• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

2. ANALISIS DAN TINJAUAN TEORI

2.1. Studi Literatur

Dalam perancangan ini akan digunakan teori-teori, informasi dan pengetahuan yang berasal dari buku-buku dan literatur, buku desain dan layout, yang diperoleh dari hasil wawancara, artikel, serta sumber-sumber dari website mengenai pengetahuan dan pola hidup sehat bagi manula yang dapat menunjang teori-teori yang sudah ada.

2.2. Tinjauan Buku 2.2.1. Pengertian Buku

Buku adalah lembaran kertas yang dicetak, dilipat, dan diikat bersama pada punggungnya (Ensiklopedi Umum 186). Menurut Poerwadarninta (161), buku adalah beberapa helai kertas yang terjilid (berisi tulisan untuk dibaca atau halaman-halaman kosong untuk ditulisi).

Buku merupakan salah satu media komunikasi yang paling banyak digemari masyarakat karena selain harganya yang murah juga informasi yang disampaikan di dalamnya bersifat selamanya. Melalui buku, seseorang dapat menambah informasi dan wawasan, membuat seseorang belajar dan berkembang.

Buku juga menjadi bukti otentik peradaban manusia.

Sebagai sumber informasi, buku dapat memberikan akses dan informasi mengenai segala sesuatu dengan biaya yang relative terjangkau. Meskipun perkembangan media di bidang elektronik dewasa ini sudah berkembang dengan pesat, peranan buku sebagai sumber informasi mengenai segala sesuatu dengan biaya relatife terjangkau. Hal ini dikarenakan sifat dari buku selain terjangkau juga memiliki sifat mobilitas tinggi.

2.2.2. Sejarah Buku

Buku pada awalnya hanya berupa tanah liat yang dibakar, mirip dengan proses pembuatan batu bata di masa kini. Buku tersebut digunakan oleh penduduk yang mendiami pinggir Sungai Euphrates di Asia Kecil sekitar tahun 2000 SM.

(2)

Penduduk sungai Nil, memanfaatkan batang papirus yang banyak tumbuh di pesisir Laut Tengah dan di sisi sungai Nil untuk membuat buku. Gulungan batang papirus inilah yang melatarbelakangi adanya gagasan kertas gulungan seperti yang kita kenal sekarang ini. Orang Romawi juga menggunakan model gulungan dengan kulit domba. Model dengan kulit domba ini disebut parchment (perkamen).

Bentuk buku berupa gulungan ini masih dipakai hingga sekitar tahun 300 Masehi. Kemudian bentuk buku berubah menjadi lembar – lembar yang disatukan dengan sistem jahit. Model ini disebut codex, yang merupakan cikal bakal lahirnya buku modern seperti sekarang ini.

Gambar 2.1. Papyrus

Sumber : www.earlham.edu/~seidti/iam/papyrus_66a.gif

Pada tahun 105 Masehi, Ts’ai Lun, seorang Cina di Tiongkok telah menciptakan kertas dari bahan serat yang disebut hennep. Serat ini ditumbuk, kemudian dicampur dan diaduk dengan air hingga menjadi bubur. Setelah dimasukkan ke dalam cetakan, buku di jemur hingga mengering. Setelah mengering, bubur berubah menjadi kertas.

Pada tahun 751, pembuatan kertas telah menyebar hingga ke Samarkand, Asia tengah, dimana beberapa pembuat kertas bangsa Cina diambil sebagai tawanan oleh bangsa Arab. Bangsa Arab, setelah kembali ke negerinya, memperkenalkan kerajinan pembuatan kertas ini kepada bangsa Morris di Spanyol. Tahun 1150, dari Spanyol, kerajinan ini menyebar ke Eropa. Pabrik kertas pertama di Eropa dibangun di Perancis, tahun 1189, lalu di Fabriano, Italia

(3)

tahun 1276 dan di Jerman tahun 1391. Berkat ditemukannya pembuatan kertas inilah maka pembuatan buku di beberapa belahan dunia semakin berkembang.

Di India dan Bali digunakan daun pohon tal atau lontar. Di Babylon dan di Assiria digunakan tanah liat yang dibuat persegi datar. Di Cina mula – mula digunakan sutra, kemudian ditemukan pembuatan kertas dari potongan – potongan kain (Ensiklopedi Umum, p. 186).

Selanjutnya dikatakan bahwa pembuatan kertas ini dibawa oleh orang Cina ke Eropa dalam abad ke 14. Dalam zaman kebesaran Yunani dan Romawi, banyak budak diharuskan menyalin buku dengan tangan. Dalam abad pertengahan di Eropa, pekerjaan ini umumnya dilakukan oleh biarawan. Demikian juga di Negara-negara lain, kaum cendekiawan dan alim ulama yang menyalin buku-buku dengan tangan. Dengan ditemukannya dasar-dasar percetakkan dalam abad ke 15, oleh Johann Guternberg di Mainz (Jerman) dan Laurenz Janszoon di Harleem (Nederland), pembuatan buku berkembang pesat.

2.2.3. Perkembangan Buku

Saat ini penerbitan buku telah menjadi suatu pekerjaan desain grafis yang menarik dan sangat inovatif. Pertimbangan dalam perancangan produksi sangatlah penting dan perlu dilakukan misalnya dalam hal pertimbangan bentuk dan ukuran buku, ukuran bidang cetak dan margin, jenis dan ukuran huruf, jarak antar kata, jarak antar baris, dan jarak antar paragraph, pemilihan ilustrasi, layout, pemilihan kertas, teknik cetak, dan cara penjilidan.

Sampul (cover) dan kemasan sebuah buku merupakan hal yang pertama kali dilihat oleh audiens. Dan peranannya untuk menarik perhatian pembaca sangatlah penting. Walaupun penerbit-penerbit buku pada umumnya masih menggunakan standar desain baku yang meliputi judul buku, nama pengarang, dan gambar ilustrasi. Saat ini telah ada penerbit buku tertentu yang keluar dari batasan-batasan dalam mendesain cover dan kemasan buku. Menurut Jianping He,

“Desain buku harus sesuai dengan konsep buku. Desainer harus memahami isi buku secara keseluruhan dan menghadirkannya secara visual” (Rivers 6).

Jon Dowling dari SEA Design menjelaskan bahwa desain merupakan pilihan. Kesuksesan atau kegagalan sebuah karya tergantung dari pilihan kita

(4)

sebagai desainer. Dan cover buku yang baik harus berbeda dari cover buku-buku lain yang ada di rak dan harus dapat menginformasikan kepada audiens tentang apakah buku itu (Rivers 9).

Tinggi rendahnya kualitas buku ditentukan oleh isi yang disampaikan penulisnya. Isi buku dianggap berbobot apabila setelah membaca buku tersebut pembaca dapat merasakan suatu nilai tambah ataupun bahan pemikiran yang mengarah pada perbaikan keadaan. Misalnya Sigmud Freud, yang dikenal sebagai Bapak Psikologi, hingga kini terus dikenang karena pemikiran yang dituangkan dalam buku Psikoanalisis dapat diterima atau dipahami oleh generasi selanjutnya.

Demikian pula dengan buku-buku puisi Kahlil Gibran terus diminati pembaca karena sarat dengan makna dan perenungan.

2.3. Tinjauan Buku Panduan 2.3.1. Pengertian Buku Panduan

Kata ‘panduan’ berasal dari kata dasar ‘pandu’. Kata dasar ini berkembang menjadi antara lain ‘memandu’ dan ‘dipandu’. Memandu dan dipandu ibarat dua sisi sebuah logam. Kalau ada yang memandu, tentu ada yang dipandu, yang memandu maka disebut sumber panduan, dapat berupa orang, dapat juga berupa benda (misalnya buku), atau dapat juga berupa gabungan dari keduanya (misalnya guru dan buku). Merujuk pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa buku panduan adalah buku yang didesain agar dapat dipergunakan oleh peserta panduan untuk memandu diri sendiri. Yang termasuk buku panduan antara lain buku panduan, buku paket pelajaran, atau buku latihan soal.

Buku panduan biasanya memiliki ciri-ciri khusus yang membuatnya dapat dibedakan dengan jenis buku lainnya, yaitu :

1. Dalam hal isi

• Terdapat rumusan tujuan yang jelas untuk setiap babnya.

• Sebelum memasuki materi disajikan rangkuman.

• Isi disusun secara sistematis dan sedapat mungkin disajikan secara sederhana, jelas, dan ringkas.

(5)

2. Dalam hal kebahasaan

• Bahasa yang dipergunakan dalam sebuah buku panduan biasanya tidak formal, melainkan bahasa yang familiar atau bahasa lisan.

• Menggunakan rumus 6x6, yang berarti dalam satu paragraph paling banyak terdapat 6 kalimat dan dalam 1 baris paling banyak terdapat 6 kata.

3. Dalam hal sumber bacaan

• Buku panduan dilengkapi dengan sumber-sumber bacaan atau referensi yang digunakan.

• Buku panduan dilengkapi dengan sumber-sumber bacaan lanjut atau perluasan bahan.

