48
TIRTO PEKALONGAN
A. Gambaran Umum SMP N 1 Tirto Pekalongan 1. Letak Geografis SMP N 1 Tirto Pekalongan
1) Nama Sekolah : SMP N 1 Tirto
2) NPSN : 20323543
3) Alamat : Jalan Raya Pacar 184 Tirto
No. Telp. : (0285) 429497
4) Koordinat :
5) Nama Yayasan bagi swasta : -
6) Nama Kepala Sekolah : Drs. MUNIFSAIFULLAH, M.Pd
No. Telp. : 08156758732
7) Kategori Sekolah : A
8) Tahun Beroperasi : 1983
9) Kepemilikan Tanah/Bbangunan : Milik Pemerintah a. Luas Tanag/Status : 20.000 M2 b. Luas Bangunan : 2.555,08 M2
2. Visi dan Misi SMP N 1 Tirto Pekalongan I. VISI SMP 1 TIRTO
Unggul dalam Prestasi dilandasi Iman dan Taqwa
II. MISI SMP 1 TIRTO
1. Meningkatkan pelayanan terbaik dalam mengatarkan siswa untuk memiliki kemantapan iman, Ilmu dan amal sholeh melalui pengelolaan pendidikan yang profesional 2. Mengkondisikan lingkungan sekolah yang bersih dan
sehat
3. Mengupayakan kualitas dan kapasitas lulusan yang memiliki ketrampilan, prestasi, mandiri , movatif kreatif dan bertanggung jawab sesuai dengan harapan dan tuntunan Stake Holder
4. Menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam upaya meningkatkan Mutu Pendidikan
5. Trampil mengoperasikan computer
3. Struktur Organisasi SMP N 1 Tirto Peklaongan
STRUKTUR ORGANISASI SMP N 1 TIRTO KAB. PEKALONGAN TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016
KURIKULUM AGUS ISNANTO, S.Pd Bio
SARPRAS / H U M A S RODLI , S.Pd KESISWAAN
Drs. HADI SANTOSO KOMITE SEKOLAH
KEPALA SEKOLAH Drs. MUNIF SAIFULLAH,
M.Pd
UNIT – UNIT
1. PERPUSTAKAAN a. Hj. SUDIHARTI, S.Pd b. AYU DINI UTAMI 2. LABORATORIUM IPA
WAHYU INDRIYANTO, S.Pd 3. LAB. KOMPUTER
JUNDI HARTADI, S.Pd
INSTANSI LAIN
KEPALA TATA USAHA MUSYAWAROH
STAF
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
W A K I L K E P A L A S E K O L A H
4. Keadaan Guru, Karyawan, dan siswa SMP N 1 Tirto Pekalongan a. DATA PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Pendidik dan Tenaga Kependidikan
No. Jabatan N a m a
Jenis
Kelamin Usia
Pend.
Akhir
Masa Kerja L P
1. Kepala Sekolah
Drs. Munif
Saifullah, M.Pd v - 51 S2 26
2. Wakil
Kesiswaan Drs. Hadi Santoso v - 48 S1 31 3 Wakil
Kurikulum Agus Isnanto, S.Pd v - 53 S1
29
4 Wakil Humas Sa‟dun v - 44 SMA 15
5 Wakil Sarpras Rodli, S.Pd v - 53 S1 26
Tabel 1. Data Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
b. Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah Dan Status Guru
Jumlah GT / PNS GTT / Guru
Bantu
L P L P
1. S3/S2 3 - - - 3
2. S1 15 11 2 4 32
3. D4 - - - - -
4. D3/Sarmud - - - - -
5. D2 - 1 - - 1
6. D1 1 - - - 1
7. SMA/sederajat - - - -
Jumlah 19 12 2 4 37
Tabel 2. Data Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah
c. Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang penidikan (keahlian)
N
o. Guru
JUmlah guru dengan latar Belakang pendidikan
sesuai
Dengan tugas mengajar
JUmlah guru dengan latar belakangpendidikan yangg
tidak sesuai dengan tugas
mengajar JUml
ah D1/
D2
D3/
Sarm ud
S1/
D4 S2/
S3 D1/
D2
D3/
Sarm ud
S1/
D4 S2/
S3
1. IPA 4 4
2. Matemat
ika 5 5
3.
Bahasa Indonesi a
3 3
4. Bahasa
Ingris 3 3
5.
Pendidik an Agama
2 2
6. IPS 3 1 4
7. Penjaske
s 2 2
8. Seni
Budaya 1 - 1 2
9. PKn 3 3
10
TIK / Ketrampi lan
2 2 4
11
. BK 4 4
12 .
Lainnya
………
1 1 2
Jumlah 2 29 2 4 37
Tabel 3. Data Jumlah guru dengan tugas mengajar sesuai dengan latar belakang penidikan (keahlian)
a. Pengembangan kompetensi/profesionalisme guru
No.
