• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN LKPD PADA MATERI-MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN. Suratini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN LKPD PADA MATERI-MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN. Suratini"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN LKPD PADA MATERI-MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN Suratini

1 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI)

Vol. 5, No. 2, Mei - Agustus 2020

ISSN 2477-2240 (Media Cetak).

2477-3921 (Media Online)

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN LKPD PADA MATERI-MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

Suratini

SMP Negeri 1 Gemuh Kab Kendal, Jawa Tengah Abstrak

Kurikulum 2013 belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Kebiasaan lama, guru sebagai pusat kegiatan pembelajaran masih belum hilang. Guru masih mendominasi proses pembelajaran. Guru masih berorientasi bahwa buku adalah sumber belajar yang utama. Akibatnya, peserta didik kurang aktif berinteraksi sebagai subjek belajar. Akibat lebih jauh lagi, peserta didik tidak memahami materi pembelajaran dan hasil belajar tidak maksimal/rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Problem Based Learning berbantuan LKPD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA tentang Pencemaran Lingkungan. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada setiap siklus meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi oleh kolaborator, dan refleksi. Data hasil belajar peserta didik meliputi nilai Uji Kompetensi di setiap siklus. Dari hasil tindakan diperoleh nilai rata-rata semakin meningkat dari pra siklus, siklus I dan siklus II berturut-turut: 73,6; 81,20; dan 84,10. Ketuntasan klasikal 62,5%; 84,38%; dan 87,50%.

Hasil pengamatan observer pada aktivitas peserta didik menunjukkan kenaikan dari pra siklus, siklus I, dan Siklus II, yaitu: 57,81; 80,31; dan 89,06. Dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA peserta didik.

© 2020 Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia Kata Kunci: Aktivitas Belajar; Hasil belajar; Problem Based Learning, LKPD.

PENDAHULUAN

Kondisi pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam masih menunjukkan indikasi bahwa pola pembelajaran yang dikembangkan oleh guru cenderung masih bersifat guru sentris, sehingga peserta didik justru sering menjadi objek pembelajaran. Kondisi demikian jelas menyebabkan interaksi yang searah yaitu dari guru ke peserta didik saja, sehingga mematikan kreativitas peserta didik dan tidak mendorong pengembangan potensi peserta didik. Akibat lebih jauh hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik juga tidak optimal karena guru hanya mencekoki pikiran peserta didik dengan konsep-konsep materi mata pelajaran yang bersifat hafalan (Etty Jaskarti, 2004: 7).

Kurikulum 2013 belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, pembelajaran masih didominasi guru, peserta didik merasa jenuh dan hasil belajar tidak maksimal. Di samping itu pembelajaran sains masih sering berorientasi pada buku sebagai sumber referensi yang utama sehingga lebih bersifat tekstual, akibatnya pembelajaran sains yang terjadi menjadi membosankan. Hakekat pendidikan sains adalah realita alam, yaitu diorientasikan peserta didik sebagai subjek belajar yang mampu membaca gejala- gejala dan fenomena alam. Interaksi langsung antara peserta didik dengan objek belajar merupakan bentuk pembelajaran yang mendorong peserta didik akan lebih aktif dan pembelajaran akan lebih bermakna bagi peserta didik.

Guru IPA SMP Negeri 1 Gemuh belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran kurikulum 2013. Metode ceramah masih mendominasi kegiatan pembelajaran. Peserta didik lebih banyak mendengarkan, sehingga mereka jenuh dan tidak tertarik dengan pembelajaran dan pencapaian

(2)

kompetensi tidak maksimal. Salah satu contoh adalah pada materi Pencemaran Lingkungan, padahal materi tersebut nyata dan ada di sekitar peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu mengadakan perubahan metode pembelajaran. Guru harus bisa mendesain pembelajaran yang menarik bagi peserta didik. Pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik agar ikut berperan aktif. Salah satu desain yang dapat dipilih adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Sebagai alat bantu yang memberikan petunjuk bagaimana langkah-langkah yang harus dikerjakan oleh peserta didik, maka dalam pembelajaran perlu disiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil dalam materi pelajaran Pencemaran Lingkungan.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Guru perlu membangun interaksi secara penuh dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Kesalahan yang sering terjadi selama proses pembelajaran berlangsung guru hanya menggunakan pola interaksi satu arah yaitu dari guru ke siswa. Pola interaksi yang demikian bukan hanya dapat memasung kreativitas siswa. Oleh sebab itu, guru perlu menggunakan variasi interaksi dua arah, yaitu pola interaksi siswa – guru – siswa bahkan pola interaksi multi arah (Sanjaya, 2006: 40).

