• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas Air Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Danau Buyan danTamblingan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas Air Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Danau Buyan danTamblingan."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Gambar 1. Titik Sampling

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (SENASTEK-2015), Kuta, Bali, INDONESIA, 29

30 Oktober 2015

Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas

Air Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan

Danau Buyan dan Tamblingan

I.W.Restu, G.R.A.Kartika dan M.A.Pratiwi

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana

Corresponding author: raka.angga.k@gmail.com

P-PNL-282

Metode Penelitian

Kesimpulan

Kondisi

ekosistem

danau

buyan

saat ini berdasarkan

indeks

keanekaragaman fitoplankton dalam keadaan sedang dan tekanan ekologis

sedang, hamper sama dengan yang terjadi di Danau Tamblingan. Untuk

species ikan

terjadi blooming jumlah spesies ikan zebra yang

menyebabkan sulitnya ikan jenis lain untuk berkembang biak.

Daftar Pustaka

Masson, J.F.1981.Biology of Freshwater Pollution.Inc, New York

Kaswadji. 1993. Produktivitas Primer dan Laju Pertumbuhan

Fitopalnkton di Perairan Pantai Bekasi. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan

dan Perikanan Indonesia

Ucapan Terima Kasih

Rektor Universitas Udayana

Kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas

Udayana,

Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana yang telah membiayai penelitian ini

melalui PNBP 2015

Laboratorium Ilmu Perikanan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana

Kelompok Nelayan Danau Buyan dan Tamblingan

Pendahuluan

Sebagai suatu sistem sumberdaya alam, perairan Danau Buyan dan

Tamblingan mengandung potensi sumberdaya hayati dan non hayati yang belum

terdata dan terinventarisasi secara memadai dalam rangka pendayagunaan bagi

pengembangan multi-aktivitas dan konservasi perairan umum

mengetahui potensi sumberdaya danau dalam menunjang rencana

pengembangan pembangunan dan rencana pemberdayaan masyarakat memerlukan

data dasar (base data) potensi sumberdaya hayati maupun non hayati yang

mempengaruhi tingkat daya dukungnya. Semua danau-danau di Bali belum memiliki

data dan informasi yang memadai mengenai potensi sumberdaya alamnya bagi

pengembangan perikanan, pariwisata dan lainnya termasuk Danau Buyan dan

Tamblingan. Danau Buyan sebenarnya berfungsi sebagai reservoir penampungan air

hujan, dengan konsekuensi semua cemaran yang berasal dari sekitar danau akan

bermuara ke danau tersebut (Manuaba, 2009).

Hasil dan Pembahasan

Status dan

Potensi

Danau

Buyan dan

Tamblingan

Parameter

Biologi

Fitoplankton

Tumbuhan

air

Spesies

Ikan

1.8256 1.7720 1.5150 1.3761 1.8026 1.8090 1.4976 2.0486 1.7931

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Stasiun

Indeks Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Buyan (H')

1.7331 1.4915 0.9852 1.3993 1.3258 1.1698 1.4341 1.6886 1.5859

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Stasiun

Indeks Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Tamblingan(H')

0 100 200 300 400 500 600 700

1 2 3 4 5 6 7 8 9

KELIM PA HA N IND/L STASIUN

Kelimpahan Fitoplankton di Danau

Tamblingan

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500

1 2 3 4 5 6 7 8 9

KELIM PA HA N IND/L STASIUN

Kelimpahan Fitoplankton Di Danau Buyan

Grafik 1 dan 2. Kelimpahan Fitoplankton di Danau Buyan dan Tamblingan

Grafik 3 dan 4. Indeks Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Buyan dan Tamblingan

0 50 100 150 200 250

Nilem Zebra Nila Udang Mujair Mas

48

218

7 42 17 1

Ju m la h je ni s (e ko r)

Jenis SD Ikan

Spesies Ikan Di Danau Buyan

Grafik 5. Jumlah dan Jenis Spesies Ikan Yang Berhasil Ditangkap

Kesuburan perairan danau buyan dan tamblingan berdasrkan kelimpahan

fitoplankton termasuk dalam perairan oligotrofik. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(Kaswadji, 1993) yang menyatakan bahwa perairan oligotrofik memiliki kelimpahan

fitoplankton antara 0-2.000 ind/l

(2)

RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

"'":

⦅ t Lセ NNNMN M イョ Nセ セ@

.GA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT \

Bukit Jimbaran, Bali Email : info-Jppm@unud.ac.id Web : lppm.1mudac.id Telp I Fax : (0361) 703367

SER'rD'IKAT

No : 1250/UN. 14.2/PNL03.00f20 15

Diberikau Kepada :

lr.l

Wayan

Restu, M.Si

SE8AliAI

PEMAI<ALAH

SEMINAR NASIONAL SAINS dan TEKNOLOGIII

(SENASTEK II)

Rセ

ZZ ャU@

• lnovasi Humaniora,

s。ゥョHセゥエセI・ヲ\エゥッャッァゥ@

untuk Pembangunan Berkelanjutan•

29 - 30 Oktober 20 IS di Patra Jasa Bali Resort and Villas

Kuta, Badung, Bali

(3)

LAPORAN AKHIR

HIBAH UNGGULAN PROGRAM STUDI

Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun

TIM PENELITI :

1. Ir. I Wayan Restu, M.Si (NIDN : 0025086402) 2. Gde Raka Angga Kartika, S.Pi., MP (NUPN : 9900981057) 3. Made Ayu Pratiwi, S.Pi., M.Si (NIDN : - )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN

(4)
(5)

iii

RINGKASAN

Danau Buyan dan Tamblingan merupakan dua danau yang letaknya bersebelahan di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Sebagai suatu sistem sumberdaya alam, perairan Danau Buyan dan Tamblingan mengandung potensi sumberdaya hayati dan non hayati yang belum terdata dan terinventarisasi secara memadai. Potensi sumberdaya hayati dan non hayati danau memberikan manfaat terhadap aktivitas manusia yang telah berlangsung dengan cukup intensif, antara lain penangkapan ikan, budidaya ikan, budidaya sayur-sayuran dan hortiklutura lainnya, pariwisata, rekreasi, dan transportasi. Aktivitas manusia ini dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi lingkungan perairan di Danau Buyan dan Tamblingan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang ” Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas Air Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Danau Buyan dan Tamblingan”. Penelitian ini akan dilaksanakan pada Danau Buyan dan Tamblingan selama 1 Tahun dari Bulan Juni 2015 sampai Juni 2016. Pengambilan contoh dilakukan pada enam titik pengamatan yaitu 3 di Danau Buyan dan 3 di Danau Tamblingan. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui kegiatan survey pengamatan langsung yang meliputi pengamatan, pengukuran lapangan, dan wawancara terstruktur terhadap responden, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan identifikasi dan analisis sampel di laboratorium. Data sekunder yang diperlukan berupa demografi dan demografi sosial, budidaya perairan, perikanan tangkap, tata guna lahan, infrastruktur dan data penunjang lainnya. Analisi data akan dilakukan terhadap parameter kualitas air, plankton, ikan dan tumbuhan air.