Jenis Pengembangan Kompetensi
Jumlah guru yang pernah mengikuti kegiatan pengembangan Kompetensi/profesionalisme Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Penataran KBK/KTSP 3 7 10
2.
Penataran Metode
Pembelajaran ( termasuk CTL )
4 6 10
3. Penataran PTK 4 2 6
4. Penataran Karya Tulis
Ilmiah - - -
5. Sertifikasi
Profesi/Kompetensi 9 5 14
6. Penataran PTBK - - -
7. Penataran lainnya 1 - 1
Bagan 4. DataPengembangan Kompetensi/Profesionalisme Guru
5. Sarana dan Prasarana SMP N 1 Tirto Pekalongan DATA SARANA RUANG DAN LAPANGAN a. Data Ruang Belajar (kelas)
Kondisi
Jumlah dan ukuran Juml.
Ruang lainnya
yang digunakan untuk ruang
kelas (e)
Juml.
Ruang yang digunakan untuk ruang
kelas (f) = (d+e) Ukuran
7x9 m2
(a)
Ukuran
> 63 m2
(b)
Ukuran
< 63 m2
(c)
Jumlah (d) = ( a+b+c)
Baik 18 - - 18 -…..Ruang ,
Yaitu -
21 Rsk
Ringan
3 - - 3
Rsk Sedang
- - - -
Rsk Berat
- - - -
Rks Total
- - - 21
Keterangan
Baik Kerusakan < 15 % Rusak ringan 15% - < 30%
Rusak sedang 30% - < 45%
Rusak berat 45% - 65%
Rusak total > 65%
Bagan 5. Data Sarana Ruang dan Lapangan b. Data Ruang Belajar Lainnya
Jenis Ruangan
Jumla h (buah
)
Ukura n (pxl)
Kondi si
Jenis Ruangan
Jumla h (buah
)
Ukura n (pxl)
Kondi si
1.
Perpustaka an
1 7 x 12 Baik 6. Lab.
Bahasa
- - -
2. Lab. IPA 1 8 x 15 Baik 7. Lab.
Komputer
1 8 x 7 Baik
3.
Ketrampila n
1 8 x 15 Baik 8. PTD - - -
4.
Mutimeida
- Baik 9.
Serbaguna/au la
1 17 x 10
-
5. Kesenian - 10.
Bagan 6. Data Ruang Belajar Lainnya
c. Data Ruang Kantor
Jenis Ruangan
Jumlah (buah)
Ukuran (pxl)
KOndisi
1. Kepala Sekolah 1 7 x 5 Baik
2. Wakil Kepala
Sekolah - - -
3. Guru 1 8 x 16 Baik
4. Tata Usaha 1 8 x 7 Baik
5. Tamu 1 8 x 7 baik
Lainnya ………. -
Bagan 7. Data Ruang Kantor d. Data Ruang Penunjang
Jenis Ruangan
Jumlah (buah)
Ukura n (pxl)
Kondis i
Jenis Ruangan
Jumla h (buah)
Ukura n (pxl)
Kondis i
1. Gudang 1 -4x5 Baik 10.
Ibadah
1 7 x 9 baik
2. Dapur - - 11. Ganti - -
3.
Reproduksi
- - 12.
Koperasi
1 3 x 5 Baik
4. KM/WC Guru
3 3 x 3 Baik 13. - - -
5. KM/WC Siswa
13 3 x 3 Baik 14.
Kantin
2 4 x 5 Sedan g
6. BK 1 6 x 7 Baik 15.
Rumah
3 3 x 3 Sedan
Pompa/
Menara air
g
7. UKS 1 3 x 7 Baik 16.
Bangsal Kendaraa n
1 7 x 9 Baik
8.
PMR/Pramu ka
1 3 x 5 Baik 17.
Rumah Penjaga
1 5 x 6 Baik
9. OSIS 1 7 x 4 Baik 18. Pos Jaga
1 3 x 3 baik
Bagan 8. Data Ruang Penunjang e. Lapangan Olahraga dan Upacara
Lapangan
Jumlah (buah)
Ukuran
(pxl) Kondisi *) Keterangan 1. Lapangan OLahraga
a. Sepak Bola 1 68 x 44 Baik
b. Basket Bal 1 20 x 30 Baik
c. Bola Volly 1 9 x 18 Baik
d. Upacara 1 30 x 44 Baik
Bagan 9. Lapangan Olahraga dan Upacara
B. Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan Oleh Guru BK
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan sudah berjalan cukup baik walaupun masih ada beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Berkenaan dengan itu, GBK1 (Guru Bimbingan dan Konseling 1) Selaku Koord. BK menjelaskan bahwa:
“Pelaksanaan sudah berjalan cukup baik walaupun kadang masih ada beberapa kendala, misalnya masih ada siswa yang keluar masuk sekolah melewati dinding belakang sekolah, membolos, juga masalah seragam anak yang tidak lengkap. Ini karena masih banyak kelonggaran-kelonggaran tadi.”1
Selain dengan wawancara penulis juga melakukan observasi atau pengamatan untuk memperoleh data. Dalam observasi yang dilakukan, penulis mendapati adanya beberapa siswa yang melanggar peraturan sekolah dengan keluar dari lingkungan sekolah pada jam istirahat melewati dinding samping sekolah. Kondisi dinding tersebut mempunyai tinggi sekitar 150 cm dengan posisi tertutup oleh ruang kelas VII A sehingga lepas dari pengawasan guru jika dilihat dari letak ruang guru yang berjauhan dengan kelas tersebut.
