nasehat kepada peneliti selama masa perkuliahan di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Staf Pengajar di Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan banyak ilmu sejak peneliti terdaftar menjadi mahasiswa Sastra Arab FIB USU hingga menyelesaikan skripsi ini, berkat ibu dan bapak dosen semua.

8. Kak Fitri selaku Staf Administrasi Program Studi Sastra Arab yang telah banyak membantu peneliti dalam hal administrasi.

9. Teristimewa untuk Ibunda tercinta Yusro Harahap, terimakasih telah menjadi orang tua yang hebat dan begitu sabar, terimakasih telah menjadi ibu untuk peneliti dan bapak Selamat Ginting, terima kasih yang tak terhingga atas doa, semangat dan kasih sayang. Terimakasih atas pengorbanan dan ketulusan, menasehati dan memberikan dukungan moril ataupun materil. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan ridha-Nya.

10. Terima kasih kepada Yunia Fitri Ginting, M. Adil Ginting dan Sadam Syaputra Ginting, Saudara kandung penulis terimakasih atas doa baiknya, semangat, kasih sayang juga perhatian. Semoga Allah senantiasa mencurahkan rahmat dan ridha-Nya.

11. Sahabat spesial Riska Pratiwi teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini, Nurgayah Nasution, Maratul Mutiah sahabat sampai syurga.

Semoga kita semua menjadi orang sukses.

12. Adik Nurul yang selalu mendukung peneliti, Mimin, Feny terima kasih atas dukungan dan semangatnya.

13. Terima kasih kepada Undani Wanda Putra yang telah mendukung dan mempermudah peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

iv

14. Seluruh keluarga besar kawan-kawan angkatan 2014 Sastra Arab Iyan, Ady, Reza, Fadli, Irham, Ihsan, Ridwan, Annas, Khairil, Mahdawani, Hakimah, Isna, Lina, Gayah, Anggi, Yuni, Aisyah, Sarah, Heny, Reni, Dea, Mutia, Rizka, Nurul, Fatmah, Mawaddah, Oca, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu semoga kita sukses.

15. Seluruh keluarga besar IMBA FIB USU yang peneliti banggakan.

16. Seluruh adik-adik angkatan 2015, angkatan 2016, angkatan 2017 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.

Jazākumullāhu khairan. Terimakasih semoga bantuannya menjadi amalan yang diridhai Allah SWT.

Medan, 03 Juli 2020 Peneliti,

Windi Pransiska Ginting NIM. 140704028

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang………...1

1.2 Rumusan Masalah………..6

1.3 Tujuan Penelitian………...……6

1.4 Manfaat Penelitian……….6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Kajian Terdahulu ... 7

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Campur Kode ... 8

2.2.2 Tipe Campur Kode ... 9

2.2.3 Jenis - Jenis Campur Kode ... 9

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 16

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.2 Jenis Penelitian ... 16

3.3 Populasi dan Sampel………..16

(11)

vi

3.3.1 Populasi dan Sampel ...16

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...17

3.4.1 Teknik Simak Bebas Libat Cakap (Teknik SBLC)...17

3.4.2 Teknik Rekam ...17

3.4.3 Teknik Catat ...17

3.5 Teknik Analisis Data ...17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...19

4.1 Hasil ...19

4.2 Pembahasan ...19

4.2.1 Tipe campur kode dalam percakapan santriwati Mustawa Awal Ma‟had Abu Ubaidah Bin Al-Jarrah Medan...19

4.2.2 Jenis - Jenis campur kode dalam percakapan santriwati Mustawa Awal Ma‟had Abu Ubaidah Bin Al-Jarrah Medan...39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...42

5.1 Kesimpulan ...42

5.2 Saran ...42

DAFTAR PUSTAKA...44

(12)

ABSTRAK

Windi Pransiska Ginting (140704028) 2020, ‘’Analilis Campur Kode Dalam Percakapan Santriwati Mustawa Awal Ma’had Abu Ubaidah Bin Al-Jarrah Medan’’ Program Studi Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe dan jenis - jenis campur kode yang terdapat dalam percakapan santriwati mustawa awal Mahad Abu Ubaidah Bin Al-jarrah Kota Medan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Penilitian ini menggunakan pendapat Suwito (1983) sebagai landasan teori. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tipe campur yang terdapat dalam percakapan santriwati mustawa awal Ma‟had Abu Ubaidah Bin Al-Jarrah Medan adalah campur kode luar (outer Code mixing) yang berupa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia dan campur kode bahasa Indonesia dalam bahasa Arab. Jenis - jenis campur kode yang terjadi dalam percakapan santriwati mustawa awal Ma‟had Abu Ubaidah Bin Al-Jarrah Medan adalah berwujud kata, frasa dan klausa.

(13)

viii

ةيدرجت ةروص

شٕخٕص اىغ١غٔشف ٞذٔٚ

(

ٔ۷ٓ۴ٓ۷ٕٓ۱ )

ٕٕٓٓ

. ثابٌاطٌا ترداغٌّا ٝف ضِشٌا ظٍخ ً١ٍغح

ْاذ١ِ ةشضٌا ٓب اذ١بػ ٛباذٙؼِ يّٚلاا ٜٛخغِ

تؼِاص تفامزٌا ٍُػ ت١ٍو ت١بشؼٌا تغٌٍا ُغل .

.ْاذ١ِ ,ت١ٌاّشٌاةشطِٛع تابلاطلا ةثداحملا ىف زمرلا طلاتخلاا عاوناو سكيم لكشت ةفرعمل ثحبلا اذه فدهي ٓب اذ١بػ ٛباذٙؼِ يٚلاا ٜٛخغِ

ِٓ ٞأشٌا ًّؼخغح ذغبٌا از٘ .ٟٔاذ١ِ ذغب .ْاذ١ِ ةشضٌا

( تٕغٌا ٟف ظ٠ٛع

ٔ٨۱ٖ

ضِشٌا طلاخخلاا ْأ يذ٠ ذغبٌا از٘ ِٓ تض١خٌٕااِا .ٞشظٌٕا طاعأو )

سٚشخٌاٚ ضِشٌا طلاخخا ْاذ١ِ ةشضٌا ٓب اذ١بػ ٛباذٙؼِ يّٚلاا ٜٛخغِ ثابٌاطٌا ترداغٌّا ٟف ضِشٌا طلاخخا عٛٔأ ذصٚ

ت١بشؼٌا تغٌٍا ٟف

تغٌااب ا١غ١ٔٚذٔا ضِشٌا طلاخخا ٚ ا١غ١ٔٚذٔا

ت١بشؼٌا ترداغٌّا ٟفضِشٌا طلاخخا عاٛٔأ . تابلاطلا

ةشضٌا ٓب اذ١بػ ٛباذٙؼِ يٚلاا ٜٛخغِ

.تٍّضٌا ٚ ةسابؼٌا ,تٍّىٌا ِٓ ْٛىخح ْاذ١ِ

(14)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman transliterasi yang digunakan adalah Sistem Transliterasi Arab- Latin Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

ا

Alif - tidak

dilambangkan

bā′ b -

ث

tā′ t -

د

ṡā′ s (dengan titik di

atasnya)

س

Jīm j -

ط

ḥā′ h (dengan titik di

bawahnya)

ػ

khā′ kh -

د

Dāl d -

ر

Żāl Ż z (dengan titik di

atasnya)

س

rā′ r -

ص

Zai z -

ط

Sīn S -

ػ

Syīn sy -

ص

ṣād s (dengan titik di

(15)

x

bawahnya)

ع

ḍād d (dengan titik di

bawahnya)

ط

ṭā′ t (dengan titik di

bawahnya)

ظ

ẓā′ z (dengan titik di

bawahnya)

ع

ʻain ʻ koma terbalik (di

atas)

ؽ

Gain g -

ف

fā′ f -

ق

Qāf q -

ن

Kāf k -

ي

Lām l -

َ

Mīm m -

ْ

Nūn n -

ٚ

Wāwu w -

ــ٘

hā′ h -

ء

Hamzah apostrof, tetapi

lambang ini tidak dipergunakan untuk hamzah di

awal kata

ٞ

yā′ y -

(16)

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis rangkap.

