EVALUASI KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA
Munirah
Penerbit CV. Berkah Utami
Perpustakaan Nasional katalog dalam Terbitan (KTD) ISBN: 979-602-8187-74-9
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari penerbit
PENYUNTING Penulis
Dr. Munirah, M. Pd.
Penelaah Materi Dr. Sukmawati, M. Pd.
Editor
Layout
Drs. Kusnadi Idris, M. Pd.
Perancang Kulit
Lukman, S. Pd., M. Pd.
Penerbit
CV. Berkah Utami
KATA PENGANTAR
Beribu puja dan rasa syukur kami panjatkan kepada Allah Ta’ala yang telah mencurah- limpahkan anugerah dan karunia-Nya, sehingga kami mampu untuk menyempurnakan Buku ini yang berjudul, “Evaluasi Keterampilan Berbahasa Indonesia” ini. Tidak lupa shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Tauladan serta Junjungan kita, Nabi Agung Muhammad Shallallahu ‘Alayhi Wasallam. Melalui sebab beliau-lah, kita saat ini masih dapat merasakan nikmat islam, iman, serta hidayah.
Alhamdulillah, karena buku ini selesai disusun. Untuk membantu para mahasiswa dalam mempelajari konsep-konsep dasar evaluasi, penilaian, tes, pengukuran, teknik dan instrumen penilaian, serta alat ukur keterampilan berbahasa Indonesia. Penulis menyadari apabila dalam penyusunan buku ini terdapat kekurangan, tetapi penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun buku ini tetap memberikan manfaat.
Akhir kata guna penyempurnaan buku ini kritik dan saran dari pembaca sangat penulis nantikan.
Makassar 19 Maret 2018
Munirah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR --- iii
DAFTAR ISI --- iv
BAB I PENDAHULUAN --- 1
A. Latar Belakang --- 1
B. Tujuan --- 3
C. Ruang Lingkup --- 3
BAB II KONSEP DASAR HASIL BELAJAR --- 4
A. Pengertian Evaluasi, Penilaian, Tes, dan Pengukuran --- 4
B. Tujuan Evalusi --- 8
C. Fungsi Evaluasi --- 9
D. Manfaat Evaluasi --- 10
E. Prinsip Evaluasi --- 10
F. Macam-macam Evaluasi --- 15
G. Pendekatan Evaluasi --- 19
BAB III HAKIKAT DAN PRINSIP PENILAIAN --- 25
A. Hakikat Penilaian --- 25
B. Fungsi dan Tujuan Penilaian --- 29
C. Manfaat Penilaian --- 32
D. Prinsip Penilaian --- 36
E. Prosedur Penilaian --- 38
F. Jenis-jenis penilaian --- 41
BAB IV TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN --- 45
A. Teknik Penilaian --- 45
B. Aspek yang Dinilai --- 52
C. Penilaian Kelompok Mata Pelajaran --- 56
D. Instrumen Penilaian --- 67 BAB V ALAT UKUR KETERAMPILAN
MENYIMAK --- 81
A. Pengertian Menyimak --- 87
B. Materi Tes Menyimak --- 97
C. Aspek-aspek yang diukur dalam Tes Menyimak --- 113
D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Menyimak ---- 113
BAB VI ALAT UKUR KETERAMPILAN BERBICARA--- 117
A. Pengertian Berbicara --- 117
B. Tujuan Berbicara --- 119
C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Tes Berbicara --- 120
D. Penyususnan Alat Ukur Keterampilan Berbicara ---- 123
BAB VII ALAT UKUR KETERAMPILAN MEMBACA --- 139
A. Pengertian Membaca --- 139
B. Tujuan Membaca --- 142
C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Tes Membaca --- 148
D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Membaca --- 149
BAB VIII ALAT UKUR KETERAPILAN MENULIS 154
A. Pengertia Menilus --- 154
B. Penyusunan Kisi-kisi Alat Ukur Keterampilan Menulis --- 161
C. Aspek-aspek yang Diukur dalam Tes Membaca --- 168
D. Penyusunan Alat Ukur Keterampilan Menulis --- 171
DAFTAR PUSTAKA --- 175
LAMPIRAN --- 178
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ditetapkan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013 Permendikbud no 23 Tahun 2016 Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Pengembangan Kurikulum 2013 Terbaru dengan Konsep Dasar Kurikulum 2013 Revisi yang merupakan Penyempurnaan kurikulum yang telah dilakukan mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 atas perubahan dari Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan antara lain berkenaan dengan standar isi, proses, kompetensi lulusan, dan penetapan kerangka dasar serta struktur kurikulum oleh pemerintah.
Upaya penyempurnaan kurikulum ini dilakukan guna mewujudkan peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan yang harus dilaksanakan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya, yakni meliputi aspek sikap, pengetahuan, keterampilan.
Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi siswa untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil dalam kehidupan. Kurikulum ini dikembangkan untuk mengikuti dengan tuntutan perkembangan negara-negara maju. Dalam penyusunan Kurikulum 2013 perlu mengakomodasi penerapan pembelajaran integratif, sehingga dengan penyusunan Kurikulum 2013 memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi peserta didik.
Paduan pelaksanaan Kurikulum 2013 yang memenuhi aturan dan berkualitas perlu disiapkan agar satuan pendidikan dan pendidik dan pendidik dapat melaksanakan Kurikulum 2013 yang salah satu diantaranya adalah rancangan penilaian hasil belajar.
