• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH PADA LAZIS FATHULLAH UIN JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANAJEMEN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH PADA LAZIS FATHULLAH UIN JAKARTA"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH PADA LAZIS FATHULLAH UIN JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos.)

Oleh

Adi Agustiansyah NIM: 1112053000002

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT, INFAQ, SHADADAH, DAN WAKAF (ZISWAF)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/ 2017 M

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang berjudul: “Manajemen Zakat, Infaq, dan Shadaqah pada LAZIS Fathullah UIN Jakarta” ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber data yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 22 September 2017 Yang Menyatakan,

Adi Agustiansyah

(3)

MANAJEMEN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH PADA LAZIS FATHULLAH UIN JAKARTA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh:

Adi Agustiansyah 1112053000002

Dosen Pembimbing,

Drs. H. M. Sungaidi, MA.

NIP: 19600803 199703 1 006

KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT, INFAQ, SHADADAH, DAN WAKAF (ZISWAF)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/ 2017 M

(4)
(5)

ABSTRAK

ADI AGUSTIANSYAH, NIM: 1112053000002

Manajemen Zakat, Infaq, dan Shadaqah pada LAZIS Fathullah UIN Jakarta, Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dosen Pembimbing: Drs. H. M. Sungaidi, MA.

Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Fathullah UIN Jakarta (LAZIS Fathullah) berdiri pada tahun 2009 atas musyawarah para pembina dan pengurus Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Alasan didirikan LAZIS Fathullah ialah karena melihat fenomena pengumpulan zakat yang terfokus pada bulan ramadhan, dan penyaluran dana zakat, infaq, dan shadaqah yang hanya dibagikan pada satu golongan saja yaitu fii sabilillah. LAZIS Fathullah UIN Jakarta dari sejak berdiri pada tahun 2009, belum terdaftar sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) karena belum memenuhi syarat dan ketentuan untuk menjadi LAZNAS di Indonesia. Sehingga dalam operasionalnya, tidak ada pengawasan dari pemerintah Indonesia.

Penelitian ini difokuskan pada manajemen zakat, infaq, dan shadaqah di LAZIS Fathullah UIN Jakarta yang meliputi manajemen pengumpulan dan penyaluran dana zakat, infaq, dan shadaqah pada tahun 2016. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan manajerial atau manajemen yang dilakukan oleh LAZIS Fathullah dalam mengelola dana zakat, infaq, dan shadaqah yang diterima dari muzakki, apakah berjalan dengan baik sesuai dengan aturan dalam memberikan pelayanan dan pemberdayaan yang terbaik kepada mustahik.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini tidak mengadakan pengukuran dan perhitungan terhadap data. Dalam penelitian ini, data yang ditampilkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan atau observasi, foto, video, dokumen pribadi, catatan kecil atau memo, dan dokumen resmi lainnya yang sesuai dengan masalah yang diteliti.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa LAZIS Fathullah UIN Jakarta telah menggunakan fungsi manajerial yang meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dalam tugasnya sebagai lembaga pengelola zakat, infaq, dan shadaqah. Namun dalam beberapa temuan, dapat disimpulkan bahwa LAZIS Fathullah UIN Jakarta belum memiliki kekuatan yang penuh untuk mengelola dana zakat, infaq, dan shadaqah, karena masih dalam naungan Masjid Fathullah dan UIN Jakarta.

Kata kunci: Manajemen; Zakat, Infaq, Shadaqah; LAZIS Fathullah

(6)

vi

KATA PENGANTAR

ميح ّرلا نمحّرلا هللا مسب

Assalaamu’alaykum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Segala puji hanya bagi Allah ‘Azza wa Jalla, Tuhan Yang Mahamengetahui apa yang kita nyatakan ataupun yang kita sembunyikan, Tuhan Yang Mahamengatur segala urusan dan yang patut kita sembah. Semoga kita termasuk golongan hamba yang bertaqwa pada-Nya dengan sebenar-benar taqwa. Shalawat dan salam semoga senatiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW., nabi dan utusan Allah yang menjadi qudwah bagi umatnya dan sebagai motivator yang sukses dalam menjalankan misi yang mulia yaitu menyempurnakan akhlaq manusia. Semoga kita termasuk golongan yang mengikuti jalan dakwahnya dan mendapat syafa’atnya nanti di hari kiamat.

Dalam kesempatan yang indah ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mencurahkan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah mengaruniai nikmat yang luar biasa kepada penulis. Selanjutnya, penulis ingin pula menyampaikan salam dan terima kasih kepada para pihak yang sangat berpengaruh bagi penulis dalam menjalankan aktivitas akademik selama ini, antara lain:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendukung penulis dalam setiap aktivitas akademik. Bapak Suparto, M. Ed., Ph.D.

selaku Wakil Dekan I, Ibu Hj. Roudhonah, M.A. selaku Wakil Dekan II, dan Bapak Dr. Suhaimi, M.Si. selaku Wakil Dekan III Fakultas Dakwah

(7)

vii

dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ayahanda Uding Syamsudin dan Ibunda E. Musyawaroh (Almh) tercinta, yang telah melahirkan, merawat, dan memberikan kasih sayang yang tulus dan ikhlas, serta memberikan seluruh tenaga, perhatian, dan do’a untuk penulis, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi Strata 1 (S1) di Perguruan Tinggi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tak lupa pula kepada Kakanda Eriyansyah, S.Pd. dan Dede Slamet Riyadi yang mendukung dan membantu pembiayaan kuliah penulis dari awal hingga akhir kuliah

3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah yang telah memberikan motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan studi.

4. Bapak Drs. Sugiharto, M.A. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. H. M. Sungaidi, M.A. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah membantu, mengarahkan, memberikan pelajaran, dan mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pelajaran yang berharga.

(8)

viii

7. Seluruh Pimpinan dan Staf Tata Usaha, Perpustakaan, dan Karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bantuan untuk mencari bahan dan berkas dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Tim penguji sidang munaqosyah yang telah menguji dan memberikan arahan serta saran atas hasil penelitian yang telah dibuat agar dapat memberikan manfaat dan dapat dipertanggungjawabkan oleh peneliti.

9. Ibu Dr. Hj. Isnawati Rais, M.A. selaku Direktur LAZIS Fathullah dan segenap Karyawan Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Fathullah UIN Jakarta (LAZIS Fathullah) yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian, serta menjadi narasumber dalam penelitian ini.

10. Segenap keluarga besar penulis di Jasinga-Bogor yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan semangat dan dukungan yang tiada henti. Semoga Allah senantiasa menyayangi dan memberkahi Keluarga Besar Ibu Icih Sukarsih. Seluruh kawan seperjuangan di Jurusan Manajemen Dakwah tahun 2012 yang telah memberikan ilmu dan motivasi yang luar biasa, segenap Keluarga Besar Yayasan Ponpes Raudhatul Ulum Cigudeg-Bogor, Gerakan Pramuka Kwartir Ranting Jasinga, Ikatan Remaja Masjid Fathullah (IRMAFA), para sahabat karib khususnya Ikrima Nurul Amaliyah, S.T., Heri Handoko, Ihyaudin, S.Sos., dan Tati Heryanti, S.H. yang telah memberikan semangat dan motivasi tiada henti kepada penulis dalam menyelesaikan studi dari awal hingga akhir. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang paling baik atas kebaikan yang telah diberikan.

(9)

ix

Demikian hal ini disampaikan, besar harapan penulis agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan dalam bidang Manajemen Dakwah, lebih khusus di bidang Manajemen Zakat, Infaq, dan Shadaqah. Penulis pun mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga amal bantuan yang diberikan, dapat bernilai kebaikan di sisi Allah SWT. aamiin

Wassalaamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakaatuh.

