• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Disusun Oleh : AURO GARRY WILLIAM SIMAMORA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Disusun Oleh : AURO GARRY WILLIAM SIMAMORA"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SEPAKBOLA

(STUDI PADA SUPPORTER PSMS MEDAN SMeCK HOOLIGAN)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh :

AURO GARRY WILLIAM SIMAMORA 150907012

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR FANATISME SUPPORTER SEPAKBOLA TERHADAP PERILAKU ATRIBUT SUPPORTER SEPAKBOLA (STUDI PADA : SUPPORTER PSMS MEDAN SMeCK HOOLIGAN)

Nama : Auro Garry William Simamora

NIM : 150907012

Program Studi : Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Drs. Posma Lumban Raja, M.Si

Dampak fanatisme membuat seseorang supporter memiliki dasar kecintaan terhadp suatu klub sepakbola yang didukunya. Dimana fanatisme seorang supporter sepakbola dapat dilihat dari penggunaan atribut-atribut seperti jaket, kaos, jam tangan. Peran dari fanatisme ini membawa dampak yang sangat baik bagi pengusaha yang membuka usaha atribut sepakbola. Maka dari itu tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana hubungan fanatisme dengan perilaku membeli atribut sepakbola pada PSMS.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif yang bertujuan memberikan gambaran suatu gejala tertentu. Teknik pengambilan data primer melalui observasi dan wawancara. Pengambilan data sekunder melalui dokumentasi dan studi kepustakaan. Dan proses analisa data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini adalah fanatisme memiliki peran yang sangat penting bagi pengusaha yang menjual atribut atau barang PSMS karena para konsumen yang memiliki sifat yang fanatik pasti akan rela mengeluarkan biaya yang tidak hanya sedikit untuk membeli produk atribut tersebut tidak hanya satu melainkan bisa lebih dari satu.

Kata Kunci : Fanatisme, Perilaku Membeli, Atribut Supporter.

(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FOOTBALL SUPPORTERS FANATISM AGAINST ATTRIBUTE BEHAVIOR OF FOOTBALL SUPPORTERS (STUDY IN: PSMS MEDAN SMeCK HOOLIGAN SUPPORTER)

Name : Auro Garry William Simamora

Student ID Number : 150907012

Departement : Business Administration Faculty : Social and Political Sciences

Lecturer : Drs.Posma Lumban Raja, M.Si

The impact of fanaticism has made supporter have a base of love for the club that they support. This fanaticism can be seen from the use of attributes such as jackets, shirts, watches. The role of fanaticism has a very good impact for entrepreneurs with football's attribute business. So, the purpose of this study is to see the relation between fanaticism and behavior of buying football attributes on PSMS.

This study uses a qualitative approach with descriptive research type which aim to provide an overview of certain symptoms. The primary data collection done through the observation and interviews. Retrieving secondary data through documentation and literature study. And the process of data analysis is done by data reduction, data presentation and conclusion drawing.

The results of this study are is the fanaticism has a very important role for entrepreneurs who sell attributes or goods of PSMS because consumers who are fanatical will certainly be willing to spend not only a few cost to buy the product attributes but only more than one.

Keywords: Fanaticism, Buying Behavior, Supporter’s Attributes.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu, yang saya beri Judul “ANALISIS FAKTOR FANATISME SUPPORTER SEPAKBOLA TERHADAP PERILAKU ATRIBUT SUPPORTER SEPAKBOLA STUDI PADA SUPPORTER PSMS MEDAN SMeCK HOOLIGAN”

Tujuan dari penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk bisa menempuh ujian sarjana pendidikan pada Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Didalam pengerjaan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa terima kasih sedalam- dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Marlon Sihombing, M.A, Selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

(5)

4. Bapak Drs. Posma Lumban Raja, M.Si, Selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memotivasi penulis dalam penyusunan Skripsi ini hingga selesai.

5. Ibu Feby Aulia Safrin, S.AB, MA, Selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Siswati Saragi, S.Sos, MSP dan Bapak Ahmad Farid, S.H selaku Staf Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh Staf Pengajar atau Dosen di Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

8. Ketua Umum SMeCK HOOLIGAN Abangda Lawren Simorangkir berserta jajaran Pengurus Pusat SMeCK HOOLIGAN dan seluruh anggota SMeCK HOOLIGAN telah sudi memberi ijin penelitian kepada penulis hingga skripsi ini selesai tepat waktu.

9. Papa penulis alm. Bapak Sahat Natiar Simamora dan Mama penulis Ibu Paodor Q.R Siahaan tersayang dan adik-adik penulis tercinta Audry Calista A. Simamora dan Aurel Patrick R. Simamora yang telah banyak memberikan doa dan dukungan kepada penulis secara moril maupun materil hingga skripsi ini dapat selesai.

10. Kekasih penulis tersayang Devi Yemima yang selalu setia membantu,dan menemani penulis selama ini.

11. Sahabat dan rekan seperjuangan tercinta Aidil Fadli, Astrid Manurung, Christy Ardelia, Syafrido Siregar, Kevin Ari, Samuel Rizki, Irsyad Afif,

(6)

Irsyad Permadi, Ilman, Hafidz Baihaqi, Valerie Sitepu, Indriayani Barus, Gerri Ray, Lulu Panjaitan, Ahmad Rusadi, M. Ramadhan, Rifqy Syauqy, Nurul Amalina dan Sri Karina yang tiada henti memberi dukungan dan motivasi kepada penulis.

12. Kawan-kawan Kelas B Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 2015 beserta semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya.

13. Rekan-rekan e Deum Voice yang telah banyak memberi dukungan dan motivasi kepada penulis.

Medan , 16 April 2019

Penulis

Auro Garry W. Simamora

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Fanatisme ... 8

2.1.1 Pengertian Fanatisme ... 8

2.1.2 Faktor-Faktor Fanatisme ... 9

2.1.3 Fanatisme Supporter Sepakbola ... 11

2.1.4 Faktor-Faktor Fanatisme Supporter Sepakbola ... 11

2.2 Perilaku Konsumen ... 12

2.2.1 Pengertian Perilaku Konsumen ... 12

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen .... 13

2.2.3 Jenis Perilaku Pembeliaan Konsumen ... 19

2.2.4 Proses Keputusan Pembeliaan Konsumen ... 21

2.2.5 Langkah-langkah Keputusan Konsumen ... 23

2.2.6 Struktur Keputusan Membeli ... 25

2.3 Supporter Sepakbola ... 27

2.4 Penelitian Terdahulu ... 29

2.5 Kerangka Bepikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Bentuk Penelitian ... 33

3.2 Lokasi Penelitian ... 33

3.2 Subyek dan Obyek Penelitian ... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5 Informan Penelitian ... 35

3.5.1 Informan Kunci ... 36

3.5.2 Informan Utama ... 36

3.6 Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV PEMBAHASAN ... 38

4.1 Gambaran Umum SMeCK HOOLIGAN ... 38

4.1.1 SMeCK HOOLIGAN ... 38

(8)

4.1.2 Struktur Organisasi ... 40

4.1.3 Logo SMeCK HOOLIGAN ... 41

4.1.3 WN MERCHANDISE ... 41

4.2 Karakteristik Informan Penelitian ... 43

4.3 Penyajian Data ... 44

4.4 Pembahasan ... 56

4.4.1 Pembahasan tentang Fanatisme ... 56

4.4.2 Pembahasan tentang Perilaku Konsumen ... 59

4.4.3 Pembahasan tentang Faktor Fanatisme terhadap Perilaku membeli Atribut Supporter ... 65

BAB V PENUTUP ... 69

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

HALAMAN Tabel 1.1 Laporan Penjualan WN Merchandise Tahun 2018 ... 6

(10)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1.1 Berita PSMS di media Internasional ... 4

Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen ... 23

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 32

Gambar 4.1 Logo SMeCK HOOLIGAN ... 41

Gambar 4.2 Jaket Track Top ... 42

Gambar 4.3 Kaos SMeCK HOOLIGAN ... 42

Gambar 4.4 Syal PSMS Medan ... 43

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sepak bola adalah olahraga permainan yang digemari hampir seluruh masyarakat dunia. Permaian sepakbola juga dapat dipandang sebagai sarana hiburan yang sangat menarik bagi masyarakat. Bahkan untuk menonton suatu pertandingan sepak bola, seseorang rela untuk pergi jauh untuk menonton tim kebanggannya dengan mengeluarkan biaya yang sangat besar. Sepak bola sangat diminati orang banyak orang karena penyebarannya sangat meluas dan berkembang disetiap negara, baik itu mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua baik pria maupun wanita.

