• Tidak ada hasil yang ditemukan

BOBI HELMY PEDOMANTA KELIAT. Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BOBI HELMY PEDOMANTA KELIAT. Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kontribusi Latihan Dumbbell Arm Swing Dan Latihan Single Leg Back Raise Terhadap Hasil Kecepatan Renang 50 Meter Gaya Bebas Pada Atlet Renang Putra Lumba-

Lumba Binjai

BOBI HELMY PEDOMANTA KELIAT

Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi Stok Bina Guna Medan

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan renang dengan latihan Dumbel Arm Swing dan Latihan Single Leg Back Raise pada Atlet Renang Putra Lumba lumba Binjai. Diharapkan dengan latihan ini mampu untuk meningkatkan kecepatan renang gaya bebas pada Atlet renang putra lumba lumba binjai.

Penelitian ini dilakukan pada bulan januari 2017 di kolam renang binjai, dan di harapkan dengan penelitian ini dapat meingkatkan keterampilan dan kecepatan renang 50 Meter gaya Bebas pada atlet renang putra lumba lumba di binjai sumatera utara. Dengan kontribusi latihan dumbel arm swing dan latihan single back dapat mampu mencetak atlet yang di harapkan dapat meraih prestasi yang lebih baik kedepan nya untuk kota binjai.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa kontribusi latihan dumbel arm swing dan latihan single leg back raise pada atlet renang putra lumbalumba dibinjaidapat meningkat kontribusi daya otot lengan pada renang gaya dada

Kata kunci: latihan Dumbel Arm Swing, latihan Single Leg Back, Renang Gaya dada

BAB I PENDAHULUAN

Pada mulanya olahraga hanya dimanfaatkan untuk sekedar mempertahankan hidup atau untuk mengisi acara dalam upacara adat. Namun cara pandang yang sedemikian kini tenggelam diterpa gelombang waktu dan perjalanan peradaban manusia yang ditandai pesatnya perkembangan ilmu pengetahuaan dan teknologi. Bagi bangsa Indonesia usaha untuk meningkatkan olahraga prestasi sangat mendesak, mengingat prestasi olahraga juga merupakan prestasi bangsa.

Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa oalahraga juga dapat

dijadikan sebagai sarana untuk menyalurkan bakat atau sarana untuk mencapai prestasi dalam dunia olahraga, karena banyak cabang olahraga yang memungkinkan seseorang dapat berprestasi, misalnya adalah olahraga dicabang renang. Renang adalah salah satu cabang olahraga yang baik untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, karena banyak melibatkan otot besar terutama otot lengan dan kaki.

Renang juga banyak digemari masyarakat umum, sebab olahraga renang juga dapat menjadi sarana hiburan, rekreasi dan juga perlombaan. Oleh karena itu, di Indonesia khususnya di kota-kota besar tersedia fasilitas kolam renang yang dapat

(2)

dimanfaatkan oleh masyarakat dengan baik untuk sekedar rekreasi, kebugaran dan prestasi. Sehingga banyak klub renang yang menghasilkan atlet berprestasi.

Dalam mewujudkan prestasi renang perlu pemanduan bakat dan pelaksanaan latihan teratur, terencana serta dengan program yang baik dan benar, ini merupakan langkah strategis dalam mencapai prestasi yang baik.

Dimana pelatih sering kali mencari usaha untuk mengaplikasikan konsep-konsep atau metode-metode latihan kepada perenang. Menurut Harsono (1988 :153) “ sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi”.

Dalam setiap cabang olahraga membutuhkan kemampuan fisik, rasio dan kreatifitas. Dari kemampuan fisik, rasio dan kreatifitas yang tinggi akan memungkinkan seorang atlet mencapai totalitas prestasi maksimum yang mungkin baginya.

Begitu juga dengan olahraga berenang, didalam renang dibutuhkan kemampuan fisik, rasio, dan kreatifitas yang didasari oleh teknik dasar dari cabang tersebut. Dalam hal ini beberapa diantaranya sangat berpengaruh dalam peningkatan prestasi atlet guna menambah peningkatan prestasi yangakan dicapai atlet.