Contoh:

ت٠ذّعأ

ditulis /aḥmadiyyah/

C. Tā` marbuṭāh di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia, seperti salat, zakat,dan sebagainya.

Contoh:

تػاّص

ditulis /jamāʻah/

2. Bila dihidupkan ditulis t

Contoh:

ءا١ٌٚلأا تِاشو

ditulis /karāmatu al-auliyā′/

D. Vokal Pendek

ﹷ (Fatḥah) ditulis „a‟, contoh:

بٍَط

ditulis /ṭalaba/

ﹻ (Kasrah) ditulis „i‟, contoh:

طِشف

ditulis /fariḥa/

ﹹ(Ḍammah) ditulis „u‟, contoh:

ُٓغع

ditulis /ḥasuna/

E. Vokal Panjang

ﹷ (Fatḥah) ditulis „ā‟, contoh:

ا ساط

ditulis /ṭāra/

ﹻ (Kasrah) ditulis „ī‟, contoh:

ٞ ُ١عس

ditulis /raḥīmun/

ﹹ (Ḍammah) ditulis „ū‟, contoh:

ٚ ٍَٛػ

ditulis /ʻulūmun/

F. Vokal Rangkap

Vokal rangkap

ﹷ ٞ

(fatḥah dan ya′) ditulis „ai‟

Contoh:

جْ١َب

ditulis /baitun/

Vokal rangkap

ﹷ ٚ

(fatḥah dan waw) ditulis „au‟

Contoh:

َ َْٛل

ditulis /qaumun/

(17)

xii

G. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata Dipisahkan dengan apostrof (′)

Contoh:

ُخٔأأ

ditulis /a′antum/

ذٔؤِ

ditulis /mu′annaṡun/

H. Kata Sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al- Contoh :

ْآشمٌأ

ditulis /Al-Qur′ān/

2. Bila diikuti huruf syamsiah, huruf pertama diganti dengan huruf syamsiah yang mengikutinya.

Contoh :

تؼ١شٌا

ditulis /asyiyata

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan bermasyarakat seseorang sangat membutuhkan adanya komunikasi dan saling pengertian dengan orang lain dalam kelompok masyarakatnya bahkan kadangkala dengan kelompok masyarakat lainnya. Oleh karena itu masyarakat manusia tentunya sudah berusaha menemukan dan mempergunakan alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang pada akhirnya menemukan bahasa sebagai alat yang paling efisien untuk berkomunikasi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh manusia sudah pasti membutuhkan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesamanya di dalam berbagai aktifitas kehidupan sehari-hari.

Bahasa sebagai objek dalam sosiolinguistik tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa sebagaimana dalam linguistik umum tetapi sebagai sarana komunikasi dalam masyarakat.

Dalam masyarakat, bahasa merupakan faktor yang penting untuk menentukan lancar tidaknya suatu komunikasi. Oleh karena itu, ketepatan berbahasa sangat diperlukan demi kelancaran komunikasi. Ketepatan berbahasa tidak hanya berupa ketepatan memilih kata dan merangkai kalimat, tetapi juga ketepatan melihat situasi. Artinya, seorang pemakai bahasa selalu harus tahu bagaimana menggunakan kalimat yang baik atau tepat, juga harus melihat dalam situasi apa dia berbicara, kapan, dimana, dengan siapa, dengan tujuan apa, dan lain sebagainya.

Sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaiannya di dalam masyarakat. Ini berarti bahwa sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi, serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian bahasa (languange use) adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi kongkret.

(Appel dalam Suwito, 1983 : 2)

(19)

2

Kridalaksana (2008 : 224) menyatakan bahwa sosiolinguistik merupakan cabang linguistik yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara prilaku bahasa dan prilaku sosial.

Di dalam kehidupan masyarakat, fenomena yang sering dijumpai adanya penggunaan bahasa yang beragam sesuai dengan latar belakang masing-masing baik kultur, pendidikan, maupun profesi. Misalnya saja seseorang yang memiliki pendidikan yang tinggi tidak tertutup kemungkinan dia mampu berkomunikasi dengan beberapa bahasa. Begitu juga masyarakat yang memiliki kultur yang beragam, maka memiliki bahasa yang beragam pula. Kondisi seperti inilah munculnya fenomena dwibahasa (bilingualisme) atau bahkan aneka bahasa (multingualisme) yang menimbulkan adanya peristiwa campur kode.

Kridalaksana (2008 : 40) memberikan pengertian bahwa campur kode adalah (1) interferensi, (2) penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya. Peristiwa campur kode bisa terjadi dimana saja.

Begitu juga halnya di lingkungan lembaga pendidikan karena umumnya bahasa yang digunakan tidak hanya satu bahasa saja melainkan berbagai bahasa seperti bahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris.

Salah satu lembaga pendidikan yang mengalami kondisi seperti ini adalah Ma‟had Abu Ubaidah Bin Al-jarrah. Ma‟had Abu Ubaidah yang terletak di Jalan Kutilang No.

22, Sei kambing B Medan Sunggal Kota Medan, Sumatera Utara merupakan salah satu lembaga pendidikan yang tergolong masyarakat multilingual, untuk santri dan santriwati yang ingin memperdalam kemampuan berbahasa mereka.

Ma‟had Abu Ubaidah didirikan atas program kerjasama Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Asia Muslim Charity Foundation (AMCF). Ma‟had Abu Ubaidah bin Al-jarrah bertujuan menghasilkan sarjana muslim yang berkompeten dalam ilmu Islam, terampil menerjemahkan dan berkomunikasi bahasa Arab, ahli dalam menyebarkan nilai- nilai keislaman dan bahasa Arab serta mampu menjawab masalah keagamaan kontemporer yang berkembang di masyarakat. Tenaga pengajar Ma‟had Abu Ubaidah Medan berasal

(20)

dari alumnus perguruan tinggi terkemuka di Timur Tengah seperti Mesir, Madinah, Sudan, Siria, LIPIA Jakarta, dan lain-lain.

Para santri di ma‟had ini datang dari berbagai daerah dan berbagai etnis pula.

Mereka selalu berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan suatu bahasa yang dicampur dengan bahasa lain, misalnya menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan bahasa Arab atau sebaliknya, yakni menggunakan bahasa Arab yang dicampur dengan bahasa Indonesia.

Salah satu contoh campur kode dalam berkomunikasi santriwati ini misalnya santriwati A mengatakan pada temannya, “suka-suka antunna-lah”. Pada kalimat ini terjadi campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia yaitu, ْ /antunna/ ثأْ

tergolong jenis kata. Kata antunna ini digunakan sebagai kata ganti orang kedua jamak perempuan, kemudian diikuti partikel “lah” sebagai bentuk penegasan. Adapun penggunaan bahasa Arab dalam kalimat di atas memperlihatkan bahwa tipe campur kodenya adalah campur kode keluar.

Ma‟had Abu Ubaidah bin Al Jarrah Medan adalah Lembaga Pendidikan Bahasa Arab dan Studi Islam yang didirikan atas program kerjasama Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Asia Muslim Charity Foundation (AMCF). AMCF telah berkiprah di Indonesia sejak tahun 1992 sebagai organisasi sosial, nirlaba, dan nonpolitik, yang resmi dibentuk pada tahun 2002 dengan nama Yayasan Muslim Asia atau Muassasah Muslimy Asia Al Khairiyah.

