BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Balita
a. Definisi
Menurut Mutayani (2010) balita adalah masa anak mulai berjalan dan merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1 sampai 5 tahun.Masa ini merupakan masa yang penting terhadap perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual.
Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun) dan golongan prasekolah (>3-5 tahun) (Mulyaningsi, 2008).
b. Konsumsi buah dan sayur pada balita
Anak usia balita melakukan proses pertumbuhan, sehingga sangat memerlukan zat-zat makanan yang relatif lebih banyak dan bergizi, pada usia tersebut merupakan masa pertumbuhan yang memerlukan perhatian khusus dari orangtua, karena balita merupakan usia yang rentan akan gizi dan perlu pemantauan khusus masalah gizi agar mampu tumbuh dan berkembang secara optimal (Mulyaningsi, 2008).
Menurut Roidi (2010, dalam Indira) bahwa pada tahap usia balita, anak harus mengikuti pola makan orang dewasa, karena pada usia balita masih merupakan golongan konsumen pasif yaitu belum dapat mengambil dan memilih makanan sendiri, disamping kemampuan menerima berbagai jenis buah dan sayur yang juga masih terbatas.
2. Pengetahuan
a. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoadmojo, 2003 dalam Dewi, 2013).
Seseorang penting untuk mengingat kandungan gizi pada makanan, serta kegunaan zat gizi tersebut dalam tubuh. Pengetahuan gizi mencakup proses pendekatan yang dibutuhkan untuk menggabungkan informasi gizi dengan prilaku makan agar pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan dapat dikembangkan, tingkat pengetahuan gizi ibu dalam memilih makanan yang baik dan berpengaruh pada kesehatan (Khomsan, 2006).
Pengetahuan gizi juga merupakan hasil skor yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden yang berhubungan dengan zat gizi, kebutuhan gizi dan permasalahan gizi yang diukur dengan skor jawaban terhadap pertanyataan. Hal ini dapat menentukan pengetahuan
seseorang terhadap gizi pada makanan yang dikonsumsinya (Dewi, 2013).
b. Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan gizi ibu merupakan salah satu faktor yang penting dalam konsumsi makanan yang baik karena dengan pengetahuan gizi maka ibu dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang pola konsumsi makanan yang bergizi termasuk konsumsi buah dan sayur. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari (Dhian, 2009).
Ibu merupakan sosok peran yang penting bagi anak-anaknya, terutama dalam hal makanan. Ibu mempunyai tugas untuk mengatur pemberian makan bagi anggota keluarga, sehingga harus memahami pentingnya dalam menyiapkan buah dan sayur bagi anak-anaknya (Mulyaningsi, 2008).
Pengetahuan gizi ibu sangat mempengaruhi dalam memenuhi kebutuhan balita. Kedalaman dan keluasan pengetahuan ibu tentang gizi akan menuntun dalam pemilihan jenis makanan yang akan dikonsumsi baik dari segi kualitas, variasi, maupun cara penyajian pangan yang diselaraskan dengan konsep pangan. Misalnya, konsep pangan yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, apakah makan asal kenyang atau untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Dewi, 2013).
Menurut Pearson (2011) bahwa peran ibu sangat penting dalam konsumsi buah dan sayur pada anak usia balita, karena anak-anak pada usia tersebut lebih sering berada di rumah sehingga ketika makan tergantung dengan apa yang disediakan oleh ibu (Indira, 2015).
3. Konsumsi Buah dan Sayur a. Konsumsi buah dan sayur
Konsumsi buah dan sayur sangat penting dalam kehidupan sehari- hari karena buah dan sayur merupakan sumber zat gizi mikro yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Kedua komponen gizi tersebut sangat penting dalam proses metabolisme tubuh sebagai zat pengatur dan antibodi juga bermanfaat menurunkan insiden terkena penyakit kronis (Indira dkk, 2015).
Bagi anak balita, serat yang terkandung didalam buah dan sayur sangat penting karena akan memberikan dampak kesehatan pada masa dewasanya, untuk mencegah penyakit degeneratif seperti jantung koroner, diabetes melitus dan kanker. Diet tinggi serat dapat menjaga dari kanker usus dan penyakit usus lainnya (Webb, 2006).
Menurut Whitney et al (2011) makanan yang kaya serat memiliki manfaat untuk kesehatan seperti buah dan sayuran yang menyumbang asupan vitamin dan mineral. Diet tinggi buah dan sayuran dapat mencegah dari penyakit jantung dan stroke melalui penurunan tekanan darah, memperbaiki lemak darah dan mengurangi inflamasi (Newby et al, 2003). Sering mengonsumsi buah dapat menggantikan kelebihan energi
dan mengurangi asupan lemak dan lebih baik untuk mengontrol berat badan yang berlebihan, buah lebih mudah dimakan sebagai snack dan dessert karena buah mengandung serat yang mempercepat rasa kenyang, sedangkan sayuran sering dikombinasikan dengan bahan lain yang mengandung energi seperti mentega, saus, minyak dan keju(Drapeau et all. 2004).