Menurut Asmani (2011: 60) aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya. Bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakekat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

Mulyasa (2009: 121) mengatakan bahwa keberhasilan pembelajaran adalah keberhasilan siswa dalam membentuk kompetensi dan mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing siswa dalam pembelajaran. Ada dua indikator yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Pertama, daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan agar mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. Kedua, perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran yang telah dicapai siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Menurut Panen dalam buku (Rusmono, 2012: 74) bahwa dalam strategi pembelajaran dengan model Problem Based Learning siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya untuk mengidentifikasi permasalahan, pengumpulan data, dan menggunakan data tersebut untuk memecahkan masalah. Model Problem Based Learning guru tidak lagi berdiri di depan kelas sebagai ahli dan satu-satunya sumber yang siap untuk memberikan pelajaran. Seperti yang dikatakan oleh Ibrahim dan Nur (dalam Rusmono, 2012: 242) bahwa tujuan model PBL secara lebih rinci yaitu: (a) membantu siswa kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; (b) belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata, dan (c) menjadi para siswa yang otonom atau mandiri. Secara garis besar, Problem Based Learning terdiri atas menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang memberi kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Peranan guru dalam Problem Based Learning adalah mengajukan masalah, memfasilitasi penyelidikan dan dialog siswa serta mendukung belajar siswa.

Tujuan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) (1) Mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran (2) Membantu siswa mengembangkan konsep (3) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan ketrampilan proses (4) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran (5) Membantu siswa dalam memperoleh informasi tentang konsep yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara sistematis (6) Membantu siswa dalam

(3)

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN LKPD PADA MATERI-MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN Suratini

3 Pencemaran Lingkungan merupakan satu dari beberapa faktor yang dapat memengaruhi kualitas lingkungan. Pencemaran Lingkungan (environmental pollution) merupakan segala sesuatu baik berupa bahan-bahan fisika maupun kimia yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. zat kimia, debu, suara, radiasi, atau panas yang masuk ke dalam lingkungan.

Problem Based Learning berbantuan LKPD melibatkan peserta didik untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Seluruh peserta didik memperoleh kesempatan melaksanakan pengamatan, praktikum dan diskusi untuk menemukan jawaban dari masalah yang diberikan guru. Peserta didik memiliki panduan dalam menyelesaikan masalah untuk dapat menemukan sendiri konsep atau kompetensi belajar. Dengan menemukan sendiri konsep, akan lebih terkesan dan bermakna. Peserta didik lebih memahami sehingga hasil belajar meningkat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gemuh, Kabupaten Kendal dari bulan Januari 2019 hingga bulan Maret 2019. Subjek Penelitian adalah peserta didik kelas VII G terdiri atas 32 peserta didik;10 putra dan 22 putri.

Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus yang diawali dengan pra siklus yaitu sebelum tindakan dan siklus tindakan yaitu siklus I dan II. Tiap siklus meliputi kegiatan: 1) Rencana; 2) Pelaksanaan;

3) Obsevasi; dan 4) Refleksi. 1) Rencana tindakan meliputi kegiatan: a) Mempersiapkan skenario pembelajaran/RPP, LKPD, soal uji kompetensi; b) Menyiapkan media pembelajaran yaitu alat dan bahan praktikum; c) Mempersiapkan instrumen penilaian, lembar observasi, menetapkan waktu dan cara pelaksanaan refleksi. 2) Pelaksanaan tindakan adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan RPP yang telah ditetapkan dengan menerapkan model Problem Based Learning dengan menggunakan alat bantu LKPD. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung guru mitra atau observer mengamati dan mencatat secara cermat dan teliti dari aspek guru maupun peserta didik sesuai dengan instrumen pengamatan dan penilaian yang telah ditetapkan. 3) Observasi terhadap aktivitas peserta didik dan guru menggunakan lembar observasi, dilaksanakan selama proses pembelajaran. 4) Refleksi, pada tahap ini guru peneliti, dan guru kolaborator, melaksanakan diskusi refleksi untuk menganalisa data hasil observasi untuk mengetahui efektivitas tindakan yang telah dilaksanakan, apakah telah mengatasi masalah atau belum.