Ketua Osis SMP N 1 Tirto Pekalongan mengatakan bahwa hal tersebut sudah biasa dilakukan oleh siswa.
Pihak sekolah melakukan pembenahan dengan meninggikan dinding yang mengelilingi sekolah serta memperketat pengawasan
1 GBK1, Koordinator Guru Bimbingan Konseling SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 22 Februari 2016. (GBK1 : 28-33).
terhadap siswa yang ingin keluar dari lingkungan sekolah. Akan tetapi usaha tersebut tidak membuat para siswa jera, perilaku keluar dari lingkungan sekolah masih dilakukan oleh siswa.2
Adapun guru yang bertugas sebagai guru BK antara lain:
1. Bambang Hermoyo, S.Pd (koordinator BK) memegang tugas kelas IX B, IX C, IX D, IX E, IX F, IX G
2. Dra. Hasanah memegang tugas kelas IX A, VIII D, VIII E, VIII F, VIII G
3. Lastri, S.Pd memegang tugas kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII F, VIII G
4. Agus Suprapto, S.Pd memegang tugas kelas VII A, VII B, VII C, VII D, VII D, VII E
Pada umumnya para siswa masih beranggapan bahwa seoran guru BK adalah seorang sosok guru yang menakutkan sehingga banyak siswa enggan mendekat. Namun menurut GBK1 dalam kutipan wawancaranya mengatakan:
“Sudah berkurang mas, sekarang sudah ada siswa yang mau datang ke BK, curhat, minta bantuan jika ada masalah dengan temannya atau dengan orang tuanya. Kalau dulu kan anak takut mas, karena guru BK memang orangnya tua dan ditakuti, nah kalaau sekarang kan sudah beda. Guru BK.nya muda-muda dan cenderung membaur dengan siswa”3
Namun apa yang diungkapkan oleh GBK1 dipatahkan dengan apa yang dikatakan oleh GBK3, bahwa: “Ndak ada mas, apalagi mau datang
2 Observasi tanggal 22 Februari 2016.
3 GBK1, Koordinator Guru Bimbingan Konseling SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 22 Februari 2016. (GBK1 : 51-57).
sendiri, dipanggil saja kadang gak mau.. itu ada kotak saran, ndak digunakan. Akhirnya ya guru BK yang jemput bola, saya yang ke kelas melakukan bimbingan, anak suruh nulis unek-uneknya pake selembar kertas”4
Selain itu guru BK juga memberikan layanan-layanan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi siswa, seperti:
a. Layanan informasi
Dalam pelaksanaan BK, yang pertama dilaksanakan adalah layanan informasi sebagai dasar mengetahui informasi diri siswa.
Dalam pelaksanaannya guru BK memberikan informasi seputar tatatertib dan belajar bagi siswa. Hal ini disampaikan oleh GBK2 sebagai berikut: “Pelaksanaan layanannya kan menyesuaikan dengan masalah yang ada, layanan informasi dilaksanakan rutin kepada siswa yang melanggar”5
b. Layanan Orientasi
Setiap peserta didik atau siswa baru diharuskan mengikuti kegiatan orientasi sekolah yang akan berguna nantinya dalam mengenal lingkungan yang akan ditempatinya nanti selama bersekolah di sekolah yang baru. GBK3 mengatakan bahwa:
“...Kalo orientasi itu setiap tahun ajaran baru untuk anak baru untuk mengenalkan siswa pada lingkungan baru yang akan
4 GBK3, Guru BK Non Muslim SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Februari 2016. (GBK3 : 77-81).
5 GBK2, Guru BK SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 23 Februari 2016. (GBK2 : 16-18).
ditempatinya nanti. Lha, Ini dilakukan agar siswa mampu menyesuaikan dirinya dengan baik di sekolah...”6
c. Layanan penempatan dan penyaluran
GBK3 mengatakan, guru BK melakukan penyaringan pada siswa untuk menyalurkan siswa pada bakat dan minat yang dimiliki siswa, serta dalam menentukan tempat duduk sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Hal ini dilakukan pada saat berlangsung KBM mata pelajaran BK. “Nah, terus kalau layanan penempatan itu, misalnya dalam tempat duduk anak bisa, menempatkan anak itu malas belajar, kita beri khusus, kemudian pada pembagian kelas. Jadi anak tidak kebingungan atau minder nantinya”7
d. Layanan Penguasaan Konten
Membantu siswa menguasai kompetensi tertentu yang sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki siswa. GBK2 mengatakan:
“...Penguasaan konten, biasanya kita lihat mana- mana anak yang berbakat, misal yang suka musik kita lihat dia kompeten tidak, kalau iya ya kita beri arahan misalnya diikutsertakan dalam kegiatan ekstra sekolah biar lebih terasah kemampuannya...”8