Zaman modern sekarang ini semua klub sepak bola meningkatkan eksistensinya dari segala aspek baik dari manajemen klub, pelatih, pemain hingga para supporternya. Setiap klub sepak bola memiliki para supporter yang memiliki tingkat loyalitas yang tinggi. Sepak bola pada saat ini juga menjadi industri dalam dunia bisnis, sepak bola modern menjadi tak terpisahkan dengan bisnis. Salah satu pemasukan utama klub-klub besar saat ini adalah penjualan pernak-pernik klub. Para penggemar suka menunjukkan kecintaan mereka dengan membeli berbagai pernak-pernik dan juga sejumlah klub bahkan membuka toko khusus menjual atribut supporter. Didalam suatu pertandingan jika suatu klub bermain di daerahnya sendiri klub tersebut menjadi 12 pemain. Tambahan satu pemain dari para supporter klub yang hadir menyaksikan langsung di stadion. Mereka bernyanyi, meneriakkan yel- yel, irama drum, terompet dan juga para supporter selalu menggunakan atribut

(12)

team seperti : jaket, T-shirt, syal, topi serta bendera ataupun banner. Fanatisme sendiri dapat disebut sebagai orientasi dan sentimen seseorang dalam berbuat sesuatu, berpikir melakukan sesuatu, mempresepsi dan memahami sesuatu.

Fanatisme yang mempengaruhi seorang fans sepakbola berperilaku seidentik mungkin dengan klub kebangaannya. Hal ini menunjukan bahwa fanatisme mendorong seorang fans bola rela mengeluarkan uangnya untuk membeli atribut agar dapat identik dengan klub kesayangannya. Kecintaan yang tumbuh pada para supporter ini yang menyebabkan tingkat fanatisme karena adanya rasa cinta yang berlebihan terhadap suatu klub yang disukai atau di dukungnya.

Fanatisme ini dapat muncul dari suatu kecintaan terhadap suatu klub yang berasal dari daerah dimana supporter ini tinggal atau menetap di daerah tersebut. Supporter sepakbola pada umumnya berusaha menampilkan simbol kedaerahan mereka masing-masing sebagai sebuah keragaman budaya hal ini tentu wajar-wajar saja.

Di Indonesia hampir seluruh klub memiliki supporter yang fanatismenya sangat tinggi, mulai dari kota besar Surabaya dengan sebutan supporter Bonek Mania, Bandung dengan sebutan supporter Viking, Jakarta dengan sebutan The Jak Mania dan Medan dengan supporter SMeCK HOOLIGAN bahkan sampai ke kabupaten Indonesia memiliki supporter klub yang tinggi seperti di Malang dengan sebutan supporter Aremania dan Sleman dengan sebutan supporter Brigata Curva Sud dan setiap daerah yang memiliki klub sepakbola pasti memiliki supporter yang fanatik. Fanatisme yang sangat tinggi ini membuat persaingan antar supporter tak kalah sengitnya dengan persaingan klub-klub yang bertanding pada kompetisi nasional yang berlangsung. Bahkan persaingan

(13)

antar supporter fanatik berdampak negatif hingga terjadi tawuran antar supporter dan sampai terjatuhnya korban jiwa seperti yang baru saja terjadi pada bulan September 2018 suppoter dari klub Persija meninggal dunia yang hendak menonton pertandingan sepak bola antara Persib melawan Persija di kota Bandung. Tapi fanatisme tak hanya berdampak negatif juga melainkan mempunyai sisi positif di bidang bisnis. Seperti penjualan jaket, T-shirt, syal dan topi tak lupa juga ada yang menjual mini flag dan giant flag. Tentu persaingan antar supporter di zaman modern ini ingin menunjukan hal-hal kreatif yang dimiliki mereka. Para supporter rela mengeluarkan uang banyak untuk penampilan mereka datang kestadion itu tampak keren. Hingga sekarang menonton sepak bola pergi ke stadion itu menjadi suatu gaya hidup supporter sekarang. Para supporter sekarang jika yang ingin menonton bola ke stadion bahkan jika ingin menonton sepak bola pada layar televisi harus memakai atribut tim yang di dukungnya. Hal itu menjadi penanda atau identitasnya sebagai supporter yang loyalitas. Selain memiliki tingkat loyalitas yang tinggi harus memiliki tingkat royalitas yang tinggi untuk dapat membeli atribut-atribut yang akan di pergunakan pada kehidupan sehari-hari dan menonton sepak bola.

Di Kota Medan terdapat salah satu klub sepak bola yang sangat besar di Indonesia yang berlaga di kompetisi kasta tertinggi yaitu PSMS ( Persatuan Sepakbola Medan dan Sekitarnya) yang berdiri pada 21 April 1950 dengan diketuai oleh Maja Purba dan Suleiman Siregar sebagai Sekertaris/Pemimpin Kompetisi. PSMS banyak memiliki Prestasi yang cukup gemilang di tingkat nasional dengan menjuarai 5 kali kompetisi sepak bola Perserikatan pada tahun 1967,1971,1975,1983 dan 1985, juara 3 kali piala Bang Yos pada tahun 2005

(14)

(Febuari),2005 (Desember) dan 2006 PSMS ditetapkan sebagai pemilik abadi Piala Emas Bang Yos dan yang terakhir kali menjuari Piala Kemerdekaan pada tahun 2015. Menurut media internasional yaitu FOX SPORT ASIA satu-satunya klub asal Indonesia yang dapat menjadi peringkat 4 Asia di ajang Piala Asia 1970 yang sekarang disebut AFC CHAMPIONS LEAGUE.

Gambar 1.1 Berita PSMS di media Internasional

.

Sumber: Instagram foxsprortasia

PSMS Medan memiliki julukan Ayam Kinantan dan di juluki The Killer, memiliki slogan seperti Ribak Sude dan dalam bertanding ada suatu filosofi

(15)

yaitu Spirit of Rap-rap yang artinya permaian PSMS itu adalah keras, tidak ragu dan wajib membantai lawan-lawannya sesuai dengan karakter orang Medan yang keras dan kuat tetapi tetap dalam koridor sportifitas.

Tentu dengan prestasi PSMS yang baik ditingkat nasional dan internasional tentu membuat klub ini memiliki beberapa kelompok supporter yang besar.

Salah satunya yang terbesar adalah SMeCK (Supporter Medan Cinta Kinantan) Hooligan. 30 September 2003 yang berdiri atas dasar cintanya kepada klub PSMS Medan. SMeCK HOOLIGAN ini identik dengan atribut berwarna hijau dan menganut kultur hooligans yang berasal dari negara Inggris. Anggota- anggota SMeCK HOOLIGAN menunjukan rasa cintanya terhadap PSMS mempengaruhi perilaku anggota SMeCK HOOLIGAN untuk membeli dan menggunakan atribut yang mendukung klub PSMS Medan. Fanatisme terhadap PSMS Medan mendorong anggota SMeCK HOOLIGAN untuk berpenampilan menarik dan seidentik mungkin dengan PSMS Medan. Dan SMeCK HOOLIGAN mempunyai toko untuk menjual segala atribut PSMS untuk para anggota-anggota lebih mudah untuk membeli atribut. Terbukti dengan stadion Teladan Medan yang menjadi kandang klub PSMS Medan selalu dipenuhi oleh anggota SMeCK HOOLIGAN dengan berbagai atribut yang dengan warna utama hijau ketika bertanding dan juga berdasarkan data penjualan yang diperoleh dari WN Merchandise sebagai penjual resmi atribut dari SMeCK HOOLIGAN yang telah dijual pada tahun 2018,dengan rincian dapat dilihat pada tabel 1.1.

(16)

Tabel 1.1.

