• Tidak ada hasil yang ditemukan

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT KATA PENGANTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT KATA PENGANTAR"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa salah satu kewajiban Kepala Daerah adalah memberikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada DPRD, yang dilaksanakan setelah berakhirnya tahun anggaran. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat, disusunlah LKPJ Akhir Masa Jabatan.

Dalam rangkaian laporan pada Akhir Masa Jabatan Tahun 2003 – 2008, selain LKPJ Akhir Tahun Anggaran 2007 dan LKPJ Akhir Masa Jabatan Tahun 2003 – 2008, disusun pula Buku Statistik Pembangunan Gubernur Jawa Barat 2003 - 2008. Penyusunan buku yang didukung seluruh jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat, pada intinya berupaya untuk memberikan gambaran singkat kinerja pembangunan pada kurun waktu tersebut berdasarkan indikator-indikator utama setiap aspek. Dengan buku ini pula, diharapkan langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mencapai visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat dibawah koordinasi Kepala Daerah, dapat tersampaikan.

Semoga, buku Statistik Pembangunan Gubernur Jawa Barat 2003 – 2008 ini, dapat menyajikan informasi yang obyektif tentang upaya perangkat daerah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. Manakala diperoleh berbagai prestasi kinerja, keseluruhannya tidak lepas dari perkenan dan hidayah Allah SWT yang senantiasa memberikan bimbingan-Nya kepada masyarakat dan para penyelenggara pemerintahan daerah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

GUBERNUR JAWA BARAT

DANNY SETIAWAN

(2)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR ISTILAH ... vii

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT ... 1

VISI DAN MISI ... STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN ... PRIORITAS DAERAH ... ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH ... 1 1 5 7 PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN RAKYAT JAWA BARAT ... 9

KESEJAHTERAAN RAKYAT DI DAERAH ... 14

PEREKONOMIAN JAWA BARAT ... 18

PERAN EKONOMI JAWA BARAT TERHADAP EKONOMI NASIONAL EKONOMI DAERAH ... PENDAPATAN DAN EKONOMI MASYARAKAT ... 18 26 29 PENDIDIKAN DI JAWA BARAT ... 32

PENDIDIKAN DI DAERAH ... 34

KESEHATAN DI JAWA BARAT ... 38

KESEHATAN DI DAERAH ... 40

SARANA PRASARANA DI JAWA BARAT ... 43

PEMERINTAHAN DI JAWA BARAT ... 53

(3)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1 Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2007 ... 7 Tabel 2 Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2006 ... 7 Tabel 3 Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 ... 8 Tabel 4 Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Jawa Barat Tahun

2002-2007 ...

10

Tabel 5 Perkembangan Komponen IPM Jawa Barat Tahun 2002-2007... 13 Tabel 6 Perkembangan PDRB Jawa Barat Tahun 2003-2006 atas dasar

Harga Konstan Tahun 2000 (dalam trilyun rupiah) ...

21

Tabel 7 Rata-Rata Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Ekonomi Jawa Barat Tahun 2003-2007 ...

23

Tabel 8 Tabel Realisasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Barat Tahun 2003-2007 ...

24

Tabel 9 Pembentukan Modal Tetap Bruto Jawa Barat Tahun 2003-2007 ... 25 Tabel 10 Perdagangan Luar Negeri dan Domestik Jawa Barat Tahun 2003-

2006 menurut harga konstan tahun 2000 (trilyun Rp) ...

26

Tabel 11 Perkembangan Pengangguran Terbuka di Jawa Barat Tahun 2003- 2007 ...

30

Tabel 12 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Barat Tahun 2003-2007 ...

31

Tabel 13 Partisipasi Murni Tingkat Dasar dan Menengah di Jawa Barat Tahun 2006 (%) ...

35

Tabel 14 Jumlah Penduduk Menurut Usia Berdasarkan Jenjang Pendidikan di Jawa Barat Tahun 2006 dan Pertumbuhannya (%) ...

36

Tabel 15 Perkembangan Angka Kematian Bayi dan Persalinan yang Dibantu oleh Tenaga Kesehatan di Jawa Barat Tahun 2003-2007

38

Tabel 16 Perkembangan Status Gizi Balita di Jawa Barat Tahun 2004-2007 40

(4)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

Tabel 17 Perkembangan Beberapa Indikator Kesehatan Utama Kabupaten- Kota di Jawa Barat Tahun 2006 ...

41

Tabel 18 Penggunaan Lahan di Jawa Barat Tahun 2005 ... 43

Tabel 19 Perkembangan Tingkat Kemantapan Jalan Tahun 2003 – 2007 ... 45

Tabel 20 Penanganan Jalan dan Jembatan Tahun 2003-2007 (km) ... 45

Tabel 21 Penanganan Jembatan Tahun 2003-2007 (m) ... 45

Tabel 22 Aksesibilitas Sarana Kesehatan di Jawa Barat Tahun 2006 ... 47 Tabel 23 Jumlah SD-sederajat, Rata-rata Jumlah Murid Persekolah dan

Rata-rata Luas wilayah Layanan Sekolah Tahun 2006 ...

50

Tabel 24 Jumlah SLTP-sederajat, Rata-rata Jumlah Murid Persekolah dan Rata-rata Luas wilayah Layanan Sekolah Tahun 2006 ...

51

Tabel 25 Jumlah SLTA-sederajat, Rata-rata Jumlah Murid Persekolah dan Rata-rata Luas wilayah Layanan Sekolah Tahun 2006 ...

52

Tabel 26 Struktur Golongan Aparatur Provinsi dan Kabupaten-Kota di Jawa Barat Tahun 2006 ...

54

(5)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1 Perkembangan Jumlah Penduduk Jawa Barat Tahun 2002-2007 9 Gambar 2 Perkembangan IPM Jawa Barat Tahun 2002-2007 dan

Kecenderungan Pertumbuhannya Tahun 2008-2009 ...

11

Gambar 3 Perkembangan Komponen IPM Jawa Barat Tahun 2002-2007 dan Kecenderungan Pertumbuhannya tahun 2008-2009 ...

13

Gambar 4 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten-Kota di Jawa Barat Tahun 2006 ...

16

Gambar 5 Dinamika Perubahan Struktur IPM Kabupaten-Kota di Jawa Barat Tahun 2004-2006 ...

17

Gambar 6 Perkembangan Kontribusi Ekonomi Jawa Barat terhadap Perekonomian Nasional tahun 2004-2006 ...

19

Gambar 7 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat dan Nasional tahun 2001-2006 serta Kecenderungannya ...

20

Gambar 8 Rata-rata Kontribusi Sektor Ekonomi Jawa Barat Tahun 2004- 2007 ...

22

Gambar 9 Rasio Ekspor dan Impor Luar Jawa Barat terhadap PDRB Tahun 2003-2006 ...

26

Gambar 10 Kontribusi dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten-Kota di Jawa Barat Tahun 2003-2006 (%) ...

28

Gambar 11 PDRB per kapita Penduduk Jawa Barat Tahun 2004-2006 (juta Rp) ...

29

Gambar 12 Tingkat Pengangguran Terbuka Jawa Barat Tahun 2003-2007 (%) ...

30

Gambar 13 Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan Penduduk Jawa Barat Tahun 2007 (%) ...

32

Gambar 14 Perkembangan dan Kecenderungan Angka Partisipasi Murni Menurut Jenjang Pendidikan di Jawa Barat pada Tahun 2001- 2006 ...

34

(6)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

Gambar 15 Perkembangan dan Kecenderungan Angka Kematian Bayi dan Proses Persalinan yang Dibantu Tenaga Kesehatan di Jawa Barat pada Tahun 2001-2006 ...

39

Gambar 16 Peta Administrasi Jawa Barat ... 44 Gambar 17 Aksesibilitas Sarana Pendidikan di Jawa Barat Tahun 2006 ... 49 Gambar 18 Hirarki Pemerintahan dan Jumlahnya di Jawa Barat Tahun

2007 ...

53

Gambar 19 Struktur Pendidikan Aparatur Provinsi Jawa Barat Tahun 2007 55 Gambar 20 Persentase Belanja Nominal Menurut Kelompok Bidang dari

Total Alokasi Belanja Pembangunan di Jawa Barat (%) ...