B. Tujuan
Rancangan penilaian hasil belajar ini disusun sebagai acuan bagi satuan pendidikan dan pendidik untuk merancang penilaian yang berkualitas guna mendukung penjaminan dan
pengendalian mutu lulusan. Di sisi lain, dengan menggunakan rancangan hasil belajar ini diharapkan pendidik dapat mengarahkan peserta didik menunjukan penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan.
C. Ruang Lingkup
Rancangan penilaian hasil belajar ini membahas tentang konsep-konsep dasar evaluasi, penilaian, tes, pengukuran, teknik dan instrumen penilaian, serta alat ukur keterampilan berbahasa Indonesia.
BAB II
KONSEP DASAR EVALUASI HASIL BELAJAR
A. Pengertian Evaluasi, Pengukuran, Tes, dan Penilaian.
Dalam bahasa sehari-hari pemakaian kata-kata , evaluasi, pengukuran, dan tes seringkali dibaurkan. Padahal sebenarnya kata-kata itu merupakan tiga istilah yang berbeda.
1. Evaluasi
Evaluasi dapat merupakan pemberian yang bersifat kualitatif/kuantitatif. Pemberian kualitatif lebih menekankan pemaparan secara verbal, sedangkan pemberian kuantitatif dinyatakan dalam angka-angka. Namun, pada akhirnya evaluasi selalu mengandung pemberian nilai/penghakiman value judgement erhadap suatu hasil yang dicapai. Pernyataan seperti “ Galuh lulus dengan hasil sangat memuaskan” memberikan penilaian nilai secara kualitatf yang mungkin didasarkan atas nilai rata-rata ujian yang tinggi (kuantitatif) Dari urian di atas dapat disimpukan bahwa suatu kegiatan evaluasi dalam prosesnya, mungkin menggunakan pemberian kualitatif/kuantitatif, dan pada akhirnya meberikan peneliaian yang bersifat kualitatif.
Pemberian angka ujian yang dimasukkan ke dalam buku rapor siswa, merupakan pemberian kuantitatif. Nilai-nilai itu kemudian diberi makna kualitatif sangat baik, baik, cukup, dan seterusnya. Berdasarkan atas nilai-nilai yang dicapai itu, maka diberikanlah keputusan yang berisifat kualitatif berhasil atau gagal, naik atau tidak naik, dan sebagainya. Wiesma dan Jurs membedakan evaluasi, pengukuran dan testing. Mereka berpendapat bahwa evaluasi adalah suatu proses yang mencakup pengukuran dan mungkin juga testing, yang juga berisi pengambilan keputusan tentang nilai. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Arikunto yang menyatakan bahwa evaluasi merupakan kegiatan mengukur dan menilai. Kedua pendapatd di atas secara implisit, bahwa evaluasi memiliki cakupan yang lebih luas daripada pengukuran dan testing.
Ralp W, Tyler, yang dikutip oleh Brinkerhoff dkk. Mendefinisikan evaluasi sedikit berbeda.
Ia menyatakan bahwa evaluation as the process of determining to what extent the educational objecy tives are actually being realized. Sementara Daniel Stufflebeam (1971) yang dikutip Nana Syaodih S, menyatakan bahwa evaluation is the process of delinating, obtaining and providing useful information for decision alternative. Demikian juga dengan Michael Scriven (1969) menyatakan evaluation is an observed value compared tosome standard. Beberapa defenisi terakhir
ini menyoroti evaluasi sebagai sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
2. Pengukuran
Pengukuran merupakan proses untuk mendapatkan pemberian kuantitatif, yaitu mengenal tinggi rendahnya taraf pencapaian hasil seseorang dalam suatuperilaku tertentu. Dengan demikian, hasil pengukuran selalu berbentuk bilangan seperti “Mugi memperoleh nilai 70 untuk mata pelajaran biologi”. Untuk mendapatkan nilai ini digunakan alat ukur. Dalam hala ini alat ukur yang digunakan mungkin bersifat verbal (menggunakan bahasa sebagai saran utamanya, misalnya tes.
Dalam hal lain, misalnya untuk mengukur suhu badan, berat badan, dan sebagainya digunakan alat ukur nonverbal (tennometer, timbangan). Sementara itu, Asnawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, sedangkan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melaui pengukuran hasil belajar yang baik yang menggunakan tes maupun nontes.
Pendapat ini sejalan dengan pendapat Suharsini Arikunto yang membedakan antara pengukuran penilian dan evaluasi. Arikunto (2008) menyatakan bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersiafat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kulaitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan â€ceMeasurement is limited to quantitative description of pupil behaviorik.
3. Tes
Tes merupaka salah satu jenis alat ukur. Dengan demikian, tes menghasilkan pemberian bersifat kuantitatif tentang perilaku seseoarang. Oranlund (1985) membatasi pengertian tes sebagai suatu alat atau prosedur sistematik untuk mengukur contoh “sample” perilaku. Berdasarkan tes, guru memberikan informasi tentang hasil belajar siswa, inforamasi itu berwujud angka.
4. Penilaian
Pengertian penilaian yang ditekankan pada penentuan nialai suatu obyek juga dikemukakan oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu objek dengan menggunakan ukuran pada kriteria tertentu, seperti baik, Sedang, Jelek. Seperti juga halnya dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) â€ceThe assignment of one or a set of members to each of a set of person or object according to certain estabilished rulesâ€.