6 GBK3, Guru BK Non Muslim SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Februari 2016. (GBK3 : 47-51).
7 GBK3, Guru BK Non Muslim SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Februari 2016. (GBK3 : 51-56).
8 GBK2, Guru BK SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 23 Februari 2016.
e. Layanan bimbingan konseling perorangan
Permasalahan yang dihadapi siswa berbeda-beda, mulai dari masalah sosial, karier, dan pribadi. Dalam penanganan masalah pribadi dilakukan dengan cara yagn pribadi pula yaitu dengan menggunakan layanan bimbingan konseling perorangan sehingga siswa/klien bisa terjaga kerahasiaannya. Berhubungan dengan layanan ini, GBK3 menceritakan pengalamannya mmenangani mamsalah pribadi anak:
“Kalo layanan ini mas ya, dulu pernah ada anak yang malas di kelas, sukanya bolos, namanya ricky. Setelah saya cari tahu, saya panggil anaknya, tak tanyain ternyata dia itu di rumah sama mbahnya, orang tuanya cerai. Jadi Ricky hanya kurang perhatian dari orang tuanya, mosok mas ya, si ricky kalau malem pergi keluar pulang jam satu.
Setelah itu saya panggil Ricky dan ibunya, sampai nangis mas di sini. Ricky tak tanyai, koe ningendi lee kok nek bengi metu tekan wengi ki, akhirnya si Ricky bilang kemana perginya. Saya bilang ke ibunya, coba nko bengi nek si Ricky keluar, dicari bu ketempat yang Ricky bilang tadi, ternyata bener mas. Sekarang sudah gak nakal lagi.”9 f. Layanan bimbingan kelompok
Pada bimbingan kelompok masalah yang dihadapi adalah berupa masalah umum bukan permasalahan pribadi. Dalam penyelesaiannya dilakukan secara berkelompok bersama dalam satu forum sehingga semua orang dalam kelompok bisa mengetahui bagaimana permasalahannya dan bagaimana penyelesaiannya.
9 GBK3, Guru BK Non Muslim SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Februari 2016. (GBK3 : 69-81).
Dalam cupklikan wawancara, GBK3 menceritakan pengalamannya menangani masalah dalam dinamika kelompok.
“Kemarin ada anak bolosan, katanya takut sama gurunya. Saya bilang kalo kamu takut sama bu Lastri brti punya salah sama bu Lastri. Saya buka tasnya ternyata buku catatannya satu semester cuma dua lembar. Saya bilang
„dah, kamu saya kasih waktu tiga hari, pinjem catetannya temenne‟ trus tidak masuk setiap pelajaran saya BK ndak masuk, terus saya bilang „coba siapa yang deket, bilangkan sama orang tuanya‟. Tak coba orang tuanya antusias gak sama anak, ternyata ndak. Di kelas saya bilang gitu mas, biar yang lainnya tahu, nantinya kan bisa dijadikan contoh biar yang lainnya tidak menirunya. Layanan bimbingan kelompok namanya”10
g. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok GBK2 mengatakan bahwa :
“...Kalau layanan ini (bimbingan dan konseling kelompok) mirip dengan layanan bimbingan konseling kelompok mas, bedanya hanya pada masalah yang ditangani, kalau bimbingan konseling kelompok itu masalahnya pribadi, kalo bimbingan kelompok masalahnya tentang belajar, sosial, ya berhubungan dengan sekolah mas”11
h. Layanan Konsultasi
Dalam layanan konsultasi guru BK memberikan wawasan kepada siswa yang mempunyai masalah, namun selama ini jarang ada siswa yang dengan inisiatif sendiri datang ke BK untuk konsultasi. GBK2 mengatakan:
“...Ya gitu mas, siswa konsultasi, menceritakan masalahnya lalu kami beri masukan-masukan, memberikan pemahaman tentang masalahnya. Tapi selama ini jarang
10 GBK63, Guru BK Non Muslim SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Februari 2016. (GBK3 : 56-68).
11 GBK2, Guru BK SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 23 Februari 2016. (GBK2 : 25-31).
mas yang datang sendiri ke sini untuk curhat atau yg lainnya, kebanyakan ya kita yang mengamati, anak ini kok sepertinya ada problem ya, la itu mas, baru lalu dipanggil ke BK.”12
i. Layanan mediasi
Layanan mediasi dilaksanakan khusus untuk permasalahan yang melibatkan dua pihak. Misalnya pada kasus perkelahian, dll.
