• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK

INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

JUWITA PUSPITASARI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2015

(2)

SKRIPSI

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK

INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh

JUWITA PUSPITASARI 10572 03060 11

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2015

(3)
(4)
(5)

PRAKATA

Assalamu’alaikum Wr, Wb

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillahpeneliti panjatkan kehadirat

Allah SWT yang senantiasa telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan pada Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan”. Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Ekonomi (SE)

pada Program Studi Manajemen Fakultas Enonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis dapat mendapat bimbingan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

 Kepada kedua orang tua tersayang, saudara-saudara dan keluarga tercinta, terima kasih atas doa, semangat, dan bantuannya.

 Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

 Bapak Moh. Aris Pasigai, SE. MM selaku Ketua Jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Makassar.

(6)

 Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA selaku dosen pembimbing I dan Bapak Faidul Adziem. SE. M.Si selaku dosen pembimbing II dalam penyususnan

skripsi ini.

 Ibu Dr. Hj. Ruliaty. MM selaku Penasehat Akademik Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

 Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Muhammadiyah Makassar.

 Segenap staf dan pegawai di Fakultas Ekonomi dan khususnya Jurusan Manajemen.

 Bapak IR. H. Muhammad Rusli Sumara, M.I.Kom selaku Kepala Stasiun LPP TVRI Provinsi Sulawesi Selatan.

(7)

“Special Thanks For My Friends”

 Buat sahabat saya dari SD Inpres Malengkeri I Makassar. Masita, Tari, Kiki dan Wawan.

 Buat sahabat saya dari SMP Negeri 18 Makassar. Fajry, Fitri, Aie, Rahman, Azman, Sidiq dan Utri.

 Buat sahabat saya dari SMA Negeri 14 Makassar. Kemal, Yuliana, Indah, Dyan, Shoa, Putra, Aan, Alam, Ayu, Lisa, Fadil, Rial, dan Yudi.

 Buat tetangga kompleks sekaligus saudara saya yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu.

 Buat sahabat saya dari Universitas Muhammadiyah Makassar. Risda, Andini, Darma dan Yaya.

 Buat para senior, anak-anak angkatan 2011 khususnya teman kelas Manajemen 2, dan para junior.

 Buat orang yang istimewa saat ini, Suharto Bustam.

 Buat teman-teman satu tempat KKP di Bumiputera Makassar.

Buat sahabat jalan dan curhat saya, Khakani, Nasar, dan Dany.

 Buat teman-teman kerja saya di Dyandra Promosindo Makassar. Irma, Kyla, Uni, Fajar, Tyra, Veby, K’ Eka, K’ Way, Bang Boja, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu.

Akhirnya, dengan segala hormat dan kerendahan hati, peneliti banyak

(8)

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini masih jauh dari sempurna dan menyadari

masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini walaupun telah menerima

bantuan dari berbagai pihak. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

peneliti harapkan. Apabila terdapat kesalahan dalam skripsi ini sepenuhnya

menjadi tanggungjawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan. Skripsi ini

menjadi lebih sempurna dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan semua yang

membutuhkan.

Makassar, Mei 2015

(9)

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK

INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Juwita Puspitasari

Dr. H. Mahmud Nuhung, MA Faidul Adziem, SE. M.Si

Penelitian ini di laksanakan pada Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (LPP TVRI) Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan pada LPP TVRI Sulawesi Selatan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana dalam pengolahan data menggunakan SPSS 17,0.

Dalam hasil Terdapat pengaruh kepemimpinan yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dimana, pengaruh kepemimpinan yang positif terhadap kinerja karyawan ditunjukkan pada koefisien regresi variabel kepemimpinan diperoleh dengan tanda positif. Hal ini menunjukkan bila variabel kepemimpinan ditingkatkan maka akan mendorong tingkat kinerja karyawan.

Dari hasil pengujian tabel t menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Dimana, variabel kepemimpinan mampu memberi nilai pengaruh sebesar 52,9% yang mempunyai arti bahwa apabila pimpinan mempunyai kepemimpinan yang baik, maka akan mendorong peningkatan kinerja karyawan sebesar 52,9%.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepemimpinan ... 4

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan ... 4

2.1.2. Teori Kepemimpinan ... 8

(11)

2.1.4. Teknik Kepemimpinan ... 12

2.1.5. Tipe Kepemimpinan ... 13

2.2. Kinerja Karyawan ... 18

2.2.1. Pengertian Kinerja ... 18

2.2.2. Penilaian Kinerja ... 19

2.2.3. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan ... 22

2.3. Kerangka Pikir ... 23

2.4. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.2. Metode Pengumpulan Data ... 26

3.3. Sumber Data ... 26

3.3.1. Jenis Data ... 26

3.3.2. Sumber Data ... 27

3.4. Populasi dan Sampel ... 28

3.5. Metode Analisis ... 29

3.6. Pengujian Hipotesis ... 30

3.6.1. Analisis Koefisien Determinasi ... 30

3.6.2. Uji t ... 30

3.6.3. Uji F ... 31

3.7. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 31

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 34

(12)

4.2. Struktur Organisasi ... 36

4.3. Visi dan Misi LPP TVRI ... 51

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Penelitian ... 52

5.2. Analisis Data ... 55

5.2.1. Analisis Data Deskriptif ... 55

5.2.2. Analisis Regresi Linear Sederhana ... 64

5.2.3. Pengujian Hipotesis ... 66 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 69 6.2. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA ... 71 LAMPIRAN ... 73

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 25

3.2 Operasional Variabel Kepemimpinan ... 32

3.3 Operasional Variabel Kinerja Karyawan ... 33

5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 53

5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 54

5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 55

5.5 Pernyataan Responden Mengenai Indikator Kepemimpinan Pengarahan .. 57

5.6 Pernyataan Responden Mengenai Indikator Kepemimpinan Komunikasi . 58 5.7 Pernyataan Responden Mengenai Indikator Kepemimpinan Pengambilan Keputusan ... 59

5.8 Pernyataan Responden Mengenai Indikator Kepemimpinan Motivasi ... 61

5.9 Pernyataan Responden Mengenai Kinerja Karyawan ... 62

5.10 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ... 64

5.11 Koefisien Determinasi ... 65

5.12 Uji T ... 66

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Pikir ... 23

4.1 Struktur Organisasi LPP TVRI ... 37

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Hasil Rekap Data ... 74

2 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ... 77

3 Kuesioner Penelitian ... 79

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan dunia usaha yang semakin global,

pengelolaan suatu organisasi harus dilakukan secara professional serta produktif,

sehingga organisasi tetap dapat mempertahankan hidupnya dan terus

berkembang seiring dengan kemajuan jaman. Konsep pengembangan umumnya

dilakukan terhadap karyawan yang berfungsi sebagai roda penggerak organisasi.

Pengembangan karyawan harus dilakukan dengan kontinuitas yang terpelihara

baik serta terarah. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah karyawan sebagai

sumber daya manusia yang handal tidak muncul begitu saja, namun memerlukan

suatu proses pengembangan yang bertahap dan berkesinambungan.

Pada sebuah organisasi pemerintahan, kesuksesan atau kegagalan dalam

pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh

kepemimpinan, melalui kepemimpinan dan didukung oleh kapasitas organisasi

pemerintahan yang memadai, maka penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik

(Good Governance) akan terwujud, sebaliknya kelemahan kepemimpinan

merupakan salah satu sebab keruntuhan kinerja birokrasi di Indonesia.

