• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 04, No. 01, Februari 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Vol. 04, No. 01, Februari 2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Vol. 04, No. 01, Februari 2016

ti ket kereta to ko bagu s berita bola terkini anto n nb Ane ka Kreasi Resep Masakan Indonesia resep m asakan menghilangkan j erawat villa di p uncak recepten berita harian gam e online hp dij ual windows gadget jual console voucher onl ine gos ip terbaru berita terbaru windows gadget to ko gam e cerita horor

Table of Contents Articles

TINJAUAN HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB PERWAKILAN DIPLOMATIK TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

PDF Anak Agung Ayu Agung Cintya Dewi, Putu Tuni Cakabawa Landra, Made Maharta Yasa AK MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH MELALUI PROGRAM BANK SAMPAH DI KOTA DENPASAR

PDF Agus Pratama Putra, Cokorda Dalem Dahana, I Ketut Suardita

IMPLIKASI HUKUM KOALISI PARTAI POLITIK DALAM MEMBENTUK PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF

PDF I Gede D.E. Adi Atma Dewantara, Dewa Gde Rudy

IMPLIKASI YURIDIS DENGAN DIUNDANGKANNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP KEWENANGAN PENGELOLAAN LAUT, PESISIR, DAN PULAU-PULAU KECIL

PDF

Anak Agung Gede Manik Surya Wira Djelantik, Putu Gede Arya Sumerthayasa, Nengah Suharta

TANGGUNG JAWAB NEGARA BERDASARKAN SPACE TREATY 1967 TERHADAP AKTIVITAS KOMERSIAL DI LUAR ANGKASA

PDF Dimitri Anggrea Noor, I Ketut Sudiarta

TANGGUNG JAWAB NEGARA BERDASARKAN SPACE TREATY 1967 TERHADAP AKTIVITAS KOMERSIAL DI LUAR ANGKASA

PDF Dimitri Anggrea Noor, I Ketut Sudiarta

TANGGUNG JAWAB NEGARA BERDASARKAN SPACE TREATY 1967 TERHADAP AKTIVITAS KOMERSIAL DI LUAR ANGKASA

PDF Dimitri Anggrea Noor, I Ketut Sudiarta

PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS DAN ASAS PACTA TERTIIS NEC NOCENT NEC PROSUNT TERKAIT PENYELESAIAN SENGKETA CELAH TIMOR ANTARA INDONESIA, AUSTRALIA DAN TIMOR LESTE

PDF

Stephanie Maarty K Satyarini, Putu Tuni Cakabawa Landra, I Gusti Ngurah Parikesit Widiatedja

PENGATURAN MENGENAI PENGENDALIAN, PEREDARAN, DAN PENJUALAN MINUMAN BERALKOHOL GOLONGAN A DI KOTA DENPASAR

PDF Putu Alvin Janitra, Dewa Gede Rudy

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA

PDF

(3)

Jacklyn Fiorentina, I Made Pasek Diantha, I Made Budi Arsika

BENTUK PENGAWASAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN VISA KUNJUNGAN OLEH WARGA NEGARA ASING DI PROVINSI BALI (STUDI KASUS DI KANTOR IMIGRASI KLAS I KHUSUS NGURAH RAI)

PDF

Akbar Nugraha, Putu Tuni CakabawaLandra, Ida Bagus Erwin Ranawijaya

PENERAPAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NO. 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN KLUNGKUNG

PDF I Made Pasek Pariasa, I Ketut Suardita, Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati

FUNGSI DAN PERAN INTERNATIONAL CRIMINAL POLICE ORGANIZATION- INTERPOL DALAM EKSTRADISI

PDF Adimas Rakyandani Saksono, I Made Tjatrayasa

PENEGAKAN HUKUM TENTANG HAK FAKIR MISKIN UNTUK MENDAPATKAN PELAYANAN KESEHATAN TERKAIT BERLAKUNYA UNDANG – UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011

PDF

Titin Oktalina Safitri, Ni Nyoman Sukerti

IMPLIKASI DARI UJI MATERI UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN ADANYA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 85/PUU-XII/2013

PDF

Ni Putu Manik Mas Widiasih, I Gede Artha

KEWENANGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG DALAM MENGENDALIKAN PEMBANGUNAN VILLA

PDF Ngurah Angga Narendra, I Made Arya Utama, I Ketut Suardita

PENEGAKAN SANKSI LINGKUNGAN TERKAIT PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH USAHA KACANG KACE DI DESA NYANGLAN KABUPATEN KLUNGKUNG

PDF

I Putu Agus Eka Budiarta Yoga, Putu Gede Arya Sumerta Yasa, Cokorda Dalem Dahana PENGATURAN MENGENAI PENOLAKAN SURAT KEPERCAYAAN OLEH

