• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN MENYUSUN BALOK PADA KELOMPOK B PAUD AL HIDAYAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN KARYA ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN MENYUSUN BALOK PADA KELOMPOK B PAUD AL HIDAYAH KABUPATEN BENGKULU SELATAN KARYA ILMIAH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAYA PIKIR ANAK

MELALUI PERMAINAN MENYUSUN BALOK

PADA KELOMPOK B PAUD AL HIDAYAH

KABUPATEN BENGKULU SELATAN

KARYA ILMIAH

OLEH

WIDIA MAYA SARI

NPM. A1I112070

PROGRAM SARJANA KEPENDIDIKAN

BAGI GURU DALAM JABATAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

(2)

ABSTRAK

WIDYA MAYA SARI

:

Meningkatkan Kemampuan Daya Pikir Anak Melalui Permainan Menyusun Balok Pada Kelompok B PAUD Al Hidayah Kabupaten Bengkulu Selatan. Skripsi. Program Sarjana Kependidikan Bagi Guru

Dalam Jabatan, Universitas Bengkulu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah permainan menyusun balok yang dapat meningkatkan daya pikir anak pada kelompok B PAUD Al Hidayah Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan dan untuk mengetahui cara meningkatkan daya pikir anak melalui permainan menyusun balok pada kelompok B PAUD Al Hidayah Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas kolaboratif yang dilakukan dalam 4 (empat) langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, melakukan observasi dan evaluasi dan melakukan refleksi dan dilakukan berulang-ulang dan terdiri dari beberapa siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah anak didik Kelompok B PAUD Mulia Kabupaten Bengkulu Selatan yang berjumlah 11 orang yang terdiri atas 5 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi guru dan anak dengan teknik analisis data menggunakan analisis statistik sederhana yaitu persentase. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas diperoleh pencapaian tertinggi indikator penilaian pada siklus I yaitu 54,55% sedangkan pada siklus II pencapaian tertinggi indicator penilaian yaitu 90,91% yang berarti terdapat peningkatan dari siklus pertama dan kedua sehingga meninjukkan bahwa kemampuan daya pikir anak dapat meningkat melalui permainan menyusun balok.

(3)

PENDAHULUAN

Pada jaman modern seperti sekarang ini, ilmu pendidikan mulai berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satunya adalah pendidikan anak usia dini yang memfokuskan anak pada usia 0-8 tahun. Karakeristik anak usia dini berbeda dengan karakteristik anak pada usia diatasnya. Sehingga stimulasi untuk anak usia dini sangat dibutuhkan agar anak tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Aspek perkembangan tersebut antara lain aspek perkembangan daya pikir dan daya cipta. Perkembangan daya pikir atau sering disebut kemampuan kognitif juga diartikan sebagai kemampuan anak untuk berpikir atau mengamati yang bertujuan untuk

memperoleh pengetahuan baru. Pada umumnya perkembangan daya pikir anak usia PAUD ditandai dengan rasa ingin tahu yang muncul pada anak. Anak sering menanyakan sesuatu hal yang ia rasa menarik dan tidak berhenti bertanya sebelum apa yang ia pikirkan terjawab. Dalam hal ini daya pikir anak mulai berkembang (Lerner, 1981:22).

Kenyataanya di lapangan, sering dijumpai guru merasa risau bahkan membatasi ruang gerak anak dan mengabaikan pertanyaan yang diajukan oleh murid. Mereka justru menganggap anak tersebut bawel dan banyak bertanya. Hal tersebut sangatlah tidak dibenarkan karena menghambat perkembangan anak khususnya perkembangan daya pikir. Sikap

(4)

guru yang kurang tepat tersebut, selain menghambat perkembangan daya pikir, juga mematikan daya cipta anak atau yang sering disebut kreativitas. Antara daya pikir dan daya cipta, saling bertalian. Daya cipta merupakan kemampuan untuk berpikir tentang sesuatu yang baru dan menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai persoalan.

Melihat kenyataan di lapangan, seharusnya ketika anak mengajukan pertanyaan dan sering mencoba hal yang baru, seorang pendidik memberi tanggapan dan ruang gerak pada anak tersebut serta memberikan bimbingan dan stimulasi yang tepat. Bimbingan dan stimulasi merupakan proses menuju perkembangan daya cipta dan

daya pikir anak agar seluruh perkembangan anak bisa berkembang maksimal (Juniarti, 2010: 33).

