• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH. Nomor : 113/Kep/Set/III/2021 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH KEPUTUSAN KEPALA DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH. Nomor : 113/Kep/Set/III/2021 TENTANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 Jl. HOS. Cokroaminoto, No. 162, Tegalrejo, Yogyakarta55244 Telp/fax (0274) 515622

Website : diskopumkm.jogjaprov.go.id email: diskopumkm@jogjaprov.go.id

DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Nomor : 113/Kep/Set/III/2021

TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN DI LINGKUNGAN DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan implementasi strategi Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana diamanatkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 116 Tahun 2014 Tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Dinas Koperasi dan UKM Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Pedoman Teknis Pengarus Utamaan Gender di lingkungan Dinas Koperasi dan UKM DIY;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 3) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 3 Jo. Nomor 19 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 827);

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

(2)

2 Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4817);

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah;

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah;

9. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009 Nomor2);

10. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2018 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Istimewa Yogyakarata Tahun 2017-2022

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENGARUS UTAMAAN GENDER DI DINAS KOPERASI DAN UKM DIY

DAFTAR ISTILAH

Dalam keputusan kepala Dinas ini, yang dimaksud dengan :

1. Gender : Perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi, dan status antara perempuan dan laki-laki yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan relasi sosial budaya yang dipengaruhi

(3)

3 oleh struktur masyarakat yang lebih luas. Jadi, gender merupakan konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai perkembangan zaman.

2. Kesenjangan Gender (gender gap)

: Ketidakseimbangan atau perbedaan kesempatan, akses, partisipasi dan manfaat antara perempuan dan laki-laki yang dapat terjadi dalam proses pembangunan

3. Kesetaraa

n Gender (gender equality)

: Kesamaan kondisi dan posisi bagi perempuan dan laki- laki untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, keamanan nasional dan kesamaan dalam menikmati hasil yang dampaknya seimbang

4. Perencanaan yang Responsif Gender

: Perencanaan yang disusun dengan mempertimbangkan empat aspek yaitu:

akses/kesempatan, partisipasi/peran, kontrol/

penguasaan, dan manfaat yang dilakukan secara setara antara perempuan dan laki- laki, dengan mempertimbangkan aspirasi, kebutuhan, pengalaman dan permasalahan perempuan dan laki- laki, baik dalam penyusunannya maupun dalam pelaksanaan kegiatan.

5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

: Dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk jangka periode selama 5 (lima) tahunan yang berisi penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah dengan berpedoman pada RPJP Daerah serta memperhatikan RPJM Nasional.

6. Pengarusutamaan Gender (PUG)

: Pengarusutamaan gender yang selanjutnya disebut PUG adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan 7. Rencana Strategis :

(Renstra)

: Dokumen perencanaan OPD Pemda untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi

8. Rencana Kerja (Renja) : Disebut juga dengan Rencana Kerja OPD, adalah dokumen perencanaan kerja untuk periode 1 (satu) tahun

(4)

4 BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada awal tahun 2020 terjadi pandemi Covid-19 yang berdampak secara langsung pada kesehatan masyarakat, namun demikian pandemi ini turut berpotensi mempengaruhi perlambatan laju perekonomian khususnya terhadap keberlangsungan usaha Koperasi dan UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bahkan hingga akhir triwulan I tahun 2020, menunjukkan pertumbuhan ekonomi DIY mengalami kontraksi atau tumbuh minus (-) 0,19 %.

Dampak pandemi menyebabkan Pemerintah melakukan penyesuaian terhadap target pembangunan tahun 2021. Sebagai contoh, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2021 akan berkisar 4,5% s.d 5,5% atau lebih rendah dari sasaran dalam RPJMN.