56

Gambar 21 Alokasi Belanja Langsung (Pembangunan) Provinsi Jawa Barat Menurut Misi Tahun 2003-2007 (%) ...

58

DAFTAR IS58

(7)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

DAFTAR ISTILAH

No. Istilah Pengertian Sumber

1. Aglomerasi Gabungan, kumpulan dua atau lebih pusat kegiatan; tempat pengelompokan berbagai macam kegiatan dalam satu lokasi atau kawasan tertentu (yang dapat saja tumbuh melewati batas administrasi sehingga membentuk wilayah baru yang tidak terencana secara sempurna

Kamus Tata Ruang, Dirjen Cipta Karya Departemen PU, 1998

2. Angka Harapan Hidup pada saat lahir (life expectancy at birth)

Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk, dinyatakan dalam tahun

Badan Pusat Statistik

3. Angka Kematian Bayi (infant mortality rate)

Besarnya kemungkinan bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun, dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup

Badan Pusat Statistik

4. Angka Melek Huruf (literacy rate)

Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis (baik huruf latin maupun huruf lainnya), dinyatakan dalam persen

Badan Pusat Statistik

5. Angka Partisipasi Murni Proporsi penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah, dinyatakan dalam persen

Badan Pusat Statistik

6. Angka Pengangguran Terbuka Perbandingan penduduk yang mencari kerja terhadap angkatan kerja, dinyatakan dalam persen

Badan Pusat Statistik

7. Angkatan Kerja Penduduk usia 10 tahun ke atas yang terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja atau mencari pekerjaan)

Badan Pusat Statistik

(8)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

No. Istilah Pengertian Sumber

8. Daya Beli (purchasing power) Kemampuan untuk mengeluarkan uang dalam rangka pemenuhan konsumsi riil

Badan Pusat Statistik

9. Indeks Aksesibilitas Luas wilayah layanan, dihitung melalui rasio antara sarana yang tersedia dan luas wilayah

Standar Pelayanan Minimal,

Depkimpraswil

10. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks komposit yang digunakan sebagai alat ukur yang menggambarkan pencapaian pembangunan manusia di suatu wilayah terdiri dari komponen pendidikan, kesehatan dan daya beli. Dihitung dari rata- rata indeks pendidikan, indeks kesehatan dan indeks daya beli

Badan Pusat Statistik

11. Kontribusi Sektor Ekonomi Besarnya proporsi produksi setiap sektor ekonomi terhadap total produksi suatu wilayah. Biasanya digunakan untuk mengamati struktur perekonomian wilayah

Badan Pusat Statistik

12. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

pertumbuhan produksi riil dari sektor-sektor ekonomi.

LPE diperoleh dengan cara membagi selisih nilai PDRB sektor/sub sektor tahun berjalan dan tahun sebelumnya dengan PDRB sektor/sub sektor tahun sebelumnya dikalikan 100

Badan Pusat Statistik

13. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Pengeluaran untuk unit produksi yang menambah daya produksi dikurangi dengan penjualan dari barang- barang modal bekas ditambah penjualan barang-barang lain yang berasal dari daerah atau negara lain

Badan Pusat Statistik

(9)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

No. Istilah Pengertian Sumber

14. Penanaman Modal Asing (PMA)

Kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya amupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

15. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

16. Penduduk Miskin Keluarga yang termasuk dalam tahapan keluarga pra sejahtera dan sejahtera I dengan alasan ekonomi

BKKBN

17. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di dalam suatu wilayah atau daerah pada suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, tanpa memperhitungkan kepemilikan

Badan Pusat Statistik

18. Rata-rata Lama Sekolah (years schooling)

Lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas, dinyatakan dalam ukuran tahun

Badan Pusat Statistik

19. Stakeholders Pihak-pihak yang

berkepentingan dalam perwujudan sebuah visi

Pedoman Penyusunan Pelaporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, LAN-RI, 1999

(10)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

VISI DAN MISI

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat Tahun 2003 - 2008, Visi Pemerintah Daerah tahun 2003-2008, adalah “Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Guna Mendukung Pencapaian Visi Jawa Barat 2010”. Visi ini memberikan arah pada implementasi visi daerah, yaitu “Jawa Barat dengan Iman dan Takwa, Sebagai Provinsi Termaju dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010”.

Untuk mencapai visi pemerintah daerah tersebut, telah ditetapkan 5 (lima) misi, sebagai acuan dalam mendayagunakan potensi daerah, yaitu :

1. Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia Jawa Barat;

2. Memantapkan struktur perekonomian regional yang tangguh;

3. Memantapkan kinerja pemerintah daerah;

4. Meningkatkan implementasi pembangunan berkelanjutan;

5. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial yang berdasarkan agama dan budaya daerah.

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Sebagaimana visi dan misi tersebut, ditetapkan strategi dan arah kebijakan penyelenggaraan pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun sebagai berikut :

1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta apresiasi terhadap budaya daerah;

2. Memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan pendidikan dan kesehatan;

3. Mendayagunakan penelitian dan IPTEK untuk pembangunan daerah;

4. Meningkatkan produktivitas sumberdaya manusia;

5. Mengembangkan ekonomi daerah melalui pengembangan 6

core businesses berdasarkan potensi lokal untuk

Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat

2003 – 2008 : Akselerasi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Guna

Mendukung Pencapaian Visi Jawa Barat 2010

(11)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

mengurangi disparitas kesejahteraan antar wilayah dan antar golongan;

6. Memantapkan infrastruktur wilayah dalam rangka mendukung pemerataan dan pertumbuhan ekonomi;

7. Mewujudkan efektivitas dan efisiensi aparatur dalam rangka meningkatkan pelayanan publik;

8. Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah;

9. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui keseimbangan penduduk dan lingkungan dalam kesatuan ruang;

10. Memelihara iklim sosial politik yang kondusif;

11. Menguatkan tatanan masyarakat dan lingkungan sosial untuk mendukung terpeliharanya ketertiban umum.

Arah kebijakan tersebut diimplementasikan ke dalam beberapa program pembangunan :

Program Misi 1

Meningkatkan kualitas dan produktivitas sumberdaya manusia Jawa Barat,dengan kebijakan:

a. Memobilisasi sumberdaya untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan pendidikan dan kesehatan, dengan program-program sebagai berikut :

1. Program Peningkatan Pendidikan Dasar dan Pra Sekolah;

2. Program Peningkatan Pendidikan Menengah dan Tinggi;

3. Program Peningkatan Pendidikan Luar Sekolah;

4. Program Peningkatan Pendidikan Luar Biasa;

5. Program Sumber Daya Kesehatan;

6. Program Upaya Kesehatan;

7. Program Pengembangan Sarana, Prasarana Perumahan dan Permukiman.

b. Mendayagunakan penelitian dan IPTEK untuk pembangunan daerah, dengan Program Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Penelitian dan IPTEK.

c. Meningkatkan Produktivitas Sumberdaya Manusia, dengan program-program sebagai berikut :

1. Program Peningkatan Kompetensi, Penempatan, Perluasan, Perlindungan, dan Pengawasan Tenaga Kerja;

2. Program Peningkatan Aktivitas Kreativitas dan Kelembagaan Pemuda;

(12)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

3. Program Peningkatan Pemberdayaan Perempuan;

4. Program Peningkatan Olahraga.

Program Misi 2

Mengembangkan struktur perekonomian regional yang tangguh, dengan kebijakan:

a. Mengembangkan ekonomi daerah melalui pengembangan

6 core businesses berdasarkan potensi lokal untuk

mengurangi disparitas kesejahteraan antarwilayah dan antargolongan, dengan program-program sebagai berikut : 1. Program Pengembangan Agribisnis;

2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan;

3. Program Pengembangan Usaha dan Pemanfaatan Sumberdaya Kelautan;

4. Program Pengembangan Industri Manufaktur;

5. Program Pengembangan Perdagangan Dalam dan Luar Negeri;

6. Program Pengembangan Kepariwisataan;

7. Program Penataan Mutu Produk dan Pelayanan Jasa;

8. Program Pengembangan dan Penguatan Koperasi, UKM, BUMD dan Lembaga Keuangan Daerah;

9. Program Peningkatan Penanaman Modal di Daerah untuk Menciptakan Perluasan Kesempatan Kerja;

10. Program Pengembangan Sumberdaya Mineral dan Gas Bumi.

b. Memantapkan infrastruktur wilayah dalam rangka mendukung pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, dengan program-program sebagai berikut :

1. Program Pengembangan Infrastruktur Transportasi dan Telekomunikasi;

2. Program Pengembangan dan Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air dan Irigasi;

3. Program Pengembangan dan Pengelolaan Infrastruktur Listrik dan Energi.

Program Misi 3

Memantapkan kinerja pemerintahan daerah,dengan kebijakan:

a. Mewujudkan efektifitas dan efisiensi aparatur dalam rangka meningkatkan pelayanan publik, dengan program sebagai berikut :

(13)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

1. Program Penataan dan Pembentukan Produk Hukum Daerah serta Peningkatan Kesadaran Hukum dan HAM;

2. Program Perencanaan, Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan;

3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur;

4. Program Peningkatan Kualitas Sumberdaya Aparatur Pemerintah;

5. Program Pemantapan Otonomi Daerah dan Kerjasama Daerah;

6. Program Pemantapan Pemerintahan dan Pembangunan Desa;

7. Program Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah.

b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah, dengan Program Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat.