Kepemimpinan (leadership) dapat dikatakan sebagai cara dari seorang

pemimpin (leader) dalam mengarahkan, mendorong dan mengatur seluruh

(17)

organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan kinerja karyawan yang

maksimal. Dengan meningkatnya kinerja karyawan berarti tercapainya hasil kerja

seseorang atau karyawan dalam mewujudkan tujuan organisasi. Dan Robbins

berpendapat bahwa ada 4 indikator kepemimpinan yang terdiri dari Pengarahan,

Komunikasi, Pengambilan Keputusan dan Motivasi.

Kepemimpinan yang ada di kantor Lembaga Penyiaran Publik Televisi

Republik Indonesia (LPP TVRI) Sulawesi Selatan dipimpin oleh seorang Kepala

Stasiun yang membawahi 100 orang karyawan yang membutuhkan kepemimpinan

yang baik sehingga kantor LPP TVRI Sulawesi Selatan dapat menciptakan

pelayanan yang maksimal.

Salah satu permasalahan yang terjadi di kantor LPP TVRI Sulawesi Selatan

yang juga merupakan permasalahan hampir di semua lembaga atau instansi

pemerintahan adalah munculnya keluhan dan ketidak-puasan seorang karyawan

terhadap kepemimpinan yang tidak maksimal.

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik melakukan penelitian dengan

judul “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada LPP TVRI Provinsi Sulawesi Selatan”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun Rumusan Masalah dalam Laporan Penelitian ini, sebagai berikut :

Apakah terdapat pengaruh kepemimpinan yang positif dan signifikan terhadap

(18)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1Tujuan Penelitian

Adapun tujuan Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mencapai tujuan

sebagai berikut :

Untuk mengetahui pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja

karyawan pada LPP TVRI Sulawesi Selatan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat Penelitian ini, yaitu :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan dalam

meningkatkan semangat kerja para karyawan, sehingga terwujudnya kinerja

yang baik dan dapat dijadikan pedoman bagi para karyawan penerus.

2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para karyawan

dalam memberikan kepuasan masyarakat dalam memperoleh suatu

pelayanan dan informasi sebagai mana yang kita ketahui LPP TVRI sebagai

Sarana Informasi yang tujuannya memberikan informasi terhadap para

informan.Selain itu juga dapat menjadi Motivator bagi Karyawan dalam

melaksanakan fungsi pelayanan publik sesuai dengan harapan Masyarakat.

3. Sebagai acuan atau referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan

2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Makna kata “kepemimpinan” erat kaitannya dengan kata “memimpin”. Kata memimpin mengandung makna yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala

sumber yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat didayagunakan secara

maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Pengertian “kepemimpinan” itu

bersifat universal, berlaku dan terdapat pada berbagai bidang kegiatan hidup manusia.

Oleh karena itu, sebelum dibahas pengertian kepemimpin-an yang menjurus pada bidang

pendidikan, maka perlu dipahami dahulu pengertian kepemimpinan yang bersifat universal.

Istilah kepemimpinan mempunyai banyak batasan dan para pakar

pen-didikan memberikan pengertian kepemimpinan yang berbeda-beda. Guna lebih

memahami makna dari kepemimpinan, berikut dikemukakan menurut beberapa

ahli pendidikan mengenai pengertian dan definisi tentang kepemimpinan.

Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi

ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Pentingnya

(20)

a Guide to Executive Command dalam Sadili Samsudin menyebutkan bahwa ”Kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu”.

Menurut Hasibuan ”kepemimpinan adalah cara seorang pe-mimpin mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi”. Selanjutnya menurut Istianto ada beberapa definisi kepemimpinan yang dapat mewakili tentang

kepemimpinan, yaitu sebagai berikut. 1) Kepemimpinan adalah suatu kegiatan

dalam memimpin sedangkan pemimpin adalah orangnya yang memiliki

kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang lain tersebut

mengikuti apa yang diinginkannya. Oleh karena itu pemimpin harus mampu

mengatur dan mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. 2)

Kepemimpinan adalah dimana seorang pemimpin harus mampu mengatur dan

mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. 3) Kepemimpinan

merupakan subjek yang penting di dalam manajemen dan ilmu administrasi

karena kepemimpinan terkait dengan hubungan antara atasan dan bawahan di

dalam organisasi. 4) Kepemimpinan merupakan proses berorientasi kepada

manusia dan dapat diukur dari pengaruhnya terhadap perilaku organisasi. 5)

Kepemimpinan pemerintahan adalah sikap, perilaku dan kegiatan pemimpin

pemrintahan di pusat dan daerah dalam upaya mencapai tujuan penyelenggaraan

pemerintahan negara. Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan

(21)

usahanya untuk mempengaruhi bawahannya agar mau bekerja sama untuk

mencapai tujuan organisasi.

Struktur organisasi adalah kerangka atau susunan unit atau satuan kerja atau

fungsi-fungsi yang dijabarkan dari tugas atau kegiatan pokok suatu organisasi,

dalam usaha mencapai tujuannya. Fungsi utama pemimpin pada zaman mana pun

ia beperan adalah memberikan jawaban secara arief, efektif, dan produktif atas

berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapi zamannya. Hal tersebut

dilakukan bersama-sama dengan orang-orang yang dipimpinnya; sesuai dengan

posisi dan peran masing-masing dari dan dalam organisasi yang dipimpinnya,

serta dengan nilai-nilai kemanusiaan dan peradaban yang menghikmati kehidupan

masyarakat bangsa bahkan bangsa-bangsa.

Faktor kepemimpinan, dari atasan dapat memberikan pengayoman dan

bimbingan kepada karyawan dalam menghadapi tugas dan lingkungan kerja yang

baru. Pemimpin yang baik akan mampu menularkan optimisme dan pengetahuan

yang dimilikinya agar karyawan yang menjadi bawahannya dapat melaksanakan

pekerjaan dengan baik. Menurut Robbins, kepemimpinan merupakan kemampuan

untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya suatu tujuan. Fungsi

kepemimpinan adalah memandu, menuntun, membimbing, membangun, atau

memberi motivasi kerja, dan membuat jaringan komunikasi dan membawa

pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju dengan ketentuan waktu dan

perencanaan. Sehingga setiap pimpinan akan memperlihatkan gaya

(22)

sendiri maupun orang lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

indikator kepemimpinan terdiri atas:

1) Pengarahan. Pemimpin memberikan pengarahan yang jelas dan dapat

dimengerti oleh pegawai dalam melakukan pekerjaan.

2) Komunikasi. Komunikasi sebagai cara yang dilakukan Pemimpin dalam

proses pekerjaan sehingga pegawai mau bekerjasama.

3) Pengambilan keputusan. Pemimpin memberikan wewenang dan

tanggungjawab dalam pengambilan keputusan kepada pegawainya dalam

menyelesaikan pekerjaan.

4) Motivasi. Pemimpin memberikan bimbingan, dorongan dan pengawasan

kepada bawahan dalam pelaksanaan pekerjaan

Pada definisi-definisi kepemimpinan yang berbeda-beda tersebut, pada

dasarnya terkandung kesamaan asumsi yang bersifat umum seperti: (1) di dalam

satu fenomena kelompok melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih, (2) di

dalam melibatkan proses mempengaruhi, di mana pengaruh yang sengaja

(intentional influence) digunakan oleh memimpin terhadap bawahan. Di samping

kesamaan asumsi yang umum, di dalam definisi tersebut juga memiliki perbedaan

yang bersifat umum pula seperti: (1) siapa yang mempergunakan pengaruh, (2)

tujuan dari usaha untuk mempengaruhi, dan (3) cara pengaruh itu digunakan.