B. Tujuan Evakuasi
Evaluasi pembelajaran memiliki berbagai tujuan diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menentukan angka kemajuan atau hasil belajar pada siswa. Untuk mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. Fungsinya sebagai laporan kepada orangtua siswa, penentuan kenaikan kelas, penentuan kelulusan siswa.
2. Untuk melatih keberanian dan mengajak peserta didik untuk mengingat kembali materi yang telah diajarkan dan untuk mengetahui tingkat perubahan prilakunya.
3. Mengenal latar belakang siswa yang berguna baik bagi penempatan maupun penentuan sebab- sebab kesulitan belajar para siswa. Berfungsi sebagai masukan bagi tugas Bimbingan dan Penyuluhan (BP).
4. Sebagai umpan balik untuk guru yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program remedial untuk siswa.
C. Fungsi Evaluasi
Evaluasi pembelajaran memilki berbagai fungsi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sebagai alat pengukur ketercapaian tujuan mata pelajaran 2. Sebagai alat pengukur tujuan proses belajar megajar
3. Mengetahui kelemahan siswa dan dapat menyelesaikan kesulitan belajar siswa 4. Menempatkan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya serta kemampuan siswa
5. Untuk guru BP, dapat mendata permasalahan yang dihadapi siswa dan alternatif bimbingan dan penyuluhannya
D. Manfaat Evaluasi
Evaluasi pembelajaran memilki berbagai manfaat diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Membuat keputusan berkenaan dengan pelakasanaan dan hasil pembelajaran
2. Memperoleh pemahaman pelaksanaan dan hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh guru
3. Meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam rangka upaya meningkatkan kualitas
E. Prinsip Evaluasi
Untuk melakukan evaluasi ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, terutama oleh para guru yang mendadak harus melakukan evaluasi. Adapun prinsip-prinsip tersebut dipaparkan sebagai berikut.
Pertama, perlu disadari bahwa dalam proses belajar-mengajar, tujuan utama evaluasi ialah memperbaiki dan/atau meningkatkan hasil belajar. Karena itu dalam proses evaluasi, langkah yang pertama ialah menentukan serta menjelaskan tujuannya, yaitu dengan memberikan hasil belajar yang akan diukur. Perlu diambahkan bahwa pemberian itu hendaknya dilakukan secara rinci.
Terdapat beberpa prinsip yang ahrus diperhatikan dalam rangka melaksanakan evaluasi, agar mendapat informasi yang akurat, diantaranya:
1. Dirancang secara jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi hasil penilaian, patokan: kurikulum/silabus.
2. Penilaian hasil belajar menjadi bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3. Agar hasil penilaian objektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.
Hasilnya hendaknya diikuti tindak lanjut.
Prinsip lain yang dikemukanak oleh Ngalim Purwanto adalah:
1. Penilaian hendaknya didasarkan pada pada hasil pengukuran yang komprehensif. Harus dibedakan antara penskoran (scoring) dengan penilaian (grading). Hendaknya disadari betul tujuan penggunaan pendekatan penilaian (PAP dan PAN)
2. Penilaian hendaknya merupakan bagian integral dalam proses belajar mengajar.
3. Penilaian harus bersifat komparabel
4. System penialain yang digunakan hendaknya jelas bagi siswa dan guru.
Contoh :
Evaluasi ini bertujun untuk mengumpulkan informasi tentang kemampuan menulis siswa kelas VI SD. Kemampuan ini mencakup keterampilan dalam ejaan, penggunaan kata, struktur kalimat, dan kerapian tulisan.
Kejelasan pmberian tujuan itu, di samping kualitas alat yang digunakan sangat mempengaruhi keefektifan evaluasi. Tujuan itulah yang akan menentukan alat atau teknik evaluasi yang digunakan. Namun, disamping itu, teknik evaluasi juga dipilih berdasarkan pertimbangan apakah teknik tersebut dapat mengukur dengan tepat, memberikan hasil pengukuran yang objektif, serta mudah digunakan. Dalam hal ini pertimbangan yang paling penting ialah apakah teknik tersebut merupakan cara yang paling efektif untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
Di dalam pendidikan sering kali kita harus melakukan evaluasi secarah menyeluruh yang mencakup bermacam-macam kmampuan dan aspek kemampuan. Evaluasi semacam ini memadukan bermacam-macam teknik evaluasi. Sebab tak ada teknik evaluasi yang secara objektif dapat mengukur pengetahuan siswa tentang peristiwa sejarah, dan sekaligus memberikan informasi tentang bagaimana sikap siswa terhadap peristiwa tersebut, bagaimana kemampuannya dalam menganalisis peristiwa itu dan seterusnya. Untuk memperoleh informasi yang menyeluruh tentang hasil belajar yang kompleks seperti contoh diatas,diperlukan berbagai teknik.
Uraian diatas jelas bahwa setiap teknik evaluasi memiliki kelemahan serta keterbatasan di samping kelebihannya masing-masing. Tidak ada satu teknik evaluasi pun yang dapat mengukur dengan ketepatan 100%, yang dapat digunakan untuk mengukur segala kemampuan, untuk mencapai semua tujuan. Mengenai teknik evaluasi hanya dapat dikatakan, mana yang paling tepat untuk mengukur kemampuan tertentu, dengan tujuan tertentu.