2.3.2. Fungsi Buku Panduan

Merancang sebuah buku panduan harus dipertimbangkan berbagai faktor, antara lain waktu yang digunakan untuk proses belajar, kebutuhan belajar, pengetahuan awal, serta tipe belajar. Buku panduan berfungsi sebagai sebuah alat yang dapat dipergunakan tidak hanya untuk menyampaikan materi pelajaran kepada pembacanya tetapi juga memberikan mereka kesempatan untuk bertanggung jawab pada diri mereka sendiri atas apa yang dilakukan. Dengan demikian, pembaca mempunyai kemampuan lebih dalam menentukan tujuan yang nyata. Membuat rencana kerja, mengembangkan strategi untuk menangani situasi yang baru dan tak terduga (Cohen, p. 1).

2.3.3. Isi Buku Panduan

Pada saat menyusun sebuah buku panduan, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu apa saja tujuan atau sasaran dari buku panduan tersebut. Dalam tujuan ini disebutkan secara umum apa yang diharapkan dari pembaca buku panduan setelah membaca buku yang dibuat. Buku panduan itu sendiri akan dibuat sepraktis dan sesederhana mungkin. Hal ini dimaksudkan agar buku panduan tersebut memudahkan pembacanya untuk belajar. Secara garis besar isi dari buku panduan adalah sebagai berikut :

1. Ada bagian pendahuluan yang menjelaskan tujuan buku panduan.

(6)

2. Ada daftar isi yang jelas.

3. Ada glossary atau daftar padanan kata untuk menjelaskan istilah yang sulit atau asing.

4. Pada setiap bab biasanya ada ringkasan materi.

5. Mencantumkan daftar pustaka dengan jelas.

6. Ada bagian lampiran yang berisikan data-data yang berkaitan dengan materi panduan.

2.3.4. Sejarah dan Perkembangan Buku Panduan

Buku panduan modern pertama kali diciptakan terdapat di dua tempat yang berbeda dan dikarang oleh 2 orang, yaitu Karl Baedeker di Jerman pada tahun 1835, dan oleh John Murray III di Inggris pada tahun 1836. Baedeker dan Murray menyusun buku panduan yang merupakan cerminan dari fakta lapangan yang mereka sajikan dipadu dengan pendapat pribadi. Buku yang mereka susun cukup popular di kalangan para wisatawan sekitar abad ke 19. Di pertengahan abad ke 20, Eugene Fodor menyusun buku panduan untuk wilayah dataran Eropa.

Arthur Frommer dengan bukunya yang berjudul Europe on $5 a Day yang disusun pada tahun 1957, merupakan buku panduan yang memberikan pilihan serta estimasi biaya yang diperlukan untuk bepergian di Eropa (“Origin” par. 1).

Buku panduan berbahasa asing pertama yang beredar di Indonesia berjudul Indonesia Handbook karya Bill Dalton, diterbitkan oleh Moon Publication di California, yang menyajikan berbagai informasi kepariwisataan di Indonesia untuk para wisatawan luar negeri saat itu. Penerbitan buku ini menginjak 6 edisi antara tahun 1977 hingga awal tahun 1990. Edisi awal yang terbit sekitar tahun 1970 memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan terbitan akhir. Terbitan akhir buku panduan Dalton mengalami perubahan ukuran, sehingga relatif berat dan sampai sekarang kadang-kadang masih bisa ditemui di lokasi-lokasi pelancong di dataran Indonesia (“Indonesia” par.2).

Buku panduan yang beredar saat ini biasanya menyajikan berbagai macam informasi, terutama mengenai kepariwisataan. Di dalam buku panduan biasanya juga disertakan berbagai detail-detail tambahan seperti nomor telepon, alamat, harga, pembahasan mengenai hotel dan tempat lainnya seperti rumah makan, dan

(7)

berbagai agenda kegiatan, walaupun tidak suatu keharusan buku panduan untuk menyajikan seluruh informasi tersebut. Biasanya buku panduan juga menyertakan peta serta informasi sejarah dan budaya (“Guide” par.1).

2.3.5. Tinjauan Kondisi Buku Panduan Indonesia

Sekelumit pengakuan dari beberapa konsumen buku mengenai gambaran bagaimana sebuah buku bisa begitu mempengaruhi seseorang, hal ini dikarenakan buku-buku mampu memandu atau mengarahkan pembacanya untuk mencapai sesuatu atau memecahkan persoalan yang tengah dihadapi.

Memang, beberapa tahun belakangan kemunculan buku-buku yang memberikan petunjuk dan panduan mulai mendesak kehadiran jenis buku-buku lainnya. Buku panduan yang menggunakan media fotografi sebagai penjelasan untuk tema yang dipilih kini banyak bermunculan. Seperti buku panduan merakit komputer, membuat dan merawat aquascape, mempelajari fotografi secara praktis, tutorial aplikasi Adobe Photoshop dan lain sebagainya. Lakunya buku-buku tersebut sehingga tidak hanya dicetak berulang kali, melainkan sampai dibuat seri- seri lanjutan.

Bisa dikatakan, untuk “menolong” seseorang di bidang apa saja, tersedia buku panduannya. Tidak perlu mahal-mahal membayar seorang yang ahli dalam bidang tertentu dan juga tidak mustahil memakan waktu yang relatif panjang, cukup dengan membaca buku masalah teratasi. Begitu kira-kira gambaran fungsi buku- buku panduan ini, ditinjau dari ragam tema yang diangkat.

Ditinjau dari segi isi, buku panduan biasanya dipisahkan dalam 3 kelompok. Pertama, adalah buku-buku yang memandu seseorang untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu, contohnya adalah buku cara memasak, cara berkebun, petunjuk praktis untuk mengoperasikan komputer beserta perangkat lunaknya, sampai buku-buku tes kemampuan psikologi.

Buku jenis kedua berkaitan dengan buku-buku petunjuk praktis untuk memecahkan suatu persoalan maupun mencapai suatu tujuan tertentu dalam kehidupan seseorang. Salah satu contohnya adalah “Rich Dad Poor Dad”. Buku ini memotivasi dan mengajarkan pembaca untuk menjadi seorang “rich dad” yang

(8)

tidak hanya kaya raya, melainkan juga mempunyai waktu yang banyak untuk menikmati hidup dan membahagiakan keluarga.

Buku panduan jenis terakhir biasanya berkaitan dengan buku-buku yang tidak secara eksplisit berisi petunjuk-petunjuk seperti pada dua kelompok pertama, tetapi berisi kisah-kisah nyata. Contoh buku jenis ini adalah “Chicken Soup for the Soul”. Buku ini berisi kisah-kisah mengharukan dari beberapa orang, kebanyakan ditulis dalam bentuk surat-surat curahan hati penulisnya.

Kemunculan buku-buku panduan seperti ini memang terasa mengejutkan.

Bagi penerbit, bisnis buku-buku panduan memang terasa manis, terutama untuk buku-buku terjemahan. Suksesnya buku-buku panduan di pasar pada akhirnya juga memberikan keuntungan sendiri di industri perbukuan. Minat baca masyarakat dirasakan ikut terdongkrak.

2.3.6. Potensi Buku Panduan di Indonesia

Sambutan yang positif dari masyarakat terhadap buku-buku jenis panduan terutama semenjak krisis, membuka peluang pasar yang cukup menjanjikan bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya termasuk buat para penulis buku itu sendiri.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan manakala penulis-penulis seperti Anand Krishna, Andrias Harefa, maupun penulis buku panduan lain menjadi sangat produktif. Anand Krishna misalnya, selama tahun 1999 saja ia sanggup menulis buku hingga 15 judul buku. Suatu jumlah yang cukup fantastis bagi seorang penulis di Indonesia.

Andrias Harefa pun juga mengakui bahwa secara materi menjadi penulis buku cukup menjanjikan. Paling tidak dalam setahun ia bisa mendapat pemasukan antara Rp 40 juta hingga Rp 60 juta dari hasil royalty dan komisi penjualan dari buku-bukunya. Namun, selain keuntungan materi secara langsung para penulis itu sepakat bahwa mereka mendapatkan keuntungan yang jauh lebih berarti setelah mereka menjadi penulis buku.

Kehadiran buku-buku jenis panduan yang cukup marak terutama semenjak krisis ekonomi yang melanda negeri ini ternyata mendapat tempat di hati masyarakat. Buku-buku petunjuk praktis ini banyak diminati karena dengan membaca buku-buku tersebut masyarakat mengaku bisa mendapat banyak

(9)

manfaatnya. Hasil ini terekam dari hasil jajak pendapat Kompas terhadap 931 pemilik telepon yang tersebar di 10 kota besar di Indonesia.

Minat masyarakat yang cukup tinggi terhadap buku-buku jenis panduan yang juga sering disebut buku-buku how to atau self help ini terlihat dari presentase responden yang pernah membaca buku-buku jenis tersebut. Setidaknya mendekati 60% responden yang mengaku pernah membaca buku-buku yang kebanyakan berisi kiat-kiat, petunjuk praktis maupun pemberdayaan diri tersebut.