Laporan Penjualan WN Merchandise Tahun 2018

NO ATRIBUT HARGA (Rp) TERJUAL JUMLAH (Rp)

1 T-SHIRT 90.000 500 45.000.000

2 JAKET 210.000 80 16.800.000

3 GIANT FLAG 150.000 45 6.750.000

4 MINI FLAG 100.000 70 7.000.000

5 SYAL 180.000 125 22.500.000

TOTAL 820 98.050.000

Sumber : WN Merchandise

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas peneliti tertarik untuk melihat bagaimana fenomena fanatisme SMeCK HOOLIGAN terhadap pembelian atribut supporter sepakbola guna untuk memberi gambaran bagi para pengusaha atribut sepakbola agar lebih kreatif dan menciptakan hal baru bagi supporter sepakbola. Untuk itu peneliti melakukkan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR FANATISME SUPPORTER SEPAK BOLA TERHADAP PERILAKU MEMBELI ATRIBUT SUPPORTER SEPAKBOLA (STUDI PADA SUPPORTER PSMS MEDAN SMeCK HOOLIGAN)”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan fanatisme terhadap perilaku membeli atribut supporter sepakbola tim PSMS Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor fanatisme supporter PSMS MEDAN (SMeCK HOOLIGAN) pada pembelian atribut supporter sepakbola.

(17)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Sebagai tugas akhir dan skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana administrasi bisnis serta sabagai wadah untuk mengembangkan wawasan dan sebagai proses menambah pengetahuan dan pembelajaran dalam praktek nyata perilaku membeli dan sebagai pengalaman dalam menerapkan teori-teori yang telah dipelajari pada masa perkuliahan serta sebagai informasi pada penelitian lanjutan.

2. Bagi pelaku bisnis atribut supporter sepakbola

Menjadi sumbangan praktis agar dapat memajukan dan mengembangkan untuk lebih kreatif dalam menciptakan atribut supporter sepakbola.

3. Bagi Universitas Sumatera Utara khususnya jurusan Administrasi Bisnis Dapat menjadi salah satu bahan acuan atau sebagai bahan informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fanatisme

2.1.1 Pengertian Fanatisme

Menurut Agussyafii (2006) dalam Sudharsono (2008:23) Fanatik adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebut suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu yang positif atau negatif, pandangan mana yang tidak memiliki landasan teori, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah. Secara psikologis seorang yang fanatik biasanya tidak mampu memahami segala sesuatu yang ada diluar dirinya, tidak paham terhadap masalah orang atau kelompok lain, dan tidak mengerti paham atau filsafat selain yang mereka yakinin. Tanda-tanda yang jelas dari sikap fanatik adalah ketidak mampuan memahami karakteristik individual orang lain yang berada diluar kelompoknya sebagai sesuatu yang benar atau salah. Sedangkan menurut Yoga (2012:19) seorang yang fanatik adalah orang yang tidak mampu memahami apa- apa yang ada diluar dirinya, tidak paham atau filsafat selain yang mereka yakini.

Tanda-tanda yang jelas dari sifat fanatik adalah ketidak mampuan memahami karakteristik individual orang lain yang ada diluar kelompoknya, benar atau salah.

Menurut Lucky (2013) Fanatisme merupakan sebuah rasa kecintaan yang lebih hingga akan berdampak luar biasa terhadap sikap hidup seseorang. Segala sesuatu yang di yakini akan memberikan sebuah kecintaan dan semangat hidup yang lebih pada orang tersebut. Dengan rasa cinta itu manusia semakin lekat dengan sebuah kasih sayang dan semangat untuk selalu bertahan, sebaliknya dengan cinta pula manusia menjadi sadis, ambisius, anarkis dan mematik.

(19)

Fanatisme merupakan sebuah faham karena dalam ejaan yang disempurnakan, kata yang memiliki akhiran –isme adalah suatu faham. Fanatik dan fanatisme memiliki artian yang berbeda sedikit. Dikatakan bahwa fanatik adalah sifat yang timbul saat seseorang menganut fanatisme sehingga fanatik dan fanatisme seperti memili keterkaitan sebab akibat menurut Putri (2013) dalam Manaji (2018:14).

2.1.2 Faktor-Faktor Fanatisme

Menurut Ismail (2008) dalam Prakoso (2013:5) faktor-faktor yang menyebabkan fanatisme adalah

1. Antusiasme berlebihan

Maksudnya adalah seseorang yang mempunyai semangat yang berlebihan yang tidak berdasar pada akal sehat tetapi berdasar pada emosi yang tidak terkendali.

Ketiadaan akal sehat itu mudah membuat orang yang fanatic melakukan hal- hal yang tidak proporsional, sehingga melakukan hal-hal yang tidak waras yang cenderung merugikan diri sendiri dan orang lain.

2. Pendidikan

Seseorang yang berpendidikan dan berwawasan luas dapat menimbulkan benih-benih sikap yang solider atau fanatisme yang positif, begitu juga sebaliknya indoktrinasi yang kerdil dapat mengakibatkan benih-benih fanatisme yang cenderung kearah fanatisme negatif. Maksudnya adalah ketika seseorang memiliki pendidikan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap pengetahuan yang ada, maka rasa solidaritas yang muncul dalam diri orang tersebut karena dapat mengerti dan memahami serta dapat menempatkan suatu hal pada tempatnya. Berbeda dengan orang yang diberi doktrin secara terus

(20)

menerus karena tidak diimbangi dengan wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki tetapi pembentukan diri yang dipaksakan berdasarkan doktrin yang diberikan secara terus menerus akan menimbulkan bibit fanatisme dalam dirinya.

Sedangkan menurut Wolman dalam Prakoso (2013:5) faktor-faktor fanatisme adalah :

1. Rasionalitas

Rasionalitas adalah segala sesuatu yang dapat di terima oleh akal sehat dan pikiran manusia dapat dipahami sesuai kemampuan otak. Sehingga orang- orang yang mempunyai pikiran yang kurang rasional biasanya tidak dapat menerima apa dan yang sedang terjadi menimpanya atau disekelilingnya. Hal tersebut berimbas pada tindakannya pada saat itu, yang lebih mengedepankan emosi sesaat saja tanpa melihat norma-norma yang berlaku yang sudah baku dalam masyarakat. Dampaknya sangat merugikan diri sendiridan orang lain, terlebih bila tindakan tersebut disertai tindakan agresifitas tentu efeknya akan lebih besar lagi.

2. Pandangan Yang Sempit

Pandangan yang menganggap kelompoknya eksklusif ataupun yang ada dalam kelompoknya sebagai sesuatu yang oaling benar dari pada kelompok lain.

3. Bersemangat Mencapai Tujuan Tertentu

Adanya tujuan-tujuan yang sangat diinginkan untuk diraih, sehingga dalam mencapai tujuan tersebut bersifat mengebu-gebu dan sangat bersemangat.

(21)

2.1.3 Fanatisme Supporter Sepakbola

Menurut Junaedi (2017) para supporter di tribun bebas berteriak apapun.

Mereka bisa bernyanyi apa saja dan bersorak-sorak sekencangnya dan melupakan tekanan sosial dan ekonomi yang sedang mereka hadapi akibat fanatismenya kepada klub yang didukungnya. Fanatisme supporter pada awalnya hadir sebagai semangat dilapangan hijau bisa juga melahirkan kekerasan dan korban dalam beragam bentuk. Sedangkan menurut Satria (2016) dalam Fandom (2018) suporter sepakbola tidak lepas dari soal fanatisme karena militansi dan kecintaan yang begitu masif, klub tidak hanya dipandang sebagai sebuah tim sepakbola, tetapi juga reprenstasi identitas serta simbol, misalnya bagi sebuah kota atau wilayah.

2.1.4 Faktor-Faktor Fanatisme Supporter Sepakbola

Menurut Sudharsono (2008:28) faktor-faktor fanatisme supporter sepakbola adalah :

1. Perasaan para fans sepakbola yang menganggap bahwa klub kesayangan mereka adalah yang terbaik dalam hal strategi permainan dan kualitas pemainnya.

2. Perasaan bangga para fans sepakbola dengan apapun prestasi yang diperoleh klub kesayangan mereka.

3. Dukungan para fans sepakbola walaupun prestasi klub kesayangan mereka kurang bagus.

4. Keyakinan fans bahwa klub mereka selalu tampil dengan permainan terbaik dan mampu memenangkan setiap pertandingan.

(22)

5. Kesetiaan para fans sepakbola untuk menyaksikan setiap pertandingan dari klub kesayangan mereka dan tampil seidentik mungkin dengan klub kesayangannya.