Temuan peneliti di PAUD Al Hidayah malah sebaliknya, anak masih belum mampu mengembangkan daya pikir. Anak kebanyakan masih diam saja apabila guru mempersilahkan untuk bertanya atau pada saat guru bertanya. Oleh karena itulah, peneliti ingin meneliti tentang bagaimana cara mengembangkan daya pikir dan daya cipta anak usia dini melalui permainan menyusun balok.

KAJIAN PUSTAKA

Daya pikir disebut juga sebagai kemampuan kognitif sering diartikan sebagai daya atau kemampuan seorang anak untuk

(5)

berpikir dan mengamati, melihat hubungan-hubungan, kegiatan yang mengakibatkan seorang anak memperoleh pengetahuan baru yang banyak didukung oleh kemampuannya bertanya. Berk (1991:207) menerangkan bahwa kemampuan kognitif menunjuk kepada proses dan produk dari dalam akal pikiran manusia yang membawanya untuk tahu. Dalam hal ini termasuk semua kegiatan mental manusia yang meliputi: mengingat, menghubungkan, menggolongkan, memberikan simbol, mengkhayal, memecahkan masalah, mencipta dan membayangkan kejadian dan mimpi.

Bermain dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu bermain terpimpin dan bermain

bebas. Yang dimaksud bermain terpimpin adalah dalam bermain anak tidak bebas, melainkan terikat pada peraturan permainan atau kegiatan tertentu. Biasanya permainan dan alat permainan diciptakan oleh guru (Hurlock, 1978:34).

Peristiwa bermain balok di atas menunjukan ada beberapa cara yang dapat diberikan kepada anak didik dalam menyampaikan permainan yaitu bermain dengan terpimpin akan menunjukan keteraturan dalam bermain, dibalik itu anak dapat belajar mengenal konsep membilang 1 – 15 yang dipadukan dengan kegiatan fisik motorik melalui berjalan jongkok menuju ketempat permainan, selanjutnya anak dapat menciptakan bentuk yang

(6)

diinginkan melalui imajinasi anak masing-masing.

Salah satu kegiatan bermain bebas adalah bermain balok. Pengembangan kemampuan anak dalam bermain balok merupakan suatu kegiatan yang bertujuan mengembangkan aspek perkembangan anak yang meliputi aspek kognitif, fisik motorik, sosial, emosional. Melalui bermain balok anak dapat mengekspresikan imajinasinya yang bersifat abstrak menjadi sesuatu yang konkret dan mendapatkan konsep-konsep penting dalam pemecahan masalah matematika dan sebagainya (Hurlock, 1978:34).

Agar anak-anak dalam belajar merasa senang tidak jenuh sehingga hasil belajar anak bisa seoptimal mungkin. Maka dalam

bermain balok, alat yang digunakan harus bermacam-macam dan aktivitas yang bervariasi diharapkan pelaksanaan bermain balok dengan metode bermain akan membantu anak cepat mengenal dan memahami berbagai bentuk, warna, dan ukuran. Bermain balok memiliki peranan langsung dalam pengembangan kecerdasan anak, yaitu dengan cara bermain simbolis. Bermain simbolis memiliki kegiatan yang menentukan dalam perkembangan berpikir abstrak.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Pada penelitian ini peneliti tidak hanya sebagai pengamat tetapi terlibat langsung dalam proses situasi dan kondisi

(7)

pada proses pembelajaran. Peneliti bersama teman sejawat melakukan penilaian terhadap proses penelitian ini. Bentuk kolaborasi itulah yang menyebabkan proses belajar dapat berlangsung (Depdiknas, 2003:12). Pelaksanaan penelitian ini di desain dalam 4 (empat) langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, melakukan observasi dan evaluasi dan melakukan refleksi dan dilakukan berulang-ulang dan terdiri dari beberapa siklus.

Subjek dalam penelitian ini adalah anak didik Kelompok B PAUD Mulia Kabupaten Bengkulu Selatan yang berjumlah 11 orang yang terdiri atas 5 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan.

Adapun, indikator pengamatan keberhasilan

peningkatan daya pikir anak menggunakan permainan menyusun balok adalah sebagai berikut (Reifel, 1984: 44):

a. Rasa ingin tahu anak pada permainan menyusun balok. b. Kemampuan anak

mengelompokkan balok sesuai warna dan bentuk (besar dan kecil)

c. Kemampuan anak membentuk/ menyusun balok menjadi produk/ bentuk baru.

d. Kemampuan anak menghubungkan satu balok dengan balok lainnya.