Ma‟had Abu Ubaidah bin Al Jarrah Medan bertujuan menghasilkan sarjana muslim yang berkompeten dalam ilmu Islam, terampil menerjemahkan, dan berkomunikasi dalam bahasa Arab, ahli dalam menyebarkan nilai-nilai keislaman dan bahasa Arab, serta mampu menjawab masalah keagamaan kontemporer yang berkembang di tengah masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Ma‟had Abu Ubaidah bin Al Jarrah Medan menciptakan sebuah lingkungan pendidikan yang tepat dan kondusif bagi para mahasiswa guna percepatan penguasaan bahasa Arab dan ilmu Islam dengan menyediakan sarana pendukung seperti perpustakaan, pustaka digital, asrama mahasiswa, dan laboratorium bahasa / audiovisual.

(21)

4

Tenaga edukatif Ma‟had Abu Ubaidah bin Al Jarrah Medan adalah alumnus perguruan tinggi terkemuka di Timur Tengah seperti Madinah, Sudan, Siria, LIPIA Jakarta, dan lain-lain.

Program Ekstrakurikuler

Untuk pengembangan keterampilan Bahasa Arab dan aktualisasi peran dakwah, Ma‟had Abu Ubaidah bin Al Jarrah Medan menyelenggarakan:

a. Program Dakwah Ramadhan, yaitu pengutusan mahasiswa ke desa-desa selama 20 hari di Bulan Ramadhan untuk pembinaan keagamaan kemasyarakatan.

b. Ifthar Ramadhan, yaitu pendistribusian kurma dan makanan buka puasa ke masjid- masjid pada Bulan Ramadhan.

c. Pelatihan khotbah / pidato, pelatihan dai, lomba karya tulis Bahasa Arab, organisasi kemahasiswaan, munaqasyah ilmiyah, dan lain-lain.

d. Program udhiyah, yaitu pendistribusian hewan kurban ke desa-desa di Indonesia.

Prospek Lulusan

a. Menjadi Dai Profesional AMCF yang diutus ke daerah pedalaman nusantara.

b. Melanjutkan pendidikan Strata 1 (S-1) di seluruh Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan beberapa PTAIS tertentu.

c. Memperoleh kesempatan beasiswa kuliah di Program Studi Al Ahwal As - Syakhsiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta, Perguruan Tinggi Filial Universitas Imam Muhammad bin Saud Riyadh, Arab Saudi.

d. Menjadi tenaga pengajar bahasa Arab dan Ilmu Keislaman di pondok pesantren atau sekolah menengah.

(22)

Program Perkuliahan

Pendidikan Bahasa Arab dan Studi Islam diselenggarakan dalam 2 program:

1. Program Persiapan Bahasa (I’dad Lughowy) 2 tahun terdiri atas 4 semester sesuai dengan Placement Test.

2. Program Penyempurnaan Bahasa (Takmily) 1 tahun terdiri atas 2 semester.

Placement Test diselenggarakan bagi mahasiswa baru untuk mengukur level kemampuan bahasa Arab dan pengetahuan dasar keislaman. Hasilnya akan menjadi dasar penentuan semester / level mahasiswa baru.

Kurikulum

Kurikulum disusun berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah sebagaimana diterapkan di Universitas Islam Madinah dan Universitas Al-Imam Muhammad Bin Suud Riyadh Saudi Arabia yang berorientasi pada 4 keterampilan dasar berbahasa arab, yaitu Maharatul Istima’, Maharatul Kalam, Maharatul Qira’ah, dan Maharatul Kitabah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik mengkaji tentang campur kode ini.

Alasan peneliti memilih campur kode pada bahasa santriwati di ma‟had Abu Ubaidah Bin Al-jarrah sebagai objek penelitian dikarenakan peneliti sendiri pernah belajar di ma‟had dan melihat secara langsung penggunaan bahasa yang bercampur antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia yang menunjukkan kelemahan siswa dalam menguasai bahasa Arab secara sempurna. Penggunaan campur kode yang akan diteliti terbatas pada santriwati Mustawa Awal disebabkan minimnya akses yang diberikan pihak ma‟had terhadap peneliti perempuan untuk mengadakan penelitian terhadap santri. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendapat Suwito (1983) sebagai landasan teori.

(23)

6 1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja tipe campur kode yang terdapat dalam percakapan santriwati Mustawa Awal Mahad Abu Ubaidah Bin Al-jarrah Medan?

2. Apa saja jenis campur kode yang terdapat dalam percakapan santriwati mustawa awal Mahad Abu Ubaidah Bin Al-jarrah Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui tipe campur kode yang terdapat dalam percakapan santriwati mustawa awal Mahad Abu Ubaidah Bin Al-jarrah Medan.

2. Untuk mengetahui jenis campur kode yang terdapat dalam percakapan santriwati mustawa awal Mahad Abu Ubaidah Bin Al-jarrah Medan.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberi sumbangan bagi perkembangan teori dan pengetahuan dalam bidang sosiolinguistik, khususnya penggunaan pola pemilihan bahasa yang terjadi pada masyarakat multilingual di Ma‟had Abu Ubaidah Bin Al- jarrah Kota Medan.

2. Manfaat praktis

Untuk mengetahui perkembangan penggunaan bahasa Arab di pondok pesantren.

Selain itu, penelitian ini dapat menunjukkan kelebihan kemampuan santri dalam berbahasa asing. Dalam hal ini, hasil penelitian merupakan masukan konkret yang dapat dijadikan bahan banding bagi yang membutuhkan.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu

Penelitian tentang campur kode ini sudah pernah diteliti oleh Ritonga (2003) dengan judul “Campur kode dalam Percakapan Santriwati Kelas VII Pondok Pesantren Al-Ansor Manunggang Kota Padang Sidempuan”. Hasil penelitiannya menunjukkan santriwati banyak menggunakan serpihan-serpihan kata bahasa Arab dalam percakapan mereka sehari-hari. Selain itu mereka juga wajib menggunakan bahasa Arab dalam dua minggu setiap bulannya.

Penelitian tentang campur kode ini juga sudah pernah diteliti oleh Aslamiah (2003) dengan judul “Pemakaian Campur Kode Dalam Komunikasi Lisan Siswa-Siswi Pesantren Al-Manar Medan Johor”. Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini, ada tiga unsur dalam peristiwa campur kode pada komunikasi lisan siswa Pesantren Al- Manar yaitu, kata frase, klausa, dengan klasifikasi kata terdiri atas ism, fi’l, huruf. Frase terdiri atas idhafah, na’at man’ut, dan jar majrur. Klausa terdiri atas jumlah fi’liyah dan jumlah ismiyah.

Noviansyah (2009) dalam skripsinya dengan judul ”Campur Kode dalam Percakapan antar Mahasiswa Prodi Pendidikan dan Sastra Perancis Jurusan Bahasa dan Sastra Asing Universitas Negeri Semarang”. Rio meneliti tentang percakapan yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi Pendidikan dan Sastra Perancis dan juga meneliti tentang kode dan campur kode pada mahasiswa Prodi Pendidikan dan Sastra Perancis. Kemudian ia juga mendeskripsikan tataran kebahasaan dan kode paling dominan yang digunakan oleh mahasiswa serta mendeskripsikan hubungan timbal balik antara peran dan fungsi bahasa dalam teori campur kode. Selain itu juga mendeskripsikan tentang jenis campur kode yang ada dalam percakapan mahasiswa yaitu terdiri dari campur kode ke luar dan campur kode ke dalam. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penutur banyak yang melakukan campur kode keluar dengan kode utama bahasa Indonesia. Adapun faktor yang

(25)

8

melatarbelakangi terjadinya campur kode adalah ketidaksengajaan, kebiasaan, rasa keragaman, dan menunjukkan kemampuan berbahasa Inggris.