Proporsi seperti itu tergolong tinggi, terutama melihat masih rendahnya budaya baca buku yang ada di masyarakat Indonesia saat ini. Hal ini memperlihatkan bahwa buku-buku jenis panduan memang diminati oleh sebagian besar masyarakat.

Tingginya antusiasme masyarakat terhadap buku-buku panduan tidak terlepas dari besarnya manfaat yang bisa diperoleh dari membaca buku-buku itu.

Hampir beberapa orang yang pernah membaca buku-buku panduan mengakui bahwa membaca buku-buku panduan ada manfaatnya. Tingginya persentase pembaca yang memperoleh manfaat dari membaca buku-buku panduan ini bisa dilihat sebagai salah satu keberhasilan dari penerbitan buku-buku jenis panduan ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila buku jenis ini masih sangat diminati oleh masyarakat. Terlebih buat sebagian besar masyarakat Indonesia yang sangat membutuhkan pegangan setelah mengalami krisis kepercayaan akibat krisis multidimensi yang melanda beberapa tahun belakangan ini.

2.4. Tinjauan Hidup Sehat

Perkembangan sains dan teknologi yang terjadi sejak abad ke 20 dan berlanjut terus hingga kini, bukan saja telah memperkaya kehidupan materi dan jasmaniah umat manusia, tapi juga telah merubah gaya hidup manusia. Secara sederhana gaya hidup dapat diartikan sebagai cara seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Maka gaya hidup yang sehat dapat dianggap sebagai pola perilaku yang akan memberikan dampak pada kesehatan kita dan selanjutnya berpengaruh juga pada kesehatan orang lain.

(10)

2.4.1. Pengertian Hidup Sehat

Pada masa lalu, sebagian besar individu dan masyarakat memandang sehat dan sakit sebagai sesuatu hitam atau putih. Dimana kesehatan merupakan kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi yang terbebas dari penyakit. Anggapan atau sikap yang sederhana ini tentu dapat diterapkan dengan mudah; akan tetapi mengabaikan adanya rentang sehat-sakit.

Pendekatan yang digunakan pada abad ke 21, sehat dipandang dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber, 1994).

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial, dan spiritual. Menurut WHO (1947), sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Menurut Edelman dan Mandle, 1994 yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif, antara lain :

• Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

• Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.

• Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

UU No.23, 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.

Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

Menurut Neuman (1990): ”Sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dan kondisi

(11)

sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total”.

2.4.2. Pengertian Manula

Menurut Birren dan Renner dalam Johanna E.P (1991, 75) usia biologis dapat diberi batasan sebagai suatu estimasi posisi seseorang dalam hubungannya dengan potensi jangka hidupnya. Menurut Eisdoefer dan Wilkie dalam Johanna, EP (1993, 75) mengatakan bahwa usia biologis adalah proses genetik yang berhubungan waktu, tetapi terlepas dari stres, trauma dan penyakit. Seseorang dikatakan muda secara biologis apabila secara kronologis tua, tetapi organ-organ tubuhnya, seperti jantung, ginjal, hati, saluran pencernaan, tetap berfungsi seperti waktu muda. Usia psikologis adalah kapasitas individu untuk adaptif dalam hal ingatan, belajar, intelegnsi, keterampilan, perasaan, motivasi dan emosi. Apabila hal ini masih baik dan stabil dapat dikatakan secara psikologis ia masih dewasa.

Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun manusia dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya.

Istilah untuk manusia yang usianya sudah lanjut belum ada yang baku. Orang sering menyebutnya berbeda-beda. Ada yang menyebutnya manusia usia lanjut (manula), manusia lanjut usia (lansia), ada yang menyebut golongan lanjut umur (glamur), usia lanjut (usila), bahkan di Inggris orang biasa menyebutnya dengan istilah warna negara senior. Biasanya bila suatu negara semakin maju, akan terjadi pergeseran struktur penduduk. Proporsi orang berusia lanjut semakin meningkat, sedangkan proporsi golongan orang berusia muda semakin turun. Hal ini terjadi diperkirakan karena adanya tingkat kemakmuran, kesejahteraan, dan angka harapan hidup semakin tinggi, sedangkan angka kematian bayi dan anak rendah serta angka kelahiran pun turun.

Pertumbuhan jumlah penduduk manula di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah manula yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar

(12)

11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah manula di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat.

Hal ini juga diperkuat dari data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993), menyebutkan, kenaikan jumlah manula Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414 persen, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia.

Berdasarkan data kependudukan, manula jika dilihat persentase dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Menurut Data Biro Pusat Statistik tahun 2004, menunjukkan penduduk lanjut usia yang berjumlah 15.054.877 jiwa.

Meningkatnya jumlah lansia dikarenakan berbagai alasan, yaitu menurunnya mortalitas bayi & anak, metode persalinan yang baik, turunnya angka kematian, kemajuan diagnostik dan terap, perbaikan gizi & sanitasi, meningkatnya penyakit infeksi.

2.4.2.1. Karakteristik Manula

Gerontologi (Inggris: Gerontology) yang berasal dari bahasa Yunani, geron yang berarti berusia lanjut dan -logy berarti ilmu adalah ilmu yang mempelajari melalui berbagai aspek terhadap proses penuaan yaitu melalui pendekatan biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kesehatan dan lingkungan, hal ini yang membedakannya dengan geriatri yang merupakan cabang dari ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit dari kaum berusia lanjut.

Karakteristik manula adalah :

1. Terjadi kemunduran organ (proses degeneratif).

2. Sel-sel mengecil atau komposisi sel pembentukan jaringan ikat baru menggantikan sel-sel yang menghilang.

3. Timbul kemunduran fungsi organ-organ tubuh.

Menurut Kartari, 1990, contoh kemunduran organ yang terjadi pada manula adalah :

1. Kulit

• Kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi.

(13)

• Fungsi kulit sebagai penyekat suhu lingkungan dan perisai terhadap masuknya kuman terganggu.

2. Rambut

• Rontok, warna menjadi putih, kering dan tidak mengkilat.

• Berkaitan dengan perubahan degeneratif kulit.

3. Otot

• Jumlah sel otot berkurang, ukurannya antrofi, jumlah jaringan ikat bertambah.

• Volume otot secara keseluruhan menyusut, fungsinya menurun dan kekuatannya berkurang.

4. Jantung dan pembuluh darah

• Kekuatan mesin pompa jantung berkurang,

• Pembuluh darah penting khusus yang di jantung dan otak mengalami kekakuan

• Lapisan intim menjadi kasar akibat merokok, hipertensi, diabetes mellitus, kadar kolesterol tinggi dan lain-lain yang memudahkan timbulnya penggumpalan darah dan trombosis.

5. Tulang

• Pada proses menua kadar kapur (kalsium) dalam tulang menurun.

• Tulang menjadi kropos (osteoporosis) & mudah patah.

6. Seks

• Produksi hormon seks pada pria dan wanita menurun dengan bertambahnya umur.

2.5. Tinjauan tentang Gambar

2.5.1. Tinjauan tentang Unsur Gambar 2.5.1.1. Garis (Line)

Pengertian garis menurut Leksikon Grafika adalah benda dua dimensi tipis memanjang. Sedangkan Lillian Gareth mendefinisikan garis sebagai sekumpulan titik yang bila dideretkan maka dimensi panjangnya akan tampak menonjol dan sosoknya disebut dengan garis.

(14)

Terbentuknya garis merupakan gerakan dari suatu titik yang membekaskan jejaknya sehingga terbentuk suatu goresan. Untuk menimbulkan bekas, biasa mempergunakan pensil, pena, kuas dan lain-lain.

Secara umum garis (line) terdiri dari unsur-unsur titik yang juga mempunyai peran tersendiri. Unsur titik juga bisa ikut mendukung keindahan.

Bentuk garis bisa bersifat lurus atau lengkung, namun keduanya mempunyai bentuk dan karakter yang berbeda. Antara garis lurus dan garis lurus lainnya juga bisa berbeda, misalnya berbeda dalam tekanan, ketebalan dan letak. Masing- masing akan memiliki karakter tersendiri. Sifat garis yang umum dikenal yaitu lurus, lengkung, dan bersudut.

Dalam penggunaan, mempunyai arah seperti horisontal, vertikal, diagonal atau miring. Garis pun mempunyai dimensi seperti tebal, tipis, panjang, dan pendek, juga saling berhubungan dalam bentuk garis paralel atau sejajar, garis memancar atau radiasi dan garis yang saling berlawanan.

• Garis lurus

Digunakan sebagai penunjukan yang disertai kualitas tertentu, misalnya:

kekuatan, stabilitas, aspirasi, ketenangan dan lain-lain. Garis lurus dalam perwajahan dipakai untuk penonjolan dan bingkai sejumlah variasi (judul, kutipan, header, dan lain-lain) atau memisahkan bagian dari bagian lainnya.