Akhirnya, perlu diingat sebagai pegangan bahwa dalam pendidikan/pengajaran, evaluasi hanyalah merupakan sekedar cara untuk mencapai tujuan, bukan merupakan tujuan akhir. Evaluasi hanya diadakan dalam hubungan program pengajaran. Evaluasi merupakan cara untuk memperoleh, menganalisi, serta menafsirkan informasi tentang perubahan perilaku yang terjadi pada siswa. Tujuan ialah memperbaiki serta meningkatkan pengajaran. Dalam hal ini evaluasi dapat dilaksanakan pada awal, tengah atau akir program. Selain itu evaluasi juga dapat dilaksanakan secara klasikal, individual, di laboratorium, secara lisan, atau tertulis.
1. Secara Klasikal
Evaluasi klasikal digunakan untuk mengukur semua aspek kemampuan berbahasa pada ranah kognitif dan afektif. Cara evaluasi jika dilaksanakan dengan baik akan memberikan dampak postif terhadap hasil belajar siswa.
2. Secara Individual
Siswa secara langsung dapat memperoleh umpan balik. Disinilah kelebihan evaluasi individual dibandingkan dengan evaluasi klasikal. Namun, tentu saja evaluasi ini memerlukan waktu lebih banyak, dan jika dilaksanakan secara lisan, seringkali cenderung subjektif. Untuk mengatasi hal yang terakhir, perlu diusahakan bentuk tes lisan yang lebih terstruktur, dalam hal ini penentuan kriterian yang jelas dan rinci juga akan banyak menolong.
Evaluasi di Laboratorium
Kebaikan evaluasi ini ialah bahwa semua siswa memperoleh pertanyaan/soal yang sama yang diucapkan dengan kecepatan yang lama, dan dikerjakan pada waktu serta dalam suasana yang sama. Kekurangan evaluasi ini ialah bahwa aspek-aspek nonbahasa yang biasanya menyertai bahasa lisan tidak tergambarkan.
F. Macam-macam Evaluasi 1. Formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/topic,dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah suatu proses pembelajaran telah berjalan sebagaiman yang direncanakan.
Winkel menyatakan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi formatif adalah penggunaan tes- tes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung.agar siswa dan guru memperoleh informasi(feedback)mengenai kemajuan yang telah di capai.Sementara Tesmer menyatakan formativ evaluation is a judgement of the strengths and weakness of instruction in its developing stages for purpose of revising the instruction to improve its effectiveness and appeal.Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengontrol sampai seberapa jauhsiswa telah menguasai materi yang diajarkan pada pokok bahasan tersebut.Wiersma menyatakan formative testing is done to monitor student progress over period of time. Ukuran keberhasilan atau kemajuan siswa dalam evaluasi ini adalah penguasaan kemampuan yang telah dirumuskan dalam rumusan tujuan (TIK)yang telah ditetapkan sebelumnya. TIK yang akan dicapai pada setiap pembahasan suatu pokok bahasan,dirumuskan dengan mengacu pada tingkat kematangan siswa.Artinya TIK dirumuskan dengan memperhatikan kemampuan awal anak dan tingkat kesulitan yang wajar yang diperkirakan masih sangat mungkin dijangkau/dikuasai dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
Evaluasi formatif dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai.Dari hasil evaluasi ini akan diperoleh gambaran siapa saja yang telah behasil dan
siapa yang dianggap belum berhasil untuk selanjutnya diambil tindakan-tindakan yang tepat.Tindak lanjut dari evaluasi ini adalah bagi para siswa yang belum berhasil maka akan deberikan remedial,yaitu bantuan khusus yang diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan memahami suatu pokok bahasan tertentu.Sementara bagi siswa yang telah berhasil akan melanjutkan pada topic berikutnya,bahkan bagi mereka yang memiliki kemampuan yang lebih akan diberikan pengayaan,yaitu materi tambahan yang sifatnya perluasan da pendalaman dari topic yang telah dibahas.
2. Sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir satu satuan waktu yang didalamnya tercakup lebih dari satu pokok bahasan,dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit berikutnya. Wiknel mendefinisikan evaluasi sumatif sebagai penggunaan tes-tes pada akhir suatu priode pengajaran tertentu,yang meliputi beberapa atau semua unit pembelajaran yang diajarkan dalam satu semester,bahkan telah selesai pembahasan suatu bidangstudi.
3. Diagnostik
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunaka untuk mengetahui kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa ssehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat.
Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan,baik pada tahapan awal,selama proses,maupun akhir pembelajaran.pada tahap awal dilkukan terhadap calon siswa sebagai input.
Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengatahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa.pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasaai dengan baik,sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertiggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarainya.
4. Perbandingan Tes Diagnostik,Tes Formatif,dan Tes Sumatif Ditinjau
Dari
Tes
Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif
Fungsinya Mengelompok an siswa berdasarkan kemampuanya Menentukan kesulitan belajar yang dialami
Umpan balik bagi
siswa,guru mampu program untuk menilai pelaksanaan suatu unit program.
Memberi tanda telah mengikuti suatu
program,dan menentukan posisi kemampuan siswa
dibandingkan dengan anggota kelompoknya Cara
memilih tujuan yang di evaluasi
Memilih tiap- tiap
keterampilan prasarat Memilih tujuan setiap program pembelajaran secara
berimbang Memilih yang
berhubungan dengan tingkah laku fisik,mental dan perasaan.
Mengukur semua tujuan instruksional khusus.