Ciputat, 22 September 2017 Penulis

Adi Agustiansyah

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Tinjauan Pustaka ... 6

E. Metodologi Penelitian ... 8

F. Teknik Penulisan ... 15

G. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH A. Manajemen ... 17

1. Definisi Manajemen ... 19

2. Ruang Lingkup Manajemen ... 22

3. Unsur-unsur Manajemen ... 25

4. Fungsi-fungsi Manajemen ... 28

B. Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) ... 45

1. Definisi Zakat, Infaq, dan Shadaqah... 45

2. Hukum Zakat, Infaq, dan Shadaqah ... 49

3. Jenis-jenis Zakat ... 56

4. Peran Amil Zakat dalam Pengelolaan Dana ZIS ... 57

C. Manajemen Zakat, Infaq, dan Shadaqah ... 59

1. Perencanaan ... 61

2. Pengorganisasian ... 64

3. Pelaksanaan ... 67

4. Pengawasan ... 73

BAB III PROFIL LEMBAGA AMIL ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH MASJID FATHULLAH UIN JAKARTA (LAZIS FATHULLAH) A. Sejarah Berdiri ... 75

B. Letak Geografis ... 77

C. Visi, Misi, Motto, Logo dan Tujuan ... 77

D. Struktur Organisasi ... 79

E. Program Kerja ... 79

(11)

xi

F. Rekapitulasi Perolehan Dana ... 81 G. Rekapitulasi Pengeluaran Dana ... 83 BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS MENGENAI

MANAJEMEN ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH (ZIS) PADA LAZIS FATHULLAH UIN JAKARTA TAHUN 2016

A. Perencanaan Pengumpulan dan Penyaluran Dana Zakat,

Infaq, dan Shadaqah LAZIS Fathullah UIN Jakarta ... 85 B. Pengorganisasian Pengumpulan dan Penyaluran Dana Zakat,

Infaq, dan Shadaqah LAZIS Fathullah UIN Jakarta. ... 94 C. Pelaksanaan Pengumpulan dan Penyaluran Dana Zakat,

Infaq, dan Shadaqah LAZIS Fathullah UIN Jakarta. ... 103 D. Pengawasan Pengumpulan dan Penyaluran Dana Zakat,

Infaq, dan Shadaqah LAZIS Fathullah UIN Jakarta. ... 115 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 118 B. Saran ... 120 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 3.1: Rekapitulasi Perolehan Dana ZIS Tahun 2014 ... 83

2.

Tabel 3.2: Rekapitulasi Perolehan Dana ZIS Tahun 2015 ... 83

3. Tabel 3.3: Rekapitulasi Perolehan Dana ZIS Tahun 2016 ... 83

4.

Tabel 3.4: Rekapitulasi Pengeluaran Dana ZIS Tahun 2014 ... 84

5.

Tabel 3.5: Rekapitulasi Pengeluaran Dana ZIS Tahun 2015 ... 85

6.

Tabel 3.6: Rekapitulasi Pengeluaran Dana ZIS Tahun 2016 ... 85

7. Tabel 4.1: Ketentuan Layanan Gerai ZIS LAZIS Fathullah ... 106

8. Tabel 4.2: Rekapitulasi Perolehan Dana ZIS Tahun 2016 ... 108

9. Tabel 4.3: Rekapitulasi Penerima Program Bantuan Langsung Kepada Mustahik tahun 2016 ... 110

10. Tabel 4.4: Data Penyaluran Bantuan Langsung Untuk Lembaga Internal Masjid Fathullah Pada Tahun 2016 . 112 11. Tabel 4.5: Daftar Nama Penerima Bantuan Satu Sekolah Satu Dhuafa Tahun 2016 ... 114

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1: Hierarki Rencana... 33

2. Gambar 2.2: Skema Organisasi Piramida ... 39

3. Gambar 2.3: Skema Organisasi Mendatar ... 39

4. Gambar 2.4: Skema Oganisasi Lingkaran... 40

5. Gambar 2.5: Skema Organisasi Mendatar ... 40

6. Gambar 2.6: Skema Proses Fundraising ... 63

7. Gambar 2.7: Skema Distribusi Zakat ... 73

8. Gambar 2.8: Skema Pengawasan Pengelolaan Zakat ... 73

9. Gambar 3.1: Lokasi Kantor LAZIS Fathullah ... 77

10. Gambar 3.2: Logo LAZIS Fathullah ... 78

11. Gambar 3.3: Struktur Pengurus LAZIS Periode 2014-2016 ... 79

(14)
(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga, yang wajib ditunaikan oleh kaum muslimin yang sudah memenuhi syarat berzakat. Mengingat jumlah kaum muslimin di Indonesia yang banyak, maka hal itu berdampak pada jumlah potensi zakat di Indonesia. Dana zakat yang terkumpul itu dapat disalurkan kepada mereka yang berhak menerima. Namun tentunya, mereka yang berhak menerima dana tersebut memiliki kriteria tersendiri berdasarkan pada firman Allah S.W.T. dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60 yang berbunyi:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang dilunakkan hatinya (mu'allaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”

1

Ayat tersebut menjadi dasar diwajibkan zakat bagi kaum muslimin. Pada hakikatnya zakat itu merupakan amal shalih yang dapat menambah keimanan seseorang, serta berfungsi untuk menyucikan dan mengembangkan harta orang

1 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012) h. 264

(16)

yang berzakat (Muzakki)2. Agar dana zakat, infaq, dan shadaqah tersebut dapat mengalir dari pemilik kekayaan harta kepada orang-orang yang berhak mendapatkan bantuan (Mustahik), maka diperlukan petugas yang khusus menangani hal tersebut yang dalam Islam dikenal dengan istilah Amil. Para amil bertugas mengumpulkan dana zakat dan menyalurkannya kepada para mustahik yang tergolong dalam 8 ashnaf sebagaimana ayat di atas. Dalam pelaksanaannya, penyaluran dana zakat tersebut diharapkan dapat memberikan pengaruh positif kepada para mustahik, agar para mustahik terbantu dan terberdayakan dengan baik dan optimal. Adapun sarana penyaluran dana tersebut dapat disalurkan melalui program-program yang bermanfaat bagi mustahik dan bernilai guna serta memiliki skala jangka panjang, seperti program beasiswa pendidikan, pembinaan anak jalanan, bantuan modal dagang, dan lain-lain.

Para amil zakat yang tergabung dalam Badan Amil Zakat (BAZ) ataupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) memiliki peran yang sangat penting dengan berbagai macam tugas dan pekerjaan. Sebagaimana dikutip dari Yusuf Qardhawi dalam bukunya Fiqhuz-Zakat, bahwa peran amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan. Semua berhubungan dengan pengaturan soal zakat. Yaitu soal sensus terhadap orang-orang yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya3. Adapun alasan mengapa harus adanya amil zakat, Erie Sudewo dalam bukunya menjelaskan di antaranya: Tak subjektif, menjaga harkat mustahik,

2Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam: Jawaban Atas Kekacauan Ekonomi Modern (T.tp.: Paradigma dan AQSA-Publishing, 2007), h. 173

3Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur’an dan Hadis. Penerjemah Salman Harun, Didin Hafidhudin, Hasanuddin (Bogor:

Pustaka Litera AntarNusa, 2007), h. 546

(17)

objektif dan profesional, dana terhimpun besar, dan adanya pemberdayaan4. Maksudnya adalah bahwa zakat itu merupakan hak orang lain, dengan mengelolanya seorang diri maka penyaluran zakat jadi subjektif sesuai kehendak muzakki. Bila dikelola oleh amil zakat, maka penyaluran akan bersifat objektif.

Menjaga harkat mustahik berarti menghormati mustahik sebagai manusia yang derajatnya sama. Penyaluran zakat dengan objektif dan profesional hanya akan diperoleh dari pelaksanaan penyaluran zakat oleh amil yang telah memenuhi kriteria yang mumpuni untuk mengelola zakat secara profesional dengan dilandasi aspek manajerial yang baik. Kemudian, semakin besar dana yang dihimpun, lembaga semakin dituntut untuk lebih profesional. Semakin profesional sebuah lembaga, maka semakin mendapat kepercayaan dari para muzakki. Begitu seterusnya yang menuntut lembaga agar terus kembangkan diri. Akhirnya, ketika dana sudah terkumpul, maka program-program pemberdayaan pun harus segera dirancang oleh para amil profesional tersebut. Itulah beberapa alasan mengapa pentingnya peran amil zakat dalam menumbuhkembangkan dana zakat, infaq, dan shadaqah.