• Garis vertikal

Disebut garis jatuh, berkesan kekuatan yang bergerak ke atas yaitu pada saat mata kita tergerak untuk melihat dari bawah ke atas. Garis ini juga membantu memberikan kesan ketinggian yang nyata.

• Garis horizontal

Terletak mendatar, sejajar dengan cakrawala atau horizon. Berkesan tenang serta membuat mata seolah-olah digerakkan dari arah kiri ke kanan.

• Garis diagonal

Disebut juga oblique adalah arah garis yang miring ke kiri atau ke kanan.

Berkesan aman, gerakan, semangat, gelora, serta perlawanan. Oleh karena itu garis jenis ini biasa digunakan untuk memberi tekanan atau emphasis.

(15)

• Garis lengkung

Mampu menimbulkan kesan pada perasaan, yaitu kuat, lemah, sensitif, dan ekspresif. Turunannya dapat berbentuk garis setengah lingkaran, garis lingkaran penuh, dan spiral.

• Garis berbentuk lingkaran penuh

Adalah bentuk yang sempurna dan sangat diperlukan dalam disain.

Sedangkan garis spiral kesannya mengalir, enerjik, penuh aktivitas yang pada abad ke 18 dianggap sebagai ”garis yang indah”.

Pemberian kesan energik dan tidak monoton dalam komunikasi grafis, kadang bisa diselingi dengan menggunakan Garis-garis yang berlawanan, garis transisi, garis selang-seling, garis berirama dan garis yang memancar.

Gambar 2.2. Garis

Sumber : http://thinktep.files.wordpress.com/2009/04/macam-garis-11.jpg

2.5.1.2. Kualitas Terang Gelap (Value)

Value dapat dipergunakan untuk membuat variasi dari terang sampai gelap dengan gradasi yang lunak sehingga menimbulkan kesan damai, tenang dan halus.

Sebaliknya, dengan gradasi yang cukup tajam menimbulkan kesan kontras yang menarik perhatian.

(16)

2.5.1.3. Bentuk dan Ruang (Shape dan Space)

Bentuk atau shape, salah satu elemen seni yang dipergunakan untuk menegaskan kesan ruang didukung oleh elemen lainnya. Dalam subuah gambar, bentuk atau shape dapat memberikan kesan ruang atau tiga dimensi walaupun kita melihatnya pada media dua dimensi.

Ruang atau space adalah elemen yang menampilkan jarak atau kesan area antara, sekeliling, atas, bawah, dan dalam ruang suatu benda. Ruang ini bisa 2 dimensi atau 3 dimensi. Ruang merupakan jarak antara suatu bentuk dengan bentuk lainnya, pada praktek desain dapat dijadikan unsur untuk memberi efek estetika desain dan dinamika desain grafis. Dalam bentuk fisiknya pengidentifikasian ruang digolongkan menjadi dua unsur, yaitu obyek (figure) dan latar belakang (background).

2.4.1.4. Pola (Pattern)

Pattern, merupakan perulangan shape, garis, dan warna yang dapat memberikan kesan ritmik dan harmoni. Suatu bentuk yang relatif mirip posisi yang berulang-ulang dan teratur. Pattern yang berupa pengulangan shape, garis dan warna adalah elemen visual lainnya yang dapat menjadi unsur penarik perhatian utama. Keberadaan pengulangan itu menimbulkan kesan ritmik dan harmoni dalam gambar.

Gambar 2.3. Pattern

Sumber : http://static.howstuffworks.com/gif/friendship-quilt-pattern-1.jpg

(17)

2.4.1.5. Tekstur (Texture)

Tekstur, merupakan salah satu elemen seni yang lebih mengarah pada kualitas permukaan objek, apakah kasar, lembut, licin, dan lain sebagainya.

Tekstur adalah tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba. Yang pada prakteknya, tekstur sering dikategorikan sebagai corak dari suatu permukaan benda, misalnya permukaan karpet, baju, kulit kayu, cat dinding, cat canvas, dan lain sebagainya.

Gambar 2.4. Texture

Sumber : http://uniform-studio.com/journal/wp- content/uploads/2006/10/rug%20texture.jpg

2.5.1.6. Warna (Colors)

Warna dapat dideskripsikan sebagai cara dari sebuah objek untuk menyerap atau merefleksikan cahaya atau sejenis sinar yang menabrak sebuah objek (Starmer 132). Warna merupakan pelengkap gambar serta mewakili suasana kejiwaan pelukisnya dalam berkomunikasi. Warna juga merupakan unsur yang sangat tajam untuk menyentuh kepekaan penglihatan sehingga mampu merangsang munculnya rasa haru, sedih, gembira, mood atau semangat. Warna merupakan salah satu unsur secara fisik yang selalu ada dalam pembuatan atau penampilan sebuah karya, dan unsur, ini tampak jelas oleh penglihatan.

(18)

Menurut Russel and Lane 197, penggunaan warna dapat digunakan dengan beberapa alasan sebagai berikut :

1. Warna merupakan sebuah alat untuk mendapatkan perhatian. Dengan beberapa perkecualian, orang-orang memperhatikan suatu desain grafis berwarna lebih cepat daripada desain grafis hitam putih.

2. Warna dapat menyoroti unsur-unsur khusus dalam sebuah desain grafis.

3. Warna juga dapat memiliki bahasa psikologis yang menyusun mood suatu desain grafis.

Berdasarkan Wilco International, warna merupakan elemen yang bercahaya dari sebuah objek yang memiliki berbagai kualitas yang memberikan kesan volume dan kompleksitas dari objek 33).

Warna dihasilkan dari gelombang cahaya, sejenis radiasi elektromagnetik yang terukur dalam satuan micron. Warna-warna yang dapat kita lihat berada antara 400-700 mikron. Adanya warna-warna yang tidak terjangkau untuk dilihat itu karena panjang gelombangnya berada di luar jangjauan tersebut.

Menurut Pusat Grafika Indonesia (12-15), warna mempunyai beberapa fungsi, yaitu :

1. Fungsi estetis – membangkitkan rasa keindahan.

2. Fungsi isyarat – peringatan, menarik perhatian.

3. Fungsi psikologis – mempengaruhi perasaan.

4. Fungsi pembeda – membantu dalam pengenalan.

5. Fungsi alamiah/fiksia – daya serapnya terhadap cahaya.

Gambar 2.5. Color Wheel Sumber : www.seanmarcellus.com

(19)

Warna primer merupakan warna-warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna primer. Warna-warna dasar itu adalah merah (seperti darah), biru (seperti langit), dan kuning (seperti kuning telur). Tetapi secara teknis, merah disebut dengan magenta dan biru disebut dengan cyan. Biru dan hijau adalah warna sekunder dalam pigmen, tetapi merupakan warna primer dalam cahaya, bersama dengan merah (“Warna Primer”, para. 1-3).

Warna primer dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Warna Primer Additif

Alat yang menggabungkan pancaran cahaya untuk menciptakan sensasi warna yang menggunakan sistem warna additive, misalnya televisi, komputer, dan sebagainya. Warna primer additive adalah merah, hijau, dan biru (Red, Green, dan Blue/RGB). Jika ketiga warna ini disaturasikan penuh, hasilnya adalah putih.

Gambar 2.6. Warna primer additif Sumber : www.worqx.com

2. Warna Primer Subtraktif

Alat yang menggunakan pantulan cahaya untuk menghasilkan warna menggunakan metode campuran warna subtraktif. Dalam industri percetakan, untuk menghasilkan warna bervariasi ditetapkan pemakaian warna primer subtraktif, yaitu magenta, kuning, cyan. Jika ketiga warna ini disaturasikan penuh, hasilnya adalah hitam. Tetapi pada praktiknya terkadang hasilnya adalah coklat kehitaman, sehingga sering ditambahkan warna keempat yaitu hitam, menjadi Cyan, Magenta, Yellow, Black/CMYK. Hitam disebut dengan

‘K’ (key) istilah dari key plate dalam percetakan (palt cetak yang menciptakan detail artistik pada gambar).

(20)

Gambar 2.7. Warna primer subtraktif Sumber : www.worqx.com

a. Klasifikasi Warna berdasarkan Spektrum Warna 1. Warna primer

Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning.

Gambar 2.8. Warna primer Sumber : www.worqx.com

2. Warna sekunder

Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1.

Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.

(21)

Gambar 2.9. Warna sekunder Sumber : www.worqx.com

3. Warna tertier

Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.

Gambar 2.10. Warna tertier Sumber : www.worqx.com

4. Warna komplementer

Warna yang merupakan warna yang saling berlawanan dalam lingkaran warna yang berlawanan secara kontras dan jika keduanya tercampur maka akan dihasilkan warna abu-abu yang netral. Warna komplementer dapat menetralkan intensitas warna yang terlalu kuat.

(22)

Gambar 2.11. Warna komplementer Sumber : www.worqx.com

5. Warna analogus

Merupakan warna-warna yang menggunakan terang gelap dan intensitas dari warna terdekat, misalnya kuning kehijauan, kuning jingga (dominasi kuning), dan sebagainya. Warna analogus menciptakan keharmonisan dan ketenangan karena kedekatan hubungan warna-warna yang dipakai.