6. Perasaan benci terhadap fans klub lain dan menjadi anggota komunitas dari pendukung klub kesayangan mereka.

2.2 Perilaku Konsumen

2.2.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Mangkunegara (2009) Perilaku Konsumen adalah tindakan- tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomis yang dapat dipengaruhi lingkungan. Sedangkan menurut Setiadi (2015) Perilaku Konsumen adalah dinamis, berarti bahwa perilaku seorang konsumen, grup konsumen ataupun masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepajang waktu, hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar dan hal tersebut melibatkan pertukaran. Menurut Suparanto & Limakrisna (2011) Perilaku Konsumen adalah tindakan langsung mendapatkan, menggunakan (memakai, mengkonsumsi) dan menghabiskan produk (barang dan jasa) termasuk proses yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. Menurut Suryani (2008) Perilaku Konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok dan organisasi dan proses yang dilakukan untuk memilih, mengunakan, mengamankan, mengunakan dan menghentikan produk, jasa, pengalaman atau ide untuk memuaskan kebutuhannya dan dampak terhadap konsumen dan masyarakat.

(23)

Menurut Sumarwan (2010) Perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakkan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi. Konsumen individu adalah membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, digunakan anggota keluarga lain/seluruh anggota keluarga lain/seluruh anggota keluarga, atau mungkin untuk hadiah. Konsumen organisasi adalah meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga social, kantor pemerintah dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi, dan rumah sakit) dimana mereka harus membeli produk peralatan dan jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya.

2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi, dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar- benar diperhitukan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Setiadi (2015:10) adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor Kebudayaan

Budaya (culture) keseluruhan yang kompleks (complex whole) yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, kebiasaan dan setiap kemampuan dan kebiasaan yang di peroleh oleh setiap orang sebagai anggota masyarakat (Suparanto & Limakrisna,2011:21).

1. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan faktor penentu yang paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Bila mahluk-mahluk lainnya bertindak

(24)

berdasarkan naluri, maka perilaku manusia umumnya dipelajari. Seorang anak yang sedang tumbuh mendapatkan seperangkat nilai, presepsi, prefensi, dan perilaku melalui suatu proses sosialisasi yang melibatkan keluaraga dan lembaga-lembaga sosial penting lainnya. Seorang anak dibesarkan di Amerika akan terbuka pada nilai-nilai : prestasi dan keberhasilan, kegiatan efisiensi dan kepraktisan, kemajuan, kenyamanan dari segi materi, individualisme, kebebasan, kenyamanan diluar, kemanusiaan dan jiwa muda.

2. Subbudaya

Setiap kebudayaan terdiri dari subbudaya-subbudaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Subbudaya pada dasarnya sekelompok orang tertentu dalam sebuah masyarakat yang sama-sama memiliki makna budaya yang sama untuk respon afektif dan kognitif (reaksi emosional, kepercayaan, nilai, pencapaian tujuan), perilaku (kebiasaan/tradisi, sikap & ritual, norma perilaku) dan faktor lingkungannya (kondisi tempat tinggal, lokasi geografis, obyek yang penting). Subbudaya dapat dibedakan menjadi empat jenis : kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras dan area geofrafis.

3. Kelas sosial

Kelas-kelas sosial adalah kelompok yang relatif homogen dan bertahnan lama dalam suatu kelompok masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan yang keanggotaannya mempunyai nilai, minat, dan perilaku yang serupa.

Menurut Suparanto & Limakrisna (2011) Indentifikasi kelas sosial

(25)

dipengaruhi sangat kuat oleh tingkat pendidikan dan kedudukan seseorang (occupation) termasuk pendapatan sebagai suatu ukuran keberhasilan bekerja. Kelas sosial juga dipengaruhi keterampilan sosial aspirasi status, partisipasi masyarakat, sejarah keluarga / sil-silah, tingkat budaya, kebiasaan berekreasi, penampilan / penampakan fisik dan penerimaan sosial oleh suatu kelas khusus. Jadi, kelas sosial terdiri dari banyak atribut personal dan sosial dari pada hanya karakteristik tunggal seperti pendapatan atau pendidikan.

2. Faktor-faktor sosial 1. Kelompok Referensi

Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Beberapa diantaranya kelompok primer, yang dengan adanya interaksi yang cukup berkesinambungan seperti keluarga, teman, tetangga, dan teman sejawat. Kelompok sekunder, yang cenderung lebih resmi dan yang mana interaksi yang terjadi kurang berkesinambungan.

Kelompok yang seseorang ingin menjadi anggotanya disebut kelompok aspirasi, sebuah kelompok diasosiatif (memisahkan diri) adalah sebuah kelompok yang nilai atau perilakunya tidak disukai oleh individu. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok referensi dari konsumen sasaran mereka. Orang umumnya sangat dipengaruhi oleh kelompok referensi mereka pada tiga cara, pertama, kelompok referensi memperlihatkan pada sesorang perilaku dan gaya hiduo baru. Kedua, mereka juga memengaruhi sikap dan konsep jati diri seseorang karena orang

(26)

tersebut ingin “menyesuaikan diri”. Ketiga, mereka menciptakan tekanan untuk menyesuaikan diri yang dapat memengaruhi pilihan produk dan merek seseorang. Kelompok refensi bisa berapa saja banyaknya (dari satu orang sampai ratusan orang bahkan lebih) dan mungkin bisa terwujud (tangible) seperti orang sebenarnya (actual people) atau tak terwujud (intangiable) atau simbolik (kesuksesan pengusaha/pebisnis atau pahlawan olahraga). Kelompok refensi orang (and a single referent persons) mungkin berasal dari kelas sosial, subbudaya dan bahkan budaya yang sama atau lainnya.

2. Keluarga

Kita dapat membedakan dua keluarga dalam kehidupan pembeli, yang pertama ialah: keluarga orientasi, yang merupakan orang tua seseorang. Dari orangtualah seseorang mendapatkan pandangan tentang agama, politik, ekonomi, dan merasakan ambisi pribadi nilai atau harga diri dan cinta.

Keluarga prokreasi, yaitu pasangan hidup anak-anak seseorang keluarga merupkan organisasi pembeli yang konsumen yang paling penting dalam suatu masyarakat dan telah diteliti secara intensif.

3. Peran dan Status

Seseorang umumnya berpartisipasi dalam kelompok hidupnya keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam setiap kelompok dapat diidentifikasi dalam peran dan status.

3. Faktor Pribadi

a. Umur dan Tahapan dalam Siklus Hidup

(27)

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga.

Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya.

b. Pekerjaan

Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk dan jasa tertentu.

c. Keadaan Ekonomi

Yang dimaksud dengan keadaan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan polanya), tabungan dan hartanya (termasuk persentase yang mudah dijadikan uang), kemampuan untuk dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung.

d. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang adalah pola hidup didunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat, dan pendapat seseorang. Gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana dia hidup, menggunakan uangnya, dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. Gaya hidup menggambarkan

“seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan lingkungan, minat dan opimi dari seseorang (activities, interests, and opinions). Gaya hidup seseorang biasanya tidak permanen dan cepat berubah. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang (Sumarwan, 2010:45).

(28)

e. Kepribadian dan Konsep Diri

Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berbeda dan setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian merupakan suatu variabel yang sangat berguna dalam menganalisis perilaku konsumen. Bila jenis-jenis kepribadian dapat diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dan berbagai pilihan produk atau merek.

Konsep diri adalah presepsi seseorang terhadap dirinya yang meliputi kesehatan fisiknya, karakteristik lainnya seperti kekuatan, kejujuran dan rasa humor dalam kaitannya dengan yang lain, dan bahkan diperluas meliputi kepemilikian barang-barang tertentu dan hasil karyanya (Sumarwan, 2010:62).

4. Faktor-faktor Psikologis a. Motivasi

Beberapa kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu, seperti rasa lapar, haus, resah dan tidak nyaman.