Dalam perjalanannya mengelola potensi zakat yang ada di sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atau Ciputat dan sekitarnya, LAZIS Fathullah sedikitnya telah memberdayakan dana ZIS sebesar Rp1,4 Miliar selama lebih dari 7 tahun berdiri, dan telah mendistribusikan dana tersebut kepada 7000 Orang mustahik di sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Melihat potensi zakat yang ada di sekitar kampus UIN Jakarta, dan masih terlihatnya fenomena kemiskinan di beberapa kampung di

4Erie Sudewo, Manajemen ZIS Profesionallah agar Tak Terus Terbetot di Kubangan Tradisi, Potensi, danWacana, (Ciputat: Institute Manajemen Zakat, 2012), h. 21

(18)

sekitar kampus UIN Jakarta, maka LAZIS Fathullah mencoba fokus pada layanan sosial, ekonomi, kesehatan dan pendidikan5.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba mengangkat permasalahan ini kedalam sebuah penelitian yang berjudul “Manajemen Zakat, Infaq, dan Shadaqah di LAZIS Fathullah UIN Jakarta tahun 2016”.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah perlu dilakukan karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, khususnya waktu, tenaga, kemampuan teoritik yang relevan dengan penelitian, sehingga diharapkan penelitian dapat dilakukan lebih terfokus dan mendalam6.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan dari pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti, maka ditemukanlah fenomena-fenomena yang dipilih sebagai objek perhatian untuk dikaji secara ilmiah dan mendalam. Penelitian ini difokuskan pada beberapa hal berikut:

a. Penelitian ini difokuskan pada manajemen zakat, infaq, dan shadaqah pada LAZIS Fathullah UIN Jakarta yang meliputi manajemen pengumpulan dan penyaluran dana ZIS tahun 2016.

b. Penelitian ini juga fokus pada faktor-faktor pendukung dan penghambat kegiatan manajemen zakat, infaq, dan shadaqah padaLAZIS Fathullah UIN Jakarta tahun 2016.

5Wawancara Pribadi dengan Heri Fajrin, Ciputat, 19 Oktober 2016

6Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Jakarta: Referensi, 2013), h. 168

(19)

c. Penelitian ini bertempat di Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Masjid Fathullah (LAZIS Fathullah), yang beralamat di Jalan Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat-Tangerang Selatan.

2. Rumusan Masalah

Masalah penelitian kualitatif dapat bersifat tentatif, artinya dapat dikembangkan sesuai dengan data temuan saat melakukan penelitian.7

Berdasarkan pada pembatasan masalah penelitian di atas, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah, sebagai berikut:

a. Bagaimanakah manajemen pengumpulan dana zakat, infaq, dan shadaqah pada LAZIS Fathullah UIN Jakarta tahun 2016?

b. Bagaimanakah manajemen penyaluran dana zakat, infaq, dan shadaqah pada LAZIS Fathullah UIN Jakarta tahun 2016?

c. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan manajemen zakat, infaq, dan shadaqah pada LAZIS Fathullah UIN Jakarta tahun 2016?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menjelaskan manajemen pengumpulan dana zakat, infaq, dan shadaqah pada LAZIS Fathullah UIN Jakarta tahun 2016.

b. Untuk menjelaskan manajemen penyaluran dana zakat, infaq, dan shadaqah pada LAZIS Fathullah UIN Jakarta tahun 2016.

7Iskandar, Metodologi Penelitian, h.246

(20)

c. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat manajemen penyaluran dana zakat, infaq, dan shadaqah pada LAZIS Fathullah UIN Jakarta tahun 2016.

2. Manfaat Penulisan

Dari penelitian yang akan dilakukan ini, diharapkan dapat berguna bagi berbagai hal, di antaranya:

a. Akademis, kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam aspek ilmu pengetahuan, secara khusus dalam ilmu manajemen zakat, infaq, dan shadaqah.

b. Praktis, kajian ini dapat memberikan sumbangan kepada dosen-dosen, praktisi zakat, dan para amil zakat sebagai informasi tentang manajemen zakat, infaq, dan shadaqah di LAZIS Fathullah UIN Jakarta.

c. Rekomendasi dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada peneliti-peneliti lain untuk meneruskan penelitian yang relevan dengan manajemen zakat, infaq, dan shadaqah di LAZIS Fathullah UIN Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah peneliti lakukan, ada beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan keaslian penelitian dan untuk mengetahui perbedaan penelitian yang lain, serta mengetahui perbedaan objek penelitian yang dilakukan oleh orang lain. antara lain:

(21)

Pertama, skripsi karya Zakiah8, yang berjudul “Kriteria Ashnaf Menurut Lembaga-Lembaga Zakat (Studi: Dompet Dhuafa, LAZ Fathullah, LAZ Al-Azhar, Rumah Zakat di Jakarta).” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kriteria ashnaf dalam fiqh Islam, kriteria ashnaf di lembaga-lembaga zakat, dan untuk mengetahui pengembangan secara kontekstual kriteria ashnaf di lembaga zakat.

Kedua, skripsi karya Ahamd Nursyamsi9, “Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)”. Penelitian ini membahas tentang bagaimana fungsi-fungsi manajemen penghimpunan dana ZIS yang diterapkan pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan langkah-langkah manajemen yang dilakukan oleh BAZNAS dalam menghimpun dana ZIS.

Ketiga, skripsi karya Yahya Ramdani10, “Manajemen Pendayagunaan Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat”. Penelitian ini membahas tentang penjelasan pendayagunaan dana zakat pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang, dan mengenai program pendayagunaan dana zakat BAZDA Kota Tangerang dalam pemberdayaan ekonomi umat.

Dari ketiga penelitian yang relevan di atas, secara teoritis memiliki hubungan dengan penelitian ini, dan secara konseptual dapat dijadikan acuan umum bagi peneliti dalam melakukan penelitian, karena kajiannya sama-sama membahas

8 Zakiah, “Kriteria Ashnaf Menurut Lembaga-Lembag Zakat (Studi: Dompet Dhuafa, LAZ Fathullah, LAZ Al-Azhar, Rumah Zakat di Jakarta)” (Skripsi S1 Fakultas Syariah, Institut Ilmu Al- Qur’an Jakarta), 2012.

9Ahmad Nursyamsi, “Manajemen Penghimpunan Dana ZIS Pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta), 2014.

10 Yahya Ramdhani, “Manajemen Pendayagunaan Dana Zakat Pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta), 2012.

(22)

tentang manajemen pendistribusian, pendayagunaan, dan penghimpunan dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS).

Penelitian yang relevan memfokuskan kepada pendayagunaan dana zakat pada bidang pendidikan dan ekonomi umat di lembaga dan badan yang berbeda, serta kriteria ashnaf menurut lembaga zakat, sedangkan penelitian ini lebih memfokuskan pada manajemen zakat, infaq, dan shadaqah di LAZIS Fathullah UIN Jakarta. Jadi, penelitian ini berbeda pada subjek dan objek yang diteliti. Semoga tinjauan pustaka ini dapat dijadikan landasan teori yang akan terus dikembangkan seiring dengan temuan di lapangan.

E. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah serangkaian aturan, hukum, dan tata cara tertentu yang diatur dan ditentukan berdasarkan kaidah ilmiah dalam melaksanakan suatu penelitian dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah11. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini tidak mengadakan pengukuran dan perhitungan terhadap data. Penelitian ini dituntut ketajaman dan kecermatan mengamati, mencatat suatu proses dan aktivitas yang nampak dalam realita serta menganalisisnya dalam satu kesimpulan yang bermakna.12

2. Jenis Penelitian

Ditinjau dari jenis penelitiannya, penelitian ini bersifat deskriptif, karena data yang ditampilkan berupa kata-kata dan bukan angka. Dalam penelitian ini,

11 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta:

Salemba Humanika, 2012) Cetakan Ketiga, h. 17.