Program Misi 4

Meningkatkan implementasi pembangunan berkelanjutan, dengan kebijakan mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui keseimbangan penduduk dan lingkungan dalam kesatuan ruang, dengan program

1. Program Pengendalian Pertumbuhan Penduduk;

2. Program Penataan Ruang;

3. Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan;

4. Program Peningkatan Efektivitas Pengelolaan dan Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup;

5. Program Pemantapan Kawasan Lindung.

Program Misi 5

Meningkatkan kualitas kehidupan sosial yang berlandaskan agama dan budaya daerah, dengan kebijakan:

a. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta apresiasi terhadap budaya daerah, dengan program sebagai berikut : 1. Program Peningkatan Pemahaman dan Pengamalan

Agama;

2. Program Peningkatan Kerukunan Hidup Intern dan antar Umat Beragama;

3. Program Penelusuran Sejarah dan Pelestarian Nilai-nilai

(14)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

4. Program Peningkatan Apresiasi Seni;

5. Program Pelestarian dan Pengembangan Bahasa, Aksara dan Sastra Daerah.

b. Memelihara iklim sosial politik yang kondusif, dengan program sebagai berikut:

1. Program Pemberdayaan Infrastruktur dan Suprastruktur Politik;

2. Program Peningkatan Kesadaran Politik.

c. Menguatkan tatanan masyarakat dan lingkungan sosial untuk mendukung terpeliharanya ketertiban umum, dengan program sebagai berikut:

1. Program Pemeliharaan Ketentraman dan Ketertiban Umum;

2. Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial;

3. Program Perlindungan Perkembangan Sosial Anak dan Remaja;

4. Program Pembinaan Lembaga Sosial Keagamaan.

PRIORITAS DAERAH

Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat sesuai dengan Rencana Strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2003-2008 dilaksanakan melalui prioritas pembangunan daerah:

1. Pelaksanaan misi 1, prioritas daerah ditujukan untuk meningkatkan kualitas SDM yang ditempuh melalui upaya peningkatan pendidikan dan kesehatan, dengan pendekatan siklus hidup dan pemberdayaan masyarakat secara proporsional dalam rangka peningkatan daya saing SDM Jawa Barat.

2. Pelaksanaan misi ke-2, beberapa prioritas daerah telah ditetapkan, dengan tujuan meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi. Prioritas pertama, menumbuhkan daya saing agar masyarakat tetap memperoleh manfaat ekonomi yang sebesar-besarnya di era globalisasi. Upaya menembus pasar dan memenangkan persaingan menjadi gerakan bersama yang difokuskan tidak hanya dari sisi produksi saja, tetapi seluruh sistem pendukungnya seperti sistem pemasaran dan perbankan, terutama mengembangkan 6 bisnis unggulan (core businesses) Jawa Barat. Kedua, pembangunan ekonomi usaha kecil dan menengah, mengurangi kemiskinan dan mendorong kemajuan wilayah-wilayah tertinggal.

Upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat sesuai dengan

Rencana Strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat

2003-2008 dilaksanakan melalui prioritas

pembangunan daerah

(15)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

3. Pelaksanaan misi ke-3, prioritas yang ditetapkan ditujukan untuk pemantapan kinerja pemerintah daerah sebagai upaya menempatkan posisi dan fungsi pemerintah yaitu di bidang pelayanan, pembangunan, pengaturan dan pemberdayaan.

Dalam menjalankan fungsi pelayanan, pemerintah menempatkan masyarakat sebagai konsumen yang harus dilayani dengan baik. Dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik, fungsi pembangunan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi merupakan interaksi tiga unsur pelaku pembangunan, yaitu pemerintah, masyarakat dan unsur swasta. Fungsi pengaturan merupakan fungsi dalam menciptakan keteraturan di masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui hak dan kewajiban dalam bermasyarakat. Fungsi pemberdayaan merupakan fungsi pemerintah daerah untuk membuka akses bagi masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar lainnya.

4. Pelaksanaan misi ke-4, prioritas yang ditetapkan untuk mendorong penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui gerakan yang membangun kepedulian seluruh stakeholders pembangunan mengenai kelestarian lingkungan.

5. Pelaksanaan misi ke-5, prioritas yang telah ditetapkan untuk mendorong karakteristik masyarakat Jawa Barat yang religius, sehingga program-progam sosial, agama dan budaya menjadi salah satu prioritas pembangunan di Jawa Barat.

Pentingnya prioritas pembangunan pada bidang sosial, agama dan budaya ini antara lain didasarkan pada pertimbangan, pertama, pembangunan bidang sosial, agama dan budaya diperlukan untuk mewujudkan tatanan sosial yang kondusif guna menjamin kesinambungan dan keberlanjutan pembangunan, agar tidak terhambat oleh ancaman konflik, kerawanan dan gejolak sosial. Kedua, program-program pembangunan yang dijalankan melalui pendekatan agama dan budaya daerah, dapat lebih diterima masyarakat. Ketiga, ancaman masuknya nilai-nilai dan budaya asing yang negatif perlu mendapat antisipasi.

(16)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

Tabel 1. Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2007

PENDAPATAN DAERAH TARGET

(Rp) REALISASI

(Rp) PENCAPAIAN

(%) PENDAPATAN DAERAH 19.968.064.540.883,60 23.482.244.635.887,60 117,60 1 Pendapatan Asli Daerah 14.147.842.358.040,80 16.617.908.659.203,00 117,46 a. Pajak Daerah 13.201.596.000.000,00 15.421.474.784.489,10 116,82 b. Retribusi Daerah 114.485.027.189,00 125.738.792.484,70 109,83 c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil

Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan

447.848.592.117,38 451.697.467.801,83 100,86

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 383.912.738.734,40 618.997.614.427,39 161,23 2 DANA PERIMBANGAN 5.812.872.182.842,80 6.564.545.829.949,61 112,93

a. Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan

Pajak 2.594.376.092.842,80 3.346.038.712.950,61 128,97

b. Dana Alokasi Umum 3.218.496.090.000,00 3.218.507.116.999,00 100,00

c. Dana Alokasi Khusus 0,00 0,00 0,00

3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG

SAH 7.350.000.000,00 299.790.146.735,00 4078,78

Tabel 2. Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2003-2006

BELANJA DAERAH TARGET

(Rp) REALISASI

(Rp) PENCAPAIAN

(%)

16.781.079.867.662,10 16.020.369.041.399,90 95,47

1 BELANJA APARATUR 4.793.390.261.781,18 4.480.300.920.239,89 93,47

a. Belanja Administrasi Umum 3.748.781.735.371,77 3.495.912.304.050,89 93,25 b. Belanja Operasional dan Pemeliharaan

(BOP) 577.619.911.888,58 539.483.099.882,00 93,40

c. Belanja Modal 466.988.614.520,83 444.905.516.307,00 95,27

2 BELANJA PUBLIK 4.326.022.145.404,35 4.109.807.656.572,00 95,00

a. Belanja Administrasi Umum 180.182.538.735,65 172.196.113.209,00 95,57 b. Belanja Operasional dan Pemeliharaan