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini membahas tentang jenis-jenis campur kode dan peneliti juga membahas tentang tipe - tipe yang terjadi pada campur kode tersebut. Peneliti melakukan penelitian sosiolinguistik dengan bahasan ANALISIS CAMPUR KODE DALAM PERCAKAPAN SANTRIWATI MUSTAWA AWAL MA‟HAD ABU UBAIDAH BIN AL-JARAAH MEDAN.

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Campur Kode

Campur Kode merupakan situasi penggunaan suatu bahasa ke dalam bahasa lain.

Hal ini juga dapat dikatakan sebagai pencampuran bahasa. Campur kode dapat juga dinyatakan pemakaian dua bahasa atau lebih atau dua varian bahasa dalam suatu situasi tertentu. (KBBI : 2005-190)

Jikalau yang berbincang – bincang orang yang terpelajar, kita dapat juga melihat campur kode antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Nababan (1993: 32). Chaer dan Agustina (1995 : 151) berpendapat bahwa, campur kode adalah digunakannya serpihan-serpihan dari bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa.

Chaer dan Agustina (1995 : 151) berpendapat bahwa, campur kode adalah digunakannya serpihan-serpihan dari bahasa lain dalam menggunakan suatu bahasa.

Menurut Suwito (1983 : 75) ciri-ciri campur kode adalah unsur-unsur bahasa atau variasinya yang menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi tersendiri.

Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi.

Adapun Thelander dalam Suwito (1983 : 73) berpedapat bahwa, “Apabila dalam suatu tuturan terjadi percampuran atau kombinasi antara variasi-variasi yang berbeda di dalam suatu klausa yang sama, maka peristiwa itu disebut campur kode. Klausa-klausa yang berisi campuran dari beberapa variasi yang berbeda disebut klausa baster (Hybrid Clauses).

Suwito (1983 : 75) Campur kode merupakan konvergensi kebahasaan (linguistic

(26)

convergence) yang unsur - unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masing - masing telah menanggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya.

Seorang penutur yang menguasai banyak bahasa akan mempunyai kesempatan bercampur kode lebih banyak dari pada penutur lain yang hanya menguasai satu dan dua bahasa saja, tetapi itu tidak berarti bahwa penutur yang menguasai lebih banyak bahasa selalu lebih banyak bercampur kode, sebab apa yang hendak dicapai oleh penutur dengan tuturannya sangat menentukan pilihan bahasanya, atau dengan kata lain apabila ia memilih bercampur kode, maka pemilihannya itu dianggap cukup relevan dengan apa yang hendak dicapai oleh penuturnya.

Warisman, (2014 : 96) memberikan alasan yang mendorong terjadinya campur kode ada tiga hal yaitu :

1. Identifikasi peranan 2. Identifikasi ragam

3. Keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan.

Ketiga hal ini saling tergantung dan tidak jarang bertumpang tindih.

2.2.2 Tipe Campur Kode

Menurut Suwito (1983 : 76) tipe campur kode dapat dibedakan menjadi dua golongan : 1. Campur kode ke luar (outer code mixing)

Campur kode ke luar adalah campur kode yang unsur - unsurnya bersumber dari bahasa asing.

2. Campur kode ke dalam (inner code mixing)

Campur kode ke dalam adalah campur kode yang unsur-unsurnya bersumber dari bahasa asli.

2.2.3 Jenis - Jenis Campur Kode

Menurut Suwito (1983 : 78) membedakan campur kode menjadi beberapa macam :

(27)

10 1. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata

Kata dalam tataran morfologi adalah satuan gramatikal yang bebas dan terkecil.

Dalam tataran sintaksis kata dibagi dua yaitu kata penuh dan kata tugas. Kata penuh (fullword) adalah kata yang termasuk kategori nomina, verba, ajektiva, adverbial, dan numeralia. Sebagai kata penuh memiliki makna leksikal masing- masing dan mengalami proses morfologi.

Al- Ghulayaini (1992 : 29) menyatakan bahwa :

فشع ٚ ًؼف ٚ ُعا : َاغلا ترلار ٟ٘ ٚ دشفِ ٕٝؼِ ٍٝػ يذ٠ عفٌ : تٍّىٌا /ˋal-kalimatu : lafẓun yadullu ‘alā ma’nā mufradin wa hiyā ṡalāṡatu ˋaqsāmin ism wa fi’lun wa harfun.

Kata adalah lafal yang menunjukkan kepada suatu makna yang tersendiri, dan kata itu sendiri terdiri dari tiga macam, yaitu ism, fiil dan harf.

Kata adalah lafal yang menunjukkan kepada suatu makna yang tersendiri. Al-Ghulayaini (1992 : 15).

Contoh Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata : A : Anti sudah makan?

B : Alhamdulillah sudah A : Kapan?

B : Qabla masuk ke kelas tadi.

Peristiwa di atas adalah peristiwa campur kode berwujud kata, yaitu terdapatnya unsur bahasa Arab qobla ke dalam tuturan bahasa Indonesia yang bermakna sebelum.

Selanjutnya Al-Ghulayain(1992-15) menjelaskan kategori kata dalam bahasa Arab terbagi menjadi 3 (tiga), yaitu :

1. Ism (nomina)

Menurut Ghulayaini (1992 : 29)

ْاِضب ْشخمِ ش١غ ٗغفٔ ٟف ٕٝؼِ ٍٝػ يداِ : ُعلإا /ˋal-ˋismu : mā dalla ‘alā ma’na fῑ nafsihi ghairi muqtarinin bizamānin/ “

(28)

Ism adalah sesuatu yang menunjukkan arti pada dirinya, tanpa disertai oleh waktu”.

Menurut Ni‟mah (Tanpa Tahun : 17) definisi ism yaitu :

ٚا ْاٛ١ع ٚأ ْاغٔإ ٍٝػ يذح تٍّو ٛ٘ ُعلإا ِٓ دشضِ ٕٝؼِ ٚا تفط ٚا ْاِص ٚا ْاىِ ٚاداّص ٚا ثابٔ

ْاِضٌا /al-ismu huwa kalimatin tadullu ‘alā insānin aw hayawānin aw nabātin jamādin aw makānin aw zamānin aw ṣifatin aw ma’nā mujarradin min az-zamani/ “

Isim merupakan sebuah kata yang menunjukan manusia, hewan, tumbuh tumbuhan, benda padat, tempat, waktu, sifat atau makna mujarrad dari waktu”.

Ditinjau dari jenisnya maka ism dibagi ke dalam dua bagian yaitu ism muzakkar dan ism muannas, sebagaimana yang dikatakan Gulayaini (2010:109)

: شوزٌّ اف ﺏاخو ٚ شّل ٚ ْاظع ٚ ًصشو )ز٘( هٌٛمب ٗ١ٌإ ش١شح ْأ ظظ٠ اِ

/fāl muzakkaru : mā yaṣiḥu ān tusyira ilaihi biqawlika (haẔā) karajulin wa ḥiṣānin wa qamarin wa kitābin/

Ism muzakkar adalah ism yang dapat ditunjuki dengan lafal isyarah /haẔa/ seperti /rajulun/ orang laki-laki, /ḥiṣānun/ kuda, /qamarun/ rembulan dan /kitābun/ buku kitab.