(6)

iv

PRAKATA

Puji Syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penyusunan Laporan Penelitian yang berjudul “Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas Air Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Danau Buyan dan Tamblingan” dapat diselesaikan dengan baik.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penelitian ini tentu tidak lepas dari segala bentuk bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Ketut Suastika Sp. PD-KEMD, selaku Rektor Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng, selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Udayana.

3. Prof. Ir. I Wayan Arthana, MS., Ph.D Selaku Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan guna menyempurnakan laporan ini.

November, 2015

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN PENGESAHAN ……….. i

RINGKASAN ………... ii

PRAKATA ………... iii

DAFTAR ISI ………... 1

DAFTAR GAMBAR ... 2

DAFTAR TABEL ... 3

DAFTAR GRAFIK ... 4

BAB 1. PENDAHULUAN ……….. 5

1. 1 Latar belakang ………... 5

1. 2 Maksud dan Tujuan .………... 6

1. 3 Hasil Yang Diharapkan.………... 7

1. 4 Sasaran...………... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ……….. 8

2. 1 Danau Buyan dan Danau Tamblingan...……… 8

2. 2 Plankton...……… 5

2. 3 Ikan...……… 7

2. 4 Tumbuhan Air...……… 10

2. 5 Parameter Kualitas Air...……… 11

BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN... 15

3. 1 Tujuan... 15

3. 2 Manfaat... 15

BAB 4. METODE PENELITIAN ………... 16

4. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian...………. 16

4. 2 Peralatan...………. 16

4. 3 Penentuan Stasiun...………. 18

4. 4 Metode...………. 18

4. 5 Analisi Data...……… 19

BAB 5. HASIL YANG DICAPAI...………. 23

6. KESIMPULAN DAN SARAN... 32

DAFTAR PUSTAKA ……… 33

(8)

2

DAFTAR GAMBAR

(9)

3

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Peralatan Kajian Potensi... 17

2. Tabel 2. Parameter Kualitas Air Danau Buyan... 23

3. Tabel 3. Parameter Kualitas Air Danau Tamblingan... 24

4. Tabel 4. Kelimpahan Zooplankton Di Danau Buyan... 26

5. Tabel 5. Kelimpahan Zooplankton Di Danau Tamblingan... 26

(10)

4

DAFTAR GRAFIK

1. Grafik 1. Kelimpahan Fitoplankton Di Danau Buyan...25

2. Grafik 2. Kelimpahan Fitoplankton Di Danau Tmblingan...25

3. Grafik 3. Indeks Keragaman Fitoplankton di Danau Buyan...27

(11)

5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Provinsi Bali memiliki empat buah danau yaitu Danau Batur di Kabupaten Bangli, Danau Beratan di Kabupaten Tabanan, Danau Buyan dan Danau Tamblingan di Kabupaten Buleleng. Danau Buyan dan Tamblingan yang terletak di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng merupakan danau dataran tinggi di Bali yang menjadi cadangan air penting bagi daerah Bali Utara.

Sebagai suatu sistem sumberdaya alam, perairan Danau Buyan dan Tamblingan mengandung potensi sumberdaya hayati dan non hayati yang belum terdata dan terinventarisasi secara memadai dalam rangka pendayagunaan bagi pengembangan multi-aktivitas dan konservasi perairan umum. Pengembangan perikanan sebagai smemplah satu alternatif aktivitas masyarakat mempunyai arti yang strategis dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar danau, pengembangan pariwisata alam, dan pelestarian keanekaragaman hayati danau.

Selain sebagai cadangan sumberdaya air bagi Daerah Bali Utara, Danau Buyan dan Tamblingan mempunyai arti strategis dan sangat vital bagi kehidupan masyarakat di desa-desa sekitar kawasan danau. Berbagai aktivitas manusia berbasis sumberdaya alam danau telah berlangsung dengan cukup intensif, antara lain penangkapan ikan, budidaya ikan, budidaya sayur-sayuran dan hortiklutura lainnya, pariwisata dan rekreasi, transportasi dan lain sebagainya.

(12)

6 Produktivitas primer akan mempengaruhi produktivitas sekunder, yaitu dapat dianalisis dari kelimpahan zooplankton dan ikan-ikan herbivora (grazing), serta produktivitas 3 tersier dapat dilihat dari kelimpahan dan keanekaragaman komunitas ikan. Keseimbangan antara produktivitas primer, sekunder dan tersier merupakan jaminan bagi mantapnya sistem ekologi danau, yang secara agregat menuju pada kapasitas atau daya dukung yang tinggi. Daya dukung yang tinggi yang ditunjang oleh produktivitas yang tinggi pula dengan tingkat kestabilan ekosistem yang mantap merupakan modal dasar dalam pengembangan perikanan danau secara mandiri.

Untuk mengetahui potensi sumberdaya danau dalam menunjang rencana pengembangan pembangunan dan rencana pemberdayaan masyarakat perlu adanya data dasar (base data) potensi sumberdaya hayati maupun non hayati yang mempengaruhi tingkat daya dukungnya. Semua danau-danau di Bali belum memiliki data dan informasi yang memadai mengenai potensi sumberdaya alamnya bagi pengembangan perikanan, pariwisata dan lainnya termasuk Danau Buyan dan Tamblingan. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menghambat optimalnya intervensi kebijakan dalam mengembangkan perikanan, pariwisata, dan alternatif lainnya di danau secara lestari dan berkelanjutan sebagaimana prinsip-prinsip pemanfaatan sumberdaya alam. Selain itu, berbagai isu-isu strategis dan permasalahan lingkungan yang turut mempengaruhi daya dukung perairan danau bagi pengembangan pembangunan ke depan yang lebih optimal juga perlu diketahui.

1.2 Maksud dan Tujuan

(13)

7

1.3 Hasil yang diharapkan

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan kegiatan “Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas Air Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Danau Buyan dan Tamblingan” ini adalah :

1. Tersedianya data dan informasi yang memadai mengenai potensi sumberdaya hayati, dan kualitas air Danau Buyan – Tamblingan.

