Bab I Pendahuluan
Latar Belakang
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal yaitu yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Di Indonesia sendiri terdapat banyak pengerajin batik dengan jenis batik yang berbeda-beda dan tersebar hampir diseluruh Indonesia.
Salah satu pengerajin batik di Indonesia adalah Rumah Batik Komar yang berada di kota Bandung. Rumah Batik Komar didirikan pada tahun 1998 di Bandung oleh H. Komarudin Kudiya S.Ip., M.Ds bersama dengan Hj.Nuryanti Widya. Rumah Batik Komar bermula dari Batik Cirebonan, namun sejak awal berdirinya hingga sekarang, Rumah Batik komar seiring dengan perkembangannya telah beranjak pada pengembangan desain – desain batik modern dengan kreasi yang unik, tematik dan sejalan dengan tren mode masa kini sehingga dapat menambah nilai prestise bagi siapapun yang memakainya.
Rumah Batik Komar memproduksi banyak jenis produk diantaranya yaitu kemeja, blus, sarung, selendang, kain panjang, kain polosan hingga aksesoris bermotifkan batik. Kegiatan proses produksi di Rumah Batik Komar diantaranya, mulai dari penyiapan desain, penyiapan bahan baku, proses pelilinan, proses pewarnaan, proses penutupan, hingga proses pelorodan (penghilangan lilin).
Pada Rumah Batik Komar proses pewarnaan terbagi menjadi dua cara yaitu proses gradasi dan proses pencelupan. Proses pewarnaan gradasi adalah salah satu teknik pewarnaan batik dengan kombinasi warna-warna yang bervariasi dan kontras.
Teknik yang digunakan pada pewarnaan gradasi adalah menggunakan handmade dengan bantuan alat spon, sehingga untuk pembuatan beberapa lembar kain batik gradasi pelangi bisa jadi corak pewarnaannya tidak begitu sama persis karena corak pewarnaannya cenderung menggunakan corak abstrak.
Pada proses pencelupan dilakukan dengan merendam kain ke dalam larutan naphtol sampai cairannya masuk ke dalam pori-pori kain dan dicelup secara diangkat dan dimasukkan secara berulang kali ke dalam larutan naphtol. Setelah larutan naphtol cukup masuk dengan merata pada seluruh permukaan kain, kemudian kain dicelupkan secara perlahan ke dalam larutan garam. Pencelupan dengan garam juga dilakukan secara diangkat dan dimasukkan berulang kali, sampai didapat warna yang diinginkan. Namun apabila warna pencelupan pertama kurang memuaskan, kain dapat dicelupkan kembali ke dalam larutan naphtol kemudian ke larutan garam berulang kali sampai menghasilkan warna yang diinginkan. Setelahnya kain kemudian dibilas dengan air biasa untuk menghilangkan zat-zat kimia pewarna yang terdapat pada kain sebelum dijemur ataupun di-lorot untuk menghilangkan lilin/malam. Setelah kain benar-benar kering selanjutnya adalah proses pewarnaan dengan zat pewarna procion. Untuk pewarnaan dengan procion dapat dilakukan dengan proses pencelupan pada meja pencelupan.
Kondisi eksisting meja pencelupan terdiri dari meja penyangga dan bak pencelupan. Meja penyangga ini berukuran panjang 160 cm, lebar 80.5 cm dan tinggi 73 cm. Bak pencelupan berukuran panjang 135.5 cm, lebar 75.5 cm, tinggi 16.5cm dan kedalaman bak 14 cm. Saat ini meja pencelupan diletakkan di Workstation Pewarnaan Rumah Batik Komar dengan luas ukuran workstation panjang 3 dan lebar 2 m. Meja pencelupan tersebut dinilai dapat menyebabkan postur canggung yang akan dialami oleh operator maka dilakukan redesign oleh peneliti terdahulu untuk memperbaiki meja eksisting. Kondisi eksisting meja pencelupan yang telah dilakukan redesign oleh peneliti terdahulu terdiri dari bak pewarnaan, tuas pengguncang bak dan tuas pengail yang dapat dilihat pada Gambar I.1 berikut.
Gambar I.1 Meja Pencelupan Eksisting
Mekanisme kerja untuk pencelupannya adalah dengan mengguncangkan bagian bak dengan menggunakan tuas pengguncang. Kemudian untuk membuka lipatan kain dan meniriskannya digunakan tuas pengail yang ada di bagian kiri dan kanan.