ساد ٚ ظّش ٚ تلأ ٚ ةأشِا : )ٖز٘( : هٌٛمب ٗ١ٌإ ش١شح ْأ ظظ٠ اِ : ذٔؤٌّاٚ

/wāl mu’annaṣ : mā yuṣiḥu an tasyīra ilaīhi bi qaulika (haẔihi) imraatun wa nāqatun wa syamsun wa dārun/

Ism muannas adalah ism yang dapat ditunjuki dengan lafal isyarah /haẔihi/

seperti \nāɋatun\ unta \imraatun\ „orang perempuan‟, \syamsun\ „matahari‟, \dārun\

‘kampung rumah‟.

(29)

12 2. Fi’lun (verba)

صاخ ْاِص ٝف ئش دٚذع ٍٝػ يذح تٍّو ًو ٛ٘ ًؼفٌا

/Al-fi’lu huwa kullu kalimatin tadullu ‘ala hudutsi syai’in fi zamanin khassin/

‘Fi’l adalah semua kata-kata yang menunjukkan akan kejadian sesuatu pada waktu tertentu.

3. Harfun

ا٘ ش١غ غِ لاإ ٕٝؼِ اٌٙ ظ١ٌ تٍّو ًو ٛ٘ فشغٌا

/al-harfu huwa kullu kalimatun laisa lahā ma’na illā ma’a ghairihā/

‘Harf adalah semua kata-kata yang tidak memiliki makna sempurna kecuali digabungkan dengan kata lain.

2. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa

Frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih dan tidak memiliki unsur predikat. Pembentukan frasa itu harus berupa morfem bebas, bukan berupa morfem terikat. Contoh belum makan dan tanah tinggi adalah frase, sedangkan tata boga dan interlokal bukan frase, karena boga dan inter adalah morfem terikat. Al- Khuli (1982:

215).

Al- Khuli (1982: 147) mengatakan bahwa frasa adalah

ساضٌا ٚأ ت١بشؼٌا ٝف ٗ١ٌإ فاضِٚ فاضٌّاٚ فشظٌا ًزِ ٖشبخٚ أذخبِ ْٚد ٚأ ٍٗؼفٚ ًؼف ْٚد ثاٍّو تػّٛضِ

سٚشضٌّاٚ

/majmȗ’atu kalimātin duna fi’li wa fi’lihi au duna mubtada’in wa khabarihi, mislu az- zharfu wa al-mudāfu wa mudāfu ilaihi fi al-arabiyati au al-jāri wa al-majrūri/

„kelompok kata tanpa fi’il dan fa’il atau tanpa mubtada’ dan khabar seperti zharaf dan mudhaf ilaihi dan jar majrur’

(30)

Contoh Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa : A : Anti mau kemana?

B : Ilā al-maskani

Peristiwa di atas adalah peristiwa campur kode berwujud frasa, masuknya unsur bahasa Arab‗ ilā al-maskani ke dalam tuturan bahasa Indonesia yang bermakna ke asrama.

3. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster (Pembentukan Asli dan Asing)

Baster merupakan hasil perpaduan dua unsur bahasa yang berbeda, membentuk satu makna. Istilah bentuk baster mengacu pada bentuk campuran antara bahasa Inggris dan bahasa Indonesia yang digunakan dalam kalimat bahasa Indonesia yang merupakan bahasa inti.

Contoh penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster :

Banyak klap malam yang harus ditutup. Hendaknya melakukan hutanisasi kembali.

Kata klap dan hutanisasi pada teks di atas menunjukan penyisipan unsur berwujud baster.

4. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata

Proses pengulangan merupakan peristiwa pembentukan kata dengan jalan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian, baik bervariasi fonem maupun tidak, baik berkombinasi dengan afiks maupun tidak. Misalnya, sepeda-sepeda diulang seluruhnya tanpa variasi fonem dan tanpa kombinasi afiks. Memukul-mukul diulang sebagian, gerak- gerik diulang seluruhnya, dengan variasi fonem, buah-buahan diulang seluruhnya dengan kombinasi afiks.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pada fenomena campur kode adalah seorang penutur pada dasarnya menggunakan sebuah varian suatu bahasa.

Pada penggunaan itu, menggunakan serpihan-serpihan kode dari bahasa yang lain.

Serpihan-serpihan unsur bahasa tersebut dapat berupa kata sampai klausa, dapat juga berupa kata ulang, idiom maupun baster. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata. Suwito (1983 : 78-80).

(31)

14

Contoh penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata :

A : Ukhty bolehkah ajarkan saya pelajaran sharaf dengan mahlan-mahlan?

B : Boleh ukhty

Peristiwa di atas adalah peristiwa campur kode berwujud pengulangan kata, masuknya unsur bahasa Arab mahlan-mahlan ke dalam tuturan bahasa Indonesia yang bermakna pelan - pelan.

5. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud idiom

Idiom adalah bahasa yang telah teradatkan, artinya, bahasa yang sudah biasa dipakai seperti itu dalam suatu bahasa oleh para pemakainya. Hubungan makna idiom itu bukanlah makna sebenarnya kata itu. Idiom tidak dapat diartikan secara harfiah ke dalam bahasa lain. Idiom dewasa ini dalam bahasa Indonesia disebut dengan istilah ungkapan.

Unsur suatu idiom membentuk kesatuan yang padu. Idiom harus muncul seperti itu, tidak boleh dikurang-kurangi karena seperti dikatakan tadi sudah merupakan bahasa teradatkan.

Al-Khuli (1982: 125) memberikan defenisi ungkapan sebagai berikut:

تغٌٍا ٖزخخح ٞزٌا ٟباخىٌا ٚأ ثٛظٌا ًىشٌا : ش١بؼخٌا /At-ta’bīru : al-syaklu al-ṣauti aw al-kitābī al-lażī tattakhiżu al-lugati/

„Ungkapan adalah bentuk suara atau tulisan yang dijadikan sebagai suatu bahasa.‟

Contoh Penyisipan unsur-unsur yang berwujud idiom : A : Apa pendapatmu tentang waktu?

B : Al-waqtu ka al-saifi

Peristiwa di atas adalah peristiwa campur kode berwujud idiom, masuknya unsur bahasa Arab al-waqtu ka al-saifi ke dalam tuturan bahasa Indonesia yang bermakna waktu itu seperti pedang.

(32)

6. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa

Klausa adalah satuan sintaksis berbentuk rangkaian kata-kata yang berkontruksi predikatif. Di dalam klausa ada kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib.

Menurut Kridalaksana (2008 :124) klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subyek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.

Klausa menurut Gulayaini (1992 : 691)

أذخبِ ٍٗطااِّ ٚأ،شبخٌا ٚ أذخبٌّا ِٓ تفٌؤِ جٔاو اِ : ت١ّعلاا تٍّضٌا /Al-jumlatul ismiyatun : mā kānat mu’alafatu minal mubtada’i wal khabari aw mimma aṣluhu mubtada’/

“Al-jumlatu ismiyatun ialah kalimat yang tersusun dari mubtada dan khobar.

Contoh penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa : A : Apakah kamu melihat Zainab?

B : żahabat ilā al-maskan tadi

Peristiwa di atas adalah peristiwa campur kode berwujud klausa, masuknya unsur bahasa Arab żahabat ilā al-maskan ke dalam tuturan bahasa Indonesia yang bermakna dia sudah pergi ke asrama.

