• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)"

Copied!
262
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA EKONOMI PRODUKTIF (UEP) SUKU DINAS SOSIAL

JAKARTA BARAT DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN FAKIR MISKIN DI KECAMATAN

TAMBORA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Nur Ilham NIM. 1116054100074

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021M/1442H

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Nur Ilham (11160541000074), Implementasi Program Pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat Dalam Peningkatan Kesejahteraan Fakir Miskin di Kecamatan Tambora, di bawah bimbingan Dr. Muhtadi, M.Si.

Pada Maret 2020 terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta sebanyak 480,86 ribu orang akibat terjadinya wabah COVID-19. Hal ini mengakibatkan adanya struktur ekonomi tertutup yang mempengaruhi kesejahteraan dalam masyarakat. Dalam mengatasi permasalahan tersebut pemerintah DKI Jakarta melalui Suku Dinas Sosial Jakarta Barat mempunyai program pemberian bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) mandiri yang menyasar kepada golongan fakir miskin yang sudah mempunyai usaha sebelumnya dan mengalami keterbatasan yang melekat pada kehidupannya, seperti rendahnya sumber daya manusia, kurangnya modal usaha dan keterbatasan kemampuan dalam menghubungkan jaringan pemasaran.

Penelitian ini memiliki rumusan masalah yaitu bagaimana proses pelaksanaan program pemberdayaan usaha ekonomi produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat dalam peningkatan kesejahteraan fakir miskin di Kecamatan Tambora dan bagaimana dampak program pemberdayaan usaha ekonomi produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat dalam peningkatan kesejahteraan fakir miskin di Kecamatan Tambora

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan jenisnya deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi program pemberdayaan UEP yang dilakukan Suku Dinas Sosial Jakarta Barat tidak sepenuhnya melakukan 7 tahapan pemberdayaan menurut Soekanto. Dalam proses pelaksanaanya yang dijalankan yaitu persiapan, pengkajian, perencanaan, pemformalisasi rencana aksi, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap terminasi Suku Dinas Sosial Jakarta Barat menggunakan pendekatan penilaian untuk bisa melihat kesejahteraannya.

Indikator keberhasilan program UEP tersebut meliputi dampak ekonomi, dampak sosial, dan dampak administrasi. Ketiga indikator keberhasilan tersebut telah sesuai dengan peningkatan kesejahteraan yang dirasakan dampaknya oleh kelima penerima manfaat.

Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Usaha Ekonomi Produktif, Peningkatan Kesejahteraan

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul Implementasi Program Pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat Dalam Peningkatan Kesejahteraan Fakir Miskin di Kecamatan Tambora dengan tuntas di tengah wabah pandemi Covid-19. Tak lupa sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah menjadi rahmatanlil ‘alamin bagiumatnya dan memberikan contoh yang baik untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.

Pada kesempatan kali ini, peneliti akan mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak, yang telah turut serta memberikan motivasi, dukungan serta bantuan dalam proses skripsi ini. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati, peneliti ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ibu Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, MSW selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Dr. Shihabuddin Noor, MA selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum.

Bapak Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta Ibu Hj. Nunung

(7)

iii

Khoiriyah, MA selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Burhanuddin, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan perhatiannya terhadap skripsi ini.

4. Bapak Dr. Muhtadi, M.Si selaku dosen pembimbing yang sangat baik, sabar serta sudah meluangkan waktunya di tengah kesibukannya dalam membimbing dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi di tengah-tengah kondisi pandemi covid-19.

5. Seluruh Dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmu selama masa perkuliahan. Semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat di masa depan.

6. Suku Dinas Sosial Jakarta Barat yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian dan memberikan kesempatan sehingga mendapatkan pengalaman yang berharga.

7. Ibu Fatmawati AKS, M.Si selaku Kepala Seksi Perlindungan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, Bapak Nahraji Zen S.H selaku staff pelaksana program UEP Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, Bapak Syarief Hidayat S.Sn selaku koordinator pendamping UEP Jakarta Barat, yang telah memberikan izin, selalu bersedia meluangkan waktu dan menyumbangkan pikirannya untuk membantu penelitian yang penulis lakukan di Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, dan khususnya untuk kelima penerima manfaat program UEP di Kecamatan Tambora yaitu Ibu Susniawati, Ibu Nina Riyana, Ibu Isah, Ibu Sumarmi, dan Ibu Suwarni, selaku subjek dalam penelitian ini yang sudah

(8)

iv

bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara dengan peneliti.

8. Seluruh anggota keluargaku, Orang tua; Bapak M. Nuryana dan Ibu Neni Nuraini, adikku Hafit Nur Ilyas, yang telah memberikan dukungan moril dan materil selama proses penyusunan skripsi serta kasih sayang tanpa batas.

9. Teman-teman terbaik yang selalu memberikan dukungan serta motivasi, menghibur, dan mengigatkan untuk mengerjakan skripsi, mereka adalah Hendi Iskandar, Alfi Gustiansyah, Kenny Nurardi, Azmi Ubaidillah, Agus Maulana, Oby Robby, Bahran Khalis, Adhitya Maulana, Kak Fahri Hamada, Syaiful Bahri, Indra Wahyu Perdana, Syahid Habiiburrahman, M. Assidiq Alkhopid, Ahmad Fauzan, M.

Khadafi, Syukron Baihaqi, Izul Islam, Ridho Biwanda, Fajri Zakiyah, Aulia Rahma, Azka Nisa, Tias Dewi, Shifa Mutia, Intan Kusuma Dewi, Erlani, dan Chika Nadira.

10. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2016 atas kerja sama dan kontribusinya selama perkuliahan.

11. Himpunan Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial (HMJ KESSOS), DEMA FIDIKOM masa bakti 2019, Lapmi HMI cabang Ciputat, Karang Taruna Unit RW 07 sebagai tempat belajar berorganisasi.

12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung jalannya perkuliahan hingga selesainya skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis meminta maaf dengan segala kerendahan hatu dan sangat menerima kritik serta saran yang bersifat membangun. Akhir

(9)

v

kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya. Terima kasih.