Peran guru BK di sini adalah menjadi mmediator atau penengah dalam penyelesainnya.
Dengan berjalannya layanan-layanan tersebut diharapkan agar anak dalam kehidupan sosialnya bisa berjalan tanpa ada masalah.
Dalam pelaksanaan layanan-layanan bimbingan konseling di atas, guru BK melaksanakannya diberbagai tempat, antara lain di dalam kelas, kantin, koridor sekolah sampai di ruang BK itu sendiri. Pelayanan bimbingan konseling tidak dilakukan di ruang BK karena melihat perilaku sosial dan psikologi anak, kadangkala ada yang mau dipanggil ke ruang BK untuk bimbingan, ada juga beberapa anak yang menolak diajak ke ruang BK dan memilih tempat lain yang lebih santai seperti koridor sekolah atau kantin. Dengan begitu siswa akan merasa lebih dekat dengan guru BK sehingga permasalahan yang dihadapi siswa akan lebih mudah untuk diselesaikan.
Seperti yang disampaikan GBK3 dalam cuplikan wawancara:
“...Bu Lastri kalo mbimbing anak dimana-mana. Kadang di kantin, di lorong depan kelas di kursi itu, ya kadang juga ada yang mau diajak ke ruang BK. Tapi kebanyakan gak mau kalo diajak ke
12 GBK2, Guru BK SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 23 Februari 2016. (GBK2 :31-38).
ruang BK. Yaa bu Lastri si bebas mau bimbingan dimana, terserah anak mau dimana, asal anak mmerasa nyaman, kalo gitu kan otomatis masalah anak bisa cepet selese mas. Bu Lastri sering mendatangi anak di kantin, di kelas, yaa tujuannya mau nasihati anak itu.”13
Untuk melancarkan program pelaksanaan bimbingan konseling, pihak sekolah telah membentuk sebuah tim “TIM KETERTIBAN”14 yang bertugas memantau dan menangani siswa-siswa bermasalah di sekolah.
Seperti halnya yang diungkapkan oleh GBK2 yang mengatakan bahwa:
“Namanya Tim Ketertiban. Ada jadwalnya sehingga setiap harinya ada guru yang bertugas. Silahkan minta jadwalnya saja sama Pak Agus Isnanto (WAKA Kurikulum).”15
C. Peranan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan
Secara profesional peran guru agama sangatlah penting karena harus bertanggung jawab atas keberhasilan para siswanya dari segi intelektual maupun moral. Dalam hal ini setidaknya ada 4 peran guru PAI dalam pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah, di antaranya (1) membimbing, (2) menuntun, (3) memberi tauladan, dan (4) membantu mengantarkan anak didiknya ke arah kedewasaan jasmani dan rohani.
13 GBK3, Guru BK Non Muslim SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Februari 2016. (GBK3 : 84-92).
14 Jadwal Tim Ketertiban Terlampir
15 GBK2, Guru BK SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 23 Februari 2016. (GBK2 : 26-29).
1. Membimbing
Pada umumnya peran dan tanggung jawab seorang guru di antaranya adalah sama, semua guru mata pelajaran berperan juga dalam membimbing siswanya ke arah yang lebih baik. Namun, lebih khususnya di sini adalah pada guru pendidikan agama Islam yang berperan membimbing siswa dalam hal keagamaan, yaitu pada pembinaan akhlak dan moral siswa. Seperti halnya yang diungkapkan oleh GPAI1, menyatakan bahwa: “Pembinaan akhlak, moral dan etika serta memberikan contoh2 perilaku yg baik, mengembangkan pendidikan agama Islam”16
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa guru agama di SMP N 1 Tirto Pekalongan ada 2 yaitu Moh. Zamroni S.Ag dan Rohman S.Ag.
Berdasarkan hasil wawancara yang sudah penulis lakukan, bahwa peran guru PAI dalam pelaksanaan program bimbingan konseling di SMP N 1 Tirto Pekalongan sangatlah besar. Walaupun guru PAI tidak secara tertulis ikut serta/bertugas dalam bimbingan konseling, namun guru PAI di sekolah tersebut punya perhatian akan berlangsungnya ketertiban sekolah, khususnya dalam membimbing siswa.
16 GPAI1, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 25 Februari 2016. (GPAI : 109-111).
Dalam kegiatan bimbingan konseling, guru bekerja sesuai dengan koridor dan tanggungjawab kerjanya masing-masing. Ketika ada siswa bermasalah, maka itu adalah tanggungjawab guru BK.