(33)

16 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Mahad Abu Ubaidah Bin Al-jarrah yang berada di Jalan Kutilang No. 22, Sikambing B Medan Sunggal Kota Medan, Sumatera Utara. Ma‟had Abu Ubaidah ini berdiri sejak tahun 2005 sampai sekarang.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ma‟had Abu Ubaidah Bin Al-Jarrah dengan membutuhkan waktu selama 7 (tujuh) bulan mencakup masa persiapan dan pengumpulan data, pengelolahan dan analisis data.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) merupakan penelitian kualitatif dimana peneliti mengamati dan berpartisipasi secara langsung dalam penelitian skala sosial kecil dan mengamati budaya setempat. Dengan begitu, penelitian lapangan merupakan suatu penelitian yang dilakukan di suatu lapangan tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan metode cakap teknik bebas cakap, catat dan rekam. Metode cakap teknik bebas cakap untuk menunjukkan bahwa informan benar melakukan komunikasi campur kode, selain itu peneliti hanya berperan sebagai pengamat pengguna bahasa oleh para informannya. Data yang diperoleh diabadikan dengan mencatatnya pada satu data dan sekaligus direkam.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi dan Sampel

Populasi menurut Arikunto (1998 : 115) adalah keseluruhan subjek penelitian.

Sampel penelitian menurut Arikunto (1998 : 127) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan sampel acak sederhana, dimana sebuah sampel dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

(34)

Menurut (Soewaji 2012 : 131-132) Apabila jumlah populasi hanya diantara 10-100 orang / satuan agar mengambil seluruh anggota populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya banyak dapat diambil 10% hingga 15% atau 25% saja. Dengan demikian karena jumlah santri mustawa awal ma‟had Abu Ubaidah bin Al-Jarrah berjumlah 35 orang maka peneliti akan mengambil keseluruhan subjek penelitian ini.

3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penelitian adalah cara kerja yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan.

Dalam penelitian diperlukan data yang dijadikan bahan baku untuk penelitian.

Pengumpulan data yang digunakan untuk membahas masalah pertama dalam penelitian ini adalah metode simak.

Pengumpulan data dengan mempergunakan metode simak tersebut dilaksanakan dengan bantuan teknik-teknik sebagai berikut:

A. Teknik Simak Bebas Libat Cakap (Teknik SBLC)

Dalam teknik ini, peneliti hanya berperan sebagai pengamat tanpa ikut terlibat dalam peristiwa penggunaan bahasa oleh para informannya. Peneliti tidak terlibat dalam pertuturan bahasa yang sedang ditelitinya (Mahsun, 2005: 90).

B. Teknik Rekam

Teknik ini dipergunakan dengan tujuan merekam kegiatan pembicaraan yang sedang berlangsung antarsiswa. Perekaman dilaksanakan dengan bantuan tape recorder / handphone dan dilaksanakan tanpa sepengetahuan para siswa sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang objektif.

C. Teknik Catat

Selain mempergunakan teknik rekam, hasil penyadapan diwujudkan pula dalam bentuk catatan. Hal tersebut dapat membantu dalam proses pengumpulan data karena tidak semua hasil penyadapan dapat terekam. Selain itu, teknik catat juga membantu dalam proses pemindahan hasil rekaman ke dalam bentuk tulisan untuk selanjutnya diklasifikasikaz

(35)

18 3.5 Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul kemudian akan dianalisis dengan teknik atau metode yang sesuai. Dalam penelitian ini, teknik yang dilakukan yaitu dengan metode agih yang alat penentu dalam rangka kerja metode agih itu selalu berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi, adverbia), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat), klausa, silabel kata, titi nada, dan sebagainya.

(Sudaryanto, 1993: 15-16).

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Penelitian ini mengambil kasus pada santriwati mustawa awal Ma‟had Abu Ubaidah Bin Al Jarrah terhadap kemampuan berbicara bahasa Arab santriwati mustawa awal Ma‟had Abu Ubaidah Bin Al jarrah. Berdasarkan yang telah peneliti teliti dari 35 santriwati, kemampuan campur kode berbahasa menghasilkan tipe campur kode keluar dan jenis campur kode berwujud kata, klausa, frasa. Peneliti melakukan observasi secara langsung agar mengetahui kemampuan berbahasa mereka.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Tipe Campur Kode Dalam Percakapan Santriwati Mustawa Awal Ma’had Abu Ubaidah Bin Al-jarrah Medan

Tipe campur kode yang terjadi dalam percakapan santriwati Mustawa Awal Ma‟had Abu Ubaidah Bin Al-jarrah Medan adalah masuknya unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing (Outer code mixing), yaitu berupa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia dan campur kode bahasa Indonesia dalam bahasa Arab.

Campur kode keluar (outer code mixing) Bahasa Arab Dalam Bahasa Indonesia Percakapan (1)

(Percakapan dilakukan setelah jam pelajaran selesai) A : Disini ada Rohana?

B : Tidak, sudah żahabat ilā al-maskan ( ٓىغٌّا ٌٝا جب٘ر ) (Tidak, sudah pergi dia ke asrama)

Pada kalimat tersebut terdapat klausa yang merupakan bahasa Arab yaitu ٓىغٌّا ٌٝا جب٘ر / żahabat ilā al-maskan / „dia sudah pergi ke asrama‟ yang merupakan jumlah fi’liyah. Klausa dia sudah pergi ke asrama dalam bahasa Indonesia disebut klausa verba, yang terdiri dari جب٘ر / żahabat / fi’il dan fa’il, serta ٓىغٌّا ٌٝا / ilā al-maskan / jār dan majrūr. Adapun penyisipan klausa żahabat ilā al-maskan tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

(37)

20 Percakapan (2)

A : Besok selesai imtihān/ ْاغ / urīdu ( ﺃخِا ذ٠س ) pulang kampung (Besok selesai ujian saya mau pulang kampong)

B : Kenapa pulang kampung lakin (ٓىٌ) kita ada nasyat )ظشٔ)?

(Kenapa pulang kampong tetapi kita ada ektrakurikuler) A : Sudah lama aku tidak bertemu orang tuaku

B : Tapi baru jā’a (ءاص) nya wālidaiki (ه٠ذٌاٚ) (Tapi baru datangnya orang tua kamu) A : Na’am (ُؼٔ)

(Iya)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata dan frasa.

Serpihan yang berwujud kata yaitu ْاغزِا / imtihān / ‘Ujian‟ yang berbentuk Isim masḍhar.

Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu ذ٠س / urīdu / „ingin‟ berbentuk fi’il muḍharik. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu ٓىٌ / lakin / „tapi‟

berbentuk sebagai huruf. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu ظشٔ / nasyat / ‘ekstrakurikuler‟ berbentuk sebagai fi’il maḍhi. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu ءاص / jā’a / „datang‟ yang berbentuk fi’il maḍhi. Kemudian serpihan yang berwujud frasa yaitu ه٠ذٌاٚ / wālidaiki / „kedua orangtuamu‟. Dalam bahasa Arab bentuk ini disebut idafah sedangkan dalam bahasa Indonesia berupa frasa nomina.

Penyisipan kata dan frasa diatas, merupakan tipe campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (3)

A : Amsi (ظِأ), saya di panggil ustadzah (Kemarin, saya di panggil ustadzah) B : Kenapa?

A : Ana )أأ) tidak boleh ujian karna absen ana )أأ) terlalu banyak (Saya tidak boleh ujian karna absen saya terlalu banyak)

A : Sabar ya ukhtī (ٟخخأ ), man sabara żafara ( شفظشبط ِٓ) (Sabar ya saudariku, siapa yang bersabar akan beruntung)

(38)

B : In syaAllah ukhty

(Jika Allah menghendaki saudariku)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata. Serpihan yang berwujud kata yaitu ظِأ Amsi / „Kemarin‟ yang berbentuk ism zaman (Adv). Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu أأ/ ana / „saya‟‟ yang berupa ism ḍamīr. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu ٟخخأ/ ukhtī / ‘saudariku‟

merupakan iḍāfah. Kata جخأ / ukhtun / disebut muḍāf dan kata ٞ /// ya / sebagai penanda kepemilikan disebut muḍāfun ilaih. Dalam kalimat tersebut juga terdapat ungkapan yang merupakan serpihan bahasa Arab yaitu شفظ شبط ِٓ / man ṣabara żafara / „siapa yang sabar dia yang menang‟ berupa jumlah ismiyah yang dalam bahasa Indonesia disebut klausa nomina terdiri dari ِٓ / man harf syarat, شبط / ṣabara fi’il māḍi, fā’ilnya tersembunyi takdirnya huwa. شفظ / żafara fi’il maḍhi dibina atas fath menjadi jawab syarat. Adapun penyisipan kata ukhtī dan ungkapan man ṣabara żafara tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (4)

A : Saya besok libur kuliah B : lazīz (ز٠زٌ) lah anti.