Adapun kebutuhan lain bersifat psikogenik, yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hierarki dan kebutuhan yang paling mendesak hingga yang kurang mendesak.

b. Persepsi

Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan

(29)

suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda karena adanya tiga proses prespsi, yaitu : perhatian yang selektif, gangguan yang selektif, dan mengingat kembali yang selektif.

Berarti bahwa pemasar harus bekerja keras agar pesan yang disampaikan dapat diterima.

c. Proses Belajar

Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman.

d. Kepercayaan dan Sikap

Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhap sesuatu.

2.2.3 Jenis Perilaku Pembelian Konsumen

Pembelian keputusan konsumen bervariasi dengan jenis keputusan pembelian. Menurut Kotler & Susanto (2000) ada empat jenis perilaku pembelian konsumen sebagai berikut :

1. Perilaku Pembelian Kompleks

Konsumen mempunyai perilaku pembelian kompleks ketika sangat terlibat dalam suatu pembelian dan menyadari adanya perbedaan nyata antara berbagai merek. Konsumen akan sangat terlibat bila suatu produk mahal, jarang dibeli, beresiko, dan mempunyai ekspresi pribadi yang tinggi. Biasanya konsumen tidak memiliki banyak pengetahuan mengenai kategori produk dan harus banyak belajar.

(30)

2. Perilaku Pembelian Mengurangi Ketidaksesuaian

Kadang-kadang konsumen sangat terlibat dalam pembelian tetapi tidak melihat banyak perbedaan dalam merek. Keterlibatan yang tinggi ini sekali lagi berdasarkan kenyataan bahwa pembelian tersebut bersifat mahal, jarang, dan beresiko. Dalam kasus ini pembeli akan keliling untuk mempelajari apa yang tersedia tetapi akan membeli dengan cukup cepat karena perbedaan merek tidak nyata. Pembeli mungkin menanggapi hanya menurut harga yang baik atau menurut kemudahan dalam membeli.

3. Perilaku Pembelian Menurut Kebiasaan

Banyak produk yang dibeli dengan keterlibatan konsumen yang rendah dan tidak ada perbedaan merek yang signifikan. Terdapat bukti yang kuat bahwa konsumen mempunyai keterlibatan yang rendah dengan kebanyakan barang yang murah dan sering dibeli. Konsumen tidak secara ekstensif mencari informasi mengenai merek, mengevaluasi karakteristiknya, dan membuat keputusan penuh pertimbangan mengenai merek apa yang dibeli. Mereka merupakan penerima informasi pasif ketika mereka melihat iklan televisi atau iklan di media cetak. Pengulangan iklan menciptakan keakraban merek, bukan keyakinan merek. Konsumen tidak membentuk pendirian yang kuat atas suatu merek tetapi memilihnya karena merek itu terasa akrab. Setelah membeli, mereka bahkan mungkin tidak mengevaluasi pilihannya karena mereka tidak terlalu terlibat dengan produk tersebut.

(31)

4. Perilaku Pembelian Mencari Variasi

Beberapa situasi pembelian ditandai dengan keterlibatan konsumen yang rendah tapi perbedaan merek bersifat nyata. Disini konsumen dilihat banyak melakukan perahlian merek.

2.2.4` Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Menurut Kotler dan Armstrong dalam Sangadji dan Sopiah (2013 :36), proses keputusan pembelian konsumen terdiri dari lima tahap yang meliputi :

1. Pengenalan Masalah

Pengenalan masalah merupakan tahap pertama dari proses pengambilan keputusan pembeli dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang di inginkan. Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa yang memunculkan mereka, dan bagaimana, dengan adanya masalah tersebut, konsumen akan termotivasi untuk memilih produk tertentu.

2. Pencarian informasi

Pencarian informasi (information search) merupakan tahap dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak informasi. Dalam hal ini, konsumen mungkin hanya akan meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi.

Konsumen dapat memperoleh informasi dari sumber manapun, misalnya : a. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan

(32)

b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan

c. Sumber publik : media massa, organisasi penilai pelanggan d. Sumber pengalaman : menangani, memeriksa, dan menggunakan

produk

3. Evaluasi Alternatif

Evaluasi berbagai alternatif (alternative evaluation) merupakan tahap dimana konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merek- merek alternatif dalam susunan pilihan. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen dan situasi pembelian tertentu.

4. Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian sampai konsumen benar-benar membeli produk.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Perilaku pasca pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidak puasan yang mereka rasakan.

Gambar 2.1 Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Sumber : Priansa (2017:89) Pengenalan

masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan membeli

Perilaku pasca membeli

(33)

2.2.5 Langkah-langkah Keputusan Konsumen

Menurut Sangadji dan Sopiah (2013:126) Keputusan membeli suatu produk akan diawali dengan langkah-langkah berikut :

1. Pengenalan Kebutuhan

Pengenalan kebutuhan muncul ketika konsumen menghadapi suatu masalah, yaitu suatu keadaan dimana terdapat perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan keadaan yang sebenarnya.

2. Waktu

Berlalunya waktu akan menyebabkan teraktifnya kebutuhan fisiologis seseorang. Waktu juga akan medorong pengenalan kebutuhan lain yang diinginkan oleh seorang konsumen.

3. Perubahan Situasi

Perubahaan situsasi akan mengaktifkan kebutuhan. Konsumen yang masih lajang mungkin akan menghabiskan sebagian besar pengeluarannya untuk hiburan. Jika sudah menikah akan ada kebutuhan lainnya.

4. Kepemilikan Produk

Kepemilikan produk sering kali mengaktifkan kebutuhan lainnya. Seorang konsumen yang membeli mobil baru akan menyadari perlunya produk lain. Dia membutuhkan shampo mobil, lap kanebo, peralatan untuk membersihkan bahkan orang lain yang bisa membantunya mencuci dan membersihkan mobil.

(34)

5. Konsumsi Produk

Habisnya persediaan makanan yang ada dirumah sering kali mendorong konsumen untuk menyadari kebutuhannya dan segera membeli makanan agar bisa tersedia untuk konsumsi berikutnya.

6. Perbedaan Individu

Konsumen membeli mobil baru karena mobil lamanya sering mogok itu adalah situasi sesungguhnya (actual state), namun ada juga konsumen yang berbeda membeli mobil bukan karena mobil lamanya rusak melainkan ingin selalu trendi.

7. Pengaruh Pemasaran

Produk baru muncul hampir setiap hari dan di iklankan atau di komunikasikan melalui berbagai media oleh perusahaan pembuatnya.

Program pemasaran tersebut akan mempengaruhi konsumen untuk menyadari kebutuhannya.

8. Pencarian Informasi

Pencarian informasi mulai dilakukan ketika konsumen memandang bahwa kebutuhan tersebut bisa dipenuhi dengan membeli dan mengonsumsi suatu produk. Konsumen akan mencari informasi yang tersimpan di dalam ingatannya (pencarian internal) dan mencari informasi dari luar (pencarian eksterna). Konsumen akan mencari informasi tentang berbagai jenis barang yang dibutuhkan, banyaknya merek yang ada, harga, tempat pembelian, dan cara pembayaran yang sesuai.

(35)

9. Pencarian Internal

Langkah pertama yang dilakukan konsumen adalah mengingat kembali semua informasi yang ada didalam ingatan (memori). Informasi yang dicari meliputi berbagai produk dan merek yang dianggap bisa memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhannya.

10. Pencarian Eksternal

Konsumen mungkin akan berhenti pada tahap pencarian internal jika apa yang dicari telah terpenuhi. Namun jika tidak, konsumen akan berlanjut ke tahap pecarian eksternal. Konsumen mungkin juga mengombinasikan pencarian internal dan eksternal agar informasi mengenai produk dan merek yang di perolehnya menjadi sempurna dan meyakinkan. Pencarian eksternal adalah proses pencarian informasi mengenai beberapa produk dan merek, pembelian atau konsumsi pada lingkungan konsumen.

Konsumen akan bertanya kepada teman, saudara, atau tenaga penjual.

Konsumen akan membaca kemasan, surat kabar, majalah konsumen, melihat, dan mendengar berbagai iklan produk.

2.2.6 Struktur Keputusan Membeli

Menurut Sudaryono (2016) setiap keputusan membeli mempunyai struktur yang mencakup beberapa komponen.