NEGARA PENERIMA (STUDI KASUS PENOLAKAN DUTA BESAR INDONESIA UNTUK BRASIL)

PDF

Aisyah Putri, Putu Tuni Cakabawa Landra, Made Maharta Yasa

STATUS PULAU BUATAN YANG DIBANGUN DI DALAM ZONA EKONOMI EKSKLUSIF TERHADAP PENETAPAN LEBAR LAUT TERITORIAL DAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

PDF

Anak Agung Gede Seridalem, Ni Made Ari Yuliartini Griadhi

UPAYA HUKUM PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG DALAM MEMPERTAHANKAN TANAH PERTANIAN DI DAERAH BADUNG

PDF I Putu Arik Sanjaya, Made Arya Utama, Cokorda Dalem Dahana

EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG

PDF

Kadek Devi Ayu Anggari, I Wayan Parsa, Nengah Suharta

(4)

PERTANGGUNGJAWABAN NEGARA TERHADAP PENEMBAKAN DI KAWASAN TUMPANG TINDIH LAUT CINA SELATAN BERDASARKAN HUKUM

INTERNASIONAL (STUDI KASUS: PENEMBAKAN SEORANG NELAYAN BERKEBANGSAAN TIONGKOK OLEH MILITER FILIPINA DI KEPULAUAN SPRATLY)

PDF

Rina Kusuma Dewi, Putu Tuni Cakabawa Landra, Made Maharta Yasa

(5)

1

IMPLIKASI HUKUM KOALISI PARTAI POLITIK DALAM MEMBENTUK PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF

Oleh

I Gede D.E. Adi Atma Dewantara I Dewa Gde Rudy

Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract

In the context of Indonesia, a coalition was formed before the General Election of President and Vice President for the purpose of winning candidates promoted by the coalition. Coalition was formed not guarantee that the parties who are members of coalition will always support government programs. The problem faced is : how is the practice of the coalition in the presidential system in Indonesia is associated with the electoral system? And how political parties form a coalition in order to realize effective governance?.Research method used is a normative juridical research with the research literature on primary legal materials, secondary law, and tertiary legal materials.

Practice research results that the coalition in the presidential system in Indonesia is associated with the electoral system occurred due to non-fulfillment of the terms of seats sound to propose the candidate for president and vice president, and legal implications coalition of political parties in order to form an effective government is necessary for the permanent coalition confirmed in the legislation.

Keywords: Coalition, Parties, Politics, Government Abstrak

Dalam konteks Indonesia, koalisi dibentuk sebelum Pemilihan Umum Presidendan Wakil Presiden dengan tujuan untuk memenangkan calon yang diusung oleh koalisi tersebut. Koalisi yang dibentuk tidak menjamin bahwa partai-partai yang tergabung dalam koalisi akan selalu mendukung program-program pemerintah. Permasalahan yang dihadapi yaitu: bagaimanakah praktik koalisi dalam sistem presidensiil di Indonesia dikaitkan dengan sistem pemilu? Dan bagaimanakah bentuk koalisi partai politik agar terwujud pemerintahan yang efektif? Metode penelitian yang dipergunakan yaitu penelitian yuridis normative dengan melakukan penelitian kepustakaan terhadap bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

Hasil penelitian yaitu Praktik koalisi dalam sistem presidensiil di Indonesia dikaitkan dengan sistem pemilu terjadi diakibatkan karena tidak terpenuhinya syarat perolehan kursi suara untuk mengusulkan pasangan calon presiden dan wakil peresiden, dan implikasi hukum koalisi partai politik agar membentuk pemerintahan yang efektif diperlukan adanya koalisi permanen yang dikukuhkan di dalam undang-undang.

Kata kunci :Koalisi, Partai, Politik, Pemerintahan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Partai politik merupakan sebuah organisasi politik yang terdiri dari beberapa

anggota dengan tujuan mencapai kekuasaan politik. Sebagai lembaga politik, partai

(6)

2 bukan sesuatu yang dengan sendirinya ada.

1

Partai politik di Indonesia saat ini mengalami kemerosotan, hasil suara pada pemilu terakhir mengalami penurunan jika dibandingkan hasil-hasil pemilu sebelumnya. Maka dari itu partai politik yang unggul dengan perolehan suara yang tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan harus berkoalisi dengan partai lain. Dalam pemerintahan dengan sistem parlementer sebuah pemerintahan koalisi adalah sebuah pemerintahan yang tersusun dari koalisi beberapa partai dan setiap partai yang menang harus berkoalisi dengan partai lain seperti partai politik sekarang ini.