2. Sebahan bahan publikasi pada jurnal ilmiah nasional terakreditasi.

3. Menjadi acuan pengambil kebijakan untuk merumuskan kebijakannya dan bagi stakeholder lainnya untuk menentukan pilihan-pilihan dalam pendayagunaan potensi yang ada bagi pengembangan kegiatan perikanan.

4. Menjadi acuan penetapan kawasan Danau Buyan dan Tamblingan” sebagai Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Daerah Propinsi Bali

1.4 Sasaran

(14)

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Danau Buyan dan Danau Tamblingan

Danau Buyan merupakan danau kaldera yang terbentuk dari hasil letusan gunung api dan runtuhan Gunung Beratan dan Buyan Purba. Keadaan ini dapat terlihat dari dinding sisi Utara danau yang curam dan membentuk tebing terjal (Dinas PU., 2000 dalam Manuaba, 2009). Danau Buyan memiliki daerah tangkapan seluas 24,1 km2; dengan panjang 3,7 km dan lebar 1,25 km. Luas permukaan airnya adalah 3,67 km2; kedalaman ratarata 31,7 m; dan kedalaman maksimal 69 m. Volume air Danau Buyan adalah 116,25 X 106 m3 (Bapedalda Regional II, 1999; Dinas PU., 2000). Air Danau Buyan berasal dari air hujan, baik air hujan yang langsung jatuh pada danau maupun air hujan yang jatuh di daerah tangkapan dan menjadi air limpasan, dan air yang mengalir melalui 11 buah drainase di sisi sebelah timur dan selatan danau. Sumber air lainnya adalah air yang berasal dari mata air Yeh Masem dengan debit 0,5 L/detik (Dinas PU., 2000). Air yang keluar danau utamanya dimanfaatkan untuk pertanian, kebutuhan rumah tangga maupun untuk air minum yang dikelola secara komersial oleh PDAM setempat. Di Danau Buyan juga terjadi penurunan volume air akibat penguapan, mengalir melalui rengkahan menjadi mata air dan terserap di dasar danau. Danau Buyan sebenarnya berfungsi sebagai reservoir penampungan air hujan, dengan konsekuensi semua cemaran yang berasal dari sekitar danau akan bermuara ke danau tersebut (Manuaba, 2009).

2.2Plankton

(15)

9 Plankton di perairan terdapat dalam jumlah komposisi jenis dan kelimpahan yang sangat bervariasi tergantung dengan kondisi lingkungan perairan tersebut (Reynolds et al., 1984). Perubahan ukuran, jenis dan jumlah populasi plankton di perairan dapat menggambarkan keadaan struktur komunitas perairan. Struktur komunitas plankton merupakan kumpulan populasi plankton yang terdiri dari fitoplankton dan zooplankton pada suatu habitat tertentu yang saling berinteraksi di dalam suatu stratifikasi tertentu (Odum,1998).

Plankton mempunyai sifat selalu bergerak dapat juga dijadikan indicator pencemaran perairan. Plankton akan bergerak mencari tempat yang sesuai dengan hidupnya apabila terjadi pencemaran yang mengubah kondisi tempat hidupnya. Dengan demikian terjadi perubahan susunan komunitas organisme di suatu perairan di mana hal ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya pencemaran di perairan. Dalam hal ini terdapat jenis-jenis plankton yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui hal tersebut sesuai dengan kondisi biologi perairan tersebut (Mulyono, 1992).

2.2.1 Fitoplankton

Fitoplankton merupakan tumbuhan renik mulai dari ganggang bersel satu sampai dengan ganggang bersel banyak. Fitoplankton adalah kunci yang membuka semua kehidupan dalam air, karena fitoplankton mempunyai klorofil untuk berfotosintesis (Hasmaini dkk, 2012). Fitoplankton mempunyai pigmen warna dan sebagian besar berwarna hijau, karena adanya semacam klorofil (a sampai d). Menurut Thurman (1984) dalam perairan fitoplankton merupakan produsen primer (produsen utama dan pertama), sehingga keberadaan fitoplankton dalam perairan mutlak adanya. Fitoplankton dapat dibagi menjadi empat divisi, antara lain :Diatomae (Chrysophyta), Alga hijau (Chlorophyta), Alga hijau biru (Cyanophyta), Dinoflagellata (Euglenophyta) (Sachlan 1982).

(16)

10 (Nurdin, 2010), Fitoplankton merupakan produsen primer terpenting dalam ekosistem perairan, produksi zat organik dari anorganik yang dapat dilakukann oleh fitoplankton melalui proses fotosintesis, merupakan sumber energi yang paling utama yang mendasari struktur trofik suatu ekosistem. Hampir semua biota air apabila ditelusuri rantai makanannya akan menunjukkan pangkalnya pada fitoplankton. Oleh karena itu kelimpahan fitoplankton penting artinya dalam menentukan kesuburan suatu perairan.

Diversitas (keanekaragaman) plankton menunjukkan tingkat kompleksitas dari struktur komunitas perairan. Diversitas plankton akan berkurang bila suatu komunitas didominasi oleh satu atau sejumlah kecil spesies. Hal terjadi jika terdapat gangguan terhadap lingkungan, dan pada kondisi tersebut terdapat satu atau beberapa spesies (jenis) yang mampu bertahan dan berkembang lebih baikmenggantikan spesies (jenis) lainnya yang tidak mampu bertahan. Penurunan diversitas dapat terjadi akibat adanyapencemaran dan eutrofikasi (Soedarti et al, 2006).

2.2.2 Zooplankton

Zooplankton adalah plankton hewani. Dia mempunyai kemampuan bergerak dengan cara berenang (migrasi vertikal). Pada siang hari zooplankton bermigrasi ke bawah menuju dasar perairan. Migrasi dapat juga terjadi karena faktor pemangsaan (grazing) yaitu mendekati fitoplankton sebagai mangsa (Sumich, 1999). Sama halnya menurut Nybakken (1992), gerakan tersebut dimaksudkan untuk mencari makanan yaitu fitoplankton. Gerakan pada malam hari lebih banyak dilakukan karena adanya variasi makanan yaitu fitoplankton lebih banyak, selain itu dimungkinkan karena zooplankton menghindari sinar matahari langsung. Zooplankton terdiri dari beberapa filum hewan antara lain : filum Protozoa, Cnidaria, Ctenophora, Annelida, Crustacea, Mollusca, Echinodermata, dan Chordata. (Nontji, 1993;Arinardi (1994)

2.3Ikan

(17)

11 berkelanjutan. tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya kelestarian. Menurut Leopold (1933) in von Geldren (1966) pengelolaan perikanan adalah seni dan ilmu menghasilkan hasil ikan tahunan yang berkelanjutan untuk tujuan rekreasi dan komersial.