Mengukur tujuan instruksional umum.
Skoring (cara menyekor)
Menggunakan standar
mutlak dan relative.
Menggunaka n standar mutlak.
Menggunaka n standar relative.
G. Pendekatan Evaluasi
Ada dua jenis pendekatan penilaian yang dapat digunakan untuk menafsirkan sekor menjadi nilai.kedua pendekatan ini memilliki tujuan,proses,standard an juga akan menghasilkan nilai yang berbeda.Karena itulah pemilihan dengan tepat pendekatan yang akan digunkan menjadi penting.Kedua pendekatan itu adalah Pendekatan Acuan Norma(PAN) dan Pendekatan Acuan Patokan(PAP).
Sejalan dengan uraian diatas, yang dikutip oleh W.James Popham menyatakan bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan subtansial,yaitu pengukuran acuan norma (NRM) yag berusaha menetapkan status relative, dan engukuran acuan kriteria (CRM) yang beruaha menetapkan status absolut. Sejalan dengan pendapat Glaser, Wiersma menyatakan norm-reference interpretation is a relative interpretation based on an individual position with respect to some group. Gloser menggunakan konsep pengukuran acuan norma (norm Reference Measurement/NRM) untuk menggambarkan teks prestasi siswa dngan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relative siswa. Sedangkan untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasa/ ketidaktuntasan absolut siswa atas perilaku spesifik, menggunakan konse pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement).
Penilaina Acuan patokan (PAP), Criterion Reference Test (CRT) Tujuan penggunaan tes acuan patokan berfokus pada kelompo perilaku siswa yang jhusus, Joesmani menyebutkan dengan didasarkan pada kriteria atau standard khusus. Dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang jelas tentang perform peserta tes dengan tanpa memperhatikan bagaimana performan tersebt dibandingkan dengan perfoman yang lain. Dengan kata lain acuan kriteria digunakan untuk menyeleksi (secara pasto) status individual berkenaan dengan (mengenai) domain perilaku yang ditetapkan/dirumuskan dengan baik.
Pendekataan acuan patokan, standar performan yang digunakan adalah standar absolut.
Semiawan menyebutkan sebagai standar mutu yang mutlak. Criterion-referenced interpretation is an absolut rather than relative interpretation, referenced to a defined body of learner behaviors.
Dalam standar ini penentuan lingkaran (grade) didsarkan pada sekor-sekor yang telah ditetapkan sebelumnya dalam bentuk persentase. Untuk mendapatkan nilai A ata B, seorang siswa harus mendapatkan sekor tertentu sesuai dengan batas yang telah ditetapkan tanpa terpengaruh oleh perfoman (Sekor) yang diperoleh siswa lain dalam kelasnya. Salah satu kelemahan dalam menggunakan standar absolut adalah sekor siswa tergantung pada tingkat kesulitan tes yang mereka terima. Artinya apabila tes yang diterima mudah akan sangat mungkin para siswa mendapatkan nilai A atau B, dan sebaliknya apabila tes tersebut terlalu sulit untuk diselesaikan, maka kemungkinan untuk mendapatkan nilai A atau B menjadi sangat kecil. Namun kelemahan ini dapat ditasi dengan memperhatikan secara ketat tujuan yang akan diukur tingkat pencapaiannya.
Menginterprestasi skor mentah menjadi nilai yang meggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu ditentukan kriteria kelulusan dengan batas-batas nilai kelulusan. Umumnya kriteria nilai yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:
Rentang Nilai Skor Nilai
85% -100% A
78% - 84% B
65% - 74% C
55% - 64% D
<45% E
Penilaian acuan norma (PAN), norm reference test (NRT) Tujuan penggunaan tes Acuan norma biasanya lebih umum dan komprehensif dan meliputi suatu bidang isi dan tugas belajar yang besar. Tes acuan norma dimaksudkan untuk mengetahui status peserta tes dalam hubungannya dengan perfomans kelompok peserta yang lain yag mendasar antara pendekatan acuan norma dan pendekatan acuan patokan adalah pada standar perfoman yang digunakan. Pada pendekatan acuan norma standar perfoman yang digunakan bersifat relative. Atinya tingkat perfoman seorang siswa ditetapkan berdasarkan pada posisi relative dalam kelompoknya; Tinggi rendahnya perfoman seorang siswa sangat bergantung pada kondisi perfoman kelompoknya.
Dengan kata lain standar pengukuran yang digunakan ialah norma kelompok. Salah satu keuntungan dari standar relative ini adalah penempatan (performan) siswa dilakukan tanpa memandang diantaranya adalah (1) diaggap tidak adil, karena bagi mereka yang berada di kelas yang memiliki skor yang tinggi, harus berusaha mendapatkan skor yang lebih tinggi untuk mendapatkan niali A atau B. situasi seperti ini menjadi baik bagi motivasi beberapa siswa. (2) standar relative membuat terjadinya persainagn yang kurang sehat diantara para siswa, karena pada saaat seorang atau sekelompok siswa mendapat nilai A akan mengurangi kesempatan pada yang lain untuk mendapatkannya.
Contoh:
Sau kelompok peserta tes terdiri dari 9 orang mendapat skor mentah:
50, 45, 45, 40, 40, 40, 35, 35, 30
Dengan menggunakan pendekatan PAN, maka peserta tes yang mendapat skor tertinggi (50) akan mendapat nilai tertinggi, misalnya 10, sedangkan mereka yang mendapat skor di bawahnya akan mendapat nilai secara proposional, yaitu 9, 9, 8, 8, 8, 7, 7, 6.