Bertolak dari pengertian kepemimpinan di atas, terdapat tiga unsur yang saling

berkaitan, yaitu unsur manusia, sarana, dan tujuan. Untuk dapat memper-lakukan

ketiga unsur tersebut secara seimbang, seorang pemimpin harus memiliki

(23)

kepemimpinannya. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh dari

pengalaman belajar secara teori ataupun dari pengalamannya dalam praktek

selama menjadi pemimpin. Namun secara tidak disadari seorang pemimpin dalam

memperlakukan kepemimpinannya menurut caranya sendiri, dan cara-cara yang

digunakan itu merupakan pencerminan dari sifat-sifat dasar kepemimpinannya.

2.1.2 Teori Kepemimpinan

Pada dasarnya, kepemimpinan merupakan kemampuan pemimpin untuk

mempengaruhi karyawan dalam sebuah organisasi, sehingga mereka termotivasi

untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam memberikan penilaian terhadap gaya

kepemimpinan yang diterapkan pemimpin, karyawan melakukan proses kognitif

untuk menerima, mengorganisasikan, dan memberi penafsiran terhadap

pemimpin.

Menurut Wursanto, teori kepemimpinan adalah bagaimana seseorang

menjadi pemimpin, atau bagaimana timbulnya seorang pemimpin.

Beberapa teori tentang kepemimpinan yaitu:

a. Teori Kelebihan

Teori ini beranggapan bahwa seorang akan menjadi pemimpin apabila ia

memiliki kelebihan dari para pengikutnya. Pada dasarnya kelebihan yang

harus dimiliki oleh seorang pemimpin mencakup 3 hal yaitu kelebihan ratio,

kelebihan rohaniah, kelebihan badaniah.

b. Teori Sifat

Teori ini menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin yang baik

(24)

menjadi pengikut yang baik, sifat-sifat kepemimpinan yang umum misalnya

bersifat adil, suka melindungi, penuh percaya diri, penuh inisiatif,

mempunyai daya tarik, energik, persuasif, komunikatif dan kreatif.

c. Teori Keturunan

Menurut teori ini, seseorang dapat menjadi pemimpin karena keturunan atau

warisan, karena orangtuanya seorang pemimpin maka anaknya otomatis

akan menjadi pemimpin menggantikan orangtuanya.

d. Teori Kharismatik

Teori ini menyatakan bahwa seseorang menjadi pemimpin karena orang

tersebut mempunyai kharisma (pengaruh yang sangat besar). Pemimpin ini

biasanya memiliki daya tarik, kewibawaan dan pengaruh yang sangat

besar.

e. Teori Bakat

Teori ini disebut juga teori ekologis, yang berpendapat bahwa pemimpin

lahir karena bakatnya. Ia menjadi pemimpin karena memang mempunyai

bakat untuk menjadi pemimpin. Bakat kepemimpinan harus dikembangkan,

misalnya dengan memberi kesempatan orang tersebut menduduki suatu

jabatan.

f. Teori Sosial

Teori ini beranggapan pada dasarnya setiap orang dapat menjadi pemimpin.

Setiap orang mempunyai bakat untuk menjadi pemimpin asal dia diberi

(25)

kepemimpinan dapat dipelajari, baik melalui pendidikan formal maupun

pengalaman praktek.

2.1.3 Fungsi-fungsi Kepemimpinan

Fungsi kepemimpinan berhubungan dengan situasi sosial dalam kehidupan

kelompok/ organisasi dimana fungsi kepemimpinan harus diwujudkan dalam

interaksi antar individu. Menurut Rivai, secara operasional fungsi pokok

kepemimpinan dapat dibedakan sebagai berikut.

a. Fungsi Instruktif

Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator

merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana

perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif.

Kepemimpinan yang efektif memerlukan kemampuan untuk menggerak-kan

dan memotivasi orang lain agar mau melaksanakan perintah.

b. Fungsi Konsultatif

Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha

menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali memerlukan bahan

pertimbangan yang mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang

yang dipimpinnya yang dinilai mempunyai berbagai bahan informasi yang

diperlukan dalam menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari

pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah

keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu

dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik (feedback)

(26)

ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan menjalankan fungsi konsultatif dapat

diharapkan keputusan-keputusan pimpinan, akan mendapat dukungan dan

lebih mudah menginstruksikannya sehingga kepemimpinan berlangsung

efektif.

c. Fungsi Partisipasi

Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan

orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan

maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat

semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerjasama

dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain.

Keikutsertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan

bukan pelaksana.

d. Fungsi Delegasi

Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang

membuat atau menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun

tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti

kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan

pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi.

e. Fungsi Pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/ efektif

mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi

(27)

maksimal. Fungsi pengendalian ini dapat diwujudkan melalui kegiatan

bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

2.1.4 Teknik Kepemimpinan

Menurut Wursanto teknik kepemimpinan yaitu membicarakan bagaimana

seorang pemimpin, menjalankan fungsi kepemimpinanya yang terdiri atas

teknik-teknik berikut.

a. Teknik Kepengikutan Merupakan teknik untuk membuat orang-orang suka

mengikuti apa yang menjadi kehendak si pemimpin. Ada beberapa sebab

mengapa seseorang mau menjadi pengikut yaitu:

- kepengikutan karena peraturan/ hukum yang berlaku

- kepengikutan karena agama

- kepengikutan karena tradisi atau naluri

- kepengikutan karena rasio

b. Teknik Human Relations Merupakan hubungan kemanusiaan yang bertujuan

untuk mendapatkan kepuasan psikologis maupun kepuasan jasmaniah.

Teknik human relations dapat dilakukan dengan memberikan berbagai

macam kebutuhan kepada para bawahan, baik kepuasan psikologis ataupun

jasmaniah.

c. Teknik Memberi Teladan, Semangat, dan Dorongan Dengan teknik ini

pemimpin menempatkan diri sebagai pemberi teladan, pemberi semangat,

dan pemberi dorongan. Dengan cara demikian diharapkan dapat

memberikan pengertian dan kesadaran kepada para bawahan sehingga

(28)

2.1.5 Tipe Kepemimpinan

Tipe kepemimpinan sering diartikan sebagai perilaku kepemimpinan atau

gaya kepemimpinan (leadership style). Secara umum dapat dikatakan bahwa,

kepemimpinan merupakan sumbangan dari seseorang di dalam situasi-situasi

kelompok/kerjasama. Kepemimpinan dan kelompok adalah dua hal yang tidak

dapat dipisahkan, karena tidak ada kelompok tanpa adanya kepemimpian, dan

sebaliknya kepemimpinan hanya terjadi dalam situasi interaksi kelompok, seorang

pemimpin harus berada di dalam suatu kelompok di mana dia memainkan

peranan-peranan dan kegiatan-kegiatan kepemimpin-annya.

Tipe kepemimpinan menurut Sanusi adalah sebagai berikut :

1) Tipe Otokratik, menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak pribadinya

sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain dan tidak boleh ada

orang lain.

2) Tipe Kendali bebas (Laeissez-Faire), cenderung memilih peran pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut temponya sendiri. Pemimpin

Laeissez-Faire banyak memberikan kekebasan kepada personil untuk

menentukan sendiri kebijaksanaan dalam melaksanakan tugas, tidak ada

pengawasan dan sedikit sekali memberikan pengarahan kepada personilnya.