Data hasil belajar peserta didik diperoleh dari nilai uji kompetensi tiap siklus. Data aktivitas belajar peserta didik diambil melalui observasi selama proses pembelajaran. Angket untuk mengetahui sikap peserta didik terhadap tindakan pembelajaran dilaksanakan setelah dengan instrumen yang sudah dipersiapkan. Bila waktu tidak memungkinkan dilaksanakan di luar jam pelajaran. Analisis data dilaksanakan setelah pengambilan data melalui observasi, tes uji kompetensi dan pengisian angket. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah menganalisis data yang didapatkan dalam tahap observasi dan penilaian. Tolok ukur keberhasilan dilihat dari peningkatan aktivitas peserta didik dan mencapai 80%, hasil belajar yang ditunjukkan oleh peningkatan persentase ketuntasan mencapai 85%, nilai rata-rata ≥ 77 (KKM).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada materi Pencemaran Lingkungan tentang aktivitas peserta didik pada pra siklus, siklus I dan II diperoleh rekap data sebagai berikut:

(4)

Tabel 1. Rekap Aktivitas Belajar Peserta Didik

Aktivitas Peserta didik Pra Siklus Siklus I Siklus II

Aktif dalam kerja kelompok 81,35% 82,81% 90,62%

Aktif menjawab pertanyaan guru atau peserta didik

lain 68,75% 84,38% 92,19%

Aktif berpendapat 37,50% 68,75% 78,12%

Aktif mengajukan pertanyaan 43,75% 81,35% 89.06%

Aktif berada di dalam kelas 71,88% 84,38% 95,31%

Rata-rata 60,63% 80,31% 89,06%

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pada pra siklus atau sebelum tindakan, aktivitas peserta didik masih rendah dengan rata-rata 60,63, jauh di bawah nilai acuan penelitian. Pada siklus ini guru masih banyak mendominasi pembelajaran. Dari lima indikator, urutan paling sedikit adalah berpendapat, diikuti mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Sedangkan terbanyak diperoleh pada aktivitas kerja kelompok. Guru lebih mendominasi pembelajaran.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pada siklus I aktivitas peserta didik mengalami peningkatan menjadi 80,31%, sesuai kriteria penelitian, tetapi pada angka batas minimal acuan penelitian. Dari lima indikator, nilai terendah 68,75% diperoleh pada aktivitas berpendapat, sedangkan empat indikator yang lain di atas 80% dengan rata-rata akhir siklus I 80,31. Meskipun memenuhi target penelitian, tetapi masih berada pada angka minimal acuan, maka tindakan pada siklus I belum berhasil maksimal dan perlu diulang pada siklus II dengan KD yang sama, materi pembelajaran lanjutan. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa aktivitas peserta didik siklus II meningkat menjadi 89,06%

jauh melebihi target penelitian dan dapat dikatakan bahwa tindakan siklus II berhasil maksimal.

Tindakan penelitian tidak perlu diulang pada siklus berikutnya.

aktivitas pada peserta didik yang paling banyak teramati adalah kerja dalam kelompok, karena kemampuan ini tidak terlalu banyak membutuhkan persyaratan secara psikologis, yang penting adalah sikap interes dan motivasi yang tinggi dalam mengikuti proses belajar mengajar. Indikator menjawab pertanyaan pada siklus II mencapai 90,62. Kemampuan untuk menjawab pertanyaan telah banyak karena dibantu dari menjawab pertanyaan yang ada dalam pemecahan masalah dalam diskusi kelompok sehingga tinggal membutuhkan motivasi untuk menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas.

Indikator mengajukan pendapat belum maksimal, karena selain dibutuhkan kemampuan mengatasi beban psikologis, juga dibutuhkan kemampuan memunculkan ide-ide yang lain dari ide teman- temannya.