Kebijakan social distancing yang diterapkan Pemerintah, mengakibatkan penurunan daya beli dan perekonomian daerah menjadi sangat terpukul. Semua sektor ekonomi daerah yang didalamnya terdapat unsur KUMKM secara dominan (seperti:

perdagangan, jasa lainnya, industri pengolahan, makanan dan minuman) mengalami pertumbuhan negatif. Pengaruh yang dirasakan oleh KUMKM diantaranya menurunnya permintaan pasar, sulitnya memperoleh bahan baku hingga terhambatnya proses produksi, serta pengurangan jumlah tenaga kerja. Melihat kondisi tersebut maka diperlukan penyesuaian dalam pelaksanaan pembinaan pengembangan KUMKM yang diwujudkan dengan redesain program kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2020 hingga akhir tahun perencanaan. Demikian pula untuk rancangan program dan kegiatan tahun 2021 disesuaikan dengan tema RKPD 2021 yaitu Penguatan SDM Unggul dan Percepatan Pemulihan Sosial Ekonomi Masyarakat DIYsesuai dengan Surat Edaran Gubernur Nomor 050/7022 tanggal 27 April 2020 tentang Redisain program/kegiatan RKPD Tahun 2021 dan Penyusunan perubahan Renstra Perangkat Daerah tahun 2017 - 2022.

Dalam penentuan isu strategis Dinas Koperasi dan UKM mengacu pada Isu strategis dari Pemda DIY yang tertuang dalam RPJMD 2017 - 2022. Isu strategis pemerintah daerah yang terkait langsung dengan tugas Dinas Koperasi dan UKM DIY adalah isu Adanya potensi semakin tingginya Angka Kemiskinan akibat melemahnya perekonomian daerah selama tahun 2020, Tingginya Ketimpangan Wilayah dan Pertumbuhan Ekonomi yang mengalami konstraksi akibat pandemic covid-19. Dengan mengacu pada hal tersebut, penetapan isu strategis Dinas Kperasi dan UKM meliputi:

1. Rendahnya daya saing produk Koperasi dan UKM

2. Rendahnya kapasitas dan kompetensi Sumber Daya Manusia Koperasi dan UKM 3. Lemahnya kapasitas kinerja kelembagaan Koperasi dan UKM

4. Lambatnya pertumbuhan wirausaha baru

Dalam rangka pengembangan kapasitas Koperasi dan UMKM, Dinas Koperasi dan UKM telah menetapkan pelaksanaan program/kegiatan yang memperhatikan pengarus utamaan gender (PUG). PUG di Dinas Koperasi dan UKM dilakukan untuk meningkatkan peran, akses, kontrol dan manfaat dalam pengembangan Koperasi dan

(5)

5 UMKM antara pelaku usaha laki-laki dan perempuan dan umumnya bagi masyarakat di berbnagai wilayah di DIY. Untuk dapat melaksanakan PUG secara lebih sistematis dan terintegrasi dalam perencanaan pembangunan koperasi dan UMKM, maka disusunlah Pedoman Teknis pelaksanaan Pengarus Utamaan Gender Dinas Koperasi dan UKM DIY.

B. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud disusunnya Pedoman Teknis Pengarustamaan Gender Dinas Koperasi dan UKM ini untuk menyediakan instrumen dalam melaksanakan PUG di lingkup Dinas Koperasi dan UKM DIY. Sedangkan tujuan dari penyusunan Pedoman Teknis Pengarusutamaan Gender ini adalah untuk memudahkan Dinas Koperasi dan UKM DIY dalam melaksanaan PUG. Adapun secara khusus, mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Memetakan pelaksanaan PUG pada Dinas Koperasi dan UKM DIY;

2. Melakukan identifikasi isu strategis gender dalam rangka mempercepat pelaksanaan PUG; dan

3. Menyusun tahapan pelaksanaan PUG pada Dinas Koperasi dan UKM DIY.

C. SASARAN

Sasaran yang diharapkan dari adanya Pedoman Teknis Pelaksanaan PUG pada Dinas Koperasi dan UKM DIY adalah dapat dilaksanakannya PUG di Dinas Koperasi dan UKM DIY secara lebih sistematis dan terstruktur dalam mendukung percepatan pencapaian target kinerja pencapaian pengembangan koperasi dan UMKM.