Diantara komponen biotik, ikan merupakan salah satu organisme akuatik yang\rentan terhadap perubahan lingkungan terutama yang diakibatkan oleh aktivitas manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Limbah-limbah bahan buangan yang dihasilkan oleh berbagai aktivitas manusia tersebut mempengaruhi kualitas perairan baik fisik, kimia, dan biologis diantaranya terhadap penyebaran ikan (Rifai, et al, 1983). Adanya perubahan ekologis pada perairan danau akan dapatmemberikan pengaruh terhadap keanekaragaman makhluk hidup di dalamnya, khususnya ikan. Keragaman jenis yang tinggi di suatu perairan menunjukkan keadaan komunitas yang baik, sebaliknya keragaman yang kecil berarti telah terjadi ketidakseimbangan ekologis di perairan tersebut (Koesbiono, 1989).

2.4Tumbuhan Air

(18)

12 menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Chambers (1970) menegaskan bahwa tumbuhan air memiliki peranan yang penting dalam struktur dan fungsi ekosistem perairan

2.5 Parameter Kualitas Air 2.5.1 Suhu

Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman badan air. Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya Chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu berturut-turut 30-

-bertoleransi terhadap kisaran suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan Chlorophyta dan diatom (Haslam, 1995). Peningkatan suhu perairan mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi. Selain itu peningkatan suhu juga mengakibatkan peningkatan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air dan selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar

sekitar 2-3 kali lipat (Effendi, 2003).

2.5.2 Penetrasi cahaya/Kecerahan

Penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan akan mempengaruhi produktifitas primer. Kedalaman penetrasi cahaya dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tingkat kekeruhan, sudut datang cahaya matahari, dan intensitas cahaya matahari. Bagi organisme perairan, intensitas cahaya yang masuk berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme pada habitatnya. Penentuan penetrasi cahaya secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan meter (Effendi, 2003).

2.5.3 Dissolved Oxygen (DO)/Oksigen Terlarut

(19)

13 kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupan (Fardiaz, 1992) Oksigen terlarut juga merupakan faktor penting dalam menetapkan kualitas air, karena air yang polusi organiknya tinggi memiliki oksigen terlarut yang sangat sedikit (Michael, 1994).

2.5.4 pH

pH yang ideal bagi kehidupan biota air tawar adalah antara 6,8 - 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga bersifat toksik bagi organisme air (Frits, 2013)

2.5.5. Biochemical Oxygen Demand (BOD).

Biochemical Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam memecah bahan organik. Penguraian organic melalui proses oksidasi oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan merupakan proses alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup (Wardana, 1995). Pengujian BOD yang dapat diterima adalah pengukuran jumlah oksigen yang akan dihabiskan selama lima hari inkubasi sudah memperlihatkan besar persentase yang cukup yaitu kurang lebih 70% dari seluruh bahan organik telah terurai (Sastrawijaya, 1991)

2.5.6. Amoniak

Nilai kadar amoniak suatu perairan erat kaitannya dengan tinggi suhu dan kadar derajat keasaman yang dikandungnya. Tingginya kadar amoniak suatu perairan karena terjadi pemupukan kotoran biota budidaya dan hasil kegiatan jasad renik di dalam pembusukkan bahan – bahan organik yang kaya akan nitogen atau protein (Kordi 2010).

2.5.7. Nitrat

(20)

14 nitrat di perairan berada antara 0,01-0,7 mg/l, sedangkan menurut Effendi (2003) bahwa kadar nitrat-nitrogen pada perairan alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/l, akan tetapi jika kadar nitrat lebih besar 0,2 mg/l akan mengakibatkan eutrofikasi (pengayaan) yang selanjutnya menstimulir pertumbuhan algae dan tumbuhan air secara pesat.

2.5.8. Fosfat

(21)

15

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3. 1 Tujuan Penelitian

Tujuannya adalah untuk mengkaji dan mengidentifikasi potensi sumberdaya hayati dan kualitas air sebagai indikator kualitas lingkungan Danau Buyan dan Tamblingan” dalam mendukung pengembangan dan pembangunan perikanan, pariwisata, dan konservasi

3. 2 Maksud Penelitian

(22)

16

BAB IV METODOLOGI 3.1Lokasi dan Waktu Kegiatan

Kegiatan Identifikasi Potensi sumberdaya dan kualitas Perairan dilakukan di Danau Buyan dan Tamblingan, Kabupaten Buleleng Provinsi Bali (Gambar 1). Kegiatan ini dilaksanakan mulai pertengahan bulan Juni 2015 sampai bulan Juni 2016.

Gambar 1. Peta Lokasi Kegiatan Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas Air Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Danau Buyan dan Tamblingan (BKSDA Bali)

3.2 Peralatan

(23)

17 Tabel 1. Peralatan Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas Air Sebagai

Indikator Kualitas Lingkungan Danau Buyan dan Tamblingan

No Nama Alat Kegunaan

1 Photo Camera & GPS Fotografi dan penentuan titik koordinat masing-masing stasiun pengamatan

2 Kendaraan Transportasi selama kegiatan 3 Perahu motor tempel Transportasi danau, untuk

pengamatan dan pengambilan sampel

4 Alat - alat Pengukuran Kualitas air :

a. Termometer b. pH Paper c. Sechi dish

d. Botol Sampel DO, CO2,

BOD, NO3, NH3, PO4, H2S

Mengukur suhu air Mengukur pH Air

Mengukur Kecerahan air

Mengukur Oksigen Terlarut dan wadah sampel air untuk analisis CO2, BOD, NO3, NH3, PO4, H2S.

5 Alat-Alat Pengambilan Biota Air :

a. Jaring/pancing Ikan b. Jaring Plankton

c. Botol Sampel/botol film d. Toples

e. Transek f. Meteran

Mengambil sampel ikan Mengambil sampel Plankton Wadah Spesimen

Wadah koleksi ikan dan plankton Alat ukur

(24)

18 b. Timbangan Analtik

(Ohouse)

Menimbang sampel

7 a. Mikroskop b. Haemocytometer

Mengamati sampel plankton Menghitung plankton

3.3 Penentuan Stasiun

Identifikasi Potensi Sumberdaya dan Kualitas Perairan di Danau Buyan dan Tamblingan dilakukan secara spasial dengan penetapan beberapa stasiun pengamatan/pengambilan sampel. Penetapan stasiun pengamatan/pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan keterwakilan terhadap kondisi danau dan pola penggunaan lahan di sekitarnya.