Penentuan nilai dengan skor di atas dapat juga dihitung terlebih dahulu perentase jawaban benar.
Kenudian kepada persentase tertinggi diberikan nilai tertinggi.
Sekelompok mahasiswa terdiri dari40 orang dalam satu ujian mendapat nilai mentah sebagia berikut:
55 43 39 38 37 35 34 32 52 43 40 37 36 35 34 30 49 43 40 37 36 35 34 28 48 42 40 37 35 34 33 22 46 39 38 37 36 34 32 21
BAB III
HAKEKAT DAN PRINSIP PENILAIAN A. Hakikat Penilaian
Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk memperoleh,menganalisis,dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,sehingga informasi menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel. Secara konseptual penilaian autentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun. Ketika menerapkan penilaian autentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Penilaian Autentik dan Tuntutan Kurikulum 2013 Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Penilaian autentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.
Penilaian autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunakan standar tes berbasis norma, pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, atau membuat jawaban singkat. Tentu saja, pola penilaian seperti ini tidak diantikan dalam proses pembelajaran, karena memang lazim digunakan dan memperoleh legitimasi secara akademik. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam penilaian autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman
yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran dan mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah. Penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan. Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.
Evaluasi(evaluation) adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek (Mehrens&Lehmann,1991). Dalam melakukan evaluasi terdapat juga management atau menentukan nilai suatu prosram yang sedikit banyak mengandung unsur subjektif.
Evaluasi memerlukan data dan hasil pengukuran dan informasi hasil penilaian yang memiliki banyak dimensi,seperti kemampuan, kreativitas, sikap, minat, keterampilan, dan sebagainnya.
Oleh karena itu, kegiatan evaluasi dan alat ukur yang digunakan juga bervariasi bergantung pada jenis data yang yang ingin diperoleh.Pengukuran, penilaian, dan evaluasi, bersifat bertahap (hierarkis), maksud kegiatan yang dilakukan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilaian, dan terakhir evaluasi.
B. Fungsi dan Tujuan Penilaian
Fungsi dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai berikut : 1. Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional.
2. Dengan demikian penilaian harus mengacu pada rumusan-rumusan tujuan intruksional.
3. Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar.
4. Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuan intruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru dan lain-lain.
5. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tua.
Laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.
Penilaian di sini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui seberapa berhasilkah proses belajar mengajar yang terjadi. Selain itu juga sebagai perbaikan dalam melakukan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa. Dan juga sebagai laporan kemauan belajar siswa yang diberikan kepada orang tua agar orang tuanya mengetahui hasil belajar anaknya dalam bentuk raport yang biasanya diberikan pada akhir semester.
Fungsi penilaian yang lainnya di sini bukan hanya untuk menentukan kemajuan belajar siswa, tetapi sangat luas. Fungsi penilaian adalah sebagai berikut:
a. Penilaian membantu siswa merealisasikan dirinya untuk mengubah atau mengembangkan perilakunya.
b. Penilaian membantu siswa mendapat kepuasan atas apa yang telah dikerjakannya.
c. Penilaian membantu guru untuk menetapkan apakah metode mengajar yang digunakannya telah memadai.
d. Penilaian membantu guru membuat pertimbangan administrasi. (Cronbach, 1954 dalam Hamalik, 2002: 204).
Fungsi penilaian sebagai alat untuk membantu siswa dalam mewujudkan dan mengubah perilakunya sesuai dengan tata tertib yang ada. Di sini juga siswa mendapat kepuasan atas apa yang dikerjakannya yang berupa nilai. Apabila mereka sungguh-sungguh dalam mengerjakan sesuatu maka hasil yang didapatkan akan bagus sehingga mereka akan puas dengan hasil yang didapatkannya. Penilaian juga membantu guru dalam menetapkan metode yang digunakan untuk diterapkan dengan tepat. Tujuan dari penilaian menurut Nana Sudjana, (1995: 4) adalah sebagai berikut :
a. Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.
b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.
c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaanya.
d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat, dan para orang tua siswa.
Pendapat tersebut, penilaian mempunyai tujuan mendeskripsikan hasil belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangan siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
Selain itu juga dapat mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, di sini dapat terlihat berhasil tidaknya guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Apabila hasilnya kurang baik maka dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan proses pendidikan sehingga dapat memberikan pertanggungjawaban terhadap pihak sekolah.
C. Manfaat Penilaian 1. Manfaat Secara Umum
Tidak sedikit guru yang mengabaikan apa sebenarnya manfaat dari penilaian pembelajaran.
Yang terpikir adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menyerap materi pembelajaran dan untuk laporan kepada wali kelas.