D. RUANG LINGKUP

Secara substantif, pembahasan melingkupi bidang yang terkait dengan koperasi dan UKM. Hal ini dipilih karena sebagai langkah awal akan dirasakan lebih mengungkit hasilnya dan lebih mudah untuk dilaksanakan. Karena pengembangan KUMKM terdampak pada pendapatannya dan selanjutnya akan meningkatkan perekonomian.

BAB II. PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG KOPERASI DAN UKM A. KEBIJAKAN KOPERASI DAN UKM

Kebijakan yang telah ditentukan dalam Renstra Dinas Koperasi dan UKM DIY adalah pedoman yang wajib dipatuhi dalam melakukan tindakan untuk melaksanakan strategi yang dipilih, agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam rangka pembangunan jangka menengah sektor Koperasi dan UKM DIY periode tahun 2019 – 2022, ditentukan arah kebijakan sebagai berikut :

1. Meningkatkan sinergitas dengan stakeholder melalui Forum Pentahelix

2. Melaksanakan pendataan dan pembaharuan secara berkala terhadap Koperasi dan UKM agar pembinaan lebih tepat sasaran

3. Pembinaan dilakukan secara terstruktur dengan sistem Klastering dan kurikulum pada Aplikasi SIBAKULJOGJA

4. Pembinaan terhadap koperasi dan UKM berdasarkan basis data di SIBAKULJOGJA

(6)

6 5. Melaksanakan Kemitraan antara KUMKM dengan Swasta dan BUMN.

6. Penentuan Lokasi / peserta program kegiatan diprioritaskan pada kecamatan di wilayah miskin dan ketimpangan wilayah.

7. Sosialisasi Peraturan / regulasi yang mendukung pengembangan Koperasi dan UMKM.

8. Melaksanakan pembinaan dan sertifikasi produk UKM agar daya saing meningkat 9. Melaksanakan promosi/pameran produk KUMKM DIY, melalui media yang inovatif.

10. Melaksanakan fasilitasi untuk KUMKM yang terdampak covid 19

11. Pengembangan Enterprenurship pelaku Wirausaha Baru di wilayah miskin dan wilayah dengan ketimpangan pendapatan.

12. Melaksanakan Kemitraan antara Wirausaha Baru dengan Swasta dan BUMN dalam pemenuhan bahan baku dan pemasaran.

13. Melaksanakan Kemitraan Wirausaha Baru dengan Koperasi, Perbankan dan BUMN penyedia Modal.

14. Peningkatan kualitas dan inovasi produk wirausaha baru.

B. PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DINAS KOPERASI DAN UKM DIY

1. PUG sebagai Konsep dan Strategi Pembangunan

Gender dipahami sebagai perbedaan sifat, peran, fungsi, dan status antara perempuan dan laki-laki yang dipengaruhi oleh relasi sosial budaya dan struktur masyarakat yang lebih luas. Sedangkan perbedaan berdasarkan pada perbedaan biologis yang bersifat kodrati, universal, dan kekal bukan disebut dengan jenis kelamin. Sebagai konstruksi sosial budaya, gender dapat berubah sesuai dengan tempat dan perkembangan zaman, serta berbeda antarkelompok masyarakat, antara lain antaretnik, kelompok umur, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Oleh karena itu, menjadi perempuan berbeda degan menjadi laki-laki, baik berbeda dalam hal pengalaman, kebutuhan, maupun persoalan yang dihadapi. Menjadi nelayan perempuan berbeda dengan menjadi nelayan laki-laki, demikian juga menjadi menjadi pejabat perempuan berbeda dengan menjadi pejabat laki-laki.