1. Keputusan tentang jenis produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah radio atau menggunakan uangnya untuk tujuan lain. Dalam hal ini perusahaan harus memusatkan perhatian kepada orang-orang yang berminat membeli radio serta alternatif lain yang mereka pertimbangkan.

(36)

2. Keputusan tentang bentuk produk

Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli radio tertentu.

Keputusan tersebut juga menyangkut ukuran, mutu suara, corak dan sebagainya.

3. Keputusan tentang merek

Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek mana yang akan dibeli. Setiap merek memiliki kekhususan sendiri. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih merek.

4. Keputusan tentang penjualan

Konsumen harus mengambil keputusan dimana radio itu akan dibeli, apakah pada toko serba ada, toko alat-alat listrik, toko khusus radio, atau toko lain. Dalam hal ini produsen, pedagang besar, dan pengecer harus mengetahui bagaimana konsumen memilih penjual tertentu.

5. Keputusan tentang jumlah produk

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan mungkin lebih dari satu unit. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan banyak produk sesuai keingian yang berbeda-beda dari para pembeli.

6. Keputusan tentang waktu pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan pembelian. Perusahaan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam penentuan waktu pembelian.

Dengan demikian perusahaan dapat mengatur waktu produksi dan kegiatan pemasarannya.

(37)

7. Keputusan tentang cara pembayaran

Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara pembayaran produk yang dibeli, apakah secara tunai atau mengansur.

Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan jumlah pembeliannya.

2.3 Supporter Sepakbola

Menurut Manaji (2018) pertandingan sepakbola tidak lengkap apabila tanpa melibatkan kelompok supporter. Supporter selalu hadir tiap klub sepakbolanya bertanding. Mereka tidak segan-segan untuk melakukan tindakan agar tim favorit meraih kemenangan. Supporter adalah yang menyaksikan pertandingan olahraga yang aktif secara fisik, politik, dan sosial. Supporter membuat pertandingan lebih dinamis bahkan tak jarang keberadaan supporter lebih menarik dibandingkan pertandingan itu sendiri. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) mendefenisikan supporter adalah orang yang memberikan dukungan atau sokongan dalam pertandingan sepakbola.

Supporter adalah kelompok yang memiliki tanggung jawab terhadap eksistensi dan prestasi klubnya (Hornby,1992). Supporter ingin saling memadupadankan diri, baik secara periaku maupun penampilan. Hal ini dikarenakan perasaan memiliki kepada klub favoritnya tersebut sangat tinggi.

Tidak jarang supporter rela mengeluarkan banyak uang untuk membeli atribut- atribut, ataupun ikut menonton pertandingan kesebelasan favoritnya. Para supporter melakukan hal tersebut untuk membedakan dirinya dengan penonton lain.

(38)

Jones dalam Wahyudi (2006) mengklarifikasikan supporter sepakbola dalam enam golongan, yaitu:

1. The Daytripper

Sekolompok supporter yang tinggal jauh dari markas klub yang dibelanya.

Meskipun begitu mereka tetap setia dan selalu hadir dalam suatu pertandingan.

2. The Armchair Fan

Golongan ini sebagian besar adalah supporter sepakbola luar negeri, meskipun golongan ini tidak dapat langsung hadir di stadion namun mereka menjadikan nonton bareng (nobar) sebagai tempat memfasilitasi rasa fanatisme mereka

3 The Bandwagon

Golongan ini adalah sekelompok orang yang menonton sepakbola hanya pada event-event tertentu seperti piala dunia atau piala eropa. Golongan ini biasa disebut sebagai penonton musiman

4 The Tradditional Fan

Golongan ini adalah golongan yang tidak ingin diganggu apabila sedang menonton klub kesayangannya bertanding.

5 The Corporate

Golongan ini merupakan golongan kelas atas yang biasanya menyaksikan pertandingan sepak bola dikursi VIP atau VVIP. Golongan the corporate menjadikan penonton sepak bola di stadion sebagai sarana berekreasi.

(39)

6 The Trainsuporter

Golongan ini adalah supporter fanatik yang secara reguler memberikan dukungan secara langsung baik saat idola menjadi tuan rumah atau ketika bertanding ke stadion lawan. Mereka yang termasuk golongan ini adalah supporter yang mendedikasikan hidup bagi klub kesayangannya.

6.2 Penelitan Tedahulu

1. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Yulius Yuwono Sudharsono pada tahun 2008 yang berjudul Pengaruh Fanatisme Fan Sepakbola Terhadap Perilaku Membeli Aksesoris Sepak Bola. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh fanatisme para fans atau supporter sepak bola terhadap perilaku membeli aksesoris sepakbola dengan mengambil responden supporter sepakbola PSS Slemania Wilayah depok berjumlah 100 orang untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian penulis menggunakan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode statistik Regresi Linier Sederhana. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tingkat fanatisme fans sepakbola memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku pembelian aksesoris sepakbola.

2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Yosep Dwi Yoga tahun 2012 yang berjudul Analisis Hubungan Antara Fanatisme Supporter Persiba Bantul Panserbumi dan Keputusan Pembelian Aksesoris Klub. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fanatisme supporter Persiba Bantul Panserbumi dan keputusan pembelian aksesoris klub. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Pengujian ini menggunakan analisis validitas dan teknik reliabilitas

(40)

cronchbach alpha. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah

korelasi sederhana dengan bantuan SPSS. Hasil data menunjukan bahwa fanatisme berhubungan positif signifikan terhadap keputusan pembelian.

3. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Johan Manaji tahun 2018 yang berjudul Pengaruh Fanatisme Suporter Sepakbola Panserbumi Pada Keputusan Pembelian Merchandise Klub Persiba Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fanatisme supporter Persiba Bantul Panserbumi dan keputusan pembelian aksesoris klub. Subjek penelitian ini adalah 100 anggota Panserbumi metode yang dilakukan adalah analisis Regresi Linier Sederhana. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tingkat fanatisme fans sepakbola memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap perilaku pembelian aksesoris sepakbola.

4. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Novie Lucky. A tahun 2013 yang berjudul Fenomena Perilaku Fanatisme Supporter Sepakbola Studi Kasus Komunitas Supporter Persebaya Bonek Mania di Surabaya. Penelitian ini betujuan untuk mendeskripsikan gambaran perilaku fanatisme Bonek Mania mendukung Persebaya dan menguraikan faktor penyebab timbulnya perilaku fanatisme. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan desain studi kasus di wilayah Surabaya. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perilaku fanatisme Bonek yaitu mendukung Persebaya kapanpun dan dimanapun bertanding, loyalitas tanpa batas, Bonek : lambang keberanian sebagai reprensentatif perilaku, bagi mu Persebaya & bagi mu Indonesia dan demokrasi ala supporter Bonek.

(41)

5. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Aditya Hangga Supangkat tahun 2017 yang berjudul Pengaruh Citra Merek, Kualitas Produk, Harga Terhadap Keputusan Pembelian Tas di Intako. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh citra merek, kualitas produk dan harga terhadap keputusan pembelian tas di intako. Dimana variabel independen yang terdiri dari citra merek, kualitas produk, dan harga mempengaruhi keputusan pembelian sebagai variabel dependennya. Penelitian ini dilakukan di koperasi Intako di Tanggulangin.

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner yang di isi oleh responden yaitu konsumen dari koperasi Intako yang telah membeli produk Intako minimal dua kali. Pengambilan sampel sebanyak 100 orang reponden penelitian ini menggunakan metode accidental sampling. Hasil pengujian secara parsial menunjukan citra merek, kualitas produk, dan harga terhadap keputusan pembelian tas di Intako adalah signifikan.

6. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Muhammad Muslich tahun 2017 yang berjudul Hubungan Antara Fanatisme dengan Perilaku Konsumtif pada Supporter Lazio di Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara fanatisme dengan perilaku konsumtif pada supporter Lazio di Surabaya.

Koefisien korelasi yang diperoleh 0,313 pada taraf signifikan p=0,000(p>0,05).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti ada hubungan yang signifikan antara fanatisme dan perilaku konsumtif pada supporter Lazio di Surabaya.