(Enak lah kamu)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata. Serpihan yang berwujud kata yaitu ز٠زٌ / lazīz / „enak‟ yang berbentuk nomina (ism jamid). Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu جٔأ / anti / ‟engkau seorang perempuan‟

yang berupa ism ḍamīr. Adapun penyisipan kata lazīz, dan anti tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (5) A : Mau kemana anti?

(Mau kemana kamu?) B : Mau ke maqṣaf (ﻒظمِ)

(Mau ke Kantin)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata. Serpihan yang berwujud kata yaitu ﻒظمِ / maqṣafun / „kantin‟ yang berupa ism makan „tempat‟.

(39)

22

Adapun penyisipan kata maqṣafun tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (6)

A : Kamu mau membeli apa di kantin?

B : Mau asytarī (ﻱرﺘﺷﺃ) mie”

(Saya mau membeli mie)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata. Serpihan yang berwujud kata yaitu ﻱرﺘﺷﺃ / asytarī / „membeli‟ yang berupa fi’il muḍāri’. Adapun penyisipan kata asytarī tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing)

Percakapan (7)

A : Hari ini ana )أأ) mau pasang behel ukh (Hari ini saya mau pasang behel saudariku) B : Nanti marīḍ sinnuki ( ّﻨﺳﻚ ﺾيرﻣ )

(Nanti sakit gigi kamu) A : Tidak ukhty (ٟخخأ)

(Tidak saudariku)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata dan frasa. Serpihan yang berwujud kata yaitu ﺾيرﻣ / marīḍ / „sakit‟ yang berupa ism mufrad mużakkar sekaligus muḍāf. Kemudian serpihan yang berwujud frasa, yaitu ﻦ ﺳ / sinnun /

„gigi‟. Dalam bahasa Arab bentuk ini disebut idafah dalam bahasa Indonesia disebut frasa nomina. Adapun penyisipan kata dan frasa tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (8)

A : Anti (ﺖﻧﺃ) semalam membawa buku ana )أأ) pulang

(40)

(Kamu semalam membawa buku saya pulang)

B : Betulnya itu, anti (ﺖﻧﺃ) maafkanlah kaṡīr (رﻴﺜﻛ) pahala anti (ﺖﻧﺃ).

(Betulnya itu, kamu maafkanlah banyak pahala kamu) A : iya benar

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata.

Serpihan yang berwujud kata yaitu ﺖﻧﺃ / anti / „engkau seorang perempuan‟ berupa ism ḍamīr. Kata yan g merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu رﻴﺜﻛ / kaṡīrun / „banyak‟

berupa isim. Kata رﻴﺜﻛ / kaṡīrun / berasal dari kata ّﺜﻛر / kaṡṡara/. Adapun penyisipan kata anti dan kaṡīrun tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (9)

A : saya belum selesai tugas B : anti (جٔأ) lah itu

(Kamu lah itu)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata. Serpihan yang berwujud kata, yaitu ﺖﻧﺃ / anti / „engkau seorang perempuan‟ yang berupa ism ḍamīr.

Adapun penyisipan kata anti tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (10)

A : Ustadz belum keluar kelas?

B : Sebentar lagi, ًظفٌا ِٓ سشخ٠ راخعأ (Sebentar lagi ustad keluar dari kelas)

Pada percakapan diatas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud klausa.

Serpihan yang berwujud klausa, yaitu راخعأ /ustāz/ „ustaz‟ sebagai mubtada’ dan ِٓ سشخ٠

ًظفٌا / yakhruju min al-faṣli/ „keluar dari kelas‟ sebagai khabar mubtada’ yang berbentuk jumlah. Adapun penyisipan klausa yakhruju min al-faṣli tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (11)

A : Banyak sekali hafalan dari ustadzah

(41)

24

B : lā tagdab wa laka al-jannah ( ّٕضٌات هٌٚ بضغح لا), ingatkan ukhtī (ٟخخأ)?

(Jangan marah bagimu surga, ingatkan saudariku) A : iya, saya ingat

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud ungkapan.

Serpihan yang berwujud kata yaitu ّٕضٌات هٌٚ بضغح لا / lā tagdab wa laka al-jannah / „jangan marah bagimu syurga‟ berupa jumlah fi’liyah yang dalam bahasa Indonesia disebut klausa verba (KV). Terdiri dari لا / lā sebagai huruf nāhi, بضغح / tagḍab fi’il muḍāri’ yang dijazmkan karena masuk harf ٚ / waw harf isti’ naf, هٌ / laka / jār majrur pada tempat rafa’ menjadi khabar muqaddam, dan تٕضٌا/ jannah dirafa‟kan menjadi mubtada muakhhar. Kata ukhtī merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu ٟخخأ / ukhtī /

„saudariku‟ merupakan iḍāfah. Kata جخأ / ukhtun / disebut muḍāf dan kata ٞ / ya / sebagai penanda kepemilikan disebut muḍāfun ilaih. Adapun penyisipan ungkapan lā tagdab wa laka al-jannah dan kata ukhtī tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (12)

A : Ukhty (ٟخخأ) tidak terasa pekan depan kita sudah ujian (Saudariku tidak terasa pekan depan kita sudah ujian)

B : Iya, lā yajūz nal’ab kasīran munżu al-an (ْلأا زِٕ اش١زو بؼٍٔ صٛض٠ لا).

(Iya, kita tidak boleh banyak bermain mulai sekarang) A : iya ukhty

(Iya saudariku)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud klausa.

Serpihan yang berwujud klausa, yaitu ْلأا زِٕ اش١زو بؼٍٔ صٛض٠ لا / lā yajūz nal’ab kasīran munżu al-an / „kita tidak boleh banyak bermain-main lagi sejak sekarang‟. Dalam bahasa Arab bentuk ini disebut jumlah fi’liyah sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut klausa verba (KV). Klausa اش١زو بؼٍٔ صٛض٠ لا/ lā yajūz nal’ab kasīran / terdiri dari صٛض٠ لا fi’il

(42)

muḍāri’, بؼٍٔ fi’il muḍāri’ yang dimasuki ْأ muḍmaratan fail dengan fā’il mustaṭir takdirnya غٔٓ . اش١زو / kasīran / adalah ism yang menempati posisi sebagai hal. ْلأا زِٕ / munżu al- an / adalah iḍāfah yang terdiri dari زِٕ / munżu / sebagai muḍāf dan ْلأا al-an / sebagai muḍāfun ilaih. Adapun penyisipan klausa lā yajūz nal’ab kasīran munżu al-an tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (13)

A : Hari ini ج١بٌا ًّػ di kumpul (Hari ini tugas di kumpul) B: PR apa?

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud frasa. Serpihan yang berwujud frasa, yaitu hari ini ج١بٌا ًّػ / amalu al-bait / „Pekerjaan Rumah‟. Di dalam bahasa Arab bentuk ini di sebut idofah, betuk ًّػ /amalu/ „pekerjaan‟ sebagai muḍhaf dan ج١بٌا /al-bait/ „rumah‟ sebagai muḍafun ilahi sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut frasa nomina. Adapun penyisipan Frasa amalu al-bait tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (14) A : Anti mau kemana?