Kepemimpinan Laeissez-Faire tidak dapat diterapkan secara resmi di

lembaga pendidikan, kepemimpinan Laeissez-Faire dapat mengakibatkan

kegiatan yang dilakukan tidak terarah, perwujudan kerja samping siur,

wewenang dan tanggungjawab tidak jelas, yang akhirnya apa yang menjadi

(29)

3) Tipe Paternalistik, seorang pemimpin yang tergolong paternalistik

menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa, bersikap

melindungi, jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya, dan

bersikap maha tahu.

4) Tipe Kharismatik, pemimpin yang mempunyai daya tarik sangat memikat

sehingga mampu memperoleh pengikut yang banyak dan pengikutnya tidak

dapat menjelaskan secara kongkrit mengapa pemimpinnya dikagumi.

5) Tipe Militeristik, pemimpin yang menggerakkan bawahannya sering

menggunakan dengan sistem perintah, senang pada formalitas yang

berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan,

sukar menerima kritikan dari bawahannya dan meng-gemari

upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

6) Tipe Pseudo-demokratik, pemimpin semu demokratis, nampak demokratis

padahal otokratis.

7) Tipe Demokrati, pemimpin yang menggerakkan bawahannya bertitik tolak

dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia,

selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi

dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari bawahannya, senang menerima

saran, pendapat, dan bahkan kritikan dari bawahannya, selalu berusaha

mengutamakan kerjasama dan teamwork.

Sejalan dengan pendapat Sanusi di atas, Siagian mengemukakan tentang

(30)

(1) Kepemimpinan otokratis, menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai

milik pribadi, mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi,

dan tidak mau menerima pendapat, saran dan kritik dari anggotannya;

(2) Kepemimpinan militeristis, menggerakkan bawahan sering mengguna-kan

cara perintah, senang bergantung pada jabatan, senang formalitas yang

berlebih-lebihan, dan sulit menerima kritik dan saran dari bawahnnya;

(3) Kepemimpinan paternalistis, menganggap bawahan sebagai manusia yang

tidak dewasa, terlalu melindungi, jarang memberi kesempatan pada

bawahan untuk mengambil keputusan, hampir tidak pernah memberi

kesempatan pada bawahan untuk berinisiatif sendiri dan mengembangkan

krasi dan fantasinya;

(4) Kepemimpinan karismatis, memiliki daya penarik yang sangat besar

sehingga memiliki pengikut yang besar jumlahnya, pengikutnya tidak dapat

menjelaskan mengapa mereka tertarik mengikuti dan mentaati

pemimpinnya, dia seolah-olah memiliki kekuatan gaib, karisma yang

dimilikinya tidak bergantung pada umur, kekayaan, kesehatan atau

ketampanan si pemimpin, dan

(5) Kepemimpinan demokratis, dalam menggerakkan bawahan ber- pendapat

bahwa manusia itu makhluk yang termulia di dunia, selalu berusaha

mensinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan

tujuan pribadi bawahan, senang menerima saran, pendapat dan kritik dari

(31)

Selanjutnya, gaya kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan

pemim-pin dalam mempengaruhi para pengikutnya. Menurut Thoha gaya kepemimpemim-pinan

merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut

mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.

Di lihat dari segi efektif dan tidak efektif gaya kepemimpinan menurut

Mulyasa mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan dikelompokkan sebagai

berikut :

a. Gaya Efektif

1) Executif, gaya ini menunjukkan adanya perhatian baik kepada tugas

maupun kepada hubungan kerja dalam kelompok. Pimpinan berusaha

memotivasi anggota dan menetapkan standar kerja yang tinggi serta mau

mengerti perbedaan individu, dan menempatkan individu sebagai

manusia.

2) Developer, gaya ini memberikan perhatian yang cukup tinggi terhadap

hubungan kerja dalam kelompok dan perhatian menimum terhadap tugas

pekerjaan. Pimpinan yang menganut gaya ini sangat memperhatikan

pengembangan individu.

3) Benevolent Authocrat, gaya ini memberikan perhatian yang tinggi

terhadap tugas dan rendah dalam hubungan kerja. Pemimpin yang

menganut gaya ini mengetahui secara tepat apa yang ia inginkan dan

bagaimana memperoleh yang diinginkan tersebut tanpa menyebabkan

(32)

4) Birokrat, gaya ini memberikan perhatian yang rendah terhadap tugas

maupun terhadap hubungan. Pemimpin yang menganut gaya ini

menerima setiap peraturan dan berusaha memeliharanya dan

melaksanakannya.

b. Gaya yang tidak Efektif

1) Compromiser, gaya ini memberi perhatian yang tinggi pada tugas

maupun pada hubungan kerja. Pemimpin yang menganut gaya ini

merupakan pembuat keputusan yang tidak efektif dan sering menemui

hambatan dan masalah.

2) Missionary, gaya ini memberi perhatian yang tinggi pada hubungan kerja

dan rendah pada tugas. Pemimpin yang menganut gaya ini hanya tertarik

pada keharmonitas dan tidak bersedia mengontrol hubungan meskipun

tujuan tidak tercapai.

3) Autocrat, gaya ini memberi perhatian yang tinggi pada tugas dan rendah

pada hubungan. Pemimpin yang menganut gaya ini selalu menetapkan

kebijaksanaan dan keputusan sendiri.

4) Deserter, gaya ini memberi perhatian yang rendah pada tugas dan

hubungan kerja. Pemimpin yang menganut gaya ini hanya mau

memberikan dukungan dan memberikan struktur yang jelas serta

tanggung jawab, hanya pada waktu dibutuhkan.

Sergovanni dan Starrat telah mengidentifikasikan dua dimensi kunci

(33)

pekerjaan dan tugas, dan (2) gaya kepemimpinan yang berorientasi terhadap

kebutuhan atau perasaan manusia dan hubungan diantara mereka.

Dalam situasi yang tidak tepat, gaya kepemimpinan tersebut menjadi kurang

efektif, tetapi dalam situasi yang tepat ia menjadi sangat efektif. Gaya

kepemimpinan yang ideal adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan semua

gaya yang ada sebaik mungkin pada situasi yang mendukung dan memenuhi

kebutuhan kinerja kepemimpinan itu sendiri. Hal ini berarti situasilah yang

mungkin menentukan gaya apa yang digunakan, karenanya tidak mungkin

menerapkan satu gaya secara efesien.

2.2 Kinerja Karyawan 2.2.1 Pengertian Kinerja

Konsep kinerja pada dasarnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu kinerja

pegawai (perindividu) dan kinerja organisasi. Kinerja adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam upaya

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi tersebut (Bastian,2001:329).

Pegawai adalah orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapatkan imbalan

jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah. Unsur manusia sebagai pegawai

maka tujuan badan (wadah yang telah ditentukan) kemungkinan besar akan

tercapai sebagaimana yang diharapkan. Pegawai inilah yang mengerjakan segala

pekerjaan atau kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan. Berdasarkan

penjelasan di atas, maka pengertian kinerja pegawai adalah hasil kerja

(34)

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka

memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu

maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja

organisasi (Robert L. Mathis & John H. Jackson, 2002:78).

Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya. Definisi kinerja menurut Bambang Kusriyanto

dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2005: 9) adalah perbandingan hasil

yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per jam).

Faustino Cardosa Gomes dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, (2005: 9)

mengemukakan definisi kinerja sebagai ungkapan seperti output, efisiensi serta

efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas. Sedangkan Menurut A.A.

