• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Halaqah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Halaqah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN (Online): 2685-6379

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEKERJAAN KABEL DAN TERMINASI

MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING AND LEARNING PADA SISWA KELAS X TITL 2 SMK NEGERI 6 MALANG

Agung Priyadi1,(*)

1SMK Negeri 6 Malang

(*)agungpriyadi80@gmail.com

ABSTRACT

This classroom action research aims to improve student learning outcomes through the application of the quantum teaching and learning model in the process of teaching and learning activities in the subject of Basic Electromechanical Work with the subject matter of Wiring and Termination.

The research subjects were students of class X TITL 2 in the even semester of the 2019/2020 academic year of SMK Negeri 6 Malang. Researchers conducted research using two cycles of action. This classroom action research is carried out repeatedly by following predetermined cycle stages so that the objectives of the applied learning model can be achieved. Indicators of improving student learning outcomes can be seen from the increase in learning outcomes obtained by students after experiencing the process of learning activities using the quantum teaching and learning model. The results of the study stated that the application of the quantum teaching and learning model was able to improve student learning outcomes.

Keywords: Learning Outcomes, Cable Work and Terminations, Quantum Teaching and Learning

ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas ini yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui Penelitian tindakan kelas ini yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model quantum teaching and learning dalam proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik dengan materi pokok Pekerjaan Kabel dan Terminasi. Subyek penelitian adalah siswa kelas X TITL 2 pada semester genap tahun pelajaran 2019/2020 SMK Negeri 6 Malang,

(2)

peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan dua siklus tindakan. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara berulang dengan mengikuti tahapan siklus yang telah ditetapkan sehingga tujuan dari model pembelajaran yang diterapkan dapat tercapai. Indikator dari peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengalami proses kegiatan belajar dengan menggunakan model quantum teaching and learning. Hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran quantum teaching and learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa..

Kata Kunci: Hasil Belajar, Pekerjaan Kabel dan Terminasi, Quantum Teaching and Learning

PENDAHULUAN

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling pokok dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah (Slameto, 2015). Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan dalam pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik (Hajar, 2020).

Banyak guru menghabiskan waktunya berjam-jam berceramah di depan siswa tapi tidak memberi efek pengetahuan apa-apa pada siswa.

Segudang pengetahuan yang disampaikan kepada siswa seakan-akan masuk ke telinga kanan lalu keluar melalui telinga kiri sehingga tidak ada bekas apa pun dalam diri siswa. Mengajar seolah-olah menjadi rutinitas hampa bagi pengembangan pengetahuan siswa (Asrul, 2020; Zunidar, 2019).

Di berbagai sekolah saat ini memiliki banyak guru berkualitas tinggi.

Sayangnya, mereka tidak mampu mentransfer ilmu dengan sukses karena mereka tidak memiliki kharisma di hadapan siswa. Bahkan, demi mendapat perhatian dari siswa tidak sedikit guru yang memilih cara militeristik.

Akibatnya, siswa semakin membangkang atau justru memilih patuh karena takut. Padahal, dunia pendidikan seharusnya mengubah seseorang dengan pendekatan kesadaran bukan dengan paksaan.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak terdapat siswa yang masih mengalami kesulitan dalam belajar. Begitu pula dengan masih adanya guru yang pasif dan kurang inisiatif untuk mengajak siswa secara aktif mengutarakan ide-ide kreatif mereka. Hal ini mengakibatkan

(3)

rendahnya kesadaran akan kreativitas siswa untuk belajar dan pada akhirnya prestasi belajar siswa menurun. Padahal dalam menjalankan tugasnya guru dapat dituntut untuk menentukan model pembelajaran sebaik mungkin agar apa yang disampaikan dapat diterima dan menarik perhatian siswa sehingga prestasi belajar pun meningkat (Darusman & Kasbih, 2020; Herianto, 2020;

Umamah, Shalihatun, Purnomo, Nur`aini, & Ramadhasari, 2019).