6.3 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah bagan atau alur kerja dalam memecahkan permasalah penelitian. Kerangka berfikir dapat dianalogikan sebagai isi dari apa

(42)

yang dipikirkan penulis tentang hal yang diteliti. Kerangka berpikir berfungsi untuk memahami alur pemikiran secara cepat, mudah dan jelas. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini.

Berdasarkan landasan teori dan tinjauan pustaka yang ada SMeCK Hooligan salah satu Supporter PSMS Medan memiliki perilaku membeli atribut supporter tim PSMS dipengaruhi oleh faktor Fanatisme untuk membuktikan rasa cinta dan dukungan seorang supporter terhadap klub PSMS Medan, maka pemikiran teoritis dan penelitian ini disajikan dalam gambaran sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Sumber : Penelitian 2019 Fanatisme Supporter Sepakbola

Perilaku Membeli

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Adapun bentuk penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep atau gejala, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan status subyek penelitian pada saat ini, misalnya sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi ataupun sebagainya (Widharta, 2005:154). Menurut Moleong (2013:6) Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deproposal dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang ilmiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Sekertariat Pusat SMeCK Hooligan tepatnya dijalan SM. Raja Gg. Angkir No 12 Medan – 20217. Penentuan lokasi penelitian berguna untuk mendapatkan data-data yang digunakan untuk penelitian yang akurat, lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitiannya terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang terjadi dari objek yang di teliti

(44)

3.3 Subyek dan Obyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah SMeCK Hooligan yang merupakan supporter dari klub sepakbola PSMS Medan. Adapun obyek dari penelitian ini adalah faktor fanatistme terhadap perilaku membeli atribut supporter sepakbola PSMS Medan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk menunjang kelengkapan pembahasan dalam penulisan proposal ini, penulis memperoleh sumber data yang bersumber dari :

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitan langsung yang dilakukan peneliti di lokasi penelitan. Metode-metode yang dapat dilakukan dalam upaya memperoleh data primer antara lain :

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu wawancara yang mengajukan pertanyaan dan narasumber yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2012: 156).

b. Observasi

Menurut Nasution dalam Sugiyono (2012:203) menyatakan bahwa, observasi merupakan dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja dari data, yaitu fakta mengenai kenyataan yang diperoleh melalui observasi.

c. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik

(45)

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.(Sugiyono, 2012:423).

Saat melakukan triangulasi, peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari mencari sumber data yang berfungsi sebagai pendukung data primer yang berasal dari literatur, bacaan, jurnal serta publikasi data baik lembaga terkait maupun swasta lainya.

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara : a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah metode dalam memperoleh data yang dilakukan dengan melihat sumber-sumber refrensi dari buku, jurnal ilmiah, karya ilmiah dan sejenisnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Studi Dokumentasi

Dokumentasi yaitu pengumpulan data berupa surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cinderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data jenis ini mempunyai sifat utama tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi dimasa silam.

3.5 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Monelong, 2012:97). Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui atau berkaitan dengan permasalahan yang akan di teliti. Dalam penelitian ini terdapat beberapa informan diantaranya :

(46)

3.5.1 Informan Kunci

Informan kunci yaitu orang-orang yang sangat memahami permasalahan yang di teliti. Adapun yang dimaksud dengan informan kunci dalam penelitian ini adalah Ketua Umum SMeCK Hooligan yang berjumlah 1 orang.

3.5.2 Informan Utama

Informasi utama yaitu orang yang di anggap mengetahui permasalahan yang di teliti yaitu 2 anggota SMeCK Hooligan. Adapun dua anggota tersebut sudah dapat mewakili seluruh anggota SMeCK HOOLIGAN karena adanya satu komando dan aturan pada SMeCK HOOLIGAN.

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2012:428) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Analisis data berlangsung secara bersama-sama dengan proses pengumpulan data dengan alur tahapan sebagai berikut :

1. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting bagi peneliti.

(47)

2. Penyajian data

Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phiechard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami

3. Penyimpulan dan Verifikasi

Kegiatan penyimpulan merupakan langkah lebih lanjut dari kegiatan reduksi dan penyajian data. Data yang sudah direduksi dan sajikan secara sistematis akan disimpulkan sementara. Karena kesimpulan pada tahap awal biasanya kurang jelas, maka perlu di verifikasi pada tahap-tahap selanjutnya.

(48)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum SMeCK HOOLIGAN 4.1.1 SMeCK HOOLIGAN

SMeCK adalah singkatan dari Supporter Medan Cinta Kinantan yang berdiri pada 30 September 2003 yang didirikan oleh 8 orang pemuda asal kota Medan yang mencintai PSMS Medan, yaitu: Tondi Syahputra Lubis, Agam Hermawan, Husni Mustaqin Hasibuan, Maharuddin Simbolon, Wak Laboe, Lawren Simorangkir dan Fachrozy.

Pada awalnya kelompok supporter ini bernama SMeCK FC kemudian menjadi SMeCK Mania dan seiring berjalannya waktu berubah kembali menjadi SMeCK HOOLIGAN. Hooligan merupakan sebuah kultur sepakbola dari negara Inggris dan SMeCK menganut kultur Hooligan.

SMeCK HOOLIGAN memiliki slogan “Salam Sada Roha” yang artinya salam Satu roh atau jiwa yang artinya seluruh anggota SMeCK HOOLIGAN harus sejiwa dalam mendukung PSMS Medan dan bukan hanya dalam mendukung PSMS Medan tetapi diluar stadion pun tetap sejiwa untuk saling tolong menolong sesama

Sekertariat Pusat SMeCK HOOLIGAN tepatnya dijalan SM. Raja Gg.

Angkir No 12 Medan – 20217. SMeCK HOOLIGAN memiliki 15.000 anggota dari 132 basis atau cabang di Indonesia dan ada 2 basis luar negeri yaitu Malaysia dan Jepang. Rata-rata anggota SMeCK HOOLIGAN adalah masyarakat Sumatera Utara dan terdiri dari berbagai suku,budaya dan agama.

(49)

SMeCK HOOLIGAN tak hanya berkegiatan mendukung PSMS Medan tetapi juga melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang berguna untuk masyarakat sekitar seperti gotong royong ke basis-basis, melakukan kegiataan keagamaan seperti Posko Ramadhan,Isra Mi’raj, Qurban serta Peringatan Hari Natal dan juga rutin dalam kegiatan acara ulang tahun SMeCK HOOLIGAN turut juga memberi santunan dan sembako kepada anak-anak yatim piatu. SMeCK HOOLIGAN juga baru menciptkan rekor baru sebagai satu-satunya supporter sepakbola di Indonesia yang melakukan test urine kepada pengurus seluruh pusat dan pengurus basis SMeCK HOOLIGAN, dengan kegiaatan ini tentu menunjukan bahwa SMeCK HOOLIGAN adalah suatu wadah kepada para pemuda-pemudi kota Medan bahwa mereka ada pada suatu organisasi yang anti narkoba.

SMeCK HOOLIGAN mempunyai filosofi “Dimana kau berada, disitu kami ada karena SMeCK HOOLIGAN” yang artinnya dimanapun PSMS Medan bertanding para anggota SMeCK HOOLIGAN ada walaupun itu hanya sebatas latihan, pertandingan persahabatan serta pertandingan-pertandingan seperti ke Makasar hingga Papua walaupun tidak banyak tetapi tetap ada perwakilan untuk mendampingi dan mendukung PSMS Medan bertanding dan itu semua adalah dana pribadi dan patungan-patungan anggota.SMeCK HOOLIGAN memiliki tujuan yaitu menyatukan seluruh pemuda di Indonesia untuk bersatu dan bahu- membahu untuk mendukung PSMS Medan di bawah bendera SMeCK HOOLIGAN berjuang bersama-sama untuk memperdulikan PSMS Medan walaupun dimanapun kasta PSMS Medan berlaga baik di LIGA 1 maupun LIGA 2 Indonesia.