Hasil penilaian observasi guru di olah dalam bentuk data khusus yang dapat menjelaskan tentang kegiatan yang dilakukan oleh guru atau kegiatan yang tidak dilakukan guru. Penilaian observasi

(8)

guru dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan refleksi untuk melanjutkan ke siklus berikutnya.

Setelah didapatkan penilaian observasi anak pada setiap indicator penilaian selanjutnya hasil penilaian tersebut dijumlahkan. Skor penilaian tertinggi yang diperoleh anak apabila memiliki kemampuan daya pikir baik yaitu 16. Sedangkan skor penilaian terendah yang dimiliki anak apabila memiliki kemampuan daya pikir tidak baik yaitu 4. Secara keseluruhan penilaian dilakukan dengan memberikan bintang pada setiap anak sesuai dengan jumlah nilai yang diperoleh anak pada lembar observasi.

Setelah didapatkan data jumlah anak yang mendapatkan bintang 4 maka secara

keseluruhan dapat diketahui tingkat keberhasilan dalam penelitian ini. Adapun cara memberi makna tingkat keberhasilan pada data tersebut dipergunakan persentase. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis statistik sederhana yaitu persentase dengan rumus :

X =

Keterangan : X : Persentase

Y : Jumlah anak yang berhasil N : Jumlah seluruh anak (Depdiknas, 2003:12)

Hasil Penelitian

Rangkuman persentase tingkat keberhasilan setiap indikator penilaian pada siklus I dapat dilihat pada tebel berikut ini:

(9)

Tabel 2. Persentase Tingkat Keberhasilan Indikator Penilaian Pada Siklus I Indikator Jumlah anak kategori baik % Rasa ingin tahu

anak pada permainan menyusun balok. 5 45.45% Kemampuan anak mengelompokkan balok sesuai warna dan bentuk (besar dan kecil)

5 45.45% Kemampuan anak membentuk/ menyusun balok menjadi produk/ bentuk baru. 6 54.55% Kemampuan anak menghubungkan satu balok dengan balok lainnya.

6

54.55%

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa belum ada indikator penilaian yang dapat menunjukkan tingkat keberhasilan sebesar 80%. Hal ini dikarenakan berbagai macam kendala yang dihadapi guru.

Berdasarkan tabel di atas terdapat tiga hal yang belum dilakukan oleh guru yaitu belum

adanya keterlibatan guru dalam proses permainan ukuran dan belum adanya bimbingan dan arahan kepada anak serta guru belum memantau dan merespon aktivitas anak selama pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi data maka diperoleh tingkat keberhasilan tertinggi dari keseluruhan indikator penilaian hanya mencapai 54,55% dari keseluruhan anak. Kelemahan yang dialami anak pada siklus I yaitu kemampuan anak mengelompokkan balok sesuai warna dan bentuk (besar dan kecil) masih sangat rendah. Hasil observasi guru juga menunjukkan bahwa belum adanya keterlibatan guru dalam proses permainan ukuran dan belum adanya

(10)

bimbingan dan arahan kepada anak serta guru belum memantau dan merespon aktivitas anak selama pembelajaran berlangsung.

Rangkuman persentase tingkat keberhasilan setiap indikator penilaian pada siklus I dapat dilihat pada tebel berikut ini:

Tabel 4. Persentase Tingkat Keberhasilan Indikator Penilaian Pada Siklus II Indikator Jumlah anak kategori baik % Rasa ingin tahu anak pada permainan menyusun balok. 9 81.82% Kemampuan anak mengelompok kan balok sesuai warna dan bentuk (besar dan kecil) 10 90.91% Kemampuan anak membentuk/ menyusun balok menjadi produk/ bentuk baru. 10 90.91% Kemampuan anak 9 81.82% menghubungk an satu balok dengan balok lainnya.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa setiap indikator penilaian dapat menunjukkan tingkat keberhasilan sebesar 80%. Hal ini dikarenakan berbagai macam kendala yang dihadapi guru telah direfleksi pada siklus sebelumnya sehingga guru dapat mengetahui kelemahan dalam proses pembelajaran. Setelah dilakukan refleksi pada siklus sebelumnya, guru merencanakan solusi terhadap kendala yang dihadapi pada siklus sebelumnya sehingga guru dapat meningkatkan keberhasilan anak dalm menyusun balok.

Berdasarkan tabel di atas guru telah melaksanakan semua kegiatan sehingga berdampak

(11)

pada keberhasilan anak dalam menyusun balok.