Hal ini menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar karena proses pembelajaran yang bersifat monoton, sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar. Dalam situasi demikian siswa merasa bosan karena siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam proses belajar mengajar, guru dituntut untuk memiliki kreativitas dan kemampuan menciptakan suasana yang menyenangkan, dan seorang guru membutuhkan keterampilan mengajar yang lebih dibutuhkan dengan orang yang bukan guru (Hartono, 2014).

Kreativitas akan muncul apabila guru mampu menciptakan suasana gembira di dalam kelas. Seperti yang disarankan DePorter, Reardon, &

Nourie (2008) bahwa suasana yang kuantum (menyenangkan) akan membuat suasana hidup dan kreatif.

Quantum Teaching berasal dari kata Quantum yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Sedangkan Quantum Teaching itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain (Patoni, 2004).

Model pembelajaran Quantum ini secara umum, memiliki keterkaitan dengan model pembelajaran yang kreatif, kontekstual, dan menyenangkan.

Artinya, pembelajaran Quantum dapat dijadikan sebagai sebuah manifestasi dari pembelajaran yang kreatif, kontekstual, dan menyenangkan, walaupun pembelajaran-pembelajaran tersebut bisa dikemas dalam beragam format, dan tidak hanya berkaitan dengan pembelajaran Quantum saja.

Untuk memberikan gambaran penerapan model Quantum Teaching and Learning, berikut kerangka rancangan belajar menurut Thobroni & Mustofa (2013), yaitu: (1) Tumbuhkan, guru harus mampu menumbuhkan minat belajar kepada siswa dalam hal ini guru harus mampu menumbuhkan minat belajar kepada siswa agar kemampuan siswa dapat meningkat; (2) Alami, dalam penyampaian materi pembelajaran, guru harus memberikan contoh yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa; (3) Namai, penyampaian materi yang jelas dan lugas akan sangat membantu siswa dalam memahami dan mengerti materi pelajaran yang diberikan. Untuk mewujudkan hal tersebut, guru menyampaikan materi harus menggunakan kata dan kalimat

(4)

yang benar dan mudah dimengerti oleh siswa sehingga siswa akan mudah menerima materi pelajaran dengan baik; (4) Demonstrasikan, dalam menyampaikan materi guru dapat memberikan media atau alat peraga dengan maksud supaya siswa dapat dengan mudah dan mengerti materi pelajaran yang diberikan; (5) Ulangi, guru dapat memberikan ringkasan atau rangkuman materi pelajaran kepada siswa supaya siswa dapat dengan mudah memahami dan mengerti materi pelajaran yang diberikan; dan (6) Rayakan, maksudnya guru dapat memberikan penghargaan atau pujian kepada siswa atas segala usaha dan kerja keras mereka dalam menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga siswa merasa diakui setiap usahanya

Dengan menggunakan model Quantum Teaching and Learning, diharapkan muncul kerja sama yang sinergi dengan siswa saling membantu antara yang satu dengan yang lain untuk menyelesaikan masalahnya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti suatu proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan (Purwanto, 2004). Sedangkan menurut Sukmadinata (2005), hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.Menurut Bloom dalam Jihad & Haris (2009) ada tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek di kelas tersebut. Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis &

Taggart dalam Uno (2011) pelaksanaannya terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Model ini pada tindakan (acting) dan pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan, karena pada kenyataannya implementasi antara acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tak terpisahkan, yaitu dilakukan dalam satu kesatuan waktu, artinya begitu berlangsungnya suatu acting maka observing harus dilaksanakan.

Penelitian tindakan kelas dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat kegiatan, yakni perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Berdasarkan siklus pertama tadi, guru akan mengetahui letak keberhasilan dan kegagalan atau hambatan yang dijumpai pada siklus pertama tersebut.

Selanjutnya guru merumuskan kembali rancangan tindakan untuk siklus kedua.

(5)

Kegiatan pada siklus kedua ini dapat berupa kegiatan sebagaimana yang dilakukan pada siklus pertama, tetapi sudah dilakukan perbaikan- perbaikan atau tambahan-tambahan berdasarkan hambatan atau kegagalan yang dijumpai pada siklus pertama.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberhasilan keterlaksanaan model Quantum Teaching and Learning dalam setiap siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.