Pada kegiatan ini ditetapkan 6 stasiun pengamatan/pengambilan sampel, dimana masing-masing stasiun dibagi lagi menjadi 3 (tiga) sub stasiun. Adapun stasiun pengamatan/pengambilan sampel yang ditetapkan tersebut adalah sebagai berikut: a. Stasiun I, II, dan III : berlokasi di Danau Buyan.

b. Stasiun IV, V, dan VI : belokasi di Danau Tamblingan.

3.4 Metode

3.4.1 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan pada kegiatan ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi kualitas air, komunitas biota perairan, dan kegiatan pemanfaatan danau dan lingkungan sekitar danau. Data primer diperoleh melalui kegiatan survei yang meliputi pengamatan, pengukuran lapangan, dan wawancara terstruktur terhadap responden, kemudian dilanjutkan dengan kegiatan identifikasi dan analisis sampel di laboratorium.

(25)

19

3.4.2 Metode Survei

a. Pengukuran Kualitas Air

Pengukuran kualitas air dilakukan pada setiap sub stasiun yang diamati sekali dalam sehari. Kualitas air yang diamati terdiri dari faktor fisika dan kimia, faktor fisika perairan yang diamati terdiri dari suhu, pH dan kecerahan, sedangkan faktor kimia perairan yang diamati terdiri dari DO, CO2, BOD, nitrat, fosfat, amonia, dan H2S.

Variabel kualitas air diamati secara langsung menggunakan Test Kit dari sampel air yang diambil pada masing-masing stasium pengamatan dan beberapa variabel akan dianalisis di laboratorium.

b. Pengamatan Biota Air

Biota air yang diamati terdiri dari plankton (fitoplankton dan zooplankton), ikan, dan Tumbuhan air. Sampling plankton pada setiap stasiun pengamatan dilakukan dengan menggunakan plankton net, dan sampling ikan menggunakan alat tangkap jaring ikan. Spesimen yang diperoleh dari hasil sampling kemudian diidentifikasi di laboratorium. Tumbuhan air yang berada di perairan danau dicatat jenis, komposisi menurut tipe Tumbuhan dan penutupannya pada masing-masing stasiun pengamatan.

c. Identifikasi Pemanfaatan Kawasan

Pemanfaatan kawasan yang diamati terdiri dari kawasan perairan Danau dan kawasan daratan sekitar Danau. Pemanfaatan kawasan perairan Danau dihitung seluruh volume yang digunakan untuk usaha Budidaya Ikan dan penangkapan ikan maupun areal pelabuhan dengan melakukan pengamatan langsung maupun konfirmasi data dari pengelola. Sedangkan pemanfaatan kawasan darat di sekitar danau dilakukan survey dan wawancara dengan pihak pengelola usaha/masyarakat yaitu pemukiman penduduk, budidaya pertanian, pelabuhan, tempat suci (pura), dan pariwisata

3.5 Analisis Data a. Kualitas Air

Data yang diproleh dari hasil pengamatan kualitas air disusun dalam bentuk tabel kemudian dianalisis secara deskriptif yang akan dibandingkan dengan standar kualitas dan baku mutu perairan danau.

(26)

20 Struktur komunitas Plankton meliputi keanekaragaman jenis, dominansi jenis dan keseragaman jenis.

Keanekaragaman jenis (Shannon-Wiener, 1949 dalam Restu, 2002):

s H’ = Indeks keanekaragaman jenis H’ = -  pi (log pi) pi = Proporsi jumlah individu species ke-i

i=1 s = jumlah taksa/jenis

Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman adalah sebagai berikut:

H’ < 1,0 : Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil

1,0 < H’ < 3,322 : Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang. H’ > 3,322 : Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap tekanan ekologis. Dominansi jenis (Simpson, 1949 dalam Odum, 1971; Southwood dan Anderson, 2000):

Keterangan :

D = Indeks Dominansi

ni = jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu

Dengan kriteria (Odum, 1971) sebagai berikut : D mendekati 0 tidak ada jenis yang mendominansi dan D mendekati 1 terdapat jenis yang mendominansi.

Keseragaman jenis Odum (1971) :

(27)

21 Dengan kriteria sebagai berikut :

0<E≤0,5 = Komunitas tertekan; 0,5,<E≤0,75 = Komunitas labil; 0,75<E≤1 = Komunitas stabil.

Kelimpahan plankton dihitung dengan persamaan sebagai berikut: (Basmi, 1994):

O1 V1 1 1 N = x x x x n

O2 V2 P Q

dimana:

N = Jumlah individu plankton per liter O1 = Luas gelas penutup

O2 = Luas lapang pandang

V1 = Volume air yang tersaring (volume sampel)

V2 = Volume air yang yang diamati di bawah gelas penutup (1 tetes) P = Jumlah lapang pandang pengamatan

Q = Volume air yang disaring

n = Jumlah individu plankton yang tercacah pada setiap preparat

c. Ikan

Ikan yang diperoleh hasil sampling diidentifikasi jenisnya dan diukur panjang dan beratnya untuk mengetahui ukuran ikan dan kondisi ikan berdasarkan hubungan panjang bobotnya.

Hubungan panjang berat ikan dianalisis dengan persamaan (Effendie, 1997): log W = log a + b log L dimana W= berat; L= panjang; a, b= konstanta

(28)

22

d. Tumbuhan Air

Pengambilan data tumbuhan air dilakukan pada perairan Danau Buyan dan Tamblingan di Kabupaten Singaraja. Pengambilan sampel dilakukan pada 6 stasiun dengan mempertimbangan kondisi perairan, Untuk menentukan jenis tumbuhan air yang ada pada perairan pengambilan sampel digunakan transek sebagai panduan dalam melakukan, pada setiap stasiun dibuat 2 buah garis transek dengan panjang masing masing 500 m. Sampel tumbuhan yang ditemukan di koleksi, dengan cara dimasukan dalam kantong plastik dan diberi label sesuai stasiun, selajutnya dilakukan identifikasi lanjut di Laboratorium Perikanan fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana (Indrawati, 2008)

d. Identifikasi Pemanfaatan Kawasan

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan maupun wawancara disusun dalam bentuk tabel, grafik maupun gambar kemudian dianalisis secara deskriptif, selanjutnya dibahas dan diinterprestasikan untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