12 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010) h. 182

(23)

data yang ditampilkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, video, dokumen pribadi, catatan kecil atau memo, dan dokumen resmi lainnya yang sesuai dengan masalah yang diteliti.13

Adapun jenis penelitian kali ini mengenai manajemen zakat, infaq, dan shadaqah di LAZIS Fathullah UIN Jakarta tahun 2016, antara lain:

a. Penelitian Pustaka (Library Reseach). Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari dan menelaah buku-buku dan data-data tertulis lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

b. Penelitian Lapangan (Field Reseach). Yaitu pengumpulan data secara langsung kepada lembaga yang menjadi subjek penelitian/ responden dan semua pihak yang terkait dengan penelitian penulis.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Sebagaimana dikutip dari buku karya Iskandar14, bahwa dalam kegiatan penelitian yang menjadi sumber informasi adalah para informan yang berkompeten dan mempunyai relevansi dengan penelitian. Sedang tempat yang menjadi elemen dari situasi sosial adalah situasi dan kondisi lingkungan tempat yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Adapun teknik pemilihan subjek penelitian, peneliti akan menggunakan teknik bola salju (snow ball sampling). Dan dalam hal ini, yang akan menjadi subjek pada penelitian ini adalah para pimpinan Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Masjid Fathullah (LAZIS Fathullah) dan juga para pimpinan Badan

13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) h. 11

14Iskandar, Metodologi Penelitian, h. 221

(24)

Urusan Peribadatan dan Dakwah (BUPERDA) Masjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Fokus penelitian merupakan objek dari penelitian itu sendiri, yaitu manajemen zakat, infaq, dan shadaqah di LAZIS Fathullah UIN Jakarta. Adapun peneliti, dalam hal ini berperan sebagai instrumen penelitian.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Adapun penjelasannya ialah sebagai berikut:

a. Data Primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri atau seorang atau suatu organisasi langsung dari obyeknya15. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui serangkaian kegaiatan seperti: Observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan penyebaran angket16.

b. Data Sekuder merupakan data yang diperoleh melalui pengumpulan atau pengolahan data yang bersifat studi dokumentasi (analisis dokumen) berupa penelaahannya terhadap dokumen pribadi, resmi kelembagaan, referensi- referensi atau peraturan (literatur laporan, tulisan, dan lain-lain) yang memiliki relevansi dengan fokus permasalahan penelitian17.

Adapun data yang akan peneliti ambil berasal dari berbagai sumber seperti: perpustakaan, buku-buku, dokumen-dokumen, artikel dari internet dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan fokus penelitian yang peneliti lakukan.

5. Lokasi dan waktu penelitian

15Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian (Jakarta: STIA Lembaga Administrasi Negara, 1999), h. 65.

16Iskandar, Metodologi Penelitian, h.256

17Iskandar, Metodologi Penelitian, h.257

(25)

a. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Masjid Fathullah UIN Jakarta (LAZIS Fathullah) yang beralamat di Jalan Ir.

H. Juanda No. 95 Ciputat Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.

b. Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Oktober 2016 hingga April 2017.

6. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data, di antaranya sebagai berikut:

a. Observasi Partisipatif

Dalam hal ini, peneliti akan berinteraksi secara penuh dalam situasi sosial dengan subjek penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengamati, memahami peristiwa secara cermat, mendalam dan terfokus terhadap subjek penelitian, baik dalam suasana formal maupun santai tentang subjek penelitian melalui: pimpinan lembaga, karyawan, teman sejawat, bawahan dan yang berhubungan dengan subjek penelitian18. Peneliti berperan serta dalam penelitian ini dan dilakukan berulang-ulang sampai diperoleh data yang dibutuhkan.

Dalam hal ini, peneliti mengamati secara langsung terhadap segala hal yang terkait dengan masalah penelitian.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu sesuai dengan tujuan dilakukannya wawancara19. Wawancara merupakan bentuk komunikasi antara peneliti dengan subjek yang diteliti dengan mengajukan daftar pertanyaan dalam mencari informasi berdasarkan tujuan. Wawancara

18 Iskandar, Metodologi Penelitian, h.256

19 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian, h. 186

(26)

dapat dilakukan secara formal dan informal (terjadwal dan tidak terjadwal) di tempat resmi dan di tempat umum atau tidak resmi.

c. Analisis Dokumen

Teknik ini dilakukan dengan cara menelaah pada dokumen-dokumen pribadi, dokumen resmi lembaga, dan literatur lain yang berhubungan dengan objek penelitian. Metode pencarian data ini sangat bermanfaat karena dapat dilakukan dengan tanpa mengganggu objek atau suasana penelitian20.

7. Teknik Validitas Data

Sebagaimana dikemukakan oleh Iskandar, bahwa keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari kesahihan (validitas) dan keterandalan (reliabilitas). Agar data yang ditemukan oleh peneliti memiliki nilai keaslian yang baik, maka diperlukan beberapa teknik validitas data21.

Adapun teknik yang peneliti lakukan untuk menjamin keabsahan data temuan, di antaranya adalah:

a. Objektivitas

Objektivitas bermakna sebagai proses kerja yang dilakukan untuk mencapai kondisi objektif. Adapun kriteria objektivitas, jika memenuhi syarat minimun sebagai berikut: Desain penelitian dibuat secara baik dan benar; Fokus penlitian tepat; Kajian literatur yang relevan; Instrumen dan cara pendataan akurat; Teknik pengumpulan data yang sesuai dengan fokus permasalahan penelitian; Analisis data dilakukan denga benar, dan hasil penlitian bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan22.

20 Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006) h. 225.

21Iskandar, Metodologi Penelitian, h.230

22Iskandar, Metodologi Penelitian, h.230

(27)

b. Kesahihan Internal dan Eksternal

Kesahihan internal, pada dasarnya sama dengan validitas internal.

Penjaminan keabsahan data melalui kesahihan internal dapat dilakukan dengan beberapa kriteria teknik pemeriksaan yang dikemukakan oleh para pakar metodologi penelitian kualitatif, yaitu Moleong, Darmin Sudarwan, dan Sugiyono sebagai berikut: Perpanjangan keikutsertaan peneliti di lapangan;

Meningkatkan ketekunan pengamatan; Triangulasi; Analisis Kasus Negatif;

Pemeriksaan Sejawat melalui Diskusi; Tersedianya Referensi, dan Member Check. 23

c. Keterandalan

Dalam penelitian kualitatif, uji keterandalan atau reliabilitas dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian24. Untuk itu, setiap responden atau narasumber yang telah ditemui oleh peneliti, akan diminta kesediaannya untuk mengisi lembar pernyataan bahwa narasumber tersebut benar telah ditemui dan diminta informasinya oleh peneliti mengenai masalah yang sedang diteliti.

8. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Peneliti melakukan pengolahan dan analisis data dari hasil di lapangan, kemudian diinterpretasikan. Adapun dalam menganalisis, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan penjelasan mengenai karakteristik suatu populasi atau fenomena tertentu.

23Iskandar, Metodologi Penelitian, h.231

24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2014) h. 277

(28)

Menurut Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh Iskandar, bahwa analisis data kualitatif tentang mempergunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluas atau dideskripsikan. Adapun metode analisis data menurut Miles dan Huberman, ialah bahwa analisis data kualitatif, dapat dilakukan melalui langkah-langkah, sebagai berikut: Reduksi data; Display/

Penyajian Data; dan Mengambil kesimpulan lalu diverifikasi25. a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan tentu jumlahnya cukup banyak dan beragam materi di dalamnya. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema dan polanya26.

b. Melaksanakan Display Data atau Penyajian Data

Setelah direduksi, selanjutnya data disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya27. Dengan demikian, maka akan memudakan untuk memahami apa yang terjadi di lapangan yang merupakan temuan penelitian.

c. Mengambil Kesimpulan

Pengambilan kesimpulan dilakukan sebagai analisis lanjutan dari reduksi data, dan display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan. Setelah hasil penelitian telah diuji kebenarannya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian28. Kesimpulan dalam penelitian

25 Iskandar, Metodologi Penelitian, h.223

26 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 247

27 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 249

28 Iskandar, Metodologi Penelitian, h.225

(29)

kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada29. Penyajian data yang dikemukakan dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel apabila didukung oleh data-data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

F. Teknik Penulisan

Teknik penulisan proposal skripsi ini akan mengacu kepada buku “Pedoman Akademik Program Strata 1 (S1) 2012/2013 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”, diterbitkan CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatulloh Jakarta. Buku tersebut merupakan pegangan wajib bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dari mulai masuk perguruan tinggi, hingga menyelesaikan tugas akhirnya baik itu skripsi, tesis, maupun disertasi.