Keterlaksanaan Model Quantum Teaching and Learning

Siklus I / Pertemuan Ke – Siklus II/ Pertemuan Ke –

Guru Siswa Guru Siswa

1 2 1 2 1 2 1 2

Skor

Keterlaksanaan 2,74 3,13 2,52 3,09 3,38 3,82 3,18 3,84

Kualifikasi C B C B B SB B SB

Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa taraf keberhasilan keterlaksanaan model Quantum Teaching and Learning pada siklus I pertemuan ke – 1 sebesar 2,74 untuk guru dan 2,52 untuk siswa, pada pertemuan ke – 2 sebesar 3,13 untuk guru dan 3,09 untuk siswa.

Sedangkan pada siklus II pertemuan ke – 1 skor keterlaksanaan pembelajaran meningkat menjadi 3,38 untuk guru dan 3,18 untuk siswa dan semakin meningkat pada pertemuan ke – 2, yaitu 3,82 untuk guru dan 3,84 untuk siswa.

Pada pertemuan pertama siklus I, skor keterlaksanaan model Quantum Teaching and Learning masih rendah, hal ini dikarenakan pada siklus I pertemuan pertama guru dan siswa masih beradaptasi dengan model pembelajaran yang diterapkan. Kemudian pada pertemuan kedua siklus I dan pertemuan pertama serta pertemuan kedua siklus II skor keterlaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan yang signifikan hal ini terjadi di samping karena proses adaptasi model pembelajaran yang digunakan sudah berjalan dengan baik, hal ini juga dikarenakan sebelum pembelajaran dimulai guru sudah menyiapkan semua yang diperlukan dalam pembelajaran, seperti materi dan media. Guru menyiapkan kesiapan belajar siswa untuk memulai pembelajaran dengan mengondisikan siswa ditempat duduknya masing-masing kemudian mengecek kehadiran siswa.

Keterampilan guru yang tampak dalam mempersiapkan pembelajaran sesuai dengan pendapat Mulyasa (2017) yang mengemukakan bahwa membuka pelajaran bertujuan untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian siswa secara optimal agar terpusat sepenuhnya untuk.

(6)

Hasil belajar siswa diperolah dari hasil tes yang diberikan pada awal dan akhir setiap siklus. Hasil nilai tes dapat dilihat pada lampiran.

Rekapitulasi hasil tes siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.

Rekapitulasi Peningkatan Hasil Belajar

Siklus I Siklus II

Pre Test Post Test Rekap Pre Test Post Test Rekap Siswa Belum Tuntas

Belajar 13 9 12 7 3 3

Siswa Tuntas Belajar 22 26 23 28 32 32

Persentase Siswa Belum Tuntas

Belajar 37,14 % 25,71 % 34,29 % 20,00 % 8,47 % 8,47 % Persentase Siswa

Tuntas Belajar 62,86% 74,29 % 65,71 % 80,00 % 91,43 % 91,43 %

Persentase ketuntasan hasil belajar ranah pengetahuan bagi siswa, seperti terlihat pada tabel di atas. Dari siklus I sampai dengan siklus II terlihat bahwa ketuntasan belajar mengalami peningkatan. Pada siklus I jumlah siswa yang tuntas belajar pada pre test 62,86% dan pada post test 74,29% dengan persentase ketuntasan belajar secara klasikal adalah 65,71%, sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar pada pre test adalah 80,00% dan pada post test 91,43% dan secara klasikal persentase ketuntasan belajarnya adalah 91,43%. Hal ini bisa diartikan bahwa hasil belajar siswa untuk ranah pengetahuan mengalami peningkatan yang signifikan. Terjadinya kenaikan hasil belajar dikarenakan dalam tahap pembelajaran guru melakukan kegiatan perbaikan secara terencana dan sistematis.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan model Quantum Teaching and Learning dalam meningkatkan hasil belajar Pekerjaan Dasar Elektromekanik khususnya pada kompetensi dasar Pekerjaan Kabel dan Terminasi pada Kelas X TITL 2 SMK Negeri 6 Malang dapat disimpulkan bahwa: (1) Penerapan model Quantum Teaching and Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X TITL 2 Teknik Instalasi Tenaga Listrik SMK Negeri 6 Malang pada mata pelajaran Pekerjaan Dasar Elektromekanik khususnya pada kompetensi dasar Pekerjaan Kabel dan Terminasi; (2) Aktivitas guru mengalami peningkatan dari kategori baik (B) menjadi kategori sangat baik (SB); dan (3) Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari kategori baik (B) menjadi kategori sangat baik (SB).