Perbedaan gender seringkali menyebabkan terjadinya ketidakadilan. Misalnya seseorang tidak mendapatkan kesempatan memegang tanggung jawab tertentu karena berjenis kelamin perempuan/laki- laki, bukan karena kemampuan yang dimiliki. Atau seseorang diperlakukan rendah dan tidak mendapat fasilitas karena seseorang tersebut perempuan atau laki-laki. Ketidakadilan atau kesenjangan gender ini terjadi di berbagai bidang pembangunan.

Upaya mengatasi kesenjangan gender di Indonesia telah dilakukan melalui berbagai pendekatan. Melalui Inpres No. 9 Tahun 2000, Pemerintah menerapkan strategi PUG untuk meningkatkan keadilan dan kesetaraan gender dalam pembangunan. PUG merupakan strategi mengintegrasikan perspektif gender dalam pembangunan yang dimulai dari proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, serta pemantauan dan evaluasi seluruh kebijakan, program dan kegiatan pembangunan. PUG ditujukan untuk mewujudkan kesetaraan gender dalam pembangunan, yaitu pembangunan

(7)

7 yang lebih adil dan merata bagi seluruh penduduk Indonesia baik laki-laki maupun perempuan. Kesetaraan gender dapat dicapai dengan mengurangi kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan dalam mengakses dan mengontrol sumber daya, berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan proses pembangunan, serta mendapatkan manfaat dari kebijakan dan program pembangunan (RPJMN 2015- 2019).

Dalam pelaksanaannya, PUG mensyaratkan dipenuhinya tujuh prasyarat, yaitu komitmen, kebijakan, kelembagaan, sumber daya, data, alat analisis, dan partisipasi masyarakat. Adapun penjelasanya sebagai berikut :

a) Komitmen. Adanya komitmen politik dan kepemimpinan Lembaga, misalny akomitmen dalam Renstra

b) Kebijakan. Adanya kerangka kebijakan sebagai wujud komitmen Pemerintahan yang ditujukan bagi perwujudan kesetaraan gender di berbagai bidang pembangunan (kebijakan strategi, program, panduan, juklak/juknis dll)

c) Kelembagaan. Adanya struktur dan mekanisme Pemerintah yang mendukung pelaksanaan PUG, seperti fical point, forum dan tim

d) Sumberdaya. Adanya sumberdaya yang memadai, yaitu sumber daya manusis yang memiliki kepekaan, pengetahuan dan ketrampilam analisis gender; sumber dana yang memadai untuk pelaksanan PUG dan ARG

e) Data terpilah. Adanya system informasi dan data terpilah menurut jenis kelamin dan disabilitas.

f) Alat analisis. Ada alat analisis untuk perencanaan, penganggaran serta monitoring dan evaluasi

g) Partisipasi Masyarakat. Adanya doroangan masyarakat kepada Pemerintah dalam pelaksanaan PUG

Ketujuh prasyarat ini saling berhubungan dan tidak berdiri sendiri. Komitmen untuk melaksanakan PUG menjadi prasyarat utama dari PUG. Komitmen tersebut kemudian dituangkan dalam kebijakan- kebijakan agar mudah dilaksanakan. Untuk melaksanakan kebijakan PUG, dibutuhkan kelembagaan yang akan menggerakkan dan mengkoordinasikan bagian-bagian yang ada dalam organisasi. Pelaksanaan PUG membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari sisi pemahaman konsep gender, ketrampilan dalam melakukan analisis, maupun sensitifitas gender.

Pelaksanaan PUG juga harus didukung dengan sumber dana yang memadai, baik untuk pelembagaan PUG maupun untuk merespon kesenjangan gender. Untuk dapat merespon kesenjangan gender, perlu dilakukan analisis gender yang didukung dengan data terpilah dan data spesifik gender yang memadai. Pelaksanaan PUG perlu dipantau dan dievaluasi hasilnya agar dapat selalu ditingkatkan. Proses tersebut dilakukan dengan melibatkan masyarakat sebagai pemanfaat kebijakan pemerintah, agar hasilnya lebih tepat sasaran.