Club renang yang berdiri di kota Binjai salah satu diantaranya adalah club Lumba- Lumba Binjai adalah club renang yang mulai dikenal namanya di kota Binjai pada tahun 2002, namun sudah mulai menelurkan talenta-talenta muda yang berbakat untuk dididik dan dilatih dengan

maksimal untuk menjadi perenang yang memiliki kualitas sehingga dapat menorehkan prestasi yang maksimal.

Adapun prestasi dan kejuaraan yang pernah diikuti antara lain Tirta prima cub popdasu Tanjung Balai 2010, Stabat cup antar pelajar (STOK BINAGUNA Medan), dan masih banyak prestasi dan kejuaraan yang lain Namun hasil yang diraih belum memuaskan yang artinya tidak sesuai harapan, peneliti menduga ada masalah yang berarti berperihal tersebut, yaitu kurangnya kecepatan, hal tersebut terjadi hanya bila power otot lengan dan tungkai lemah sehingga menyebabkan posisi badan sedikit tenggelam yang menghasilkan gaya hambatan yang besar sehingga dapat mengurangi kecepatan.

BAB II. Tinjauan Pustaka

1. Hakekat Renang Gaya Bebas

Renang gaya bebas merupakan renang yang tercepat dibandingkan dengan ketiga gaya lainnya karena renang gaya ini mempunyai koordinasi gerak yang baik dan hambatannya paling minimum. Ciri khas dari renang gaya bebas adalah, gerakan lengannya berputar mirip dengan gerakan baling-baling pesawat udara, dengan gerakan tungkai kakinya turun naik secara menyilang.

Secara teknis Rob Orr (1985 :14) mengemukakan bahwa komponen gerakan renang gaya bebas adalah: a. Posisi badan di permukaan air, b. Gerakan kaki, c.

Gerakan tangan,d. Pengambilan nafas,e.

Koordinasi gerakan.

(3)

a.Posisi Badan Di Permukaan Air

Salah satu cara untuk mengurangi hambatan air pada saat berenang adalah dengan memperhatikan posisi badan di permukaan air, yaitu menjaga kelurusan badan (streamline).

Counsilman (1986 :54) mengemukakan bahwa: Posisi badan pada saat berenang harus dibuat horizontal (streamline) dengan maksud untuk memperkecil tahanan air, sehingga gerak maju di air lebih cepat. Posisi tubuh sejajar dengan permukaan air harus berputar pada garis pusat atau pada rotasinya untuk menghindari adanya gerakan-gerakan tangan atau kaki yang mengakibatkan tubuh menjadi naik turun atau meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan akibatnya pinggul mendapat aksi yang berlawanan dengan kemana arah mengambil nafas. Dengan posisi badan yang lurus dalam permukaan air dapat mempermudah atlet dalam mengambil nafas baik secara hipoksik maupun non hipoksik.

b.Gerakan Kaki (Kicking)

¬ Gerakan kaki gaya crawl dilakukan seperti halnya berjalan di darat secara bergantian antara kaki kiri dan kanan hanya pada badan posisi telungkup mengapung di air. Lecutan kaki tidak berawal dari menggerakkan lutut melainkan mulai dari pangkal paha, sehingga gerakan kaki tidak seperti patah- patah.

Menurut Maglischo (1982 :307):“ gerakan kaki gaya bebas dilakukan ke atas, dan ke bawah secara bergantian, dimulai dari pangkal paha. Gerakan dan irama kaki mirip dengan gerakan kaki manusia pada saat berjalan sehari-hari telah diamati bahwa gerakan maju berenang gaya bebas yang benar adalah gerakan lengan 70%

dan gerakan kaki 30%. Perbandingan

irama gerakan perputaran lengan dan kaki yaitu: (1) dua pukulan artinya satu kali gerakan kaki kiri dan kanan,dan disertai dengan satu ¬kali gerakan lengan kiri dan kanan; (2) empat pukulan artinya dua kali gerakan kaki kiri dan kanan,dan disertai dengan satu ¬kali gerakan lengan kiri dan kanan; (3) enam pukulan artinya tiga kali gerakan kaki kiri dan kanan,dan disertai dengan satu ¬kali gerakan lengan kiri dan kanan;(4) delapan pukulan artinya empat kali gerakan kaki kiri dan kanan,dan disertai dengan satu ¬kali gerakan lengan kirin dan kanan.