(7)

REFERENSI

Asrul, A. (2020). Pembelajaran Inovatif pada Pendidikan Dasar. Jurnal Bunayya, 1(2), 137–150. Retrieved from http://jurnal.stit-al- ittihadiyahlabura.ac.id/index.php/bunayya/article/view/78

Darusman, & Kasbih, F. (2020). Inovasi Pembelajaran Pendidikan Kreatif Sebuah Upaya Pengembangan Kualitas Pendidikan. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang (pp.

293–306). Palembang: Universitas PGRI Palembang. Retrieved from https://jurnal.univpgri-

palembang.ac.id/index.php/Prosidingpps/article/download/3810/35 72

DePorter, B., Reardon, M., & Nourie, S. S. (2008). Quantum Teaching:

Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-ruang Kelas. Bandung: PT.

Mizan Pustaka.

Hajar, A. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Learning Partner dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam. Didaktika: Jurnal

Kependidikan, 9(1), 60–76. Retrieved from

https://jurnaldidaktika.org/contents/article/view/12

Hartono, R. (2014). Ragam Mengajar yang Mudah Diterima Murid. Yogyakarta:

DIVA Pres.

Herianto. (2020). Membangun Kreativitas Guru dengan Inovasi Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan STKIP Kusuma Negara II (pp. 1–6). Jakarta: LPPM STKIP

Kusuma Negara II. Retrieved from

https://jurnal.stkipkusumanegara.ac.id/index.php/semnara2020/articl e/view/840

Jihad, A., & Haris, A. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Fressindo.

Mulyasa, E. (2017). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (9th ed.).

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Patoni, A. (2004). Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT. Bina Ilmu.

Purwanto, N. (2004). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Slameto. (2015). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sukmadinata, N. S. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Thobroni, M., & Mustofa, A. (2013). Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional.

Yogyakarta: Ar-RuzzMedia.

Umamah, R., Shalihatun, H., Purnomo, S., Nur`aini, S., & Ramadhasari, R.

(8)

(2019). Strategi Pembelajaran Inovatif dalam Pembelajaran Thaharah.

Jurnal Penelitian, 13(1), 1–16. https://doi.org/10.21043/jp.v13i1.4645 Uno, H. B. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: Bumi

Aksara.

Zunidar, Z. (2019). Peran Guru dalam Inovasi Pembelajaran.

NIZHAMIYAH, 9(2), 41–56. https://doi.org/10.30821/niz.v9i2.550

Referensi

Dokumen terkait

Perzinaan adalah sebuah tindakan hubungan intim selayaknya pasangan suami istri yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang belum menikah atau sudah menikah

Syaikh Burhanuddin, yang dikenal dengan sebutan Tuanku dari Ulakan, diangkat al-Sinkili sebagai khalifah atau wakil yang mempunyai otoritas pada Tarekat

Pelaksanaan kegiatan ini berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day) di Idjen Kota Malang, terutama yang berhubungan

Kemudian wadah tersebut dilengkapi dengan aerasi untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam air.Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva ikan peres

ini yaitu penambahan bumbu 4 gram gula, 4 gram garam, 1 gram bawang putih, 0,2 merica dan 0,2 gram pala merupakan formulasi flavored edible film yang paling disukai,

b) Nilai penggunaan konsumtif bulanan untuk padi di jadual dalam Jadual 1. Hitung penggunaan konsumtif.. Sebuah rumah kediaman bunglo akan dibangunkan di suatu kawasan seluas 900 m

Sebelum ini, masyarakat lebih mengenali tokoh-tokoh di kalangan orang arab, namun kali ini kajian cuba membuat satu kelainan dengan cara memilih anak watan

Informasi sosialisasi program KB metode kontrasepsi jangka panjang yang disampaikan oleh BKKBN memiliki kejelasan isi pesan yang