B : ٓىغّ ٌٝا (Ke asrama)

Pada percakapan diatas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud frasa. Serpihan yang berwujud frasa, yaitu ٓىغّ ٌٝا / ilā al-maskani / „ke asrama‟. Pada kalimat tersebut terdapat penyisipan unsur bahasa berupa frasa nomina yaitu ٓىغّ ٌٝا / ilā al-maskani / „ke asrama‟ Di dalam bahasa Arab bentuk ini di sebut jar majrur sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut frasa verba. Adapun penyisipan Frasa ilā al-maskani tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (15)

(43)

26 A: Kamu di minta ustadz ْاٛ٠ذٌا ٌٟإ / ila ad-dīwāni?/

(Kamu di minta ustadz ke kantor) B : ؟ٝخِ /mata?/

(Kapan) A : Sekarang

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud frasa. Serpihan yang berwujud frasa, yaitu ْاٛ٠ذٌا ٌٟإ / ila ad-dīwāni/ „ke kantor’. Dalam bahasa Arab bentuk ini disebut jar majrur, bentuk ٌٟإ /ila/ sebagai huruf jar dan ْاٛ٠ذٌا /ad-diwāni/

sebagai majrur sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut frasa preposisi. Adapun penyisipan Frasa ila ad-dīwāni tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (16)

A : kamu membeli apa tadi?

B : Membeli ḥalībun muṡallajun (شٍزِ ب١ٍع) (Membeli es krim)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud frasa.

Serpihan yang berwujud frasa, yaitu شٍزِ ب١ٍع / ḥalībun muṡallajun / „es krim‟. Dalam bahasa Arab bentuk ini disebut na’at wa man’ut sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut frasa nomina (FN). Adapun penyisipan kata ب١ٍع / ḥalībun / disebut na’at dan kata شٍزِ / muṡallajun / disebut ma’ut. Adapun penyisipan frasa ḥalībun muṡallajun merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (17)

A : Besok kamu ada pekerjaan?

B : Mau menggusli (ًغغ) baju (Mau mencuci baju)

(44)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata.

Serpihan yang berwujud kata, yaitu ًغغ / gasala / „cuci‟ yang berbentuk verba (fi’il māḍī) yang kemudian dimasuki awalan meng dari bahasa Indonesia menjadikannya kalimat yang bercampur kode dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Adapun penyisipan kata gasala tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing)

Percakapan (18)

A : gadan ( ذغا ) saya ujian di ruangan A (Besok saya ujian di ruangan A) B : semoga sukses buat kamu gadan ( ذغا )

(Semoga sukses buat kamu besok)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata.

Serpihan yang berwujud kata, yaitu اذغ / gadan / „besok‟ yang berbentuk ism zaman (Adv).

Adapun penyisipan kata gadan tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (19)

A : maadza ( اَر ) maumu? اَِ

(Apa maumu)

B : urīdu (ذ٠س ) pulang cepat (Saya mau cepat pulang) A : Kenapa?

B : Lianna )ْلأ) sakit kepala (Soalnya sakit kepala)

(45)

28

Pada percakapan diatas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata.

Serpihan yang berwujud kata, yaitu اَر /maadza / „apa‟ yang berbentuk ism istifham atau اَِ

kata tanya. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu ذ٠س / urīdu / „ingin‟ yang berbentuk fi’il madhi. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu ْلأ /lianna /

„karena‟ yang berbentuk ism inna Adapun penyisipan kata maadza, urīdu dan Lianna tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (20)

A : Sudah kamu hafal mufradat )ثادشفِ( dari ustadzah )ةراخعأ(?

(Sudah kamu hafal kosakata dari ustadzah) B : Sudah, walakin )ٓىٌٚ( belum siap semua

(Sudah, akan tetapi belum siap semua) A : kenapa belum siap?

B : maa araftu )جفشػاِ( sebagian (Saya tidak tahu sebagian)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata.

Serpihan yang berwujud kata, yaitu ثادشفِ /mufradat / „kata‟ yang berbentuk ism. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu ةراخعأ / ustadzah / „guru perempuan‟ yang berbentuk ism. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu ٓىٌٚ /walakin / „akan tetapi‟ yang berbentuk huruf. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu جفشػاِ

/ maa araftu / „saya tidak tahu‟ yang berbentuk fi’il maḍhi. Adapun penyisipan kata mufradat, ustadzah, walakin dan maa araftu tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (21)

(46)

A : Hari sabtu nanti kamu ikut nasyat ( شٔظ ) (Hari sabtu nanti kamu ikut ekstrakurikuler) B : In syaAllah, anti? (جٔأ الله اش ْا )

(Jika Allah menghendaki, kamu ?)

A : Ana (أأ) sepertinya izin, ana (أأ ) ada kelas ganti tahsin (ظغح ) (Saya sepertinya izin, saya ada kelas ganti perbaikan)

B : oh begitu

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata.

Serpihan yang berwujud kata, yaitu شٔظ /nasyat / „mengaktifkan‟ yang berbentuk fi’il madhi. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu الله اش ْا / in syaAllah / „atas izin Allah‟ yang berbentuk ism. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu جٔأ /anti / „kamu perempuan‟ yang berbentuk ism ḍhamir. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu أأ / ana / „saya‟ yang berbentuk Ism ḍhamir. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu ظغح / tahsin / „perbaikan‟ yang berbentuk masdhar.

Adapun penyisipan kata nasyat, in syaAllah, anti, ana dan tahsin tersebut merupakan peristiwa campur kode bahasa Arab dalam bahasa Indonesia (outer code mixing).

Percakapan (22)

A : Hari ini kita maraasim ( ُع اشِ)?

(Hari ini kita upacara)

B : iya ba’da qalil ( ً١ٍلذؼب) kita maraasim ( ُع اشِ) (Iya sebentar lagi kita upacara)

Pada percakapan di atas terdapat serpihan bahasa Arab yang berwujud kata.

Serpihan yang berwujud kata, yaitu ُعاشِ /maraasim / „upacara‟ yang berbentuk ism atau kata benda. Kata yang merupakan serpihan kata bahasa Arab yaitu ً١ٍل ذؼب / ba’da qalil /

Referensi

Dokumen terkait

Penanggulangan banjir merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana banjir, baik bencana banjir yang terjadi karena alam maupun bencana banjir yang

Kopi varietas Kartika merupakan varietas yang paling disukai oleh kutu tempurung (C. viridis), sedangkan varietas yang paling sedikit populasi serangannya ialah kopi arabika

Untuk menentukan apakah uang kertas tersebut asli atau palsu maka ditetapkan sebuah konstanta (up = 12000000 ) nilai dasar kemiripan / matching yang pas dengan uang asli,

Proses pembelajaran matematika di kelas merupakan salah satu penentu keberhasilan peserta didik. Guru dituntut untuk memberikan inovasi baru dalam proses belajar

Bahwa seluruh tindakan hukum yang dilakukan TERGUGAT, TURUT TERGUGAT I (satu) dan TURUT TERGUGAT II (dua) sebagaimana uraian di atas, baik karena perbuatan

Program pelatihan institusional berbasis kompetensi yang dilaksanakan oleh UPT Pelatihan Kerja Mojokerto tersebut akan dapat sesuai dengan harapan apabila didasari

Dengan diberlakukannya Kode Etik dan Tata Tertib mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini, maka segala peraturan dan ketentuan yang bertentangan

Sedangkan menurut Asolihin (2012), manfaat maze alur tulis adalah untuk anak yang sedang belajar menggambar, melukis dan menulis permulaan. Berdasarkan kedua pendapat