Berdasarkan penjelasan di atas ada beberapa irama gerakan kaki, maka penulis menerapkan gerakan kaki dua pukulan supaya kaki rileks, sebab kaki tidak rilekas atau tegang membentuk suatu tahanan dan akan menghambat daya gerak renang, sehingga kecepatan renang menjadi terhambat. Dengan melakukan gerakan kaki yang benar maka kaki menjadi rileks sehingga koordinasi antara gerakan kaki dengan gerakan yang lain menjadi baik dan yang terutama adalah dalam hal pengambilan nafas pada saat berenang.

c.Gerakan Tangan (Hand Rotation)

Gerakan tangan atau stroke-recovery pada renang gaya crawl ada beberapa nama berbeda-beda. Menurut Rachi (1994 :21) tentang rangkaian gerakan tangan gaya bebas sebagai berikut: 1. Entry, 2. Catch (tangkapan), 3. Sculling (tarikan),4. Push dan 5. Recovery (pemulihan).

Dengan melakukan rangkaian gerakan tangan di atas, maka pada saat mengambil nafas atlet dapat merasakan malalui tangan telah melaksanakan prinsip-prinsip mendorong sehingga kecepatan renang bertambah. Gerakan tangan sangat erat kaitannya dengan pengambilan nafas karena berapa kali frekuensi pengambilan

(4)

nafas tergantung berapa kali gerakan tangan, maka dengan prinsip latihan mendorong hendaknya perenang akan merasakan betapa besarnya pengaruh gerakan tangan.

d.Pengambilan Nafas

Pengambilan nafas sangat penting, pernafasan harus diatur dan dikontrol sehingga pernafasan atlet menjadi baik.

Sukintoko dan Sukarno (1983 :99-100) mengemukakan bahwa: mengambil nafas dapat dilakukan ke kanan dan ke kiri tergantung dari kebiasaan masing-masing individu, dimana cara pengambilan nafas dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

eksplosif dan ritmis. Pengambilan nafas terlalu dini dapat mengakibatkan gerak laju berkurang.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengambilan nafas yang dilakukan adalah pengambilan nafas secara eksplosif.

e.Koordinasi Gerakan Renang Gaya Bebas Koordinasi gerakan renang gaya bebas tidak terlalu sulit, karena secara anatomis biasa dilakukan setiap saat. Hal itu diperlukan guna mempercepat gerak laju tubuh pada saat mengapung tidak mengalami hambatan air karena kurangnya keserasian gerak tangan, kaki dan pengambilan nafas.

Kurnia dan Murni (1991 :19) mengemukakan bahwa ; pada dasarnya koordinasi kaki dengan nafas adalah salah satu rangkaian latihan yang harus diberikan supaya motoriknya dapat terlatih dengan baik, begitu pula dengan koordinasi nafas dan tangan, koordinasi tangan dan nafas sangat diperlukan pada saat berenang karena akan sangat membantu proses kecepatan seorang perenang.

Berikut ini adalah rangkaian koordinasi gerakan renang gaya crawl atau gaya

bebas. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.

Dalam melakukan renang gaya bebas banyak kesalahan yang menyebabkan posisi badan tidak lurus horizontal atau streamline namun apabila pelatih menemukan kesalahan-kesalahan gaya , dan merupakan kewajibannya untuk mencari upaya perbaikan. Maka pelatih hendaknya memahami betul tentang kesalahan apa yang dihadapi perenang itu.