Gambar 2.12. Warna analogus Sumber : www.worqx.com

b. Klasifikasi Warna berdasarkan Gambar/Ilustrasi 1. Warna Monochrome

Merupakan warna yang menambahkan atau mengurangi intensitas dari satu warna saja. Gambar monokromatik (memiliki satu warna), warna dan kedalamannya hanya tergambar pada kualitas terang gelap. Gambar ini memberikan kesan kebebasan bagi pengamatnya untuk berimajinasi tentang objek gambar serta partisipasinya dalam memahami objek.

(23)

2. Warna Polychrome/Optical Color

Merupakan warna yang menggunakan banyak kandungan warna yang dicampurkan. Tidak hanya menambah intensitas dan kuat lemahnya seperti monokromatik, polychrome membuat objek menjadi lebih realis dan ekspresif sebab pencampuran warna didasarkan pada warna-warna yang sesungguhnya dilihat.

c. Klasifikasi Warna berdasarkan Sensasinya

Lingkaran warna primer hingga tersier bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok warna panas dan warna dingin.

1. Warna panas : Merah, kuning, dan pencampuran diantaranya.

2. Warna dingin : Biru, hijau, dan pencampuran diantaranya.

3. Warna netral : Putih, abu – abu, dan hitam.

d. Klasifikasi Warna berdasarkan Karakteristiknya 1. Warna positif atau aktif

Merupakan warna-warna yang memberikan kesan aktif (positif), misalnya warna merah, kuning, jingga (orange), dan sebagainya.

2. Warna negative atau pasif

Merupakan warna-warna yang memberikan kesan kepatuhan, ketenangan, kelemah lembutan (pasif), misalnya warna biru, ungun, dan sebagainya.

Gambar 2.13. Warna aktif dan pasif Sumber : www.worqx.com

(24)

e. Klasifikasi Warna berdasarkan Kualitasnya 1. Hue

Posisinya terletak dalam lingkaran warna mengacu pada nama-nama dari warna-warna tersebut (biru, kuning, merah, dan sebagainya). Hue merupakan kualitas yang membedakan warna satu dengan warna yang lainnya (keunikan masing-masing warna).

2. Chroma

Merupakan kekuatan dan kelemahan warna mengacu pada intensitas warna, misalnya warna kuning memiliki intensitas warna yang kuat sedangkan warna ungu kurang kuat intensitas warnanya.

3. Value

Merupakan kualitas warna terang atau gelap dibandingkan dengan warna hitam atau putih. Penambahan warna hitam dapat menyebabkan warna menjadi gelap, penambahan warna putih dapat menyebabkan warna menjadi terang.

Gambar 2.14. Value

Sumber : http://ariasdimultimedia.wordpress.com/2008/03/20/warna-itu-ternyata- berwarna-warna/

Value warna dapat dibedakan menjadi :

• Tint, warna dengan value tinggi, warna-warna yang dianggap lebih ringan dan terang karena penambahan warna putih.

• Shade, warna dengan value rendah, warna-warna yang lebih berat karena penambahan warna hitam.

(25)

f. Klasifikasi Warna berdasarkan Maknanya

Secara umum, warna dikaitkan dengan pertimbangan makna psikologis yaitu :

1. Merah : semangat, agresif, darah, marah, hangat, emosional, berani, seks, bahaya, kekuatan, kejantanan, kebahagiaan, dan cinta.

2. Hitam : misteri, berwibawa, berkelas, konservatif, kegelapan, tegas, kukuh, formal, struktur yang kuat.

3. Kuning jingga : kebahagiaan, penghormatan, kegembiraan, optimisme, terbuka.

4. Putih : sporty, bersih, segar, mahal, positif, merangsang, cemerlang, ringan, sederhana, polos, jujur, murni, suci, lugu, spiritual, tenang.

5. Kelabu : maskulin, serius, tenang, sopan, sederhana, orang yang telah beumur, kepasifan, sabar, rendah hati, intelegensia, ragu-ragu, tidak dapat membedakan yang penting dan tidak penting.

6. Jingga : kecerahan, hangat, semangat muda, ekstrimis, menarik.

7. Kuning : ceria, hangat, semangat, cerah, kesenangan, kelincahan kemuliaan cinta, pengertian yang mendalam, lambang intelektual, bijaksana, pengecut, pengkhianatan.

8. Kuning hijau : persahabatan, muda, kehangatan, baru, gelisah, berseri.

9. Biru : melankolis, teknologi, sejuk, pasif terhormat, tenang, damai, depresi, menahan diri, ikhlas, setia, konservatif, lembut, menahan diri.

Goethe menyebutnya mempesona, spiritual, monoteis, kesepian, sedang memikirkan masa lalu dan masa akan datang. Warna perspektif yang menarik kita dalam kesendirian, dingin, membuat jarak, dan terpisah.

Melambangkan kesucian dan harapan.

10. Ungu : kebesaran, sejuk, negative, mundur, tenggelam dan khidmat, berarti sukacita, kontemplatif, suci, lambang agama, murung, melankolis, pendiam, agung (mulia), aristokrasi, dan menyerah.

11. Cokelat : bersahabat, hangat, tenang, alami, kebersamaan, sentosa, rendah hati.

12. Hijau : emosi hampir mendekati pasif, lebih istirahat. Melambangakan renungan, kepercayaan (agama), dan keabadian. Fungsi : kesegaran,

(26)

mentah, muda, belum dewasa, pertumbuhan, kehidupan dan harapan, kelahiran kembali, dan kesuburan.

13. Pastel : lembut, feminim, romantis, inspirasi

14. Abu-abu : bersifat netral, ketiadaan sifat atau kehidupan, berkesan pembatalan, dan keadaan terjepit.

2.6. Tinjauan Unsur Komposisi 2.6.1. Layout

Layout berarti menyatukan elemen-elemen menjadi satu dalam suatu area untuk menciptakan sebuah interaksi satu sama lain sehingga mengkomunikasikan pesan dalam suatu konteks. Pesan tersebut dapat disampaikan atau bahkan dimanipulasi melalui permainan elemen-elemen tersebut dengan pertimbangan yang matang. Elemen-elemen ini dapat berupa garis dan bidang, tipografi, image baik berupa foto maupun gambar, dan warna (Swann 11).

Menurut Ambrose dalam bukunya “Layout” dikatakan bahwa layout adalah penyusunan dari elemen-elemen desain yang berhubungan ke dalam sebuah bidang sehingga membentuk susunan artistik. Hal ini bisa juga disebut manajemen bentuk dan bidang. Tujuan utama layout adalah menampilkan elemen- elemen gambar dan teks agar menjadi komunikatif dalam sebuah cara yang dapat memudahkan pembaca menerima informasi yang disajikan (“Layout” par. 1).

Layout dapat membantu atau merintangi penerimaan informasi yang ingin disampaikan dalam suatu desain. Seperti halnya layout yang kreatif dapat menambahkan nilai dan keindahan bagi suatu karya, sedangkan dengan layout yang minimalis dapat menampilkan isi pesan dengan cemerlang. Sasaran pokok sehingga memudahkan pembaca menerima pesan. Tidak ada aturan baku dalam penciptaan layout, hanya satu perkecualian bahwa isi harus diutamakan.

Menurut Ambrose (146), sebuah layout biasanya diciptakan dalam struktur grid. Layout sebuah halaman memiliki area aktif dan pasif yang dapat menuntun arah pandangan mata. Ilustrasi berikut ini menunjukkan beberapa level aktivitas pada area yang berbeda dalam sebuah halaman. Area yang lebih gelap mampu merebut lebih banyak perhatian.

(27)

Gambar 2.15. Area aktif pasif dalam sebuah halaman Sumber : The Visual Dictionary of Graphic Design

2.6.1.1. Visual Hirarki

Dalam layout, dikenal istilah visual hirarki yang merupakan urutan-urutan tingkat kepentingan elemen-elemen visual dalam sebuah bidang kertas atau bidang layout sehingga mampu menuntun pandangan arah manusia dari elemen yang terpenting menuju elemen lainnya tanpa menimbulkan kebosanan. Dengan visual hirarki yang baik, seluruh informasi dapat disampaikan dengan baik dan efektif.

Berikut ini merupakan contoh pengaplikasian visual hirarki pada penyampaian sebuah informasi, tulisan akan dibuat lebih tebal dan besar. Dengan demikian pandangan mata akan bergerak dalam urutan-urutan tertentu menurut tingkat kepentingan elemen desain tersebut.

Gambar 2.16. Contoh visual hirarki

Sumber : www.telus.net/design365/IMG/type/Booklet_Read.pdf

(28)

2.6.1.2. Fokal Point

Fokal Point yaitu titik yang mampu menarik perhatian lebih awal dibandingkan elemen-elemen lainnya. Misalnya benda yang memiliki ukuran lebih besar akan cenderung terlihat lebih dahulu dibandingkan benda dengan ukuran yang lebih kecil. Benda atau elemen desain yang merupakan elemen terpenting umumnya digunakan sebagai penarik atau penekan.