Manfaat penilaian selain yang sudah saya sebutkan diatas, sebenarnya ada beberapa manfaat yang lain diantaranya :
a. Perbaikan (remidial) bagi peserta didik yang nilainya belum mencapai KKM. Guru harus percaya bahwa setiap peserta didik mampu mencapai kriteria ketuntasan bila peserta didik mendapat bantuan yang tepat. Misalnya memberikan bantuan sesuai dengan gaya belajarnya sehingga kesulitan dan kegagalan tidak menumpuk. Dengan demikian peserta didik tidak frustasi dalam mencapai kompetensi yang harus dikuasai.
b. Pengayaan bagi peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan lebih cepat dari waktu yang disediakan. Salah satu kegiatan pengayaan yaitu memberikan materi tambahan, latihan tambahan atau tugas individual yang bertujuan untuk memperkaya kompetensi yang telah
dicapainya. Hasil penilaian kegiatan pengayaan dapat menambah nilai npeserta didik pada mata pelajaran bersangkutan. Pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat baik pada atau di luar jam efektif.
c. Perbaikan program dan proses pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan terbaik dan cepat untuk memberikan bantuan optimal kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus mengulang pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran dan memperbaiki program pembelajarannya.
d. Pelaporan. Hasil penilaian ini dapat digunakan kepala sekolah untuk menilai kinerja guru dan tingkat keberhasilan siswa.
2. Manfaat penilaian bagi siswa, guru dan sekolah
Mengapa menilai? Agar supaya kita mengetahui kemajuan tindakan pembelajaran yang telah kita jalankan, tanpa proses menilai maka keberhasilan pembelajaran tidak dapat diukur. Penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi diantaranya bagi siswa, bagi guru dan bagi sekolah.
Apa saja manfaatnya?
a. Makna bagi siswa.
Melalui penilaian, siswa dapat mengetahui sejauhmana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Apakah siswa merasa puas atau tidak puas atas hasil yang diperolehnya.
Bila hasilnya memuaskan akan menyenangkan dan dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi sementara bila hasil tidak memuaskan maka ia akan berusaha agar penilaian berikutnya memperoleh hasil yang memuaskan.
b. Makna bagi guru
Berdasarkan hasil penilaian, bagi guru dapat:
1) Dapat mengetahui siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya dan siswa mana yang belum berhasil menguasai bahan.
2) Guru dapat mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa atau belum, apabila materi tepat maka diwaktu akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
3) Guru akan mengetahui metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika hasil yang diperoleh sebagian besar siswa mendapatkan nilai bagus maka metode sudah tepat sebaliknya bila sebagian besar hasil yang diperleh siswa buruk maka metode yang digunakan harus dipertimbangkan kembali dan kalau perlu diganti.
c. Makna bagi sekolah
Keberhasilan guru dan siswa melaksanakan pembelajaran akan berdampak positif bagi sekolah, dengan demikian penilaian bagi sekolah dapat :
1) Mengetahui kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sesuai dengan harapan atau belum.
Hasil belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah.
2) Untuk mengetahui tepat tidaknya kurikulum yang dipakai
3) Untuk dapat mengetahui kemajuan perkembangan penilaian dari tahun ke tahun sehingga menjadi pedoman bagi sekolah untuk tindakan selanjutnya.
D. Prinsip Penilaian
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta didik antara lain:
1. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi;
2. Penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian kompetensi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran;
3. Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan;
4. Hasil penilaian ditindak lanjuti dengan program remedial bagi peserta didik yang mencapai kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan;
5. Penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran;
Penilaian hasil belajar peserta didik harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Sahid (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur;
2. Objektif,yakni penilaian yang didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilaian;
3. Adil,yakni penilaian tidak menguntunkan atau merugikan peserta didik,dan tidak membedakan latar belakang soaial-ekonomi, budaya, agama, bahasa, suku bangsa, dan jender;
4. Terpadu,yakni penilaian merupakan komponen yang tidak di pisahkan dari kegiatan pembelajaran;
5. Terbuka,yakni prosedur penilaian,kriteria penilaian,dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan,yakni penilaian yang menckup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai,untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik;
7. Sistematis,yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah yang baku;
8. Menggunakan acuan kriteria,yakni penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang di tetapkan;
9. Akuntabel,yakni penilaian dapat dipertanggung jawabkan,baik dari segi teknik,prosedur,maupun hasilnya.
E. Prosedur Penilaian
Melaksanakan proses pembelajaran di kelas, guru harus dapat merumuskan tujuan-tujuan pengajaran agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik sehingga fungsi penilaian dapat terwujud dan dapat memberikan gambaran terhadap penyusunan alat penilaian. Setelah itu guru harus mengkaji kembali materi pengajaran, apakah sudah sesuai dengan kurikulum dan silabus ataukah belum untuk perbaikan dalam proses pembelajaran dan penilain. Guru harus dapat menyusun alat penilaian yang cocok diterapkan di kelas yang sesuai dengan karakter anak didik sehingga hasil dari penilian tersebut sesuai dengan tujuan penilaian tersebut.
Berkaitan dengan prosedur penilaian, BSNP telah mengeluarkan pedoman penilaian untuk kelompok mata pelajaran iptek yang dapat digunakan oleh pendidik. Adapun prosedur yang dimaksud meliputi: penentuan tujuan penilaian, penyusunan kisi-kisi, perumusan indikator pencapaian, penyusunan instrument, telaah instrument, pelaksanaan penilaian, pengolahan dan penafsiran hasil penilaian, serta pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian.
Adapun secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penentuan tujuan penilaian merupakan langkah awal dalam rangkaian kegiatan penilaian secara keseluruhan, seperti untuk penilaian harian, tengah semester, akhir semester. Sehingga di sini jelas apa yang akan dinilai.
2. Penyusunan Kisi-kisi penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kegiatan perencanaan pembelajaran dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Di dalam silabus, pendidik menunjukkan keterkaitan antara SK, KD, materi pokok/materi pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar dengan indikator pencapaian KD yang bersangkutan beserta teknik penilaian dan bentuk instrument yang digunakan.