2

Di Indonesia, koalisi dibentuk sebelum Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden dengan tujuan untuk memenangkan calon yang diusung oleh koalisi tersebut. Bargaining antar partai yang berkoalisi justru mengenai pembagian jabatan menteri dan jabatan lainnya tanpa disertai perumusan platform bersama, padahal menteri-menteri tersebut berasal dari partai politik yang berbeda dengan konstituen dan kepentingan yang berbeda pula. Hal inilah yang melemahkan hak prerogatif presiden dalam penyusunan kabinet. Profesionalisme yang semestinya menjadi dasar pengisian jabatan menteri dilemahkan oleh pengaruh kekuatan partai mitra koalisi. Keadaan ini berekses pada kinerja pemerintahan yang terbentuk. Selain itu, koalisi yang dibentuk tidak menjamin bahwa partai-partai yang tergabung dalam koalisi yang memiliki wakil di badan legislatif akan selalu mendukung program-program pemerintah. Sedangkan salah satu tujuan dibentuknya koalisi agar presiden mendapat dukungan mayoritas badan legislatif untuk menghindari deadlock antara eksekutif dan legislatif serta immobilisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan.

1.2 Tujuan

Tujuan dalam penulisan jurnal ini yaitu untuk mengetahui praktik koalisi dalam sistem presidensiil di Indonesia dikaitkan dengan sistem pemilu dan untuk mengetahui implikasi hukum koalisi partai politik agar membentuk pemerintahan yang efektif.

II. ISI

2.1 Metode Penelitian

Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan ini yaitu metode penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka yang ada,

1Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 56

2http://id.wikipedia.org/wiki/Koalisi

(7)

3 yaitu bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier untuk selanjutnya bahan-bahan hukum tersebut disusun secara sistematis, dikaji kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti

3

.

2.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan

2.2.1 Praktik Koalisi Dalam Sistem Presidensiil Di Indonesia Dikaitkan Dengan Sistem Pemilu

Sistem pemerintahan merupakan suatu pengertian yang berkaitan dengan tata cara pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintahan eksekutif dalam suatu tatanan Negara demokrasi.

4

Karakteristik sistem presidensial adalah badan perwakilan tidak memiliki supremacy of parliament karena lembaga tersebut bukan lembaga pemegang kekuasaan negara. Untuk menjamin stabilitas sistem presidensial, presiden dipilih, baik secara langsung atau melalui perwakilan, untuk masa jabatan tertentu, dan presiden memegang sekaligus jabatan kepala Negara dan kepala pemerintahan.

5

Kombinasi antara sistem multipartai dan sistem pemilihan umum proportional representation yang diterapkan di Indonesia saat ini menyebabkan sulitnya memperoleh suara mayoritas di badan legislatif dan majority government. Pasal 9 Undang-Undnag Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, mensyaratkan pasangan calon harus diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini mendorong pembentukan pemerintahan koalisi. Akibatnya, koalisi menjadi satu-satunya pilihan bagi partai politik yang tidak memenuhi persyaratan tersebut untuk mengusulkan pasangan calon Presiden dan/atau Wakil Presiden. Sistem kepartaian dan sistem pemilu di Indonesia yang diterapkan saat ini mendorong pembentukan koalisi. Secara teoritis, koalisi merupakan salah satu pranata yang dikenal dalam sistem parlementer. Dalam praktiknya, terkadang pranata ini berakibat negatif terhadap jalannya pemerintahan.

3 Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, UI. Press, Jakarta, h.51-52.

4 Bagir Manan, 2005, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogjakarta, h. 250

5 Jimly Asshidiqie, 2007, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Pasca Reformasi, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, h. 315

(8)

4 2.2.2 Implikasi Hukum Koalisi Partai Politik Dalam Membentuk Pemerintahan

Yang Efektif

Implikasi utama yang akan terjadi dari diterapkannya sistem presidensial dengan sistem multipartai adalah tingkat pelembagaan kepartaian rendah dan kekuatan politik di parlemen cenderung berubah oleh berbagai kepentingan dan kemajemukan partai yang cukup tinggi. Selain itu, cenderung kekuatan partai terdistribusi secara merata dan sulit memperoleh kekuatan mayoritas di dalam parlemen. Namun, suara mayoritas ini sulit diperoleh oleh partai Presiden dalam situasi multipartai, kecuali mengandalkan koalisi partai politik di parlemen dan kabinet agar dapat meraih suara mayoritas untuk menjamin stabilitas pemerintahan.

6

Menurut Jimly Asshiddiqie, untuk menciptakan pemerintahan yang kuat dan efektif diperlukan adanya koalisi permanen. Koalisi ini bisa dikukuhkan di dalam Undang-Undang. Jika saat ini tidak terbentuk koalisi permanen, maka sulit untuk menjalankan pemerintahan dengan efektif.