Jakarta, Agustus 2021

Nur Ilham

(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1. Tujuan Penelitian ... 10

2. Manfaat Penelitian ... 11

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 11

F. Metodologi Penelitian ... 14

1. Pendekatan Penelitian ... 15

2. Jenis Penelitian... 15

3. Sumber Data ... 16

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

5. Teknik Pengumpulan Data ... 17

6. Teknik Pemilihan Informan ... 20

7. Teknik Analisis Data ... 22

8. Teknik Keabsahan Data ... 24

9. Pedoman Penulisan Skripsi ... 24

G. Sistematika Peneltian ... 24

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 27

2.1 Landasan Teori ... 27

A. Pemberdayaan Masyarakat ... 27

1. Teori Pemberdayaan ... 28

2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 29

3. Tujuan Pemberdayaan ... 32

4. Pendekatan Pemberdayaan ... 35

5. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat ... 36

6. Indikator Keberhasilan Pemberdayaan ... 39

7. Pemberdayaan Ekonomi ... 40

B. Pendekatan Kerangka Logis Dampak Program ... 42

C. Usaha Ekonomi Produktif ... 46

(11)

vii

1. Pengertian Usaha Ekonomi Produktif ... 46

2. Kriteria Usaha Ekonomi Produktif ... 48

3. Indikator Keberhasilan UEP ... 49

D. Kesejahteraan Sosial ... 51

1. Pengertian Kesejahteraan Sosial ... 51

2. Indikator Kesejahteraan Sosial ... 55

2.2 Kerangka Pikir ... 56

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ... 58

A. Profil Suku Dinas Sosial ... 58

1. Latar Belakang Suku Dinas Sosial Jakarta Barat ... 58

2. Visi dan Misi Suku Dinas Sosial Jakarta Barat ... 59

3. Tugas dan Fungsi Suku Dinas Sosial Jakarta Barat ... 60

4. Struktur Organisasi ... 63

5. Sasaran Pelayanan Suku Dinas Sosial Jakarta Barat ... 64

B. Keadaan Wilayah Penelitian ... 65

1. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Tambora ... 65

2. Kondisi Geografis ... 66

3. Kondisi Demografis ... 67

4. Kondisi Sosial Keagamaan ... 70

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 74

A. Temuan Lapangan ... 74

1. Latar Belakang Kebijakan Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif ... 74

2. Proses Pelaksanaan Program UEP ... 77

3. Dampak dari Pelaksanaan Program UEP ... 107

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program UEP ... 119

BAB V PEMBAHASAN ... 124

A. Proses Pelaksanaan UEP melalui Tahapan Pemberdayaan Masyarakat di Suku Dinas Sosial Jakarta Barat ... 125

B. Dampak dari Pelaksanaan Program UEP ... 133

BAB VI PENUTUP ... 137

A. Kesimpulan ... 137

B. Saran ... 138

DAFTAR PUSTAKA ... 140

LAMPIRAN ... 145

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kajian Terdahulu…..………. ... 12 Tabel 1.2 Subjek dan Informan Penelitian ... 20 Tabel 3.1 Letak Geografis ... 66 Tabel 3.2 Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan

Kelurahan di Kecamatan Tambora, 2019 ... 68 Tabel 3.3 Jumlah RT, RW, KK dan Kepadatan Penduduk

menurut Kelurahan di Kecamatan Tambora, 2019 ... 69 Table 3.4 Jumlah Tempat Peribadatan menurut Kelurahan, 2019 ... 71 Table 4.1 Data evaluasi yang dilakukan Suku Dinas Sosial

Jakarta Barat dan Pendamping.. ... 99 Table 4.2 Laporan Kegiatan Pendamping Sosial UEP ... 103

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Kecamatan Tambora ... 65 Gambar 4.1 Kegiatan Assessment Suku Dinas Sosial Jakarta

Barat bidang Perlindungan Sosial dan Penanganan

Fakir Miskin ... 84 Gambar 4.2 Diskusi Kelompok antara Suku Dinas Sosial Jakarta

Barat dan Penerima Manfaat ... 91 Gambar 4.3 Kegiatan Pelatihan Kue sebelum Covid-19 ... 95 Gambar 4.4 Para Penerima Manfaat Mempraktekkan Langsung

untuk Pembuatan Kue sebelum Covid-19 ... 96 Gambar 4.5 Data Pendampingan Wilayah Kec. Tambora ... 101 Gambar 4.6 Kegiatan Monitoring yang Dilakukan Oleh

Pendamping ke Penerima Manfaat ... 102

(14)

x

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Pikir ... 57 Bagan 3.1 Struktur Organisasi ... 63

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini warga masyarakat berada pada fase ketidak berdayaan atau ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keluarganya, salah satu penyebab adalah adanya krisis kesehatan yaitu pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Wabah yang melanda masyarakat dunia memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perekonomian global, khususnya Indonesia yang mengakibatkan harga bahan baku melambung tinggi, menurunnya daya beli masyarakat, terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) serentak oleh perusahaan.

Permasalahan ini berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yang secara luas dirasakan oleh seluruh masyarakat yang tinggal di kota maupun masyarakat yang tinggal di pedesaan pada tingkatan ekonomi masyarakat kecil, menengah maupun atas. Tetapi dampak yang paling berat dirasakan oleh masyarakat bawah dan berekonomi kecil/penduduk miskin (Akbar, 2020).

Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang bersifat kompleks, menjadi multidimensi akar dari permasalahan kehidupan. Arus globalisasi juga menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya angka kemiskinan dan diperparah lagi dengan adanya krisis kesehatan yang melanda dunia mengakibatkan lumpuhnya perekonomian, hal ini dipengaruhi juga oleh daya saing yang cukup tinggi dari individu, kelompok atau masyarakat, mereka dituntut dapat mengikuti perkembangan

(16)

2

zaman dan teknologi, persaingan yang terbuka di semua sektor formal maupun informal. Kondisi ini tidak dapat diimbangi oleh penduduk miskin dan rentan yang ada, karena ketidakmampuan untuk mendapatkan akses formal maupun informal untuk keluar dari lingkaran kemiskinan/struktur ekonomi tertutup (Rustanto, 2015). Konsep struktur ekonomi tertutup merupakan faktor internal yang dirasakan secara langsung datang dari dalam individu, kelompok atau masyarakat diantaranya seperti keterbatasan fisik dan mental, keterbatasan keterampilan dan keahlian, dan rendahnya tingkat pendidikan, sementara faktor external adalah kesenjangan dan ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi. Mount, 2008 memberikan klasifikasi bahwa dimensi kesenjangan akan akses kehidupan adalah sebagai suatu kondisi dimana terjadi ketidaksamaan untuk mendapatkan atau memanfaatkan sumber daya yang tersedia (Satra, 2017).

Bagi penduduk (fakir) miskin untuk situasi krisis ekonomi adalah awal mula dari timbulnya permasalahan dan dengan ditambah adanya krisis kesehatan yang melanda dunia (pandemi) ini memperparah beban yang sangat mustahil dapat diatasi dalam waktu yang singkat. Situasi ini bukan hanya memunculkan kondisi kemiskinan yang semakin buruk, tetapi juga menyebabkan situasi menjadi semakin sulit. Pada Maret 2020 terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 1,63 juta orang akibat terjadinya wabah COVID-19. Dengan demikian jumlah penduduk miskin Republik Indonesia saat ini tercatat sebanyak 26,42 juta orang. Sedangkan, Penduduk miskin di

(17)

3

DKI Jakarta bertambah 118,6 ribu orang menjadi 480,86 ribu orang pada Maret 2020 (Badan Pusat Statistik, 2020).

Persentase ini menggambarkan bahwa kondisi di lapangan terhadap penduduk miskin cenderung bisa terus menigkat. Karena banyaknya faktor yang terjadi yang mengakibatkan tidak adanya potensi yang bisa mendongkrak seseorang untuk berdaya, dengan situasi krisis kesehatan yang melanda. Maka dari itu perlu adanya sokongan-sokongan dari beberapa pihak yang terkait agar semua golongan masyarakat bisa mencapai kemudahan dalam mencapai terpenuhinya kehidupan sehari-hari.

