• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan termiskinkan karena stereotip dan kultur yang masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk subordinasi perempuan dalam rumahtangga miskin tampak pada peran ganda yang harus dipikul oleh perempuan. Keterbatasan sumberdaya memaksa perempuan untuk berperan serta dalam kegiatan ekonomi rumahtangga untuk menopang perekonomian rumahtangga. Namun, pada sisi yang lain perempuan harus dituntut untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan domestik.

Ketidaksetaraan antara peran laki-laki dan perempuan ini menjadi salah

satu hambatan struktural yang menyebabkan individu dalam masyarakat tidak

memiliki akses yang sama. Perbedaan akses ini lebih disebabkan oleh perbedaan

posisi individu dalam proses perubahan sosial ekonomi maupun politik. Selain itu,

produk dari kebijakan pemerintah yang selama ini tidak sensitif terhadap

kebutuhan perempuan telah membuat perempuan sering kali menjadi korban dari

kebijakan tersebut. Lemahnya perlindungan hukum terhadap kaum perempuan,

secara tidak langsung telah menempatkan posisi mereka menjadi termarjinalkan,

dan tidak sedikit pula diantara mereka yang terjerumus dalam kemiskinan.

(2)

Kondisi ini yang menyebabkan perempuan terjebak dalam kemiskinan, terutama perempuan sebagai tulungpunggung keluarga.

Berdasarkan data Susenas 1996 dan 1999 menunjukkan rumahtangga miskin yang dikepalai perempuan meningkat sebesar 45,9 persen dari 0,71 juta jiwa menjadi 1,03 Juta jiwa. Data Susenas 2004 meningkat menjadi 3,03 juta rumahtangga miskin yang dikepalai perempuan. Susenas 2007 sekitar 13,60 persen atau 6 juta rumahtangga miskin yang dikepalai perempuan. Selanjutnya, Susenas 2010 sekitar 14 persen atau sekitar 9 juta rumahtangga di Indonesia dikepalai oleh perempuan dan jumlah tersebut semakin bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini menggambarkan bahwa perempuan sangat dekat dengan kemiskinan.

(Samnuzulsari, 2011).

Kemiskinan yang dialami perempuan juga ditunjukkan dengan rendahnya kualitas hidup dan peran perempuan pada ranah publik. Hal ini terlihat dari rendahnya Indeks Pembangunan Gender di Provinsi Maluku. Menurut data pembangunan berbasis gender tahun 2009, Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) Provinsi Maluku yaitu sebesar 56,82 sementara untuk angka Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) nasional yaitu sebesar 66,77. Pada tingkat kabupaten, Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) di Kabupaten Maluku Tengah sebesar 47,49. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih terjadi kesenjangan gender di Provinsi Maluku terutama di Kabupaten Maluku Tengah.

Ketimpangan relasi gender dan peminggiran perempuan dalam setiap aspek

kehidupan merupakan bentuk pemiskinan perempuan. Selain itu dapat

(3)

mempengaruhi akses perempuan secara keseluruhan terutama perempuan kepala rumahtangga. Perempuan yang menjadi kepala rumahtangga harus bertanggungjawab penuh terhadap rumahtangganya, berusaha dan berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangganya tanpa peran laki-laki sebagai pencari nafkah utama.

Kepala rumahtangga perempuan atau disebut sebagai “KRTP”, selain sebagai pencari nafkah, penanggungjawab keluarga, pengelola rumahtangga, perempuan kepala rumahtangga ini juga sebagai pengambil keputusan dalam keluarga. Disisi lain budaya patriarki yang masih kental dalam masyarakat menjadikan posisi KRTP terpinggirkan dalam aspek kehidupan. Sistem patriarki ini, dimana laki-laki lebih memonopoli atas kekayaan dan pekerjaan, menyebabkan perempuan dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Hal ini dipertegas Burns dan Chat Scott (1994) dalam Maslahah (2000), bahwa ketika seorang istri kehilangan suami, maka nasib yang mengerikan akan dialami sang istri tersebut.

Rumahtangga yang dikepalai perempuan di Kecamatan Leihitu termasuk

rumahtangga yang kurang beruntung secara ekonomi maupun sosial, dalam arti

miskin karena sumberdaya manusia yang dimilikinya kurang memadai untuk

meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Selain itu, kesempatan kerja disektor

non-pertanian yang dapat menunjang kelangsungan hidup bagi perempuan sangat

terbatas. Perspektif ini diperkuat oleh data BKKBN (2010), bahwa jumlah

rumahtangga pra-sejahtera mencapai 1.361 atau sekitar 12,22 persen dari 11.137

rumahtangga di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.