2. Pelaksanaan PUG Dinas Koperasi dan UKM

Dinas Koperasi dan UKM DIY telah melaksanakan PUG sejak tahun 2016. Namun dalam pelaksanaannya belum ada pedoman teknis yang secara khusus. Mengaitkan

(8)

8 antara PUG dengan Rencana Strategi maupun Rencana Kinerja OPD, sehingga pada tahun 2021 baru disusun pedoman teknis agar lebih terarah.

Komitmen

PUG di bidang Koperasi dan UKM dilaksanakan dengan memberi kesempatan seluas- luasnya kepada pelaku usaha yang dilaksanakan dengan strategi meningkatkan peran, akses, kontrol dan manfaat perempuan dan laki-laki dalam pembangunan KP.

Langkah-langkah operasional yang dilakukan antara lain melalui (a) Penerapan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG) (GAP & GBS), (b) Penguatan kelembagaan PUG, (c) Penyiapan roadmap PUG, (d) penyusunan data terpilah.

Selain itu, komitmen juga secara tersirat tertuang dalam bagian sasaran strategis pada perspektif internal process perspective, yaitu proses yang harus dilakukan oleh KKP, yang meliputi:

• Tersedianya Kebijakan Pembangunan yang Efektif. Didalamnya dapat diartikan bahwa kebijakan yang efektif adalah kebijakan yang berorientasi pada tujuan dan sasaran. Sedangkan sasaran pemanfaat pembangunan masyarakat baik secara kapasitas internal maupun eksternal adalah masyarakat baik perempuan, laki-laki, disabilitas, maupun kelompok miskin. Kebijakan yang responsif gender merupakan kebijakan yang efektif yang berorientasi pada ketepatan sasaran.

• Terselenggaranya Tata Kelola Pembinaan Koperasi dan UKM yang Berkelanjutan . Kata “berkelanjutan” dalam rumusan tersebut dimaksudkan bahwa pelaku usaha akan dibina, baik itu perempuan maupun laki-laki, penyandang disabilitas, dewasa, dan orang tua, di perkotaan maupun perdesaan, dan di seluruh wilayah.

• Terselenggaranya Pengendalian dan Pengawasan yang partisipatif. Kata

‘partisipatif” dalam rumusan tersebut mencerminkan metode yang digunakan dalam pengendalian dan pengawasan. Metode partisipatif merupakan metode pelibatan masyarakat secara proporsinal sehingga merepresentasikan kebutuhan pelaku usaha.

Kebijakan

Dalam rangka penerapan PUG dalam bidang Koperasi dan UKM telah mengakomordir data terpilih, baik mengenai laki-laki dan perempuan maupun disabilitas dalam pendataan Aplikasi Sibakul Jogja.

Implementasi PUG dalam aspek kebijakan perlu terus dikembangkan dengan mengintegrasikan perspektif gender dalam kebijakan-kebijakan baik yang substantif maupun teknis terkait dengan pembangunan bidang KUMKM. Dengan demikian, perspektif gender telah terintegrasi pada kebijakan yang responsif gender, tanpa harus membuat secara khusus kebijakan gender.

Kelembagaan

Kelembagaan PUG di Dinas Koperasi dan UKM dimotivasi oleh tim focal point yang

(9)

9 dibentuk berdasarkan SK Kepala Dinas dan setiap tahun diperbaharui. Personil dalam tim berjumlah 16 orang yang mewakili semua bidang.

Sumber Daya

Sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan terkait PUG. Oleh karena itu, PUG harus didukung dengan SDM yang sensitif gender yaitu mudah merasa dan mengetahui kesenjangan gender yang terjadi di sekelilingnya, dan memahami PUG serta trampil dalam melakukan analisis gender. Untuk itu penguatan kapasitas menjadi penting untuk mendukung PUG. Saat ini, SDM Dinas Koperasi dan UKM yang telah terlatih PPRG sejumlah 4 orang. Dua orang pejabat eselon 4 dan Dua orang staff.