Khususnya pada power otot tungkai Menurut Heri. Zulfan (2009) kaki kurang rileks : perenang dengan kaki kurang rileks atau tegang. Akibatnya kaki itu membentuk tahanan dan menghambat daya luncur dari gerak renang. Sikap kurang rileks yang terjadi pada umumnya terjadi karena posisi kepala di permukaan air.

Kepala terlalu dalam, sering berakibat kaki kurang rileks, dengan makin tegangnya kaki pada akhirnya kedua kaki jatuh lebih dalam. Penanggulangannya, model kesalahan seperti ini, dapat diperbaiki dengan jalan, memperbaiki fungsi kaki dengan gerakan-gerakan yang memenuhi prinsip-prinsip gerak, dimana irama kaki bisa diberikan dengan 6 pukulan kaki.

Sementara membantu untuk membantu agar sikap atau posisi kaki bisa lebih naik dan kalau mungkin terjadi hampir sejajar dengan permukaan air, maka pandangan diarahkan ke depan di saat kepala berada di bawah permukaan air.

2. Hakikat Latihan

Menurut pendapat Bompa (1994:167) bahwa: “Latihan adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan secara sistematis dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan”..

(5)

Senada dengan hal itu, Harsono (1988:5) juga menyatakan bahwa: “Latihan merupakan proses penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal yang diberi beban fisik, teknik dan mental yang teratur, terarah, meningkat, bertahap dan berulang-ulang waktunya”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa latihan merupakan kegiatan sehari-hari dari latihan yang merupakan usaha untuk mencapai tujuan dari program yang telah direncanakan.

Dalam menjalankan program sering ditemukan atlet yang kelelahan dikarenakan pelatih fisik kurang memperhatikan intensitas latihan kebanyakan hanya terobsesi mengejar prestasi dikarenakan jadwal kompetisi yang banyak.oleh sebab itu dibutuhkan program yang teratur tanpa menyebabkan kelelahan

2.1. Hakikat Latihan Dumbble Arm Swing Menurut Radcliffe dan Farentinos(1985:104) posisi awal pegang dumbbell dengan kuat, satu dimasing- masing tangan. Asumsi posisi nyaman dengan kaki terbuka dan tangan pada sisi.

Jaga kepala lurus dan memiringkan bahu sedikit kedepan. Mengarahkan satu lengan kanan dan kiri ke atas secara bergantian ke titik tepat diatas kepala, saat lengan kanan dianaikan, lengan kiri kebelakang dan begitu sebalikny. Sebelum setiap lengan mencapai jangkauan terjauhnya periksa momentum dengan memulai gerakan dalam arah yang berlawanan. Terus ini urutkan bergantian selam 20 sampai 30 ayunan. Lakukan 2 sampai 4 set istirahat 2 menit antara setiap set.

3. Hakikat Latihan Single Leg Back Raise

Single leg back raise merupakan salah satu latihan plyometric. Pada dasarnya latihan ini dilakukan untuk menghasilkan dan meningkatkan power otot tungkai. Radcliffe dan Farentinos (1994 :1) mengemukakan bahwa “ plyometric merupakan salah satu jalan dan merupakan bentuk latihan untuk mencapai tenaga ledak (explosif power) untuk semua kegiatan olahraga”.

Gambar 1. Cara Melakukan Single Leg Back Raise,

BAB. III Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 juli - 23 Agusatus dimulai pukul 15.30 WIB sampai selesai dan dilaksanakan selama 4 minggu dengan frekuensi 5 kali seminggu, pada hari Senin, Selasa, Rabu, Jum’at dan Sabtu.yang beralamat di jln. Kapiten Pattimura No.14 Binjai. Pada setiap penelitian dalam ilmu pengetahuan umumnya bertujuan untuk menemukan dan mengembangkan serta menguji kebenaran dari suatu ilmu pengetahuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan penjelasan tentang Kontribusi latihan dumbbell arm swing dan single leg back raise terhadap hasil kecepatan renang 50 meter gaya bebas pada atlet renang putera lumba-lumba binjai tahun 2012. berkaitan dengan tujuan penelitian tersebut maka penulis menggunakan metode eksperimen.