Pembelajaran pada siklus I dan siklus II menerapkan Problem Based Learning berbantuan Lembar Kerja Peserta Didik. Dalam LKPD dirumuskan dengan jelas langkah-langkah apa yang harus peserta didik lakukan, sehingga peserta didik asyik menyelesaikan masalah sendiri melalui eksperimen dan diskusi dalam kelompoknya. Guru tidak lagi banyak berbicara. Melalui Problem Based Learning, peserta didik dibiasakan berfikir secara runtut sehingga ketika ada masalah baru, mereka bisa menyelesaikannya dengan benar dan tepat.

Hasil aktivitas peserta didik pada siklus II sebesar 89,06 dan nilai aktivitas peserta didik yang selalu meningkat dari satu siklus ke siklus berikutnya telah memenuhi target penelitian.

Dari analisis hasil belajar berupa nilai Uji Kompetensi pada pra siklus diperoleh rata-rata nilai uji kompetensi sebesar 73,6 dengan ketuntasan belajar klasikal 62,50% dan meningkat pada siklus I dengan rata-rata nilai 81,3 dan ketuntasan klasikal 84,38%. Pada siklus II lebih meningkat lagi dengan nilai rata-rata 84,1 dan ketuntasan klasikal 87,50%. yang berarti di atas nilai ketuntasan minimal

(5)

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN LKPD PADA MATERI-MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN Suratini

5 sebesar 77 serta telah mencapai ketuntasan secara klasikal. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Rekap Hasil Tes Uji Kompetensi

Hasil Uji Kompetensi

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Daya Serap 73.6 81.3 84.1

Ketuntasan 62.50% 84.38% 87.50%

Hasil uji kompetensi tiap siklus dan nilai ulangan harian akan diperjelas oleh grafik berikut ini.

Grafik 1. Rata-rata Nilai Uji Kompetensi Tiap Siklus

Dari grafik 1 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai selalu meningkat dari satu siklus berikutnya dengan rata-rata nilai pada siklus II sebesar 84,1.

Grafik 2. Ketuntasan Hasil Uji Kompetensi Tiap Siklus

Grafik 2 menunjukkan ketuntasan kelas juga selalu meningkat dari satu siklus ke siklus berikutnya dengan ketuntasan klasikal pada siklus II sebesar 87,50. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data hasil belajar telah memenuhi target penelitian dan berhasil baik.

(6)

Nilai rata-rata kelas pada pra siklus sebesar 73,6 yang jauh di bawah nilai KKM dan ketuntasan kelas sebesar 62,50 juga jauh di bawah acuan penelitian. Pada pra siklus, guru belum menggunakan LKPD. Peserta didik tidak memiliki acuan yang menuntun langkah-langkah menyelesaikan masalah, mereka menyelesaikan masalah hanya menggunakan acuan dari hasil referensi baca atau transfer konsep dari guru melalui ceramah, sehingga hasil tidak maksimal. Peserta didik belum memperoleh konsep yang hendak dicapai sesuai kompetensi dan hasil belajar yang dicapai belum maksimal, maka guru mengambil tindakan untuk melaksanakan tindakan

Tabel 2, grafik 2 dan grafik 3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas maupun ketuntasan belajar klasikal selalu meningkat dari satu siklus ke siklus berikutnya. Hasil belajar siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas 81,3 dan ketuntasan belajar klasikal 84,38, sehingga tindakan pada siklus I dikatakan belum maksimal dan tindakan perlu diulang pada siklus II. Nilai rata-rata kelas hasil belajar siklus II sebesar 84,1 dan ketuntasan belajar klasikal sebesar 87,50. Nilai rata-rata kelas dan ketuntasan belajar klasikal siklus II melebihi target penelitian, sehingga tindakan siklus II berhasil maksimal dan tindakan tidak perlu diulang lagi.

Pembelajaran siklus I dan II menerapkan Problem Based Learning berbantuan LKPD.