7

Dengan koalisi permanen dapat menjaga stabilitas pemerintahan dalam struktur politik presidensial, karena partai pengusung Presiden haruslah partai mayoritas, yaitu partai yang didukung suara mayoritas di parlemen. Kekuatan mayoritas ini diperlukan dalam parlemen, untuk menjamin stabilitas pemerintahan Presiden terpilih agar Presiden mudah mendapatkan dukungan secara politik dari parlemen guna melancarkan kebijakan politik yang dibuat Presiden. Dikukuhkan koalisi permanen dalam sebuah undang-undang dapat menjadi pedoman dan mengatur tingkah laku dari partai politik. Dengan adanya undang-undang koalisi partai secara tidak langsung dapat menekan atau mengatur intervensi partai untuk berperan dan mempengaruhi struktur kekuasaan Presiden. Seperti pengambilan kebijakan pemerintahan maupun penyusunan kabinet (pengangkatan dan pemberhentian menteri). Kompromi politik yang sulit dihindari adalah Presiden harus mengakomodasi kepentingan partai politik agar mendapat dukungan di parlemen. Akomodasi Presiden terhadap kepentingan partai politik ini faktor yang menentukan dalam intervensi partai politik terhadap Presiden.

8

6 Hanta Yuda, 2010, Presidensialisme Setengah Hati Dari Dilema Ke Kompromi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 39

7 Jimly Asshiddiqie, Koalisi Permanen Dikukuhka Di Dalam UU, http://www.jimly.com, diakses pada 30 Juni 2015

8 Hanta Yuda, Op.Cit, h. 40

(9)

5 III. Kesimpulan

1. Praktik koalisi dalam sistem presidensiil di indonesia dikaitkan dengan sistem pemilu, dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia, disyaratkan pasangan calon harus diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang memperoleh kursi paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat atau memperoleh 25% (dua puluh lima persen) dari suara sah nasional dalam Pemilu anggota Dewan Perwakilan Rakyat sebelum pelaksanaan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, sehingga koalisi menjadi satu- satunya pilihan bagi partai politik yang tidak memenuhi persyaratan tersebut untuk mengusulkan pasangan calon Presiden dan/atau Wakil Presiden.

2. Implikasi hukum koalisi partai politik adalah tingkat pelembagaan kepartaian rendah dan kekuatan politik di parlemen cenderung berubah oleh berbagai kepentingan dan kemajemukan partai yang cukup tinggi. Agar pemerintahan yang kuat dan efektif diperlukan adanya koalisi permanen. Koalisi ini bisa dikukuhkan di dalam Undang-Undang. Jika saat ini tidak terbentuk koalisi permanen, maka sulit untuk menjalankan pemerintahan dengan efektif

DAFTAR PUSTAKA Buku-buku:

Bagir Manan, 2005, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah,Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogjakarta

Jimly Asshidiqie, 2007, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Pasca reformasi, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta

Hanta Yuda, 2010, Presidensialisme Setengah Hati Dari Dilema Ke Kompromi, PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Miriam Budiardjo, 2008, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, UI. Press, Jakarta

Internet:

http://id.wikipedia.org/wiki/Koalisi

Jimly Asshiddiqie, Koalisi Permanen Dikukuhka Di Dalam UU, http://www.jimly.com, diakses pada 30 Juni 2015

Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undnag Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil

Presiden

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa hari kemudian bapak itu datang lagi ke bar dan memesan 20 botol bir, bartender itu bertanya lagi, "Ada apa lagi pak?" Lalu bapak itu berkata, "Ternyata anak

Kelarutan dalam suatu obat yang bersifat asam atau basa tergantung pada pKa dari gugus fungsional yang mengion dan kelarutan intrinsik untuk bentuk terion dan bentuk tidak

Karyawan Collage Restaurant yang memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun sebanyak 9 orang (29.0%), kemudian untuk karyawan yang memiliki masa kerja lebih

Setelah selesai mempelajari kegiatan pembelajaran ini, coba tuliskan: 1) tiga jalur pendidikan dalam sistem pendidikan nasional. 2) Apa yang dimaksud dengan pendidikan

Hasil analisa dari parameter tersebut yaitu: Sistem Pemilu yang tepat digunakan di Indonesia adalah Sistem Pemilu Terbuka karena menciptakan kesempatan yang sangat besar untuk

Kesimpulan dari akibat hukum pemberian warisan saat pewaris masih hidup berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah batal demi hukum karena bertentangan

Hal ini diperlukan karena pada dasarnya tindak pidana penipuan jual-beli online adalah suatu kejahatan penipuan konvensional yang dilakukan di dunia nyata yang diatur

188 Rachmadi Usman, “Kekuatan Hukum Peraturan Mediasi Sengketa Perbankan dalam Sistem Peraturan Perundan-Undangan”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 01, Maret 2016,