Gejala penduduk (fakir) miskin dapat dilihat dari beberapa aspek, menurut Emil (1984) yaitu: 1) rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti modal, tanah dan peralatan kerja, 2) tidak mempunyai keterampilan (skill), 3) mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, 4) kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), 5) kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan (slum area), dan 6) kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah yang cukup): bahan kebutuhan pokok, pakaian, hunian layak, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan, fasilitas komunikasi, dan kesejahteraan sosial lainnya (Salim, 1984).

Dalam hal ini keterkaitan pemerintah dapat melihat apa saja yang mengakibatkan penduduk miskin tidak dapat berdaya di lingkungannya. Untuk dapat pemenuhan dan fasilitas kesejahteraan, pemerintah dapat mengacu pada konsep

(18)

4

peningkatan dan perlindungan sosial yang sudah tercantum pada Undang-Undang Dasar.

Konsep peningkatan kesejahteraan sosial dan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin dan rentan diamanatkan dalam Undang-Undang N0. 13 Tahun 2011 pasal 2 tentang penanganan fakir miskin secara garis besar adalah upaya- upaya dari hasil kerjasama Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan. Untuk memenuhi pencapaian kesejahteraan sosial tersebut, pemerintah perlu melakukan usaha-usaha yang nyata, yaitu dengan melaksanakan berbagai pelayanan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia agar dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Dalam pelaksanaannya, pemerintah dalam hal ini berkolaborasi dengan segala elemen yaitu Pemerintah Daerah serta masyarakat untuk memiliki rasa tanggung jawab dalam usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyakarat Indonesia.

Peran pemerintah untuk menjalankan tugas dan kewajiban pembangunan nasional sangat lebih dominan, karena pemerintah merupakan roda penggerak dan pemegang kebijakan untuk memajukan suatu negara. Pembangunan di segala sektor dapat tercapai, apabila terdapat peran negara dalam membangun dan mengimplementasikan kebijakan publik di bidang kesejahteraan (public welfare) bisa dapat berjalan (Suharto, Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik, 2007). Keberhasilan implementasi suatu kebijakan dapat diukur dengan melihat kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan desain, tujuan dan

(19)

5

sasaran kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak atau hasil yang positif bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi (Siregar, 2013).

Kebijakan untuk pemenuhan taraf kesejahteraan ekonomi keluarga miskin sudah diatur di dalam Undang-Undang Kesejahteraan Sosial No 11 Tahun 2009 tertulis tentang bahwa pemerintah bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas dan kelangsungan hidup masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Sementara itu, kesejahteraan sosial dalam arti yang sangat luas menurut Adi Fahrudin mencakup tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih meliputi seluruh aspek, baik aspek fisik, ekonomi, sosial mental dan spiritual (Fahrudin, 2003).

Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah memiliki kewenangan untuk melakukan perbaikan di dalam pelayanan dan kebijakan melalui regulasi yang tepat sasaran. Nantinya agar dapat terealisasikan dalam rangka mencapai tujuan dari bernergara. Regulasi yang ada maka harus dibentuk dengan benar serta mendorong terselenggaranya dinamika sosial antar semua elemen masyarakat dan mampu mendorong peningkatan keberfungsian sosialnya agar bisa merasakan kesejahteraan di dalam dirinya.

Konsep Perlindungan Sosial yaitu kumpulan upaya publik untuk menghadapi kerentanan dan kemiskinan dan tidak dapat bekerja sendiri sehingga perlu harus dilengkapi dengan strategi lain seperti pemberdayaan dan penciptaan lapangan kerja (Habibullah, 2017). Berdasarkan perseptif diatas, maka untuk

(20)

6

mewujudkan kesejahteraan sosial diperlukan pembangunan yang menjadikan masyarakat sebagai subjek dan objek, masyarakat didorong untuk berpartisipasi aktif secara optimal hingga mandiri.

Salah satu upaya mendorong partisipasi aktif masyarakat hingga mandiri adalah melalui model pemberdayaan masyarakat dalam perspektif pengembangan masyarakat di tingkat lokal, dimana masyarakat dapat terlibat secara aktif dalam memberdayakan komunitasnya menuju pada kemandirian dan kesejahteraan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat termasuk individu yang mengalami kemiskinan, sedangkan sebagai tujuan pemberdayaan menunjukkan pada keadaan atau hasil yang dicapai dari perubahan sosial yaitu masyarakat yang lebih berdaya (Suharto, Isu-Isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi, 2004).

Selain itu, dalam perspektif Islam untuk menjalankan pemberdayaan keluarga miskin diambil dari langkah yang tepat.

Yaitu dengan memberikan kebijakan atau program yang adil.

Terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ Ayat 58:

ِساَّنلا َنْيَب مُتْمَكَح اَذِإ َو اَهِلْهَأ ٰىَلِإ ِتاَناَمَ ْلْا اوُّدَؤُت نَأ ْمُكُرُمْأَي َ َّاللَّ َّنِإ اًعيِمَس َناَك َ َّاللَّ َّنِإ ۗ ِهِب مُكُظِعَي اَّمِعِن َ َّاللَّ َّنِإ ۚ ِلْدَعْلاِب اوُمُكْحَت نَأ

ا ًري ِصَب

Artinya:

(21)

7

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (QS. An-Nisa: 58).

Esensi yang dapat diambil bahwa Allah SWT sudah memberikan tuntutan yang ditunjukan kepada para pemimpin, pemegang kekuasaan atau kebijakan untuk menjaga amanat yang telah diemban guna menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat untuk berbuat adil dalam membuat regulasi dan nantinya bisa dirasakan manfaatnya bagi orang banyak. Dengan itu program pemberdayaan untuk penduduk miskin dapat diharapkan bermanfaat untuk kehidupannya.

Dalam perspektif lain pemberdayaan sebagai suatu program, dimana pemberdayaan dilihat dari tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai suatu tujuan, yang biasanya sudah ditentukan jangka waktunya. Menurut bu Fatmawati selaku Kepala Seksi Perlindungan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, dari hasil peninjauannya program pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dengan jangka waktu 1, 2 ataupun 5 tahun, atau bisa saja pemberdayaan tidak akan berakhir dengan selesainya suatu program. Proses ini akan berlangsung, selama komunitas itu masih ada dan mau berusaha memberdayakan dirinya sendiri (wawancara Ibu Fatmawati, 2020).

(22)

8

Salah satu upaya dan usaha pemerintah untuk mengatasi kemiskinan yang disinergikan dengan sistem otonomi daerah adalah melaksanakan pemberian bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) mandiri. Lembaga pemerintahan yang mengeluarkan kebijakan adalah pemerintah kota Jakarta Barat melalui Suku Dinas Sosial Kota Jakarta Barat. Program pemberian bantuan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) mandiri menyasar kepada golongan fakir miskin yang sudah mempunyai usaha sebelumnya dan mengalami keterbatasan yang melekat pada kehidupannya, seperti rendahnya sumber daya manusia, kurangnya modal usaha dan keterbatasan kemampuan dalam menghubungkan jaringan pemasaran. Melalui program pemberdayaan fakir miskin mandiri yang difasilitasi oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Barat berupaya untuk dapat menekan angka kemiskinan dan nantinya bisa dijalankan oleh anggota keluarga miskin agar bisa berdaya dalam peningkatan kesejahterannya.