L a N

W b

log

) log (

log

   

(29)

23

BAB V. HASIL YANG TELAH DICAPAI

Penelitian ini diawali dengan melakukan survey awal ke Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Survey ini dilakukan bertujuan untuk mengatahui lokasi penelitian secara menyeluruh dan mendetail. Sehingga dari hasil survei ini akan didapatkan pengelompokkan lokasi untuk digunakan sebagai daerah sampling dalam penelitian. Hasil survei ini juga akan digunakan untuk menentukkan metode atau cara pengambilan sampel yang tepat sehingga akan lebih memudahkan ketika melakukan penelitian. Survei dilaksanakan oleh seluruh anggota tim dan dibantu dengan beberapa mahasiswa Fakultas Kelautan dan Perikanan Udayana. Telah ditentukkan sembilan titik lokasi sampling pada Danau Buyan dan Danau tamblingn. Penentuan lokasi sampling ini bedasarkan alih fungsi lahan disekeliling danau yang akan mempengaruhi kualitas air maupun indikator biologi di danau.

4.1 Parameter Kualitas Air

Pengukuran kualitas air di Danau buyan dan Tamblingan didapatkan hasil yang bervariasi. Parameter kualitas air yang diukur antara lain : pH, DO, Suhu, Kecerahan, Fosfat, Nitrat, BOD, dan COD. Hasil pengukuran kualitas air danau Buyan dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan hasil pengukuran parameter kualitas air di Danau Tamblingan dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 2. Parameter Kualitas Air Danau Buyan

NO Lokasi

(titik sampling) pH Suhu Parameter Kualitas Air

(0C) (mg/l) DO Kecerahan (Cm) (mg/l) BOD (mg/l) COD Phospat (mg/l) (mg/l) Nitrat

1. Buyan 1 7,7 21,5 9,9 86,5 6,45 50 1,10 0,794

2. Buyan 2 8,3 21,6 8 92 3,79 10 1,033 0,859

3 Buyan 3 7,6 22,2 9,9 70,1 6,07 60 0,88 1,54

4 Buyan 4 7,6 22,6 5,6 334 5,31 50 1,04 0,321

5 Buyan 5 7,5 22,1 4,5 316 4,17 30 0,88 0,47

(30)

24

7 Buyan 7 7,5 22,7 5,5 366,5 4,93 80 1,937 0,985

8 Buyan 8 7,1 22,8 7,5 317,5 3,41 20 1,102 0,817

[image:30.595.102.565.85.171.2]

9 Buyan 9 7,2 22,3 6,4 157 4,17 70 1,067 0,782

Tabel 3. Parameter Kualitas Air Danau Tamblingan

NO

Lokasi (titik sampling)

Parameter Kualitas Air

pH Suhu

(0C) (mg/l) DO Kecerahan (Cm) (mg/l) BOD (mg/l) COD Phospat (mg/l) (mg/l) Nitrat

1 Tamblingan 1 7,9 23,2 8,3 107 3,79 50 1,038 1,405

2 Tamblingan 2 7,9 23,2 7 283 4,17 40 1,844 1,096

3 Tamblingan 3 7,8 23,3 6,7 272,5 5,31 50 1,422 1,237

4 Tamblingan 4 7,4 22,4 6,5 227 4,93 20 0,955 0,321

5 Tamblingan 5 7,6 22,5 5,6 337,5 6,07 70 1,185 0,467

6 Tamblingan 6 7,7 23,2 6,8 308,5 4,93 10 0,866 0,905

7 Tamblingan 7 7,6 22,5 6 316 5,31 70 0,856 0,985

8 Tamblingan 8 7,7 22,8 5,8 318 6,45 50 1,053 0,817

9 Tamblingan 9 7,7 23,1 6,6 334 6,07 20 0,991 0,782

4.2 Plankton

(31)
[image:31.595.135.497.103.322.2]

25

Grafik 1. Kelimpahan Fitoplankton Di Danau Buyan

Grafik 2. Kelimpahan Fitoplankton Danau Tamblingan

Kelimpahan zooplankton juga menjadi salah satu \ndikator biologi yang dapat menentukkan kondisi perairan. Hasil dari penelitian ini didapatkan kelimpahan zooplankton tertinggi di danau buyan terdapat pada stasiun 1 sebesar 73 individu/liter. Kelimpahan zooplankton tertinggi di Danau Tamblingan terdapat pada stasiun 4 sebesar 29 individu/liter. Kelimpahan zooplankton diperairan terkait dengan keberadaan fitoplankton yang menjadi sumber makanannya dan intensitas cahaya

288

179

333

91 129

234

119

175 192

0 50 100 150 200 250 300 350

buyan 1 buyan 2 buyan 3 buyan 4 buyan 5 buyan 6 buyan 7 buyan 8 buyan 9

Kelimpahan fitoplankton

157 166

270 277

171

330

223

109

437

[image:31.595.145.503.371.585.2]
(32)
[image:32.595.194.421.152.314.2]

26 matahari yang menembus ke perairan. Kelimpahan zooplankton di Danau Buyan dan tamblingan terdapat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Kelimpahan Zooplankton Di Danau Buyan

No Lokasi

(Titik Sampling) (Individu/Liter) Kelimpahan

1 Buyan 1 73

2 Buyan 2 17

3 Buyan 3 29

4 Buyan 4 12

5 Buyan 5 24

6 Buyan 6 8

7 Buyan 7 40

8 Buyan 8 37

9 Buyan 9 32

Tabel 5. Kelimpahan Zooplankton Di Danau Tamblingan

No Lokasi

(Titik Sampling) (Individu/Liter) Kelimpahan

1 Buyan 1 1

2 Buyan 2 1

3 Buyan 3 2

4 Buyan 4 29

5 Buyan 5 1

6 Buyan 6 0

7 Buyan 7 2

8 Buyan 8 0

9 Buyan 9 1

Kesuburan perairan danau buyan dan tamblingan berdasrkan kelimpahan fitoplankton termasuk dalam perairan oligotrofik. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Kaswadji, 1993) yang menyatakan bahwa perairan oligotrofik memiliki kelimpahan fitoplankton antara 0-2.000 ind/l

[image:32.595.191.423.354.516.2]
(33)
[image:33.595.144.501.87.297.2]

27 Grafik 3. Indeks Keragaman Fitoplankton di Danau Buyan

Grafik 4. Indeks Keragaman Fitoplankton di Danau Buyan

4.3 Tumbuhan air

Pada pengamatan di Danau Buyan dan Danau Tamblingan masing-masing 9 titik pengamatan, didapatkan 10 jenis tumbuhan air. Danau Buyan memiliki jenis tumbuhan yang lebih beragam dari pada di Danau Tamblingan. Tercatat bahwa pada Danau Buyan ditemukan jenis tumbuhan air sebanyak 8 jenis dan hanya 3 jens yang ditemukan di Danau Tamblingan (Tabel 1).