Gambar 2.17. Contoh fokal point pada poster Sumber : Design Elements : A Graphic Stlye Manual

2.6.1.3. White Space

White Space adalah bidang kosong, tidak dipakai dan tidak dicetak, yang mengelilingi elemen-elemen grafis dan teks dalam suatu desain. Typographer asal Swiss bernama Jan Tschichold (1902-1974), mendukung penggunaan white space sebagai sebuah nilai desain modern.

White Space disebutkan sebagai “The lungs of good design” karena menyediakan ruang nafas bagi beraneka ragam elemen-elemen desain.

Penggunaan white space dapat menciptakan sebuah hirarki. Selain itu, juga dapat membuat suatu desain tampil eksklusif (Ambrose 267).

(29)

2.6.1.4. Grid

Grid merupakan garis khayalan atau semu yang membagi-bagi bidang desain dalam jumlah dan ukuran tertentu. Menurut Ambrose, sebuah grid diciptakan sebagai solusi terhadap suatu permasalahan penataan sebuah elemen- elemen visual dalam sebuah ruang. Grid systems digunakan sebagai perangkat untuk mempermudah menciptakan sebuah komposisi visual. Melalui grid systems seorang perancang grafis dapat membuat sebuah sistematika guna menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama dari penggunaan grid systems dalam desain grafis adalah untuk menciptakan suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik (“Layout” par. 2).

Gird menyusun sebuah layout secara sistematis. Struktur grid menciptakan kesatuan dan fleksibilitas diantara elemen-elemen grafis, membantu menampung berbagai macam elemen-elemen grafis dan memudahkan desainer membuat layout elemen-elemen grafis tersebut dengan berbagai variasi sehingga layout setiap halaman tidak monoton namun memiliki kesatuan karena pengaturannya didasarkan oleh pengaturan grid yang sama (Samara 202).

Pada dasarnya, grid dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : 1. Manuscript Grid

Manuscript grid disebut juga sebagai “Block Layout”. Jenis ini pada dasarnya merupakan sebuah modul grid tunggal dengan margin dan marker seperlunya. Struktur grid ini digunakan untuk penataan jumlah teks yang banyak, seperti dalam sebuah buku. Margin yang lebih luas memungkinkan ruang kosong yang dapat membantu mata untuk tetap fokus (“pageGrids” 2).

2. Column Grid

Pembagian kolom menjadi 2, 3 dan seterusnya perlu mempertimbangkan kesesuaiannya dengan ukuran font. Jika proporsi font terlalu besar, akan ada banyak kata yang terputus, dan teks menjadi sulit dibaca. Jika proporsi font terlalu kecil, pembaca akan sulit membedakan baris-baris yang berdampingan (Owen, par. 7).

(30)

Gambar 2.18. Manuscript dan Coloumn Grid Sumber : Grid Layout

3. Modular Grid

Modular Grid terdiri atas column grid yang terbagi dalam garis-garis horizontal. Sistem grid ini sangat berguna untuk menampilkan isi yang kompleks dan biasanya digunakan untuk layout koran (Owen, par. 8).

4. Hierarchical Grid

Struktur hierarchical grid dibentuk berdasarkan isi yang akan ditampilkan.

Ukuran, penempatan, dan pertimbangan layout lainnya sangat penting untuk membuat sistem hierarchical grid. Halaman-halaman website pada dasarnya terbentuk dari hierarchical grid (Owen, par. 9).

Gambar 2.19. Modular dan Hierarchical Grid Sumber : Grid Layout

5. Dynamic Grid

Dynnamic grid merupakan perpaduan atau persilangan vertikal atau horizontal dengan menggunakan keempat macam grid di atas.

(31)

6. Ungrid

Ungrid merupakan macam grid yang yidak teratur, tidak mengacu pada garis-garis. Keluar dari aturan yang ada.

Gambar 2.20. Dynamic Grid dan Ungrid Sumber : Grid Layout

2.6.1.5. Golden Section

Lebih lanjut dikatakan bahwa sebelum membuat grid, diperlukan sebuah halaman untuk meletakkannya. Dibidang seni grafis, golden section menjadi dasar pembuatan ukuran kertas dan prinsip tersebut dapat digunakan untuk menyusun sebuah keseimbangan desain. Golden section sudah ditemukan sejak jaman kuno untuk menghadirkan proporsi yang sangat sempurna dan indah.

Membagi sebuah garis dengan perbandingan rasio 8 : 13 berarti bahwa jika garis yang lebih panjang dibagi dengan garis yang lebih pendek hasilnya akan sama dengan pembagian panjang garis utuh sebelum dipotong dengan garis yang lebih panjang tadi.

Golden section juga dikenal dalam istilah deret bilangan Fibonacci, yaitu deret bilangan yang setiap bilangannya adalah hasil jumlah dari dua bilangan sebelumnnya dan dimulai dari nol. Deret bilangan ini memiliki rasio 8 : 13 yaitu rasio golden section. Bilangan ini sering dipakai dalam pengukuran bangunan, arsitektur, karya seni, huruf hingga layout sebuah halaman karena proporsinya yang harmonis. 2:3, 3:5, 5:8, 8:13, dst.

Sebuah objek yang mempunyai golden section mampu sekaligus memuaskan mata dan tercermin pada benda-benda alam. Ujung daun pakis dan spiral dalam rumah keong adalah contoh yang paling popular (“Layout” par.3-6).

Komposisi atau layout tidak lepas dari penggunaan grid sebagai alat bantu desain. Menurut Roberts dan Thrift, grid adalah ekuivalen desain grafis dari

(32)

fondasi-fondasi yang membangun. Sebuah grid biasanya terdiri dari garis horizontal dan vertikal (18).

Dalam bukunya, Newark mengatakan bahwa grid mempunyai dua kegunaan, yaitu pertama membantu desainer memilih mengurutkan elemen- elemen dalam tiap halaman. Kedua, grid membawa kesatuan dalam desain. Aicher mengatakan bahwa penggunaan grid dalam desain juga membuat terlihat koheren bahkan ketika berisi halaman-halaman yang berbeda satu sama lain (78).

Gambar 2.21. Langkah-langkah pembuatan Golden Section Sumber : The Visual Dictionary of Graphic Design

2.6.2. Penataan Layout

1. Komposisi secara umum (Vertikal – Horizontal)

Bentuk yang paling umum dalam penataan komposisi adalah pada bidang gambar berbentuk segi empat yang terdapat dua sisi memanjang dan dua sisi memendek. Komposisi ini merupakan penataan termudah. Subjek dari gambar juga menentukan bidang gambar yang dikehendaki, misalnya untuk gambar pemandangan (landscape) umumnya membentuk komposisi horizontal.

Sedangkan untuk gambar memanjang ke bawah, digunakan komposisi vertikal (portrait).

2. Perkembangan komposisi

Sejak ditemukannya kamera, orang mulai berani melakukan manipulasi komposisi untuk mencapai bentuk yang lebih menarik. Hal ini dapat dilakukan dengan permainan grid sebagai garis bantu sehingga objek dapat berada pada tempat yang unik dan menarik namun juga seimbang.

3. Warna dalam komposisi

Kuat lemahnya warna juga mempengaruhi penempatan komposisi. Bidang- bidang dengan intensitas warna tinggi dan kontras kuat secara psikologis memiliki berat lebih dibanding bidang dengan intensitas warna lemah.

(33)

Misalnya background polos mempunyai efek mengkonsentrasikan perhatian secara formal pada wajah atau figure subjek yang dilukis. Kesan komposisi ini bersifat formal dan tradisional.

2.6.3. Jenis-Jenis Layout

Layout adalah mengenai komposisi. Komposisi berkaitan dengan bagaimana kita akan meletakkan segala elemen desain yang berada dalam satu bidang. Pada dasarnya, layout dibagi menjadi dua macam gaya dasar, simeteris dan asimetris. Secara umum, layout simetris diasosiasikan dengan pendekatan desain tradisional dimana desain yang dihasilkan disusun terpusat di satu titik suatu halaman atau bidang kerja. Jenis layout ini awalnya digunakan pada peneerbitan buku, yang mengambil kecenderungan dari manuskrip abad pertengahan.

Layout yang asimetris mulai digunakan pada awal 1930, yang dipionir oleh desiner dari sekolah Bauhaus, dan berkembang seiring jenis huruf sans serif.

Pada masa sekarang, layout yang asimetris kerap dipadukan dengan gaya yang simetris dalam satu halaman (Dabner 102-3). Layout asimetris tidak lagi menggunakan satu objek yang difokuskan di tengah atau pusat bidang, namun dapat pula menggunakan beberapa objek yang diletakkan di tepi bidang, maupun diletakkan tersebar menutupi hampir seluruh bidang.