Program bantuan Usaha Ekonomi Produktif mandiri dilaksanakan di setiap Kecamatan yang merupakan bagian dari wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat, salah satunya di Kecamatan Tambora. Penerima manfaat dari program pemberian di Kota Jakarta Barat sendiri sebesar 385 orang, sedangkan di Kecamatan Tambora sendiri untuk penerima program dari UEP sebesar 99 Orang (Sari, 2019). Dimana jumlah tersebut membuat wilayah Jakarta Barat menjadi wilayah terbanyak dengan penerima manfaat dari program UEP. Program UEP diharapkan mampu menjadi sebuah wadah bagi fakir miskin perorangan agar bisa terus memanfaatkan potensi yang ada pada dalam diriya

(23)

9

seperti bewirausaha. Selain itu, program ini bertujuan untuk mencetak pelaku usaha mandiri agar bisa berdaya dalam peningkatan kesejahteraan dalam dirinya maupun keluarganya.

Penyelenggaraan program pemberdayaan berbasis mandiri ini menarik untuk diteliti karena lembaga memfokuskan perorangan di Kecamatan Tambora untuk memberdayakan keluarga miskin menjadi keluarga yang berdaya dan untuk meningkatkan kesejahteraan dengan memanfaatkan pengetahuan serta keterampilan yang mereka miliki dalam berwirausaha.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik dalam penulisan tugas akhir atau skripsi ini untuk meneliti masalah di atas dengan judul “Implementasi Program Pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat Dalam Peningkatan Kesejahteraan Fakir Miskin di Kecamatan Tambora”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang masalah yang dikaji, agar penelitian tidak meluas dan agar dapat dikaji lebih dalam khasazah keilmuan ruang lingkup penelitian. Maka peneliti memfokuskan dan membatasi masalah ini pada implementasi program pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat dalam peningkatan kesejahteraan fakir miskin di Kecamatan Tambora.

(24)

10 C. Rumusan Masalah

Ditinjau dari pembatasan masalah diatas, maka secara spesifik peneliti mengambil rumusan masalah sebagai penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana Proses Pelaksanaan Program Pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat Dalam Peningkatan Kesejahteraan Fakir Miskin di Kecamatan Tambora?

b. Bagaimana Dampak Program Pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat Dalam Peningkatan Kesejahteraan Fakir Miskin di Kecamatan Tambora?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian:

Adapun dari penelitian dari rumusan masalah yang ingin diteliti, tujuan yang ditetapkan dan dicapai dalam penelitian, yaitu:

a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan program pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat dalam peningkatan kesejahteraan fakir miskin di Kecamatan Tambora b. Untuk mengetahui dampak program pemberdayaan

Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat dalam peningkatan kesejahteraan fakir miskin di Kecamatan Tambora

(25)

11 2. Manfaat Penelitian:

Penelitian berbentuk skripsi ini tidak hanya bertujuan untuk memperoleh gelar sarjana saja, akan tetapi penelitian ini guna memiliki nilai atau manfaat baik untuk orang banyak secara akademis maupun praktis.

a. Manfaat akademis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi tambahan pengetahuan khazanah keilmuan bagi pengembangan wacana ilmu kesejahteraan sosial khususnya di bidang pemberdayaan penanganan fakir miskin. Serta menjadi bahan referensi informasi bagi mahasiswa dan masyarakat umum yang tertarik dalam penelitian ini.

b. Manfaat praktis

Penyusun berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi atau manfaat bagi peneliti dan khalayak luas yang membacanya serta memberikan beberapa informasi yang dibutuhkan bagi pihak yang berkepentingan.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan kajian terdahulu terhadap beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan tema pembahasan. Adapun penelitian terdahulu dalam penulisan skripsi yang berhubungan dengan judul yang penulis ambil, maka peneliti menggunakan e-journal sebagai tinjauan pada penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:

(26)

12 Tabel 1.1 Kajian Terdahulu

No. Nama dan Judul Jurnal Metode Hasil Pembeda

1. Jurnal dengan judul

“Pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Bagi Masyarakat Miskin Di Kecamatan Miomaffo Timor Kabupaten Timor Tengah Utara”, 2019. Disusun oleh:

Bhernadus Ghawa Rado dan Emilia Khristina Kiha, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Timor.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Hasil dari penelitian ini tahapan pemberdayaan UEP mengacu pada 3 tahapan menurut Pranarka yang dilakukan kepada

kelompok usaha yaitu: tahap persiapan, pelaksanaan, dan penyerahan bantuan.

Sedangkan peneliti mengacu pada 7 tahapan pemberdayaan menurut Soekanto. yang dilakukan kepada para pelaku usaha ekonomi

produktif mandiri oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Barat.

2. Jurnal dengan judul

"Pemberdayaan Karang Taruna Kecamatan Rakit Melalui Kegiatan

Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Berbasis Masyarakat", 2019. Disusun oleh: Sarno, Program Studi Agroteknologi, Politeknik Banjarnegara.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pada karang taruna Kecamatan Rakit berfokus pada pemuda/i.

pemberdayaan yang dilakukan menggunakan 3 tahapan yaitu:

penyuluhan, pelatihan, dan pendampingan.

Sedangkan peneliti mengacu pada7 tahapan pemberdayaan menurut Soekanto, yang dilakukan kepada para pelaku usaha ekonomi

produktif mandiri oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Barat.

(27)

13

No. Nama dan Judul Jurnal Metode Hasil Pembeda

3. Jurnal dengan judul

“Dampak Program Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Desa Plimping Baru Kecamatan Kelam Permai”, 2019.

Disusun Oleh: Kardius Richi Yosada, STIKIP Persada Khatulistiwa Sintang, Indonesia

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeberdayaan masyarakat melalui kelompok usaha produktif masih terfokus pada kegiatan pengguliran dana yang

menyebabkan tidak

berkembangnya kegiatan lain. Dan tidak

menggunakan tahapan

pemberdayaan, hanya sosialisasi dan pembinaan pada penelitian ini.

Peneliti mengacu pada 7 tahapan pemberdayaan menurut Soekanto.

Dan melihat peningkatan kesejahteraan setelah bergabung dengan UEP Suku Dinas Sosial Jakarta Barat.

4. Jurnal dengan judul

“Pelaksanaan Program Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Malinau Kota Kecamatan Malinau”, 2015. Disusun oleh:

Rumayah, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan program

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Desa Malinau Kota berbasis keluarga (PKK).

Pemberdayaan yang dilakukan dengan cara simpan pinjam anggota kepada koperasi.

Pemberdayaan yang dilakukan oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Barat melalui usaha ekonomi produktif mandiri.

Sasarannya adalah individu yang sudah mempunyai usaha dan

dimasukkan menjadi anggota UEP untuk dikembangkan.