Untuk dapat bekerja lebih produktif, SDM juga perlu mendapatkan fasilitas yang memadai. Salah satunya adalah fasilitasi ruang laktasi untuk pegawai perempuan yang menyusui. Fasilitas yang diberikan kepada SDM pelaku usaha penyandang disabilitas yaitu toilet dan lift, khusus difabel serta akses memasuki ruang yang mudah bagi penyandang disabilitas.

Data Terpilah

Dinas Koperasi dan UKM sudah menyusun Pedoman Penyusunan Data Terpilah bagi SDM petugas di Dinas Koperasi dan UKM. Selain itu dalam aplikasi Sibakul Jogja yang dapat diakses melalui link sibakuljogja.jogjaprov.go.id . Terdapat data pilar laki-laki dan perempuan penyandang disabilitas Terkait dengan sistem data, maka perlu juga dibangun sistem pendataan yang melibatkan instansi vertikal sejak dari kementerian sampai kepada kelompok nelayan sebagai pemanfaat layanan. Sistem data terpilah vertikal dapat melibatkan instansi yang bersentuhan dengan kelompok nelayan, misalnya penyuluh lapang.

Alat Analisis

Alat analisis gender yang digunakan oleh Dinas Koperasi dan UKM adalah Gender Analisis Pathway (GAP) yang telah disusun untuk . Penyusunan GAP telah dilakukan sejak tahun 2019.

Kegiatan yang telah dianalisis kemudian dituangkan dalam GBS untuk dialokasikan anggarannya dan dilampirkan dalam RKA K/L. Dengan demikian, analisis gender telah direspon dengan sejumlah anggaran untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi.

Kegiatan yang telah merespon isu gender harus dimonitoring dan dievaluasi pelaksanaannya. Perlu dipastikan apakah pelaksanaan kegiatan telah mengurangi kesenjangan atau berkontribusi kepada pengurangan kesenjangan gender. Karena anggaran responsif gender bekerja dengan menelaah dampak yang terjadi, apakah anggaran yang dialokasikan telah memberi dampak pada perubahan pola relasi perempuan dan laki-laki secara lebih adil dan setara.

Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat dalam hal ini adalah pelaku usaha (Koperasi dan UMKM) menunjukkan bahwa peran masyarakat perempuan dalam pembangunan ekonomi

(10)

10 sangat besar. Peran tersebut sampai saat ini belum cukup terapresiasi karena masih terbatasnya keterlibatan perempuan dalam perencanaan dan monitoring dan evaluasi pelaku usaha.

BAB III. ISU GENDER SEKTOR KOPERASI DAN UKM

Pelaksanaan PUG di Diskop UKM DIY, maka dapat diindikasikan bahwa masih terdapat isu gender dalam sektor koperasi dan UKM yang perlu direspon saat ini. Identifikasi isu tersebut dilakukan dengan kerangka prasyarat PUG yang terdiri dari komitmen, kebijakan, kelembagaan, sumber daya, data terpilah, alat analisis, dan paratisipasi masyarakat. Adapun isu tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan PUG belum tertuang secara eksplisit dalam Renstra sehingga implementasinya belum dapat diukur perkembangannya. Hal ini disebabkan oleh karena komitmen tersebut belum dijabarkan dalam bentuk-bentuk yang operasional.

Secara umum, komitmen sudah mendasari terpenuhinya prasyarat lain. Sehingga dari tujuh prasyarat, Diskop UKM DIY telah memenuhi semua aspek. Akan tetapi, prasyarat ini tidak akan dapat memunculkan dampak pada keadilan dan kesetaraan gender jika tidak dioperasionalkan. Adanya semacam panduan pelaksanaan akan membantu unit organisasi untuk menerapkan PUG di masing-masing sub sektornya.

2. Kebijakan sector koperasi dan UKM belum dilaksanakan dengan optimal. Karena perspektif gender belum terintegrasikan pada regulasi. Pandangan masyarakat bahwa UMKM adalah usaha sampingan dari keluarg, menyebabkan sasaran pembinaan menjadi bias gender.