Berdasarkan dari hasil observasi dan evaluasi data maka diperoleh tingkat keberhasilan tertinggi dari keseluruhan indikator penilaian mencapai 90,91% dari keseluruhan anak. Sedangkan pada indikator lainnya sudah mencapai 80% dari keseluruhan anak. Kelemahan yang dialami guru pada siklus I menunjukkan bahwa belum adanya keterlibatan guru dalam proses permainan menyusun balok dan belum adanya bimbingan dan arahan kepada anak serta guru belum memantau dan merespon aktivitas anak selama pembelajaran berlangsung. telah diperbaiki dan dilakukan guru dengan seksama.

Oleh karena itu tidak dibutuhkan siklus ketiga untuk perbaikan.

Simpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Permainan menyusun balok dapat meningkatkan daya pikir anak pada kelompok B PAUD Al Hidayah Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan ditandai dengan meningkatnya pencapaian nilai indikator tertinggi pada siklus pertama 54,55% menjadi 90,91% pada siklus kedua.

2. Daya pikir anak melalui permainan menyusun balok pada kelompok B PAUD Al Hidayah Pasar Manna Kabupaten Bengkulu Selatan dapat meningkat melalui

(12)

tahapan refleksi pada siklus I yaitu guru memberikan arahan dan bimbingan kepada anak pada saat anak menyusun balok.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, 2004. Metode Penelitian. Jakarta. Kemuning

Arikunto, 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta

Astuti, 2010. Penerapan Permainan Balok teknik Demonstrasi untuk Mengembangkan Motorik Halus. Jakarta

Berk, Wiliams.1991.Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini. Press. Jakarta

Depdikbud. 1997. Tujuan dan Fungsi Pengembangan Daya Pikir Anak Usia Dini. Jakarta

Depdiknas, 2003. Program Pengembangan

Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dewey, Leany. 2008.

Pengembangan konsep bermain Proyek untuk

Anak Usia Dini. Abdi Jaya. Yogyakarta

Hurlock, E.B. 1978. Pengembangan Pola Pikir Anak. Jakarta: Gagasmedia.

Juniarti, Witi 2010. Meningkatkan Daya Pikir Anak Melalui Konsep Warna. Jakarta: Erlangga.

Kilpatrick. 2010. Pengembangan Metode proyek. Jakarta Kolb, Brian. 1985. Pengembangan

Kemampuan Berfikir Anak. Edisi teejemahan. Jakarta Lerner, 1981 Bentuk dan

Karakteristik Anak-anak. Jakarta: Permindo.

Miller, Jhon. 1993. Bentuk-Bentuk Permainan Menyusun untuk Anak Usia Dini. Rineka Cipta. Jakarta Munandar. 1999. Pengembangan

Metode Proyek dan Metode Demonstrasi. Jakarta

Ningsih. 2008. Upaya Meningkatkan Daya Pikir Anak Melalui kegiatan Bermain Ukuran Balok. Philips, Clark. (1999). Permainan

Bagi anak Usia Dini. Press. Jakarta

Reifel, Hunsun. 1984. Permainan Demonstrasi Untuk Anak Usia Dini. Gagas Media. Jakarta

Gambar

Tabel 2. Persentase Tingkat  Keberhasilan Indikator Penilaian  Pada Siklus I  Indikator  Jumlah anak  kategori  baik  %
Tabel 4. Persentase Tingkat  Keberhasilan Indikator Penilaian  Pada Siklus II  Indikator  Jumlah anak  kategori  baik  %  Rasa ingin  tahu anak  pada  permainan  menyusun  balok

Referensi

Dokumen terkait

Uji keterbacaan dilakukan pada guru bimbingan dan konseling yang tidak menjadi sampel penelitian. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana instrumen yang telah

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu pembelajaran matematika terutama dalam evaluasi yaitu jenis tes yang tepat yang harus diterapkan untuk siswa agar

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik zeolit alam yang meliputi mineral penyusun dan luas permukaan, kapasitas adsorpsi zeolit alam terhadap ion

Bank Mandiri Cabang Krakatau Medan untuk meningkatkan kinerja karyawan dan pengawasan harus lebih diperketat namun tidak membatasi kebebasan karyawan dalam memilih

PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN ADVENTURE GAME UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN SISTEM KOMPUTER Universitas Pendidikan Indonesia

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang pemenuhan keamanan lansia di rumah dengan desain deskriptif yang dilakukan kepada 51 responden

Dari hasil kalibrasi jangka sorong nonius II yang telah dilakukan, dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5, jangka sorong nonius II memiliki kesalahan. maksimum

Kepatuhan perawat profesional adalah sejauh mana perilaku seorang perawat sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan pimpinan perawat ataupun pihak rumah sakit