(4)

Kondisi yang tidak menguntungkan tersebut akan membebani rumahtangga terutama rumahtangga yang dikepalai perempuan dan merupakan kenyataan yang harus dihadapi oleh KRTP untuk menciptakan berbagai strategi bertahan hidup demi mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangganya.

1.2 Permasalahan Penelitian

Negeri Hila adalah pusat kota pemerintahan di Kecamatan Leihitu.

Berdasarkan data BKKBN (2010), Negeri Hila merupakan satu-satunya Negeri dengan jumlah kepala rumahtangga perempuan tertinggi di Kecamatan Leihitu yaitu mencapai 272 KK atau sekitar 14,72 persen dari 1.848 kepala keluarga perempuan di Kecamatan Leihitu. Selain itu, kepala rumahtangga dengan tingkat pendidikan tidak tamat SD atau pendidikan terendah mencapai 673 KK atau sekitar 6,04 persen dari 11.137 KK dan merupakan angka tertinggi di Kecamatan Leihitu.

Tingkat ragam persoalan sosial yang ada di negeri tersebut merupakan fakta kependudukan yang perlu diperhatikan.

Minimnya pendidikan formal bagi kepala rumahtangga khususnya kepala

rumahtangga perempuan dapat menjadi kendala dalam melakukan berbagai

kegiatan ekonomi yang produktif karena keterbatasan pengetahuan untuk

melakukan kegiatan tersebut. Pendidikan formal yang minim juga dapat menutup

kemungkinan perempuan memperoleh akses untuk mengenyam pekerjaan yang

lebih layak. Sebagian besar kepala rumahtangga perempuan di Negeri Hila bekerja

pada sektor pertanian dan mengandalkan pendapatan dari sektor pertanian untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Komoditas pertanian yang menjadi

(5)

prioritas di negeri ini adalah komoditas cengkih dan pala, disamping komoditas pertanian lainnya, namun terkadang faktor alam yang menjadi penentu besar kecilnya pendapatan yang diperoleh kepala rumahtangga. Faktor alam yang dimaksud adalah terjadinya perubahan musim yaitu musim angin barat dan musim angin timur.

Perubahan musim merupakan masalah besar yang dihadapi oleh para petani setiap tahun. Ketergantungan kepala rumahtangga perempuan petani terhadap musim terkadang menyebabkan mereka tidak puas dengan hasil panen yang tidak sesuai dengan harapan mereka sebelumnya. Kondisi ini tentunya mempengaruhi rendahnya tingkat pendapatan yang diperoleh kepala rumahtangga terutama kepala rumahtangga perempuan untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangganya. Selain itu, tingginya biaya hidup rumahtangga dengan penerimaan pendapatan yang hanya pas-pasan, tentunya tidak mencukupi kebutuhan rumahtangga secara keseluruhan, namun hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok pangan saja.

Kesulitan rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari tentunya

menyebabkan kepala rumahtangga perempuan perlu menciptakan berbagai strategi

bertahan hidup untuk mendapatkan pendapatan dengan memanfaatkan peluang dan

potensi sumberdaya yang ada, baik berupa sumberdaya alam, sumberdaya manusia

maupun pengembangan keanekaragaman pekerjaan diluar sektor non pertanian. Hal

ini merupakan strategi yang dilakukan kepala rumahtangga perempuan untuk tetap

bertahan hidup demi kelangsungan hidup rumahtangganya.

(6)

Berdasarkan uraian-uraian permasalahan di atas, maka timbul beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana strategi bertahan hidup kepala rumahtangga perempuan dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangga di daerah penelitian?

2. Faktor-faktor sosial ekonomi rumahtangga apa saja yang berhubungan dengan komponen-komponen strategi bertahan hidup kepala rumahtangga perempuan dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangga di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perempuan sebagai kepala rumahtangga dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangga. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengkaji secara mendalam strategi bertahan hidup kepala rumahtangga perempuan dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangga di daerah penelitian

2. Mengkaji faktor-faktor sosial ekonomi rumahtangga yang berhubungan

dengan komponen-komponen strategi bertahan hidup kepala rumahtangga

perempuan dalam mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangga

di daerah penelitian.