Gambar 2.22. Layout simetris

(34)

Gambar 2.23. Layout asimetris (Summer Of Hate Poster, 12 Maret 2010)

Sumber : http://mike.whybark.com/archives/images/summer_of_hate_poster- thumb.jpg

2.7. Tinjauan Gambar Ilustrasi

Ilustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk (“Ilustrasi”).

Newark menulis bahwa beberapa ide tertentu hanya dapat dikomunikasikan melalui ilustrasi, yang merupakan bagian dari desain grafis yang paling banyak langsung berhubungan dengan seni. Menurutnya ilustrasi adalah bentuk dari editing yang sungguh-sungguh (painstaking) dan sangat teliti (meticulous). Tiap bagian terkecil dari ilustrasi diproduksi dengan sengaja (86).

2.7.1. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Bidang Kajian 1. Ilustrasi Editorial

Banyak dijumpai pada novel, buku bacaan anak dan dewasa, karikatur, dan sebagainya. Pada bacaan anak, ilustrasi berupa fantasi untuk mengembangkan cerita. Pada koran dan majalah berfungsi sebagai komunikasi massa.

(35)

Gambar 2.24. Ilustrasi editorial

Sumber : http://www.drawninblack.com/wp-content/uploads/2010/01/Andreas- Martini-Editorial-Illustration1.jpg

2. Ilustrasi Periklanan

Merupakan ilustrasi yang berguna untuk promosi dan pemasaran yang bersifat persuasif kepada konsumen, misalnya ilustrasi fashion, ilustrasi produk, dan ilustrasi pariwisata.

Gambar 2.25. Ilustrasi periklanan Sumber : http://1.bp.blogspot.com/_gkE-

xrJv5zY/SP1kOwjyEvI/AAAAAAAAAHQ/nQEAFqf5nbc/s400/Wallpaper_Indo nesia_tiger.jpg

(36)

3. Ilustrasi Medis

Berkaitan dengan ilmu kedokteran, illustrator dituntut untuk memahami perihal kedokteran selain fungsinya sebagai media komunikasi visual.

4. Ilustrasi Ilmiah

Ilustrasi yang bertujuan untuk menggambarkan material-material tertentu yang membutuhkan ketepatan, kecermatan, kejelasan, dan kerapian.

Misalnya bentuk arsitektur, kontruksi, geometri, dan sebagainya.

2.7.2. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Sifat dan Fungsi

1. Gambar ilustrasi yang bertujuan untuk menjelaskan keadaan yang dilihat, baik berupa sketsa kasar maupun gambar yang mendetail. Misalnya sketsa cepat dan photo realism.

2. Gambar ilustrasi yang bertujuan untuk memvisualisasikan apa yang diimajinasikan, yaitu dengan menggambarkan objek yang tidak ada dalam dunia nyata. Objek dapat berupa sesuatu yang mewakili imaji tertentu atau abstrak. Misalnya lukisan-lukisan surrealisme.

Gambar 2.26. Celebes, Max Ernst Contoh lukisan beraliran surrealisme

Sumber : http://www.studiotreasure.com/artists/e/Ernst/ernst3.jpg

3. Gambar ilustrasi yang bertujuan untuk memvisualisasikan ide atau konsep, misalnya dalam bentuk simbolisasi. Gambar ini tidak hanya menekankan pada masalah teknik dan kemampuan, tetapi juga pada kedalaman isinya.

(37)

Tipe penggambaran menggunakan emosi, perasaan, dan interpretasi sehingga memiliki kesan ekspresif.

4. Gambar ilustrasi yang berfungsi sebagai penghias atau dekoratif. Gambar ini mengisi komposisi bidang kosong untuk menarik dan memberikan nilai estetis pada pengamatnya.

5. Gambar ilustrasi yang menjembatani pemahaman terhadap bahasa verbal.

Ilustrasi dan teks saling mendukung untuk mempermudah pemahaman pembaca.

2.7.3. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Alat

1. Perlengkapan sketsa, meliputi pensil, pensil arang (charcoal), bolpoin, penghapus, dan sebagainya. Pensil digunakan untuk menciptakan garis- garis sebelum memasuki rendering. Charcoal berfungsi sebagai mengoreksi kesalahan tanpa merusak permukaan kertas bila dihapus.

Bolpoin digunakan untuk menciptakan garis dengan ragam ketebalan serta menciptakan outline.

2. Perlengkapan warna, meliputi berbagai macam alat warna, yaitu pensil warna, crayon, cat air, cat poster, cat minyak, spidol, dan sebagainya.

3. Kertas untuk pensil warna, crayon, cat air, cat poster, dan berbagai macam jenisnya sesuai dengan kebutuhan.

4. Kuas, dengan berbagai jenis dan ukuran sesuai kebutuhan.

5. Palet dan air. Palet digunakan untuk menghasilkan wrana campuran dari cat. Air berfungsi untuk mengurangi kekentalan cat tersebut.

2.7.4. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Teknik

1. Manual, yaitu teknik gambar yang dihasilkan dengan tangan manusia tanpa menggunakan bantuan mesin. Teknik manual lebih memperlihatkan keunikan goresan masing-masing pelukisnya, karena itu teknik ini lebih mempunyai nilai lebih dibanding teknik komputer.

(38)

Gambar 2.27. Ilustrasi manual (sketsa)

Sumber : http://johnlepinski.com/images/800/800_scififant_sketches.png

2. Komputer, yaitu teknik gambar yang memanfaatkan kemajuan teknologi.

Teknik manual tergeser dengan teknik ini karena mampu menciptakan desain yang canggih dalam waktu relatif singkat. Teknik ini dinilai kurang mempunyai nilai seni dibandingkan teknik manual.

Gambar 2.28. Contoh gambar ilustrasi dengan teknik komputer (vector) Sumber : http://belajardesain.wordpress.com/category/belajar-vektor/

(39)

3. Fotografi, yaitu teknik gambar yang menggunakan kamera sebagai medianya. Ilustrasi fotografi berbeda dengan fotografi dokumentasi karena sangat memperhatikan aspek estetis (fotografi piktorial).

Gambar 2.29. Ilustrasi fotografi Sumber :

http://images.paraorkut.com/img/wallpapers/1600x1200/k/kelly_clarkson_photos hoot-4117.jpg

4. Kolase (collage/photomontage), yaitu teknik menempel kertas, kain, gambar, atau benda apa pun pada suatu permukaan menjadi satu kesatuan.

Photomontage merupakan teknik kolase pada dunia fotografi.

Gambar 2.30. Contoh kolase

Sumber : http://manilaartblogger.files.wordpress.com/2009/05/nyc-anderson- black-music-vs-helvetica-email-2009-collage-120x144in3048x3658cm.jpg

(40)

2.7.5. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Goresan

1. Arsir. Merupakan teknik yang menggambarkan bentuk objek dengan mengisi daerah yang terkena bayangan, sehingga volume benda dapat dideskripsikan. Ada beberapa teknik, yaitu :

a. Arsiran garis lurus, terdiri dari goresan garis dengan pola sejajar, garis- garis berpotongan (cross hatching) yaitu pola garis yang memotong garis-garis sejajar, dan garis-garis bervariasi (scribbling) yaitu garis yang bersifat acak ke segala arah dan menambah corak, warna, bentuk, dan volume.

b. Arsiran mengikuti garis lengkung, yaitu garis-garis kontur perubahan bentuk objek baik bentuk melingkar maupun perspektif serta garis- garis kontur yang saling memotong (cross contour hatching) yang mendeskripsikan volume dan detail benda.

Gambar 2.31. Teknik arsir

Sumber : http://www.1st-art-gallery.com/thumbnail/188615/1/The-Mad-Hatter,- Hare,-The-King-And-Alice,-Illustration-From-Through-The-Looking-Glass-By-

Lewis-Carroll-1832-98-First-Published-1871.jpg

(41)

2. Dry brush. Merupakan teknik pembuatan gambar dengan menggunakan sapuan cat dan kuas setengah kering atau tanpa campuran air dengan cara menyapukan kuas ke permukaan kertas yang kasar untuk menghasilkan efek pecah-pecah.

Gambar 2.32. Teknik dry brush Sumber :

http://www.toonpool.com/user/2106/files/portrait_russian_dry_brush_313755.jpg

3. Blocking (pengecatan plakat). Bentuk cat plakat yang terkenal adalah cat poster. Gambar yang dihasilkan berkesan datar, sedikit tanpa gradasi dan minim ornamen karena hanya fokus pada objek yang sederhana.

4. Pointilisme (texture). Merupakan teknik menggambar yang memanfaatkan permukaan bidang. Teknik ini ekspresif, representatif, dan inovatif karena ditentukan oleh material, teknik, serta kreativitas pembuatnya. Pada gaya ini tekstur dapat mencapai persepsi tiga dimensi yang menggambarkan cahaya, volume, dan suasana melalui pewarnaan. Teknik ini kebanyakan tidak menggunakan outline karena telah tergantikan oleh bentuk tekstur.