Anwar Prabu Mangkunegara (2005: 9), kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah prestasi

kerja, atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM

per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.2.2 Penilaian Kinerja

Penilaian prestasi kerja merupakan usaha yang dilakukan pimpinan untuk

(35)

Anwar Prabu Mangkunegara, (2005: 10), penilaian prestasi kerja (performance

appraisal) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan

tanggung jawabnya. Selanjutnya Andrew E. Sikula dalam A.A. Anwar Prabu

Mangkunegara, (2005: 10) mengemukakan bahwa penilaian pegawai merupakan

evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat

dikembangkan. Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas

atau status dari beberapa obyek orang ataupun sesuatu barang. Menurut T. Hani

Handoko (2001: 235), penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah

proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi

kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia

dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja

mereka.

Mengenai ukuran-ukuran kinerja pegawai, Ranupandojo dan Husnan (2000)

menjelaskan secara rinci sejumlah aspek yang meliputi:

1. Kualitas kerja adalah mutu hasil kerja yang didasarkan pada standar yang

ditetapkan. Kualitas kerja diukur dengan indikator ketepatan, ketelitian,

keterampilan dan keberhasilan kerja. Kualitas kerja meliputi ketepatan,

ketelitian, kerapihan dan kebersihan hasil pekerjaan.

2. Kuantitas kerja yaitu banyaknya hasil kerja sesuai dengan waktu kerja yang

ada, yang perlu diperhatikan bukan hasil rutin tetapi seberapa cepat

(36)

diperhatikan pula tidak hanya output yang rutin saja, tetapi juga seberapa

cepat dia dapat menyelesaikan pekerjaan yang ekstra.

3. Dapat tidaknya diandalkan termasuk dalam hal ini yaitu mengikuti instruksi,

inisiatif, rajin, serta sikap hati-hati.

4. Sikap, yaitu sikap terhadap pegawai perusahaan dan pekerjaan serta

kerjasama.

Pengertian penilaian kerja karyawan dijelaskan oleh Schuler dan Jackson

sebagai pengertian dari suatu sistem formal yang terstruktur dan mengukur,

menilai, dan mempengaruhi berbagai sifat yang berkaitan erat dengan pekerjaan,

perilaku, serta hasil, termasuk diantaranya adalah tingkat ketidakhadiran.

Fokus dari penilaian kinerja karyawan tersebut adalah untuk mengetahui

seberapa besar produktifitas seorang karyawan dan apakah karyawan tersebut bisa

berkinerja baik atau lebih efektif pada masa-masa yang akan datang, sehingga

para karyawan, organisasi, dan masyarakat secara keseluruhan semuanya bisa

memperoleh manfaat.

Penilaian kinerja karyawan merupakan sebuah metode untuk melakukan

evaluasi dan apresiasi terhadap kinerja seorang karyawan di sebuah perusahaan.

Secara umum terdapat beberapa tujuan utama dari dilakukannya sebuah proses

penilaian kinerja karyawan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi yang dilakukan dengan melakukan perbandingan antar orang

Target dan tujuan utama dari sebuah proses penilaian kinerja karyawan

adalah evaluasi penilaian yang dilakukan dengan membandingkan orang per

(37)

perbandingan. Maka membandingkan kinerja orang per orang merupakan

tujuan utama dari sebuah proses penilaian kinerja karyawan.

2. Pengembangan sumber daya karyawan

Tujuan lain dari upaya penilaian kinerja karyawan adalah pengembangan

kualitas kinerja orang per orang seiring dengan berjalannya waktu. Baik

pengembangan yang sifatnya lahir dari diri karyawan sendiri atau dorongan

langsung dari pihak pengelola perusahaan.

3. Pemeliharaan sistem kerja perusahaan

Upaya penjagaan terhadap sistem kerja dari sebuah perusahaan bisa terus

dilakukan salah satunya dengan melakukan penilaian kinerja karyawan.

Evaluasi dilakukan secara terus menerus agar kinerja karyawan tidak keluar

dari sistem yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan.

4. Dokumentasi terhadap keputusan-keputusan terkait sumber daya manusia

Dengan adanya sebuah upaya penilaian kinerja karyawan, akan menjadi

bukti dan dokumentasi penting yang dapat berguna bagi pihak perusahaan

mengambil keputusan di masa akan datang terkait dengan aspek sumber

daya manusia, ataupun kebijakan yang langsung menyangkut kepada pihak

individu karyawan.

2.2.3 Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan

Berdasarkan deskripsi teori-teori yang ada dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam

mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya

(38)

ditetapkan. Dapat dikatakan bahwa kepemimpinanlah yang memainkan peranan

yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi dalam menyelenggarakan

berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para pegawai/karyawannya.

Yang dapat dilihat dari bagaimana seorang pemimpin dapat mempengaruhi

bawahannya untuk bekerjasama menghasilkan pekerjaan yang efektif dan efisien.

Sedangkan Kinerja pegawai/karyawan adalah hasil pekerjaan atau kegiatan

seorang karyawan/pegawai secara kuantitas dan kualitas untuk mencapai tujuan

organisasi yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya dimana tugas pegawai

negeri adalah bersifat pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat.

2.3 Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir

Keterangan :

1. Variabel dependen , yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja karyawan (Y).

2. Variabel independen, yaitu variabel yang mempengaruhi variabel yang lain.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepemimpinan (X). Kinerja Karyawan Kepemimpinan 1. Pengarahan 2. Komunikasi 3. Pengambilan Keputusan 4. Motivasi 5. Motivasi

(39)

Dari kerangka pikir di atas dijelaskan bahwa variabel kepemimpinan

mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan, artinya apabila kepemimpinan

yang diterapkan oleh pimpinan LPP TVRI Sulawesi Selatan sesuai dengan

harapan karyawan, maka karyawan akan terdorong untuk bekerja lebih giat dan

berusaha lebih maksimal.

2.4 Hipotesis

Untuk kepentingan penelitian ini, sesuai dengan tujuannya diajukan

hipotesis pengarah berikut:

Diduga terdapat pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di LPP TVRI SULAWESI SELATAN di Jln.

Kakatua 14 Makassar. Adapun waktu penelitian pada bulan Februari-Mei 2015.

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Kegiatan

Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Kegiatan Prapenelitian 2 Pengumpulan Data 3 Analisis Data 4 Penyusunan Laporan 5 Bimbingan dan Perbaikan 6 Sidang Skripsi

(41)

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah :

a. Observasi, yaitu metode penelitian dimana peneliti melakukan pengamatan

secara langsung pada obyek penelitian.

b. Interview (wawancara), yaitu suatu metode pengumpulan data dengan cara

mengadakan wawancara langsung dengan Publik dengan bantuan daftar

pertanyaan untuk mengumpulkan data primer.

c. Kuesioner, yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dngan cara

memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis pada para

karyawan untuk menjawab.

3.3 Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

Jenis analisis data dalam penelitian ini berupa :

a. Analisis data kualitatif merupakan analisis data yang berbentuk penjabaran non statistic dengan menggunakan penalaran berdasarkan teori yang berhubungan dengan masalah yang dianalisis. Proses analisis dilakukan

dalam tahapan sebagai berikut :

1. Pengeditan (editing) adalah memilih atau mengambil data yang perlu

dan membuang data yang tidak perlu, untuk memudahkan perhitungan

dalam pengujian hipotesa.