1.8256 1.7720

1.5150

1.3761

1.8026 1.8090

1.4976

2.0486

1.7931

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Stasiun

Indeks Keanekaragaman Fitoplankton di Danau Buyan (H')

1.7331

1.4915

0.9852

1.3993 1.3258

1.1698

1.4341

1.6886

1.5859

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Stasiun

[image:33.595.142.504.349.550.2]
(34)

28

Jenis Tumbuhan Air Danau Buyan Danau Tamblingan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Scirpus mucronatus √ √

Salvinia molesta √ √ √ √ √ √ √ √ √

Myriophyllum brasiliense √ √ √ √ √

Brachiaria mutica √ √ √ √ √ √

Cyperus odoratus √ √ √ √

Eichornia crassipes solms √ √ √ √ √

Ludwigia adscendens

Salvinia natans

Ceratophyllum demersum L. √ √ √

Paspalum repens √ √ √ √ √ √ √

Nymphoides indica √ √ √ √ √ √ √ √

Jenis-jenis tumbuhan air yang ditemukan di Danau Buyan yaitu, Scirpus mucronatus, Salvinia molesta, Myriophyllum brasiliense, Brachiaria mutica, Cyperus odoratus, Eichornia crassipes solms, Ludwigia adscendens, Salvinia natans, Ceratophyllum demersum L. Jumlah jenis tumbuhan air paling banyak ditemukan pada stasiun pengamatan 1,2 dan 3, serta jumlah jenis tumbuhan air paling sedikit ditemukan pada stasiun 7. Hal ini mungkin disebabkan oleh pada dtasiun 1,2, dan 3 berada dekat pada pemukiman pemduduk, sehingga tumbuhan mendapatkan masukan zat hara yang cukup tinggi. Sedangkan pada stasiun 7 berada dekat dengan hutan, sehingga masukan zat hara sedikit. Keberadaan zat hara bagi tumbuhan merupakan salah satu factor penting dalam pertumbuhan tumbuhan air.

(35)

29

4.4 Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan di Danau Buyan

[image:35.595.145.487.236.437.2]

Pengamatan yang dilakukan di Danau Buyan terhadap jenis-jenis ikan hasil tangkapan didapatkan bahwa terdapat enam jenis ikan hasil tangkapan, yaitu Ikan Nilem, Zebra, Nila, Udang, Mujair, dan Mas. Jumlah ikan hasil tangkapan yang terbanyak yaitu pada jenis ikan zebra dan jenis ikan hasil tangkapan terendah yaitu pada jenis ikan mas.

Gambar 1. Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Di Danau Buyan

Ikan Zebra ditemukan paling banyak tertangkap karena selain ikan tersebut merupakan ikan hasil tangkapan sampingan dari jaring yang digunakan oleh nelayan, ikan tersebut juga ditangkap dengan alat tangkap pancing oleh pengunjung. Pengunjung Danau Buyan banyak melakukan wisata berupa wisata memancing yang sebagian besar hasil tangkapan merupakan Ikan Zebra.

2.1 Hubungan Panjang Bobot

Pertumbuhan merupakan perubahan baik panjang, berat, maupun volume yang terjadi dalam waktu tertentu. Studi tentang pertumbuhan pada dasarnya merupakan penentuan ukuran badan sebagai suatu fungsi umur (Sparre dan Venema 1999). Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang berat digambarkan dengan W = aLb, dimana a dan b adalah konstanta yang didapatkan dari perhitungan regresi, sedangkan W adalah berat dan L adalah panjang. Hubungan

0 50 100 150 200 250

Nilem Zebra Nila Udang Mujair Mas

48 218 7 42 17 1 Ju ml ah je n is ( e ko r)

(36)
[image:36.595.106.461.197.402.2]

30 panjang bobot hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya (Effendie 1997). Hubungan antara dua variabel tersebut dapat diketahui dengan menggunakan analisis regresi. Hubungan panjang bobot Ikan Nilem dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan Panjang Bobot Ikan Nilem

Hasil Regresi didapatkan persamaan hubungan panjang dan bobot Ikan Nilem yaitu W = 0.1006L2.3298. Nilai t hitung yang didapatkan sebesar 934.68 dan nilai t tabel

sebesar 3.2028, sehingga thit>ttab, yang artinya adalah tolah H0. Nilai slope (b) yang didapat sebesar 2.3298< 3, sehingga pola pertumbuhan Ikan Nilem adalah allometrik negatif. Allometrik negative berarti bahwa pertambahan panjang lebih dominan dari pada pertambahan bobot. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Ikan Nilem memiliki tubuh yang langsing. Effendie (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu jumlah makanan yang tersedia dan kualitas air (Pratiwi, 2013). Model ini memiliki nilai R2 sebesar 54.78%, sehingga model ini dapat dikatakan telah mewakili keadaan

sebenarnya di alam sebesar 54.78%.

W = 0.1006L2.3298

R² = 0.5478

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

(37)
[image:37.595.106.464.94.300.2]

31

Gambar 2. Hubungan Panjang Bobot Ikan Zebra

Hasil Regresi didapatkan persamaan hubungan panjang dan bobot Ikan Nilem yaitu W = 0.0525L2.4442. Nilai t hitung yang didapatkan sebesar 26.35 dan nilai t tabel

sebesar 3.0593, sehingga thit>ttab, yang artinya adalah tolah H0. Nilai slope (b) yang didapat sebesar 2.442< 3, sehingga pola pertumbuhan Ikan Zebra adalah allometrik negatif. Allometrik negative berarti bahwa pertambahan panjang lebih dominan dari pada pertambahan bobot. Hal tersebut mengindikasikan bahwa Ikan Zebra memiliki tubuh yang langsing. Model ini memiliki nilai R2 sebesar 53.89%, sehingga model ini

dapat dikatakan telah mewakili keadaan sebenarnya di alam sebesar 53.89%.