(BOP) 2.680.968.271.027,96 2.539.909.368.918,00 94,74

c. Belanja Modal 1.464.871.335.640,74 1.397.702.174.445,00 95,41 3 BELANJA BAGI HASIL DAN BANTUAN

KEUANGAN 7.344.251.444.203,36 7.158.539.080.484,00 97,47

a. Belanja Bagi Hasil 4.024.511.387.568,62 4.011.219.570.278,00 99,67 b. Belanja Bantuan Keuangan Kepada

Pemerintah Kabupaten/Kota dan Desa/Kelurahan

2.184.672.783.853,00 2.121.582.044.260,00 97,11

c. Belanja Bantuan Keuangan 1.135.067.272.781,74 1.025.737.465.946,00 90,37 4 BELANJA TIDAK TERSANGKA 317.416.016.273,16 271.721.384.104,00 85,60

(17)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

Tabel 3. Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2007

BELANJA DAERAH TARGET

(Rp) REALISASI

(Rp) PENCAPAIAN

(%)

5.769.176.354.256,15 4.724.465.265.935,00 81,89

1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 4.205.511.878.443,34 3.359.725.732.767,00 79,89 a. Belanja Pegawai

723.786.003.069,70 708.002.272.792,00 97,82

b. Belanja Bunga 250.000.000,00 0,00 0,00

c. Belanja Subsidi

72.600.000.000,00 63.532.222.800,00 87,51 d. Belanja Hibah

465.500.000.000,00 343.638.895.677,00 73,82 e. Belanja Bantuan Sosial 265.960.448.971,12 240.450.203.270,00 90,41

f. Belanja Bagi Hasil Kepada Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa

1.349.220.537.310,00 1.347.706.010.678,00

99,89

g. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa

1.268.194.889.092,52 639.478.437.049,00 50,42

h. Belanja Tidak Terduga 60.000.000.000,00 16.917.690.501,00 28,20 2 BELANJA LANGSUNG 1.563.664.475.812,81 1.364.739.533.168,00 87,28

a. Belanja Pegawai

290.094.592.199,78 246.010.438.414,00 84,80 b. Belanja Barang dab Jasa

895.550.291.854,08 790.206.310.047,00 88,24 c. Belanja Modal 378.019.591.758,95 328.522.784.707,00 86,91

(18)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

PEMBANGUNAN

KESEJAHTERAAN RAKYAT JAWA BARAT

Pembangunan di Jawa Barat merupakan hasil kerjasama berbagai komponen yang ada, yang secara langsung maupun tidak langsung masing-masing memberikan sumbangsihnya bagi kesejahteraan rakyat Jawa Barat. Partisipasi dan dukungan rakyat adalah hal yang paling menonjol dalam pembangunan tersebut. Pemerintah Provinsi Jawa Barat memegang peranan berupa upaya-upaya inisiatif, koordinatif, regulatif dan fasilitatif serta mengayomi kehidupan segenap masyarakat melalui sinergi dengan Pemerintah Pusat dan Kabupaten-Kota di Jawa Barat.

Semuanya bermuara pada cita-cita pencapaian kesejahteraan rakyat.

Jawa Barat dengan jumlah penduduk yang sedemikian besar yang diikuti pula besarnya arus urbanisasi/migrasi, menghadapi masalah yang tidak sederhana dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada satu sisi jumlah penduduk dapat menjadi beban dalam pembangunan. Pada tahun 2007 jumlah penduduk Jawa Barat adalah 41.483.729 jiwa, dan sebagian besar adalah penduduk perkotaan (urban). Dalam masa empat tahun telah terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sangat besar, yaitu bertambah sekitar 4 juta jiwa. Walaupun sempat mengalami laju pertumbuhan jumlah penduduk tinggi pada tahun 2004 namun pada akhir-akhir ini laju pertumbuhannya semakin menurun.

34,000 36,000 38,000 40,000 42,000

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Tahun

Jumlah Penduduk (Ribu jiwa)

Gambar 1. Perkembangan Jumlah Penduduk Jawa Barat Tahun 2002-2007

Pada tahun 2007 jumlah penduduk Jawa Barat adalah 41.483.729 jiwa,

dengan laju pertumbuhan penduduk 1,83

(19)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

Tabel 4. Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Jawa Barat Tahun 2002-2007

2002 2003 2004 2005 2006 2007

Jumlah

Penduduk 37,291.946 37,980,422 39,140,812 39,960,869 40,737,594 41.483.729 Pertumbuhan

(%) 3,17 2.89 3.06 2.10 1.94 1.83

Sumber : BPS Jawa Barat

Dengan jumlah penduduk sedemikian besar, prioritas pembangunan disusun dan setapak demi setapak rakyat dihantarkan untuk menuju kesejahteraan lahir dan batin yang lebih baik. Secara bertahap tingkat pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat mengalami peningkatan. Dalam proses pembangunan tersebut terdapat faktor pendorong maupun penghambat yang bersifat lokal, nasional maupun global.

Secara umum tingkat kesejahteraan masyarakat Jawa Barat dari 2003-2007 terus mengalami peningkatan yang berarti. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2003-2007. Bila pada tahun 2002 IPM adalah sebesar 67,45, maka tahun 2003 meningkat menjadi 67,87. Selanjutnya pada tahun berikutnya terus mengalami peningkatan, hingga pada tahun 2007 mencapai 70,76.

Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2005 dan 2006.

Pencapaian ini tampaknya cenderung menjadi basis bagi peningkatan kesejahteraan rakyat pada tahun-tahun berikutnya.

Berdasarkan data pencapaian IPM pada tahun-tahun tersebut, maka pada tahun-tahun berikutnya IPM akan cenderung mengalami peningkatan cepat. Dengan demikian kurun waktu tahun 2003 sampai dengan saat ini merupakan momentum penting dalam upaya mempercepat laju peningkatan (akselerasi) kesejahteraan rakyat untuk tahun-tahun berikutnya.

kurun waktu tahun 2003 sampai dengan

saat ini merupakan momentum penting

dalam upaya mempercepat laju

peningkatan (akselerasi) kesejahteraan rakyat

untuk tahun-tahun berikutnya.

(20)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

67,45 67,87 68,36

69,35 70,05 70,76

64,00 66,00 68,00 70,00 72,00 74,00

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun

Angka IPM

Gambar 2. Perkembangan IPM Jawa Barat Tahun 2002-2007 dan Kecenderungan Pertumbuhannya Tahun 2008-2009

Kecenderungan umum peningkatan kesejahteraan penduduk Jawa Barat pada kurun tersebut meliputi aspek pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat. Derajat pendidikan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan derajat kesehatan dan ekonomi.

Derajat pendidikan yang dilihat dengan indikator Angka Melek Huruf (literacy rate) dan Lama Sekolah (years schooling). Angka Melek Huruf merupakan salah satu bekal dasar untuk membuka cakrawala pengetahuan dalam hidup. Lama sekolah diharapkan mampu menjadi indikasi kompetensi dan kualitas sumber daya manusia. Semakin panjang lama sekolah yang diasosiasikan dengan semakin tinggi jenjang pendidikan maka semakin baik pula kualifikasi sumber daya manusianya. Pada tahun 2007 Angka Melek Huruf penduduk dewasa Jawa Barat mencapai 95,63 persen, meningkat dari AMH tahun 2002 sebesar 93,1 persen. Dengan demikian pada tahun 2007 diperkirakan ada sekitar 4,37 persen penduduk umur 15 tahun lebih yang masih buta huruf. Dengan tingkat buta huruf seperti itu, maka proporsi buta huruf terbesar adalah penduduk berusia lebih dari 44 tahun.

Angka Melek Huruf penduduk dewasa Jawa Barat pada tahun 2007 mencapai 95,63 persen, meningkat dari AMH tahun 2002 sebesar 93,1 persen

(21)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

Derajat kesehatan dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup pada saat lahir (life expectancy at birth). Indikator ini menjadi sentral derajat kesejahatan, karena bila Angka Harapan Hidup bayi lahir yang tinggi menunjukkan adanya kombinasi berbagai faktor kesehatan, keluarga dan lingkungan tempat bayi tersebut dalam kondisi yang baik. Angka Harapan Hidup Jawa Barat pada tahun 2002 adalah 64,93 tahun dan terus mengalami peningkatan, sehingga pada tahun 2007 menjadi sekitar 67,62 tahun.