3. Anggaran responsif gender (ARG) belum menyasar pada indikator kinerja pembangunan Sektor Koperasi dan UKM. Hal ini disebabkan oleh karena ARG masih dianggap sebagai pekerjaan tersendiri dan tidak terintegrasi dengan kinerja Dinas Koperasi dan UKM. Bahkan tidak sedikit yang menganggap anggaran responsif gender merupakan beban penganggaran yang tidak terlihat manfaatnya. Manfaat ARG memang tidak terletak pada output, tetapi pada dampak yang dihasilkan untuk merubah kesenjangan gender menjadi pembangunan yang lebih adil dan merata.

4. Data terpilah belum digunakan untuk kebutuhan analisis gender. Hal ini disebabkan sistem data terpilah yang ada di SiBakul Jogja belum digunakan sevara optimal dengan mekanisme yang pasti yang sampai kepada tingkat pemanfaat.

5. Analisis gender pada kegiatan belum berpengaruh terhadap pengurangan kesenjangan gender. Hal ini disebabkan analisis gender dan penyusunan GBS belum dilakukan sesuai dengan siklus perencanaan dan penganggaran. Analisis gender dilakukan untuk mengidentifikasi isu kesenjangan, sehingga berdasarkan kesenjangan tersebut disusun rencana aksi dan dialokasikan anggaran untuk melaksanakan rencana aksi tersebut sehingga persoalan kesenjangan dapat diatasi atau dikurangi. Tetapi jika analisis gender dilakukan mengalami keterlambatan, maka sudah melampaui batas waktu pengalokasian anggaran, sehingga manfaatnya kurang dapat dirasakan atau tidak dapat mempengaruhi anggaran.

(11)

11 BAB IV. RENCANA AKSI PUG DINAS KOPERASI DAN UKM DIY

Berdasarkan isu gender pada bagian sebelumnya, maka dapat disusun rencana aksi PUG untuk dapat menyelesaikan isu gender dan penyebabnya. Adapun rencana aksi tersebut meliputi:

1. Menjabarkan komitmen PUG pada renstra kedalam bentuk operasional. Penjabaran ini dilakukan dengan menyusun pedoman PUG KUMKM sebagai blue print arah kebijakan sector KUMKM. Operasionalisasi rencana pelaksanaan ini dikatakan berhasil jika PUG telah dilaksanakan oleh Dinas Koperasi DIY sebagai arah kebijakan lintas sektor.

2. Melakukan pembinaan PUG kepada seluruh pelaksana kegiatan, pendamping serta Kominfo. Rencana aksi ini dilakukan dengan kegiatan-kegiatan berikut:

- Sosialisasi PUG dan PPRG KP ke stakeholder - Pembentukan focal point gender.

- Fasilitasi analisis gender sector KUMKM

- Membangun koordinasi reguler dengan focal point di bidang pelaksana.

Pembinaan dikatakan berhasil jika tim focal point dapat berfungsi menggerakkan pelaksanaan PUG dalam sector KUMKM.

3. Menyusun sistem pelatihan PUG sector koperasi dan UKM. Rencana aksi ini meliputi serangkaian penyusunan kerangka pelatihan yang terdiri dari:

- Menyusun paket modul pelatihan PUG - Menyelenggarakan Training of Trainer PUG - Mengintegrasikan PUG sebagai materi diklat - Menyediakan fasilitas yang responsif gender

Rencana aksi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM KUMKM yang memahami PUG dan trampil melakukan analisis gender serta fasilitasi PUG.

4. Mengintegrasikan ARG dengan pencapaian indikator kinerja melalui PPRG. Integrasi ARG dalam pencapaian indikator dilakukan dengan beberapa kegiatan berikut:

- Menyusun indikator PUG berdasarkan indikator kinerja KP

- Mengkoordinasikan pencapaiannya dengan unit organisasi dalam rencana ARG tahunan

- Memantau pelaksanaan ARG

Rencana aksi ini dikatakan berhasil apabila ARG berkontribusi secaa signifikan terhadap pencapaian indikator OPD dalam peningkatan omset KUMKM.