Masalah yang ditimbulkan dari meja eksisting di Rumah Batik Komar adalah postur canggung yang dialami oleh operator saat mengoperasikan meja tersebut, postur canggun ini dapat mengakibatkan fatigue pada operator dan jika dibiarkan secara terus-menerus dapat menyebabkan cedera atau MSDs pada operator. MSDs sendiri adalah Musculoskeletal Disorder yaitu sakit atau gangguan yang dapat menyakitkan otot dan syaraf (Singh dkk, 2012). Efek lain dari MSDs adalah dapat menurunkan tingkat produktivitas dari operator (Buckle & Devereux, 1999). MSDs sendiri dapat dilihat menggunakan perhitungan Rapid Upper Limb Assessment.
Rapid Upper Limb Assessment (RULA) adalah suatu metode ilmu ergonomi yang digunakan untuk menganalisis postur kerja. RULA pertama kali dikembangkan oleh Dr Lynn McAtamney dan Profesor E.Nigel Corlett dari University of Nottingham. Metode RULA ini mengevaluasi postur kerja individu, kekuatan otot, dan kegiatan yang berkontribusi menyebabkan risiko kerja salah satunya Musculoskeletal Disorders. Penggunaan pendekatan evaluasi ergonomi ini menghasilkan nilai risiko dengan range 1 sampai 7 yang menunjukkan besar risiko
yang mungkin ditimbulkan (http://ergo.human.cornell.edu/ahrula.html; diakses: 5 desember 2014).
Tabel I.1 Nilai Tingkat Resiko RULA
Nilai Tingkat Risiko MSD
1-2 Risiko tidak penting, tidak diperlukan perubahan 3-4 Memiliki risiko rendah, perubahan masih bisa dilakukan 5-6 Memiliki resiko sedang, diperlukan penelitian lebih lanjut,
perubahan segera dilakukan.
7 Memiliki risiko tinggi, perubahan harus segera diimplementasikan
Setelah dilakukan perhitungan RULA pada meja eksisting di Rumah Batik Komar didapatkan nilai RULA sebesar 5 pada saat pencelupan kain dan 6 pada tiang gantungan. Adapun rekap nilai RULA meja eksisting dapat dilihat pada Tabel I.2
Tabel I.2 Nilai RULA Meja Eksisting di Rumah Batik Komar Postur Fasilitas Kerja Nilai RULA Tindakan
1 Meja 5 Memiliki resiko sedang,
diperlukan penelitian lebih lanjut, perubahan segera dilakukan.
2 Tiang gantungan 6 Memiliki resiko sedang, diperlukan penelitian lebih lanjut,
perubahan segera dilakukan.
Oleh karena itu peneliti yang terdahulu melakukan redesign pada meja kerja pencelupan pada Rumah Batik Komar dan didapatkan meja seperti pada Gambar I.1, meja tersebut memiliki nilai RULA sebesar 3 pada tuas pengguncang dan 3 pada tuas pengail dengan load atau beban yang diterima pada tuas pengguncang dan tuas pengail sebesar 0 kg.
Namun setelah dievaluasi lebih lanjut mengenai postur kerja dan beban yang diterima pada masing-masing fasilitas kerja pada meja eksisting peneliti terdahulu didapatkan perbedaan nilai RULA yang didapatkan. Untuk mengetahui nilai RULA pada meja eksisting dilakukan pengujian menggunakan software CATIA dimana menggunakan simulasi manikin. Setelah dilakukan simulasi manikin didapatkan nilai RULA yaitu sebesar 6 dan 7 pada meja eksisting, adapun simulasi manakin dapat dilihat pada Gambar I.II dan Gambar I.III.
Gambar I.2 Simulasi Manakin Meja Eksisting pada bagian Tuas Pengguncang
Gambar I.3 Simulasi Manakin Meja Eksisting pada bagian Tuas Penggail
Rekap nilai RULA meja eksisting dapat dilihat pada Tabel I.2.