Derajat kehidupan ekonomi dilihat dari indikator Daya Beli (Purchasing Power), yang menunjukkan rata-rata daya beli riil dari pendapatan masyarakat terhadap sejumlah komoditi tertentu. Semakin tinggi daya beli, maka semakin tinggi pula derajat ekonominya. Indikator daya beli berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi, kemerataan pemilikan aset dan pendapatan, sebaran penduduk dan kondisi geografisnya.

Dengan demikian cukup banyak faktor yang mempengaruhinya, sehingga salah satu saja mengalami distorsi maka akan dapat mempengaruhi Daya Beli. Sebagai misal, pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu akan meningkatkan Daya Beli masyarakat apabila ternyata kepemilikan sektor yang mengalami pertumbuhan hanya berada pada sekelompok orang. Namun demikian kemungkinan terjadi juga bila pertumbuhan ekonomi tidak terlalu tinggi dan sumber pertumbuhannya melibatkan sebagian besar anggota masyarakat, maka secara umum Daya Beli dapat mengalami peningkatan. Dalam situasi demikian, maka Daya Beli penduduk Jawa Barat relatif tidak banyak mengalami peningkatan, yaitu bila pada tahun 2002 sebesar Rp.551.350,00 /kapita, maka pada tahun 2007 menjadi Rp.560.190,00. Daya beli pada umumnya dihitung dengan harga riil (konstan), yaitu bukan dilihat berdasarkan nominalnya namun dilihat dari kemampuan pendapatan untuk membeli komoditi tertentu.

Kelambatan peningkatan Daya Beli penduduk Jawa Barat tampaknya memang sulit untuk dapat dikomparasikan dengan pandangan awam. Dapat dilihat secara nyata bahwa kota-kota dan aktivitas ekonomi nasional adalah berada di Jawa Barat.

Namun seringkali kepemilikan dan orientasi usahanya ada di DKI Jakarta atau pada dasarnya aktivitas ekonomi tidak banyak menyerap aktivitas masyarakat Jawa Barat pada umumnya.

Dengan demikian aktivitas ekonomi seperti itu tidak cukup signifikan dalam mendorong peningkatan Daya Beli.

Angka Harapan Hidup Jawa Barat pada tahun 2002 adalah 64,93 tahun dan terus mengalami peningkatan, sehingga pada tahun 2007 menjadi sekitar 67,62 tahun.

Daya Beli penduduk Jawa Barat relatif tidak banyak mengalami peningkatan, yaitu bila pada tahun 2002 sebesar Rp.551.350,00 /kapita, maka pada tahun 2007 menjadi Rp.560.190,00

(22)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

Tabel 5. Perkembangan Komponen IPM Jawa Barat Tahun 2002-2007

Komponen 2002 2003 2004 2005 2006 2007

Angka Harapan Hidup (thn) 64,93 64,94 65,34 66,57 67,08 67,62 Angka Melek Huruf (%) 93,1 93,60 93,96 94,52 95,12 95,63 Rata-rata Lama Sekolah (thn) 7,04 7,20 7,37 7,46 7,74 7,82 Paritas Daya Beli (Rp) 551.350 553.700 554.570 556.100 557.110 560.190 Sumber : Data Basis IPM Jawa Barat (2002-2007)

Berdasarkan data-data komponen IPM Jawa Barat Tahun pada tahun 2002-2007, maka di Jawa Barat, status tertinggi adalah status pendidikan, yaitu mencapai sekitar 81 (skala 0-100), disusul derajat kesehatan sekitar 72 dan kemudian status ekonomi sekitar 60. Di antara aspek-aspek tersebut, status kesehatan memiliki kecenderungan pertumbuhan yang lebih tinggi, disusul oleh kecenderungan pertumbuhan status ekonomi dan pendidikan.

50 55 60 65 70 75 80 85

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli

Gambar 3. Perkembangan Komponen IPM Jawa Barat Tahun 2002-2007 dan Kecenderungan Pertumbuhannya tahun 2008-2009

(23)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

KESEJAHTERAAN RAKYAT DI DAERAH

Bila secara umum perkembangan kesejahteraan rakyat di Jawa Barat telah diuraikan di atas, maka dapat kita lihat kondisi dan perkembangannya di tingkat daerah. Pada analisis tingkat daerah (Kabupaten dan Kota) cenderung terjadi perbedaan tingkat kesejahteraan yang dipengaruhi berbagai faktor, misalnya jumlah penduduk, kekayaan alam, kedekatan dengan kota pusat-pusat pertumbuhan, aksesibilitas dan kondisi geografis. Disparitas yang terlalu lebar memang sepantasnya untuk untuk terus dikurangi sebagai wujud dari pemerataan kesejahteraan rakyat. Karena itu selain melihat pertumbuhan IPM pada setiap daerah, menjadi penting pula melihat kemerataan di antara daerah-daerah tersebut.

Di antara 25 Kabupaten-Kota di Jawa Barat, pada umumnya Kota-Kota memiliki tingkat IPM yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan Kabupaten, atau umumnya lebih tinggi daripada IPM Jawa Barat. IPM tertinggi pada tahun 2006 adalah Kota Depok (77,97), diikuti oleh Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Cimahi, Kota Sukabumi, Kota Bogor, Kota Cirebon, Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Sumedang serta Bekasi. Kota Banjar dan Kabupaten Ciamis juga relatif tinggi, namun BPS memberikan catatan khusus karena perbedaan metode penghitunganya. Pada umumnya Kabupaten-Kabupaten memiliki IPM lebih rendah dari Jawa Barat. Kabupaten Cirebon memiliki IPM terendah, yaitu sekitar 65,51.

Terdapat dua hal yang cukup menarik pada perkembangan IPM Kabupaten-Kota dari tahun 2004-2006 di Jawa Barat, yaitu;

• Tingkat kemerataan (disparitas) antar daerah yang berkurang, yaitu menandakan pemerataan kesejahteraan yang relatif semakin baik.

• Perubahan dinamika struktur kesejahteraan antar Kabupaten-Kota yang menunjukkan dinamika pembangunan yang menarik.

Seiring dengan pertumbuhan IPM di Kabupaten-Kota, maka terdapat kecenderungan IPM antar daerah semakin merata, artinya secara umum perbedaan IPM antar daerah semakin kecil. Daerah-daerah yang IPM sudah tinggi relatif tumbuh lebih pelan, sedangkan daerah-daerah yang IPM-nya rendah Disparitas antar daerah

yang berkurang, yaitu menandakan

pemerataan kesejahteraan yang relatif semakin baik

(24)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

relatif tumbuh lebih cepat.1 Dengan demikian perbedaan tingkat kesejahteraan antar Kabupaten-Kota di Jawa Barat relatif semakin sempit. Perkembangan hasil-hasil pembangunan lebih signifikan dirasakan oleh rakyat yang berada di Kabupaten dengan tingkat kesejahteraan yang rendah pada awalnya.

Hal menarik berikutnya adalah perubahan dinamika struktur IPM Kabupaten-Kota. Perubahan tersebut secara mencolok terjadi pada Kota dengan IPM tertinggi dan Kabupaten dengan IPM terendah. Bila pada tahun 2004 IPM tertinggi adalah Kota Bandung, maka pada tahun 2006 IPM tertinggi adalah Kota Depok. Kota Depok mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dari tahun 2004-2006, yaitu dari 76,85 (lebih rendah dari IPM Kota Bandung) menjadi 77,97 (lebih tinggi dari IPM Kota Bandung pada tahun yang sama.

Kabupaten Indramayu, yang dalam beberapa tahun memiliki IPM terendah di Jawa Barat, yaitu 63,24 pada tahun 2004, mengalami peningkatan IPM yang sangat besar pada tahun 2006, yaitu 65,72. Kabupaten Indramayu pada saat ini tidak lagi menjadi daerah dengan IPM terendah di Jawa Barat. Kabupaten Cirebon pada tahun tersebut juga mengalami pertumbuhan kesejahteraan yang sangat pesat, bila dibandingkan dengan pertumbuhan tingkat Jawa Barat atau Kota-Kota di Jawa Barat.