(28)

14

No. Nama dan Judul Jurnal Metode Hasil Pembeda

5. Jurnal dengan judul

"Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Melalui Daur Ulang Sampah Plastik (Studi Kasus Bank Sampah Berlian Kelurahan Tangkerang Labuai)", 2016. Disusun oleh: Roza Linda, Fakultas Ekonomi dan Sosial UIN Sultan Syarif Kasim Riau – Pekanbaru.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif.

Pemberdayaan yang dilakukan oleh Bank Sampah Berlian menggunakan 5 tahapan

pemberdayaan menurut Nana Mintarti yaitu:

penyadaran, pengorganisasian, kaderisasi,

dukungan teknis, dan pengelolaan sistem.

Peneliti mengacu pada 7 tahapan pemberdayaan menurut Soekanto.

Dan melihat peningkatan kesejahteraan setelah bergabung dengan UEP Suku Dinas Sosial Jakarta Barat.

F. Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan sebuah informasi atau pengetahuan yang akan dapat menjawab berbagai pertanyaan, sehingga nantinya dapat memecahkan masalah yang akan diteliti. Oleh sebab itu, menggunakan metode yang relevan untuk menunjang keberhasilan dalam penelitian sangat penting karena menguji keabsahan data, maka peneliti perlu menentukan data valid, akurat, dan signifikan untuk mengungkapkan apa permasalahan yang sedang diteliti.

(29)

15 1. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dimana peneliti berpikir secara induktif, yaitu diawali dengan menjelaskan paparan permasalahan dan diakhiri berupa kesimpulan dalam bentuk pernyataan umum. Dengan cara menekankan terhadap fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan langsung di lapangan, lalu menganalisa dalam interpretasi peneliti, kemudian berupaya untuk melakukan teorisasi berdasarkan apa hasil yang diamati secara mendalam.

(Sugiyono, 2014)

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif karena penulis berharap hasil yang didapatkan bisa menyajikan data yang akurat dan menggambarkan dengan jelas tentang program pemberdayaan yang ada di Suku Dinas Sosial Jakarta Barat. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Menurut Bogdan &

Taylor penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa deskriptif yakni, dalam bentuk kata-kata tulisan maupun lisan dari orang-orang yang berperilaku yang bisa diamati lalu diarahkan pada latar secara menyeluruh atau utuh. (Meleong, 2010)

2. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian data deskriptif berupa kata-kata, analisis dalam menguji keabsahan suatu data maka peneliti menentukan

(30)

16

data-data valid, akurat, dan signifikan untuk bisa mengungkapkan permasalahan yang sedang diteliti.

Kata deskriptif berasal dari bahasa Inggris, descriptive, yang berarti sifat dalam bentuk gambar maupun lukisan yang sebenarnya adalah harfiah, yaitu berupa data foto yang diperoleh dari lapangan atau menjelaskan hasil sebuah gambar yang diperoleh dari lapangan dengan bentuk kata-kata. Penelitian deskriptif kualitatif dijelaskan oleh responden yang didapat dalam bentuk kata-kata, benar apa adanya sesuai dengan pertanyaan yang diajukan peneliti, lalu dianalisis dengan kata-kata apa yang mendasari responden bertindak, berperilaku, dan berperasaan.

Kemudian direduksi, ditriangulasi, dan disimpulkan oleh peneliti, dan diverifikasi atau dikonsultasikan kembali kepada responden (Usman, 2009). Berdasarkan penjelasan tersebut tujuan peneliti adalah ingin mengetahui proses pelaksanaan program pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat dalam peningkatan kesejahteraan fakir miskin di Kecamatan Tambora. Data yang diperoleh nantinya berasal dari wawancara, foto, dokumentasi dan dokumen-dokumen penunjang.

3. Sumber Data

Bila dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu:

a. Data Primer

(31)

17

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari para informan yang ada di Suku Dinas Sosial Jakarta Barat seperti kepala bidang, staff lembaga, pendamping lembaga untuk UEP, dan beberapa penerima manfaat program UEP di Kecamatan Tambora. Data primer ini diperoleh melalui observasi partispasi dan wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti dari beberapa literatur yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini, seperti dari arsip Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, data-data yang terdapat di perpustakaan, dokumen, data-data perusahaan atau lembaga yang terkait.

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Tambora Jl. Pangeran Tubagus Angke, Angke, Tambora, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11330.

Dalam penelitian ini peneliti membutuhkan waktu selama enam bulan yang dimulai pada bulan Januari 2021 sampai Juni 2021.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sangat dibutuhkan dalam mendapatkan sebuah data dan informasi untuk bisa memberikan jawaban dan permasalahan dalam penelitian.

Berikut beberapa teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian yaitu:

(32)

18 a. Teknik Observasi

Observasi adalah sebuah aktivitas pengamatan terhadap suatu proses atau objek dengan tujuan untuk mendapatkan sebuah informasi yang sedang ditinjau dan akan dipahami dari fenomena yang dilandasi oleh pengetahuan dan gagasan. Selanjutnya untuk mendapatkan sebuah informasi-informasi yang dibutuhkan untuk menunjang pada penelitian.

Dalam menggunakan metode teknik observasi, peneliti harus bisa memperhatikan beberapa hal, yakni:

ruang dan tempat, waktu, kegiatan, pelaku, alat, peristiwa, perasaan dan tujuan (Martono, 2011). Dengan demikian peneliti berusaha untuk melakukan pencarian data yang valid melalui pengamatan yang dilakukan di lapangan untuk menganalisa program pemberdayaan UEP dalam peningkatan kesejahteraan fakir miskin yang sesuai dengan fakta dan berada di lokasi. Peneliti juga dapat mengetahui secara langsung dengan melakukan pengamatan yang bertahap guna memantau penerima manfaat program UEP dan sesuai dengan apa yang sedang diteliti oleh penulis.

b. Teknik Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua arah, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang yang dituju dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, untuk mendapatkan sebuah informasi berdasarkan tujuan tertentu. (Mulyana, 2004)

(33)

19

Dalam hal ini, peneliti menggunakan teknik wawancara secara objektif atau menyeluruh. Penulis sebelumnya menyiapkan pertanyaan yang akan diajukan untuk ditanyakan kepada pihak informan. Kemudian penulis dan informan melakukan komunikasi dua arah dan menanyakan pertanyaan sesuai yang dibutuhkan peneliti.

Adapun orang yang akan peneliti pilih untuk dijadikan informan adalah Kepala dan staff Divisi Perlindungan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin, pendamping UEP, dan penerima manfaat Usaha Ekonomi Produktif (UEP).

c. Studi Dokumentasi

Metode atau teknik ini digunakan untuk menelusuri data catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Selain itu studi dokumentasi dapat digunakan sebagai pendukung dalam penelitian tambahan data dari observasi maupun wawancara dengan menggambarkan suatu kondisi yang menjadi fakta empiris di lapangan saat penulis melakukan penelitian. Teknik ini bekerja dengan cara pengambilan data melalui dokumen, arsip dokumen dalam bentuk tulisan maupun lisan, elektronik audio maupun visual. (Sugiyono, 2014)

Dengan menggunakan metode ini akan diperoleh data laporan hasil kegiatan yang meliputi foto-foto, data, buku dan literatur yang berkaitan dengan penelitian di Suku Dinas Sosial Jakarta Barat wilayah Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.