Eksperimen adalah kegiatan yang dirancangkan dan dilaksanakan oleh peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada hubungannya dengan hipotesis.

(6)

Instrumen Penelitian

1. Tes Power Otot Lengan Untuk mengukur daya ledak otot lengan dapat dilakukan dengan test medicine ball (Tudor Bompa,1999 : 147 test medicine ball untuk mengukur kekuatan otot lengan sampel dalam melakukan lemparan.

a. Peralatan : medicine ball, berat 3 kg b. Pelaksanaan :

• Orang coba duduk disekitar kedua kaki rata di atas tanah

• Orang coba diikat disekitar pinggul / perut sehingga dalam keadaan ini hanya lengannya yang terlihat dalam lemparan.

• Bola dipegang tepat didapan dada dengan siku ditekuk kemudian dengan kuat bola dilempar sejauh mungkin, orang coba diberikan kesempatan sebanyak 3 kali.

c. Penilaian:

• Nilai yang dicatat adalah jarak jatuhnya bola yang diukur dari garis awal lemparan sampai pada jarak dimana bola pertama kali menyentuh tanah dari 3 kali kesempatan diambil nilai yang terbaik

Gambar 8. Tes Medicine Ball (Tudor Bompa, 1994 : 147) 2. Tes Power Otot Tungkai Power Otot Tungkai dengan menggunakan tes Vertical Jump

(Harsuki, 2005 : 336 ) Cara Pelaksanaan:

• Sampel berdiri menghadap dinding dengan salah satu lengan diluruskan ke atas, lalu dicatat tinggi jangkauan tersebut

• Kemudian sampel mengambil sikap jongkok sehingga lututnya membentuk sudut 45 derajat.

• Setelah itu sampel berusaha melompat ke atas setinggi mungkin. Pada saat titik tertinggi dari lompatan, ia segera menyentuhkan ujung jari dari salah satu tangannya pada papan ukuran kemudian mendarat dengan kedua kaki.

• Sampel diberi kesempatan sebanyak 3 (tiga) kali percobaan. Skor dicatat berdasarkan selisih lompatan dan jangkauan yang terbesar. Diukur dalam satuan sentimeter.

Gambar .9 Vertical Jump (Dikutip dari sumber:

http//images.google.co.id/Vertical Jump/26-Agustus-2011)

(7)

Hasil loncatan tegak diperoleh dengan menggunakan rumus lewis Nomogram, yaitu :

P = √𝟒, 𝟗 x (weight) √𝑫"

Ket : P = Power

Weight = Berat Badan D” = Tinggi Loncatan

3. Tes Renang 50 Meter Gaya Bebas

Maka yang menjadi instrumen pada penelitian ini adalah :

1. Tes renang gaya bebas 50 meter (PRSI)

a. Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan renang gaya bebas b. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Stop watch 2. Kolam renang 3. Pluit

4. Lembar penilaian Dan alat tulis c. Pelaksanaan

Siswa mencoba melakukan renang gaya bebas dengan baik dan benar secepat mungkin, yang dimulai dari garis diatas kolam renang, begitu tanda start diberikan oleh starter timer mengidupkan stop watch siswa terjun kedalam kolam renang dan berenang sampai ke garis finish dengan renang gaya bebas yang benar sejauh 50 meter setelah siswa selesai melaksanakan renang gaya bebas 50 meter dan sampai garis finish timer mengambil waktu tempuh siswa tersebut dalam satuan waktu berupa detik.

d. Penilaian

Teknik penilaian dalam melaksanakan tes renang gaya bebas 50 meter adalah dimana peneliti melihat waktu tempuh yang dicapai oleh siswa

dalam pelaksanaan renang 50 meter gaya bebas.