Walaupun demikian pertumbuhannya masih relatif di bawah Indramayu, sehingga pada tahun 2006 IPM Kabupaten Cirebon adalah 65,51.

Tampaknya sampai dengan saat ini pembangunan di Jawa Barat telah mengantarkan peningkatan kesejahteraan secara umum pada rakyat di daerah-daerah. Daerah-daerah tertinggal mengalami pertumbuhan kesejahteraan secara signifikan sehingga semakin tercipta pemerataan kesejahteraan.

1 Koefisien Variasi tahun 2004 (5,52%) 2005 (5,31%) dan tahun 2006 (4,84%) secara umum

perbedaan IPM antar daerah semakin kecil.

Daerah-daerah yang IPM sudah tinggi relatif tumbuh lebih pelan, sedangkan daerah-daerah yang IPM-nya rendah relatif tumbuh lebih cepat

(25)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

65.51

77.97

55 60 65 70 75 80

Kab. Cirebon Kab. Indramayu Kab. Karawang Kab. Cianjur Kab. Garut Kab. Majalengka Kab. Sukabumi Kab. Subang Kab. Kuningan Kab. Tasikmalaya Kab. Bogor Kab. Purwakarta Kab. Bandung Kab. Bekasi Kab. Sumedang Kota Banjar **

Kab. Ciamis **

Kota Tasikmalaya Kota Cirebon Kota Bogor Kota Sukabumi Kota Cimahi Kota Bekasi Kota Bandung Kota Depok

( Indeks Pembangunan Manusia )

Gambar 4. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten-Kota di Jawa Barat Tahun 2006 Jawa Barat

(26)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

Gambar 5. Dinamika Perubahan Struktur IPM Kabupaten-Kota di Jawa Barat Tahun 2004-2006

60 65 70 75 80

Kab.

Cirebon Kota

Bandung Kota Depok Kab.

Indramayu 63,24 65,72

63,37 65,51

77,48 77,17

77,97 76,85 (2006)

70,28 68,36 (2004)

JAWA BARAT

IPM Terendah IPM Tertinggi

(27)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

PEREKONOMIAN

JAWA BARAT

Perekonomian adalah salah satu unsur penting dalam kesejahteraan penduduk. Perekonomian yang baik dan mengalami pertumbuhan memberikan sumbangan penting bagi bahwa pertumbuhan ekonomi akan berdampak positif pada peningkatan penghasilan. Artinya bila ekonomi semakin berkembang maka terbuka peluang bagi masyarakat untuk memperoleh penghasilan melalui peran sertanya dalam aktivitas ekonomi.

Namun demikian perekonomian regional memiliki kaitan erat dengan perkembangan perkembangan ekonomi nasional bahkan situasi perkembangan ekonomi dunia. Perubahan atau gangguan yang cukup drastis yang terjadi di negara tertentu dapat berpengaruh bahkan pada ekonomi regional. Dalam perspektif ini, maka pendapatan masyarakat di tingkat regional dapat dipengaruhi ekonomi nasional atau negara lainnya.

PERAN EKONOMI JAWA BARAT TERHADAP EKONOMI NASIONAL

Jawa Barat adalah salah satu provinsi yang memiliki kontribusi besar bagi perekonomian Nasional. Beberapa faktor strategis yang mempengaruhi adalah lokasinya yang relatif dekat dengan pusat bisnis Indonesia (Jakarta), kesuburan dan kekayaan alamnya, ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia, keberadaan perguruan-perguruan tinggi ternama yang terkait dengan perkembangan bangsa, dan lain-lain. Perkembangan Jawa Barat, khususnya pada daerah-daerah sekitar DKI Jakarta seperti Bogor, Bekasi, Depok adalah menjadi daerah penting bagi DKI Jakarta. Bahkan ketiga wilayah tersebut telah menjadi aglomerasi dengan DKI Jakarta. Karena itu perekonomian Jawa Barat umumnya memiliki kaitan sangat erat dengan perekonomian Nasional, yang dalam hal ini banyak digerakkan di Jakarta.

Jawa Barat adalah salah satu provinsi

yang memiliki kontribusi besar bagi perekonomian

Nasional

(28)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

Kontribusi ekonomi Jawa Barat terhadap perekonomian Nasional rata-rata, selama tahun 2004 – 2006, adalah 13,8%.

Kontribusi ini jelas lebih besar bila dibandingkan dengan provinsi lainnya. Faktor ini pada dasarnya dapat menjadi potensi bagi pengembangan ekonomi Jawa Barat secara lebih baik lagi. Kedekatan dengan pasar, ketersediaan bahan baku dan faktor produksi lain jelas lebih unggul bila dibandingkan dengan provinsi lainnya.

13,26

13,98

14,19

12,60 12,80 13,00 13,20 13,40 13,60 13,80 14,00 14,20 14,40

2004 2005 2006

Tahun

Kontribusi(%)

Gambar 6. Perkembangan Kontribusi Ekonomi Jawa Barat terhadap Perekonomian Nasional tahun 2004-2006

Selain menjadi lokasi penting bagi aktivitas ekonomi Nasional, Jawa Barat juga merupakan pasar yang luar biasa besar. Jumlah penduduk yang banyak dipadukan dengan tingginya aktivitas ekonomi dapat menjadi sumber pertumbuhan pertumbuhan ekonomi penting bagi Jawa Barat di masa mendatang.

Sebelum masa krisis moneter dan sebelum pembentukan Provinsi Banten, peran ekonomi Jawa Barat dalam perekonomian Nasional jauh lebih besar lagi. Tingkat pertumbuhan ekonomi Jawa Barat selalu lebih tinggi daripada perekonomian Nasional. Artinya Jawa Barat telah menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi Nasional yang dominan.

Namun demikian pada saat terjadi krisis moneter, perekonomian Jawa Barat mengalami tingkat kemunduran yang sangat besar, yaitu lebih besar daripada penurunan perekonomian nasional.

(29)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

Setelah masa krisis moneter mulai berlalu, pemulihan kembali ekonomi Jawa Barat memang relatif lambat. Banyak usaha besar yang ada di Jawa Barat menutup usahanya. Dari tahun 2002- 2005 walaupun ekonomi Jawa Barat mengalami pertumbuhan terus menerus, namun tingkat pertumbuhannya lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian walaupun lebih lambat, namun percepatannya (akselerasi) relatif lebih baik, sehingga pada tahun 2006 laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat di atas laju pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2006 laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat mencapai 6%, sedangkan ekonomi nasional cenderung turun. Pada tahun 2007 diperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat mencapai 6,41% 2 .

Berdasarkan data-data yang ada dan asumsi tidak ada perubahan berarti pada situasi ekonomi global yang terkait, maka tampak pada tahun-tahun berikutnya ekonomi Jawa Barat cenderung tumbuh lebih tinggi daripada ekonomi nasional. Hal menjadi menjadi indikasi lebih baik baik upaya peningkatan pendapatan masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Momentum ini sangat penting bagi segenap masyarakat Jawa Barat untuk lebih mengembangkan usahanya di masa mendatang.

0 1 2 3 4 5 6 7

2001 2 3 4 2005 6 7 2008

Pertumbuhan Ekonomi (%)

LPE Jawa Barat LPE Nasional

Gambar 7. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat dan Nasional tahun 2001-2006 serta Kecenderungannya

6,41 6,01

(30)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

Tabel 6. Perkembangan PDRB Jawa Barat Tahun 2003-2006 Harga Konstan Tahun 2000 (dalam trilyun rupiah)

SEKTOR 2003 2004 2005 2006

1.Pertanian 32.40 34.46 34.94 34.73 1.1. Pangan 23.69 24.85 25.49 25.28 1.2. Perkebunan 1.85 1.95 1.90 2.03 1.3. Peternakan 4.49 5.12 5.28 5.22 1.4. Kehutanan 0.59 0.77 0.44 0.48 1.5. Perikanan 1.78 1.77 1.82 1.71 2. Penggalian dan Pertambangan 8.23 7.71 7.20 7.02 3. Industri Pegolahan 93.93 96.98 105.33 114.30 3.1. Industri Pengolahan Migas 2.61 2.61 2.30 2.32 3.2. Industri Pengolahan Non-Migas 94.37 94.37 103.04 111.98 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 4.92 5.34 5.65 5.76 5. Bangunan /konstruksi 5.98 6.60 7.78 8.11 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 42.76 45.53 47.26 50.61 7. Perhubungan dan Telekomunikasi 9.38 10.31 10.33 11.14 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 6.97 7.25 7.72 7.67 9. Jasa-jasa 14.94 15.84 16.82 18.20 PDRB 219.53 230.00 242.94 257.54 Sumber : PDRB Jawa Barat (BPS)

Walaupun lebih dari setengah penduduk Jawa Barat adalah penduduk perkotaan, namun pada kenyataannya wilayah Jawa Barat adalah daerah agraris yang sangat subur dengan potensi agribisnis yang luar biasa besar. Namun demikian transformasi ekonomi nasional yang terjadi sejak tahun 80-an hingga tahun 2000-an telah membawa konsekuensi rendahnya pertumbuhan sektor pertanian Jawa Barat. Pertumbuhan sektor industri, sektor-sektor utilitas dan jasa sedemikian pesat sehingga jauh meninggalkan sektor pertanian.