G. Sistematika Penulisan

Secara umum skripsi penulis dibuat lima bab yang dibagi ke dalam sub bab dan setiap sub bab mempunyai pembatasan masing-masing yang akan saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, ada pun penjelasannya sebagai berikut:

BAB 1 Pendahuluan. Dalam bab ini, penulis menguraikan hal-hal yang terkait dengan latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, teknik penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teoritis. Bab ini akan menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan pembahasan penulisan skripsi nanti, yaitu mengenai manajemen zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS).

29 Sugiyono, Metode Penelitian, h. 253

(30)

BAB III Profil Lembaga Amil Zakat, Infaq, Dan Shadaqah Fathullah (Lazis Fathullah). Dalam bab ini penulis akan menggambarkan secara umum sejarah berdiri dan letak geografis; Visi, Misi, Motto dan Tujuan; Struktur Organisasi dan Program Kerja, serta Analisis SWOT terhadap LAZIS Fathullah.

BAB IV Manajemen Zakat, Infaq, dan Shadaqah Di Lazis Fathullah UIN Jakarta. Bab ini akan berisi uraian secara mendetail mengenai semua temuan yang dihasilkan dalam penelitian mengenai langkah-langkah manajemen kegiatan pengumpulan dan penyaluran dana ZIS di LAZIS Fathullah UIN Jakarta. Kemudian akan dipaparkan pula analisis terhadap rencana tindak lanjut dari manajemen ZIS di LAZIS Fathullah UIN Jakarta.

BAB V Penutup. Bab ini akan berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan dihasilkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, serta saran berisi tentang anjuran-anjuran untuk beberapa pihak yang terlibat dalam penelitian ini.

(31)
(32)

17 BAB II

LANDASAN TEORITIS

TENTANG PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN ZAKAT, INFAQ, DAN SHADAQAH

A. Manajemen

1. Definisi Manajemen

Pengertian manajemen yang sederhana dan dapat dipahami secara singkat bahwa manajemen ialah suatu seni untuk mencapai sebuah hasil melalui keterlibatan orang lain1. Beragam sekali pengertian manajemen ke dalam Bahasa Indonesia, baik secara harfiah maupun istilah dan tergantung dari konteks dan maksudnya. Namun dari keragaman itu, penulis mencoba menguraikan beberapa istilah dari pendapat para ahli maupun referensi lain terkait pengertian manajemen, agar dapat dipahami secara sederhana namun tidak mengurangi pengertian yang sebenarnya. Dalam Bahasa Inggris manajemen berasal dari kata kerja to manage yang arti dalam Bahasa Indonesia ialah mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan, mengelola, menjalankan, melaksanakan dan memimpin. Menurut Maman dalam bukunya2, berdasarkan dari pendapat para ahli di bidang Ilmu Manajemen akar katanya berasal dari Bahasa Latin yaitu mano yang berarti tangan, menjadi manus yang berarti melakukan sesuatu dengan menggunakan tangan, sehingga menjadi managiare yang artinya melakukan sesuatu berkali-kali dengan menggunakan tangan-tangan. Dalam

1 Sondang P. Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 1.

2 Maman Ukas, Manajemen: Konsep, Prinsip dan Aplikasi (Bandung: CV. Ossa Promo Bandung, 1999), h. 1.

(33)

Bahasa Italia terdapat kata managio yang berasal dari kata managiare yang artinya melatih kuda. Tujuannya ialah agar kuda yang dilatih itu bisa mengerti dan dapat melakukan apa yang diperintahkan oleh pelatih. Kata manage memiliki arti suatu pertunjukan permainan kuda, contohnya suatu permainan kuda dalam sebuah sirkus.

Pencarian definsi mengenai apa itu manajemen telah banyak dilakukan oleh para ahli. Apabila kita melihat pada beberapa referensi yang membahas mengenai manajemen, maka akan kita dapati pengertian manajemen terbagi kedalam tiga pengertian. Pertama, manajemen sebagai suatu proses, kedua, manajemen sebagai suatu kolektivitas orang-orang yang melakukan kegiatan manajemen, dan ketiga, manajemen sebagai suatu seni (art) dan sebagai suatu ilmu3.

Selanjutnya, Manullang menjelaskan bahwa menurut pengertian yang pertama, yakni manajemen sebagai suatu proses, para ahli berbeda pendapat dalam memberikan definisi. Ada tiga buah definisi, di antaranya dalam Encylopedia of the Social Sciense dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Selanjutnya, Haiman mengatakan bahwa manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama. Dan terakhir, George R. Terry mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain. Dari ketiga pengertian di atas, dapat dipahami tiga pokok yang penting dalam pengertian

3 M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2005), h. 3.

(34)

manajemen tersebut, yaitu pertama, adanya tujuan yang hendak dicapai, kedua, pencapaian suatu tujuan melalui perantara orang lain, dan ketiga, pengawasan terhadap kinerja orang lain.

Menurut pengertian kedua, manajemen adalah kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Jadi, dapat dipahami apabila dalam suatu lembaga atau organisasi terdapat beberapa orang yang melakukan kegiatan manajerial, maka hal itu disebut manajemen. Seperti contoh, di sebuah sekolah terdapat para guru yang sedang melakukan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas, atau dalam sebuah perusahaan terdapat para karyawan yang sedang melakukan kegiatan produktif. Maka hal itu dapat disebut sebagai manajemen.

Sedangkan menurut pengertian yang ketiga, bahwa manajemen itu ialah sebuah seni atau suatu ilmu. Mengenai hal ini, para ahli berbeda pendapat, walaupun kedua pendapat itu sama-sama memiliki kebenaran. Ibarat dua orang yang dihadapkan pada posisi melihat sesuatu itu adalah angka 6 (Enam), dan orang yang lain melihat dari posisi berlawanan dengan menyebutan sesuatu itu angka 9 (Sembilan). Sesungguhnya kedua pendapat itu memiliki kebenaran, tergantung dari posisi mana kita melihatnya. Kembali pada pendapat para ahli yang menyebutkan pengertian mengenai manajemen itu sebagai seni atau sebagai ilmu, berikut ini dapat kita perhatikan:

Manullang dalam bukunya menjelaskan bahwa Chester I Barnard dalam bukunya The Function of the Executive, mengakui bahwa manajemen itu adalah seni dan juga sebagai ilmu. Demikian Henry Fayol, Alfin Brown, Harold Koontz dan Cyril O’Donnel, dan George R. Terry beranggapan bahwa manajemen itu

(35)

adalah ilmu sekaligus seni4. Dapat kita pahami mengenai hal ini, bahwa manajemen sebagai seni memiliki fungsi untuk mencapai suatu tujuan yang jelas dan bernilai manfaat, sedangkan manajemen sebagai sebuah ilmu berfungsi menjelaskan kejadian-kejadian atau gejala-gejala yang berkaitan dengan aktivitas manajerial, jadi sifatnya hanya menjelaskan sesuatu itu sebagai suatu manajemen.