2. Pemberian skor (scoring) adalah mengubah data yang bersifat kualitatif

ke dalam bentuk kuantitatif. Dalam penelitian ini menggunakan skala

(42)

3. Tabulasi (tabulating) adalah pengelompokan data atas jawaban dengan

benar dan teliti, kemudian dihitung dan dijumlahkan sampai berwujud

dalam bentuk yang berguna.

b. Analisis data kuantitatif adalah suatu pengukuran yang digunakan dalam

suatu penelitian yang dapat dihitung dengan jumlah satuan tertentu atau

dinyatakan dengan angka-angka, analisis ini meliputi pengolahan data,

pengorganisasian data dan penemuan hasil.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden penelitian

melalui wawancara dan kuesioner di Lapangan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan angket langsung dan tertutup

dengan bentuk rating-scak, dimana daftar pertanyaan ditanggapi langsung

oleh responden sendiri dengna memilih jawaban yang sudah tersedia.

Sebelum menyusun angket, terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang

sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

Untuk menentukan nilai jawaban angket dari masing-masing

pertanyaan yang diajukan dengan modifikasi skala likert. Skala likert

merupakan alat yang berisi lima tingkatan jawaban mengenai kesetujuan

responden terhadap statement/pertanyaan yang dikemukakan melalui opsi

yang tersedia. Sutrisno Hadi (1999 : 20) mengemukakan skala likert atas

tingkatan kesetujuan terhadap statement dalam angket diklasifikasikan

(43)

SA = Strongly Agree = SS : Sangat setuju

A = Agree = S : Setuju

UD = Undecided = BM : Belum memutuskan

DA = Disagree = TS : Tidak setuju

SDA = Strongly Disagree = STS : Sangat tidak setuju

Untuk scoring di atas jawaban setiap item instrumen dalam bentuk skala

likert penulis menggunakan skala 5 yaitu sebagai berikut :

Sangat setuju : nilai 5

Setuju : nilai 4

Ragu-ragu : nilai 3

Tidak setuju : nilai 2

Sangat tidak setuju : nilai 1

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi,

sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain. Metode ini digunakan untuk

memperoleh data-data tentang gambaran umum lokasi penelitian.

3.4 Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah Seluruh Karyawan yang

bekerja di LPP TVRI Sulawesi Selatan, yaitu sebanyak 100 orang.

2. Sampel Penelitian

Tujuan pengambilan sampel adalah supaya sampel yang diambil dapat

(44)

populasinya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian

ini adalah teknik pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin.

Dimana : n = N/1+N(e)2 n = 100/1+100(0.05)2 n = 100/1+100(0.0025) n = 100/1.25 n = 80 orang Keterangan : n : Ukuran Sampel N : Ukuran Populasi e : Taraf Signifikansi 3.5 Metode Analisis

Dalam penelitian ini akan digunakan metode statistik untuk menganalisis

pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Metode analisis data yang

digunakan adalah regresi linear sederhana dengan Enter Method pada program

SPSS for windows versi 17,0 dengan tingkat kemaknaan 0,05. Rumus regresi linear sederhana sebagai berikut:

(45)

Keterangan:

Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) X = Variabel independen

a = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan jika bernilai positif ataupun penurunan

jika bernilai negatif)

3.6 Pengujian Hipotesis

3.6.1 Analisis Koefisien Determinasi

Dari hasil koefisien sederhana, maka selanjutnya dapat di analisis koefisien

determinasinya (R²) yaitu koefisien determinasi parsial untuk mengukur terpisah

dampak variable independen (X) terhadap variable dependen (Y). jika (R²) yang

diperoleh mendekati 1 (satu) maka semakin kuat model tersebut menerangkan

variasi variable bebas terhadap variable tidak bebas. Sebaliknya, jika (R²) yang

diperoleh mendekati 0 (nol) maka semakin lemah variasi variable bebas terhadap

variable tidak bebas.

3.6.2 Uji t

Menurut Imam Ghozali (2006) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam

menerangkan variabel dependen.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria:

(46)

a. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi tidak

signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tidak mempunyai

pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi

signifikan). Ini berarti secara parsial variabel independen tersebut

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

3.6.3 Uji F

Uji ini digunakan untuk menguji apakah model persamaan regresi yang

diajukan dapat diterima atau tidak. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

a. Dengan membandingkan nilai F hitung dengan F table

Apabila F table >F hitung, maka H0 diterima dan H1 ditolak, apabila F table

< F hitung, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

b. Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi

Apabila probabilitas signifikasi > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak,

apabila probabilitas signifikasi < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Jika F hitung > F table dan signifikasi, maka hipotesis ANOVA dapat

diterima bahwa semua variable bebas layak untuk menjelaskan variable

terikat yang dianalisis.

3.7 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel

(47)

- Variabel Kepemimpinan (X)

Tabel 3.2

Operasional Variabel Kepemimpinan (X)

Variabel Indikator Keterangan Skala

Kepemimpinan Pengarahan Pemimpin memberikan pengarahan yang jelas dan dapat dimengerti oleh pegawai dalam melakukan pekerjaan.

Likert

Komunikasi Komunikasi sebagai cara yang dilakukan pemimpin dalam proses pekerjaan sehingga karyawan mau bekerjasama. Likert Pengambilan Keputusan Pemimpin memberikan wewenang dan tanggungjawab dalam pengambilan keputusan kepada karyawannya dalam menyelesaikan pekerjaan. Likert

(48)

Motivasi Pemimpin memberikan bimbingan, dorongan dan

pengawasan kepada

bawahan dalam

pelaksanaan tugas.

Likert

- Variabel Kinerja Karyawan (Y)

Tabel 3.3

Operasional Variabel Kinerja Karyawan (Y)

Variabel Indikator Ukuran Skala

Kinerja Mampu menangani beban

pekerjaan sebagai mana yang di tugaskan

Tingkat

kemampuan Likert

Hasil kerja sesuai dengan kualitas yang telah ditentukan

Tingkat hasil

kerja Likert

Dapat mencapai kualitas kerja yang maksimal dengan vasilitas kerja yang dimiliki

Tingkat kualitas

Likert

Dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu

Tingkat

ketepatan waktu Likert Kemampuan membagi waktu

dari setiap pekerjaan

Tingkat

ketetapan waktu Likert Kehadiran adalah hal yang

sangat penting

Tingkat

(49)

Pekerjaan tidak ada yang terbengkalai karena adanya kerja sama yang baik antar karyawan

Tingkat kerjasama

(50)

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Televisi Republik Indonesia (TVRI) Stasiun Sulawesi Selatan yang

sebelumnya bernama TVRI Stasiun UjungPandang didirikan pada tahun 1971

berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sulawesi Selatan

Nomor 178/VII/71 tanggal 15 Juli 1971. TVRI Stasiun Ujung Pandang mengudara

untuk pertama kali dalam siaran percobaan pada tanggal 7 Desember 1972 yang

secara resmi dijadikan ulang tahun TVRI Stasiun lokal Ujungpandang. Siaran

TVRI Ujungpandang dapat menjangkau enam wilayah sekitarnya: Kota

Ujungpandang (Makassar saat ini), Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkajene

Kepulauan, Kabupaten Gowa, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto.

TVRI Stasiun Ujungpandang merupakan srasiun TVRI keempat beroperasi

di Indonesia setelah TVRI Jakarta (beroperasi sejak 24 Agustus 1962),

Yogyakarta (beroperasi sejak 17 Agustus 1965), dan Medan (beroperasi sejak 28

Desember 1970).