Pembelajaran ini meningkatkan aktivitas belajar peserta didik karena dengan Problem Based Learning peserta didik diberi masalah dan harus bekerja mencari menyelesaikan masalah dengan melakukan eksperimen dan pengamatan dengan langkah-langkah yang diberikan oleh guru, sehingga peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran. Peserta didik dirangsang dengan pertanyaan dan pernyataan berdasarkan hasil eksperimen. Dengan menemukan sendiri pengalaman belajarnya, maka peserta didik menjadi lebih terkesan dan benar-benar memahami masalah, penyelesaian dan hasilnya. Hal ini membuat mereka lebih mudah memahami materi pelajaran karena mereka merasa ikut terlibat langsung dengan materi dan proses pembelajaran. Peserta didik menemukan sendiri kompetensi belajar melalui pengalamannya sendiri, sehingga akan lebih berkesan, lebih memahami dan selalu teringat. Hal inilah salah satu faktor yang mendukung hasil belajar peserta didik meningkat dan mencapai optimal.

Dari uraian di atas maka secara umum dapat dikatakan bahwa penerapan model dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik, hal ini didukung pula data hasil angket dari peserta didik bahwa responden menyatakan setuju dan hasil wawancara kedua responden yang menyatakan bahwa dengan tindakan yang diterapkan oleh guru mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dipahami bahwa semakin besar peranan peserta didik dalam penyelesaian masalah suatu pembelajaran, semakin besar pula perolehan hasil belajarnya.

Keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran secara aktif akan mendorong kondisi belajar yang menyenangkan dan lebih bermakna. Sesuatu yang diperoleh dengan perasaan senang dan dengan kebermaknaan maka akan menguatkan kesan dalam memori peserta didik, sehingga akan meningkatkan hasil belajar.

Dengan demikian terdapat kesesuaian antara hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini, bahwa penerapan tindakan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA materi Pencemaran Lingkungan pada peserta didik kelas VII G SMP Negeri 1 Gemuh, Kab. Kendal Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan hasil penelitian yang diperoleh dari pra siklus ke siklus I dan ke siklus II, masih memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut dalam upaya peningkatan baik aktivitas maupun hasil belajar peserta didik.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dengan menerapkan Problem Based Learning berbantuan LKPD pada materi Pencemaran Lingkungan di kelas VII G SMP Negeri 1 Gemuh Kab. Kendal, Tahun Pelajaran 2018/2019 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1)

(7)

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN LKPD PADA MATERI-MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN Suratini

7 DAFTAR PUSTAKA

Jaskarti, Etty. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung: PPPG IPA Bandung

Ma’mur, Asmani Jamal. 2011. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Jogyakarta: DIVA Press

Mulyasa, E. 2004. Kurikulum berbasis kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Achmadi, Hainur Rasid. 1996. Telaah Kurukulum Fisika SMU (Model Pembelajaran Konsep Dengan LKS), Surabaya:

University Press.

Diunduh dari https://lenterakecil.com/pengertian-lembar-kerja-siswa-LK/ tanggal 27 September 2019 pukul 16:27

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu. Ghalia Indonesia: Bogor

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana

Gambar

Tabel 1. Rekap Aktivitas Belajar Peserta Didik
Grafik 1.  Rata-rata Nilai Uji Kompetensi Tiap Siklus

Referensi

Dokumen terkait

CPMK5 Mahasiswa mampu menemukan teori baru atau mengembangkan konsep teoritis melalui literasi data dan literasi teknologi serta literasi manusia yang berkontribusi pada

Sebagaimana RTRWN dan RTR Pulau Jawa-Bali, maka arahan yang terkandung dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2014tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa

Dimana hubungan waktu penyimpanan buah dengan asam lemak bebas dan kadar air memiliki korelasi kuat SRVLWLI ” U ” GDQ KXEXQJDQ ZDNWX penyimpanan buah dengan íNDURWHQ

Asam klorida disimpan dalam keadaan cair pada suhu 32 o C tekanan 1 atm diumpankan menuju Vaporizer yang berfungsi untuk menguapkan asam klorida cair menjadi gas dengan

Lalu setelah mendapat nilai pembacaan dari sensor akan dibaca menggunakan metode kalman filter untuk mendapat kemiringan robot yang mana nilai tersebut akan di proses

Website e-commerce pada toko miniatur ini akan menerapkan Model View Controller (MVC) yang merupakan metode untuk membuat sebuah aplikasi dengan memisahkan bagian

Selain itu dari adanya penelitian ini juga diharapkan agar dapat mengetahui potensi reorientasi usaha yang akan dilakukan masyarakat pasca bandara terbangun

pengetahuan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka menghasilkan