3. Perumusan Indikator pencapaian dikembangkan oleh pendidik berdasarkan KD mata pelajaran tersebut.
4. Penyusunan Instrument yang digunakan dalam penilaian meliputi tes dan non tes. Langkah- langkah penyusunan instrument disesuaikan dengan karakteristik teknik dan bentuk butir instrumennya.
5. Telaah instrument dapat dianalisis secara kualitatif ataupun kuantitatif. Telaah instrument secara kualitatif dengan menelaah atau mereviu instrument penilaian yang telah dibuat. Telaah mencakup substansi isi, konsep, dan bahasa yang digunakan. Berdasarkan hasil telaah tersebut dilakukan revisi terhadap butir soal yang kurang baik.
6. Pelaksanaan Penilaian untuk mata pelajaran iptek dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, penugasan, dan pengamatan dengan menggunakan instrument yang sesuai dengan SK dan KD. Penilaian melalui ulangan dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis dan/ tes praktik tergantung pada karakteristik mata pelajaran.
7. Pengolahan dan penafsiran hasil penilaian dilakukan oleh pendidik untuk memberikan makna terhadap data yang diperoleh melalui penskoran. Sedangkan untuk penafsiran hasil penilaian, guru membuat deskripsi hasil penilaiannya.
8. Pemanfaatan dan pelaporan hasil penilaian bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam upaya mengetahui tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program pembelajaran yang telah dilakukan, serta untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Pelaporan hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan disampaikan dalam bentuk angka pencapaian kompetensi (nilai), disertai dengan deskripsi dan/ profil kemajuan belajar.
F. Jenis-jenis Penilaian
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester yang diuraikan sebagai berikut.
1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan (input), proses, sampai keluaran (output) pembelajaran. Penilaian otentik bersifat alami, apa adanya, tidak dalam suasana tertekan.
2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas dalam kurun waktu tertentu.
4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu sub-tema. Ulangan harian terintegrasi dengan proses pembelajaran lebih untuk mengukur aspek pengetahuan, dalam bentuk tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran.
7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.
Selain penilaian di atas, ada beberapa jenis penilaian antara lain:
1. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
2. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.
Penilaian dilakukan secara holistik meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan untuk setiap jenjang pendidikan, baik selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) maupun setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil belajar). Pada jenjang pendidikan dasar, proporsi pembinaan karakter lebih diutamakan dari pada proporsi pembinaan akademik.
BAB IV
TEKNIK DAN INSTRUMEN PENILAIAN
A. Teknik Penilaian
Permendiknas No. 23 tahun 2016 menyatakan bahwa Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Penugasan struktur dan kegiatan mandiri tidka terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pedalaman materi pembelajaran oleh peserta diidk yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik, sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak terstruktur diatuur sendiri oleh peserta didik. Sejalan dengan ketentuan tersebut, penilaian dalam KTSP harus dirancang untuk dapat mengukur dan memberikan informasi mengenai pencapaian kompetensi peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer (saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori, jurnal, penilaian diri, dan penilaian anatar teman yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.
Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan dan jawabannya dapat benar atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes member jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang jawabannya berupa pilihan meluputi pilihan ganda, benar-salah, dan menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapat berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta didik dengan pendidik. Pertanyaan dari jawaban diberikan secra lisan. Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan perbuatan/mendemonstasikan/menampilkan keterampilan.
Rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian , ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian sekolah. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk melakukan perbaikan pembelajaran , membantu kemajuan dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik.
Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodic untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar (KD) atau lebih.
Ulangan tengah semester adalah kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran.
Cakuapan ulangna tengah semester meliputi seluruh indicator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tertentu. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester. Cakupan ulangan akhir semester meliputi seluruh indicator yang merepresentasikan semua kD pada semester tersebut.
Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik pada akhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester genap pada satuan pendidikan yang yang menggunakan system paket. Cakupan ulangan kenaikan kelas meluputi seluruh indicator yang merepresentasikan semua KD pada semester genap.
Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian standar Nasional Pendidikan.
Ujian sekolah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidik untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan pada ujian sekolah adalah mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan pada ujian nasional, dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik untuk kelompok
mata pealajaran agama dan akhlak mulia. Serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
1. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di laur kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat dilakukan baik secara formal maupun informal. Penilaian observasi dilakukan antara lain sebagai penilaian akhir kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan keprbadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta sekelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.
2. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara penugasan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk penugsan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek, dan/atau produk.
3. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik dalam bidang tertentu yang di organisasikan untuk mengetahui minat, perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999). Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta didik dengan menilai bersama karya-karya atau tugas-tugas yang dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melalukan diskusi untuk menentukan skor.
Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat menentukan karya-karya yang akan dinilai, melakukan penilaian sendiri kemudian hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan peserta didik dapat dilihat pada hasil penilaian portofolio. Teknik ini dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah peserta didik dapat dinilai sedikit.
4. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data, serta laporan hasil kerjanya. Penilaian projek dilaksnakan terhadap persiapan, pelaksanaan, dan hasil.
5. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik menghasilkan suatu hasil karya. Penilaian produ dilakukan terhadap persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan dan hasil.
6. Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang dipakai untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik terhadap objek psikologis.