Sampai dengan tahun 2006, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sekitar 43,2% dari seluruh ekonomi Jawa Barat, disusul sektor jasa penunjang seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19,6%. Sektor pertanian hanya memberikan kontribusi sekitar 14,4%.

Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan selama ini relatif kurang memiliki kaitan kuat dengan perkembangan sektor pertanian. Dalam jangka pendek kondisi ini dapat dimaklumi untuk mempercepat peningkatan pendapatan untuk selanjutnya membuka peluang usaha masyarakat di Jawa Barat.

Namun demikian perhatian terhadap perkembangan sektor

(31)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

pertanian dalam jangka panjang patut mendapat perhatian serius dan dikaitkan dengan pengembangan sektor industri.

2.3 3.0 3.1 3.2 4.3

6.9 14.4

19.6

43.2

0 10 20 30 40 50

Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan /konstruksi Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

Penggalian dan Pertambangan Perhubungan dan Komunikasi Jasa-jasa Pertanian Perdag., Hotel dan Restoran Industri Pegolahan

Kontribusi (%)

Gambar 8. Rata-rata Kontribusi Sektor Ekonomi Jawa Barat Tahun 2004-2007

Sektor-sektor industri pengolahan, sektor utilitas dan sektor jasa di Jawa Barat pada umumnya tumbuh cepat (di atas rata-rata LPE). Kondisi ini terkait dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dan struktur kota yang semakin kuat. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor bangunan (10,81%), sektor jasa-jasa (6,8%), sektor industri pengolahan (6,79%). Sektor konstruksi berkembang sebagai respon terhadap peningkatan jumlah penduduk yang membutuhkan tempat tinggal dan respon terhadap perkembangan kegiatan ekonomi.

Sektor pertanian tumbuh relatif lambat (di bawah LPE), yaitu sekitar 2,38% pertahun. Sub-sektor pertanian yang tumbuh besar adalah sektor peternakan (5,36%) dan sektor perkebunan tumbuh sekitar 3,26%. Sektor pertambangan dan penggalian di Jawa Barat mengalami penurunan yang relatif tajam, yaitu rata- rata -5,16%. Sub-sektor perikanan turun sekitar -1,24%.

(32)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

Tabel 7. Rata-Rata Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Ekonomi Jawa Barat Tahun 2003-2007

SEKTOR RATA-RATA (%)

Pertanian Kontribusi (%) 14.40

Pertumbuhan (%) 2.38

Pangan Kontribusi (%) 10.48

Pertumbuhan (%) 2.21 Perkebunan Kontribusi (%) 0.81 Pertumbuhan (%) 3.26 Peternakan Kontribusi (%) 2.12 Pertumbuhan (%) 5.35

Kehutanan Kontribusi (%) 0.24

Pertumbuhan (%) (0.99)

Perikanan Kontribusi (%) 0.75

Pertumbuhan (%) (1.24) Penggalian dan Pertambangan Kontribusi (%) 3.20 Pertumbuhan (%) (5.16) Industri Pengolahan Kontribusi (%) 43.17 Pertumbuhan (%) 6.79 Listrik, Gas dan Air Bersih Kontribusi (%) 2.28 Pertumbuhan (%) 5.42

Bangunan Kontribusi (%) 2.99

Pertumbuhan (%) 10.81 Perdagangan, Hotel dan Restoran Kontribusi (%) 19.59 Pertumbuhan (%) 5.79 Perhubungan dan Telekomunikasi Kontribusi (%) 4.33 Pertumbuhan (%) 5.99 Keuangan, Persewaan dan Jasa Kontribusi (%) 3.12 Perusahaan Pertumbuhan (%) 3.31 Jasa-Jasa Kontribusi (%) 6.92 Pertumbuhan (%) 6.80

PDRB Pertumbuhan (%) 5.47

Sumber : PDRB Jawa Barat (BPS)

Investasi adalah faktor produksi yang sangat penting dalam usaha meningkatkan aktivitas ekonomi, selain faktor produksi lainnya seperti sumber daya manusia, teknologi, lahan dan lain sebagainya. Pembentukan investasi yang tinggi pada umumnya mengindikasikan potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, dengan berbagai keunggulan dan posisi strategis Jawa Barat di Indonesia, maka investasi di Jawa Barat termasuk yang terbesar di Indonesia.

Pada periode 2003-2007 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) telah mengalami lompatan tajam. Bila pada tahun 2003 realisasi investasi sekitar Rp 12,99 trilyun, maka tahun berikutnya meningkat sekitar 9%. Pada tahun 2006 mencapai Rp 23,741

(33)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

trilyun. Walaupun pada tahun 2007 mengalami penurunan, pada dasarnya penanaman modal di Jawa Barat relatif masih tinggi, yaitu Rp.20,846 trilyun atau meningkat 60%

dibandingkan kondisi investasi tahun 2003. Pembentukan investasi ini selain dampak dari akumulasi dan aglomerasi usaha-usaha di Jawa Barat pada tahun-tahun sebelumnya, juga menunjukkan bahwa iklim investasi di Jawa Barat sangat kondusif. Investasi tersebut menyerap sejumlah tenaga kerja yang cukup besar.

Tabel 8. Tabel Realisasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Barat Tahun 2003-2007

TAHUN REALISASI

2003 2004 2005 2006 2007

Jumlah investasi (triliun Rp)

12,99 14,146 18,371 23,741 20,846

Jumlah proyek (unit) 225 221 350 285 262

Jumlah tenaga kerja (orang)

52.933 58.281 97.382 76.161 61.041

Sumber : BPPMD Provinsi Jawa Barat

Penanaman Modal Asing dan Modal Dalam Negeri setiap tahunnya membentuk modal tetap yang terus terakumulasi dan terdepresiasi, atau disebut dengan Pembentukan Modal Tetap Bruto. Modal tetap bruto ini menjadi indikasi akumulasi nilai investasi dalam ekonomi pada suatu waktu. Bila nilai modal tetap bruto ini tinggi, maka terdapat potensi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Pembentukan modal tetap bruto di Jawa Barat pada tahun 2003 adalah sebesar Rp 42,8 trilyun. Adanya peningkatan jumlah penanaman modal akan menambahkan atau mempertahankan modal tetap di Jawa Barat, sehingga pada tahun 2007 mencapai Rp 87,13 trilyun, atau sekitar 2 kali pembentukan modal tetap tahun 2003. Rata-rata modal tetap bruto dalam perekonomian Jawa Barat adalah sekitar 16% dari PDRB. Hal ini mengindikasikan investasi di Jawa Barat berjalan cukup efisien.

(34)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

Tabel 9. Pembentukan Modal Tetap Bruto Jawa Barat Tahun 2003-2007

2003 2004 2005 2006 *) 2007 **) Pembentukan Modal Tetap

(milyar Rp)

42.87 49.75 63.65 75.64 87.14

Rasio terhadap PDRB (%) 17.58 16.34 16.35 15.97 16.07 Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

*) Angka sangat sementara.