(7)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis, yaitu penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah penelitian tentang permasalahan kepala rumahtangga perempuan di daerah perdesaan serta dapat dijadikan pembanding bagi penelitian dalam bidang yang sama

2. Manfaat praktis, yaitu dapat memberikan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah ataupun pihak-pihak lain yang berkepentingan terhadap pemecahan masalah kemiskinan terutama di wilayah-wilayah perdesaan.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian-penelitian mengenai strategi bertahan hidup telah banyak

dilakukan, namun penelitian-penelitian tersebut sangat bervariasi dalam hal

strategi-strateginya sehingga tekanan pembahasannya menghasilkan sisi-sisi yang

berbeda. Penelitian tentang Strategi Bertahan Hidup Kepala Rumahtangga

perempuan di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah (kasus di Negeri Hila)

ini dibatasi pada strategi pemanfaatan sumberdaya rumahtangga dan diversifikasi

pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa strategi pemanfaatan

sumberdaya rumahtangga merupakan strategi yang paling dominan dikembangkan

kepala rumahtangga perempuan dibandingkan strategi diversifikasi pekerjaan dalam

mempertahankan kelangsungan hidup rumahtangga. Beberapa penelitian telah

dilakukan tentang strategi bertahan hidup antara lain:

(8)

Umar (2000), meneliti tentang Strategi Kelangsungan Hidup Komunitas Miskin Perdesaan di Tiga Desa Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, menunjukkan bahwa strategi yang dikembangkan oleh komunitas miskin terdiri dari dukungan jaringan sosial dalam bentuk hubungan kekerabatan, ketetanggaan, perkawanan dan majikan. Faktor determinan yang mempengaruhi ragam strategi yang digunakan dalam kelangsungan hidup di tiga desa penelitian adalah tingkat struktur sosial ekonomi rumahtangga.

Askar (2008), tentang Strategi Pemenuhan Kebutuhan Rumahtangga di Kabupaten Muna, menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan strategi pemenuhan kebutuhan rumahtangga pada masyarakat yang tinggal di kota, desa-kota dari adanya kecenderungan penerapan strategi pemanfaatan sumberdaya rumahtangga (istri ikut bekerja). Faktor yang berperan terhadap penentuan keputusan dalam penerapan strategi pemenuhan kebutuhan rumahtangga di antaranya adalah jumlah anggota rumahtangga, tingkat pendidikan kepala rumahtangga, luas lahan dan penghasilan rumahtangga.

Udin (2009), tentang Pola Kelangsungan Hidup Masyarakat di Daerah

Perdesaan. Penelitian ini menekankan pada strategi penghidupan rumahtangga

dalam meningkatkan pendapatan pada tiap strata ekonomi serta faktor-faktor

penentu dalam penerapan strategi penghidupan rumahtangga dalam peningkatan

pendapatan pada tiap strata ekonomi. Terkait perbedaan karakteristik kehidupan

maka penelitian ini menemukan berbagai strategi kelangsungan hidup yang

dikembangkan pada tiap strata ekonomi rumahtangga yang berbeda serta

(9)

faktor-faktor yang menentukan penerapan berbagai strategi yang merupakan cerminan dari pola kelangsungan hidup di daerah penelitian.

Welas (2009), Tentang Perempuan Kepala Rumahtangga di Kelurahan Rejowinangun Utara, Kota Magelang. Penelitian ini lebih menekankan pada strategi kelangsungan hidup perempuan sebagai kepala rumahtangga dan perubahan relasi dan struktur yang terjadi dalam keluarga dengan ibu sebagai kepala rumahtangga.

Berdasarkan hasil penelitian ini menemukan strategi yang dilakukan seorang perempuan kepala rumahtangga dalam menghadapi berbagai tantangan baik secara ekonomi, psikologis dan sosial budaya demi kelangsungan hidup rumahtangganya.

Selain itu, pergeseran relasi dan struktur dalam keluarga dialami keluarga yang

dikepalai perempuan.

Referensi

Dokumen terkait

(1) PSH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a digunakan dalam rangka melaksanakan pekerjaan harian non-lapangan, melaksanakan koordinasi pengamanan

bahwa kemampuan berpikir kritis dibekali melalui pemahaman konsep, sintesis, evaluasi, hingga menciptakan solusi. Butir instrumen penilaian berkategori sukar tampak

Pada perekrutan atlet dayung di puslatda ini masih secara manual, sehingga membuat para pengurus puslatda kesulitan untuk mengetahui perkembangan dan asal dari

Tungkai di bentuk oleh tulang atas atau paha (os femoris/femur), sedangkan tungkai bawah terdiri dari tulang kering (os Tibia) dan betis serta tulang kaki, sedangkan gelang

• Guru Mendampingi peserta didik dalam diskusi kelompok via Chat pada LMS untuk melakukan pengolahan data yang diperoleh dari berbagai sumber yang relevan terkait materi

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji dan syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta

Atas dasar hasil penilaian oleh Tim mutu asuhan keperawatan RSUD Cengkareng pada tahun 2010 yang menilai mutu dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap masih di

sistem drainase, yaitu Bidang Pematusan pada DPUBM dan Pematusan Kota Surabaya, dalam kaitannya dengan potensi penerapan sistem ecodrainage....