BAB IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari perhitungan data untuk hipotesis pertama yaitu kontribusi latihan dumbbell arm swing terhadap hasil kecepatan renang 50 meter gaya bebas pada atlet renang putera lumba-lumba Binjai tahun 2012, menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara hasil Post- Test latihan dumbbell arm swing dan pada Post-test hasil Renang 50 m gaya bebas. Hal ini Menggambarkan bahwa latihan dumbbell arm swing memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hasil Renang 50 m gaya bebas . Latihan dumbbell arm swing yang dilakukan selama 4 minggu dapat meningkatkan power otot Lengan. Dimana kondisi fisik tersebut sangat dibutuhkan dalam melakukan Renang 50 m gaya bebas.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Bompa (1986 : 37) yang mengemukakan bahwa : Latihan merupakan proses yang sistematis atau bekerja secara berulang- ulang dalam jangka waktu panjang, yang ditingkatkan secara bertahap dan individual yang ditunjukkan pada pembentukan fungsi fisiologis otot dan psikologis untuk memenuhi tuntutan tugas.

Dari perhitungan data untuk hipotesis yang kedua yaitu kontribusi latihan single leg back raise terhadap hasil kecepatan renang 50 meter gaya bebas pada atlet renang putera lumba-lumba Binjai tahun 2012. Menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara hasil Post-test latihan single leg back raise dan data Post-test hasil Renang 50 m gaya bebas, dikarenakan atlet Lumba-lumba

(8)

Binjai tersebut maksimal mengikuti program latihan yang diberikan oleh peneliti, dan semangat para atlet sehingga latihan single leg back raise yang diberikan menunjukkan pengaruh yang signifikan.

Dari perhitungan data hipotesis yang ketiga yaitu kontribusi bersamaan Latihan dumbbell arm swing dan Latihan single leg back raise terhadap hasil Renang 50 m gaya bebas atlet Lumba-lumba Binjai tahun 2012. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara latihan dumbbell arm swing dan Latihan single leg back raise terhadap hasil Renang 50 m gaya bebas. Latihan dumbbell arm swing dan Latihan single leg back raise yang dilakukan 5 minggu dapat menghasilkan power otot Lengan dan Power Otot Tungkai dengan peningkatan kondisi fisik tersebut dapat diharapakan akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hasil Renang 50 m gaya bebas. Program latihan yang dilakukan secara sistematis bisa meningkatkan kemampuan fisik atlet.

Untuk meningkatkan kemampuan teknik, harus dibarengi dengan peningkatan kemampuan fisik sesuai dengan pendapat Harsono (1988 : 100) bahwa beberapa komponen fisik yang diperhatiakan untuk dikembangkan adalah, daya tahan kardovaskular, daya tahan kekuatan, kekuatan otot , kelentukan, kecepatan, stamina, kelincahan dan juga power.

Latihan dumbbell arm swing dan Latihan single leg back raise adalah salah satu bentuk latihan yang dapat meningkatkan Power otot Lengan dan Tungkai. Program latihan yang sudah disusun secara sistematis dilakukan terhadap Atlet Lumba-lumba Binjai Tahun 2012 selama 4 minggu ( 20 kali Pertemuan). Setiap atlet dituntut melakukan latihan semaksimal mungkin

dan serius mengikuti intrusksi pelatih.

Latihan ini diharapakan mampu memberikan kontribusi terhadap hasil renang 50 m gaya bebas dan penelitian ini terbukti bahwa latihan dumbbell arm swing dan Latihan single leg back raise memberikan kontribusi yang berarti terhadap hasil renang 50 m gaya bebas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1.Terdapat kontribusi yang signifikan dari Latihan dumbbell arm swing terhadap hasil Renang 50 m gaya bebas atlet Lumba-lumba Binjai tahun 2012.

2.Terdapat kontribusi yang signifikan dari Latihan single leg back raise terhadap hasil Renang 50 m gaya bebas atlet Lumba- lumba Binjai tahun 2012.

3.Terdapat kontribusi yang signifikan dari latihan dumbbell arm swing dan Latihan single leg back raise terhadap hasil Renang 50 m gaya bebas atlet Lumba-lumba Binjai tahun 2012.