Pada tanggal 8 Desember 1973 Gubernur Sulawesi Selatan Achmad Lamo,

mewakili Dirjen RTF meresmikan siaran TVRI Ujungpandang yang menandai

berakhirnya siaran percobaan yang telah berlangsung selama Setahun. Frekuensi

penyiaran dilakuakn secara bertahap tiga sampai lima kali seminggu. Pada tanggal

16 Agustus 1976 TVRI Ujungpandang mengudara setiap hari dan merupakan

awal siaran rilay dari TVRI Jakarta melalui Satelit Palapa I yang diluncurkan 9

(51)

Pada bulan September 1981 TVRI Stasiun Ujungpandang mendapatkan

peralatan studio Lengkap melalui proyek MI/74. Sejak saat itu TVRI Stasiun

Ujungpandang beroperasi dengan tampilan berwarna penuh (sebelumnya masih

hitam putih) dengan didukung dua studio produksi. Pada tanggal 1 April 1980

seluruh Karyawan Yayasan TVRI diangkat menjadi Pegawai Negri Sipil Pusat di

lingkungan Departemen Penerangan RI, melalui Peraturan Pemerintah Nomor

37/1980. Pada tahun 1998 TVRI Stasiun Ujungpandang berubah nama menjadi

TVRI Stasiun Makassar sesuai perubahan nama Kota Ujungpandang menjadi

Kota Makassar.

Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Yayasan TVRI beralih status menjadi

Perusahaan Jawatanpada tahun 2000 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 36 Tahun 2000. TVRI Stasiun Makassar mengalami perubahan organisasi

sesuai perubahan status TVRI tersebut. Berdasarkan PP tersebutdibentuk beberapa

Devisi dala organisasi TVRI. Devisi VI TVRI untuk wilayah Sulawesi, Maluku

dan Irian Jaya berkedudukan di Makassar dipimpin oleh Kepala Devisi. Untuk

operasional penyiaran, TVRI Stasiun Makassar tetap ada dipimpin oleh seorang

Manajer.

Secara Struktural setelah taun 2000 TVRI mengalami perubahan status

sebanyak tiga kali:

a. Perusahaan Jawatan sesuai PP Nomor 36 Tahun 2000 b. Status PT TVRI sesuai PP Nomor 9 Tahun 2002

c. Status TV Publik menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang

(52)

Sejak status PT hingga TV Publik saat ini, TVRI Stasiun Makassar berubah

nama menjadi TVRI Stasiun Sulawesi Selatan. Struktur manajemen TVRI

Sulawesi Selatan pun berubah dan masuk dalam kategori Stasiun Tipe A dipimpin

oleh seorang Kepala Stasiun.

4.2 Struktur Organisasi

Dalam menyelenggarakan kegiatan penyiaran televisi, TVRI Sulawesi

Selatan dipimpin oleh seorang Kepala Stasiun dibantu Oleh Kepala Bidang

sebagai berikut: Kepala Bidang Program dan Pengembangan Usaha yang

membawahi Kepala Seksi Program dan Kepala Seksi Pengembangan Usaha;

Kepala Bidang Berita yang membawahi Kepala Seksi Produksi Berita dan Kepala

Seksi Current Affair & Siaran Olah Raga; Kepala Bidang Teknik yang

membawahi Kepala Seksi Teknik Transmisi, Kepala Seksi Fasilitas Transmisi dan

Kepala Seksi Teknik Produksi dan Penyiaran; Kepala Bidang Keuangan yang

membawahi Kepala Kepala Subbagian Perbendaharaan dan Subbagian Akuntansi;

Kepala Bagian Umum yang membawahi Kepala Subbagian Sumber Daya

Manusia dan Kepala Subbagian Perlengkapan.

Masing-masing Pejabat Struktural tersebut diatas dalam melaksanakan

tugasnya dibantu oleh staf administrasi/keuangan dan Pejabat Fungsional yang

terdiri atas Andalan Siaran, Adikara Siaran, dan teknisi Siaran.

Adapun Struktur Organisasi LPP TVRI dan LPP TVRI Sulawesi Selatan

(53)

Struktur Organisasi LPP TVRI

Gambar 4.1 : Skema Struktur Organisasi LPP TVRI

Sumber : TVRI Sulawesi Selatan Tahun 2015 DEWAN PENGAWAS DIREKTUR UTAMA DIREKTORAT KEUANGAN DIREKTORAT PROGRAM DAN BERITA DIREKTORAT TEKNIK DIREKTORAT UMUM DIREKTORAT PENGEMBANGAN DAN USAHA SATUAN PENGAWASAN INTEREN PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PUSAT PENELITIAN DAN PELATIHAN

(54)

Struktur Organisasi LPP TVRI Sulawesi Selatan

Gambar 4.2 : Skema Struktur Organisasi LPP TVRI Sulawesi Selatan Sumber : TVRI Sulawesi Selatan Tahun 2015

Adapun tugas dan wewenang berdasarkan Struktur Organisasi di atas adalah

sebagai berikut :

1. Kepala Kantor Televisi Republik Indonesia (TVRI) Sulawesi Selatan

a. Menetapkan, kebijakan siaran dan pedoman mekanisme kerja TVRI

Sulawesi Selatansesuai kebijakan Direksi.

KEPALA STASIUN BIDANG PROGRAM BIDANG BERITA BAGIAN KEUANGA N BIDANG TEKNIK BAGIAN UMUM SEKSI PROGRAM DAN PRODUKSI SEKSI PRODUKSI BERITA SUB BAGIAN SDM SUB BAGIAN AKUNTANS I SEKSI TEKNIK PROD. DAN PENY. SEKSI TEKNIK TRANSMISI SEKSI TEKNIK FASILITAS SUB. BAGIAN PRBENDAH ARAAN SUB. BAGIAN PERLENGK APAN SEKSI CURRENT AFFAIR & OLAH RAGA SEKSI PENGEMBA NGAN USAHA

(55)

b. Merencanakan, mendelegasikan dan mengendalikan kegiatan Bidang

Program dan Pengembangan Usaha serta Bidang Berita.

c. Merencanakan, mendelegasikan dan mengendalikan kegiatan Bagian Keuangan serta Bagian Umum dan Sumber Daya Manusia.

d. Mengevaluasi hasil kerja bawahan sebagai bahan pembinaan bawahan. e. Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan produksi

dan penyiaran acara dengan pihak terkait.

f. Membina kerjasama Stasiun Produksi atau kejadian di wilayah kerja kantor Televisi Republik Indonesia (TVRI) Sulawesi Selatan.

2. Bagian Umum

a. Menyusun rencana dan pelaksanaan pengadaan barang, perlengkapan

teknik, barang umum dan jasa baik sesuai permintaan maupun

berdasarkan inisiatif untuk mendukung produksi, siaran, pelayanan, dan

manajemen.

b. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan pengadaan barang

perlengkapan teknik, barang umum dan jasa baik sesuai berdasarkan

inisiatif secara tepat waktu dengan harga yang wajar dan

menguntungkan kantor.

c. Merencanakan dan mengkoordinasikan pelelangan pengadaan barang

atau jasa.

d. Merencanakan dan mendelegasikan penerimaan, penyimpanan, dan

(56)

e. Menginvestaris dan membuat Daftar Inventaris Ruangan dan tata tertib

pemakaian barang Inventaris di setiap satuan kerja.