(34)

20 6. Teknik Pemilihan Informan

Dalam (Martono, 2011) Teknik yang digunakan untuk subjek penelitian ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan). Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan beberapa pertimbangan tertentu. Peneliti memilih sumber sebagai sampel dengan memilih benar-benar yang mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik sesuai yang sedang diteliti. Informan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dan dianggap sebagai orang-orang yang tepat dalam memberikan sebuah informasi yang seseuai dengan tujuan penelitian. Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 1.2

Subjek dan Informan Penelitian Informan Informasi yang

Diperoleh

Jumlah Metode

(Kepala Divisi Perlindungan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin SUDINSOS Jakarta Barat)

Memperoleh Informasi mengenai kebijakan pelaksanaan

pemberdayaan

masyarakat UEP oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Barat

1 Orang

Wawancara

(35)

21 Informan Informasi yang

Diperoleh

Jumlah Metode

(Koordinator Staff Divisi Perlindungan Sosial dan Penanganan Fakir Miskin SUDINSOS Jakarta Barat)

Memperoleh informasi terperinci mengenai pelaksanaan pemberdayaan

masyarakat UEP oleh Suku Dinas Sosial Jakarta Barat, proses implementasi dan data penerima program UEP

1 Orang

Wawancara dan

observasi

(36)

22 Sumber: Olahan Data Pribadi 7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah sebuah proses penyusunan pengolahan data dalam bentuk penyajian, interpretasi dan menganalisa data yang diperoleh dari lapangan, yang memiliki tujuan untuk memiliki makna, dan sehingga bisa diketahui oleh banyak orang (pembaca) dari hasil penelitian yang sedang diteliti. (Martono, 2011). Teknik aktivitas dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data yaitu proses penyempurnaan data, yang dimulai melihat data. Dalam hal ini bisa mengurangi data yang dianggap tidak perlu, maupun menambahkan data yang dirasa masih kurang. Data yang Informan Informasi yang

Diperoleh

Jumlah Metode Koordinator

UEP Kota Jakarta Barat

Memperoleh informasi terperinci mengenai pelaksanaan kegiatan, pendamping, proses implementasi UEP dan data penerima UEP

1 Orang

Wawancara dan

observasi

Penerima manfaat program UEP

Memperoleh informasi mengenai kegiatan proses pelaksanaan dan dampak program UEP

5 Orang

Wawancara dan

observasi

Total Informan 8 orang

(37)

23

diperoleh di lapangan mungkin sangat banyak. Dan reduksi data ini berarti meringkas, memilih hal-hal yang pokok saja, fokus pada yang penting, dicari pola dan temanya.

b. Penyajian Data (Display)

Setelah data direduksi, maka kegiatan menyajikan data akan mempermudah peneliti untuk memahami apa yang terjadi selama penelitian berlangsung. Penyajian data yaitu proses pengumpulan informasi yang disusun berdasarkan pengelompokan data yang diperlukan. Pada umumnya peneliti menyajikan data dalam bentuk naratif atau statistik. Untuk menyajikan suatu data, dapat juga menggunakan bahasa nonverbal seperti tabel, bagan, grafik, matriks, dan denah.

c. Verifikasi Data (Conclusions drowing/verifiying)

Tahapan ketiga dari analisis kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan hasil kesimpulan atau dapat dikatakan sebagai verifikasi data. Verifikasi data dapat dilakukan apabila hasil kesimpulan awal bersifat sementara, dan akan berubah jika tidak adanya bukti-bukti kuat untuk menunjang pada tahap pengumpulan data selanjutnya. Permasalahan yang timbul dalam penelitian kualitatif biasanya terletak pada sifat yang masih sementara dan dapat terus berkembang setelah peneliti terjun ke lokasi. (Sugiyono, 2007)

(38)

24

Berdasarkan dari uraian di atas, setiap tahapan dalam proses tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh data yang ada.

8. Teknik Keabsahan Data

Dalam penelitian kali ini maka peneliti menggunakan teknik triangulasi. Tringulasi sumber informan untuk menguji kredibilitas data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, membandingkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan. (Sugiyono, 2007) Hal ini peneliti perlu menggunakan triangulasi karena yang dicari adalah kata-kata yang diperoleh dari beberapa sumber yang kredibilitas dan data diperika oleh kelengkapan data.

9. Pedoman Penulisan Skripsi

Penulisan penelitian kali mengacu pada Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017 tentang pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam 6 (enam) BAB dengan gaya penulisan menggunakan Chicago 1:

Bidang Ilmu Sosial (author-datesystem) sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat

(39)

25

penelitian, metode penelitian, tinjauan kajian terdahulu, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori apa yang akan digunakan dalam membahas implementasi program pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat dalam peningkatan kesejahteraan fakir miskin di Kecamatan Tambora, kajian pustaka, dan kerangka berpikir.

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA

Bab ini berisi tentang gambaran secara umum lembaga penelitian yang diteliti meliputi profil, visi misi, struktur kepengurusan, dan lain sebagainya yang meliputi: Sejarah, Visi dan Misi, Tugas dan Fungsi Struktur Suku Dinas Sosial Jakarta Barat.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Bab ini berisi uraian penyajian data dan informasi serta temuan penelitian yang telah dilakukan di lapangan sesuai dengan judul

“implementasi program pemberdayaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat dalam peningkatan kesejahteraan fakir miskin di Kecamatan Tambora”.

(40)

26

BAB V PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi Membahas mengenai hasil penelitian tentang proses implementasi pemberdayaan program Usaha Ekonomi Produktif (UEP) Suku Dinas Sosial Jakarta Barat dalam peningkatan kesejahteraan fakir miskin di Kecamatan Tambora dan dampak program tersebut sebagai upaya peningkatan kesejahteraan fakir miskin di Kecamatan Tambora.

BAB VI PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan hasil penelitian dari tiap-tiap bab sebelumnya, dan memberikan saran kepada peneliti atau lembaga dan profesi terkait.

(41)

27 BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

A. Pemberdayaan Masyarakat

Dalam praktik pekerjaan sosial, Pembangunan sosial dan pemberdayaan masyarakat mempunyai kedekatan makna.

Pembangunan sosial dan pengembangan masyarakat saling terkait meskipun berbeda dalam praktiknya. Dapat dikatakan bahwa Pengembangan masyarakat merupakan bentuk dari pekerjaan komunitas yang berusaha menyelesaikan masalah kelompok lokal secara bersama-sama sedangkan pembangunan sosial merupakan aplikasi dari pengembangan masyarakat di negara berkembang sebagai keseluruhan aspek pembangunan sosial dan ekonomi (Fuaida, 2011, p. 95).

Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable development di mana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta dapat di ibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu kebijakan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis. Lingkungan yang strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain mencakup lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara optimal serta secara penuh dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan ekologinya (Rukminto, 2002, p. 102).