2. Ruang Lingkup Manajemen

Segala sesuatu memiliki ruang lingkup yang jelas agar terlihat ada batas yang membedakan dengan hal lain di luar. Sama halnya dengan manajemen, ruang lingkup yang dimaksud di sini ialah batasan yang berfungsi sebagai pencegahan dan penghindaran dari kesalahartian atau kesalahpahaman tentang konsep manajemen itu sendiri. Setiap konsep dari manajemen memiliki perbedaan aspek dari sifat yang ditunjukkan manajemen itu sendiri. Maka untuk mempelajari manajemen dengan sungguh-sungguh, dibutuhkan suatu definisi yang relatif tepat.5

Ada beberapa pengertian menurut para ahli terkait batasan-batasan manajemen yang dapat dipahami sebagai ruang lingkup dari manajemen, di antaranya yang dijelaskan oleh Maman dalam bukunya sebagai berikut:6

a. Alat/ Cara

4 Manullang, Dasar-Dasar Manajemen, h. 4.

5 Ukas, Manajemen: Konsep,h. 4.

6 Ukas, Manajemen: Konsep,h. 7.

(36)

Millon Brown7 menjelaskan bahwa “...manajemen berarti penggunaan orang-orang, uang, perlengkapan, bahan-bahan dan metode yang secara efektif dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu...”.

b. Tenaga/ Kekuatan

Sedangkan Albert Lapawsky8 menjelaskan bahwa “...manajemen adalah kekuatan yang memimpin, memberi petunjuk, dan mengarahkan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan...” Pendapat lain datang dari Earl F. Lundgren, yang berpendapat bahwa “...manajemen adalah sebuah kekuatan, dengan melalui pembuatan keputusan yang didasari pengetahuan dan pengertian yang saling terkait dan terpadu melalui lingkungan proses yang tepat dari semua unsur sistem organisasi dalam suatu cara yang didesain untuk mencapai tujuan organisasi...” 9.

c. Sistem

A. Sanusi, berpendapat bahwa “...Manajemen merupakan suatu sistem tingkah laku manusia yang kooperatif (suatu sistem perilaku kerja sama manusia) yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui tindakan-tindakan rasional yang dilakukan secara terus menerus...” 10. d. Proses

7 Millon Brown, dalam bukunya Effective Work Of Management (1960) berpendapat:

“Management means the effective use of people, money, equipment, material, and methode to accomplish a specified objective”.

8 Albert Lapawsky, dalam bukunya Administration: The Art Of Organization and Management (1974) berpendapat: “Management is a force which leads, guide, and directs an organization in the accomplieshment of a predetermined objective”.

9 Earl F. Lundgren dalam bukunya Organizational Management (1974), berpendapat:

“Management is a force that through decision making based on knowledge and understanding, interrelates, via appropiate lingking processes all the element of the organizational system in a manner designed to achive the organizational objective”.

10 A. Sanusi, dalam bukunya Dimensi-Dimensi Ilmu Manajemen (1969) berpendapat:

“Management is a system of cooperative human behavior directed toward a certain through continuous efforts of rational action”.

(37)

Adapun ruang lingkup lain mengenai manajemen ialah proses, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh para ahli berikut ini:

Arthur G. Bedeian dan William F. Gulleck berpendapat mengenai hal ini, bahwa “...manajemen adalah proses pencapaian hasil yang diinginkan melalui penggunaan sumber daya manusia dan bahan-bahan secara efisien...”.

Menurut Dalton E. Mc. Farland, manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana manajer mencipta, mengarahkan, memlihara, dan melaksanakan maksud dan tujuan organisasi melalui suatu koordinasi kerjasama manusia. Menurutnya, peran manajer dalam menjalankan proses manajemen sangat penting dan bertanggungjawab atas pelaksanaan dan pencapaian tujuan organisasi.

e. Fungsi

Ruang lingkup atau batasan mengenai manajemen selanjutnya adalah fungsi. Menurut L.L. Bethel Oc, “...manajemen adalah fungsi dari “Dewan Manajer” (biasa dimanakan manajemen) untuk menetapkan kebijaksanaan- kebijaksanaan mengenai jenis produk apa yang akan dibuat, bagaimana pembiayaannya, sistem distribusinya/ penyalurannya, pelayanan/ jasa yang akan diberikan, pemilihan dan pelatihan pegawai, serta faktor-faktor lain yang mempengaruhi kegiatan organisasi...”. Lebih jauh lagi, manajemen bertanggung jawab dalam pembentukan struktur organisasi untuk melaksanakan kebijaksanaan yang telah ditetapkan tersebut.

f. Tugas

Menurut Vermon A. Musselman dan Eugene H. Hughes, “...manajemen sebagai tugas daripada perencanaan, pengorganisasian, dan penyetafan dan

(38)

pengawasan pekerjaan yang lain agar mencapai satu atau lebih tujuan.

Menurutnya, tugas menjadi batasan manajemen dalam hal pencapaian tujuan dari organisasi...”.

g. Aktivitas/ Usaha

Batasan atau ruang lingkup yang terakhir ialah aktivitas atau usaha.

Menurut beberapa ahli yang berpendapat mengenai aktivitas/ usaha sebagai batasan dari manajemen, ialah di antaranya R. W. Morell yang berpendapat bahwa “...manajemen merupakan kegiatan di dalam suatu organisasi dan penetapan tujuan organisasi serta penetapan penggunaan alat-alat dengan tujuan yang akan dicapai dengan efektif...”. Kemudian menurut Clayton Reeser, “...manajemen adalah aktivitas dalam suatu organisasi dan penetapan tujuan organisasi serta pemilihan cara yang tepat agar tujuan dapat dicapai secara efektif...”.

3. Unsur-Unsur Manajemen

Jika kita membahas mengenai unsur manajemen atau apa saja yang menjadi sarana terlaksananya manajemen, kita perlu mengingat bahwa para manajer biasanya menggunakan “Enam M” dalam melaksanakan kegiatan manajerialnya. Dapat dikatakan bahwa unsur atau komponen ataupun sarana manajemen untuk mencapai tujuan itu ada 6 (Enam) antara lain: Men (Manusia), Money (Uang), Materials (Alat), Methods (Cara), dan Markets (Pasar).11 Dari keenam unsur tersebut, yang paling utama dan penting ialah unsur manusia.

Seorang manajer tidak akan mampu menjalankan rencana hingga mencapai

11 Manullang, Dasar-Dasar, h. 5

(39)

tujuan, bila tidak bisa mendapat bantuan dari manusia lain, atau dengan kata lain seorang manajer itu ialah orang yang mencapai hasil melalui orang lain.

Adapun enam unsur manajemen itu perlu dibahas agar kita dapat pahami bahwa segala sesuatu tanpa unsur yang membangun di dalamnya, maka akan menjadi sesuatu yang tak berfungsi. Enam unsur manajemen itu antara lain:

a. Men (Manusia)

Unsur penting yang terdapat dalam manajemen ialah manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seorang manajer dalam mencapai tujuannya, harus memiliki sumber daya manusia yang dapat menjalankan setiap rencana yang telah ditentukan. Berbagai aktivitas yang harus dilakukan oleh manusia sebagai unsur utama dari manajemen itu dapat kita tinjau dari proses seperti:

perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Dapat pula kita tinjau dari sudut bidang seperti penjualan, keuangan, produski, distribusi, personalia, dan sebagainya12.

b. Money (Uang)

Uang memang bukan segalanya, namun dewasa ini segalanya membutuhkan uang. Setiap kegiatan manajerial yang memiliki nilai profesionalitas yang tinggi, membutuhkan uang agar pelaksanaan operasional berjalan dengan lancar, seperti: upah karyawan, pembelian bahan produksi, pembelian inventaris perusahaan, dan lain sebagainya. Seorang manajer harus pandai dan bijak dalam merencanakan setiap rencana anggaran atau keuangan lembaga, karena kegagalan dan ketidaklancaran proses manajemen dapat ditentukan atau dipengaruhi oleh ketelitian dalam mengelola uang.