3. Bidang Berita

a. Menyusun pedoman siaran berita, current affairs dan siaran Olah Raga. b. Menyusun rencana liputan berita, produksi dan penyiaran cureent affairs

(berita berkala) dan siaran olah raga.

c. Mendelegasikan dan mengkoordinasikan fasilitas pendukung produksi

dan liputan siaran berita, produksi dan penyiaran cureent affairs dan

siaran olah raga.

d. Mendelegasikan dan mengkoordinasikan siaran berita, produksi dan

penyiaran cureent affairs dan siaran olah raga.

e. Menjalin kerjasama dengan sumber-sumber berita dengan instansi

terkait.

f. Mendelegasikan dan mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan

dokumentasi siaran berita, cureent affairs dan siaran olah raga.

g. Membuat laporan secara periodik pelaksanaan kegiatan satuan kerja

Bidang Berita.

4. Bidang Program

a. Membantu Kepala Stasiun menyusun pola siaran yang akan dipakai

sebagai acuan dalam memproduksi dan menyiarkan paket acara.

b. Menyusun pedoman siaran, pengembangan usaha dan produksi.

c. Menyusun kriteria program yang sesuai dengan tujuan dan pola acara

(57)

d. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan penelitian, perencanaan siaran, promosi on air, operasional siaran, traffic,

pemasaran dan penjualan.

e. Membantu melakukan tugas dibidang promosi dan pemasaran dan

pengembangannya.

f. Membantu melakukan tugas dibidang penyusunan program siaran dan

pengembangannya.

g. Menyusun jadwal siaran run down yang sesuai dengan pola acara siaran

dan mengendalikan pelaksanaan operasional siaran.

h. Menyusun daftar petugas pelaksanaan siaran yang mencakup Pengarah

Acara Umum dan Penyiar Kesinambungan.

i. Membantu melakukan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

tugas promosi dan pemasaran dan penyusunan program.

j. Membantu melakukan tugas di bidang promosi dan pemasaran serta

pengembangannya.

k. Membuat laporan secara periodik pelaksanaan kegiatan satuan kerja

Bidang Program dan Pengembangan Usaha.

5. Bagian Keuangan

a. Membantu Kepala Bagian Keuangan menyusun pedoman

perbendaharaan dan akuntansi serta langkah kegiatan administrasi dan

keuangan sebagai pedoman kerja

b. Membantu Kepala Bagian Keuangan merencanakan proyeksi

(58)

c. Membantu penyusun anggaran program dan non program berdasarkan

satuan standar biaya.

d. Membantu Kepala Bagian Keuangan melakukan koordinasi dengan

satuan terkait dalam hal penyiapan dokumen penyelesaian pembayaran

dan penagihan.

e. Membantu Kepala Bagian Keuangan mengkoordinasikan Manajer Unit

serta rencana kerjanya dalam hal pengeluaran uang.

f. Membantu Kepala Bagian Keuangan membuat laporan secara periodik

pelaksanaan kegiatan satuan kerja Subbagian Keuangan.

6. Bidang Teknik

a. Menyusun pedoman kegiatan teknik transmisi, prasarana, produksi dan

penyiaran serta merencanakan kegiatan teknik transmisi, prasarana

produksi dan penyiaran.

b. Menyusun petugas operasional teknik transmisi, prasarana, produksi dan

penyiaran.

c. Mendelegasikan dan mengkoordinasikan kegiatan teknik transmisi,

prasarana, produksi dan penyiaran.

d. Mengendalikan pengoperasian teknik transmisi, prasarana, produksi dan

penyiaran.

e. Mengusulkan pengembangan teknik transmisi, prasarana, produksi dan

penyiaran sesuai dengan perkembangan teknologi dan pengembangan

(59)

f. Mengusulkan kebutuhan suku cadang teknik transmisi, produksi dan

penyiaran ke Direktorat Teknik Kantor Pusat.

g. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan teknik transmisi, produksi dan

penyiaran serta merencanakan dan mengendalikan pemeliharaan teknik

transmisi, produksi dan penyiaran.

h. Membuat laporan secara periodik pelaksanaan kegiatansatuan kerja

Bidang Teknik.

7. Seksi Program

a. Membantu Kepala Bidang Program dalam menyusun pola siaran yang

akan dipakai sebagai acuan dalam memproduksi dan menyiarkan paket

acara.

b. Membantu Kepala Bidang Program dalam menyusun pedoman produksi

dan siaran.

c. Membantu Kepala Bidang Program dalam menyusun kriteria program

yang sesuai dengan tujuan dan pola acara siaran.

d. Membantu kepala Bidang Program dalam mengkoordinasikan dan

mengendalikan pelaksanaan penelitian, perencanaan siaran, operasional

siaran, traffic.

e. Membantu melakukan tugas di bidang penyusunan program siaran dan

pengembangannya.

f. Membantu Kepala Bidang Program dalam penyusunan jadwal siaran run down yang sesuai dengan pola acara siaran dan mengendalikan pelaksanaan operasional siaran.

(60)

g. Membantu kepala Bidang Program dalam menyusun daftar petugas

pelaksanaan siaran yang mencakup pengarah acara umum dan penyiar

continuity.

h. Membantu Kepala Bidang Program dalam melakukan evaluasi dan

penyusunan laporan pelaksanaan tugas penyusunan program.

i. Membuat laporan secara periodik pelaksanaan kegiatan satuan kerja

Seksi Program dan Produksi.

8. Seksi Produksi Berita

a. Membantu Kepala Bidang Teknik dalam menyusun pedoman kegiatan

teknik produksi, prasarana produksi dan penyiaran.

b. Membantu Kepala Bidang Teknik dalam menyusun petugas operasional

teknik produksi dan penyiaran.

c. Membantu Kepala Bidang Teknik dalam mengkoordinasikan kegiatan

teknik produksi dan penyiaran.

d. Membantu Kepala Bidang Teknik dalam mengendalikan pengoperasian

teknik produksi dan penyiaran.

e. Membantu Kepala Bidang Teknik dalam mengusulkan pengembangan

teknik poduksi dan penyiaran sesuai dengan perkembangan teknologi

dan pengembangan siaran.

f. Membantu Kepala Bidang Teknik dalam mengusulkan kebutuhan suku

cadang teknik produksi dan penyiaran ke Direktorat Teknik Kantor

Gambar

Gambar        Halaman
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir
Gambar 4.1 : Skema Struktur Organisasi LPP TVRI
Gambar 4.2  : Skema Struktur Organisasi LPP TVRI Sulawesi Selatan        Sumber : TVRI Sulawesi Selatan Tahun 2015
+3

Referensi

Dokumen terkait

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN

Dti data hasil pengujian dipeloleh nilai rda-rda kehtam tuik poda semaa konpuh las dengm lqism las sebanyak tigo tqis yang tertinggi yaitu pada pengelaswr dmtn

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegunaan dan kemudahan pembayaran pajak terhadap penerapan e -billing di Kota Palembang.Dimana penelitian

Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode Gallery walk pada pembelajaran tematik subtema Indahnya Peninggalan Sejarah dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik

I am inclined to the view that assets purchased by a bankrupt with after-acquired income will, if not within any of the excluded categories in s 116(2), constitute property

Dalam pengoperasian kapal juga banyak terdapat kendala-kendala yang sering dihadapi, karena masih ada pemilik kapal yang selalu memperhatikan atau memperhitungkan

American Association tbr the Advanceurent of Science (AAAS) .(i990).. Proceedings lnternotionol Conference on Mathemotics, Sciences ond Educotion, University of Lombok

keadaan keseimbangan tidak terganggu, sehingga proses itu bersifat reversibel. Perubahan entropi sistem dapat dihitung dengan persamaan:.