(42)

Gambar 2.33. Sunday Afternoon on The Island of La Grande Jatte, Georges Seurat

Sumber : http://quizzart.free.fr/pointilisme/seurat.gif

2.7.6. Tinjauan Gambar Ilustrasi berdasarkan Gaya Gambar

1. Realisme. Merupakan gaya gambar yang segala sesuatunya digambar sesuai dengan keadaan sesungguhnya dalam kehidupan nyata.

Gambar 2.34. Ilustrasi realisme, Pierre Auguste Sumber :

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/eb/Pierre_Auguste_Renoir_La _famille_d_artiste.jpg

(43)

2. Kubisme. Merupakan metode menggambar yang diperkenalkan oleh Pablo Picasso dan George Braque pada awal abad 20. Menggambarkan objek yang real dengan ilustrasi abstrak, geometris, dan bersifat datar dua dimensi.

Gambar 2.35. Les Demoiselles d’Avignon, Pablo Picasso

Sumber : http://dbeveridge.web.wesleyan.edu/wescourses/2001f/chem160/01/

Photo_Gallery_Humanities/picasso/images/Les_Demoiselles_d'Avignon.jpg

3. Dekoratif. Merupakan gaya gambar yang penuh ornamen tetapi hanya sekedar elemen hais. Gaya ini lebih menghargai seni tangan/manual dan menolak kehadiran mesin yang dianggap merusak seni.

(44)

Gambar 2.36. The Lady with The Unicorn

Sumber : http://grevillea.files.wordpress.com/2008/05/ladyunicorn.jpg

4. Kartun. Merupakan bentuk gambar yang lucu dan menghibur, disajikan dalam bentuk rangkaian gambar berupa komik atau animasi. Bentuk figur kartun biasanya digambarkan jauh dari kenyataan dan tidak proposional.

Gambar 2.37. Kartun Baby Disney Sumber : http://souq.com

5. Karikatur. Merupakan gaya gambar yang mendekati kartun dan biasanya dimuat dalam majalah atau Koran yang berisi berita actual dengan penggambaran dan cerita yang menyindir namun lucu dan menghibur.

Proporsi tidak diperhatikan namun hal itu diterima untuk mewakili karakter yang dikarikaturkan. Karikatur pada umumnya menonjolkan anggota tubuh tertentu agar lebih mudah dikenali.

(45)

Gambar 2.38. Karikatur Paris Hilton Sumber :

http://data37.sevenload.com/data63/slcom/pz/pp/gmlmnf/vqnvjlilssj.jpg~/caricatu re-of-paris-hilton.jpg

2.8. Tinjauan Fotografi sebagai Ilustrasi

2.8.1. Tinjauan Fotografi sebagai Ilustrasi berdasarkan Bidang Kajian

Penggunaan foto sebagai ilustrasi tentu saja memiliki berbagai kesulitan tersendiri, misalnya keterbatasan ruang gerak untuk mengambil gambar, perhitungan akan kondisi cahaya yang diperlukan untuk merekam objek, serta memerlukan teknik tersendiri untuk menghasilkan foto yang mampu menyampaikan informasi secara jelas. Penggunaan fotografi di Indonesia tidak hanya sebatas dokumentasi saja, tetapi sudah meningkat ke media komunikasi, jurnalistik, bahkan ke dalam bidang seni foto sudah ada perkembangannya (Sotarno, 11).

2.8.2. Tinjauan Fotografi sebagai Ilustrasi berdasarkan Sifat dan Fungsi Secara umum, fotografi dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu ilustrasi yang berfungsi sebagai ilustrasi, reportase, artistik. Kemudian yang kedua adalah fotografi yang bersifat untuk ilmu pengetahuan. Fotografi yang digunakan sebagai ilustrasi, reportase, dan dokumentasi biasanya digunakan untuk periklanan, majalah, surat kabar, buku. Sifatnya adalah untuk mendokumentasikan apa yang dilihat agar bisa menceritakan apa yang ditangkap oleh media kamera kepada

(46)

orang lain yang melihat gambar. Fotografi yang artistik juga banyak digunakan untuk mengabadikan koleksi pribadi atau untuk museum seni. Fotografi ilustrasi dokumentasi menempatkan fotografi sebagai pokok perhatian utama dimana adegan yang diabadikan mempunyai makna atau pesan yang hendak disampaikan, seperti sisi humanistiknya, ataupun suasana yang ingin dihadirkan.

Penggunaan fotografi untuk kepentingan iptek dituntut memiliki ketelitian yang tinggi dalam perekaman objeknya. Dibutuhkan control yang tinggi dalam segala aspek situasi fotografi. Juga dibutuhkan peralatan canggih, bahan dengan kualitas tinggi dan teknik presisi tinggi. Biasanya foto dalam kelompok ini digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan.

Berdasarkan fungsinya, fotografi bertujuan untuk (Soeprapto 1-2) : a. Untuk sekedar memperoleh rekaman peristiwa.

Dalam kelompok ini tidak terlalu diperlukan keterampilan fotografi.

Contohnya : foto-foto upacara, pesta ulang tahun, atau pesta perkawinan.

b. Bahan Informasi

Foto-foto berita yang terutama menekankan motto “Sebuah gambar bernilai ribuan kata”. Untuk memperolehnya dibutuhkan pula usaha yang lebih.

Sekedar ketrampilan dasar fotografi saja belum cukup.

c. Kebutuhan akan data-data tertentu yang melengkapi usaha/kerja pokok.

d. Untuk keperluan promosi

Foto yang termasuk dalam jenis ini antara lain foto iklan, foto fashion, dan foto brosur pariwisata. Dibuat semenarik mungkin mengingat fungsi dan tujuannya, kalau perlu dibuat sedemikian mungkin lebih menarik dari aslinya.

e. Hanya mencari kesenangan (hiburan) saja

Kebutuhan yang bersifat pribadi sekali, tergantung dari kadar keseriusan masing-masing orang.

f. Ekspresi Diri

Foto ini berfungsi sebagai pengungkapan kesan pribadi, pandangan, pikiran, dan tujuan dari pemotretnya.

(47)

2.8.3. Tinjauan Fotografi sebagai Ilustrasi berdasarkan Teknik

Untuk menyampaikan informasi yang terekam melalui sebuah foto, diperlukan kejelian untuk menghasilkan foto yang berkualitas. Hal tersebut tentu harus ditunjang dengan pengetahuan dasar mnegenai kemampuan kamera serta didukung dengan teknik yang memadai. Teknik menciptakan karya fotografi yang baik adalah dengan memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut :

a. Komposisi

Komposisi adalah susunan dalam foto. Komposisi memegang peranan penting dalam menghasilakan suatu gambaran yang menarik dalam menyampaikan informasi. Komposisi dilakukan berdasarkan :

• Point of Interest

Pusat perhatian, hal atau sesuatu yang paling menonjol pada foto, sehingga mampu membuat orang langsung melihat pada objek tertentu.

• Framing

Kegiatan membingkai suatu objek tertentu kedalam viewfinder.

• Balance

Berkaitan dengan keseimbangan objek foto yang akan dibidik.

Komposisi juga disusun berdasarkan jarak pemotretan yang dilakukan dengan variasi pengambilan gambar, antara lain :

• Long Shot (LS)

Komposisi yang dihasilkan adalah objek kecil, digunakan saat menggambarkan seluruh area dari sebuah aksi.

• Medium Shot (MS)

Komposisi yang dihasilkan adalah objek yang difoto sudah terlihat lebih besar dibandingakna pada long shot, digunakan untuk menggambarkan selutruh figure maupun sosok seseorang dari bawah lutut sampai kepala, tetapi tidak keseluruhan setting.

• Close Up (CU)

Komposisi yang terlihat hanya objek yang dijadikan point of interest, digunakan untuk menggambarkan sebagian figur, elemen subjek ditampakkan dari bahu sampai kepala.

Referensi

Dokumen terkait

Web pada awalnya adalah ruang informasi dalam internet, dengan menggunakan teknologi hypertext, pemakai dituntun untuk menemukan informasi dengan mengikuti link

Berdasarkan hasil yang didapat Non Performing Loan (NPL) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Capital Adequacy ratio (CAR) pada Bank Umum Konvensional Swasta Nasional,

situasi dengan melihat dan mendengar apa yang terjadi, kemudian semuanya dicatat secara cerma, tehnik observasi yang dilakukan peneliti ini menuntut adanya

Memberikan pandangan pada keluarga pria lansia pasca wajib pensiun untuk memiliki pandangan yang lebih positif terhadap pria lansia serta memperhatikan hal-hal yang dapat

Terpadu Moga

Pada April 2013, IMF kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 menjadi 3,3 persen, turun dari proyeksi pada bulan Januari 2013 yang besarnya

Agar tidak terjadi kesalahpahaman pembaca dalam definisi operasional dengan skripsi yang berjudul "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Aplikasi Jual Beli Saham Rights Issue Di

Salah satu cara yang dilakukan nelayan adalah dengan mengeringkan ikan teri tersebut secara alami (penjemuran dibawah sinar matahari). Alat pengering surya tipe