**) Hasil estimasi triwulanan.

Sebagai provinsi yang penting dalam perekonomian nasional, perdagangan luar negeri dan domestik Jawa Barat relatif memiliki nilai yang besar. Ekspor pada tahun 2006 mencapai angka Rp 145,88 trilyun, sedangkan impor dari luar negeri mencapai Rp 79,50 trilyun. Pada tahun 2006 surplus perdagangan internasional relatif sangat besar bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Ekspor Jawa Barat cukup stabil sepanjang tahun tersebut. Sekitar 30,80% perekonomian Jawa Barat berasal dari ekspor ke luar negeri. Tampaknya ekspor telah menjadi salah satu sumber pertumbuhan penting bagi ekonomi Jawa Barat, namun di sisi lain impor Jawa Barat dari luar negeri cenderung meningkat pula walaupun tidak setinggi ekspor ke luar negeri. Dengan demikian surplus perdagangan luar negeri Jawa Barat cenderung membesar.

Tabel 10. Perdagangan Luar Negeri dan Domestik Jawa Barat Tahun 2003-2006 menurut harga berlaku (trilyun Rp)

2003 2004 2005 2006

Ekspor

Luar Negeri 65,80 118,74 140,26 145,88 Domestik 53,19 54,41 56,07 66,18

Impor Luar Negeri 39,70 75,29 87,91 79,50

Domestik 54,35 62,80 69,08 76,85

Netto

Luar Negeri 26,1 43,45 52,35 66,38 Domestik -1,16 -8,39 -13,01 -10,67

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat

(35)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

10 20 30 40 50 60

2003 2004 2005 2006

Tahun

Persen

Ekspor LN/PDRB Impor LN/PDRB

Gambar 9. Rasio Ekspor dan Impor Luar Jawa Barat terhadap PDRB Tahun 2003-2006

EKONOMI DAERAH

Aktivitas ekonomi di Jawa Barat tersebar di berbagai berbagai Kabupaten-Kota dan cenderung terjadi pemusatan-pemusatan aktivitas. Selain pusat-pusat pertumbuhan, maka daerah sekitarnya (hinterland) juga cenderung memiliki aktivitas ekonomi yang tinggi pula.

Aktivitas ekonomi terbesar di Jawa Barat antara tahun 2003- 2006 terletak di Kabupaten Bekasi, yaitu mencapai rata-rata 17,7%. Selanjutnya Kabupaten Bogor sekitar 10,8%, Kota Bandung 9,3%, Kabupaten Bandung 7,2% dan Kabupaten Karawang 6,1%. Masing-masing Indramayu dan Kota Bekasi adalah 5,1%. Daerah-daerah lainnya memiliki kontribusi ekonomi kurang dari 5%. Karakter ekonomi masing-masing daerah tersebut relatif unik. Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bandung dan Karawang pada umumnya didominasi oleh sektor industri pengolahan. Pada daerah-daerah ini sektor pertanian pada dasarnya masih memiliki potensi besar, namun pertumbuhan sektor industri pengolahan dapat menimbulkan eksternalitas negatif pada sektor pertanian. Kota Bandung dan Kota Bekasi, karena struktur kotanya, pada umumnya peran sektor jasa lebih besar, sehingga menjadi salah satu pusat urbanisasi. Sedangkan Kabupaten Indramayu, walaupun kontribusi ekonominya relatif tinggi, namun bersifat monokultur, yaitu sebagian besar bersumber dari sektor pertambangan migas. Pada daerah-daerah industri sebagaimana

(36)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

di atas dan daerah monokultur sebagaimana Indramayu, peningkatan aktivitas ekonomi sangat mungkin tidak banyak berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena sifat produksi dan kepemilikan yang sedemikian rupa. Untuk karakter Kota Bandung dan Kota Bekasi, ada kemungkinan dampak positif pertumbuhan ekonomi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat akan lebih positif.

Disamping kontribusi ekonomi, selama kurun 2003-2006 terdapat beberapa daerah yang mengalami pertumbuhan ekonomi pesat, yaitu Kota Bandung, Kota Bogor, Kota Depok dan Kabupaten Bekasi, masing-masing di atas 6% pertahun.

Daerah-daerah ini pada dasarnya tetap menjadi magnet pertumbuhan ekonomi dan sekaligus tujuan urbanisasi.

(37)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

0 5 10 15 20

Kota Banjar **

Kota Sukabumi Kota Tasikmalaya Kab. Kuningan Kab. Majalengka Kota Bogor Kab. Tasikmalaya Kab. Sumedang Kota Depok Kota Cirebon Kota Cimahi Kab. Purwakarta Kab. Ciamis **

Kab. Subang Kab. Bandung Barat Kab. Cirebon Kab. Cianjur Kab. Sukabumi Kab. Garut Kota Bekasi Kab. Indramayu Kab. Karawang Kab. Bandung Kota Bandung Kab. Bogor Kab. Bekasi

( persen )

Pertumbuhan Kontribusi

Gambar 10. Kontribusi dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten-Kota di Jawa Barat Tahun 2003-2006 (%)

(38)

STATISTIK PEMBANGUNAN GUBERNUR JAWA BARAT 2003 - 2008

PENDAPATAN DAN EKONOMI MASYARAKAT

Tujuan akhir dari peningkatan aktivitas ekonomi adalah tingkat pendapatan yang dapat dicapai oleh segenap masyarakat. Secara nominal, PDRB per kapita penduduk Jawa Barat pada tahun 2004 sebesar Rp.7,9 juta pertahun, meningkat menjadi Rp.11,7 juta pada tahun 2006. Namun demikian secara riil, pada dasarnya pendapatan perkapita penduduk Jawa Barat relatif tumbuh lambat, yaitu pada tahun 2004 sebesar Rp.5,94 juta menjadi Rp.6,38 juta pertahun (harga konstan 2000). Artinya pendapatan riil penduduk hanya sedikit meningkat. Hal ini tentu saja berpengaruh pada lambatnya peningkatan daya beli masyarakat. Belum lagi disparitas kepemilikan asset ekonomi yang sangat bervariasi di Jawa Barat.

7.9

9.8

11.7

6.14 6.38 5.94

0 2 4 6 8 10 12 14

2004 2005 2006

( juta Rp )

PDRB/Kap berlaku PDRB/Kap konstan

Gambar 11. PDRB per kapita Penduduk Jawa Barat Tahun 2004-2006 (juta Rp)

Indikator lain yang penting untuk menggambarkan tingkat ekonomi masyarakat adalah tingkat pengangguran, karena pertumbuhan ekonomi tidak selalu diikuti dengan tepat oleh penurunan angka pengangguran. Konsentrasi kegiatan ekonomi dan pemilikan asset ekonomi cenderung akan semakin menurunkan pemerataan pendapatan dan meningkatkan pengangguran.

Dari tahun 2003-2007 terlihat bahwa persentase penduduk menganggur semakin menurun (pengangguran terbuka). Bila pada tahun 2003 mencapai 12,69% dari angkatan kerja yang

Referensi

Dokumen terkait

pada hal ini untuk mengatasi permasalahan tersebut lahirlah forum -forum yang peduli untuk mengatasi kejahatan - kejahatan (Cyber Crime) pada komputer dan undang -

Penelitian lain dilakukan oleh Edy Susanto dan Marhamah (2016) Tentang Pertumbuhan Ekonomi dan Belanja Daerah dengan variable Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum

Teratai memiliki daun berbentuk lebar dan tipis yang mengakibatkan penguapan air terjadi dengan mudah, selain itu batang teratai memiliki rongga-rongga udara yang

Pengujian SQL injection dengan menggunakan logika AND dan penambahan single quote pada kedua framework Ruby on Rails dan CakePHP sudah dilakukan, maka dari hasil pengujian

Hal tersebut disebabkan karena untUk dosis yang sarna pacta energl yang berbeda ion-ion yang mempunyai energi lebih besar akan masuk ke dalam bahan lebih dalam daripada ion-ion

DAFTAR NAMA KELOMPOK PKM S1 PPKHB TAHUN 2013 PRODI PENJASKESREK JPOK FKIP UNS.. KABUPATEN

Sebenarnya pengertian vektor pada bidang diamensi dua sama halnya pengertian vektor dalam ruang dimensi tiga, jika vektor pada bisang mempunyai dua komponen, maka

Dalam penelitian pengembangan kuis interaktif ini, kemampuan pengamatan yang dimaksud adalah pengamatan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap fenomena atau kejadian yang