Karena setiap guru punya tugas pokoknya masing-masing, guru PAI hanya sebatas membantu guru BK. Kadangkala kepala sekolah secara langsung memberikan tugas pada guru PAI untuk membantu guru BK dalam kegiatan bimbingan konseling yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Berhubungan dengan hal tersebut GPAI1 menjelaskan:
“Sebesar kalo dibutuhkan siap membantu, karena kita di dinas pendidikan lingungan SMP ini sudah ada tugas pokoknya masing-masing. Akan tetapi jika kepala sekolah memberikan SK seperti itu ya kita sergap siap cepat membantu dengan dasar agama...”17
Ruang lingkup Guru PAI hanya sebatas memberikan tauladan pada setiap pembelajarannya sesuai dengan materi yang diajarkan berupa contoh perilaku. Peran guru PAI dalam bimbingan konseling mencakup pada kegiatan bimbingan yang bersifat keagamaan saja, misalnya pada kegiatan Istighosah atau Do‟a bersama sebelum menghadapi UN, motivasi Islami, dan lain sebagainya sesuai dengan tugas yang diberikan oleh sekolah. GPAI1 menjelaskan:
“...Ruang lingkup guru agama hanya memberikan periaku contoh bagi siswa ketika di dalam pembelajaran sesuai dengan karakter yg ada dalam materi pelajaran. Misalkan ada materi pelajaran tentang sikap-sikap tercela ya kita
17 GPAI1, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 25 Februari 2016. (GPAI : 12-16).
memberikan anjuran agar menjauhi sikap-sikap tercela dan memberikan contoh-contoh sikap terpuji. Koridornya pada kerja guru itu sendiri. Lingkupnya untuk pembenahan perilaku.”18
Seterusnya GPAI1 menjelaskan bahwa:
“Hal-hal yang diperbantukan ketika saya dibutuhkan paling berkenaan dengan misalkan ketika pembinaan- pembinaan keagamaan. ...Contohya doa bersama, contohnya kegiatan-kegiatan keagamaan seperti istighosah, kegiatan- kegiatan besar keagamaan. Kegiatan-kegiatan sholat berjamaah. Lha itu.”19
Selain itu peran guru PAI dalam membimbing juga tercermin dalam kegiatan layanan yang ada dalam BK, di antaranya :
a. Layanan Informasi
Pada layanan ini guru PAI memberikan motivasi tentang perlunya belajar, karena belajar memiliki nilai ibadah, yang diberikan pada sela-sela KBM. GPAI2 menjelaskan sebagai berikut:
“Ya selama ini diberikan motivasi memang, secara teoritis karena perlunya belajar lebih rajin, motivasi teoritis tidak secara langsung, diberikan disela- sela kami ngajar. Perlunya belajar giat punya nilai ibadah disisi Allah. Harus dikenalkan itu. Sejauh itu kita harus lebih dalam lagi bahwa kita itu terutama mengerjakan kewajiban apa yang diperintahkan Allah apa yang disyariatkan oleh Rasulullah untuk belajar, kalau perlu dari rumah anak-anak sudah ambil wudhu.
Itu dikenalkan. Karena disini tidak hanya belajar tapi diniatkan dari rumah untuk ibadah. Berangkat dari rumah cium tangan orang tua, sampai sini Doa pagi
18 GPAI1, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 25 Februari 2016. (GPAI1 : 16-24).
19 GPAI1, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 25 Februari 2016. (GPAI1 : 27-36).
bersama. Kalau sudah seperti itu harapannya anak di sekolah tidak jail, tidak ganggu temannya.”20
b. Layanan bimbingan konseling perorangan
Jika masalahnya berat, maka guru PAI ikut memanggil si anak untuk mengkroscek masalah yang dihadapi oleh anak.
Seperti yang diungkapkan oleh GPAI2, beliau mengatakan:
“...kalau misalkan masalahnya itu memang krusial ya kami panggil, umpamanya kalau berkaitan dengan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang siswa. Di samping dia harus dipanggil BK, yaa kami panggil juga secara tersendiri. Umpamanya masalah HP, ada situs-situs apa gitu. Tapi sejauh ini ndak ada di sini.”21
c. Layanan Konsultasi
Layanan konsultasi erat kaitannya dengan kenyamanan siswa dengan guru, begitu pula dengan yang dihadapi oleh guru PAI. Ada kalanya siswa melapor/menceritakan permasalahannya kepada guru PAI, kemudian guru PAI menyalurkan kepada guru BK untuk ditindaklanjuti. GPAI2 menjelaskan bahwa:
“...anak lebih condong ke guru BK. Memang sih kita dekat dengan siswa, tapi untuk persoalan-persoalan yang detail, mereka mungkin lebih condong ke BK.