(50)

4.1.2 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Pengurus Pusat SMeCK HOOLIGAN 2017-2020 Ketua Umum : Lawren Simorangkir

Wakil Ketua I : Shandi Wirandana Wakil Ketua II : Erdian Rizky Wakil Ketua III : Muhammad Kevin Sekertaris : Ali Bani Gultom Wakil Sekertaris : Sihardo Panggabean Bendahara : Fikri Syali Sembiring Wakil Bendahara : Ryan Syahputra Hubungan Masyarakat : 1. Diky Limbong

2. Panji Nasution 3. Nur Imam Keagamaan : 1. Auro Garry

2. Alamsyah Pasaribu Peralatan : 1. M. Syafi’i

2. Yudiansyah 3. Agustian

Infomasi dan Komunikasi : 1. Daniel Simamora 2. Lucky

PPA dan Dana Usaha : 1. Ganda Syahputra 2. Muhammad Fajar Tan Keamanan : 1. Rimbun Pakpahan

2. Anan

(51)

3. Imam Al Arif 4. Ade Reza Tarigan 5. Saut Simanjuntak 6. Dodi Marbun

Litbang : Irham Nasution

Panglima Aksi : 1. Rikman Simbolon 2. Haichal Chaniago

4.1.3. Logo SMeCK HOOLIGAN

Gambar 4.1 Logo SMeCK HOOLIGAN

4.1.4. WN MERCHANDISE

WN Merchandise adalah salah satu brand resmi dari atribut SMeCK HOOLIGAN, yang di buat oleh Prayudi pada tahun 2016. Terinspirasi dari awal sebagai seorang kolektor atribut PSMS Medan terutama di bidang syal hingga pada akhirnya ada ide dari basis klambir v selanjutnya dilanjutkan pembuatan kaos-kaos basis SMeCK HOOLIGAN dan di akhir tahun 2016 mulai membuat

(52)

kaos PSMS Medan 1950 sebanyak 12 pcs dengan modal 300 ribu dan hanya memasarkan melalui media sosial facebook. Selanjutnya WN Merchandise hampir di percaya untuk memproduksi kaos seluruh basis atau cabang SMeCK HOOLIGAN.

Di tahun 2017 WN Merchandise meluncurkan desain desain baru atribut PSMS Medan walau hanya 3 lusin dan modalnya penjualan terus di putar.

Puncaknya pada tahun 2018 WN Merchandise membuat segala jenis atribut supporter SMeCK HOOLIGAN seperti topi,jaket, kaos, dan syal paling sedikit sebulan bisa membuat 4 sampai 5 desain dengan modal kotor sekitaran 15 juta dan bisa meraup keuntungan sampai dengan 30 juta rupiah. WN Merchandise memiliki akun instagram @wn_merchandise dan sudah memakai handtag, label luar dalam, kantongan plastik serta gratis stiker. WN Merchandise juga membuka peluang kepada para anggota SMeCK HOOLIGAN yang memiliki ide dan karya untuk membuat atribut PSMS Medan semakin menarik dan keuntungan dari penjual akan dibagi dengan pihak WN Merchandise. Sebagai salah satu brand dari SMeCK HOOLIGAN WN Merchandise akan terus berupaya dan berinovasi untuk menghasilkan desain-desain baru hingga tidak terjadi kebosanan desain yang terjadi pada para anggota.Beberapa produk WN Merchandise ;

Gambar 4.2 Jaket Track Top Gambar 4.3 Syal PSMS Medan

(53)

Gambar 4.4 Kaos SMeCK HOOLIGAN

4.2 Karakteristik Informan Penelitian Karakteristik Informan I

Nama : Lawren Simorangkir

Alamat : Jalan Pelangi Gg. Angkir No 12 Medan.

Jabatan : Ketua Umum SMeCK HOOLIGAN Pekerjaan : Wiraswasta

Lawren merupakan informan kunci pada penelitian ini. Lawren adalah pendiri dan ketua umum SMeCK HOOLIGAN. Lawren sangat dituruti perintahnya dan juga yang membuat peraturan di SMeCK HOOLIGAN.

Karakteristik Informan II Nama : Fajar Hutagalung Alamat : Jalan Turi No 23 Medan Jabatan : Anggota

Pekerjaan : Pegawai BUMD

(54)

Fajar merupakan informan utama pada penelitian ini. Fajar adalah anggota SMeCK HOOLIGAN yang selalu berpenampilan trendy dengan atribut PSMS dan SMeCK HOOLIGAN yang terbaru.

Karakteristik Informan III Nama : Prayudi

Alamaat : Jalan Gelatik No 8

Jabatan : Anggota dan Penjual Atribut Pekerjaan : Wiraswasta

Prayudi merupakan informan utama pada penelitian ini. Prayudi merupakan anggota dan juga salah seorang penyedia dan penjual atribut PSMS dan SMeCK HOOLIGAN kepada anggota SMeCK HOOLIGAN maupun non anggota. Prayudi juga sebagai owner dari WN Merchandise penjual atribut supporter terbesar pada SMeCK HOOLIGAN.

4.3 Penyajian Data

Pada tahap ini penulis akan menyajikan data yang diperoleh dari lapangan sewaktu melaksanakan penelitian. Berdasarkan metode penelitian yang telah ditentukan sebelumnya, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik wawancara (interview) terstruktur sesuai dengan teori dan pengamatan langsung (observasi).

Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (pernyataan), sehingga tetap terstruktur dan terkait pada permasalahan penelitian.

Berikut akan disajikan hasil penelitian (data) yang diperoleh penulis.

(55)

Fanatisme

Menurut ketua umum dan juga pendiri SMeCK HOOLIGAN yaitu Lawren Simorangkir dan pengalaman menjadi supporter PSMS Medan selama puluhan tahun. Berdasarkan hasil wawancara Lawren Simorangkir mengatakan Fanatisme merupakan “suatu rasa, pikiran dan hati yang saya taruh kepada sesuatu yang cintai dan akan dukung selama hidup semua itu berasal dari dalam diri sendiri.”

Menjadi supporter PSMS itu dimulai sejak dia kecil, Lawren Simorangkir menyampaikan bahwa “Pada awalnya waktu saya masih kecil diajak oleh orangtua saya ke stadion Teladan. Waktu itu PSMS melawan team China pada Tournament Marahalim Cup, sehingga kecintaannya terbawa hingga kini.

Sehingga bagi kami para supporter ada istilah from father to son yaitu seorang ayah yang mencintai sepakbola mengajak anaknya sejak dini untuk menonton bahkan untuk pergi keluar daerah untuk menonton PSMS bertanding.” Selain itu Lawren Simorangkir sebagai salah seorang supporter yang fanatik berdasarkan hasil wawancara menyampaikan bahwa “Jelas saya adalah supporter fanatik, karena sedikit banyaknya setiap PSMS bertanding kita selalu hadir di stadion dimana pun berada untuk mendampingi PSMS berlaga mau di Surabaya atau Bali tak perlu apapun hasilnya yang penting dapat mengawal PSMS Medan tentu ya dengan biaya pribadi sendiri ataupun kita patung-patungan sesama anggota.” Dan Lawren Simorangkir juga tak ada yang mempengaruhinya sebagai seorang supporter fanatik dengan mengatakan “Tidak ada yang mempengaruhi, itu merupakan panggilan dari diri sendiri karena kecintaan terhadap PSMS”.

Berdasarkan wawancara menurut Lawren Simorangkir fanatik itu bisa ada di karenakan oleh “Atas dasar kecintaan terhadap suatu klub dan kekeluargaan yang

Referensi

Dokumen terkait

[r]

tata letak yng berorientasi pada produk disusun dikeliling produk atau kelompok produk yang sama yang memiliki volume tinggi dan variasi rendah... dua jenis tata letak

penelitian yaitu bapak U (50 tahun) Pandangan masyarakat nelayan di Desa Raja Bejamu terhadap hakekat dari karya manusia adalah bahwa masyarakat nelayan di Desa

hanya mengidentifikasikan biaya bahan baku per pesanan, sedangkan untuk biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik tidak diidentifikasikan per pesanan melainkan

General: All tools must be used with a Cleco approved line controller. Standard Equipment: Integrated

[r]

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Saham pada saat Initial Public Offering (ipo) di Bursa Efek Indonesia Periode 2005–2009. Skripsi, Program

Menimbang popularitasnya, motif Ondel-Ondel merupakan motif yang secara luas diproduksi oleh berbagai sentra batik Betawi, serta mengalami berbagai variasi dan