12 Manullang, Dasar-Dasar, h. 6

(40)

c. Materials (Bahan)

Dalam pelaksanaan manajemen, manusia membutuhkan bahan-bahan sesuai dengan aktivitas yang dilakukan. Seperti halnya dalam membuat sebuah bangunan, diperlukan bahan-bahan yang menjadi alat bantu dalam menyusun sebuah bangunan. Contoh lain dalam bidang industri, diperlukan bahan-bahan yang membuat proses produksi berjalan lancar sesuai rencana, dan lain sebagainya.

d. Machines (Alat)

Penggunaan alat sebagai unsur ataupun sarana manajemen dianggap penting, karena hal ini sangat memudahkan kegiatan yang dilakukan oleh manajer atau manusia. Pada zaman sekarang, penggunaan mesin canggih dan alat-alat yang mutakhir begitu banyak dimiliki oleh perusahaan atau lembaga, baik lembaga profit maupun non profit. Maka dari itu, seorang manajer harus pula teliti dalam penggunaan alat dalam aktivitas manajerialnya, agar setiap alat yang digunakan dapat membantu efektivitas dan efisiensi operasional yang dijalankan oleh manajemen.

e. Methods (Cara)

Setelah seorang manajer bijak dalam mengelola manusia, uang, dan bahan atau alat, maka selanjutnya seorang manajer harus memiliki cara atau metode yang bagus agar aktivitas manajerial yang dilakukan berdaya guna dan berhasil guna. Contoh metode yang dilakuakan dalam manajemen pendidikan, misalnya dengan memberikan ceramah pada siswa, memberikan studi kasus, bermain sambil belajar, dan lain sebagainya. Setiap manusia dihadapkan pada alternatif apa pun untuk melakukan setiap pekerjaannya.

(41)

Dan masing-masing metode itu memiliki hasil guna dan daya guna yang berbeda-beda untuk setiap pencapaian yang diharapkan.

f. Markets (Pasar)

Unsur lainnya dari manajemen ialah pasar. Bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang industri ataupun profit lainnya, hal yang pentig dan perlu untuk diperhatikan ialah pasar. Tanpa adanya pasar, maka hasil produksi yang dibuat oleh perusahaan bisa terancam gagal. Salah satu tugas dari perusahan ialah mempertahan pasar yang ada, atau bila memungkinkan dapat dicari pasar baru bagi hasil produksinya.

3. Fungsi-Fungsi Manajemen

Dalam beberapa referensi buku yang membahas mengenai manajemen, tidak ditemukan kesepakan yang baku mengenai apa saja fungsi-fungsi manajemen, karena para ahli banyak sekali memberikan pendapat yang berbeda anatar satu ahli dengan ahli lainnya. Namun untuk memberikan gambaran mengenai perbedaan pendapat tersebut, mari kita perhatikan beberapa pendapat ahli di bawah ini yang dikutip oleh M. Manullang13 dari buku Pariata Westra14 sebagai berikut:

a. Louis A. Allen: “...Leading, planning, organizing, and controlling...”.

b. Prajudi Atmosudirdjo: “...Planning, organizing, directing, atau actuating, dan controlling...”.

c. John Robert Beishline: “...Perencanaan, organisasi, komando, dan kontrol...”.

13 Manullang, Dasar-Dasar, h. 7

14 Pariata Westra, Pokok-pokok Pengertian Ilmu Manajemen, (Yogyakarta: BPA Akademi Administrasi Negara, 1980).

(42)

d. Henry Fayol: “...Planning, organizing, commanding, coordinating, controlling...”.

e. Luther Gullich: “...Planning, organizing, staffing, directing, coordinating, reporting, budgeting...”.

f. Koontz dan O’Donnel: “...Organizing, staffing, directing, planning, controlling...”.

g. William H. Newman: “...Planning, organizing, assembling resources, directing, controlling...”.

h. S. P. Siagian: “...Planning, organizing, motivating, controlling...”.

i. William Spriegel: “...Planning, organizing, controlling...”.

j. George R. Terry: “...Planning, organizing, actuating, controlling...”.

k. Lyndak F. Urwick: “...Forecasting, planning, organizing, commanding, coordinating, controlling...”.

l. Winardi: “...Planning, organizing, coordinating, actuating, leading, communication, controlling...”.

m. The Liang Gie: “...Planning, decision making, directing, coordinating, controlling, improving...”.

Keragaman pendapat di atas dipandang sebagai hal yang positif dalam arti memperkaya dan menambah khazanah keilmuan dalam bidang manajemen.

Akan tetapi, dari semua perbedaan pendapat itu, para ahli sepakat bahwa pada dasarnya keseluruhan fungsi-fungsi manajemen dapat digolongkan kepada dua jenis utama, yaitu fungsi organik dan fungsi penunjang.15 Yang tergolong kepada jenis fungsi organik adalah keseluruhan fungsi utama yang mutlak perlu

15 Siagian, Fungsi-fungsi, h. 32.

(43)

dilakukan oleh para manajer dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Fungsi-fungsi organik tersebut merupakan penjabaran kebijaksanaan dasar atau strategi organisasi yang telah ditetapkan dan harus digunakan sebagai dasar untuk bertindak. Sedangkan yang dimaksud dengan fungsi penunjang adalah berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh orang-orang atau satuan-satuan kerja dalam organisasi dan dimaksudkan untuk mendukung semua fungsi organik para manajer. Adapun klasifikasi dari fungsi-fungsi manajemen yang akan dibahas dalam bab ini ialah mencakup perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian sebagai berikut:

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan langkah nyata yang pertama kali diambil oleh seorang manajer bila ingin mencapai suatu tujuan.16 Adapun yang dimaksud dengan perencanaan, secara umum dapat dipahami bahwa perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dari pengertian mengenai perencanaan tersebut, dapat dipahami beberapa hal di antaranya: 1) Suatu rencana dapat muncul akibat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh perencana ataupun manajer; 2) Seorang manajer harus memahami keterampilan dalam mengambil setiap risiko yang akan terjadi pada tiap rencana yang akan diambil; 3) Rencana yang dibuat haruslah berorientasi pada masa depan, dan

16 Siagian, Fungsi-fungsi, h. 36

(44)

4) Rencana itu memiliki makna yang berarti bila rencana itu terlaksana, maka akan memberi dampak pada organisasi.

Langkah-langkah penyusunan sebuah rencana, dapat diawali dengan menganalisis sebuah rumus 5 W+ 1 H, atau dapat dipahami dengan What (Apa), Where (Dimana), When (Kapan), Who (Siapa), Why (Kenapa), dan How (Bagaimana). Perencanaan yang baik, dapat disusun dengan cara menemukan jawaban dari rumus pertanyaan tersebut. Pada dasarnya, pertanyaan “apa” menyangkut tiga hal, yaitu apa yang akan dikerjakan, sumber dana dan sumber daya apa saja yang dibutuhkan, serta sarana dan prasarana apa yang diperlukan untuk menunjang rencana yang akan dibuat.

Pertanyaan “dimana” bermaksud mencari jawaban terhadap pemanfaatan lokasi kegiatan atau program pada saat nanti akan berlangsung. Dalam penentuan lokasi, sedikitnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:17 1) Efisiensi setiap lokasi yang akan dijadikan tempat kerja atau terlaksananya sebuah program; 2) Aksesibilitas menuju lokasi atau tempat tersebut. Kendati tergantung pada jenis kegiatan yang dilaksanakan, agar dapat memudahkan berbagai pihak yang memiliki keperluan menuju lokasi atau tempat kegiatan; 3) Kemudahan dalam penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut. Artinya, dalam menentukan lokasi kegiatan atau tempat kerja, diperlukan pertimbangan yang matang dari internal maupun eksternal organisasi, agar rencana yang dibuat dapat berhasil dan memiliki manfaat bagi organisasi atau pihak lain.