5. Mensosialisasikan data terpilah yang ada dalam aplikasi SiBakul Jogja.

6. Melakukan analisis gender sesuai siklus perencanaan dan penganggaran. Rencana aksi ini memastikan bahwa analisis yang dilakukan merupakan bagian dari upaya memperbaiki proses perencanaan dan penganggaran sehingga lebih tepat sasaran.

Adapun penjabaran rencana aksi adalah sebagai berikut:

- Melakukan analisis gender pada saat penyusunan renja RKASKPP - Menyusun GBS sebagai lampiran dari SKPD

(12)

12 - Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi GBS

7. Meningkatkan partisipasi perempuan, warga miskin dan disabilitas pengembangan KUMKM, yang akan ditempuh dengan kegiatan berikut:

- Fasilitasi kebutuhan pelaku usaha berbasis gender

Dengan keterlibatannya secara proporsional, maka diharapkan pengembangan KUMKM dapat lebih tepat sasaran. Pelibatan masyarakat dapat fokus pada beberapa perbaikan upaya sebagai berikut:

- Meningkatkan kontribusi generasi muda, baik perempuan maupun laki-laki, disabilitas dalam wirausaha.

- Mengurangi kesenjangan gender antarjenis kelamin, usia, dan antarwilayah.

- Merancang teknologi yang ramah perempuan, disabilitas dan orang tua.

- Merancang paket pelatihan yang responsif gender

Secara sederhana, rencana aksi ini dikatakan berhasil apabila peningkatan kesejahteraan masyarakat lebih adil dan merata.

BAB V. PENUTUP

Demikian pedoman teknis pelaksanan PUG ini disusun untuk menjadi pedoman bagi unit organisasi di Diskop UKM DIY maupun pihak-pihak yang terlibat dalam melaksanakan PUG.

Pedoman teknis ini bersifat dinamis dan generik. Bersifat dinamis berarti dalam perjalanannya, dapat direview dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan KUMKM.

Sedangkan bersifat generik yang dimaksud adalah bahwa roadmap ini tidak memuat hal-hal detail di masing-masing kegiatan, tetapi bersifat umum sehingga dapat dikembangkan oleh unit organisasi sesuai dengan subbidang masing- masing.

Diharapkan dengan adanya pedoman teknis pelaksanaan ini, pelaksanaan PUG bidang KP dapat berkontribusi lebih besar dalam mengurangi kesenjangan gender di Indonesia, utamanya dalam sektor koperasi dan UKM.

Yogyakarta, 25 Maret 2021 Kepala Dinas

Ir. Srie Nurkyatsiwi, MMA NIP. 166061212 199403 2 00

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan kulit telur ayam dan air cucian beras pada pertumbuhan tanaman tomat (Solanum licopersicum)

Kita juga harus berdoa untuk teman-teman, orang-orang di keluarga kita, untuk menyelamatkan orang- orang di keluarga yang belum percaya?. Yang sudah selamat didoakan

Kuat lemah atau tinggi rendahnya korelasi antardua variabel yang sudah kita teliti dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks korelasi, yang

Judul Tesis : Profil Rumah Tangga Miskin dan Faktor Determinan Kemiskinan Kabupaten Bogor (Studi Kasus Desa Jogjogan, Cisarua, Bogor).. Telah berhasil dipertahankan di

Peraturan Menteri Negara Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi..

bahwa sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah, sebagaimana telah diubah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Potensi tingkat kerawanan banjir di Provinsi Kalimantan Timur terdiri dari 4 kelas yaitu Tidak Rawan, Kurang Rawan, Rawan, dan Sangat Rawan, di mana klasifikasi rawan dan sangat