(42)

28

1. Teori Pemberdayaan (Empowerment)

Teori pemberdayaan muncul dari kesulitan praktik ekonomi liberal. Dalam praktik pekerjaan sosial, Pemberdayaan membantu individu dan kelompok mendapatkan kekuatan dalam mengambil keputusan dan aksi dengan cara meningkatkan kekuatan dalam mengambil keputusan dan aksi dengan cara meningkatkan kepercayaan diri untuk menggunakan kekuasaan serta mentransfer kekuatan dari kelompok dan individu (Fuaida, 2011, p. 49).

Menurut Wrihatnolo dan Riant istilah pemberdayaan diambil dari bahasa asing, yaitu empowerment, yang juga dapat bermakna pemberian kekuasaan karena power bukan sekedar daya, tetapi juga kekuasaan sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu, tetapi juga mempunyai kuasa (Wrihatnolo, 2007, p. 1).

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasan (empowerment), berasal dari kata dari kata “power” (kekuasaan atau keberdayaan). Secara harfiah bisa diartikan sebagai

“pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau peningkatan

“kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung (disadvantage) (Hurairah, 2008, p. 96).

Zastrow mendefinisikan konsep pemberdayaan (empowerment) sebagai proses menolong individu, keluarga, kelompok dan komunitas untuk meningkatkan kekuatan personal, interpersonal, sosial ekonomi, dan politik dan pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas hidupnya (Fuaida, 2011, p. 51).

Menurut Ife, pemberdayaan berarti “providing people

(43)

29

with the resources, opportunities,knowledges, and skills to increase their capacity to determine their own future, and to participate in and affect the life of their community.”

Pemberdayaan masyarakat berarti menyiapkan kepada masyarakat dengan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam komunitas masyarakat itu sendiri. Selanjutnya menurut Sumodiningrat pemberdayaan berarti meningkatkan kemampuan atau kemandirian (Sumodiningrat, 1999, p. 134).

Dengan demikian pemberdayaan dapat dilihat sebagai proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan ialah Self- development and coordination dimana pemberdayaan memberikan dorongan agar subjek mampu melakukan pengembangan diri dan melakukan koordinasi dengan pihak lain secara lebih luas. Dan sebagai tujuan, pemberdayaan mampu membawa ekonomi, sosial dan ekologi ke gerbang yang dinamis, lingkungan yang strategis dan masyarakat mampu untuk memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.

2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) adalah perwujudan capita building yang bernuansa pada pemberdayaan sumber daya manusia melalui pengembangan kelembagaan pembangunan sistem sosial ekonomi rakyat, sarana dan prasarana, serta pengembangan 3P, yaitu:

1) Pendampingan, yang dapat menggerakkan partisipasi total

(44)

30 masyarakat,

2) Penyuluhan, yang dapat merespon dan memantau ubahan- ubahan yang terjadi di masyarakat, dan

3) Pelayanan, yang berfungsi sebagai unsur pengendali ketetapan distribusi asset sumber daya fisik dan non fisik yang diperlukan masyarakat.

Di dalam melakukan pemberdayaan, keterlibatan pihak yang diberdayakan sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai secara maksimal. Program yang mengikutsertakan masyarakat memiliki beberapa tujuan, yaitu agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka, serta meningkatkan keberdayaan (empowering) pihak yang diberdayakan dengan pengalaman merancang, melaksanakan, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonomi (Kartasasmita, 1996, p. 249)

Dalam pemberdayaan, diperlukan suatu perencanaan yang didalamnya terkandung prinsip-prinsip pemberdayaan, yaitu adanya pihak-pihak yang memberdayakan (community worker) dan pihak yang diberdayakan (masyarakat). Antara kedua pihak harus saling mendukung sehingga masyarakat sebagai pihak yang akan diberdayakan bukan hanya dijadikan objek, tetapi lebih diarahkan sebagai subjek (pelaksana).

Kartasasmita menyatakan bahwa proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui 3 proses, yaitu:

1) menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Titik

(45)

31

tolaknya adalah bahwa setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada sumber daya manusia atau masyarakat tanpa daya,

2) memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau suasana,

3) memberdayakan juga mengandung arti melindungi.

Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat (Kartasasmita, 1996, p. 193).

Menurut Shardlow, pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana kelompok atau individu komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan yang sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan masyarakat adalah;

1. Masyarakat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.

2. Masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan.

3. Proses pelaksanaan pembangunan sudah berdasarkan hukum dan peraturan yang berlaku.

4. Proses pembangunan terlebih dahulu disosialisasikan kepada masyarakat.

5. Respon masyarakat terhadap kegiatan program pembangunan tersebut sudah baik.

6. Telah melibatkan masyarakat dalam musyawarah peran

(46)

32 pembangunan.

7. Hasil pelaksanaan pembangunan dapat dinikmati masyarakat.

8. Pemerintah dapat mempertanggung jawabkan hasil pemberdayaan pelaksanaan pembangunan.

9. Terlaksananya demokrasi dalam musyawarah perencanaan pembangunan.

10. Sesuai dengan permintaan atau harapan masyarakat dengan program pemerintah yang terlaksana (Adi, 2001, pp. 54-55).

Menurut Soegijoko, terdapat tiga pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat. Pertama, pendekatan yang terarah, artinya pemberdayaan masyarakat harus terarah yakni berpihak pada orang miskin. Kedua, pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama untuk memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi. Ketiga, pendekatan pendampingan, artinya selama proses pembentukan dan penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu di dampingi oleh pendamping yang profesional sebagai fasilisator, komentator dan dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya kemandirian (Kusbiantoro, 1997, p. 179).

3. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan.

Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami

(47)

33

oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang dimiliki (Sulistiyani, 2004).

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat, yang dilakukan dengan upaya sebagai berikut:

a. Enabling, yaitu menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu dengan cara mendorong (encourage), memotivasi dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

b. Empowering, yaitu meningkatkan kapasitas dengan memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata seperti penyediaan berbagai masukan (input) serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang dapat membuat masyarakat menjadi makin berdayaan.

c. Protecting, yaitu melindungi kepentingan dengan mengembangkan sistem perlindungan bagi masyarakat yang menjadi subjek pengembangan. Dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam

(48)

34

menghadapi yang kuat. Melindungi dalam hal ini dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah (Fahrudin, 2012)

Menurut Mardikanto, terdapat enam tujuan pemberdayaan masyarakat, yaitu:

a. Perbaikan kelembagaan (better institution). Dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan akan memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring kemitraan usaha.

b. Perbaikan usaha (better business). Perbaikan pendidikan (semangat belajar), perbaikan aksesibisnislitas, kegiatan dan perbaikan kelembagaan, diharapkan akan memperbaiki bisnis yang dilakukan.

c. Perbaikan pendapatan (better income). Dengan terjadinya perbaikan bisnis yang dilakukan, diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang diperolehnya, termasuk pendapatan keluarga dan masyarakatnya.

d. Perbaikan lingkungan (better environment). Perbaikan pendapatan diharapkan dapat memperbaiki lingkungan (fisik dan sosial), karena kerusakan lingkungan seringkali disebabkan oleh kemiskinan atau pendapatan yang terbatas.

e. Perbaikan kehidupan (better living). Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik, diharapkan dapat memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.

f. Perbaikan masyarakat (better community). Kehidupan

(49)

35

yang lebih baik, yang didukung oleh lingkungan (fisik dan sosial) yang lebih baik, diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula (Mardikanto, 2014)

4. Pendekatan Pemberdayaan

Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan tiga pendekatan atau matra pemberdayaan (empowerment setting) yakni Mikro, Mezzo, dan Makro.

a. Mikro: Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task centered approach)

b. Mezzo: Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran.

Pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c. Makro: Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi system besar (large-system-strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada system lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,

(50)

36

kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak. (Suharto, Membangun Masyarakat Memerdayakan Rakyat, 2007)

5. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Soekanto (1987) dalam (Maryani & Nainggolan, 2019), pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan atau langkah yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:

a. Tahap persiapan (engagement)

Pada tahapan ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu: pertama, penyiapan petugas, yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan oleh community worker, tahap ini penting supaya efektivitas program pemberdayaan berjalan dengan baik. Dan kedua, penyiapan lapangan yang pada dasarnya dilakukan secara non-direktif.

b. Tahap pengkajian (assessment)

Pada tahapan ini yaitu proses pengkajian dapat dilakukan secara individual melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini petugas harus berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan (feel needs) dan juga sumber daya yang dimiliki klien. Dengan demikian program yang dilakukan tidak salah sasaran, artinya sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang ada pada

(51)

37

masyarakat yang mengikuti kegiatan pemberdayaan masyarakat.

c. Tahap perencanaan alternatif program atau kegiatan

Pada tahapan ini petugas sebagai agen perubahan (change agent) secara partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat dilakukan. Beberapa alternative itu harus dapat menggambarkan kekurangan dan kelebihannya, sehingga alternatif program yang dipilih nantinya dapat menunjukkan kegiatan atau program yang paling efektif dan efisien untuk tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat.

d. Tahap pemformalisasi rencana aksi

Pada tahapan ini agen perubahan membantu masing- masing kelompok untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang mereka akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Di samping itu juga petugas membantu untuk memformalisasikan gagasan mereka ke dalam bentuk tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada penyandang dana. Dengan demikian penyandang dana akan paham terhadap tujuan dan sasaran pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan tersebut.

e. Tahap pelaksanaan (implementasi) program atau kegiatan Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat

(52)

38

menjaga keberlangsungan program yang telah dikembangkan.

Kerja sama antar petugas dan masyarakat merupakan hal penting dalam tahapan ini karena terkadang sesuatu yang sudah direncanakan dengan baik bisa melenceng saat di lapangan. Pada tahap ini, supaya seluruh peserta program dapat memahami dengan jelas akan maksud, tujuan, serta sasarannya. Maka program itu terlebih dahulu perlu disosialisasikan, sehingga dalam implementasinya tidak menghadapi kendala yang berarti.

f. Tahap evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga.

Dengan keterlibatan warga tersebut diharapkan dalam jangka waktu pendek biasanya membentuk suatu sistem komunitas untuk pengawasan secara internal dan untuk jangka panjang dapat membangun komunikasi masyarakat yang lebih mendirikan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Pada tahap evaluasi ini diharapkan dapat diketahui secara jelas dan terukur seberapa besar keberhasilan program ini dapat dicapai, sehingga diketahui kendala-kendala yang pada periode berikutnya bisa diantisipasi untuk pemecahan permasalahan atau kendala yang dihadapi itu.

g. Tahap terminasi

Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera berhenti. Artinya masyarakat

(53)

39

yang diberdayakan telah mampu mengatur dirinya untuk bisa hidup lebih baik dengan mengubah situasi kondisi sebelumnya yang kurang bisa menjamin kelayakan bagi dirinya dan keluarganya (Nainggolan, Pemberdayaan Masyarakat, 2019, pp. 15-18).

Keberhasilan dari program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh pihak yang melakukan pemberdayaan saja, tetapi juga oleh aktifnya pihak yang diberdayakan untuk mengubah situasi dan kondis menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Pada dasarnya, pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan hanya sementara saja sampai target yang diinginkan tercapai, yaitu masyarakat mampu untuk mandiri dalam menjalani kehidupannya, dan tetap di jaga agar tidak jatuh lagi (Sumodiningrat, 1999).

Masyarakat yang sudah mandiri juga tidak dapat dibiarkan begitu saja. Masyarakat tersebut tetap memerlukan perlindungan, supaya dengan kemandirian yang dimiliki dapat melakukan dan mengambil tindakan nyata dalam proses pembangunan. Dengan demikian, dalam rangka menjaga kemandirian tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, motivasi, dan mereka merasakan dampak yang sangat signifikan dirasakan agar tidak mengalami kemunduran lagi.

6. Indikator Keberhasilan Pemberdayaan

Terdapat beberapa indikator keberhasilan program pemberdayaan menurut Sumodiningrat (1999), yaitu:

a. Berkurangnya jumlah penduduk miskin.

(54)

40

b. Berkembangnya usaha dan peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

c. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.

d. Meningkatkan kemandirina kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapihnya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.

e. Meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan pendapatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya (Sumodiningrat, 1999).

7. Pemberdayaan Ekonomi

Pemberdayaan ekonomi adalah sebuah langkah yang harus dilakukan guna memperbaiki kondisi masyarakat terlebih pada tingkat ekonomi rendah. Disini masyarakat di tantang untuk lebih bekerja keras, kreatif dan mandiri dalam berwirausaha.

Pembedayaan ekonomi, seperti yang kita saksikan bahwa indonesia sudah tertinggal dalam kemajuan dan penguasaan teknologi untuk itu di perlukan berbagai upaya pemberdayaan ekonomi dan intelektual. Telah kita ketahui permasalahan kemiskinan menjadi demikian erat dengan masyarakat dan sudah

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan demikian diketahui bahwa tanah dibawah steel pile masih mampu mendukung beban maksimum yang terjadi.. 4.9.3

Dari semua simulasi yang dilakukan pada sistem IEEE 30 bus dengan 6 unit pembangkit, terlihat bahwa terdapat selisih biaya pembangkitan antara UC, SCUC Normal, dan SCUC

Mengenai kebenaran beliau, Hadrat Masih Mau'ud ‘alaihis salaam menulis: 'Aku melihat bahwa orang yang mau mengikuti alam dan hukum alam telah diberikan kesempatan bagus oleh

Orang dengan gangguan dapat memberikan rasa yang tidak realistis tentang kemahakuasaan, kemegahan, keindahan, dan bakat untuk anak-anak mereka, dengan demikian, keturunan dari orang

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa rata-rata jawaban responden tertinggi pada indikator daya tahan dan keandalan adalah 4,12 hasil ini menunjukkan bahwa

Berdasarkan aspek yang ada dalam Pendidikan Jasmani itu sendiri maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud hasil belajar Pendidikan Jasmani adalah adanya

Tingginya frekuensi serangan rayap di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Surabaya, Serang, Bogor, Sleman dan Rangkasbitung dibandingkan kota lainnya diduga karena