B.Saran

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain

1.Dalam upaya pengembangan kemampuan atlet, kepada pelatih supaya memperhatihan bentuk-bentuk latihan yang sesuai dengan tujuan akhir dari latihan

2.Untuk meningkatkan prestasi atlet dan untuk pelatih agar memberikan program yang sesuai sehingga latihan bisa memberikan peningkatan yang berarti.

3.Kepada pelatih agar memberikan latihan dumbbell arm swing dan Latihan single leg back raise kepada atlet untuk

(9)

meningkatkan kemampuan atlet dalam Renang 50 m gaya bebas.

4.Kepada para pembaca diharapakan untuk melakukan penelitian lanjutan dalam cabang olahraga renang agar dapat meningkatkan prestasi Indonesia ditingkat nasional maupun ditingkat internasional

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi (1998).Prosedur Penelitian : Jakarta, Rineka Cipta

Bompa, Tudor O. (1994). Theory and Methodologi of Training.

Debugue Kendall/Hun.

Publising Company.

Councilman. (1977). Competitive Swimming Manual For

Coaches And Swimmers. Pelham Book,

London.

Colwin. (1992). Swimming Into The 21 St Century. Leisure Press Champaign, LLLinois .

Harsono.(1988). Coaching Dan Aspek- Aspek Psikologis Dalam Coaching. CV. Tambak Kusuma Jakarta.

--- (1998) Coaching Dan Aspek- Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta

Heri, Zulfan (2009). Diktat Renang.

Teknik Dasar Renang, Peraturan

Perlombaanrenang Dan Organisasi Pertandingan.

Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Medan 2009. Medan

James, CR and RC Farentines. (1994).

Plyometrics Explosive Power Training.

Human. Kinetics pubisehers campaign.

Llionis.

Kurni Dan Murni (1991). Renang . Jakarta.

Maglischo (1982). Swimming Faster A Comprehensive Guide To

The Science Of Swimming,California

State University, Chico.

Najir (1988). Olahraga Renang Gaya Bebas, Jakarta.

Nurhasan (2001). Tes Dan Pengukuran.

Jakarta. Depdikbud dikjen dikti

Rachi . (1994). Renang Gaya bebas.

Bandung.

Robb Orr (1980). Dasar-Dasar Renang, Bandung, Angkasa.

Sajoto, Mochammad. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta

Sukintoko Dan Sukarno (1983). Renang Dan Metodik, Jakarta, Rosda Jaya Pura

Sudjana (1992). Metode Stastistik.

Bandung Tarsiro.

(10)

Gambar

Gambar 8. Tes Medicine Ball  (Tudor Bompa, 1994 : 147)  2. Tes Power Otot Tungkai     Power  Otot  Tungkai  dengan  menggunakan tes Vertical Jump

Referensi

Dokumen terkait

Seleksi adalah kegiatan dalam Manajemen Sumber Daya manusia yang dilakukan setelah proses rekrutmen dilaksanakan, atau proses pemilihan pelamar pekerjaan yang

maka Pejabat Pengadaan DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN Kabupaten Kolaka Timur Tahun Anggaran 2016 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut

[r]

Laki-laki memiliki kemampuan matematika dan mekanika yang lebih baik dari pada perempuan, perbedaan ini tidak nyata pada tingkat sekolah dasar akan tetapi menjadi

Berdasarkan hasil survey pendahuluan, peneliti melihat kecenderungan dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran matematika kelas X di MAN Ciledug tidak

Significant Fetal risk factors were oligohydromnios, meconium stained amniotic fluid, pre-mature delivery, resuscitation of neonate pre-term delivery and low birth weight..

PAKET PEKERJAAN : PEMBANGUNAN JARINGAN LISTRIK PEDESAAN RELOKASI JTM DAN TRAFO KOMPLEK GMP 2 KECAMATAN SEKAYU. LOKASI :

Catatan imam: Latihan Soal Etika Profesi Teknologi Informasi dan Kom..... Catatan imam: Latihan Soal Etika Profesi Teknologi Informasi