Buah dan sayur mengandung zat gizi seperti vitamin dan mineral, memiliki kadar air tinggi, sumber serat, antioksidan yang dapat mencegah terjadinya berbagai penyakit kronis (Indira dkk, 2015).
Kandungan vitamin dan mineral dalam buah dan sayur sangat penting bagi tubuh, masyarakat banyak yang tidak menyukai buah dan sayur terutama pada anak balita atau anak-anak lainnya yang kurang menyukai buah dan sayur dalam menu makanan dengan alasan rasanya yang kurang enak (Endrika dkk, 2015).Anak-anak cenderung tidak menunjukan peningkatan terhadap konsumsi buah dan sayur, pola makan keluarga tertentu yang tidak mengutamakan buah dan sayur dalam menu makanan utama,akibatnya anak usia balita sering mengalami kekurangan vitamin A, B dan C, jumlah konsumsi buah untuk balita seperti pepaya sebanyak 1-2 potong (100-200 gr) dan buah jeruk dan yang lainnya sebanyak 1-2 buah atau 2 porsi perhari, sedangkan konsumsi sayur sebanyak 1-1½ mangkuk atau 100-150 gr atau 3 porsi perhari (Juwaeriah, 2012).
b. Kebiasaan konsumsi buah dan sayur
Kebiasaan konsumsi buah dan sayur yang sering diberikan pada usia dini dapat menjadi kebiasaan untuk mengonsumsi buah dan sayur sampai usia dewasa. Kebiasaan konsumsi makanan yang kurang sehat, tinggi kalori, tanpa disertai dengan makan buah dan sayur yang cukup sebagai sumber serat dan mineral dapat mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas pada anak-anak (Febriana & Sulaiman, 2014).
Anak yang sering mengkonsumsi buah dan sayur memiliki risiko yang rendah terkena penyakit stroke dan hipertensidi usia dewasa.Kebiasaan konsumsi buah dan sayur pada anak dapat dimulai dari usia dini karena usia balita dapat membantu kecerdasan pada anak, mempengaruhi kesehatan optimal dari penyakit degeneratif dan menjadi kebiasaan untuk konsumsi buah dansayur hingga dewasa (Febriana &
Sulaiman, 2014).
B. Penelitian Terkait
Penelitian Febriana & Sulaiman (2014) dengan judul “ Kebiasaan makan sayur dan buah ibu saat kehamilan kaitannya dengan konsumsi sayur dan buah anak usia prasekolah” dengan desain cross sectional study. penelitian dilakukan pada enam Sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kelurahan Tanah Baru, Depok, dengan jumlah sampel 102 orang siswa PAUD.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 99.0% subjek kurang mengonsumsi sayur (<150g/hari) dan 74.5% subjek kurang mengonsumsi buah (<100g/hari).
Sebanyak 57.7% subjek menyukai sayur dan 77.5% menyukai buah.
Variabel yang berhubungan dengan konsumsi sayur dan buah subjek adalah dukungan ibu, pendapatan per kapita, kesukaan subjek dan skor morbiditas pada konsumsi sayur (p<0.05), sedangkan variabel yang berhubungan dengan kesukaan subjek terhadap sayur dan buah adalah kesukaan ibu sewaktu hamil, frekuensi konsumsi sayur dan buah ibu sewaktu hamil dan usia pengenalan awal pada buah (p<0.05). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sekarang yaitu terletak pada variabel yang diteliti. Persamaan pada penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada cara pengambilan data yaitu dengan kuesioner pengetahuan dan FFQ.
C. Kerangka Teori
Skema 2.1 Kerangka Teori Sumber : Hidayat (2009)
Keterangan :
= Variabel tidak diteliti
= Variabel yang diteliti
= Variabel tidak diteliti
= Variabel yang diteliti
Faktor pendukung -Media Inforrmasi
Kebiasaan Konsumsi Buah sayur
Faktor penunjng - Tingkat Pendapatan Faktor predisposis
-Pengetahuan
-Pendidikan
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010).
Variabel Independen Variabel Dependen
Skema. 2.2 Kerangka Konsep
E. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak (Hidayat, 2007) . Adapun hipotesis penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan kebiasaan konsumsi buah sayur pada balita di Dusun Koto Menampung Desa Kuok.
Pengetahuan Gizi Ibu Kebiasaan Konsumsi Buah
Sayur