Mengenai pertanyaan “kapan”, merupakan hal yang wajar bagi seorang

17 Siagian, Fungsi-fungsi, h. 40

(45)

manajer dalam mengelola waktu agar dapat berhasil guna tanpa membuang waktu yang tersedia. Artinya, bahwa perencanaan mengenai kapan pelaksanaan suatu kegiatan membutuhkan sense of timing yang tinggi dari seorang manajer. Pertanyaan mengenai “siapa” saja orang yang melaksanakan suatu kegiatan, atau yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan tentunya membutuhkan prediksi yang matang. Semua orang memiliki anggapan, bahwa sebuah rencana dapat terlaksana atau tidak itu tergantung pada siapa yang akan melaksanakan rencana tersbut. Selanjutnya, pemberian jawaban mengenai pertanyaan “mengapa” berarti menemukan pembenaran yang meyakinkan tentang jawaban-jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan lainnya dalam proses perencanaan. Pertanyaan ini bermaksud mencari kelemahan-kelemahan yang mungkin ada dalam sebuah perencanaan. Dan yang terakhir, pertanyaan mengenai “bagaimana” aturan main sebuah perencanaan itu. Dalam hal ini, satu hal yang mutlak perlu ditetapkan oleh seorang manajer atau pimpinan organisasi ialah bagaimana formalisasi mengenai aturan main itu dibuat. Formalisasi aturan main, pada dasarnya berarti menuangkan berbagai konsep mengenai ketentuan itu secara tertulis dan bertujuan agar para pelaksana aturan itu tidak salah paham mengenai aturan yang dijalankan.18

Pada hakikatnya, perencanaan dalah pemilihan berbagai alternatif tujuan, strategi, taktik, prosedur dan program-program.19 Seorang manajer perlu memiliki kemampuan mengenai resiko dan ancaman dalam membuat

18 Siagian, Fungsi-fungsi, h. 43

19 Sukanto Reksohadiprodjo, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2007) h. 22

(46)

sebuah rencana. Sukanto membuat sebuah bagan mengenai hierarki rencana, yang memuat alur pelaksanaan sebuah rencana yang dimulai dari tujuan yang diharapkan, sebagai berikut:20

Gambar 2.1: Hierarki Rencana

Sebagaimana yang tertuang dalam gambar 2.1 di atas, dapat kita pahami bahwa tujuan adalah segala sesuatu yang menjadi arah akhir yang dipakai oleh organisasi dengan memanfaatkan rencana satu kali pakai dan/ atau rencana yang berkelanjutan atau terus menerus dipakai. Rencana satu kali pakai adalah rencana yang dipakai untuk mencapai tujuan khusus tertentu.

Setelah dipakai dan tujuan tercapai, rencana tersebut tidak dipakai lagi.

Adapun rencana yang terus menerus dipakai itu diciptakan untuk kegiatan yang berulang kembali sehingga dimungkinkan pendekatan yang distandarisasikan. Maksud merupakan peranan pokok suatu organisasi, ini merupakan tujuan relative luas suatu organisasi. Seperti halnya maksud

20 Reksohadiprodjo, Dasar-dasar, h. 24

(47)

didirikannya universitas ialah mengembangkan ilmu pengetahuan melalui pendidikan, penelitian dan pengbdian masyarakat. Selain itu, misi merupakan bagian lebih sempit organisasi. Contohnya universitas mengembangkan ilmu pengetahuan dengan misi memperoleh keseimbangan antara ilmu-ilmu eksakta dan sosial. Objektif merupakan tujuan yang harus dicapai organisasi agar dapat melaksanakan misinya. Misalnya saja tujuan universitas ialah mendapatkan dosen dan mahasiswa dalam jumlah yang sama untuk fakultas- fakultas ilmu eksakta dan sosial. Objektif merupakan tujuan yang harus dicapai organisasi agar dapat melaksanakan misinya. Misalnya saja tujuan universitas ialah untuk mencetak sarjana muslim yang profesional dan memiliki integritas yang tinggi. Strategi adalah program yang luas untuk mencapai tujuan organisasi sehingga misi terlaksana. Program adalah rencana sekali pakai yang meliputi serangkaian kegiatan dan berisi langkah untuk mencapai tujuan, mereka yang bertanggung jawab untuk tiap langkah yang diambil serta usulan dan waktu langkah tersebut berakhir.

Adapun proyek merupakan rencana sekali pakai juga dan terdiri dari langkah yang sama dengan program, tetapi terbatas pada beberapa kegiatan saja. Anggaran adalah rencana yang dinyatakan dalam angka-angka, biasanya merupakan pernyataan sember daya keuangan yang diadakan untuk melaksanakan kegiatan khusus tertentu atau merupakan pernyataan alokasi sumber daya berbagai kegiatan. Misalnya anggaran keuangan dan anggaran produksi. Selanjutnya, kebijaksanaan merupakan pedoman umum untuk mengambil keputusan. Kebijaksanaan digariskan agar orang dapat mengetahui apa yang dapat atau tidak dapat ia kerjakan dalam rangka

(48)

pencapaian tujuan organisasi. Prosedur atau metode standar adalah serangkaian perintah yang terperinci untuk menjalankan kegiatan yang berurutan yang sering atau yang biasa terjadi. Dan terkahir mengenai aturan yang merupakan pernyataan bahwa kegiatan tertentu harus atau tak boleh dilakukan dalam situasi tertentu.21 Demikianlah penjelasan skema atau gambar mengenai batasan suatu rencana yang bertitik ujung pada tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi atau lembaga.

b. Pengorganisasian

Setelah merumuskan sebuah rencana yang matang dan tujuan yang jelas, fungsi manajemen selanjutnya ialah pengorganisasian. Suatu rencana yang telah dibuat, selanjutnya akan dilaksanakan oleh orang-orang yang tergabung dalam satuan-satuan kerja. Di dalamnya terdapat pembagian hak dan kewajiban kerja selama melaksanakan rencana kerja. Sebuah rencana tidak akan berjalan dengan sendirinya tanpa pengorganisasian yang dilakukan oleh manajer. Definisi sederhana mengenai pengorganisasian diungkapkan oleh Prof. Siagian22 bahwa pengorganisasian ialah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, serta wewenang dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun yang dimaksud oleh Prof. Siagian ialah bahwa hasil dari pengorganisasian ialah organisasi.

Organisasi menurutnya merupakan alat yang digunakan oleh manusia untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan hal ini, dapat kita

21 Reksohadiprodjo, Dasar-dasar, h. 26

22 Siagian, Fungsi-fungsi, h. 60

Gambar

Gambar 2.1: Hierarki Rencana
Gambar 2.2: Skema Organisasi Piramida  2) Skema Organisasi Mendatar (Horizontal)
Gambar 2.4: Skema Organisasi Lingkaran  4) Skema Organisasi Tegak Lurus (Vertical)
Gambar 2.6: Skema Proses Fundraising
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemberdayaan umat ini didukung oleh BMT dengan adanya dana yang dipinjamkan oleh BMT dari harta mustahiq dan dermawan yang terkumpul berupa zakat, infaq, dan shadaqah

Pendistribusian infaq/ shadaqah dengan pola ini menggunakan pendekatan struktural, yaitu pendekatan yang menitik beratkan pada alokasi dana zakat yang bersifat

Pemberdayaan umat ini didukung oleh BMT dengan adanya dana yang dipinjamkan oleh BMT dari harta mustahiq dan dermawan yang terkumpul berupa zakat, infaq, dan shadaqah

Dalam bab ini penulis juga menyantumkan subyek dan obyek penelitian, adapun subyeknya adalah tentang strategi penghimpunan dan penyaluran dana zakat, infaq, dan shadaqah

SKRIPSI.Judul: ”Manajemen Pengelolaan Dana Zakat, Infak, Shodaqah Dan Wakaf (Studi Kasus Pada Yayasan Lembaga Amil Zakat, Infak, Shadaqah Dan Wakaf (Lazis Dan Wakaf)

Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk menjadi penderma dan penolong bagi yang membutuhkan melaui zakat, infaq maupun shadaqah. Bahkan, zakat dijajarkan sebagai

Pemberdayaan umat ini didukung oleh BMT dengan adanya dana yang dipinjamkan oleh BMT dari harta mustahiq dan dermawan yang terkumpul berupa zakat, infaq, dan shadaqah

Model Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah Al-Washliyah LAZWASHAL Menigkatkan kesadaraan untuk berzakat di tengah masyarakat serta mempermudah akses untuk melakukakan zakat, infaq