Masalahnya kan begini, anak yang bermasalah kan biasanya BK panggil orang tuanya, nanti bersama orang tua diselesaikan, sejauh ini yang saya lihat yaa. Misal
20 GPAI2, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Februari 2016. (GPAI2 : 14-27).
21 GPAI2, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 februari 2016. (GPAI2 : 59-65).
ada anak yang dinakali teman lalu dia lapor ke kami, tapi kami beritahukan ke BK tentang masalah si anak, nanti orang tuanya dipanggil...”22
Seterusnya GPAI2 menjelaskan bahwa: “...Sebab kami kan tidak bisa, karena kita kan punya skat (batasan) masing- masing, takutnya ada tumpang tindih tanggungjawab antara guru BK dan guru PAI. Dikhawatirkan nanti ada miss understanding.”23
d. Layanan bimbingan konseling kelompok
Menurut GPAI2 guru PAI wajib menyelesaikan permasalahan yg terjadi di dalam kelas saat pelajaran PAI, tujuannya agar permasalahan tersebut bisa dijadikan pembelajaran bagi siswa lain yang ada di kelas tersebut. Ini dilakukan juga agar anak bisa lebih percaya diri. Seperti yang diungkapkan dalam cuplikan wawancara yang dilakukan penulis dengan GPAI2, beliau mengatakan:
“...Kalau guru agama itu wajib itu. Tapi biasanya setelah saya tanya anak sudah lebih dulu lewat BK, tapi saya punya tanggung jawab kalau masalah anak harus diselesaikan betul-betul dan saya mau menyaksikan. Perkelahian umpamanya sudah diselesaikan di BK, tapi tanggungjawab seorang guru agama diselesaikan di kelas, tidak hanya anak yang punya masalah saja, tapi bersama teman satu kelasnya agar penyelesaiannya dilihat oleh semuanya supaya bisa dijadikan pembelajaran untuk yang lainnya juga
22 GPAI2, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Februari 2016. (GPAI2 : 75-83).
23 GPAI2, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Februari 2016. (GPAI2 : 84-87).
sehingga kejadian seperti itu tidak terulang lagi. Ini dilakukan biar anak tidak terisolir, gunanya memulihkan kepercayaan diri si anak juga.”24
e. Layanan Bimbingan kelompok
GPAI2 menjelaskan bahwa layanan ini dilaksanakan untuk mengembalikan kepercayaan diri siswa. Seperti yang diungkapkan dalam cuplikan wawancara, beliau mengatakan:
“Kalau masalah sosial berkaitan dengan komunikasi, kami kembalikan kepercayaan dirinya dengan pemberian motivasi.”25
2. Menuntun
Peran guru PAI dalam menuntun siswanya ke arah yang lebih baik tercermin dalam beberapa layanan yang ada dalam BK di antaranya:
a. Layanan Orientasi
Pada kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa) guru PAI diberikan waktu untuk melakukan bimbingan kepada siswa baru berupa kegiatan ibadah sholat jamaah. Dalam kegiatan ini secara nyata guru PAI menuntun siswa untuk beribadah secara berjamaah dan tepat waktu, mengajarkan siswa akan pentingnya sholat
24 GPAI2, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Februari 2016. (GPAI2 : 90-102).
25 GPAI2, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Februari 2016. (GPAI2 : 106-108).
dengan disiplin waktu. GPAI2 (Guru Pendidikan Agama Islam 2) menjelaskan sebagai berikut:
“Sejauh yang dapat kami lihat aktivitas beberapa tahun yang lalu itu kalau PAI terjadwal memang, sehingga satu kesempatan diberikan kepada guru PAI untuk membina anak-anak kaitannya dengan syariat, keagamaan, kami cuma dikasih kesempatan membimbing anak-anak melaksanakan sholat jamaah. Kalau materi sepenuhnya kalau MOS itu diisi secara umum ada BK problem solving, kalau kami diluar kelas, kami ajak untuk melaksanakan sholat jamaah...”26
b. Layanan Penyaluran dan penempatan
Guru PAI mengarahkan anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, baik extrakurikuler Islami maupun yang umum. Perekrutan dilaksanakan saat ada lomba-lomba yang dilaksanakan sekolah pasca UTS/UAS, diambil tiap kelas.
Mengenai hal tersebut GPAI2 menjelaskan bahwa:
“Misal yang suka sama seni Duror, kami rekrut untuk masuk ke seni duror. Terus untuk yang suka dengan suara-suara ngaji, tilawah atau tartil, kami masukkan mereka ke ektrakurikulernya, dan kami panggilkan guru- guru dari luar yang lebih kompeten dengan kegiatan ekstra itu...”27
Seterusnya GPAI2 menjelaskan bahwa: “...Yang pinter pidato juga kami rekrut. Itu biasanya perekrutannya saat ada kegiatan lomba antar kelas, seperti halnya Class Meeting...”28.