Tabel I.3 Rekap Nilai RULA Redesign Peneliti Sebelumnya Postur Fasilitas Kerja Nilai RULA Tindakan
1 Tuas pengguncang 7 Memiliki risiko tinggi, perubahan harus segera
diimplementasikan
2 Tuas pengail 6 Memiliki risiko menengah,
segera dilakukan investigasi, perubahan segera dilakukan
Dari hasil simulasi RULA meja eksisting didapatkan hasil finalscore sebesar 6 dan 7. Nilai resiko berdasarkan nilai RULA 1 dan 2 dapat diterima, sedangkan nilai RULA 3 atau 4 butuh untuk penyelidikan lebih lanjut, nilai resiko 5 atau 6 dibutuhkan penyelidikan lebih lanjut dan perubahan sesegera mungkin dan sedangkan nilai resiko 7 mutlak dibutuhkan perubahan saat itu juga (A. Gandavadi dkk, 2007). Berdasarkan nilai tersebut maka masih perlu dilakukan perbaikan desain yang dapat mengurangi resiko canggung pada postur kerja operator.
Permasalahan postur kerja pada operator ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu ukuran panjang dan lebar meja kerja, tinggi meja kerja, total waktu kerja operator dan ukuran antropometri operator. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan diteliti penyebab postur kerja canggung yang dialami operator atau pekerja dari faktor ukuran panjang, lebar dan tinggi meja kerja usulan peneliti sebelumnya sehingga didapatkan spesifikasi desain yang lebih aman untuk digunakan oleh operator dengan nilai RULA yang lebih kecil.
Dengan menggunakan proses pengembangan produk Ulrich-Eppinger diharapkan penelitian ini akan tercipta usulan perbaikan spesifikasi desain yang lebih aman yang dapat diukur menggunakan nilai RULA dari kondisi eksisting maupun meja usulan dari peneliti sebelumnya.
Perumusan Masalah
Bagaimana konsep desain dan spesifikasi usulan meja pencelupan pada Workstation pewarnaan batik di Rumah Batik Komar agar operator terhindar dari postur canggung?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan dan memberikan usulan konsep desain serta spesifikasi meja pencelupan pada workstation pewarnaan batik di Rumah Batik Komar agar operator terhindar dari postur canggung. Selain itu memperbaiki mekanisme kerja dari desain yang dapat mengikatkan efisiensi kerja dari segi waktu produksi.
Batasan Penelitian
Batasan masalah peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan pada workstation pewarnaan pada Rumah Batik Komar.
2. Keluaran dari penelitian ini adalah konsep terpilih dan spesifikasi konsep dari meja kerja pencelupan pada Rumah Batik Komar yang berupa ukuran meja, mekanisme kerja serta desain meja kerja pencelupan.
3. Latar belakang permasalan berdasarkan perhitungan RULA yang dihasilkan dari meja eksisting yang diteliti menggunakan software CATIA.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi penulis ialah mampu menerapkan ilmu pengetahuan mengenai perancangan dan pengembangan produk, ergonomi produk, serta penggunaan software Solidwork 2013 dalam penyelesaian penelitian ini.
2. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Batik Komar untuk melakukan perbaikan desain pada meja kerja eksisting agar operator terhindar dari postur canggung atau fatigue .
Sistematika Penulisan
Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Pada bab ini berisi literatur yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dan dibahas pula hasil-hasil penelitian terdahulu. Serta metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini.
Bab III Metodologi Penelitian
Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian secara rinci meliputi: tahap merumuskan masalah penelitian, merumuskan hipotesis, dan mengembangkan model penelitian, mengidentifikasi dan melakukan operasionalisasi variabel penelitian, menyusun kuesioner penelitian, merancang pengumpulan dan pengolahan data, melakukan uji instrumen dan merancang analisis pengolahan data.
BAB IV Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada bab ini ditampilkan dan dijelaskan mengenai data umum perusahaan dan data lainnya yang dibutuhkan dan dikumpulkan melalui berbagai proses seperti observasi serta data dari perusahaan.
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan tahapan pengolahan sesuai dengan yang telah dijabarkan pada BAB III.
BAB V Analisis
Pada bab ini akan dilakukan analisis terhadap meja kerja pencelupan usulan dari konsep terpilih untuk memberikan kondisi dan solusi yang lebih baik bagi perusahaan.
Bab VI Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan ditampilkan kesimpulan dari hasil penelitian beserta saran untuk penelitian selanjutnya.