Pada ikan Nilem dan Ikan Zebra sama-sama memiliki nilai b yang lebih kecil daripada 3 dan pertumbuhan bersifat allometrik negatif. Jika nilai b lebih kecil dari 3 menunjukkan pertambahan berat lebih lambat dari pertambahan panjangnya (Effendie 2005). Hal ini mengindikasikan bahwa ikan tersebut tergolong kurus yang mungkin disebabkan oleh persaingan makanan dan ruang di habitat mereka. Bagenal dan Tesch in Kunto (2005) menambahkan bahwa nilai konstanta b juga dipengaruhi oleh letak geografis, kondisi lingkungan seperti musim, tingkat kepenuhan lambung, penyakit dan parasit yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan

W = 0.0525L2.4442

R² = 0.5389

0 5 10 15 20 25

(38)

32

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

 Kesuburan perairan Danau Buyan dan Tamblingan berdasarkan kelimpahan fitoplankton termasuk kedalam perairan oligotrofik

 Berdasarkan indeks keragaman fitoplankton, ekosistem Danau Buyan dan Tamblingan menunjukkan bahwa Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan ekologis sedang

 Jenis-jenis ikan hasil tangkapan di Danau Buyan bahwa terdapat enam jenis ikan hasil tangkapan, yaitu Ikan Nilem, Zebra, Nila, Udang, Mujair, dan Mas.

Saran

(39)

33

DAFTAR PUSTAKA

Barus. 2004. Pengantar Limnologi, Studi tentang Ekosistem Sungai dan Danau. Jurusan Biologi. Fakultas MIPA USU. Medan.

Basmi, J. 1994. Planktonologi : Teknik Menghitung Plankton (Tidak

Dipublikasikan). Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Boyd, C. E. 1968. Fresh water plants: a potential sources of protein. Econ. Bot., 22:359-368.

Chambers, K. L. 1970. Biochemical coevolution. Twenty-ninth Biology Colloquium, Oregon state, University Press. Eugene

Effendie, M.I. 2003. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara

Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara. 162 h.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta.

Frits, T, O. Kalesaran dan R. Rompas. 2013. Studi Parameter Fisika Kimia Air Pada Areal Budidaya Ikan Di Danau Tondano, Desa Paleloan, Kabupaten Minahasa. Budidaya Perairan Mei 2013 Vol. 1 No. 2 : 8-19

Indrawati dan Muhsin. 2008. Keanekaragaman Tumbuhan Air Pada Perairan Sungai Dan Rawa Di Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. WARTA - WIPTEK, Volume 16 Nomor : 02

Kaswadji. 1993. Produktivitas Primer dan Laju Pertumbuhan Fitopalnkton di Perairan Pantai Bekasi. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia

Kunto et al. 2005. Pertumbuhan, mortalitas, dan kebiasaan makan ikan tawes (Barbodes gonionotus) di Waduk Wonogiri. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 11(2):1-7

Masson, J.F.1981.Biology of Freshwater Pollution.Inc, New York

(40)

34 Nikijuluw, V. P. H. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta: PT.

Pustaka Cidesindo. 254 h.

Nurdin, S. 2009. Bahan Ajar Kuliah Tumbuhan Air. Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru, Tidak diterbitkan

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta: 697 pp.

Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology. Philadelphia: W.B. Saunders Company

Odum, E.P., G. W. Barrett., 2005. Fundamentals of ecology. 5th Edition. Thomson Learning, United State. 598 p.

Restu, I.W. 2002. Kajian Pengembangan Wisata Mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Wilayah Pesisir Selatan Bali. [Tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor

Reynolds, C. S., J. G. Tundisi, and K. Hino. 1984. Observation on a metalimnetic phytoplankton population in a stably stratified tropical lake. Arch. Hydrobyol. 97: 7-17.

Southwood, T.R.E. and P.A. Anderson. 2000. Ecological Methods. London: Blackwell Science

Sastrawijaya, A. T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Cetakan kedua. PT. Rineka Cipta. Jakarta

Soedarti. T., J. Aristiana & A Soegianto. 2006, Diversitas Fitoplankton pada

Ekosistem Perairan Waduk Sutami. Malang, Berkas Penelitian Hayati 11 : 97 – 103

(41)

35

[image:41.595.129.483.127.392.2]

LAMPIRAN

Gambar 1. Persiapan Alat dan Bahan

[image:41.595.127.485.419.689.2]
(42)
[image:42.595.129.481.86.350.2] [image:42.595.125.485.376.649.2]

36 Gambar 3. Perahu di Danau Buyan

(43)
[image:43.595.126.485.85.351.2]

37 Gambar 5. Pengambilan Sampel Plankton

[image:43.595.127.483.379.651.2]
(44)
[image:44.595.134.477.83.344.2]

38 Gambar 7. Pengukuran Kualitas Air.

[image:44.595.133.479.369.635.2]
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)

Gambar

Grafik 5. Jumlah dan Jenis Spesies Ikan Yang Berhasil Ditangkap
Gambar 1.   Peta Lokasi Kegiatan Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas
Tabel 1.  Peralatan Kajian Potensi Sumberdaya Hayati dan Kualitas Air Sebagai
Tabel 2. Parameter Kualitas Air Danau Buyan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa: Kajian potensi air tanah melalui variabel kuantitas (Q), kedalaman muka air tanah (MAT), kualitas (DHL

Juliana Silalahi : Analisis Kualitas Air Dan Hubungannya Dengan Keanekaragaman Vegetasi Akuatik Di Perairan Balige Danau Toba, 2010... Juliana Silalahi : Analisis Kualitas Air

Status Kualitas Air Danau Kelapa Gading berdasarkan Indeks Pencemaran sesuai baku mutu II Tercemar Sedang dan baku mutu III Tercemar Ringan.. Status Kualitas Air Danau

Analisis Kualitas Fisika Kimia Air di Areal Budidaya Ikan Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara.. Menteri Negara

Debit aliran masuk dan keluar melalui pengukuran langsung pada inlet dan outlet Danau Unhas. Koordinat lokasi pengambilan sampel air dengan menggunakan GPS. Luas Danau

Untuk selanjutnya hasil estimasi tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan/udang yang direfleksikan dari data produksi hasil tangkapan nelayan di Danau Paniai adalah sebagai berikut :

Kebutuhan air yang sudah dihitung jumlahnya akan dibandingkan dengan ketersediaan air untuk menganalisis kebutuhan air mana saja yang dapat dipenuhi oleh Danau Laukawar dan

v RINGKASAN Universitas Hasanuddin Fakultas Kesehatan Masyarakat Kesehatan Lingkungan Angel Dwi Gusti Linting “Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemaran di Danau Universitas