26 GPAI2, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Februari 2016. (GPAI2 : 3-8).
27 GPAI2, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Februari 2016. (GPAI2 : 43-48).
28 GPAI2, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Februari 2016. (GPAI2 : 49-51).
Ditambahkan lagi oleh GPAI2 sebagai berikut: “...Juga saat hari2 besar agama, pengisi acaranya dari anak-anak langsung diambil perwakilan tiap kelas, dan ditunjukan penampilannya dikhalayak ramai...”29
c. Layanan Penguasaan konten
Begitu ada yang kelihatan berbakat, maka guru PAI membantu merekrut dan melatihnya agar bakat yang dimiliki siswa bisa bermanfaat. Dalam hal ini GPAI2 menjelaskan seperti halnya pada layanan penemmpatan dan penyaluran sebagai berikut:
“...Begitu ada yang kelihatan bagus, anak diambil terus dilatih, dilihat seberapa besar kemampuan anak itu. Dilatih supaya mereka itu bisa tersalurkan bakatnya.”30
3. Memberi tauladan
Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan, dalam hal keteladanan guru PAI selalu menyisipkan contoh-contoh perilaku keteladanan baik dari perkataan maupun dari caya pakaiannya.
a. Perkataan
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru PAI menggunakan bahasa Jawa ngoko namun bukan ngoko kasar serta menggunakan bahasa Indonesia.
29 GPAI2, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Februari 2016. (GPAI2 : 52-54).
30 GPAI2, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Februari 2016. (GPAI2 : 68-71).
Pada penyebutan diri siswa, guru PAI menggunakan bahasa Jawa krama yaitu “Panjenengan”. Dilihat dalam setiap pembelajannya, guru PAI selalu memberikan materi dengan keadaan senyum sehingga tidak membuat siswa menjadi takut.
Kalaupun terjadi sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan oleh siswa di dalam kelas, guru PAI menegurnya dengan bahsa yang halus, tidak berpanjang lebar, langsung dipanggil siswanya kemudian dinasehati, jika sudah dinasehati tidak jera maka guru PAI mengantarkannya ke BK agar ditindak lanjuti.31
b. Perilaku
Guru PAI dalam perilakunya di lingkungan sekolah tergolong biasa-biasa saja. Tidak keras kepada anak, jika ada yang melanggar peraturan sekolah hanya diberikan sanksi sesuai dengan kesalahannya.
Kemudian jika dilihat dari gaya pakaiannya, guru PAI di SMP Negeri 1 Tirto Pekalongan terbilang cukup baik, dengan seragam gurunya, kemudian sepatu vantoufel hitam tak lupa jam tangan sebagai penunjuk waktu mengajar. Yang terpenting dalam pakaian adalah kebesihannya karena seorang guru adalah panutan bagi siswanya. Baik buruknya seorang guru akan berdampak langsung maupun tak langsung kepada
31 Observasi, Tanggal 22 – 27 Februari 2016.
siswa, sehingga sebagai seorang guru haruslah berpenampilan sempurna di mata siswa dan guru lain.32
4. Membantu mengantarkan anak didiknya ke arah kedewasaan jasmani dan rohani
Dalam setiap permasalahan yang dihadapi siswa, guru hanya sebatas mengarahkan, keputusan dalam penyelesaiannya diserahkan sepenuhnya kepada diri siswa sendiri, seperti yang tetrcermin dalam peran guru PAI dalam layanan Mediasi sebagai berikut:
Guru PAI memiliki kepedulian terhadap permasalahan yg dihadapi anak. Langkah yang diambil saat ada permasalahan adalah memberikan motivasi Islami sesuai permasalahan yang dihadapi.
Seperti yang diungkapkan oleh GPAI2 dalam cuplikan wawancara, beliau mengatakan:
“...kami punya kepedulian ke mereka. Kami beri nasihat dan motivasi secara teoritis. Kami panggil berdua, kami nasihati. Jangankan menyakiti orang lain, menyakiti diri sendiri saja tidak boleh, jangan sampai kamu bisa menyakiti orang lain. Kalau menyakiti orang lain berasa sakit berarti kamu mencoba menyakiti diri sendiri bagaimana rasanya. Guru PAI ada kepedulian sampai ke situ memang, walaupun sebenarnya itu wilayah kerja BK.”33
Guru PAI berkewajiban pada pembinaan moral tidak secara langsung menyentuh ranah ke-BK-an. Jika ada siswa yang menceritakan permasalahannya, maka guru PAI hanya sebatas memberi nasihat-nasihat. Untuk tindakan lebih
32 Observasi, Tanggal 22 – 27 Februari 2016.
33 GPAI2, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 26 Februari 2016. (GPAI2 : 32-40).
lanjut tetap diserahkan sepenuhnya kepada guru BK. GPAI1 menjelaskan dalam cuplikan wawancara: “...banyak juga anak-anak yg berkonsultasi dengan saya tapi itu di luar jam pelajaran, curhat kemudian kami memberikan arahan-arahan dan diberi nasehat. Kalau terstruktur ya langsung dilimpakan ke guru BK.”34
Seterusnya GPAI1 menjelaskan bahwa: “Kalau di atas kertas itu hanya pembenahan moral saja tidak secara langsung menyentuh ranah ke-BK-an ...”35
34 GPAI1, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 25 Februari 2016. (GPAI1 : 85-88).
35 GPAI1, Guru PAI SMP N 1 Tirto Pekalongan, Wawancara Pribadi, Pekalongan, 25 Februari 2016. (GPAI1 : 79-80).